Anda di halaman 1dari 17

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang derifat dari hasil hutan non kayu berbentuk
gondorukem dengan judul Ester Gliserol Gondorukem sebagai Pengemulsi Minuman
Ringan sebagaimana mestinya.
Makalah ini dibuat dalam rangka menunjang proses pembelajaran mata kuliah
Teknologi Kimia Hasil Hutan. Makalah ini didasarkan pada penyusunan dua poin penting.
Kedua poin tersebut terinci dalam suatu bahasan yang mengulas lebih jauh tentang proses
esterifikasi gondorukem dalam proses pembuatan ester yang kemudian dapat digunakan
sebagai pengemulsi minuman buah yang bersoda. Adapun pencapaian yang diinginkan
penyusun adalah pembaca dapat memahami dengan baik bagaimana mengolah gondorukem
untuk menghasilkan produk lain.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang dialami. Tiada gading
yang tak retak, begitu pula ungkapan dalam penyusunan makalah yang penyusun
sampaikan. Maka dari itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik untuk makalah ini
lebih baik. Semoga materi dalam makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi pembaca sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

Malang, Oktober 2014

Penyusun






2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................................................. 3
I.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 3
I.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 4
I.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................................... 4
I.4 Sistematika Penulisan ................................................................................................................ 4
BAB II ........................................................................................................................................................... 6
II.1 Getah Pinus .............................................................................................................................. 6
II.2 Gondorukem ............................................................................................................................. 6
II.3 Sifat-sifat Gondorukem ............................................................................................................ 7
II.4 Gondorukem Modifikasi .......................................................................................................... 8
II.5 Klasifikasi Gondorukem........................................................................................................... 8
II.6 Minuman ringan ....................................................................................................................... 9
BAB III ........................................................................................................................................................ 11
III.1 Proses Fortifikasi .................................................................................................................. 11
III.2 Proses Esterifikasi ................................................................................................................. 11
III. 3 Proses pembuatan minuman ringan ..................................................................................... 14
BAB IV ........................................................................................................................................................ 15
1V. Kesimpulan ............................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 16





3

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki sumberdaya alam yang
melimpah. Salah satu sumberdaya tersebut adalah sumberdaya hutan. Hutan tropika basah
Indonesia yang terkenal sebagai salah satu pusat biodiversity dunia, bahkan disebut juga
mega biodiversity, telah banyak memberikan produk hasil hutan yang dimanfaatkan untuk
kehidupan manusia. Sumber daya hutan di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati
yangluar biasa, dimana tercatat sekitar 30.000-40.000 jenis tumbuhan yang tersebar di
seluruh kepulauan (Hatta 2007). Sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui ini
mempunyai potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan
sosial bagi kesejahteraan manusia, baik itu yang berupa hasilhutan kayu maupun hasil
hutan bukan kayu (HHBK).
Selama ini pemerintah Indonesia lebih mengutamakan hasil hutan berupa kayu
sebagai produk primadona untuk meningkatkan devisa negara. Padahal HHBK dengan jenis
dan potensinya yang sangat melimpah di hutan dapat memiliki peran yang lebih penting
dibandingkan produk-produk kayu. Selain itu, HHBK merupakan salah satu sumber daya
hutan yang terbukti dapat memberikan dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat
sekitar hutan dan memberikan kontribusi bagi penambahan devisa negara (Sumadiwangsa
dan Dendi, 2001).
Salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang benilai tinggi dan mempunyai
prospek besar untuk dikembangkan saat ini dan di masa mendatang adalah gondorukem.
Hal ini ditunjukkan dengan potensi dan ekspor gondorukem Indonesia yang terus
meningkat, dimana Indonesia merupakan negara produsen gondorukem terbesar ketiga di
dunia setelah Cina dan Brasil yang memberikan kontribusi 8% lebih terhadap produksi
gondorukem dunia. Volume produksi gondorukem Indonesia yang diperdagangkan setiap
tahun sekitar 60 ributon yang terdiri dari 80% untuk ekspor dan 20% untuk memenuhi
kebutuhan pasar domestik (Tambunan, 2010).
Tingginya permintaan gondorukem tersebut, disebabkan oleh tingginya kualitas
gondorukem Indonesia yang berasal dari pohon pinus jenis merkusii dimana keasamannya
4

