Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Hutan biasa disebut suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

daya alam hayati yang didominasi pepohonan. Hutan merupakan sumber daya alam yang

banyak berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Manusia melakukan interaksi dengan

hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hutan memiliki berbagai aspek manfaat bagi

kehidupan manusia baik manfaat langsung yang dirasakan maupun yang tidak langsung.

Hutan menghasilkan tanaman yang bermanfaat bagi manusia, contohnya yaitu tanaman

pinus. Pinus mekusii merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh asli di Indonesia. P.

merkusii termasuk dalam jenis pohon serba guna yang terus menerus dikembangkan dan

diperluas penanamannya pada masa mendatang untuk penghasil kayu, produksi getah, dan

konservasi lahan. Di Pulau Jawa, pinus atau tusam dikenal sebagai penghasil kayu, resin dan

gondorukem yang dapat diolah lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Tanaman pinus ini memiliki peranan yang penting, sebab selain sebagai tanaman

pioner, bagian kulit pinus dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan abunya digunakan

untuk bahan campuran pupuk, karena mengandung kalium, ekstrak daun pinus mempunyai

potensi sebagai bioherbisida untuk mengontrol pertumbuhan gulma pada tanaman. Selain itu,

keistimewaan dari pohon pinus yaitu menghasilkan getah yang diolah lebih lanjut akan

mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Getah yang dihasilkan oleh pinus yaitu gondorukem

dan terpentin yang dipergunakan dalam industri batik, plastik, sabun, tinta cetak, bahan plitur,

dan sebagainya, sedangkan terpentin digunakan sebagai bahan pelarut cat.

Semakin pesatnya perkembangan menimbulkan semakin meningkatnya kebutuhan

manusia, maka prospek gondorukem dan terpentin untuk industri sangat cerah, sehingga
peranan hutan pinus sebagai penyuplai industri gondorukem dan terpentin harus tetap lestari.

Namun produksi gondorukem untuk keperluan industri di Indonesia masih kurang, maka

untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu diadakan peningkatan produksi getah pinus.

B.  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana ciri-ciri getah yang dihasilkan pohon pinus?

2.      Jelaskan bagaimana mekanisme pembentukan getah pada pohon pinus?

3.      Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi dalam produksi getah pinus?

4.      Apakah manfaat dari pengolahan hasil getah pinus?

5.      Jelaskan macam-macam sistem penyedapan getah pinus ?

6.      Bagaimanakah proses pengolahan getah pinus?

7.      Hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan melancarkan produksi getah

pinus khusunya di Indonesia?

C.  Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada

mahasiswa tentang ciri getah yang dihasilkan oleh pohon pinus, memahami mekanisme

pembentukan getah pada pohon pinus, mampu menguraikan faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam produksi getah pinus, mengetahui manfaat pengolahan hasil getah

pinus, mampu menjelaskan macam-macam sistem penyedapan getah pinus, dan mengetahui

proses pengolahan getah pinus serta mengetahui cara untuk meningkatkan produksi getah

pinus khusunya di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Ciri Getah Yang Dihasilkan pohon pinus


Getah yang dihasilkan pohon Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang

merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin

pada kayu atau kulit pohon jenis jarum tersayat atau pecah. Penamaan oleoresin ini dipakai

untuk membedakan getah pinus dari getah alamiah (natural resin) yang muncul kulit atau

terdapat dalam rongga-rongga jaringan kayu sebagai genus dari anggota famili

Dipterocarpaceae, Leguminoceae, dan Caesalpiniaceae.

Getah yang berasal dari pohon Pinus berwarna kuning pekat dan lengket, yang terdii

dari campuran bahan kimia yang kompleks. Unsur-unsur terpenting yang menyusun getah

pinus adalah asam terpen dan asam abietic. Campuran bahan tersebut larut dalam alcohol,

bensin, ether, dan sejumlah pelarut organic lainnya, tetapi tidak larut dalam air. Selain itu dari

hasil penyulingan getah Pinus merkusii rata-rata dihasilkan 64% gondorukem, 22,5%

terpentin, dan 12,5% kotoran.

