22 JANUARI 2017
ABSTRAK
Muhammad Fadhil, Putra Hendra, Rama Haruki
Fakultas Kedokteran, Universitas Batam
Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross
sectional yang dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota
Batam 2015. Sampel yang digunakan yaitu 96 responden. Pengambilan data dilakukan ditiap
penderita dan dibagikan kuesioner.
Hasil : Hasil Univariat, untuk responden yang memiliki riwayat keluarga DM yaitu 25
responden (26%) dan yang tidak memiliki riwayat keluarga DM yaitu 71 responden (74%).
Sedangkan untuk kejadian DM tipe 2 yaitu 29 responden (30,2%) dan yang bukan DM tipe 2
yaitu 67 responden (69,8%). Hasil Bivariat yaitu adanya hubungan yang bermakna antara
riwayat keluarga DM dengan kejadian DM tipe 2 dengan nilai p value = 0,001 (p<0,05).
Simpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang bermakna
antara riwayat keluarga DM dengan kejadian DM tipe 2.
UNIVERSITAS BATAM 1
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 2
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
hal ini menjadi salah satu faktor yang Communicable pada MDGs (Millenium
mengakibatkan terjadinya DM tipe 2 pada Development Goals) tercatat jumlah
responden dan sebaliknya pada responden penduduk di Indonesia yang mengidap
yang tidak memiliki riwayat keluarga DM, penyakit DM tipe II sebesar 5,7% dari
maka responden kemungkinan kecil untuk keseluruhan jumlah penduduk dan 1,1%
mengidap penyakit DM tipe 2, karena ada diantaranya meninggal dunia karena
beberapa faktor lain yang berhubungan penyakit tersebut.2
dengan terjadinya DM tipe 2, yaitu umur,
berat badan berlebih, kurangnya aktivitas Analisis Bivariat
olahraga, pola makan tidak sehat. Faktor-
faktor tersebut inilah yang dapat memicu Tabel3. Hubungan riwayat keluarga
terjadinya DM tipe 2. yang menderita DM dengan kejadian
DM tipe 2
Hal ini dikarenakan DM tipe 2 Riwayat Responden Total
merupakan penyakit multifaktorial dengan keluarga
menderita Bukan DM DM Tipe
komponen genetik dan lingkungan yang DM Tipe 2 2
memberikan kontribusi sama kuatnya f %
terhadap timbulnya penyakit tersebut. Oleh f % f %
karena itu dengan mengetahui faktor yang
telah disebutkan sebelumnya, orang yang Ada 11 16,4 14 48,3 25 26
berisiko menderita DM tipe 2 dapat Tidak Ada 56 83,6 15 51,7 71 74
mengendalikan faktor tersebut sehingga
tidak menyebabkan terjadinya DM tipe 2 Total 67 100 29 100 96 100
dikemudian hari.
P value 0,001
Tabel2. Distribusi Frekuensi Kejadian
Berdasarkan tabel 4.3 diatas
DM Tipe 2
DM tipe 2 Jumlah Persentase (%)
diketahui responden dengan riwayat
keluarga DM sebanyak 25 responden
Bukan DM tipe 2 67 69,8 diantaranya responden dengan DM Tipe
2 yaitu 14 responden dan responden yang
DM tipe 2 29 74 tidak menderita DM Tipe 2 yaitu 11
Total 96 100 responden, sedangkan yang tidak
memiliki riwayat keluarga DM sebanyak
71 responden diantaranya responden
Berdasarkan dari hasil penelitian dengan DM Tipe 2 yaitu 15 responden
yang telah dilakukan terlihat pada tabel 4.2 dan responden yang tidak menderita DM
dapat dilihat bahwa sebagian besar Tipe 2 yaitu 56 responden. Berdasarkan
responden tidak menderita DM tipe 2 yaitu hasil uji statistik dengan chi-square,
sebesar 69,8% atau sebanyak 67 responden hubungan riwayat keluarga DM dengan
sedangkan kejadian DM tipe 2 yaitu kejadian DM tipe 2 diperoleh nilai p =
sebesar 30,2% atau sebanyak 29 0,001 (p<0,05) yang artinya terdapat
responden. hubungan yang bermakna antara riwayat
keluarga DM dengan kejadian DM tipe 2.
Pada teori juga djelaskan bahwa
dari sekian banyak kasus DM yang KESIMPULAN
ditemui, kasus DM tipe 2 merupakan kasus
yang terbanyak dijumpai.7 Data dari Ditjen Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
Bina Yanmedik (2009) juga mencatat disimpulakan dalah sebagai berikut:
bahwa kasus DM tipe II sebesar 2.178 atau
sekitar 2,38%. Menurut data Non-
UNIVERSITAS BATAM 3
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 4
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
ABSTRAK
Latar Belakang: Kesegaran jasmani pada anak sangat bermanfaat untuk menunjang
kapasitas kerja fisik anak untuk terlaksananya pendidikan yang baik. Kurangnya motivasi
untuk berolahraga berdampak mempengaruhi berat badan anak. Salah satu cara mengetahui
ideal atau tidaknya berat badan seorang anak dapat dilakukan dengan pengukuran Indeks
Massa Tubuh (IMT). Terdapat postur tubuh yang bervariasi pada siswa/i SMP Harapan
Utama Kota Batam yang sepertinya mempengaruhi terhadap kesegaran jasmani mereka.
Maka dari hal tersebut peneliti ingin mencari hubungan IMT dengan kesegaran jasmani.
Metode: Metode penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa/i kelas VIII SMP
Harapan Utama Kota Batam Tahun 2015 yang berjumlah 175 orang, penelitian dilakukan
pada 122 orang yang dipilih menjadi sampel dengan teknik simple random sampling. Hasil
penelitian dianalisis dengan distribusi frekuensi ditabulasi silang kemudian diuji dengan chi-
square.
Hasil: Hasil penelitian ini didapatkan siswa/i yang memiliki IMT tidak ideal dengan
kesegaran jasmani buruk sebanyak 36 (85,7%) orang, kemudian pada siswa/i yang memiliki
IMT tidak ideal dengan kesegaran jasmani cukup baik sebanyak 6 (14,8%) orang. Sedangkan
siswa/i yang memiliki IMT ideal dengan kesegaran jasmani buruk sebanyak 64 (80%) orang,
kemudian pada siswa/i yang memiliki IMT ideal dengan kesegaran jasmani cukup baik
sebanyak 16 (20%) orang. Hasil analisa bivariat dengan uji chi-square diperoleh nilai p value
= 0,435 dimana p value > 0,05, artinya Ho gagal ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara IMT dengan kesegaran jasmani.
Simpulan: Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
indeks massa tubuh (IMT) dengan kesegaran jasmani.
Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), Kesegaran Jasma
UNIVERSITAS BATAM 5
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 6
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
persen, terdiri dari 8,3 persen gemuk September 2015 sampai dengan
dan 2,5 persen sangat gemuk Februari 2016 saat jam olahraga.
(obesitas) (RISKESDAS, 2013). Populasi yang digunakan
Berdasarkan dari hasil dalam penelitian ini adalah seluruh
pengamatan dan wawancara peneliti siswa/i SMP Harapan Utama kelas
di SMP Harapan Utama, Kota VIII. Teknik pengambilan sampel
Batam, siswa/i disana memiliki dalam penelitian ini dengan
postur tubuh yang bervariasi dan menggunakan teknik simple random
situasi tersebut sepertinya sampling sehingga didapatkan
mempengaruhi terhadap keaktifan jumlah sampel sebanyak 122 orang
dalam aktivitas fisik dan kesegaran siswa/i. Penelitian ini menggunakan
jasmani mereka, oleh karena itu laporan hasil pengukuran tinggi
peneliti tertarik untuk mengadakan badan dan berat badan, serta tes
penelitian untuk mengetahui kesegaran jasmani dalam
hubungan Indeks Massa Tubuh mengumpulkan data.
(IMT) dengan kesegaran jasmani
pada siswa/i SMP Harapan Utama HASIL PENELITIAN
Kota Batam. Gambaran Umum Lokasi
Penelitian
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada
Desain dari penelitian ini tanggal 16 November – 18
adalah penelitian observasional November 2015 di Sekolah Harapan
analitik dengan menggunakan Utama Kota Batam yang berlokasi di
pendekatan cross sectional yaitu Jln. Rosedale Simp. Frengky,
penelitian untuk mempelajari Komplek Harapan Putra Utama,
dinamika korelasi antara faktor- Kota Batam Provinsi Kepulauan
faktor risiko efek, dengan cara Riau. Sekolah Harapan Utama Kota
pendekatan, observasi atau Batam adalah sekolah swasta di Kota
pengumpulan data sekaligus pada Batam yang memiliki jenjang dari
suatu saat (point time approach). TK, SD, SMP, SMA dan SMK. Pada
Artinya, tiap subjek penelitian hanya jenjang SMP memiliki rentang kelas
diobservasi sekali saja dan VII, VIII, dan IX dengan pembagian
pengukuran dilakukan terhadap menjadi 5 kelompok yaitu A, B, C,
status karakter atau variabel subjek D, dan E pada setiap kelasnya. Untuk
pada saat pemeriksaan menunjang kegiatan belajar para
(Notoatmodjo, 2010). Pada siswa/i, sekolah ini juga memiliki
penelitian ini dilakukan pengukuran berbagai fasilitas, salah satunya
dan pengamatan pada saat yang adalah lapangan olahraga.
bersamaan (sekali waktu) antara
variabel independen dan variabel
dependen. Penelitian ini dilakukan di
SMP Harapan Utama di Jln.
Rosedale Simp. Frengky, Komplek
Harapan Putra Utama, Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau dari bulan
UNIVERSITAS BATAM 7
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Analisis Univariat
Tabel.1
Jenis Kelamin Sampel
Laki-laki Perempuan Total
Tabel.2
Umur Sampel (Tahun)
12 13 14 Total
Tabel.3
Distribusi Frekuensi IMT di SMP Harapan Utama Kota Batam
No IMT Jumlah (n) Persentase (%)
2. Ideal 80 65,6
UNIVERSITAS BATAM 8
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Tabel.4
Distribusi Frekuensi Kesegaran Jasmani
No Tingkat Kesegaran jasmani Jumlah (n) Persentase (%)
Analisis Bivariat
Tabel.5
Hubungan IMT dengan Kesegaran Jasmani
Kesegaran Jasmani
Total
IMT Buruk Cukup Baik P value
n % n % n %
Ideal 64 80 16 20 80 100
Total 100 81,9 22 18,1 122 100
UNIVERSITAS BATAM 9
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 10
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 11
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 12
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 13
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
ABSTRAK
Ikhsan Syaputra, 61112104. 2016. Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Nyeri
Punggung Bawah Pada Karyawan PT. Batam Bersatu Apparel di Area Sewing Tahun 2015.
Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Batam.
Latar Belakang: Nyeri punggung bawah adalah salah satu masalah kesehatan yang umum
dijumpai dalam masyarakat industri. Nyeri punggung bawah pada pekerja pada umumnya
dimulai pada usia dewasa muda dengan puncak prevalensi pada kelompok usia 45-65 tahun
dengan sedikit perbedaan berdasarkan jenis kelamin.
Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross-
sectional. Populasi penilitian ini adalah seluruh karyawan bagian Sewing yang masih bekerja
di PT. Batam Bersatu Apparel di Area Sewing Tahun 2015, penelitian dilakukan pada 35
orang menjadi sampel dengan teknik total sampling. Hasil penelitian dianalisis dengan uji
Chi Square.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karyawan terbanyak adalah umur 20-35 tahun
sebanyak 30 orang (85,7%). Jenis kelamin karyawan terbanyak adalah perempuan sebanyak
21 orang (60%). Indeks Massa Tubuh karyawan terbanyak adalah normal sebanyak 23 orang
(65,7%). Dari hasil penelitan didapatkan p Value hubungan umur dengan nyeri punggung
bawah sebesar 0,005, p Value hubungan jenis kelamin dengan nyeri punggung bawah sebesar
1,000 dan p Value hubungan Indeks Massa Tubuh dengan nyeri punggung bawah sebesar
0,006.
Simpulan: didapatkan hubungan bermakna antara umur, indeks massa tubuh dengan nyeri
punggung bawah. Tidak didapatkan hubungan antara jenis kelamin dengan nyeri punggung
bawah.
UNIVERSITAS BATAM 14
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 15
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik tubuh dan variabel terikat dalam penelitian
untuk melakukan penelitian dengan judul ini adalah nyeri punggung bawah (Low
hubungan faktor risiko dengan kejadian Back Pain)
nyeri punggung bawah (Low Back Pain) Untuk mendapatkan data dalam
pada karyawan PT. Batam Bersatu Apparel penelitian ini dilakukan dengan
di Area Sewing. memberikan kuisioner kepada karyawan.
Setelah itu karyawan ditimbang berat
METODE PENELITIAN badannya dengan timbangan injak dan
Penelitian ini menggunakan metode pengukuran tinggi badan dengan
penelitian analitik deskriptif dengan microtoise.
pendekatan cross sectional. Populasi dari Pada penelitian ini analisis
penelitian ini adalah seluruh karyawan univariat digunakan untuk mengetahui
bagian Sewing yang masih bekerja di PT. gambaran dari variabel bebas yaitu umur,
Batam Bersatu Apparel dengan jumlah 35 jenis kelamin, indeks massa tubuh dan
orang. variabel terikat yaitu nyeri punggung
Pada penelitian ini, peneliti bawah (Low Back Pain). Untuk mencari
mengambil sampel dengan menggunakan hubungan variabel bebas yaitu umur, jenis
teknik total sampling, dimana seluruh kelamin, indeks massa tubuh variabel
populasi akan diteliti yaitu sebanyak 35 terikat nyeri punggung bawah (Low Back
orang. Variabel bebas dalam penelitian ini Pain) digunakan uji statistik chi square.
adalah umur, jenis kelamin, indeks massa
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
UNIVERSITAS BATAM 16
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Jumlah 20 15 35
UNIVERSITAS BATAM 17
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Jumlah 20 15 35
UNIVERSITAS BATAM 18
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Jumlah 20 15 35
UNIVERSITAS BATAM 19
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 20
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 21
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
punggung bawah (Low Back Pain) rotasi kerja karyawan di setiap area
pada karyawan di PT. Batam Bersatu hendaknya ditingkatkan disamping
Apparel di Area Sewing Tahun 2015, mengurangi beban kerja juga
maka dapat diambil kesimpulan meningkatkan hasil produksi.
sebagai berikut: 2. Tenaga Karyawan
2. Sebagian besar karyawan di PT. Melihat dari permasalahan yang
Batam Bersatu Apparel di Area didapatkan di PT yaitu masih
Sewing berumur 20-35 Tahun. terdapatnya karyawan yang
3. Sebagian besar karyawan di PT. mengalami nyeri punggung bawah
Batam Bersatu Apparel di Area (Low Back Pain). Hal ini perlu
Sewing berjenis kelamin perempuan. dicegah jangan sampai terjadi di
4. Sebagian besar karyawan di PT. masa yang akan datang. Untuk itu
Batam Bersatu Apparel di Area sangat perlu diadakan kegiatan
Sewing memiliki Indeks Massa penyuluhan dan peningkatan
Tubuh normal. pengetahuan karyawan tentang
5. Sebagian besar karyawan di PT. pentingnya melakukan pekerjaan
Batam Bersatu Apparel di Area secara ergonomis dan menjaga fisik
Sewing tidak mengalami nyeri sehingga dapat menghindari
punggung bawah (Low Back Pain). penyebab-penyebab terjadinya nyeri
6. Ada hubungan yang bermakna antara punggung bawah (Low Back Pain)
umur dengan nyeri punggung bawah selama melakukan aktivitas maupun
(Low Back Pain) pada karyawan di saat bekerja.