yang rendah, kemampuannya menahan suhu tinggi, tingkat kelengketannya yang baik dan
aromanya sangat disukai konsumen.
Gondorukem yang diperoleh dari hasil sadapan pohon pinus (gum rosin), ekstraksi
kayu pinus (wood rosin) dan hasil sampingan dari pabrik pulp yang menggunakan bahan
baku kayu pinus (tall oil) disebut sebagai gondorukem nonmodifikasi. Gondorukem non
modifikasi ini mempunyai kelemahan karena sifatnya yang cenderung mengkristal, mudah
teroksidasi oleh oksigen pada udara terbuka karena sifat ketidakjenuhannya dan mudah
bereaksi dengan garam-garam logam berat dalam vernis (Kirk dan Othmer 2007).
Modifikasi gondorukem dapat memperluas kegunaan dari gondorukem non modifikasi
diantaranya sebagai perekat, kertas, tinta cetak, sabun, deterjen, pernis, cat, dan permen
karet.
Salah satu modifikasi gondorukem yang dilakukan untuk memperluas penggunaan
adalah esterifikasi dan fortifikasi yang dapat dibuat dari gondorukem non modifikasi
maupun gondorukem modifikasi hingga menjadi pengemulsi pada minuman berasa.

I.2 Rumusan Masalah
Rumusan makalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana pembuatan metil ester dengan proses esterifikasi gondorukem
2. Bagaimana pengaruh penambahan gondorukem untuk pelunak plester
I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui cara pembuatan metil ester dengan proses esterifkasi gondorukem
2. Mengetahui kegunaan gondorukem sebagai pelunak plester
I.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini penulis susun menjadi 3 bab, yaitu:
1. Bab I berisi pendahuluan. Adapun isi dari pendahuluan:
I.1 Latar Belakang Masalah
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Penulisan
I.5 Sistematika Penulisan
2. Bab II berisi tinjauan pustaka. Adapaun isi dari tinjauan pustaka:
II.1 Getah Pinus
5

II.2 Gondorukem
II.3 Sifat-sifat Gondorukem
II.4 Gondorukem Modifikasi
II.5 Kualitas Gondorukem
II.6 Softdrink
3. Bab III berisi pembahasan. Adapun isi dari pembahasan:
III.1 Proses Fortifikasi
III.2 Proses Esterifikasi
III.3 Pembuatan Plester
4. Bab IV yang berisi penutup. Adapun isi dari penutup:
IV.1 Kesimpulan