Saluran getah resin bukan merupakan bagian dari kayu, tetapi berupa rongga yang

dikelilingi oleh sel-sel parenkimatis atau sel epitel. Seluruh lapisan yang mengelilingi saluran

resin disebut epitellium.

B.  Mekanisme Pembentukan Getah Pada Pohon Pinus

Prinsip keluarnya getah dari luka adalah saluran getah pada semua sisi dikelilingi oleh

jaringan parenkim diantara saluran getah dan sel-sel parenkim terdapat keseimbangan

osmotik. Jika dibuat luka pada batang pinus sehingga saluran getahnya terbuka, maka tekanan

dinding berkurang akibatnya getah keluar.

Adapun beberapa cara dalam pembentukan saluran getah, diantaranya yaitu :

a.    Lysegeneous

Yaitu beberapa sel parenkim yang berdekatan hancur sehingga isinya tercampur, maka

terbentuk rongga yang kemudian terisi cairan. Rongga ini dibtasi oleh sel-sel yang tidak
hancur, dimana sel-sel yang tidak hancur ini dapat menjadi sel epitel. Proses semacam ini

disebut gummosis.

b.   Schizogeneous

Yaitu beberapa sel parenkim memisahkan diri melalui lamella tengah sehingga terjadi suatu

saluran yang dikelilingi oleh belahan sel-sel parenkim yang menjadi sel epitel.

C.  Faktor-Faktor Apakah Yang Mempengaruhi Dalam Produksi Getah Pinus

Hasil sadapan yang diperoleh dipengaruhi oleh :

1) Faktor internal pohon :

   Jenis pohon Pinus yaitu pinus yang berbeda hasil getahnya misalnya :

Jenis Pinus Hasil getah letak persen

Pinus merkusii 6kg/phn/thn gubal 36,3 %

Pinus palustris 4,2 kg/phn/thn pangkal 0,64 %

Pinus maritim 3 kg/phn/thn 10 m dpl 0,33 %

Pinus khasya 7 kg/phn/thn akar 0,70%

   Persen kayu gubal,yaitu batang kayu Pinus dengan jumlah kayu gubal terbanyak dapat

menghasilkan getah maksimum sebab kayu gubal adalah tempat akumulasi getah tertinggi

(36 %).

   Kesehatan pohon,yaitu jika pohon sehat mungkin menghasilkan getah lebih banyak.

   System perakaran,yaitu Pinus dengan perakaran yang luas berarti mampun menyerap lebih

banyak zat makanan dari tanah,sehingga getah lebih banyak.

   Persen tajuk (lebar dan tinggi tajuk pohon) yaitu Pinus dengan tajuk lebih banyak

memungkinkan proses fotosintesis lebih optimal dan menghasilkan banyak getah.

2) Faktor Eksternal (Lingkungan luar pohon), yaitu :

   Jarak tanam yaitu hutan pinus dengan jarak tanam yang jarang iklim mikronya tidak lembab

dan bersuhu tinggi sehingga menghasilkan getah pinus lebih banyak,demikian sebaliknya.
   Iklim dan tempat tumbuh yaitu pohon pinus yang tumbuh didaerah dengan curah hujan

tinggi,dingin atau di daerah dengan tinggi > 700 m dpl menghasilkan getah sedikit.curah

hujan rata-rata < 2000mm/th,suhu antara 22-28’ C dan tinggi tempat 400-700m dari

permukaan laut menghasilkan getah optimal.

   Bonita yaitu pada tanah yang subur memungkinkan menghasilkan getah pinus yang lebih

banyak ( ada 7 kelas bonita)

   Asal (umur pohon) getah yang diperoleh makin tua makin banyak dan bagus

   Kualitas getah yang tersedia

3) Faktor perlakuan oleh manusia

   Bentuk sadapan yaitu hasil sadapan dari bentuk koakan lebih banyak dari rill dan bor

   Arah sadapan yaitu arah menghadapnya luka sadapan menghadap timur paling banyak

menghasilkan getah kemudian disusul arah utara,selatan dan barat.

   Arah pembaruan, yaitu kea rah atas atau bawah.pembaruan ke atas menghasilkan lebih

banyak getah.

   Lama menuggu terasuk penyimpanan, makin lama disimpan makintidak baik

   Penyimpanan dalam proses pencampuran dengan bahan penolong , bila tepat maka optimal

rendemen dan kualitas.

