PENDAHULUAN
Hutan biasa disebut suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan. Hutan merupakan sumber daya alam yang
hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hutan memiliki berbagai aspek manfaat bagi
kehidupan manusia baik manfaat langsung yang dirasakan maupun yang tidak langsung.
Hutan menghasilkan tanaman yang bermanfaat bagi manusia, contohnya yaitu tanaman
pinus. Pinus mekusii merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh asli di Indonesia. P.
merkusii termasuk dalam jenis pohon serba guna yang terus menerus dikembangkan dan
diperluas penanamannya pada masa mendatang untuk penghasil kayu, produksi getah, dan
konservasi lahan. Di Pulau Jawa, pinus atau tusam dikenal sebagai penghasil kayu, resin dan
gondorukem yang dapat diolah lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Tanaman pinus ini memiliki peranan yang penting, sebab selain sebagai tanaman
pioner, bagian kulit pinus dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan abunya digunakan
untuk bahan campuran pupuk, karena mengandung kalium, ekstrak daun pinus mempunyai
potensi sebagai bioherbisida untuk mengontrol pertumbuhan gulma pada tanaman. Selain itu,
keistimewaan dari pohon pinus yaitu menghasilkan getah yang diolah lebih lanjut akan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Getah yang dihasilkan oleh pinus yaitu gondorukem
dan terpentin yang dipergunakan dalam industri batik, plastik, sabun, tinta cetak, bahan plitur,
manusia, maka prospek gondorukem dan terpentin untuk industri sangat cerah, sehingga
peranan hutan pinus sebagai penyuplai industri gondorukem dan terpentin harus tetap lestari.
Namun produksi gondorukem untuk keperluan industri di Indonesia masih kurang, maka
untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu diadakan peningkatan produksi getah pinus.
7. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan melancarkan produksi getah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada
mahasiswa tentang ciri getah yang dihasilkan oleh pohon pinus, memahami mekanisme
mempengaruhi dalam produksi getah pinus, mengetahui manfaat pengolahan hasil getah
pinus, mampu menjelaskan macam-macam sistem penyedapan getah pinus, dan mengetahui
proses pengolahan getah pinus serta mengetahui cara untuk meningkatkan produksi getah
BAB II
PEMBAHASAN
merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin
pada kayu atau kulit pohon jenis jarum tersayat atau pecah. Penamaan oleoresin ini dipakai
untuk membedakan getah pinus dari getah alamiah (natural resin) yang muncul kulit atau
terdapat dalam rongga-rongga jaringan kayu sebagai genus dari anggota famili
Getah yang berasal dari pohon Pinus berwarna kuning pekat dan lengket, yang terdii
dari campuran bahan kimia yang kompleks. Unsur-unsur terpenting yang menyusun getah
pinus adalah asam terpen dan asam abietic. Campuran bahan tersebut larut dalam alcohol,
bensin, ether, dan sejumlah pelarut organic lainnya, tetapi tidak larut dalam air. Selain itu dari
hasil penyulingan getah Pinus merkusii rata-rata dihasilkan 64% gondorukem, 22,5%
Saluran getah resin bukan merupakan bagian dari kayu, tetapi berupa rongga yang
dikelilingi oleh sel-sel parenkimatis atau sel epitel. Seluruh lapisan yang mengelilingi saluran
Prinsip keluarnya getah dari luka adalah saluran getah pada semua sisi dikelilingi oleh
jaringan parenkim diantara saluran getah dan sel-sel parenkim terdapat keseimbangan
osmotik. Jika dibuat luka pada batang pinus sehingga saluran getahnya terbuka, maka tekanan
a. Lysegeneous
Yaitu beberapa sel parenkim yang berdekatan hancur sehingga isinya tercampur, maka
terbentuk rongga yang kemudian terisi cairan. Rongga ini dibtasi oleh sel-sel yang tidak
hancur, dimana sel-sel yang tidak hancur ini dapat menjadi sel epitel. Proses semacam ini
disebut gummosis.
b. Schizogeneous
Yaitu beberapa sel parenkim memisahkan diri melalui lamella tengah sehingga terjadi suatu
saluran yang dikelilingi oleh belahan sel-sel parenkim yang menjadi sel epitel.