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Getah Pinus
Getah pinus yang disebut juga pineoleoresin adalah larutan diterpen yang tidak
dapat menguap serta larutan monoterpen yang dapat menguap. Komponen yang dapat
menguap disebut fraksi terpentin dan yang tidak dapat menguap disebut fraksi rosin atau
gondorukem. Komponen-komponen yang terdapat dalam fraksi yang dapat menguap atau
fraksi terpentin terdiri dari hidrokarbon-hidrokarbon monoterpen dan sesquiterpen, yaitu
campuran pinene dan terpinol dan borneol. Sedangkan fraksi yang tidak dapat menguap
terdiri dari asam-asam yang tidak jenuh, yaitu dari tipe asam abietat serta tipe asam pimarat
yang jumlahnya kira-kira 65% dalam getahpinus (Kirk dan Othmer, 1972).
Penyadapan getah pinus dilakukan setelah tegakan pinus berumur 11 tahun ke atas
yang pada umumnya pohon-pohonnya telah mencapai keliling 63 cm (tanpa kulit).
Batang pinus sebelum disadap, terlebih dahulu kulit batang dibersihkan atau dikerok.
Metode penyadapan ini dinamakan metode Quare (Anonim, 2005).
II.2 Gondorukem
Gondorukem adalah senyawa kompleks yang sebagian besar terdiri dari asam-asam-
resin dan sebagian kecil komponen bukan asam (Kirk dan Othmer, 1972). Gondorukem
berdasarkan bahan bakunya dibagi menjadi tiga macam yaitu gondorukem getah (gum
rosin), gondorukem kayu (wood rosin) dan gondorukem tall oil (tall oil rosin) (Silitongan
dan Suwardi, 1977). Gondorukem kayu diperoleh dari residu penyulingan getah hasil
sadapan pohon pinus. Gondorukem kayu diperoleh dari hasil ekstraksi tunggul kayu dengan
bahan pelarut organik dan larutan tersebut disuling. Gondorukem tall oil diperoleh dari
hasil penyulingan bertingkat tall oil kasar yang merupakan hasil ikutan industri pulp.
Gondorukem yang diperoleh dari tiga macam sumber bahan baku tersebut disebut
gondorukem non-modifikasi (Kirk dan Othmer, 1972).
Asam diterpen yang paling banyak terdiri dari tujuh isomer adalah asam-asam
abietik. Komponen utama yang lain dalah d-asam pimarat (3 isomer). Isomer-isomer tipe
pimarat lebih stabil daripada abietat (Neimo, 1999).
7


Gondorukem umumnya berbentuk angular, berwarna amber kuning, tidak larut
dalam air, dan larut dalam pelarut organik seperti alkohol, benzene, asam asetat glacial,
minyak-minyak, karbon disulfida dan larutan encer basa hidroksida (Djatmiko dkk, 1973).
Warna gondorukem sangat bervariasi dari kuning yang sangat pucat hingga merah
gelap sampai hitam kemerah-merahan, tergantung pada sumber getah dan metode
pengolahannya, umumnya penampakannya transparan, rapuh pada suhu kamar, dan sedikit
berbau atau berasa terpentin (Kirk dan Othmer, 1972). Kegunaan gondorukem yang paling
penting adalah dalam industri perekat, sizing agent-kertas, tinta cetak, solder fluk, pelapis
permukaan, bahan-bahan isolasi listrik, karet sintetik, permen karet, sabun dan detergen
(Anonim, 1995).
II.3 Sifat-sifat Gondorukem
Gondorukem merupakan senyawa yang larut dalam pelarut organik yang terdiri dari
80-90% asam renin dan sekitar 10% komponen netral.Secara garis besar asam-asam
resin ini terbagi menjadi dua golongan, yaitu tipe abietat dan tipe pimarat. Jenis
asam resin yang termasuk dalam tipe abietat terdiri dari asam abietat, levopimarat,
neoabietat, palustrat, dehidroabietat dan asam tetraabietat. Asam abietat ini mudah
terisomer oleh panas dan mudah teroksidasi oleh oksigen dari udara, sedangkan asam
levopimarat yang jumlahnya sedikit, sangat reaktif dan mudah terisomer menjadi asam
lainnya oleh pengaruh panas. Sedangkan jenis asam resin yang termasuk tipe pimarat
terdiri dari asam pimarat, isopimarat dan isopimarat.Tipe pimarat lebih stabil
dibandingkan dengan asam lainnya yang terdapat dalam gondorukem kedua tipe asam
tersebut.