   Upaya stimulansia, yaitu upaya perangsangan pada luka sadapan dengan bahan kimia

asam.upaya stimulansia harus menggunakan pedoman yang teliti agar tidak merugikan.bahan

stimulansia yang dapat dipakai misalnya asam sulfat,asam oksalat,CuSO4,bolus alba,Ethrel

dengan jumlah tertentu yang ditentukan.

D.  Manfaat Hasil Pengolahan Getah Pinus

1.    Gondorukem
Rosin atau yang lebih dikenal dalam perdagangannya sebagai gondorukem merupakan

produk olahan dari pinus yang saat ini merupakan komoditi andalan non migas yang bukan

berasal dari non kayu atau rotan. Pengolahan gondorukem di Indonesia hanya dilakukan

dengan cara penyulingan getah pohon tusam ( Pinus merkusii ), tetapi juga ada yang langsung

dengan uap. Gondorukem didapat dari hasil pengolahan getah pinus, bersifat

rapuh,bening,mempunyai titik leleh rendah dan bau khas terpentin serta tidak larut dalam air.

Manfaat gondorukem adalah :

   Industri Batik : bahan penyampur lilin batik sehingga diperoleh malam.kebutuhn kira-kira

2.500 ton/thn

     Industry kertas : bahan pengisi dalam pembuatan kertas.kebutuhan kira-kira 0,5 % dari

produksi kertas atau 2.000 ton/thn

      Industry sabun : sebagai campuran kira-kira 5-10% dari berat sabun.

        Pembuatan Vernish, tinta,bahan isolasi listrik, korek api, lem, industry kulit dan lalin-lain.

       Di luar negeri manfaat lain gondorukem dan derivatnya digunakan untuk membuat resin

sintetis, plastic, lem, aspal, bahan pliitur, lak sintetis, industry sepatu, galangan kapal, dll.

2.    Terpentin

Terpentin adalah minyak yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan

gondorukem. Oleh karena sifatnya yang khusus maka minyak terpentin banyak digunakan

baik sebagai bahan pelarut ataupun sebagai minyak mengering. Terpentin merupakan bagian

hidrokarbon yang mudah menguap dari getah pinus. Hidrokarbon ini dipisahkan dari bagian

yang tidak menguap (gondorukem) melalui cara penyulingan. Berdasarkan sumber bahan

bakunya ada 3 jenis terpentin, yaitu terpentin getah (gum turpentin), terpentin kayu (wood

turpentin), terpentin sulfat (sulphat turpentin).

Silitonga et al, 1973 menyatakan jumlah terpentin yang terkandung dalam getah pinus

berkisar antara 10 – 17,5 %. Getah yang segar akan menghasilkan prsentase terpentin yang
lebih tinggi. Terpentin hasil penyulingan bersifat korosi, oleh sebab itu perlu disimpan pada

tempat (drum) yang digalvanisasi. Harga drum ini cukup mahal jika dibandingkan dengan

harga terpentin itu sendiri. Terpentin juga dapat disimpan dalam tempat yang terbuat dari

aluminium atau plastik dan hendaknya agar terhindar dari cahaya. Minyak terpentin dapat

digunakan untuk ramuan semir (sepatu, logam, kayu), sebagi bahan substitusi kamper dalam

pembuatan seluloid (film), bahan pelarut organik.

Hasil dari getah pinus itu bisa menghasilkan minyak terpentin yang mengandung

senyawa terpene yaitu salah satu isomer hidrokarbon tak jenuh dari C10 H163  terutama

monoterpene alfa-pinene dan beta-pinene, yang dapat digukana secara langsung dan murni

melalui upaya distilasi ulang serta melalui pengolahan lanjutan. Terpentin biasanya

digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak, pelarut resin, bahan semir sepatu,

bahan kamfer sintetis bahan campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk mengkilapkan

permukaan kayu dan bisa untuk bahan baku kimia lainnya.