Jenis pohon Pinus yaitu pinus yang berbeda hasil getahnya misalnya :
Persen kayu gubal,yaitu batang kayu Pinus dengan jumlah kayu gubal terbanyak dapat
menghasilkan getah maksimum sebab kayu gubal adalah tempat akumulasi getah tertinggi
(36 %).
Kesehatan pohon,yaitu jika pohon sehat mungkin menghasilkan getah lebih banyak.
System perakaran,yaitu Pinus dengan perakaran yang luas berarti mampun menyerap lebih
Persen tajuk (lebar dan tinggi tajuk pohon) yaitu Pinus dengan tajuk lebih banyak
Jarak tanam yaitu hutan pinus dengan jarak tanam yang jarang iklim mikronya tidak lembab
dan bersuhu tinggi sehingga menghasilkan getah pinus lebih banyak,demikian sebaliknya.
Iklim dan tempat tumbuh yaitu pohon pinus yang tumbuh didaerah dengan curah hujan
tinggi,dingin atau di daerah dengan tinggi > 700 m dpl menghasilkan getah sedikit.curah
hujan rata-rata < 2000mm/th,suhu antara 22-28’ C dan tinggi tempat 400-700m dari
Bonita yaitu pada tanah yang subur memungkinkan menghasilkan getah pinus yang lebih
Asal (umur pohon) getah yang diperoleh makin tua makin banyak dan bagus
Bentuk sadapan yaitu hasil sadapan dari bentuk koakan lebih banyak dari rill dan bor
Arah sadapan yaitu arah menghadapnya luka sadapan menghadap timur paling banyak
Arah pembaruan, yaitu kea rah atas atau bawah.pembaruan ke atas menghasilkan lebih
banyak getah.
Penyimpanan dalam proses pencampuran dengan bahan penolong , bila tepat maka optimal
Upaya stimulansia, yaitu upaya perangsangan pada luka sadapan dengan bahan kimia
asam.upaya stimulansia harus menggunakan pedoman yang teliti agar tidak merugikan.bahan
1. Gondorukem
Rosin atau yang lebih dikenal dalam perdagangannya sebagai gondorukem merupakan
produk olahan dari pinus yang saat ini merupakan komoditi andalan non migas yang bukan
berasal dari non kayu atau rotan. Pengolahan gondorukem di Indonesia hanya dilakukan
dengan cara penyulingan getah pohon tusam ( Pinus merkusii ), tetapi juga ada yang langsung
dengan uap. Gondorukem didapat dari hasil pengolahan getah pinus, bersifat
rapuh,bening,mempunyai titik leleh rendah dan bau khas terpentin serta tidak larut dalam air.
Industri Batik : bahan penyampur lilin batik sehingga diperoleh malam.kebutuhn kira-kira
2.500 ton/thn
Industry kertas : bahan pengisi dalam pembuatan kertas.kebutuhan kira-kira 0,5 % dari
Pembuatan Vernish, tinta,bahan isolasi listrik, korek api, lem, industry kulit dan lalin-lain.
Di luar negeri manfaat lain gondorukem dan derivatnya digunakan untuk membuat resin
sintetis, plastic, lem, aspal, bahan pliitur, lak sintetis, industry sepatu, galangan kapal, dll.