PT. Batam Bersatu Apparel di Area 3. Bagi Penelitian lain
Sewing. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
7. Tidak ada hubungan antara jenis digunakan sebagai data atau landasan
kelamin dengan nyeri punggung acuan bagi peneliti-peneliti lain untuk
bawah (Low Back Pain) pada mengembangkan penelitian ini
karyawan di PT. Batam Bersatu sehingga akan lebih baik lagi.
Apparel di Area Sewing .
8. Ada hubungan yang bermakna antara
Indeks Massa Tubuh dengan nyeri Daftar Pustaka
punggung bawah (Low Back Pain)
pada karyawan di PT. Batam Bersatu Abdullah, Mujianto. 2013. Cara Cepat
Apparel di Area Sewing. Mnegatasi 10 Besar Kasus
Muskuloskeletal Dalam Praktik
Saran Klinik Fisioterapi. Jakarta : Trans
1. Bagi PT. Batam Bersatu Apparel Info Media.
Hasil penelitian ini diharapkan PT. Adelia, R., 2007. Nyeri Pinggang/Low
Batam Bersatu Apparel untuk dapat Back Pain. Available from:
memberikan training tentang sikap http://www.fkunsri.wordpress.com/
kerja yang ergonomis kepada 2007/09/01/nyeri-pinggang-low-
karyawan, menyediakan alat bantu backpain/[Accesed 5 Mei 2013].
yang sesuai untuk kegiatan yang Bimariotejo. 2009. Low Back Pain (LBP).
berhubungan dengan posisi duduk, Diambil 2 Oktober 2013 dari
mengangkat, mengangkut dan www.backpainforum.com.
menyesuaikan karakteristik karyawan Cohen K. 2007. Nyeri punggung bawah.
baik faktor umur, jenis kelamin, Bandung : Medicastore.
Indeks Massa Tubuh , dengan beban Dagenais S, Caro J, Haldeman S. 2008. A
kerja yang diberikan serta frekuensi systematic Review of Lw Back Pain
UNIVERSITAS BATAM 22
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 23
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
ABSTRAK
Hubungan Kecerdasan Emosional Terhadap Derajat Depresi Pada Siswa Kelas
VIII Di Pesantren Darul Falah Kota Batam Tahun 2016. Skiripsi. Fakultas
Kedokteran, Universitas Batam.
Remaja adalah masa perubahan individu dari fase kanak-kanak menuju fase
dewasa. Pada masa peralihan ini, remaja yang tinggal di pesantren memiliki
dilematika permasalahan remaja yang relatif berbeda dengan remaja lain pada
umumnya. Ketidakmampuan menyesuaikan diri, banyaknya peraturan yang
harus dipatuhi dapat menyebabkan kekacauan dalam kejiwaan remaja, antara lain
berupa depresi baik ringan, sedang maupun berat.
Metode penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII di
Pesantren Darul Falah Kota Batam Tahun 2016, penelitian dilakukan pada 100
orang yang dipilih menjadi sampel dengan teknik purposive sampling. Hasil
penelitian dianalisis dengan uji korelasi Product Moment (α=0,05).
Berdasarkan hasil univariat siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah
sebanyak 23 (23%) orang, kecerdasan emosional sedang sebanyak 67 (67%)
orang, dan kecerdasan emosional tinggi sebanyak 10 (10%) orang. siswa yang
tidak depresi sebanyak 51 (51%) orang,siswa yang mengalami depresi ringan
sebanyak 37 (37%), siswa yang mengalami depresi sedang sebanyak 12 (12%)
orang,sedangkan siswa yang mengalami depresi berat tidak ada. Dari uji korelasi
product moment dari Pearson didapatkan hasil r = -0,482 dan nilai signifikansi
sebesar 0,000 (p<0,05).
Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna
antara kecerdasan emosional terhadap derajat depresi pada siswa kelas VIII di
Pesantren Darul Falah Kota Batam Tahun 2016
UNIVERSITAS BATAM 24
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 25
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 26
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
yaitu, dimensi perasaan, keyakinan, ritual, Testing Ability (RTA) masih baik,
pengetahuan, dan pengaruh. Kelima kepribadian tetap utuh, perilaku dapat
dimensi tersebut terbukti memberikan terganggu tetapi dalam batas-batas normal
pengaruh terhadap kecerdasan emosional (Hawari, 2006).
sebesar 10,8%. Sehingga dapat Menurut peneliti, aturan dan norma
disimpulkan bahwa semakin komitmen yang ada di pondok pesantren terkadang
seseorang dalam menjalankan agama yang membuat siswa mengalami tekanan secara
ditampilkan dalam keyakinan, perasaan, psikologis, akibat adanya ketidaksesuaian
pengetahuan, dan perilaku sehari-hari norma yang berlaku sebelumnya di
maka orang tersebut akan menunjukkan keluarga yang mengakibatkan
perilaku-perilaku yang menjadi dimensi ketidakmampuan mengatasi kehidupannya.
dalam kecerdasan emosional (Relawu, Salah satunya pada penelitian ini, di
2007). Pondok Pesantren Darul Falah mempunyai
Kecerdasan emosional adalah aturan dan norma yang mewajibkan siswa
kemampuan mengenali perasaan kita untuk melakukan ikrar santri untuk
sendiri dan perasaan orang lain, menaati peraturan yang diterapkan di
kemampuan memotivasi diri sendiri dan pondok pesantren. Selain itu, siswa di
kemampuan mengelola emosi dengan baik pondok pesantren yang mulai lepas dari
pada diri sendiri dan dalam hubungan orang tua dituntut untuk bisa mandiri
dengan orang lain (Goleman, 2003). dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan
padatnya kegiatan di dalam pondok
2. Distribusi Frekuensi Depresi pesantren. Berhubungan dengan pendapat
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi yang menyatakan bahwa hal yang memicu
Depresi depresi pada individu adalah kepasifan dan
Derajat f Persentase perasaan tidak mampu bertindak serta
Depresi (%) mengendalikan hidupnya terbentuk
Tidak 51 51 melalui pengalaman yang tidak
Depresi menyenangkan dan trauma yang tidak
Depresi 37 37 berhasil dikendalikan oleh individu
Ringan (Davidson et al, 2004).
Depresi 12 12
Sedang HASIL ANALISA BIVARIAT
Depresi 0 0
Berat Tabel 4.3 Distribusi Hubungan
Total 100 100 Kecerdasan Emosional dengan
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, Derajat Depresi
menunjukan bahwa siswa yang tidak
depresi sebanyak 51 orang (51%), siswa
yang mengalami depresi ringan sebanyak
37 orang (37%), siswa yang mengalami
depresi sedang sebanyak 12 orang (12%),
sedangkan siswa yang mengalami depresi
berat tidak ada.
Depresi adalah gangguan alam
perasaan hati (mood) yang ditandai oleh
kemurungan dan kesedihan yang
mendalam dan berkelanjutan sampai
hilangnya gairah hidup, tidak mengalami
gangguan menilai realitas atau Reality
UNIVERSITAS BATAM 27
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 28
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 29
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
ABSTRAK
Latar Belakang: Kesegaran jasmani pada anak sangat bermanfaat untuk menunjang
kapasitas kerja fisik anak untuk terlaksananya pendidikan yang baik. Kurangnya motivasi
untuk berolahraga berdampak mempengaruhi berat badan anak. Salah satu cara mengetahui
ideal atau tidaknya berat badan seorang anak dapat dilakukan dengan pengukuran Indeks
Massa Tubuh (IMT). Terdapat postur tubuh yang bervariasi pada siswa/i SMP Harapan
Utama Kota Batam yang sepertinya mempengaruhi terhadap kesegaran jasmani mereka.
Maka dari hal tersebut peneliti ingin mencari hubungan IMT dengan kesegaran jasmani.
Metode: Metode penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa/i kelas VIII SMP
Harapan Utama Kota Batam Tahun 2015 yang berjumlah 175 orang, penelitian dilakukan
pada 122 orang yang dipilih menjadi sampel dengan teknik simple random sampling. Hasil
penelitian dianalisis dengan distribusi frekuensi ditabulasi silang kemudian diuji dengan chi-
square.
Hasil: Hasil penelitian ini didapatkan siswa/i yang memiliki IMT tidak ideal dengan
kesegaran jasmani buruk sebanyak 36 (85,7%) orang, kemudian pada siswa/i yang memiliki
IMT tidak ideal dengan kesegaran jasmani cukup baik sebanyak 6 (14,8%) orang. Sedangkan
siswa/i yang memiliki IMT ideal dengan kesegaran jasmani buruk sebanyak 64 (80%) orang,
kemudian pada siswa/i yang memiliki IMT ideal dengan kesegaran jasmani cukup baik
sebanyak 16 (20%) orang. Hasil analisa bivariat dengan uji chi-square diperoleh nilai p value
= 0,435 dimana p value > 0,05, artinya Ho gagal ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara IMT dengan kesegaran jasmani.
Simpulan: Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
indeks massa tubuh (IMT) dengan kesegaran jasmani.
Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), Kesegaran Jasmani
UNIVERSITAS BATAM 30
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 31
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
persen, terdiri dari 8,3 persen gemuk September 2015 sampai dengan
dan 2,5 persen sangat gemuk Februari 2016 saat jam olahraga.
(obesitas) (RISKESDAS, 2013). Populasi yang digunakan
Berdasarkan dari hasil dalam penelitian ini adalah seluruh
pengamatan dan wawancara peneliti siswa/i SMP Harapan Utama kelas
di SMP Harapan Utama, Kota VIII. Teknik pengambilan sampel
Batam, siswa/i disana memiliki dalam penelitian ini dengan
postur tubuh yang bervariasi dan menggunakan teknik simple random
situasi tersebut sepertinya sampling sehingga didapatkan
mempengaruhi terhadap keaktifan jumlah sampel sebanyak 122 orang
dalam aktivitas fisik dan kesegaran siswa/i. Penelitian ini menggunakan
jasmani mereka, oleh karena itu laporan hasil pengukuran tinggi
peneliti tertarik untuk mengadakan badan dan berat badan, serta tes
penelitian untuk mengetahui kesegaran jasmani dalam
hubungan Indeks Massa Tubuh mengumpulkan data.
(IMT) dengan kesegaran jasmani
pada siswa/i SMP Harapan Utama HASIL PENELITIAN
Kota Batam. Gambaran Umum Lokasi
Penelitian
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada
Desain dari penelitian ini tanggal 16 November – 18
adalah penelitian observasional November 2015 di Sekolah Harapan
analitik dengan menggunakan Utama Kota Batam yang berlokasi di
pendekatan cross sectional yaitu Jln. Rosedale Simp. Frengky,
penelitian untuk mempelajari Komplek Harapan Putra Utama,
dinamika korelasi antara faktor- Kota Batam Provinsi Kepulauan
faktor risiko efek, dengan cara Riau. Sekolah Harapan Utama Kota
pendekatan, observasi atau Batam adalah sekolah swasta di Kota
pengumpulan data sekaligus pada Batam yang memiliki jenjang dari
suatu saat (point time approach). TK, SD, SMP, SMA dan SMK. Pada
Artinya, tiap subjek penelitian hanya jenjang SMP memiliki rentang kelas
diobservasi sekali saja dan VII, VIII, dan IX dengan pembagian
pengukuran dilakukan terhadap menjadi 5 kelompok yaitu A, B, C,
status karakter atau variabel subjek D, dan E pada setiap kelasnya. Untuk
pada saat pemeriksaan menunjang kegiatan belajar para
(Notoatmodjo, 2010). Pada siswa/i, sekolah ini juga memiliki
penelitian ini dilakukan pengukuran berbagai fasilitas, salah satunya
dan pengamatan pada saat yang adalah lapangan olahraga.
bersamaan (sekali waktu) antara
variabel independen dan variabel
dependen. Penelitian ini dilakukan di
SMP Harapan Utama di Jln.
Rosedale Simp. Frengky, Komplek
Harapan Putra Utama, Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau dari bulan
UNIVERSITAS BATAM 32
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Analisis Univariat
Tabel.1
Jenis Kelamin Sampel
Laki-laki Perempuan Total
Jumlah (orang) 73 49 122
Persentase (%) 59,8 40,2 100
Dari tabel.1 diatas 73 (59,8%) orang dan sampel yang
menunjukkan bahwa sampel yang berjenis kelamin perempuan
berjenis kelamin laki-laki sebanyak sebanyak 49 (40,2%) orang.
Tabel.2
Umur Sampel (Tahun)
12 13 14 Total
Jumlah (orang) 7 94 21 122
Persentase (%) 5,7 77,1 17,2 100
Dari tabel.2 diatas tahun sebanyak 94 (77,1%) orang,
menunjukkan bahwa sampel yang dan sampel yang berumur 14 tahun
berumur 12 tahun sebanyak 7 (5,7%) sebanyak 21 (17,2%) orang.
orang, sampel yang berumur 13
Tabel.3
Distribusi Frekuensi IMT di SMP Harapan Utama Kota Batam
No IMT Jumlah (n) Persentase (%)
2. Ideal 80 65,6
Tabel.4
Distribusi Frekuensi Kesegaran Jasmani
No Tingkat Kesegaran jasmani Jumlah (n) Persentase (%)
1. Buruk 100 87,7
2. Cukup Baik 22 12,3
Total 122 100
Dari tabel.4 diatas dan siswa/i yang memiliki tingkat
menunjukkan bahwa siswa/i yang kesegaran jasmani cukup baik
memiliki tingkat kesegaran jasmani sebanyak 22 (12,3%) orang.
buruk sebanyak 100 (87,7%) orang
UNIVERSITAS BATAM 33
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Analisis Bivariat
Tabel.5
Hubungan IMT dengan Kesegaran Jasmani
Kesegaran Jasmani
Total
IMT P value
Buruk Cukup Baik
n % n % n %
UNIVERSITAS BATAM 34
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
(2015) dari sampel 90 orang siswa/i pada kesegaran jasmani yang baik tidak akan
SMP N 8 Kota Banda Aceh, didapatkan menimbulkan kelelahan yang berlebihan.
hasil pengukuran IMT bahwa sebagian Penelitian sebelumnya yang
besar responden yaitu 61 (67,8%) orang dilakukan oleh Utari (2007) pada 80 anak
memiliki IMT ideal. Hasil penelitian ini yang diteliti tingkat kesegaran jasmaninya
mendiskripsikan bahwa siswa/i yang didapatkan 59,9% memiliki tingkat
memiliki IMT ideal di SMP N 8 Kota kesegaran jasmani kurang sekali dan 25%
Banda Aceh cukup besar. memiliki tingkat kesegaran jasmani
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan kurang. Hasil penelitian ini
hasil penelitian sebelumnya yang mendiskripsikan bahwa sebagian besar
dilakukan oleh Willia Mahayati yaitu anak memiliki kesegaran jasmani yang
siswa/i yang memiliki IMT ideal lebih kurang sekali.
banyak daripada siswa/i yang memilki Hasil penelitian ini juga sejalan
IMT tidak ideal. dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Utari yaitu siswa/i yang
Distribusi Frekuensi Kesegaran memiliki kesegaran jasmani buruk lebih
Jasmani banyak daripada siswa/i yang memiliki
Berdasarkan penelitian yang kesegaran jasmani cukup baik.
dilakukan pada siswa/i SMP Harapan
Utama Kota Batam pada tanggal 16 Hubungan IMT dengan Kesegaran
November – 18 November 2015 dengan Jasmani
jumlah responden 122 orang didapatkan Berdasarkan penelitian yang
siswa/i yang memiliki tingkat kesegaran dilakukan pada siswa/i SMP Harapan
jasmani buruk sebanyak 100 (87,7%) Utama Kota Batam pada tanggal 16
orang dan siswa/i yang memiliki tingkat November – 18 November 2015 dengan
kesegaran jasmani cukup baik sebanyak 22 jumlah responden 122 orang didapatkan
(12,3%) orang. bahwa siswa/i yang memiliki IMT tidak
Menurut teori Permaesih et al ideal dengan kesegaran jasmani buruk
(2001) kesegaran jasmani adalah sebanyak 36 (85,7%) orang dan siswa
kemampuan untuk melakukan kegiatan yang memiliki IMT tidak ideal dengan
atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi kesegaran jasmani cukup baik sebanyak 6
terhadap pembebanan fisik tanpa (14,8%) orang. Sedangkan siswa yang
menimbulkan kelelahan berlebih dan memiliki IMT ideal dengan kesegaran
masih mempunyai cadangan tenaga untuk jasmani buruk sebanyak 64 (80%) orang
menikmati waktu senggang maupun dan siswa yang memiliki IMT ideal
pekerjaan yang mendadak serta bebas dari dengan kesegaran jasmani cukup baik
penyakit. sebanyak 16 (20%) orang.