E.  Macam-Macam Sistem Penyedapan Getah

Kegiatan pemanenan getah pinus yang dilakukan yaitu dengan cara penyadapan. Beberapa

cara teknik penyadapan :

   Bentuk koakan

Teknik ini dilakukan denagn cara mengerok kulot batang lebih dulu, kemudian kayunya

dilukai sedalam 1-2 cm, sedang lebarnya 10 cm. Pelukaan dengan cara ini membentuk huruf

U terbalik dengan jarak dari permukaan tanah sekitar 15-20 cm. Pelukaan yang baru diatas

luka lama dengan tebal jarak 5 mm.

   Bentuk V

Teknik ini hampir sama dengan teknik diatas tetapi berbentuk huruf V. dapat juga

dimodifikasi menjadi V ganda atau seri arah ke atas (rill) yang bentuknya seperti sirip ikan.

   Goresan atau guratana


Cara ini pada penyadapan pinus jarang dilakukan, umumnya dilakukan pada agathis (kopal).

Hal ini mengingat kulit pinus yang tebal. Goresan dilakukan dengan kemiringan 45° atau

melingkar.

   Dengan bor 

   Dengan syarat diameter 3 cm, 3-12 cm ke atas atau ke dalam.

Dari keempat teknik tersebut yang paling efektif atau paling banyak menghasilkan

getah pinus adalah dengan menggunakan metode koakan, kemuidian teknik bentuk V dan

teknik bor.

Ada dua macam sistem penyadapan getah pinus yang diterapkan di Perum Perhutani

yakni sistem Rill dan sistem Kuare. Sistem ini lebih cocok bila diterapkan di areal hutan

lindung sebab tidak banyak merusak pohon pinus sehingga kelestarian pohon pinus bisa

terjaga. Sedangkan kelemahannya adalah getah yang dihasilkan lebih sedikit bila

dibandingkan dengan sistem kuare.

1. Penyadapan Metode Riil Kegiatan penyadapan getah pinus dengan sistem rill adalah

sebagai berikut :

   Alat – alat yang digunakan

Alat – alat yang dipergunakan terdiri dari : Pembersih kulit (bark shaver), Mal sadap (blaze

frame), Alat pemberi tanda sadapan (marking gauge), alat pembuat saluran tengah (groove

cutter), pisau sadap (freshening knife), talang sadap (lips), Mangkuk penampung getah (pats),

pengeruk getah, dan bor serta alat penunjang lainnya seperti palu, paku, alat semprot

(sprayer) dan ember plastic.

   Persiapan penyadapan

 Pembersihan lapangan sadapanSebelum melakukan penyadapan, lapangan / areal sadapan

harus dibersihkan dari perdu dan semak, agar memudahkan para pekerja dan petugas untuk

mengadakan pengawasan. Penomoran pohon ditentukan pada ketinggian 200 cm.


 Pembersihan kulitPohon yang akan disadap harus dibersihkan kulitnya terlebih dahulu dengan

alat pembersih kulit (bark shaver) tanpa melukai kayu. Permukaan kulit yang dibersihkan

berukuran 30 x 70 cm pada ketinggian 10 cm dari permukaan tanah dan harus benar – benar

rata dan halus tanpa adanya alur kulit.

 Pembuatan pola sadap, Pola sadap dibuat dengan menggunakan mal sadap (blaze frame) pada

kulit yang sudah dibersihkan. Selajutnya memberikan tanda sadap dengan alat pemberi tanda

sadap (marking gauge). Pola sadap dibuat untuk menetapkan letak saluran tengah dan letak

dimana luka sadapan harus dibuat. Sudut antara garis vertical dan garis miring sebesar 40°.c.

   Pelaksanaan Penyadapan

 Pembuatan saluran tengah (central grove),

Dalam tahun pertama sadapan, pembuatan saluran tengah dimulai dari bawah menuju keatas.

Sedangkan untuk tahun berikutnya pembuatan dimulai dari atas dan ditarik kebawah. Saluran

tengah dibuat dengan menggunakan Groove cutter pada bagian tengah pola sadapan. Lebar

saluran tengah 10 mm, kedalaman 3 mm dan tinggi 60 cm.

 Pembuatan saluran sadap , Saluran sadap dibuat menggunakan pisau sadap (freshening knife)

dimulai dari ujung terbawah saluran tengah mengikuti tanda saluran sadap yang telah dibuat.