2. Terpentin
Terpentin adalah minyak yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan
gondorukem. Oleh karena sifatnya yang khusus maka minyak terpentin banyak digunakan
baik sebagai bahan pelarut ataupun sebagai minyak mengering. Terpentin merupakan bagian
hidrokarbon yang mudah menguap dari getah pinus. Hidrokarbon ini dipisahkan dari bagian
yang tidak menguap (gondorukem) melalui cara penyulingan. Berdasarkan sumber bahan
bakunya ada 3 jenis terpentin, yaitu terpentin getah (gum turpentin), terpentin kayu (wood
Silitonga et al, 1973 menyatakan jumlah terpentin yang terkandung dalam getah pinus
berkisar antara 10 – 17,5 %. Getah yang segar akan menghasilkan prsentase terpentin yang
lebih tinggi. Terpentin hasil penyulingan bersifat korosi, oleh sebab itu perlu disimpan pada
tempat (drum) yang digalvanisasi. Harga drum ini cukup mahal jika dibandingkan dengan
harga terpentin itu sendiri. Terpentin juga dapat disimpan dalam tempat yang terbuat dari
aluminium atau plastik dan hendaknya agar terhindar dari cahaya. Minyak terpentin dapat
digunakan untuk ramuan semir (sepatu, logam, kayu), sebagi bahan substitusi kamper dalam
Hasil dari getah pinus itu bisa menghasilkan minyak terpentin yang mengandung
senyawa terpene yaitu salah satu isomer hidrokarbon tak jenuh dari C10 H163 terutama
monoterpene alfa-pinene dan beta-pinene, yang dapat digukana secara langsung dan murni
melalui upaya distilasi ulang serta melalui pengolahan lanjutan. Terpentin biasanya
digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak, pelarut resin, bahan semir sepatu,
bahan kamfer sintetis bahan campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk mengkilapkan
Kegiatan pemanenan getah pinus yang dilakukan yaitu dengan cara penyadapan. Beberapa
Bentuk koakan
Teknik ini dilakukan denagn cara mengerok kulot batang lebih dulu, kemudian kayunya
dilukai sedalam 1-2 cm, sedang lebarnya 10 cm. Pelukaan dengan cara ini membentuk huruf
U terbalik dengan jarak dari permukaan tanah sekitar 15-20 cm. Pelukaan yang baru diatas
Bentuk V
Teknik ini hampir sama dengan teknik diatas tetapi berbentuk huruf V. dapat juga
dimodifikasi menjadi V ganda atau seri arah ke atas (rill) yang bentuknya seperti sirip ikan.
Hal ini mengingat kulit pinus yang tebal. Goresan dilakukan dengan kemiringan 45° atau
melingkar.
Dengan bor
Dari keempat teknik tersebut yang paling efektif atau paling banyak menghasilkan
getah pinus adalah dengan menggunakan metode koakan, kemuidian teknik bentuk V dan
teknik bor.
Ada dua macam sistem penyadapan getah pinus yang diterapkan di Perum Perhutani
yakni sistem Rill dan sistem Kuare. Sistem ini lebih cocok bila diterapkan di areal hutan
lindung sebab tidak banyak merusak pohon pinus sehingga kelestarian pohon pinus bisa
terjaga. Sedangkan kelemahannya adalah getah yang dihasilkan lebih sedikit bila
1. Penyadapan Metode Riil Kegiatan penyadapan getah pinus dengan sistem rill adalah
sebagai berikut :
Alat – alat yang dipergunakan terdiri dari : Pembersih kulit (bark shaver), Mal sadap (blaze
frame), Alat pemberi tanda sadapan (marking gauge), alat pembuat saluran tengah (groove
cutter), pisau sadap (freshening knife), talang sadap (lips), Mangkuk penampung getah (pats),
pengeruk getah, dan bor serta alat penunjang lainnya seperti palu, paku, alat semprot
Persiapan penyadapan
harus dibersihkan dari perdu dan semak, agar memudahkan para pekerja dan petugas untuk
alat pembersih kulit (bark shaver) tanpa melukai kayu. Permukaan kulit yang dibersihkan
berukuran 30 x 70 cm pada ketinggian 10 cm dari permukaan tanah dan harus benar – benar
Pembuatan pola sadap, Pola sadap dibuat dengan menggunakan mal sadap (blaze frame) pada
kulit yang sudah dibersihkan. Selajutnya memberikan tanda sadap dengan alat pemberi tanda
sadap (marking gauge). Pola sadap dibuat untuk menetapkan letak saluran tengah dan letak
dimana luka sadapan harus dibuat. Sudut antara garis vertical dan garis miring sebesar 40°.c.