Berdasarkan data di atas dengan Menurut Nyoman et al. dan
menggunakan tes kesegaran jasmani bleep Damayanti dalam Putri (2010) IMT
test pada responden didapatkan sebagian merupakan salah satu indeks antropometri
besar siswa/i memiliki kesegaran jasmani yang digunakan untuk mengetahui dan
yang buruk. Hal ini juga diperkuat dari mengukur status gizi seseorang dari
pengamatan peneliti bahwa pada siswa/i berbagai ketidak seimbangan asupan
tersebut banyak mengeluh kelelahan yang energi, serta menjadi salah satu faktor
berlebihan setelah dilakukannya tes penting yang mempengaruhi kesegaran
kesegaran jasmani, dimana gejala jasmani. Pada penelitian ini peneliti
kelelahan tersebut berkaitan dengan melakukan pengukuran kesegaran jasmani
pengertian kesegaran jasmani bahwa itu sendiri dengan menggunakan metode
bleep test.
UNIVERSITAS BATAM 35
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Berdasarkan data diatas diketahui jam sekolah dimana artinya para siswa/i
bahwa distribusi frekuensi terbanyak hanya melakukan olahraga pada saat
adalah siswa/i yang memiliki IMT ideal pelajaran olahraga saja.
dengan kesegaran jasmani yang buruk Hasil penelitan ini dibuktikan oleh
yaitu 64 orang. Banyaknya jumlah ini uji bivariat dari analisis statistik chi square
menunjukkan bahwa siswa/i yang dan hasil perhitungan dengan
memiliki IMT ideal belum tentu menggunakan bantuan program komputer
sepenuhnya memiliki kesegaran jasmani didapatkan nilai signifikansi p sebesar
yang cukup baik. Hal ini dapat disebabkan 0,435, angka tersebut menunjukkan angka
karena faktor yang mempengaruhi yang signifikan karena nilai p lebih besar
kesegaran jasmani tidak hanya IMT. dibandingkan dengan taraf signifikasi ()
Menurut Suhantoro dalam Wulandari = 5% (0,05). Dengan demikian dapat
(2004) kesegaran jasmani dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut hubungan antara IMT dengan kesegaran
seperti umur, IMT, aktivitas fisik, dan jasmani pada siswa/i SMP Harapan Utama
kesehatan. Dari peninjauan pada sampel Kota Batam Tahun 2015.
yang memiliki kesegaran jasmani yang
cukup baik didapatkan bahwa mereka KESIMPULAN DAN SARAN
tidak hanya berolah raga di saat jam olah Kesimpulan
raga, tetapi juga mengikuti ekstrakurikuler 1. Terdapat lebih dari sebagian (65,5%)
olah raga diluar waktu sekolah. Hal ini siswa/i SMP Harapan Utama Kota
sesuai dengan teori Murray dalam Batam memiliki IMT yang ideal.
Wulandari (2004) yang menyatakan bahwa 2. Terdapat sebagian kecil (12,3%)
faktor aktivitas fisik yang mempengaruhi siswa/i SMP Harapan Utama Kota
kesegaran jasmani, dimana aktivitas fisik Batam memiliki kesegaran jasmani
yang terencana, terstruktur, dilakukan cukup baik.
berulang-ulang dan bertujuan memperbaiki 3. Tidak terdapat hubungan antara IMT
atau mempertahankan kesegaran jasmani dengan kesegaran jasmani.
sering disebut dengan latihan fisik. Saran
Menurut Mukholid (2007) kegiatan 1. Bagi sekolah diharapkan dapat
melakukan latihan tersebut sangat meningkatkan minat siswa/i untuk ikut
bermanfaat bagi tubuh terutama untuk serta dalam kegiatan ekstrakurikuler
mengatur pernapasan, mengatur gerakan semisalnya basket, futsal, dan lain-lain.
otot, dan mengatur berat badan, serta 2. Bagi siswa/i diharapkan dapat lebih
mengatur ketenangan. sadar akan pentingnya IMT yang ideal
Hasil penelitian ini diperkuat dan kesegaran jasmani yang baik
dengan pengamatan langsung oleh peneliti dengan berolahraga secara teratur
dimana kebanyakan siswa/i lebih dalam kehidupan sehari-hari.
cenderung memperhatikan tubuh yang 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
bagus daripada memperhatikan kesegaran dapat melakukan penelitian lanjutan
jasmaninya sendiri. Hal ini disebabkan dengan metode penelitian dan faktor
karena siswa/i telah memasuki masa lain yang dapat mempengaruhi
remaja yang lebih di kenal dengan masa kesegaran jasmani seperti umur,
puber sehingga membuat siswa/i sangat aktifitas fisik, dan kesehatan serta lebih
memperhatikan penampilan yang menarik memperhatikan jam dalam pengukuran
untuk kalangan lingkungannya. Sebagian tes kesegaran jasmani.
besar pada siswa/i juga didapatkan jarang 4. Bagi masyarakat diharapkan dapat
mengikuti olahraga atau aktifitas fisik menjadi bahan referensi untuk
untuk kesegaran jasmani mereka setelah menambah ilmu pengetahuan bahwa
UNIVERSITAS BATAM 36
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 37
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
ABSTRAK
Kehamilan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan. Kehamilan
mempengaruhi pola seksualitas pada wanita. Berbagai perubahan fisik dan
psikologis dapat mempengaruhi wanita hamil, terutama pada seksualitas. Seiring
dengan bertambahnya ukuran uterus pada wanita hamil dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dan kesulitan untuk melakukan hubungan seksual. Semua
wanita yang aktif secara seksual selama kehamilan secara keseluruhan mengalami
penurunan frekuensi sanggama dibandingkan awal kehamilan, dan posisi
sanggama yang digunakan lebih banyak menggunakan posisi lain seperti posisi
bersampingan, posisi wanita di atas, posisi penetrasi dari belakang. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memahami hubungan usia kehamilan terhadap
perubahan posisi sanggama dan frekuensi sanggama pada wanita hamil. Penelitian
ini dilakukan menggunakan metode design deskriptif analitik dan pengambilan
sampel dengan teknik total sampling pada bulan februari-agustus 2016 di Klinik
Mitra Bunda Batam. Data diolah menggunakan SPSS versi 20 dengan uji chi
square, tingkat signifikansi 0,05. Analisa data terdiri dari analisis univariat dan
analisis bivariat. Didapatkan hasil wanita hamil yang melakukan sanggama
dengan menggunakan posisi normal sebanyak 20 orang (40,8%) dan wanita hamil
yang melakukan sanggama menggunakan posisi lain sebanyak 29 orang (59,2%).
Sedangkan wanita hamil yang melakukan sanggama dengan frekuensi ≤1
kali/minggu sebanyak 27 orang (55,1%) dan wanita hamil yang melakukan
sanggama dengan frekuensi ≥2 kali/minggu sebanyak 22 orang (44,9%).
Hubungan analisis bivariat chi square, hubungan usia kehamilan terhadap
perubahan posisi sanggama dan frekuensi sanggama pada wanita hamil dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan usia kehamilan terhadap perubahan posisi
sanggama dan frekuensi sanggama pada wanita hamil
Kata Kunci: usia kehamilan, posisi sanggama, frekuensi sanggama
UNIVERSITAS BATAM 38
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 39
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 40
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Total 49 100
3. Distribusi Frekuensi Sanggama
Pada tabel 4.1 dapat dilihat Berdasarkan penelitian frekuensi
dari 49 responden pada wanita hamil sanggama dapat dilihat dari distribusi
yang melakukan pemeriksaan frekuensi tabel di bawah ini:
kehamilan di Klinik Mitra Bunda Tabel 4.3
Kota Batam menunjukkan 16 Distribusi Frekuensi Perubahan
responden (32,7%) wanita hamil Frekuensi Sanggama pada Usia
dengan usia kehamilan trimester Kehamilan
pertama, 18 responden (36,7%) wanita
hamil dengan usia kehamilan trimester Frekuensi Frekuensi Persentase
kedua dan 15 responden (30,6%) Sanggama
wanita hamil dengan usia kehamilan (f) (%)
trimester ketiga.
<2 27 55,1
2. Distribusi Posisi Sanggama kali/minggu
Berdasarkan penelitian posisi >2 22 44,9
sanggama dapat dilihat dari distribusi kali/minggu
frekuensi tabel di bawah ini: 49 100
Total
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Perubahan
Posisi Sanggama pada Usia Pada tabel 4.3 dapat dilihat dari
Kehamilan 49 responden pada wanita hamil di
Posisi Frekuensi Persentase Klinik Mitra Bunda Kota Batam yang
Sanggama melakukan pemeriksaan kehamilan
(f) (%) diperoleh frekuensi sebanyak 27
Posisi 20 40,8 responden (55,1%) wanita hamil yang
Normal melakukan sanggama ≤1 kali/minggu,
sedangkan 22 responden (44,9%) wanita
Posisi Lain 29 59,2 hamil yang melakukan sanggama ≥2
kali/minggu.
Total 49 100
UNIVERSITAS BATAM 41
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
f % %f % f % Tabel
UNIVERSITAS BATAM 42
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 43
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
begitu berarti, besarnya perut belum (93%) wanita hamil pada trimester
mempengaruhi aktivitas sanggama ketiga ini justru memilih melakukan
sehingga banyak wanita hamil dan sanggama dengan posisi lain. Pada
pasangannya yang memilih trimester ketiga ini perubahan fisik
menggunakan posisi normal yang sangat mempengaruhi saat
dianggap nyaman, sedangkan bersanggama karena perut yang
pasangan wanita hamil yang memilih semakin membesar dan terasa semakin
posisi lain mengaku menggunakan berat sehingga posisi lain merupakan
posisi lain saat bersanggama karena pilihan terbaik untuk melakukan
telah terbiasa dengan posisi lain dan sanggama dengan nyaman.
lebih menikmatinya. Penelitian ini membuktikan
Pada trimester kedua hanya 5 asumsi bahwa posisi normal secara
responden (28%) wanita hamil yang bermakna terus ditinggalkan sesuai
masih melakukan sanggama dengan dengan usia kehamilan. Variabel yang
menggunakan posisi normal dan posisi berpengaruh terhadap pilihan posisi
ini dipilih saat usia kandungan baru sanggama ini antara lain adalah
menginjak trimester kedua sehingga kebiasaan menonton film porno dan
masih memungkinkan untuk menggunakan posisi lain yang dipakai
dilakukannya sanggama dengan posisi sebelum hamil. Wanita hamil
normal. Wanita hamil yang mengikuti mengaku menggunakan posisi lain
penelitian ini sebanyak 13 responden karena suami yang meniru berbagai
(72,5%) memilih bersanggama posisi seperti yang terdapat dalam film
menggunakan posisi lain, wanita porno tersebut sehingga lebih banyak
hamil ini mengaku pada trimester pengetahuan tentang berbagai posisi
kedua mulai mengalami perubahan selain posisi normal dan merasa
fisik yang berarti berupa perut yang nyama untuk melakukannya tanpa
mulai membesar dan mengganggu merasa harga dirinya terlukai dengan
pergerakan fisik untuk bersanggama berbagai posisi lain. Hasil uji statistik
sehingga wanita hamil lebih nyaman chi square menunjukkan bahwa
jika bersanggama menggunakan posisi ρ=0,000 (ρ<0,5) sehingga dapat
lain agar suami tidak menekan perut disimpulkan bahwa Ha diterima dan
istri saat bersanggama. Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
Pada trimester ketiga hanya 1 yang signifikan antara usia kehamilan
responden (7%) yang melakukan dengan perubahan posisi sanggama
sanggama dengan posisi normal yang pada wanita yang melakukan
diubah sedikit sehingga suami tidak pemeriksaan kehamilan di Klinik
bertumpu pada perut sang istri, wanita Mitra Bunda Kota Batam.
hamil yang melakukan sanggama
dengan posisi ini mengaku tidak
menggunakan posisi lain saat 2. Distribusi Frekuensi Hubungan
bersanggama karena merasa hanya Usia Kehamilan Terhadap
posisi normal ini yang pantas Frekuensi Sanggama
dilakukan sehingga tidak merusak Frekuensi sanggama sangat di
citra dirinya yang menganggap bahwa pengaruhi oleh usia kehamilan. Pada
posisi lain sangat tidak nyaman dan penelitian ini ditrimester pertama
memalukan. Sebanyak 14 responden didapatkan 11 responden (69%)
UNIVERSITAS BATAM 44
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
wanita hamil yang melakukan daerah labia dan vagina kini dapat
sanggama ≤1 kali/minggu sedangkan meningkatkan kenikmatan seksual dan
wanita hamil yang melakukan kualitas orgasmus. Secara psikologis
sanggama ≥2 kali/minggu hanya wanita hamil akan mulai merasa
sebanyak 5 responden (31%). nyaman dengan kehamilannya, tetapi
Trimester pertama merupakan awal ada pula wanita hamil yang merasa
mulanya kehidupan baru dimulai pada khawatir dengan janin nya saat
wanita hamil, terjadi berbagai adaptasi melakukan sanggama.
terhadap fisik dan psikis wanita hami, Trimester ketiga kembali terjadi
terjadinya peningkatan volume darah penurunan frekuensi sanggama yang
yang mengakibatkan pembengkakan bisa diakibatkan beberapa faktor yang
jaringan khususnya pada payudara dan sangat mempengaruhi fisik. Pada
organ pelvis, payudara yang tegang kehamilan tua timbul keluhan yang
dan membesar akan terasa sangat dapat mempengaruhi nafsu seksual
nyeri jika tersentuh, hal ini dan frekuensi sanggama seperti nyeri
menyebabkan wanita hamil merasa ulu hati, kaki membengkak, rasa berat
terganggu dan menurunkan gairah dan mendesak pada perut, keluarnya
seksual. Vagina menjadi peka dan air susu dan sering kencing. Pada
tidak nyaman ketika dilakukan penelitian ini 13 responden (87%)
penetrasi penis. Timbul pula keluhan wanita hamil melakukan sanggama ≤1
lain seperti mual, muntah, lelah, emosi kali/minggu dan hanya 2 responden
menjadi labil sehubungan dengan (13%) wanita hamil yang masih
keinginan untuk banyak tidur dan melakukan sanggama ≥2 kali/minggu,
istirahat, juga adanya keraguan hal ini menunjukan bahwa usia
kesiapan untuk menjadi ibu, persiapan kehamilan sangat berpengaruh
materi dan lain-lain. Selain itu terhadap frekuensi sanggama. Pada
penurunan kegiatan seksual dapat trimester ini wanita hamil sering kali
timbul karena ketakutan sanggama merasa dirinya tidak menarik karena
dapat menyebabkan bahaya pada janin tubuh yang semakin berat dan perut
atau mencetuskan keguguran. yang membesar sehingga wanita hamil
Trimester kedua pada penelitian ini mengurungkan keinginan untuk
responden mengalami peningkatan melakukan sanggama. Pada beberapa
dalam frekuensi sanggama, sebanyak wanita hamil yang memiliki pemikiran
15 responden (83%) wanita hamil positif akan merasa lebih dekat dan
melakukan sanggama ≥1 kali/minggu mencintai pasangannya dengan
sedangkan yang melakukan sanggama kehamilan ini. Banyak wanita yang
≤2 kali/minggu hanya 3 responden tidak menuruti larangan bersanggama
(17%). Trimester kedua pada pada awal kehamilan dan 2-8 minggu
umumnya merupakan periode yang sebelum persalinan, hal ini
lebih nyaman dibanding trimester membuktikan adanya kebutuhan dan
pertama. Wanita hamil mulai bisa keinginan untuk bersanggama.
menerima adaptasi yang terjadi Hasil uji statistik chi square
kepada fisiknya karena perubahan menunjukkan bahwa ρ=0,000 (ρ<0,5)
akibat kehamilan yang terjadi. sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha
Pembesaran payudara dan diterima dan Ho ditolak, artinya
vaskularisasi yang meningkat pada terdapat perbedaan yang bermakna
UNIVERSITAS BATAM 45
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 46
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 47
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 48
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Latar Belakang : Shift Kerja dan Kadar HbA1C merupakan bagian dari ilmu
kesehatan, keselamatan kerja serta penyakit dalam. Angka kejadian Diabetes
Melitus tipe II di Batam berada di urutan terakhir 10 penyakit terbanyak diderita.