Kedalaman saluran sadap ± 2 mm dan jarak antar saluran 5 cm.

 Pemasangan talang sadap, Talang sadap dipasang pada pohon dengan paku, kemudian ditekuk

keatas dan bagian tengahnya ditekan dengan menggunakan palu agar masuk kedalam saluran

tengah, dengan demikian getah dapat tertampung melalui talang.

   Pemasangan batok penampung, Dibawah talang sadap dipakukan dua buah pasak dari bambu

atau kayu untuk dudukan batok penampung getah. Secara berkala batok penampung getah ini

harus dinaikkan letaknya supaya tidak terlalu jauh dengan luka sadap yang baru.

     Perlakuan saluran sadap dengan stimulansia


Untuk meningkatkan produksi getah pinus maka setelah saluran sadap dibuat, stimulansia

harus disemprotkan pada saluran sadap. Untuk mendapatkan semprotan yang baik, botol

plastik harus dipegang dengan sudut 45° terhadap pohon dan jarak antara ujung penyemprot

dengan pohon / saluran sadap ± 15 cm. Dan penyemprotan stimulansia pada setiap luka sadap

baru sebanyak ± 1 cc.

 Peludangan getah dan pembersihan dari saluran getah, Mangkok/tempurung diambil dan

getah dituangkan dalam ember plastik. Getah yang masih melekat pada mangkok atau

tempurung harus dibersihkan dengan bantuan pengeruk getah (pat scraper). Pada setiap

perludangan getah, saluran tengah harus dibersihkan dengan pembersihan saluran tengah

(groove cleaner), untuk mencegah penumpukan getah pada saluran.

    Frekuensi pembaharuan sadapan, Pembaharuan sadapan dilaksanakan 6 hari sekali.

   Pelaksanaan Penyadapan Tahun berikutnya

Untuk penyadapan sadapan tahun berikutnya dimulai dari ujung atas saluran tengah

tahun sebelumnya dan semua langkah yang yang dikerjakan pada tahun sebelumnya diulangi

lagi, dengan mal sadap 20 x 65 cm. Apabila sadapan telah mencapai pada ketinggian 180 cm,

maka sadapan selanjutnya harus dialihkan mulai dari bawah lagi dengan jarak 5 cm (dari

bidang sadap) disamping sadapan pertama dan seterusnya.

2. Penyadapan Pinus Metode Kuare

Kegiatan penyadapan getah pinus dengan sistem rill adalah sebagai berikut

   Alat – alat yang digunakan

Alat – alat yang digunakan adalah : petel sadap/kadukul, keruk setal, parang, talang seng,

tempurung, kaleng/drum pengutan getah, batu pengasah, minyak tanah, penutup tempurung,

paku.

   Persiapan Penyadapan
 Pembersihan Lapangan sadapan, Sebelum dilakukan penyadapan lapangan / areal sadapan

harus dibersihkan dari perdu dan semak-semak, agar sinar matahari dapat langsung menyinari

pohon pinus dan memudahkan para pekerja dan petugas untuk melaksanakan pengawasan.

   Pembersihan Kulit Pohon Pinus

 Pada bagian batang yang akan di sadap kulitnya harus dibersihkan / dikerok setebal 3 mm,

lebar 15 cm dan tinggi 60 cm.

   Pembuatan Rencana Kuare / Mal Sadap

 Bagan kuare (mal sadap) dibuat tepat di tengah-tengah pohon dengan ukuran lebar 6 cm,

tinggi 60 cm dan kedalaman 1,5 cm dengan alat berbentuk garpu melengkung dengan dua

dua sisi tajam dengan permukaan permulaan setinggi 20 cm dari tanah, kemudian baru

disemprot CAS.

   Pemasangan talang dan tempurung.

 Talang dipasang menempel pada bagian batas bawah kuare dengan menggunakan paku dan

kayu sebagai talamgnya

   Sadapan lanjutan

 Sadapan lanjutan harus dilakukan tepat waktu denganketentuan yaitu : 3 hari sekali bila tidak

menggunakan CAS dan 5 hari sekali bila menggunakan CAS.