Gambar 2.2.1 Struktur kimia utama dari asam-asam resin kayu pinus
8

II.4 Gondorukem Modifikasi
Gondorukem yang dihasilkan dari penyulingan getah hasil penyulingan getah hasil
sadapan dan tall oil disebut gondorukem non-modifikasi. Perlakuan kimia seperti metode
hidrogenasi, dehidrogenasi, dehidrogenasi atau polimeriasasi dapat meningkatkan stabilitas
dan sifat-sifat fisik gondorukem melalui modifikasi turunan phenanthrene, yang disebut
gondorukem modifikasi (Kirk dan Othmer, 1972).
Gondorukem non-modifikasi digunakan secara luas dalam berbagai macam
industri.Gondorukem non-modifikasi ini kurang cocok digunakan dalam banyak hal karena
daya tahannya yang rendah terhadap kristalisasi, oksidasi, dan rekasi dengan garam-garam
berat (dalam pernis). Kesulitan atau kekurangan tersebut kini telah dapat dieliminasi seiring
dengan berkembangnya proses pengolahan untuk memproduksi gondorukem modifikasi
dan turunan gondorukem. Sekarang ini gondorukem modifikasi lebih banyak diguanakan
dibanding gondorukem non-modifikasi (Kirk dan Othmer, 1972).
II.5 Klasifikasi Gondorukem
Kualitas gondorukem dibedakan menjadi dua kelompok yaitu klasifikasi khusus
dan klasifikasi umum. Klasifikasi khusus gondorukemmeliputi penilaian warna, titik lunak,
kadar abu, bagian yang menguap dan kadar kotoran. Dalam klasifikasi tersebut, kualitas
gondorukem terbagi dalam empat macam kelas mutu yaitu mutu utama, pertama, kedua dan
ketiga.Adapun penjabarannya adalah seperti pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi Khusus Kualitas Gondorukem

Sedangkan untuk klasifikasi umum gondorukem yang terdiri dari bilangan asam,
bilangan penyabunan dan bilangan iod dapat dilihat pada Tabel 2 seperti berikut:

9

Tabel 2. Klasifikasi Umum Kualitas Gondorukem

Mengklasifikasikan gondorukem juga dapat berdasarkan warnanya. Warna pada
standar gondorukem di atas mengikuti klasifikasi warna Gardner pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Kualitas Gondorukem Berdasarkan Standar Warna Gardner


II.6 Minuman ringan
Minuman ringan minuman sangat populer terutama terdiri dari air berkarbonasi,
gula, dan perasa. Hampir 200 negara menikmati manis, soda berkilau dengan konsumsi
tahunan lebih dari 34 miliar galon. Awal dari minuman ringan berasal dari zaman kuno.
Dua ribu tahun yang lalu orang Yunani dan Romawi mengakui nilai obat air mineral dan
mandi di dalamnya untuk relaksasi, praktek yang terus sampai sekarang. Pada akhir 1700-
an Eropa dan Amerika mulai minum air mineral bersoda untuk manfaat terapeutik. Air
mineral imitasi pertama di Amerika Serikat telah dipatenkan pada tahun 1809. Itu disebut
"air soda" dan terdiri dari air dan natrium bikarbonat dicampur dengan asam untuk
menambahkan gelembung. Pada akhir 1950-an minuman kaleng aluminium diperkenalkan,
dilengkapi dengan tab tarik-cincin yang sesuai dan kemudian dengan tinggal-on tab.
Ringan dan botol plastik tahan pecah mulai dipakai pada 1970-an, meskipun itu tidak
10

sampai tahun 1991 bahwa industri minuman ringan menggunakan plastik PET
(polyethylene terephthalate) dalam skala luas.
Produsen minuman ringan telah cepat untuk merespon preferensi konsumen. Pada
tahun 1962 cola diet diperkenalkan dalam menanggapi mode ketipisan bagi perempuan.
Pada 1980-an kesadaran kesehatan tumbuh negara menyebabkan penciptaan dari minuman
ringan kafein bebas dan rendah sodium. Tahun 1990-an diantar di cola jelas yang tidak
berwarna, bebas kafein, dan bebas pengawet.