Jumlah pasien Diabetes Melitus tipe II di RS Camatha Sahidya sebanyak 1188
tahun 2014, dan 315 pada Bulan Januari hingga Juni.
Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan pasienDM tipe 2 dengan shift kerja tercatat
sebanyak 38 orang (39,2%) sedangkan pasien yang bekerja dengan sistem non
shift sebanyak 59 orang (60,8%). Hasil pemeriksaan laboratorium HbA1c pasien
DM dengan jumlah HbA1c >8% lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
HbA1c ≤8%, yaitu sebanyak 54 orang (55,7%) pasien DM tipe 2 dengan jumlah
HbA1c >8% dan 43 orang (44,3%) pasien DM tipe 2 dengan jumlah HbA1c ≤8%.
Ada hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan kadar HbA1c pada pasien
DM tipe 2 di Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam tahun 2015
menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh nilai p= 0,014 (p<0,05).
Simpulan : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara shift kerja dengan kadar HbA1C pasien DM tipe 2 di
Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam.
Kata Kunci : Shift Kerja, Kadar HbA1c, Pasien Diabetes Melitus Tipe II
UNIVERSITAS BATAM 49
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 50
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
pekerja shift glukosa darah lebih di malam hari dan tertidur di siang
tinggi disebabkan karna hari, akan menyebabkan penyakit
terganggunya metabolisme glukosa Diabetes Melitus tipe 2 yang
darah. diderita menjadi tidak terkendali
Gangguan metabolisme disebabkan karna metabolisme
glukosa sangat erat hubungannya glukosa darah yang diatur oleh
dengan penyakit Diabetes Melitus irama sirkadian mengalami
tipe 2. Indonesia merupakan gangguan sehingga glukosa di
sebuah negara berkembang yang dalam darah akan cenderung lebih
mengalami pergeseran perubahan tinggi dibandingkan dengan pasien
pola penyakit dari penyakit infeksi yang bekerja pada jam normal
menjadi penyakit degeneratif (08.00-17.00), hal ini dapat
diantaranya yang paling banyak menyebabkan terjadinya
adalah Diabetes Melitus tipe 2. komplikasi yang bisa berujung
Perubahan pola penyakit ini diduga pada kematian.
ada hubungan dengan cara hidup Salah satu pemeriksaan
yang berubah. Seperti pola makan laboratorium yang digunakan
yang telah bergeser dari pola untuk mengetahui komplikasi lebih
makan tradisional menjadi pola dini dan mengontrol kepatuhan
makan kebarat-baratan, dengan berobat penderita DM adalah
komposisi makanan yang terlalu pemeriksaan kadar HbA1c. HbA1c
banyak lemak, gula, garam dan yang terbentuk dalam tubuh akan
mengandung sedikit serat. Selain disimpan dalam sel darah
itu dengan pekerjaan dari pagi merah dan akan terurai secara
sampai sore bahkan sampai malam bertahap bersama dengan
hari yang menyebabkan tidak berakhirnya masa hidup sel darah
adanya kesempatan untuk merah (rata-rata umur sel darah
berolahraga. Berdasarkan data merah adalah 120 hari), jumlah
Badan Pusat Statistik pada tahun HbA1c yang terbentuk sesuai
2003 60,4% pasien merupakan dengan konsentrasi glukosa darah.
pekerja yang merupakan pekerja di Kadar HbA1c yang terukur
pemerintahan, industri, wiraswasta sekarang mencerminkan kadar
dan lainnya (Badan Penelitian dan glukosa pada waktu 3 bulan yang
Pengembangan Departemen lalu sehingga hal ini dapat
Kesehatan Republik Indonesia, memberikan informasi seberapa
2007). tinggi kadar glukosa pada waktu
tersebut.
Data diatas menunjukan Prevalensi Diabetes Melitus
bahwa pasien Diabetes Melitus terus meningkat setiap tahun.
tipe 2 sebagian besar merupakan Menurut World Health
pekerja dan memungkinkan pasien Organization (WHO)
memiliki sistem jam kerja yang memperkirakan jumlah penduduk
berbeda-beda. Apabila pasien dunia yang menderita DM pada
Diabetes Melitus tipe 2 memiliki tahun 2030 akan meningkat
sistem shift kerja yang menjadi 366 juta. Setiap tahunnya
mengharuskan pasien untuk terjaga ada 3,2 juta kematian yang
UNIVERSITAS BATAM 51
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 52
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 53
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 54
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 55
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 56
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 57
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 58
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 59
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 60
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 61
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 62
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
HUBUNGAN IBU BEKERJA DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 12-60 BULAN
DIPOSYANDU TELUK MATA IKAN KECAMATAN NONGSA
KOTA BATAM TAHUN 2015
ABSTRAK
Latar Belakang : Gizi masih merupakan masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia.
Indonesia menduduki peringkat kelima dunia anak gizi kurang. Masalah gizi di kota Batam
tertinggi di kecamatan Nongsa yaitu 5,7%. Salah satu faktor penyebabnya adalah pekerjaan
ibu. Ibu yang bekerja akan meninggalkan anaknya di rumah dengan atau tanpa pengasuh
pengganti sehingga pola makan anak terganggu. Oleh karena itu peneliti ingin mencari
hubungan ibu bekerja dengan status gizi anak usia 12-60 bulan.
Metode : Metode penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional
yang dilakukan di Posyandu Teluk Mata Ikan Kota Batam. Teknik pengambilan sampel
adalah accidental sampling dengan populasi sebesar 156 anak tahun 2015 dan memperoleh
hasil sebanyak 61 anak yang ditentukan dengan kriteria inklusi ekslusi dan perhitungan
Slovin. Hasil penelitian dianalisis dengan distribusi frekuensi kemudian dianalisis dengan uji
Correlation Spearman.
Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan ibu bekerja memiliki anak dengan status gizi baik
sebanyak 40 orang (95,2%) dan status gizi kurang sebanyak 2 orang (4,8%). Sedangkan ibu
yang tidak bekerja memiliki anak dengan status gizi baik sebanyak 15 orang (78,9%), status
gizi kurang sebanyak 2 orang (10,5%), status gizi buruk 1 orang (5,3%), dan status gizi lebih
1 orang (5,3%). Hasil analisis Correlation Spearman didapatkan nilai signifikansinya p =
0,042 dan arah uji negatif.
Simpulan : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara ibu bekerja dengan status gizi anak usia 12-60 bulan.
UNIVERSITAS BATAM 63
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 64
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
tinggi badan dengan microtoise. Jika anak gambaran dari variabel bebas yaitu ibu
belum bisa berdiri sendiri, pengukuran bekerja dan variabel terikat yaitu status
tinggi badan /panjang badan diukur dengan gizi anak usia 12-60 bulan. Untuk mencari
Infanometer dan berat badan ditimbang hubungan variabel bebas yaitu ibu bekerja
dengan dacin. Plot hasil penimbangan dan dan variabel terikat status gizi anak usia
pengukuran kekurva WHO untuk 12-60 bulan digunakan uji statistik
mendapatkan status gizi anak. correlation spearman.
Pada penelitian ini analisis
univariat digunakan untuk mengetahui
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa ibu (31,1%) dan ibu yang bekerja sebanyak 27
yang tidak bekerja sebanyak 19 orang orang (68,9%).
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa anak gizi lebih 1 orang (1,6%), anak gizi kurang
usia 12-60 bulan yang mempunyai status 4 orang (6,6%), dan anak gizi buruk 1
gizi baik sebanyak 55 orang (90,2%), anak orang(1,6%
UNIVERSITAS BATAM 65
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Analisis Bivariat
Tabel 3.Hubungan Ibu Bekerja dengan Status Gizi Anak Usia 12-60 Bulan
f % F % f % f % ∑f %
0,042
Ya - - 2 4,8 40 95,2 - - 42 100
Tidak 1 5,3 2 10,5 15 78,9 1 5,3 19 100
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,042, yang artinya ada hubungan yang
bermakna antara ibu bekerja dengan status gizi anak usia 12-60 bulan di posyandu Teluk
Mata Ikan Kecamatan Nongsa Kota Batam tahun 2015.
PEMBAHASAN
Pembahasan Analisis Univariat
Gambaran Ibu Bekerja
Hasil Penelitian ini didapatkan ibu bekerja sebanyak 42 orang (68,9%) dan ibu tidak
bekerja sebanyak 19 orang (31,1%). Hasil penelitian ini didapatkan lebih banyak ibu
yang bekerja dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Kebutuhan hidup layak perorang di
Batam perbulan mencapai Rp. 2.600.000 dimana hampir sebanding dengan kebutuhan
layak hidup di Jakarta, yaitu sebesar Rp. 2.800.000 perorang7. Kebutuhan dasar hidup
dalam satu keluarga belum terpenuhi jika hanya mengharapkan penghasilan suami. Hal
tersebut mendorong peran serta ibu untuk mencari penghasilan tambahan dengan bekerja.
Hal ini sesuai dengan Williams dalam lemme (1995), kebutuhan rumah tangga
yang begitu besar dan mendesak, membuat Ibu harus bekerja untuk menambah
penghasilan4. Di Teluk Mata Ikan rata-rata penghasilan keluarga setiap bulannya Rp.
5.000.000 - Rp. 6.000.000. Hasil tersebut menunjukkan angka kebutuhan layak hidup
suatu keluarga belum terpenuhi, sehingga untuk menambah penghasilan keluarga ibu
dituntut harus bekerja.
UNIVERSITAS BATAM 66
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
banyak dibandingkan dengan anak berstatus gizi kurang, status gizi lebih maupun status
gizi buruk. Berdasarkan hasil dari kuesioner, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor
ekonomi keluarga. Ibu-ibu yang berada di Teluk mata Ikan sebagian besar merupakan ibu
pekerja. Ibu yang bekerja akan menambah penghasilan keluarga, sehingga mampu
memenuhi kebutuhan makan anak, mampu membiayai fasilitas pelayananan kesehatan,
dan cenderung memiliki pengetahuan yang baik kepada siapa anak akan dititipkan saat
bekerja.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Essortment dalam Mclntosh dan Bauer (2006) yang
mengatakan bahwa dengan pendapatan rumah tangga yang ganda, banyak wanita lebih
mampu menentukan pilihan untuk keluarga mereka di dalam hal nutrisi5. Pendapat yang
sama juga dikemukakan oleh Gennetian et al (2009), bahwa ibu yang bekerja memiliki
kemampuan untuk membeli makanan dengan kualitas yang tinggi sehingga kebutuhan
gizi anak terpenuhi3. Hal ini sesuai dengan UNICEF dalam Supariasa (2008), faktor yang
mempengaruhi status gizi anak adalah ketersedian pangan keluarga, perilaku/ asuhan ibu
dan anak, dan pelayanan kesehatan serta lingkungan kerja12.
Hasil penelitian ini diperoleh ibu bekerja memiliki anak dengan status gizi baik sebanyak
40 orang (95,2%) dan status gizi kurang sebanyak 2 orang (4,8%), sedangkan ibu yang
tidak bekerja memiliki anak dengan status gizi baik sebanyak 15 orang (78,9%), status
gizi kurang sebanyak 2 orang (10,5%), status gizi buruk 1 orang (5,3%), dan status gizi
lebih 1 orang (5,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi terbanyak
adalah ibu bekerja yang memiliki anak dengan status gizi baik sebanyak 40 orang.
Kesimpulan di atas dibuktikan dengan hasil uji analisis correlations spearman yaitu
didapatkan nilai p = 0,048. Angka tersebut menunjukan angka yang signifikan karena
nilai p lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikansi (α)= 5% (0,05). Nilai tersebut
menunjukan bahwa Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara ibu bekerja dengan status gizi anak usia 12-60 bulan di Posyandu Teluk
Mata Ikan tahun 2015. Dari hasil uji tersebut didapatkan arah uji negatif, yang berarti
bahwa adanya kebalikan asumsi hipotesis kerja yang mengatakan ibu yang bekerja akan
memiliki anak dengan gangguan status gizi karena sedikitnya waktu untuk anak. Hal
tersebut disebabkan karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi status gizi anak,
salah satunya adalah faktor pengasuh pengganti saat ibu bekerja. Pengasuh pengganti
cenderung memiliki ketakutan saat anak yang diasuh sakit. Oleh karena itu, pengasuh
pengganti memberikan makan anak secara teratur. Hal ini sesuai dengan Mclntosh et al
(2006) yang mengatakan bahwa anak yang dititipkan di tempat penitipan anak yang
mempekerjakan pengasuh terlatih, memiliki interaksi sosial yang lebih baik,
perkembangan kognitif yang pesat, dan lebih aktif jika dibandingkan dengan anak yang
hanya berada di rumah bersama ibunya yang tidak bekerja5. Faktor lain yang dapat
menyebabkan status gizi anak baik pada ibu pekerja adalah makanan cepat saji. Ibu yang
bekerja cenderung membelikan makanan cepat saji kepada anaknya, sehingga status gizi
anak sama atau bahkan lebih dibandingkan anak yang diberikan makanan yang sehat
walaupun beresiko terkena penyakit tertentu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fertig
UNIVERSITAS BATAM 67
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
et al (2009) di Amerika yang menemukan adanya hubungan antara ibu bekerja dengan
status gizi anak. Ibu yang bekerja, anak-anaknya cenderung mengalami obesitas. Anak
tersebut menjadi obesitas diakibatkan oleh gaya hidup yang menkonsumsi makanan yang
tidak sehat seperti makanan cepat saji5.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Posyandu Teluk Mata Ikan
dengan jumlah responden sebanyak 61orang, dapat disimpulkan bahwa :
1. Sebagian besar ibu-ibu di wilayah posyandu Teluk Mata Ikan adalah pekerja
2. Sebagian besar anak di wilayah posyandu Teluk Mata Ikan berstatus gizi baik
3. Terdapat hubungan bermakna antara ibu bekerja dengan status gizi anak usia 12-60
bulan dengan arah uji negatif.
Saran
1. Bagi Masyarakat
a. Walaupun ibu bekerja memiliki anak berstatus gizi baik, namun pada tumbuh
kembang anak tetap memerlukan asah, asuh, dan asih dari orang tua.
b. Pemantauan status gizi anak harus dilakukan secara terus-menerus, walaupun status
ibu bekerja.