F.   Proses Pengolahan Getah Pinus

Dalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem & Terpentin (PGT)

Perum Perhutani, bahan baku  industri berupa Getah Pinus (Pinus Merkusii) diproses melalui

beberapa tahapan :

1)      Penerimaan & Pengujian Bahan Baku

Getah Pinus sebagai bahan baku untuk produksi Gondorukem & Terpentin, dihasilkan

dari hasil penyadapan pohon Pinus Merkusii. Getah Pinus yang dikumpulkan dan diterima di

PGT berupa :  cairan kental yang bercampur dengan kristal,air,serpihan kayu, daun
pinus,kembang pinus,dan kotoran-kotoran lain yang sengaja/tak sengaja dicampurkan (tanah,

pasir dll).

Getah pinus yang telah diterima di PGT Kemudian dilakukan pengujian berupa berat,

kadar air dan kotoran. Setelah lulus tes tersebut, getah pinus kemudian masuk dan

ditumpahkan ke Bak Getah. Jaring-jaring yang terdapat dipermukaan Bak Getah diatas

berfungsi sebagai penyaring awal kotoran terutama kotoran –kotoran yang berukuran besar

yang terdapat pada getah pinus.

2)   Pengenceran

Getah yang telah masuk di Bak Getah kemudian dialirkan ke Melter. Pada bagian ini,

getah pinus diencerkan dengan mencampur getah pinus dengan terpentin sebanyak 1000 liter

dan dipanaskan dengan suhu 180 oc. Getah pinus yang telah cair kemudian dialirkan menuju

Settler yang berfungsi untuk menampung getah pinus yang telah encer hasil pemrosesan

getah pinus yang terjadi di Melter.

3)  Pencucian & Penyaringan

Kegiatan selanjutnya adalah pencucian getah pinus yang dilakukan di Tangki Pencuci

(Washer). Di tangki pencuci ini getah pinus dicuci untuk memisahkan getah pinus dengan

kotoran yang berukuran kecil yang masih terdapat pada getah pinus. Setelah kegiatan

pencucian selesai, kemudian getah pinus ditampung kedalam tangki-tangki penampung.

4)  Pemanasan/pemasakan

Dari tangki penampung, getah dialirkan ke tangki pemasak untuk dimasak selama 24

jam untuk menghasilkan gondorukem dan terpentin. Terpentin terbentuk dari hasil penguapan

yang terjadi selama proses memasak getah pinus. Uap yang dihasilkan tersebut dialirkan ke

tangki pendingin (Condensor) dan berubah menjadi cairan yang kemudian dipisahkan antara

cairan terpentin dan air yang dilakukan di tangki Separator. Setelah itu, terpentin yang telah

terpisah dari air ditampung kedalam tangki-tangki persediaan terpentin.


   Pada proses pemasakan yang perlu diperhatikan antara lain :

 Pemanasan harus bertahap

 Tekanan vakum

 Tekanan uap dari uap penekan (Open steam) tidak terlalu besar (golakan tidak terlalu besar)

 Suhu pemanasan

 Suhu peludangan (canning)

5)  Pengujian & Pengemasan

Untuk proses Gondorukem sendiri langsung dialirkan kedalam kemasan-kemasan

khusus gondorukem yang telah disiapkan sambil dilakukan pengujian untuk menentukan

mutu gondorukem yang dihasilkan.

   Proses pengolahan getah menjadi gondorukem pada umumnya meliputi 2 tahapan :

 Pemurnian getah dari kotoran-kotaran

 Pemisahan terpentin dari gondorukem dengan cara distilasi/penguapan.

   Proses pemurnian getah :

 pengenceran getah dengan terpentin

 pengambilan/penyaringan kotoran kasar

   pencucian & pemisahan kotoran halus dengan penyaringan maupun pengendapan.

   Proses pemisahan gondorukem dari terpentinnya:

 dilakukan dengan pemanasan langsung

 dilakukan dengan pemanasan tidak langsung. (menggunakan uap).

G. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Untuk Meningkatkan Dan Melancarkan Produksi

Getah Pinus Khusunya Di Indonesia

Permintaan getah pinus di Indonesia maupun di dunia semakin meningkat. Oleh karena

itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas getah pinus di Indonesia.

Meningkatkan produktivitas getah pinus dapat dilakukan dengan cara pemberian stimulansia.
Namun, stimulansia yang sering dikenal adalah stimulansia anorganik berupa cairan asam

sulfat yang dapat menyebabkan kerusakan pada pohon pinus, lingkungan, dan mengganggu

kesehatan getah serta olahannya tidak dapat dijadikan food grade. Menurut LIPI (2004), uap

asam sulfat dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganggu paru-

paru. Selain itu, cairan asam sulfat juga dapat merusak kulit dan menimbulkan kebutaan jika

terkena mata.

Pengelolaan hutan pinus lestari memerlukan stimulansia yang tidak hanya dapat

meningkatkan produktivitas getah pinus, tetapi juga harus aman bagi penyadap getah serta

tidak merusak pohon dan lingkungan. getah serta olahannya tidak dapat dijadikan food grade.

Menurut LIPI (2004), uap asam sulfat dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan

tenggorokan serta mengganggu paru-paru. Selain itu, cairan asam sulfat juga dapat merusak

kulit dan menimbulkan kebutaan jika terkena mata.

Pengelolaan hutan pinus lestari memerlukan stimulansia yang tidak hanya dapat

meningkatkan produktivitas getah pinus, tetapi juga harus aman bagi penyadap getah serta

tidak merusak pohon dan lingkungan.

Salah satu aspek yang berperan dalam usaha meningkatkan dan melancarkan produksi

getah pinus adalah tenaga penyadap. Tenaga penyadap tidak sepenuhnya bekerja pada

penyadapan dalam arti menyadap hanya merupakan pekerjaan sampingan, sehingga akan

mempengaruhi tingkat produksi getah pinus. Hal tersebut akan mengakibatkan potensi getah

pinus tidak tergarap dengan maksimal.

Akan tetapi, pada saat ini pihak Perhutani memberikan kebijakan kepada penyadap

dengan memberi areal sadapan yang disesuaikan dengan kemampuan penyadap yaitu berkisar

antara dua sampai lima hektar. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui berapa

jumlah pohon yang optimal yang sebaiknya diberikan kepada penyadap berdasarkan

kemampuan masing-masing penyadap.


BAB III

PENUTUP

   Kesimpulan

   Getah yang dihasilkan pohon Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan

cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu

atau kulit pohon jenis jarum tersayat atau pecah

   Pembentukan saluran getah terdiri dari dua cara yaitu lysegenius dan Schizogeneous

   Faktor dalam memproduksi getah pinus yaitu faktor internal pohon, faktor eksternal

pohon dan faktor perlakuan manusia.

   Manfaat hasil pengolahan getah pinus, gondorekum bermanfaat untuk indusrtri batik,

kertas dan sabun sedangkan untuk terpentin digunakan sebagai pelarut untuk

mengencerkan cat minyak, pelarut resin, bahan semir sepatu, bahan kamfer sintetis bahan

campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa

untuk bahan baku kimia lainnya

   Sistem penyadapan getah pinus terdiri dari metode Rill dan metode kuare.

   Peningkatan produktivitas getah pinus dapat dilakukan stimulansia dan perlu adanya

peningkatan tenaga kerja penyadap.

   Saran

pohon pinus menghsasilkan getah yang memiliki manfaat yang cukup penting bagi kehidupan

manusia maka dari itu hutan khususnya pohon pinus patut untuk dijaga, dilindungi serta

pelestarian ekosistemnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ardinsya,Herman.2012.GetahPinus.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/
123456789/11827/E08yaa.pdf. Diakses pada tanggal 22 september 2013 pukul 20.13
WITA.