11

BAB III
PEMBAHASAN

Ester gliserol gondorukem maleat (glycerol ester of maleic rosin)merupakan salah
satu produk derivat gondorukem yang paling penting.Derivatgondorukem ini diperoleh
dengan kombinasi dua metode modifikasi yaitu metodefortifikasi dan metode esterifikasi.
Dalam proses pembuatan ester gliserolgondorukem maleat ada tiga metode yang dapat
digunakan secara umum antaralain metode pertama yaitu rosin, gliserol dan asam maleat
direaksikan bersama;metode kedua yaitu rosin direaksikan pertama dengan asam maleat
untukmemproduksi adduct kemudian diesterifikasikan dengan gliserol dan metodeketiga
yaitu mereaksikan asam maleat dengan gliserol kemudian diikuti olehpenambahan rosin
(Anonim, 2010).
III.1 Proses Fortifikasi
Pada proses ini dilakukan pengolahan gondorukem kualitas WW yang dipanaskan
terlebih dahulu dengan suhu awal 150C sampai meleleh. Setelah gondorukem meleleh
semua, suhu dinaikkan sampai mencapai 200C kemudian campurkan asam maleat dengan
taraf 8%, 10%dan 12%. Taraf tersebut diperoleh dengan menghitung persen asam maleat
dariberat gondorukem yang digunakan. Kemudian aduk campuran gondorukem dan asam
maleat tersebut sampai homogen. Suhu tetap dipertahankan pada 200Cselama 1 jam.
Setelah proses pengolahan gondorukem fortifikasi selesai maka dilakukan pemasakan
kembali secara esterifikasi dengan penambahan gliserol.
III.2 Proses Esterifikasi
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol
yang membentuk ester dan melepaskan molekulair (Harold 1990). Reaksi esterifikasi dapat
dilakukan dengan atau tanpa menggunakan katalis. Katalis yang umum digunakan adalah
katalis asam, sedangkan untukreaksi tanpa katalis dapat dilakukan pada suhu di atas 250C.
Menurut Chartfield (1947) menyatakan bahwa reaksi esterifikasi pada gondorukem dapat
dilakukan pada suhu optimal 280C.
Reaksi esterifikasi umumnya dilakukan pada bahan yang mengandung asam
lemak bebas atau asam resin (senyawa karboksilat). Metode esterifikasi dilakukan untuk
memproduksi karboksil ester (RCOOR). Metode yang paling umum digunakan untuk
12

menghasilkan ester adalah reaksi asam karboksilat dengan alkohol dengan melepaskan air.
Ester juga dapat dibentuk dengan reaksi lain termasuk menggunakan asam anhidrat,
asam klorida, amida, nitrat, eter, aldehid, hidrogenasi alkohol dan keton (Kirk dan
Othmer 2007). Reaksi esterifikasi ini merupakan suatu reaksi yang dapat balik
(reversibel) (Fessenden dan Fessenden 1986). Secara umum, rosin atau derivat rosin
diproses menjadi ester gum karena struktur alami dari gugus karboksil memerlukan
suhu tinggi (Anonim 2009). Persamaan untuk reaksi antarasebuah asam RCOOH dengan
sebuah alkohol ROH adalah sebagaiberikut:

Gambar 3.2.1 Reaksi Esterifikasi
Proses esterifikasi ini dilakukan dengan membuat ester gondorukem dari
gondorukem maleat (maleic glycerol ester) dengan melakukan proses pemasakan lagi
dengan menaikkan suhu sampai mencapai 280C. Tambahkan gliserol dengan taraf 10%,
12% dan 14% terhadap berat gondorukem awal yang digunakan. Kemudian diaduk
sampai homogen. Setelah suhu mencapai 280C, pertahankan suhu tersebut selama 2
jam. Proses pengolahan ester gliserol gondorukem maleat ini berlangsung selama 4-5
jam. Setelah proses selesai diberi perlakuan lagi dengan melarutkan derivat gondorukem
tersebut dalam toluena untuk menghilangkan sisa-sisa asam maleat yang terdapat di
dalamnya. Kemudian tambahkan air dan kocok derivat gondorukem yang sudah dilarutkan
tersebut dalam labu pemisah berulang kali (5 kali). Hasil pemisahan derivat gondorukem
dengan air disuling sampai menghasilkan bentuk gondorukem. Setelah itu, akan dihasilkan
ester gliserol gondorukem maleat.