2. Bagi peneliti
Untuk melakukan penelitian tentang status gizi anak, perlu menyingkirkan faktor-
faktor lain yang mempengaruhi status gizi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Kesehatan Kota Batam (2013). Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013.
Batam: Dinas Kesehatan Kota Batam, p: 80
2. Fertig, Glomm, Tchernis (2009). The Connection Between Maternal Employment and
Childhood Obesity: Inspecting the Mechanism. Rev Econ Houshold, pp 227-255
3. Gennetian, et al (2010). Mother’s Employment and Health of Low-Income Children.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2867112/ Mother’s Employment and Health
of Low-Income Children.- Diakses November 2015
4. Lemme BH (1995). Development In Adulthood. USA: Allyn & Bacon, p:18
5. McIntosh, Kelly L, William B (2006). Working Mother’s vs Stay At Home Mothers:
The Impact on Children. Marrieta College, p: 23
6. Notoatmodjo (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Citra, p: 22
7. Peraturan Daerah Kota Batam (2015). Keputusan Gubernur Kepulauan Riau No. 1737
Tahun 2015 Tentang Upah Minimum Kota Batam Tahun 2016. www.
UNIVERSITAS BATAM 68
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
konsultandigital.com/datacenter/sk-umk-BATAM%202016.pdf- Diakses Februari
2016
UNIVERSITAS BATAM 69
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
HUBUNGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI (Fe)
DENGAN KEJADIAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL DI
WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BATU AJI KOTA BATAM TAHUN 2015
Rismawati*, Indriasari**, Rama Haruki**
*Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Batam, **Dosen Fakultas
Kedokteran Universitas Batam
ABSTRAK
Hubungan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Dengan Kejadian Anemia
Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Aji Kota Batam Tahun
2015. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Batam.
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang
prevalensinya pada ibu hamil masih cukup tinggi. Untuk menanggulangi masalah
tersebut maka pemerintah melaksanakan suatu program pemberian tablet zat besi (Fe)
pada ibu hamil. Namun, penyebab utama ketidakberhasilan kegiatan tersebut adalah
rendahnya kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi. Kurangnya kepatuhan
mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) disebabkan oleh berbagai persepsi ibu hamil mengenai
rasa dan efek samping dari tablet zat besi (Fe). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) dengan kejadian anemia pada ibu
hamil.
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian deskirptif-analitik berupa cross-
sectional yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Aji Kota Batam Tahun 2015.
Pengujian dan analisis data menggunakan uji Chi Square dan Relative Risk (RR). Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 45 responden dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis
univariat dan bivariat dengan program SPSS.
Penelitian ini menunjukkan responden yang patuh mengkonsumsi tablet zat besi (Fe)
sebanyak 31 orang (68,9%) dan responden yang mengalami anemia sebanyak 17 orang
(37,8%). Hasil uji statistik dengan chi-square di peroleh nilai p-value = 0,002 (<0,05), Ho
ditolak maka Ha diterima. Hasil nilai RR = 3.163 yang berarti ibu hamil yang tidak patuh
mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) memiliki 3 kali beresiko mengalami anemia
dibandingkan ibu hamil yang patuh mengkonsumsi tablet zat besi (Fe).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kepatuhan
mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) dengan kejadian anemia defisiensi besi pada ibu hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Aji Kota Batam Tahun 2015
UNIVERSITAS BATAM 70
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 71
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Kota Batam 2013 jumlah ibu hamil yang analisis bivariat. Analisis univariat
tertinggi berada di Wilayah Puskesmas Batu bartujuan untuk mengetahui gambaran
Aji dan yang sudah mendapatkan tablet zat distribusi frekuensi masing-masing variabel.
besi (Fe) di Puskesmas Batu Aji sebanyak Bentuk analisis bivariat bertujuan variabel
5.263 (99,57%) dari 5.286 ibu hamil, berarti untuk mengetahui hubungan diantara
setengah dari ibu hamil yang ada di variabel independen yaitu kepatuhan ibu
Puskesmas Batu Aji telah mendapatkan mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) dan
tablet zat besi (Fe). Sedangkan kejadian variabel dependen yaitu anemia pada ibu
anemia pada ibu hamil berdasarkan hamil. Uji statistik yang digunakan untuk
Puskesmas yang tersebar tahun 2014 yang menguji hubungan mengkonsumsi tablet zat
tertinggi berada di Wilayah Puskesmas Batu besi (Fe) dengan kejadian anemia pada ibu
Aji sebanyak 224 orang, Puskesmas Botania hamil diuji dengan uji Chi-square pada
155 orang, Puskesmas Sei Langkai 61 Confidence interval 95% dan alpha=0,05
orang, Puskesmas Galang 58 orang, dengan menggunakan program komputer
Puskesmas Baloi Permai 68 orang dan untuk mendapatkan hubungan bermakna.
Puskesmas Lubuk Baja 57 orang.7
HASIL PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Analisis Univariat
Desain penelitian ini adalah deskriptif
analitik, dengan pendekatan cross sectional Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
yang digunakan adalah suatu penelitian Responden Berdasarkan Kepatuhan
dimana pengukuran variabel-variabel Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe)
dilakukan atau dikumpulkan dalam waktu Frekuensi Persentase
bersamaan. Sedangkan jenis penelitian ini Kepatuhan
adalah kuantitatif. (f) (%)
UNIVERSITAS BATAM 72
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Total 44 100
UNIVERSITAS BATAM 73
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 74
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 75
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 76
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 77
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 78
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Rycardo Pratama, dr. Dino Gagah Prihadianto, SpOG, M.Kes, dr. Christine
Anggraeni
ABSTRACT
Background: Infant Mortality Rate (IMR) and Maternal Mortality Rate (MMR)
in Indonesia is quite high. Indonesia Demographic Health Survey (IDHS) in 2007,
MMR 228 per 100,000 live births, IMR 34 per 1,000 live births, Neonatal
Mortality Rate (NMR) 19 per 1,000 live births. This shows that Indonesia has not
been able to achieve the target of a global agreement (Millennium Develoment
Goals / MDGs 2015) points to 4 to reduce child mortality and points to-5 to
improve maternal health. To help accelerate the reduction in maternal mortality
rate in Indonesia, through the National Health Insurance (NHI), the Government
of Indonesia to guarantee health care to all pregnant women, childbirth and the
postpartum period.
Conclusion: Based on the results of this study concluded that the prevalence ratio
measures the percentage of vaginal deliveries and sectio caesarea significantly
higher during 2014 than BPJS Jampersal period in 2013 and at the Hospital
Camatha Sahidya Batam.
UNIVERSITAS BATAM 79
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 80
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
sebagaimana yang tertuang dalam resolusi dalam program Jampersal maupun BPJS
World Health Assembly Nomor 59 tahun Kesehatan.
2005 (World Health Organization, 2005 Penelitian tentang perbandingan
dalam Women Research Institute, 2015) prevalensi tindakan persalinan pervaginam
dan pertemuan 27 Kementerian Kesehatan dan sectio caesarea pada kasus obstetri
tentang Universal Health Coverage pada antara Jampersal tahun 2013 dan BPJS
tahun 2013 (World Health Organization, Kesehatan tahun 2014 Di Rumah Sakut
2013 dalam Women Research Institute, Camatha Sahidya Batam. Penelitian ini
2015). Melalui JKN, pemerintah berharap bermaksud untuk mencari perbandingan &
bahwa masyarakat – terutama perempuan - prevalensi persalinan pervaginam dan
dapat mengakses dan mendapatkan sectio caesarea pada masa Jampersal tahun
pelayanan kesehatan yang murah atau 2013 dan BPJS Kesehatan tahun 2014.
bahkan tanpa mengeluarkan biaya bagi METODE PENELITIAN
masyarakat miskin (Women Research Jenis penelitian ini adalah penelitian
Institute, 2015). kuantitatif. Desain penelitian ini adalah
Berbeda dengan program Jaminan analitik observasional dengan pendekatan
Persalinan (Jampersal) yang telah cross sectional, yaitu mempelajari
dilaksanakan pemerintah 1 Januari 2011 dinamika kolerasi antara faktor risiko
yang khusus bagi perempuan hamil yang dengan efek, dengan pendekatan,
tidak memiliki jaminan pembiayaan pengumpulan data sekaligus pada suatu
persalinan. Program JKN diwajibkan bagi saat (Notoatmodjo, 2010).
seluruh perempuan di Indonesia tanpa Penelitian ini dilakukan pada bulan
melihat status sosial ekonomi mereka. Desember di Rumah Sakit Umum
Didukung oleh Undang-Undang Nomor 40 Camatha Sahidya Kota Batam Tahun 2015
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial yang berlokasi di jalan Jend. A. Yani No. 8
Nasional yang dioperasikan oleh Badan Kecamatan Sungai Beduk, Kota Batam.
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Populasi penelitian ini adalah semua
Kesehatan, sejak 1 Januari 2014, JKN pasien persalinan pervaginam dan sectio
secara resmi dilaksanakan (Women caesarea pada tahun 2013 dan 2014.
Research Institute, 2015). Pengambilan sampel menggunakan teknik
Dimana tindakan persalinan total sampling, sehingga didapatkan
pervaginam dan sectio caesarea masuk sampel sebanyak 1.189 pasien. Penelitian
UNIVERSITAS BATAM 81
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Sakit Umum Camatha Sahidya Kota 156 orang (17,8%) pasien pada masa
Batam Tahun 2015 yang berlokasi di jalan Jampersal Tahun 2013 dan 718 orang
Jend. A. Yani No. 8 Kecamatan Sungai (82,2%) pasien pada BPJS Kesehatan
UNIVERSITAS BATAM 82
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Tahun 2014 sebanyak 237 orang (24,8%) Dari tabel 4.6 diatas disimpulkan
pada pasien Persalinan pervaginam dan bahwa data persalinan pervaginam pada
718 orang (75,2%) pada pasien sectio masa Jampersal tahun 2013, data sectio
caesarea. caesarea pada masa Jampersal tahun 2013
Analisis Bivariat berdistribusi normal, data persalinan
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Shapiro- pervaginam dan sectio caesarea pada
Wilk
masa BPJS Kesehatan tahun 2014
Masa Variabel Sig Taraf Kesimp
. Sig. ulan berdistribusi normal.
Jampersa Persalinan 0,0 0,05 Tidak Tabel 4.7
l Tahun pervaginam 48 Normal Perbandingan prevalensi tindakan
2013 Sectio 0,2 0,05 Normal persalinan pervaginam pada kasus
caesarea 06 obstetri antara masa Jampersal tahun
BPJS Persalinan 0,5 0,05 Normal 2013 dan BPJS Kesehatan tahun 2014 di
Kesehata pervaginam 99 RS Camatha Sahidya Batam
n Tahun Sectio 0,9 0,05 Normal Kelompok Mean Standar P
2014 caesarea 28 Deviasi Value
Jamperasal 0,788 0,2328 0,000
Dari tabel 4.5 diatas disimpulkan Tahun 2013 4 5
bahwa data persalinan pervaginam pada BPJS 1,249 0,2160
Kesehatan 0 5
masa Jampersal tahun 2013 berdistribusi Tahun 2014
tidak normal, data sectio caesarea pada
Dari tabel 4.7 diatas menunjukan
masa Jampersal tahun 2013 berdistribusi
bahwa perbandingan prevalensi tindakan
normal, data persalinan pervaginam dan
persalinan pervaginam antara masa
sectio caesarea pada masa BPJS
Jampersal Tahun 2013 dan BPJS
Kesehatan tahun 2014 berdistribusi
Kesehatan Tahun 2014 menggunakan
normal.
SPSS diperoleh hasil signifikasi atau nilai
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Shapiro-
Wilk Data Yang Telah Ditransformasi p= 0,000 (<0,05), sehingga hipotesis nol
Masa Variabel Sig Taraf Kesimpu (Ho1) ditolak dan hipotesis alternatif (H11)
. Sig. lan
diterima. Artinya bahwa terdapat
Jampersa Persalinan 0,2 0,05 Normal
l Tahun pervaginam 40 perbedaan perbandingan prevalensi
2013 Sectio 0,1 0,05 Normal tindakan persalinan pervaginam pada uji t
caesarea 60
tidak berpasangan antara masa Jampersal
BPJS Persalinan 0,6 0,05 Normal
Kesehata pervaginam 24 Tahun 2013 dan BPJS Kesehatan Tahun
n Tahun Sectio 0,9 0,05 Normal 2014.
2014 caesarea 28
UNIVERSITAS BATAM 83
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
sectio caesarea antara masa Jampersal sebanyak 34 pasien, indikasi inersia uteri
Tahun 2013 dan BPJS Kesehatan Tahun sebanyak 18 pasien, dan indikasi gawat
signifikasi atau nilai p= 0,001 (<0,05), Berdasarkan dari hasil penelitian yang
sehingga hipotesis nol (Ho2) ditolak dan dilakukan peneliti didapatkan indikasi
hipotesis alternatif (H12) diterima. Artinya tindakan persalinan pervaginam pada masa
prevalensi tindakan sectio caesarea pada terbanyak adalah partus lama dimana kala
uji t tidak berpasangan antara masa 1 tidak sesuai dengan partograf, kemudian
Jampersal Tahun 2013 dan BPJS indikasi inersia uteri, dan yang ketiga
UNIVERSITAS BATAM 84
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
2013 sebanyak 156 orang (17,8%), dan tahun 2013 ke tahun 2014. Hal ini sejalan
pada masa BPJS Kesehatan tahun 2014 dengan teori Nurbaiti (2009) yaitu
sebanyak 718 orang (82,2%). peningkatan tindakan bedah sesar perlu
Berdasarkan dari hasil penelitian yang menjadi perhatian mengingat tindakan
dilakukan peneliti didapatkan indikasi bedah sesar menimbulkan resiko
tindakan sectio caesarea pada masa morbiditas dan mortilitas lebih tinggi
Jampersal Tahun 2013 urutan terbanyak dibandingkan persalinan pervaginam,
adalah riwayat persalinan dengan sectio disamping itu lama perawatan pasca bedah
caesarea sebelumnya, kemudian indikasi sesar pun lebih lama dan turut memberikan
Ketuban Pecah Dini (KPD), dan yang konsekuensi pada besarnya biaya
ketiga terbanyak indikasi serotinus pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
(kehamilan Lewat bulan). Pasien yang Distribusi Jampersal Tahun 2013
menjalani tindakan sectio caesarea dengan Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
indikasi riwayat sectio caesarea sebanyak hasil pasien dengan tindakan persalinan
52 pasien, indikasi KPD sebanyak 25 pervaginam sebanyak 78 orang (33,3%),
pasien, dan indikasi serotinus sebanyak 16 dan tindakan sectio caesarea sebanyak 156
pasien. orang (66,7%). Hal ini sejalan dengan hasil
Dan dari hasil penelitian yang Survei Demografi dan Kesehatan
dilakukan peneliti juga didapatkan indikasi Indonesia pada tahun 2007 mencatat angka
tindakan sectio caesarea pada masa BPJS persalinan secara umum jumlah sectio
Kesehatan Tahun 2014 urutan terbanyak caesarea di rumah sakit pemerintah adalah
adalah dikarenakan riwayat persalinan sekitar 20-25% dari total persalinan,
dengan sectio caesarea sebelumnya, sedangkan di rumah sakit swasta
kemudian indikasi Ketuban Pecah Dini jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-
(KPD), dan yang ketiga terbanyak indikasi 80% dari total persalinan.
Partus Tak Maju (PTM). Pasien yang Distribusi BPJS Kesehatan Tahun 2014
menjalani tindakan sectio caesarea dengan Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
indikasi riwayat sectio caesarea sebanyak hasil pasien dengan tindakan persalinan
208 pasien, indikasi KPD sebanyak 77 pervaginam sebanyak 237 orang (24,8%),
pasien, dan indikasi PTM sebanyak 45 dan tindakan sectio caesarea sebanyak 718
pasien. orang (75,2%). Hal ini sejalan dengan hasil
Hasil penelitian didapatkan terjadi Survei Demografi dan Kesehatan
peningkatan tindakan sectio caesarea dari Indonesia pada tahun 2007 mencatat angka
UNIVERSITAS BATAM 85
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
persalinan secara umum jumlah sectio normalitas shapiro - wilk data yang telah
caesarea di rumah sakit pemerintah adalah ditransformasi didapatkan data pada masa
sekitar 20-25% dari total persalinan, Jampersal tahun 2013 kelompok persalinan
sedangkan di rumah sakit swasta pervaginam nilai p=0,240 (sig. 0,240 > α
jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30- 0,05 artinya berdistribusi normal), dan
80% dari total persalinan. pada kelompok sectio caesarea nilai
Perbandingan prevalensi tindakan p=0,160 (sig. 0,160 > α 0,05 artinya
persalinan pervaginam dan sectio berdistribusi normal), sedangkan pada
caesarea pada kasus obstetri antara masa BPJS Kesehatan tahun 2013
masa Jampersal tahun 2013 dan BPJS kelompok persalinan pervaginam nilai
Kesehatan tahun 2014 di RS Camatha p=0,624 (sig. 0,624 > α 0,05 artinya
Sahidya Batam berdistribusi normal), dan pada kelompok
Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka sectio caesarea nilai p=0,928 (sig. 0,928 >
dilakukan uji normalitas data dulu. Dari uji α 0,05 artinya berdistribusi normal).
normalitas shapiro - wilk didapatkan data Untuk mengetahui perbandingan
pada masa Jampersal tahun 2013 tindakan persalinan pervaginam dilakukan
kelompok persalinan pervaginam nilai dengan uji t tidak berpasangan. Dari hasil
p=0,048 (sig. 0,048 < α 0,05 artinya uji t tidak berpasangan, menunjukkan
berdistribusi tidak normal), dan pada bahwa perbandingan tindakan persalinan
kelompok sectio caesarea nilai p=0,206 pervaginam antara masa Jampersal tahun
(sig. 0,206 > α 0,05 artinya berdistribusi 2013 dan BPJS Kesehatan tahun 2014 nilai
normal), sedangkan pada masa BPJS p = 0,000 (sig. 0,000 < α 0,05), sehingga
Kesehatan tahun 2013 kelompok H01 ditolak dan H11 diterima. Artinya ada
persalinan pervaginam nilai p=0,599 (sig. perbedaan perbandingan prevalensi
0,599 > α 0,05 artinya berdistribusi tindakan persalinan pervaginam pada masa
normal), dan pada kelompok sectio Jampersal tahun 2013 dan BPJS Kesehatan
caesarea nilai p=0,928 (sig. 0,928 > α 0,05 tahun 2014 di RS Camatha Sahidya.
artinya berdistribusi normal). Hasil uji t tidak berpasangan pada
Dikarenakan masih ada kelompok data tindakan sectio caesarea antara masa
yang berdistribusi tidak normal maka jampersal tahun 2013 dan BPJS Kesehatan
terlebih dahulu dilakukan transformasi tahun 2014 nilai p = 0,001 (sig. 0,001 < α
data dan dilakukan uji normalitas data 0,05) sehingga H02 ditolak dan H12
yang telah di transformasi. Dari hasil uji diterima. Artinya ada perbedaan
UNIVERSITAS BATAM 86
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
perbandingan prevalensi tindakan sectio dengan yang dikemukakan oleh Dr. dr.
caesarea pada masa Jampersal tahun 2013 Sutoto,MKes, kepada Info BPJS
dan BPJS Kesehatan tahun 2014 di RS Kesehatan dalam “Laporan Kinerja
Camatha Sahidya. Semester I BPJS Kesehatan Edisi VII
Pada tindakan persalinan pervaginam Tahun 2014” bahwa Selama satu smester,
didapatkan rata - rata prevalensi masa lanjutnya, jumlah peserta yang dilayani
Jampersal tahun 2013 sebesar 0,7884 dan rumah sakit juga meningkat tapi
pada masa BPJS Kesehatan tahun 2014 jumlahnya variatif. "Ada yang meningkat
sebesar 1,2490. Rata-rata selisih tindakan hingga 80 persen, ada yang 60 persen, dan
persalinan pervaginam antara masa ada pula yang baru 20 persen”.
Jampersal tahun 2013 dan masa BPJS Jampersal merupakan salah satu
Kesehatan tahun 2014 sebesar 0,4606. kebijakan Kemenkes yang dimulai pada
Berarti terjadi peningkatan prevalensi tahun 2011 hingga Desember 2013 dimana
tindakan persalinan pervaginam pada masa pembiayaan bersumber dari dana APBN
BPJS Kesehatan tahun 2014. tahun anggaran berjalan. Dimana dalam
Pada tindakan sectio caesarea “Buku Pegangan Resmi TKPK Daerah –
didapatkan rata - rata prevalensi masa Panduan Pemantauan Program
Jampersal tahun 2013 sebesar 13,00 dan Penanggulangan Kemiskinan” yang
pada masa BPJS Kesehatan tahun 2014 dikeluarkan oleh Sekretariat Wakil
sebesar 59,83. Rata-rata selisih tindakan Presiden Indonesia pada tahun 2012,
sectio caesarea antara masa Jampersal terdapat beberapa kendala dalam Program
tahun 2013 dan masa BPJS Kesehatan Jampersal yaitu:
tahun 2014 sebesar 56.83. Berarti terjadi 1. Petunjuk Teknis mengenai Jampersal
peningkatan prevalensi tindakan sectio baru diterbitkan bulan Maret padahal
caesarea pada masa BPJS Kesehatan program dimulai di awal tahun 2011
tahun 2014. 2. Lamanya waktu klaim rumah sakit di
Berdasarkan hasil penelitian dapat Kementerian Kesehatan (Pusat
dilihat bahwa rata-rata prevalensi tindakan Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan)
persalinan pervaginam dan sectio caesarea menyebabkan rumah sakit sulit untuk
lebih banyak pada masa BPJS Kesehatan mengetahui dengan pasti berapa
tahun 2014 dari pada masa Jampersal sebenarnya dana yang seharusnya
tahun 2013. Peningkatan prevalensi pasien menjadi pendapatan rumah sakit.
BJS Kesehatan ini sesuai dengan sejalan
UNIVERSITAS BATAM 87
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 88
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 89
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 90
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 91
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 92
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 93
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 94
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 95
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 96
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 97
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 98
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
UNIVERSITAS BATAM 99
ZONA KEDOKTERAN – Vol. 04 No. 22 JANUARI 2017
Oxorn H., (2003). Ilmu Kebidanan: Women Research Institute (2013). Target
Patologi Dan Fisiologi Persalinan. MDGs Menurunkan Angka Kematian
Yayasan Essentia Medica. Ibu Tahun 2015 Sulit Dicapai. Jakarta.
Yogyakarta.
Women Research Institute (2015).
RS Camatha Sahidya. (2013). Buku Efektivitas Jaminan Kesehatan
Rekam Medik Jampersal. Batam: RS Nasional untuk Menurunkan Angka
Camatha Sahidya Kematian Ibu. Jakarta.
Puty Annisa Prilina, dr. Hj. Yuli Mariany, M.Biomed, dr. Christine Anggraeni
Fakultas Kedokteran Universitas Batam
Latar Belakang : Pneumonia merupakan infeksi akut parenkim paru yang meliputi
alveolus dan jaringan interstisial. Penyebab tersering pneumonia karena bakteri adalah
S.pneumoniae. Pneumonia selalu menduduki peringkat atas penyebab kematian bayi
dan anak balita di Indonesia dari tahun ke tahun. Salah satu faktor yang meningkatkan
risiko kejadian pneumonia adalah gizi buruk. Kondisi Kurang Energi Protein (KEP),
ketahanan tubuh menurun dan virulensi patogen lebih kuat sehingga menyebabkan
keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu
determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi.
Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan dari 86 balita, sebanyak 56 balita yang
berstatus gizi baik menderita pneumonia sebanyak 6 balita atau 10,7% dan yang tidak
menderita pneumonia sebanyak 50 balita atau 89,3%. Sedangkan 23 balita yang
mempunyai status gizi kurang menderita pneumonia sebanyak 15 balita atau 65,2%
dan yang tidak menderita pneumonia sebanyak 8 balita atau 34,8%. Kemudian dari 7
balita yang mengalami gizi buruk, 2 balita atau 28,6% diantaranya menderita
pneumonia dan 5 balita atau 71,4% tidak menderita pneumonia. Hasil analisis Chi-
Square didapatkan nilai signifikansinya p = 0,000. Angka tersebut signifikan karena
nilai p lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikansi ()= 5% (0,05).
Simpulan : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas
Kabil Kota Batam Bulan Januari – Juli Tahun 2015.
rumah – rumah orang tua balita tersebut Kota Batam bulan Januari-Juli tahun 2015
(home visit) ataupun via telepon dan selalu adalah sebanyak 23 balita menderita
memotivasi ibu balita untuk datang ke Pneumonia atau sebesar 26,7%, sedangkan
posyandu. Petugas Puskesmas juga 63 balita tidak menderita Pneumonia atau
memberikan biskuit dan susu bantu untuk sebesar 73,3%. Frekuensi kejadian
setiap balita yang datang ke posyandu, pneumonia pada balita di Puskesmas Kabil
terutama yang terdaftar sebagai balita yang Kota Batam bulan Januari-Juli tahun 2015
berstatus gizi kurang. Namun upaya ini ditentukan dengan menggunakan rumus
tidak dimanfaatkan dengan baik oleh Incidence Rate didapatkan hasil yaitu
orangtua balita karena motivasi yang 13,79% dari 638 balita. Sedangkan pada
kurang tersebut sehingga tetap saja anak bulan Januari – Juli tahun 2014 frekuensi
mereka mengalami gizi kurang. kejadian Pneumonia Pada Balita di
Peneliti juga telah melakukan Puskesmas Kabil adalah 8,72% dari 1215
wawancara dengan orangtua balita yang balita. Dari hasil tersebut menunjukkan
datang ke puskesmas, dimana kebanyakan bahwa frekuensi kejadian pneumonia pada
orangtua balita tersebut memiliki ekonomi balita di Puskesmas Kabil mengalami
yang rendah dan pengetahuan yang peningkatan dari tahun sebelumnya.
kurang. Hal ini tentunya mempengaruhi Terdapat 3 kelompok faktor risiko yang
kesadaran dari orangtua balita itu sendiri mempengaruhi insidens pneumonia pada
untuk datang ke posyandu ataupun ke anak. Faktor risiko tersebut adalah faktor
puskesmas untuk segera memeriksakan risiko yang selalu ada (definite risk
keadaan anak balitanya dikarenakan jam factors), faktor risiko yang sangat
bekerja dari pagi hingga sore untuk mungkin (likely risk factors), dan faktor
memenuhi kebutuhan keluarga. risiko yang masih mungkin (possible risk
Pengetahuan yang rendah tentang factors). Faktor risiko yang selalu ada
kesehatan balita akan menyulitkan orang (definite) meliputi gizi kurang, berat badan
tua balita untuk mengetahui keadaan lahir rendah (BBLR), tidak ada/ tidak
anaknya sehingga terlambat untuk memberikan ASI, polusi udara dalam
mengetahui penyakit yang dialami ruang, dan pemukiman padat (Rudan,
anaknya dan kapan harus diantar ke 2008).
Puskesmas. Selain itu, ekonomi yang Berdasarkan survei yang telah
rendah tentunya mengakibatkan asupan dilakukan peneliti, wilayah kerja
gizi balita kurang baik, dan juga pola Puskesmas Kabil merupakan daerah yang
makan yang tidak teratur sehingga padat penduduk dan kebersihan
memudahkan balita terserang penyakit. lingkungannya kurang terjaga. Kebersihan
Dari hasil wawancara dengan orang tua yang minim merupakan media yang baik
balita yang mengalami gizi kurang, untuk perkembangan virus dan bakteri,
didapatkan kebanyakan balitanya sedangkan hunian yang terlalu padat akan
menderita batuk pilek, diare, hingga berat memudahkan penyebaran kuman dan
badannya turun, sehingga rentan terhadap penularan penyakit. Hasil wawancara
penyakit infeksi, salah satunya pneumonia. antara peneliti dengan salah seorang dokter
di Puskesmas Kabil menunjukkan bahwa
faktor – faktor yang menyebabkan masih
Distribusi Frekuensi Kejadian banyaknya kasus pneumonia pada balita di
Pneumonia wilayah kerja puskesmas Kabil Kota
Batam diantaranya gizi kurang, penghuni
Berdasarkan hasil penelitian pada rumah yang memiliki kebiasaan merokok,
tabel 4.2, didapatkan distribusi kejadian BBLR, serta sanitasi lingkungan yang
pneumonia pada balita di Puskesmas Kabil kurang memadai.
Gizi Kurang yang terjadi pada balita menjadikan rumah sebagai warung yang
penderita pneumonia di Puskesmas Kabil menyebabkan lantai rumahnya mudah
Kota Batam dominan terjadi akibat kotor, padahal anak balita kebanyakan
kurangnya motivasi ibu untuk datang ke sering bermain di lantai rumah.
posyandu dan kurangnya pengetahuan dan
kesadaran terhadap kesehatan balitanya. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
Hal ini mengakibatkan sulitnya untuk
mengetahui perkembangan dan gizi balita Berdasarkan hasil penelitian pada
secara rutin sehingga balita yang tabel 4.3, didapatkan proporsi usia balita
mengalami gizi kurang menjadi rentan terbanyak adalah usia 9-15 bulan (24,4%)
penyakit infeksi seperti Pneumonia. atau 21 balita berisiko menderita
Penghuni rumah yang merokok, pneumonia dari 86 balita. Sehingga dapat
terutama ayah dari balita tersebut disimpulkan jika pneumonia lebih berisiko
menempatkan balita menjadi perokok pasif terjadi pada anak usia bawah dua tahun.
dan juga perokok tersier ( third hand Hal ini sesuai dengan teori Price dalam
smoker). Ketika penghuni rumah merokok, Monita (2014), yang menyatakan jika
maka secara tidak sengaja, balita akan risiko terkena pneumonia lebih besar pada
dengan mudahnya menghisap racun yang balita usia di bawah 2 tahun dikarenakan
terdapat pada asap rokok tersebut sehingga status kerentanan anak di bawah 2 tahun
balita menjadi perokok pasif. Hal ini belum sempurna dan lumen saluran napas
diperparah dengan keadaan rumah yang yang masih sempit.
ventilasinya tidak memadai sehingga Anak usia dibawah 2 tahun lebih
mengganggu pertukaran udara dari dalam rawan terhadap penyakit dikarenakan di
dan luar rumah. Hal ini berbeda dengan masa ini anak sedang mengalami
saat penghuni rumah atau ayah balita yang pertumbuhan, perkembangan dan mulai
telah menjadi perokok secara langsung berinteraksi dengan lingkungan, sehingga
menggendong balita tersebut. Saat balita lebih berisiko terkena pneumonia. Selain
digendong oleh perokok, maka secara itu, anak usia 0-24 bulan lebih rentan
tidak sengaja racun yang terdapat di terkena pneumonia dibanding anak yang
partikel yang tertinggal di tubuh perokok berusia diatas 2 tahun karena saluran
tersebut seperti dari bau mulut, rambut, pernapasannya relatif lebih sempit dan
baju, dan kuku akan terhirup oleh balita. imunitasnya yang belum sempurna.
Hal ini mempengaruhi kesehatan saluran
pernapasan balita, karena respirasinya Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis
belum berfungsi secara sempurna seperti Kelamin
orang dewasa.
Bayi dengan berat badan lahir rendah Berdasarkan hasil penelitian pada
juga merupakan risiko terjadinya tabel 4.4 , didapatkan proporsi jenis
pneumonia karena imunitas dan kelamin terbanyak adalah laki-laki
pembentukan organ yang belum sempurna. (53,5%) atau sebanyak 46 balita,
Namun, BBLR tidak mempunyai sedangkan perempuan berjumlah 40 balita
kontribusi yang besar untuk kejadian atau 46,5% dari jumlah sampel. Hasil ini
pneumonia di Puskesmas Kabil Kota sejalan dengan penelitian Monita O, dkk
Batam. (2015), berdasarkan Profil Pasien
Sanitasi lingkungan yang kurang Pneumonia Komunitas Di Bagian Anak
memadai juga berperan dalam terjadinya RSUP Dr. M. Djamil Padang Sumatera
pneumonia di Puskesmas Kabil Kota Barat menyatakan bahwa pasien anak laki-
Batam. Menurut hasil pengamatan peneliti laki lebih banyak daripada anak
di sekitar pemukiman warga, banyak yang perempuan dengan perbandingan 1,25 : 1.
ABSTRAK
Yonixs Majri Roza, 61112099, 2016. Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Rinitis
Alergi pada Pasien yang Berobat di Poli THT Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam
Tahun 2015.
Latar Belakang : Rinitis Alergi merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi. Penyakit ini berhubungan dengan paparan alergen seperti debu
tungau, hewan peliharaan seperti kucing dan anjing. Berbagai pemicu yang bisa berperan
adalah beberapa faktor non spesifik diantaranya asap rokok dan polusi udara. Angka kejadian
Rinitis Alergi di Rumah Sakit Camatha Sahidya yang tercatat pada bulan januari hingga
agustus tahun 2015 sebanyak 273 pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan faktor resiko dengan kejadian Rinitis Alergi.
Metode : Metode penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross
sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam. Teknik pengambilan
sampel adalah Accidental Sampling. Sampel dari penelitian ini berjumlah 40 orang yang
ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian dianalisis dengan
menggunakan uji Chi-square.
Hasil : Lebih dari separuh responden yang ada memelihara hewan peliharaan sebanyak 25
orang (62,5%). Lebih dari separuh responden yang terpapar asap kendaraan sebanyak 22
orang (55,0%). Kurang dari separuh responden yang mempunyai riwayat keluarga perokok
sebanyak 16 orang (40,0%). Kurang dari separuh responden yang memiliki riwayat alergi
atau penyakit atopi sebanyak 12 orang (30,0%). Hasil analisa bivariat dengan uji Chi-square
pada memelihara hewan peliharaan diperoleh (p=0,412), pada terpapar asap kendaraan
(p=0,001), pada terpapar asap rokok (p=0,002), pada riwayat alergi atau penyakit atopi
(p=0,013). Jika p value > 0,05, artinya H0 gagal ditolak dan p value < 0,05 H0 ditolak.
Simpulan : Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara terpapar asap kendaraan, riwayat keluarga perokok, riwayat alergi atau penyakit atopi
dengan kejadian Rinitis Alergi. Tidak ada hubungan yang bermakna antara memelihara
hewan peliharaan dengan kejadian rinitis alergi.
Kata Kunci : Rinitis Alergi, Hewan Peliharaan, Asap Kendaraan, Asap Rokok, Riwayat
Alergi, Penyakit Atopi
Analisis Univariat
Terpapar
Tabel 2. menunjukkan bahwa
2. Asap 22 18 55
45 responden yang mengalami rinitis
Kendaraan alergi sebanyak 18 orang (45%) dan
responden yang tidak mengalami
Riwayat
60
rinitis alergi sebanyak 22 orang
3. Keluarga 16 24 40 (55%).
Perokok
Total 22 18 40 100
0,001
7 31,82 15 68,18 22 100
Ya
tetapi mengalami rinitis alergi. Sedangkan rinitis alergi dan sebanyak 9 responden
4 responden (25%) yang ada riwayat (75%) yang ada riwayat alergi atau
keluarga perokok dan tidak mengalami penyakit atopi dan mengalami rinitis
rinitis alergi dan sebanyak 12 responden alergi.
(75%) yang ada riwayat keluarga perokok
dan mengalami rinitis alergi. Dari hasil perhitungan Chi-Square
didapatkan nilai p value sebesar 0,013
Dari hasil perhitungan Chi-Square karena hasil p value < 0,05 berarti Ha
didapatkan nilai p value sebesar 0,002 diterima dan Ho ditolak, maka dapat
karena hasil p value < 0,05 berarti Ha disimpulkan bahwa ada hubungan yang
diterima dan Ho ditolak, maka dapat signifikan antara riwayat alergi atau
disimpulkan bahwa ada hubungan yang penyakit atopi dengan kejadian rinitis
signifikan antara riwayat keluarga perokok alergi pada pasien yang berobat di poli
dengan kejadian rinitis alergi pada pasien THT Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota
yang berobat di poli tht rumah sakit Batam tahun 2015.
camatha sahidya kota batam tahun 2015.
PEMBAHASAN
Tabel 9 Hubungan Riwayat Alergi
Atau Penyakit Atopi Dengan A. Pembahasan Univariat
Kejadian Rinitis Alergi Pada Pasien 1. Memelihara Hewan Peliharaan
Yang Berobat Di Poli THT Rumah Berdasarkan hasil
Sakit Camatha Sahidya Kota Batam penelitian pada tabel 1, didapatkan
Tahun 2015 distribusi frekuensi memelihara
hewan peliharaan pada pasien
Rinitis Alergi Total
Riwayat yang berobat di poli THT Rumah
Alergi atau P Sakit Camatha Sahidya Kota
Penyakit Tidak Ya Value Batam adalah sebanyak 15 orang
Atopi responden (37,5%) yang ada
f % f % f % memelihara hewan peliharaan dan
25 orang responden (62,5%) yang
100 tidak ada memiliki hewan
19 67,86 9 32,14 28
Tidak peliharaan.
Berdasarkan keterangan
Berdasarkan hasil tabel 4.8 diatas diatas peneliti berpendapat bahwa
dapat diketahui bahwa terdapat 19 pasien yang berobat di Poli THT
responden (67,86%) yang tidak ada Rumah Sakit Camatha Sahidya ada
riwayat alergi atau penyakit atopi dan tidak yang memelihara hewan peliharaan
mengalami rinitis alergi. Sebanyak 9 dan ada juga yang tidak
responden (32,14%) yang tidak ada memelihara hewan peliharaan.
riwayat alergi atau penyakit atopi tetapi Disini mungkin kebanyakan
mengalami rinitis alergi. Sedangkan 3 responden memelihara hewan
responden (25%) yang ada riwayat alergi peliharaannya dengan baik seperti
atau penyakit atopi dan tidak mengalami
ABSTRAK
Shera Amielia Ruchmana, 61112015, 2016. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Diare Pada
Balita Di Puskesmas Kuala Sempang Kabupaten Bintan Tahun 2016.Skripsi. Fakultas Kedokteran.
Universitas Batam.
Latar Belakang :Status gizi balita merupakan hal yang harus diketahui oleh setiap orangtua.
Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita, karena berada dalam situasi rentan,
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini bersifat irreversible (tidak dapat
pulih) dan penyakit infeksi yang sering terjadi pada balita yaitu diare.
Metode :Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional yang dilakukan di Puskesmas Kuala Sempang Kabupaten Bintan Tahun 2016.
Di analisis Data dengan uji Chi Square.Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 42
responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling.Hasil penelitian
dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan program SPSS.
Hasil :Dari hasil analisis antara status gizi kurang yang menderita diare sebanyak 81,5% balita,
sedangkan status gizi baik yang menderita diare sebanyak 18,5%. dari hasil pengolahan data
menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil yang signifikan dengan nilai P value (sig.) adalah
sebesar 0,006 sehingga Ha diterima dimana Ha = adanya hubungan status gizi dengan kejadian diare
pada balita.
Simpulan :Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan status gizi dengan
kejadian diare pada balita di Puskesmas Kuala Sempang Kabupaten Bintan Tahun 2016.
1. Lebih dari separuh (66,7%) balita Depkes RI. (2012). Diare Penyebab
memiliki status gizi kurang. Kematian Utama Pada Balita di Indonesia.
2. Lebih dari separuh (64,3%) balita Jakarta
mengalami diare.
3. Ada hubungan antara status gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan.
dengan diare didapatkan nilai p= (2011). Profil Kesehatan Kabupaten
0,006 (p= <0,05). Bintan. Bintan: Dinas Kesehatan
Kabupaten Bintan
Guyton & Hall, J.E. (2012). Buku Ajar
DAFTAR PUSTAKA Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Almatsier.(2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Hartriyanti, Y. & Triyanti.(2007).
Jakarta: PT Gramedia pustaka utama Penilaian Status Gizi. In: Syafiq, A. et all.
Eds. Gizi dan Kesehatan masyarakat.
. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Jakarta: Raja Grafindo Persada
Gizi. Jakarta: PT Gramedia pustaka utama
IDAI. (2009). Pedoman Pelayanan Medis. Suharyono.(2008). Diare Akut Klinik dan
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Laboraktorik. Jakarta: Rineka Cipta
Irianto. (2007). Gizi dan Pola Hidup Sehat. Supariasa.(2002). Penilaian Status Gizi.
Bandung: Yrama Widya Jakarta: EGC
Leane, G. Rivlin and Andrew m. Store. Suraatmaja.(2007). Kapita Selekta
(2009). Public Space, Australia: Press Gastroenterologi anak. Jakarta: Sagung
Syndicate of University of Cambridge Seto
Moehji, S. (2009). Ilmu Gizi I. Jakarta : Sutomo B &Anggraini, D. Y., (2012).
Bhratara Niaga Media Makanan Sehat Pendamping ASI.
Demedia. Jakarta
. (2009). Ilmu Gizi II. Jakarta:
Bhratara Niaga Media Syarifudin.(2010). Metodologi Penelitian.
Bandung: Mandar Maju
Nix, S. (2005). William’s Basic Nutrition
& Diet Therapy, Twelfth Edition. Elsevier Triadmodjo.(2008). Pengantar Diare Akut
Mosby Inc, USA Anak Diare Kronik. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Notoatmodjo, (2003). Metodologi
Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta WHO. (2006). Baku Antropometri
: Rineka Cipta
. (2012). Diarrhoea.
. (2010). Metodologi Penelitian /Diaksestanggal 7 Januari 2012. www.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta who. int
. (2012). Promosi Kesehatan dan Widjaja. (2002). Mengatasi Diare dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta Keracunan Pada Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka
Proverawati, Atikah. & Kusuma Wati,
Erna. (2010). Ilmu Gizi Untuk
Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Nuna
Medika. Yogyakarta
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan
Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Soenarto. (2009). Status Gizi dan
Hubungannya dengan Kejadian Diare pada
Anak Diare Akut. Yogyakarta
Subijanto, like S.D., Pitono. (2001). Diare
Persisten Pada Anak dan Bayi Dalam
Seminar dan Lokakarya Penyegar
Kedokteran Terpilih Dalam Rangka
Muktamar IDI ke XXI, IDAI. Yogyakarta
Suhardjo. (1996). Berbagai Cara
Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara
ABSTRAK
Latar Belakang: Akne vulgaris merupakan masalah utama bagi remaja khususnya
perempuan karena akne vulgaris ini menimbulkan rasa malu, minder, rasa tidak percaya diri,
dan sangat mengganggu. Pada umumnya akne vulgaris biasanya terjadi pada usia remaja,
meskipun kadang-kadang dapat menetap sampai dekade ketiga atau bahkan pada usia
premenarke. Penyebab akne vulgaris belum diketahui pasti, namun akne yang terjadi pada
usia pubertas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu peningkatan kadar hormon androgen,
penggunaan kosmetik, stres, personal hygiene yang buruk dan pola tidur yang tidak baik
seperti tidur larut malam. Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka
waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur,
frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pola tidur malam dengan kejadian akne vulgaris pada
siswi kelas III SMAN 5 Batam Tahun 2015.
Metode: Metode penelitian ini adalah analitik observasional menggunakan pendekatan cross
sectional yang dilakukan di SMAN 5 Batam pada bulan Desember Tahun 2015. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode acak sederhana (simple random
sampling) dengan populasi sebesar 290 siswi, sehingga jumlah sampel yang didapat adalah
75 siswi.
Hasil: Berdasarkan pola tidur malam dikelompokkan bukan akne vulgaris dan akne vulgaris.
Pada pola tidur baik didapatkan 12 siswi (60%) tidak mengalami akne vulgaris dan sebanyak
8 siswi (40%) yang memiliki akne vulgaris. Sedangkan pada pola tidur buruk didapatkan 11
siswi (20%) tidak mengalami akne vulgaris dan sebanyak 44 siswi (80%) mengalami akne
vulgaris. Terdapat hubungan bermakna antara pola tidur malam dengan kejadian akne
vulgaris dengan nilai p=0,001.
Simpulan: Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna
antara pola tidur malam dengan kejadian akne vulgaris. Dengan pola tidur yang baik dapat
mencegah terjadinya akne vulgaris.
Kata Kunci: Pola Tidur Malam, Akne Vulgaris
bahwa 88% diantaranya ternyata memiliki regulasi hormon. Hormon yang paling
akne vulgaris. Dari jumlah tersebut, 51,4% penting dalam mekanisme tidur adalah
diklasifikasikan sebagai akne vulgaris hormon melatonin (Guyton, 2007). Tidur
ringan, 40% akne vulgaris sedang, dan yang terlalu larut malam akan
8,6% akne vulgaris berat. Dari total 5.573 menyebabkan peningkatan aktivitas
pasien yang berobat ke Poliklinik Ilmu hormon androgen. Meningkatnya aktivitas
Kesehatan Kulit dan Kelamin di RSUP. H. hormon ini akan merangsang kelenjar
Adam Malik Medan selama periode sebasea untuk memperbanyak produksi
Januari-Desember 2008, 107 pasien sebum. Sekresi sebum yang berlebihan
(1,91%) diantaranya merupakan pasien menjadikan kulit wajah lebih berminyak
dengan diagnosis akne vulgaris (Rahayu, dan akan menyumbat pori-pori folikel
2015). sehingga menyebabkan akumulasi bakteri
Propionibacterium acnes. Bakteri ini
memiliki lipase yang mengubah lipid
Pembahasan Analisis Bivariat menjadi asam lemak dan menghasilkan
mediator-mediator proinflamasi. Hal inilah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
yang memicu terjadinya akne (Pujiastuti,
pada siswi kelas III SMAN 5 Batam yang
2012).
berjumlah 75 siswi dengan pola tidur
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
(pola tidur baik dan pola tidur buruk)
yang dilakukan oleh Pujiastuti (2012)
dikelompokkan akne vulgaris dan bukan
berdasarkan angka prevalensi akne
akne vulgaris. Pada pola tidur baik
vulgaris sebesar 49,27%, angka prevalensi
didapatkan 12 siswi (60%) tidak
akne vulgaris dengan kebiadaan tidur di
mengalami akne vulgaris dan sebanyak 8
bawah pukul 22.00 WIB sebesar 37,03%,
siswi (40%) mengalami akne vulgaris,
angka prevalensi akne vulgaris dengan
sedangkan pada pola tidur buruk
kebiasaan tidur di atas 22.00 WIB sebesar
didapatkan sebanyak 11 siswi (20%) tidak
57,14%. Data ini menunjukkan bahwa
mengalami akne vulgaris dan sebanyak 44
terdapat hubungan yang bermakna antara
siswi (80%) mengalami akne vulgaris.
kebiasaan waktu tidur di atas pukul 22.00
Hasil uji statistik dengan Chi Square
WIB dengan terjadinya akne vulgaris
diperoleh nilai p Value = 0,001 dapat
dengan nilai p=0,021.
disimpulkan H0 ditolak, artinya terdapat
Penelitian yang dilakukan Wijaya
hubungan bermakna antara pola tidur
(2011) juga memperlihatkan hubungan
malam dengan kejadian akne vulgaris pada
yang bermakna antara pola tidur dengan
siswi kelas III SMAN 5 Batam Tahun
akne vulgaris. Pada kelompok pola tidur
2015. Hubungan yang bermakna antara
baik dengan akne vulgaris negatif
pola tidur malam dengan kejadian akne
berjumlah 19 orang (63,3%) dan akne
vulgaris dapat disebabkan oleh adanya
vulgaris positif berjumlah 11 orang
peningkatan hormon androgen.
(36,7%). Pada kelompok pola tidur buruk
Peningkatan kadar hormon ini pada usia
dengan akne vulgaris negatif berjumlah 10
remaja menjadi pemicu utama terjadinya
orang (33,3%) dan akne vulgaris positif
akne. Selain proses fisiologis tubuh,
berjumlah 20 orang (66,7%) dengan nilai
peningkatan aktivitas hormon ini juga
p=0,020.
dipengaruhi oleh pola tidur yang larut
Penyebab terjadinya akne vulgaris
malam. Tidur merupakan mekanisme
adalah multifaktorial. Faktor resiko
tubuh untuk mempertahankan homeostatis.
terjadinya akne vulgaris pada usia pubertas
Tidur berfungsi untuk mengembalikan
adalah meningkatnya kadar hormon
keseimbangan pada pusat-pusat neuron.
androgen, penggunaan kosmetik, stres,
Oleh karena itu, mekanisme tidur pun
lingkungan, iklim atau cuaca, keturunan,
tidak terlepas dari pengaruh aktivitas dan
Latar Belakang: Penyakit campak adalah penyakit akut yang sangat menular disebabkan
oleh virus yang biasanya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal
demam, batuk, pilek, konjungtivitis dan ditemukan gejala spesifik eksamten (erupsi kulit)
diikuti dengan erupsi makulo papular. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab
kematian pada anak-anak diseluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun, pentingnya
pengetahuan seorang ibu tentang imunisasi campak sangat berpengaruh terhadap kesehatan
bayi. Sikap tentang imunisasi campak yaitu respon atau tanggapan terhadap kejadian
imunisasi campak baik yang positif, maupun yang negatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan sikap ibu terhadap imunisasi campak pada
bayi di puskesmas sei panas kota batam tahun 2016.
Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional yang dilakukan di Puskesmas Sei Panas Kota Batam sebanyak 96
orang dengan teknik pengambilan sampel berupa aksidental sampling dilakukan pada bulan
Agustus 2016. Data dianalisa secara univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi Square..
Hasil: Hasil analisa univariat menunjukkan responden yang mempunyai pengetahuan kurang
baik sebanyak 42 responden (43,8%), responden yang mempunyai pengetahuan baik
sebanyak 54 responden (56,3%), responden yang mempunyai sikap yang tidak baik sebanyak
39 responden (40,6%) dan responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 57 responden
(59,4%). Hasil analisa bivariat dengan uji Chi Square didapatkan hubungan p- value 0,00
yang berarti p-value <0,05 sehingga Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Ibu terhadap Imunisasi Campak Pada Bayi
Di Puskesmas Sei Pana Kota Batam 2016.
Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan anatara
Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Imunisasi Campak Pada Bayi Di Puskesmas Sei
Panas Kota Batam Tahun 2016.
sesuatu yang diketahui ibu tentang menggunakan formula Ridwan dan Akdon
imunisasi campak. Pengetahuan yang (2010) untuk populasi yang tidak diketahui
dimiliki akan membentuk sikap yang :
kemudian diwujudkan dalam bentuk nyata
berupa tindakan, sehingga terbentuk suatu 𝑍𝑎/2σ 2
n =( )
e
perilaku yang merupakan suatu respon
seseorang terhadap stimulus yang diluar Keterangan :
objek (Notoatmodjo, 2007).
Sikap tentang imunisasi campak yaitu n : Besar sampel
respon atau tanggapan terhadap kejadian Zα : Nilai Z pada derajat
imunisasi campak baik sikap positif, kemaknaan (1,96)
maupun sikap negatif. Sikap positif 2σ : Standar deviasi populasi 0,25
mempunyai kecendrungan tindakan yaitu e : error estimasi (5%)
mendukung supaya pencegahan kejadian (Susila, 2015).
campak yang diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari sedangkan sikap negatif
kecendrungan tindakan yaitu melakukan (1,96)(0,25) 2
n=( )
0,05
tindakan yang bisa menimbulkan resiko
kejadian campak (Notoadmojo, 2005). n = 96,04 dibulatkan 96 responden.
Berdasarkan latar belakang diatas maka
peneliti tertarik melakukan penelitian Jadi berdasarkan rumus tersebut
dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu penulis harus mengambil sampel sejumlah
dengan Sikap Ibu terhadap Imunisasi 96 orang.
Campak pada Bayi di Wilayah Kerja Teknik pengambilan sampel dalam
Puskesmas Sei Panas Kota Batam Tahun penelitian ini dilakukan secara accidental
2016”. sampling yaitu cara pengambilan sampel
yang dilakukan dengan mengambil
METODE PENELITIAN responden yang kebetulan ada atau
tersedia (Riyanto, 2011).
Jenis penelitian ini adalah Alat pengumpulan data yang akan
kuantitatif dengan desain analitik digunakan dalam penelitian ini dengan
observasional dengan pendekatan cross menggunakan kuesioner.
sectional dimana data yang menyangkut 1. Analisa Univariat
variabel bebas atau resiko dan variabel Pada analisis ini menghasilkan
terikat atau variabel akibat, akan distribusi frekuensi dan presentasi
dikumpulkan dalam waktu yang dari tiap variabel, yaitu variabel
bersamaan (Notoadmojo, 2012). independen (pengetahuan Ibu) dan
Dalam penelitian ini karena jumlah variabel dependen (sikap ibu
ibu yang mempunyai bayi yang melakukan terhadap imunisasi campak).
imunisasi ke Puskesmas Sei Panas Kota
Batam pada tahun 2016 belum diketahui
dengan pasti sehingga untuk menghitung
jumlah sampel minimum yang dibutuhkan
ABSTRAK
Depi Nopania Utami, 61112058, 2016. Hubungan Luka Infeksi Patah Tulang Terbuka Tibia
Fibula Dengan Lama Pemberian Antibiotika Dan Lama Perawatan Pasien Bedah Tulang Di
RSUD Embung Fatimah Kota Batam Tahun 2014/2015. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Batam.
Latar Belakang: Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Infeksi adalah invasi tubuh patogen
atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Antibiotika adalah zat biokimia yang
diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan
atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Average Length of Stay (ALOS) rata-rata
lama rawat seorang pasien. Maka dari itu peneliti ingin mencari hubungan luka infeksi patah
tulang terbuka tibia fibula dengan lama pemberian antibiotika dan lama perawatan pasien
bedah tulang.
Metode: Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang
dilakukan di RSUD Embung Fatimah Kota Batam. Teknik penelitian adalah Total Sampling
dengan populasi sebesar 31 dan diperoleh sampel 31 sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian dianalisis dengan distribusi frekuensi di tabulasi silang kemudian diuji
dengan uji Chi-square.
Hasil: Hasil penelitian ini didapatkan responden yang tidak mengalami infeksi (negatif)
sebesar 61,3%, lama pemberian antibiotika ≤ 72 jam sebesar 58,1% dan lama perawatan ≤ 6
hari sebesar 54,8%. Hasil analisis Chi-square didapatkan nilai signifikansi p-value = 0,027
dan 0,008. Angka tersebut signifikan karena nilai p lebih kecil dibandingkan dengan taraf
signifikansi (α) = 5% (0,05). Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara
luka infeksi dengan lama perawatan.
Simpulan: Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
luka infeksi dengan lama pemberian antibiotika dan lama perawatan.
Kata kunci: Patah tulang terbuka tibia fibula, Luka infeksi, Antibiotika, Lama perawatan.
PENDAHULUAN
Saat ini penyakit yang mengenai 10% mengalami kesembuhan dengan
musculoskeletal telah menjadi masalah baik.2
yang banyak dijumpai di pusat-pusat Patah tulang terbuka merupakan
pelayanan kesehatan di seluruh dunia. suatu patah tulang dimana terjadi
Bahkan World Health Organization hubungan dengan lingkungan luar melalui
(WHO) telah menetapkan dekade ini kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri
(2000-2010) menjadi dekade tulang dan sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
3
persendian. Masalah pada tulang yang
mengakibatkan keparahan disabilitas Infeksi masih merupakan masalah
adalah patah tulang. Dengan makin yang kompleks di rumah sakit, dengan
pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari morbiditas, mortalitas yang tinggi dan
segi jumlah pemakai jalan, jumlah menimbulkan waktu perawatan lebih lama
pemakai kendaraan, jumlah pemakai jasa serta menghabiskan biaya yang besar.
angkutan, bertambahnya jaringan jalan dan WHO melaporkan prevalensi infeksi
kecepatan kendaraan maka mayoritas nosokomial bervariasi antara 3%-21%, dan
terjadinya patah tulang adalah kecelakaan Infeksi Luka Operasi (ILO) mencakup 5%-
lalu lintas. Sementara trauma-trauma lain 31% dari total angka infeksi nosokomial. 5
yang dapat menyebabkan patah tulang
adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan METODE PENELITIAN
kerja dan cedera olahraga.1 Metode yang digunakan merupakan
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan penelitian deskriptif yaitu peneliti
Dasar (RISKESDAS) oleh Badan berupaya mencari hubungan luka infeksi
Penelitian dan Pengembangan Depkes RI patah tulang terbuka tibia fibula dengan
tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus lama pemberian antibiotika dan lama
fraktur yang disebabkan oleh cedera antara perawatan. Penelitian ini menggunakan
lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas desain studi analitik dengan jenis
dan trauma benda tajam/tumpul. Dari penelitian cross sectional, yaitu tiap subjek
45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami penelitian hanya observasi sekali saja dan
fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari pengukuran dilakukan terhadap status
20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang karakter atau variabel subjek pada saat
mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang pemeriksaan.6
(8,5%), dari 14.127 trauma benda Populasi dalam penelitian ini
tajam/tumpul, yang mengalami fraktur adalah pasien patah tulang terbuka tibia
sebanyak 236 orang (1,7%).2 fibula di RSUD Embung Fatimah Kota
Berdasarkan data dari Batam tahun 2014/2015, terdapat 31
Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) orang. Sampel pada penelitian ini yaitu
tahun 2009 didapatkan sekitar delapan sebanyak 31 sampel. Penelitian ini,
juta orang mengalami kejadian fraktur menggunakan teknik sampel total
dengan jenis fraktur yang berbeda dan sampling yaitu sampel semua anggota
penyebab yang berbeda, dari hasil populasi diambil sebagai sampel
survey tim Depkes RI didapatkan 25% penelitian.
penderita fraktur yang mengalami Variabel terikat dalam penelitian
kematian, 45% mengalami cacat fisik, ini adalah Luka Infeksi Fraktur Tibia
15% mengalami stress psikologis Fibula dan variabel bebasnya adalah Lama
karena cemas dan bahkan depresi, dan Pemberian Antibiotika dan Lama
Perawatan. Data yang diperoleh dari rekam
1 1 3
Total
7 4 1
(41,9%) responden yang diberikan Dari hasil analisa statistik dengan uji
antibiotika selama > 72 jam. Maka dapat chi square diperoleh nilai p-value = 0,027
disimpulkan bahwa lebih banyak (p-value ≤ 0,05). Artinya ada hubungan
responden yang diberikan antibiotika antara luka infeksi patah tulang terbuka
kurang dari 72 jam. Penelitian yang di tibia fibula dengan lama pemberian
lakukan oleh Putu Sukma Parahita tentang antibiotika. Bukti adanya hubungan
penatalaksanaan kegawatdaruratan pada tersebut diperkuat oleh hasil analisis
cedera fraktur ekstremitas. Pemberian Relative Risk (RR) luka infeksi dengan
antibiotika dapat dilanjutkan hingga 72 lama pemberian antibiotika dengan hasil
jam setelah luka tertutup. Debridement nilai RR = 2,211. Nilai tersebut
luka di kamar operasi juga sebaiknya menyatakan bahwa luka yang terinfeksi
dilakukan sebelum 6 jam pasca trauma 2,211 kali beresiko untuk membutuhkan
untuk menghindari adanya sepsis pasca pemberian antibiotika dengan pemberian >
trauma (Isaac SM dkk, 2010). 6 72 jam. Dengan nilai confident interval
Pada tabel.3 dan tabel.5 juga 95% (0,950-5,141) maka nilai relative risk
dijelaskan tentang distribusi lama dinyatakan signifikan atau bermakna.
perawatan didapatkan sebanyak 17 Dari tabel.5 responden yang tidak
(54,8%) responden yang dirawat ≤ 6 hari mengalami infeksi (negatif) dengan lama
dan 14 (45,2%) responden yang dirawat > perawatan ≤ 6 hari yaitu 14 (73,7%) dan
6 hari. Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak mengalami infeksi
lebih banyak responden yang dirawat (negatif) dengan lama pemberian
kurang dari 6 hari. penelitian yang antibiotika > 6 hari yaitu 5 (26,3%). Pada
dilakukan Rizky Ika Winda (2014) tentang responden yang mengalami infeksi
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat (positif) dengan lama pemberian
kecemasan pasien fraktur tulang panjang antibiotika ≤ 6 hari yaitu 3 (25%) dan
pra operasi yang dirawat di RSUD Arifin responden yang mengalami infeksi
Achmad Pekanbaru. Berdasarkan (positif) dengan lama pemberian
penelitian didapatkan 30 responden, antibiotika > 6 hari yaitu 9 (75%).
dengan lama hari rawat ≤ 6 hari 24 Dari hasil analisa statistik dengan uji
responden (80,0%) dan > 6 hari 6 chi square diperoleh nilai p-value = 0,008
responden (20,0%). (p-value ≤ 0,05). Artinya ada hubungan
antara luka infeksi patah tulang terbuka
Pembahasan Analisis Bivariat tibia fibula dengan lama perawatan. Bukti
adanya hubungan tersebut diperkuat oleh
Berdasarkan hasil penelitian yang hasil analisis Relative Risk (RR) luka
dilakukan di RSUD Embung Fatimah Kota infeksi dengan lama perawatan dengan
Batam Tahun 2014/2015. Dari tabel.4 hasil nilai RR = 2,947. Nilai tersebut
didapatkan bahwa responden yang tidak menyatakan bahwa luka yang terinfeksi
mengalami infeksi (negatif) dengan lama 2,947 kali beresiko mendapatkan lama
pemberian antibiotika ≤ 72 jam yaitu 14 perawatan lebih > 6 hari. Dengan nilai
(73,7%) dan responden yang tidak confident interval 95% (1,067-8,142) maka
mengalami infeksi (negatif) dengan lama nilai relative risk dinyatakan signifikan
pemberian antibiotika > 72 jam yaitu 5 atau bermakna.
(26,3%). Pada responden yang mengalami
infeksi (positif) dengan lama pemberian KESIMPULAN
antibiotika ≤ 72 jam yaitu 4 (33,3%) dan
responden yang mengalami infeksi Berdasarkan penelitian mengenai
(positif) dengan lama pemberian hubungan luka infeksi patah tulang terbuka
antibiotika > 72 jam yaitu 8 (66,7%). tibia fibula dengan lama pemberian
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO Scientific Group (2003).
WHO Technical Report Series 919.
The Burden Of Musculoskeletal
Conditions at The Start of The New
Millenium. WHO Library
Cataloguing in Publication Data,
pp: 1-5.