Adhisuryaperdana.2011.PengenalanHutan.http://adhisuryaperdana.wordpress.com/pengenalan-
hutan.Diakses pada tanggal 21 september 2013 pukul 12.24 WITA.
Bagaskara.2013.PenyadapanGetahPinus.http://bagaskara90.wordpree.com/2011/10/07/
penyadapan-getah-pinus. Diakses pada tanggal 22 september 2012 pukul 11.29 WITA.
Prawira.2013.Gonderukem.http://prawira.wordpress.com/gondorukem. Diakses pada tanggal 22
september 2012 pukul 23.12 WITA
Saputri, Ririn.2011.BotaniPinu smerkusii. http://komunitas-kompak.blogspot.com/2011
Botani-pinus-merkusi.html.Diakses pada tanggal 22 september 2012 pukul 22.30 WITA.
Triningsih.2012.Produk Getah-getahan.http;//trubusan.blogspot.com/2010/01/produk-
Getah-getahan.html. Diakses pada tanggal 22 september 2013 pukul 21.00 WITA

Bak
penampungan
getah pinus hasil
sadapan

Terpentin 1000 Liter MELTER


Vol 10 liter
180oC, Vakum
SETTLER
Vol 10 liter

Air Kotoran
WASHER
Vol 10 liter

PENAMPUNGAN
Pemisahan Air + terpentin DISTILASI OPEN Air
Gondorukem dan STEAM
terpentin (24 jam )

Terpentin + sisa air


GONDORUKEM

SEPARATOR Air

Terpentin absolute

DIAGRAM ALIR PEMBUATAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DARI GETAH PINUS

Rosin Etanol 96 %

larutan alcohol
Rosin

Presipitasi
sodium asam
abietik
Filtrasi

Filtrat

Larutan etanol dan rosin


non kristal

Evaporasi

Rosin non Kristal


(Disproportioned
rosin) (DPR)

DIAGRAM ALIR PEMBUATAN DISPROPORTIONRD ROSIN

Presipitasi sodium abietik

Sodium asam Immiscible, campuran


abietik hidrokarbon - etanol

Agitasi
Layer separation

Hydrocarbon layer Ethanol layer

Larutan hidrokarbon Larutan etanol


asam abietik sodium abietik

Evaporasi Evaporasi

Asam abietik murni Sodium abietik

DIAGRAM ALIR RECOVERY ASAM ABIETIK

ROSIN
Bilangan asam 160
Titik leleh 63oC
Kandungan asam rosin 81 %
Asam lemak 7 %

Gas Nitrogen Ca(OH)2 95 %


Reaktor Volume
300 cc
235oC
Reaktor Volume Gas dikondensasi (produk)
300 cc
265oC, 5 jam

Cairan

Diagram alir dekarboksilasi rosin acid

ROSIN
Bilangan asam 160
Titik leleh 63oC
Kandungan asam rosin 81 %
Asam lemak 7 %

1 gram Pd dalam karbon 50-60% of Dehydroabietic acid


(2% - 5%) Pd dlm karbon Reaktor mm 25-35% of Dihydroabietic acid
500 mg rosin dihydropimaric acid
280oC, 1 jam
Tetrahydroabietic acid

Preparation of disproportionated gum rosin

Isolation of Dehydroabietic acid (DAA) from disproportionated gum rosin


 Larutan 100 gram larutan DPR dicampur dengan 250 ml etanol, disaring
 Larutan dipanaskan sampai 70oC dan ditambahkan 18 gram 2 amino etanol
 Kemudian ditambahkan air 50 ml dipanaskan sampai 80oC
 Kemdian larutan diesktrak dengan cycloheksana 200 ml
 Larutan diekstraksi pada suhu 60oC.
 Kemudian didinginkan sampai kristal terbentuk dicuci dengan etanol kadar 50 %

TOPIK TPPK DAN SKRIPSI


1. PEMBUATAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DARI GETAH PINUS (KHUSUS TPPK)
(3 KELOMPOK)
2. PEMBUATAN DISPROPORTIONRD ROSIN (RESIN NON KRISTAL) (TPPK DAN SKRIPSI)
( 4 MAHASISWA)
3. RECOVERY ASAM ABIETIK (TPPK DAN SKRIPSI)
(2 MAHASISWA)
4. DEKARBOKSILASI ROSIN ACID (TPPK DAN SKRIPSI)
(2 MAHASISWA)
5. PREPARATION DISPROPOTIONED GUM ROSIN (TPPk DAN SRIPSI)
( 2 MAHASISWA)
6. ISOLASI DEHYDROABIETIK ACIS (DAA) DARI DISPROPORTIONED ROSIN
(4 MAHASISWA)
7. ROSIN SOAP (TPPK DAN SKRIPSI) (2 MAHASISWA)

Anda mungkin juga menyukai