Pelaksanaan Penyadapan
Dalam tahun pertama sadapan, pembuatan saluran tengah dimulai dari bawah menuju keatas.
Sedangkan untuk tahun berikutnya pembuatan dimulai dari atas dan ditarik kebawah. Saluran
tengah dibuat dengan menggunakan Groove cutter pada bagian tengah pola sadapan. Lebar
Pembuatan saluran sadap , Saluran sadap dibuat menggunakan pisau sadap (freshening knife)
dimulai dari ujung terbawah saluran tengah mengikuti tanda saluran sadap yang telah dibuat.
Pemasangan talang sadap, Talang sadap dipasang pada pohon dengan paku, kemudian ditekuk
keatas dan bagian tengahnya ditekan dengan menggunakan palu agar masuk kedalam saluran
Pemasangan batok penampung, Dibawah talang sadap dipakukan dua buah pasak dari bambu
atau kayu untuk dudukan batok penampung getah. Secara berkala batok penampung getah ini
harus dinaikkan letaknya supaya tidak terlalu jauh dengan luka sadap yang baru.
harus disemprotkan pada saluran sadap. Untuk mendapatkan semprotan yang baik, botol
plastik harus dipegang dengan sudut 45° terhadap pohon dan jarak antara ujung penyemprot
dengan pohon / saluran sadap ± 15 cm. Dan penyemprotan stimulansia pada setiap luka sadap
Peludangan getah dan pembersihan dari saluran getah, Mangkok/tempurung diambil dan
getah dituangkan dalam ember plastik. Getah yang masih melekat pada mangkok atau
tempurung harus dibersihkan dengan bantuan pengeruk getah (pat scraper). Pada setiap
perludangan getah, saluran tengah harus dibersihkan dengan pembersihan saluran tengah
Untuk penyadapan sadapan tahun berikutnya dimulai dari ujung atas saluran tengah
tahun sebelumnya dan semua langkah yang yang dikerjakan pada tahun sebelumnya diulangi
lagi, dengan mal sadap 20 x 65 cm. Apabila sadapan telah mencapai pada ketinggian 180 cm,
maka sadapan selanjutnya harus dialihkan mulai dari bawah lagi dengan jarak 5 cm (dari
Kegiatan penyadapan getah pinus dengan sistem rill adalah sebagai berikut
Alat – alat yang digunakan adalah : petel sadap/kadukul, keruk setal, parang, talang seng,
tempurung, kaleng/drum pengutan getah, batu pengasah, minyak tanah, penutup tempurung,
paku.
Persiapan Penyadapan
Pembersihan Lapangan sadapan, Sebelum dilakukan penyadapan lapangan / areal sadapan
harus dibersihkan dari perdu dan semak-semak, agar sinar matahari dapat langsung menyinari
pohon pinus dan memudahkan para pekerja dan petugas untuk melaksanakan pengawasan.
Pada bagian batang yang akan di sadap kulitnya harus dibersihkan / dikerok setebal 3 mm,
Bagan kuare (mal sadap) dibuat tepat di tengah-tengah pohon dengan ukuran lebar 6 cm,
tinggi 60 cm dan kedalaman 1,5 cm dengan alat berbentuk garpu melengkung dengan dua
dua sisi tajam dengan permukaan permulaan setinggi 20 cm dari tanah, kemudian baru
disemprot CAS.
Talang dipasang menempel pada bagian batas bawah kuare dengan menggunakan paku dan
Sadapan lanjutan
Sadapan lanjutan harus dilakukan tepat waktu denganketentuan yaitu : 3 hari sekali bila tidak
Dalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem & Terpentin (PGT)
Perum Perhutani, bahan baku industri berupa Getah Pinus (Pinus Merkusii) diproses melalui
beberapa tahapan :
Getah Pinus sebagai bahan baku untuk produksi Gondorukem & Terpentin, dihasilkan
dari hasil penyadapan pohon Pinus Merkusii. Getah Pinus yang dikumpulkan dan diterima di
PGT berupa : cairan kental yang bercampur dengan kristal,air,serpihan kayu, daun
pinus,kembang pinus,dan kotoran-kotoran lain yang sengaja/tak sengaja dicampurkan (tanah,
pasir dll).
Getah pinus yang telah diterima di PGT Kemudian dilakukan pengujian berupa berat,
kadar air dan kotoran. Setelah lulus tes tersebut, getah pinus kemudian masuk dan
ditumpahkan ke Bak Getah. Jaring-jaring yang terdapat dipermukaan Bak Getah diatas
berfungsi sebagai penyaring awal kotoran terutama kotoran –kotoran yang berukuran besar
2) Pengenceran
Getah yang telah masuk di Bak Getah kemudian dialirkan ke Melter. Pada bagian ini,
getah pinus diencerkan dengan mencampur getah pinus dengan terpentin sebanyak 1000 liter
dan dipanaskan dengan suhu 180 oc. Getah pinus yang telah cair kemudian dialirkan menuju
Settler yang berfungsi untuk menampung getah pinus yang telah encer hasil pemrosesan
Kegiatan selanjutnya adalah pencucian getah pinus yang dilakukan di Tangki Pencuci
(Washer). Di tangki pencuci ini getah pinus dicuci untuk memisahkan getah pinus dengan
kotoran yang berukuran kecil yang masih terdapat pada getah pinus. Setelah kegiatan
4) Pemanasan/pemasakan
Dari tangki penampung, getah dialirkan ke tangki pemasak untuk dimasak selama 24
jam untuk menghasilkan gondorukem dan terpentin. Terpentin terbentuk dari hasil penguapan
yang terjadi selama proses memasak getah pinus. Uap yang dihasilkan tersebut dialirkan ke
tangki pendingin (Condensor) dan berubah menjadi cairan yang kemudian dipisahkan antara
cairan terpentin dan air yang dilakukan di tangki Separator. Setelah itu, terpentin yang telah
Tekanan vakum
Tekanan uap dari uap penekan (Open steam) tidak terlalu besar (golakan tidak terlalu besar)
Suhu pemanasan
khusus gondorukem yang telah disiapkan sambil dilakukan pengujian untuk menentukan
Permintaan getah pinus di Indonesia maupun di dunia semakin meningkat. Oleh karena
itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas getah pinus di Indonesia.
Meningkatkan produktivitas getah pinus dapat dilakukan dengan cara pemberian stimulansia.
Namun, stimulansia yang sering dikenal adalah stimulansia anorganik berupa cairan asam
sulfat yang dapat menyebabkan kerusakan pada pohon pinus, lingkungan, dan mengganggu
kesehatan getah serta olahannya tidak dapat dijadikan food grade. Menurut LIPI (2004), uap
asam sulfat dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganggu paru-
paru. Selain itu, cairan asam sulfat juga dapat merusak kulit dan menimbulkan kebutaan jika
terkena mata.
Pengelolaan hutan pinus lestari memerlukan stimulansia yang tidak hanya dapat
meningkatkan produktivitas getah pinus, tetapi juga harus aman bagi penyadap getah serta
tidak merusak pohon dan lingkungan. getah serta olahannya tidak dapat dijadikan food grade.
Menurut LIPI (2004), uap asam sulfat dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan
tenggorokan serta mengganggu paru-paru. Selain itu, cairan asam sulfat juga dapat merusak
Pengelolaan hutan pinus lestari memerlukan stimulansia yang tidak hanya dapat
meningkatkan produktivitas getah pinus, tetapi juga harus aman bagi penyadap getah serta
Salah satu aspek yang berperan dalam usaha meningkatkan dan melancarkan produksi
getah pinus adalah tenaga penyadap. Tenaga penyadap tidak sepenuhnya bekerja pada
penyadapan dalam arti menyadap hanya merupakan pekerjaan sampingan, sehingga akan
mempengaruhi tingkat produksi getah pinus. Hal tersebut akan mengakibatkan potensi getah
Akan tetapi, pada saat ini pihak Perhutani memberikan kebijakan kepada penyadap
dengan memberi areal sadapan yang disesuaikan dengan kemampuan penyadap yaitu berkisar
antara dua sampai lima hektar. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui berapa
jumlah pohon yang optimal yang sebaiknya diberikan kepada penyadap berdasarkan
PENUTUP
Kesimpulan
Getah yang dihasilkan pohon Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan
cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu
Pembentukan saluran getah terdiri dari dua cara yaitu lysegenius dan Schizogeneous
Faktor dalam memproduksi getah pinus yaitu faktor internal pohon, faktor eksternal
Manfaat hasil pengolahan getah pinus, gondorekum bermanfaat untuk indusrtri batik,
kertas dan sabun sedangkan untuk terpentin digunakan sebagai pelarut untuk
mengencerkan cat minyak, pelarut resin, bahan semir sepatu, bahan kamfer sintetis bahan
campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa
Sistem penyadapan getah pinus terdiri dari metode Rill dan metode kuare.
Peningkatan produktivitas getah pinus dapat dilakukan stimulansia dan perlu adanya
Saran
pohon pinus menghsasilkan getah yang memiliki manfaat yang cukup penting bagi kehidupan
manusia maka dari itu hutan khususnya pohon pinus patut untuk dijaga, dilindungi serta
pelestarian ekosistemnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardinsya,Herman.2012.GetahPinus.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/
123456789/11827/E08yaa.pdf. Diakses pada tanggal 22 september 2013 pukul 20.13
WITA.
Adhisuryaperdana.2011.PengenalanHutan.http://adhisuryaperdana.wordpress.com/pengenalan-
hutan.Diakses pada tanggal 21 september 2013 pukul 12.24 WITA.
Bagaskara.2013.PenyadapanGetahPinus.http://bagaskara90.wordpree.com/2011/10/07/
penyadapan-getah-pinus. Diakses pada tanggal 22 september 2012 pukul 11.29 WITA.
Prawira.2013.Gonderukem.http://prawira.wordpress.com/gondorukem. Diakses pada tanggal 22
september 2012 pukul 23.12 WITA
Saputri, Ririn.2011.BotaniPinu smerkusii. http://komunitas-kompak.blogspot.com/2011
Botani-pinus-merkusi.html.Diakses pada tanggal 22 september 2012 pukul 22.30 WITA.
Triningsih.2012.Produk Getah-getahan.http;//trubusan.blogspot.com/2010/01/produk-
Getah-getahan.html. Diakses pada tanggal 22 september 2013 pukul 21.00 WITA
Bak
penampungan
getah pinus hasil
sadapan
Air Kotoran
WASHER
Vol 10 liter
PENAMPUNGAN
Pemisahan Air + terpentin DISTILASI OPEN Air
Gondorukem dan STEAM
terpentin (24 jam )
SEPARATOR Air
Terpentin absolute
Rosin Etanol 96 %
larutan alcohol
Rosin
Presipitasi
sodium asam
abietik
Filtrasi
Filtrat
Evaporasi
Agitasi
Layer separation
Evaporasi Evaporasi
ROSIN
Bilangan asam 160
Titik leleh 63oC
Kandungan asam rosin 81 %
Asam lemak 7 %
Cairan
ROSIN
Bilangan asam 160
Titik leleh 63oC
Kandungan asam rosin 81 %
Asam lemak 7 %