13



Gondorukem ester gliserol berguna sebagai agen pengemulsikarena menghasilkan
sifat yang anti garam, asam dan alkali yang akanmeningkatkan kemampuan emulsi dan
kestabilan pada nilai pH yang berbeda,sedangkan sebagai tackifier berguna untuk memberi
penampilan potonganpermukaan yang lembut, kenyal dan bagus dari gum base yang manis.
Untukminuman ringan, produk ini digunakan untuk mengendapkan partikel
penyusun,meningkatkan kestabilan terhadap penambahan protein dan mempertinggi
rasadari minuman ringan (Wati, 2005).











Gambar 3.2.2. Proses Esterifikasi Gondorukem
14

III. 3 Proses pembuatan minuman ringan











Air
15

BAB IV
PENUTUP

1V. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai pembuatan ester gliserol gondorukem maleat
diatas, dapat disimpulkan bahwa ester tersebut diperoleh melalui dua tahap, fortifikasi dan
esterifikasi yang dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang.Ester gliserol gondorukem
dapat digunakan lebih jauh dalam pengemulsi minuman ringan.
16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Gum Naval Stores: Turpuntine and Rosin from Pine Rosin. Non-Wood
Forest Product 2.Food and Agriculture Organization of United Nations.

Anonim. 2005. Pedoman Penyadapan Getah Pinus Tahun 2005. Jakarta : Perum
Perhutani
Anonim. 2009. Laporan Pra-Feasibility Studi Pembangunan Industri Derivat
Gondorukem di Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat. Kerja Sama Antara Perum
Perhutani dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Anonim. 2010. Manufacture of Maleic Ester Gum. National Science and Technology
Entrepreneurship Development Board. http : //www. Agricultural Equipments &
Food Processing. [30 September 2014]
Chartfield.H.W.1947. Varnish Constituens. London: Leonard Hill Limited 17 Stratford
Place.
Djatmiko B, Sumadiwangsa S dan Ketaren S. 1973. Pengujian Kualitas Gondorukem.
Publikasi Khusus:10:4-19
Fessenden, J.R dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik. Alih Bahasa Aloysius
Hadyana Pujatmaka, edisi ketiga jilid II. Jakarta :Erlangga.
Hatta, V. 2007.Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Perlu Kearifan. Diakses pada
http://www.indomedia.com//bpost/opini.html. [29 September 2014]
Harold, H. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Kirk, R. E. dan Othmer, D. F. 2007. Rosin dan Rosin Derivate. Encyclopedia of
Chemical Technology.Volume ke-21. New York : The Interscience
Encyclopedia. Inc.
Neimo L. 1999. Internal Sizing of Paper. Di dalam : Neimo L, editor. Papermaking
Science and Technology.Book 4. Helsinki: Fapet Oy.
Silitongga T, Suwardi S. 1977. Penurunan Kualitas Gondorukem Selama Penyaringan di
Jawa Timur. Bogor: Laporan Proyek Lembaga Penelitian Hasil Hutan, 87:2-10.
Sumadiwangsa, S dan Setyawan, D. 2001.Konsepsi Strategi Penelitian Hasil Hutan
Bukan Kayu di Indonesia.Buletin Vol.2 No.2.diakses pada http://www.
PerumPerhutani.html. [29 September 2014]
17

Tambunan, E. 2010. Perhutani Akan Naikkan Upah Penyadap Getah Pinus.Diakses
padahttp://www. Perum Perhutani. html. [29 September 2014]
Wati, I.J. 2005.Esterifikasi Gondorukem dengan Penambahan Gliserol/Pentaerithritol.
[Skripsi].Bogor :Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai