Anda di halaman 1dari 9

GAYA DAN KESEIMBANGAN

Apakah Gaya itu?

Gaya adalah aksi sebuah benda terhadap benda lain. Suatu gaya cenderung
menggerakkan sebuah benda menurut arah kerjanya
Aksi sebuah gaya dicirikan oleh besarnya, arah kerjanya dan titik tangkap (titik pada
gaya yang bekerja pada benda)

Dalam fisika dikenal dua besaran yaitu besaran skalar dan besaran vektor
Besaran skalar : besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya saja seperti temperatur,
panjang, volume dan massa.
Besaran vektor : Besaran yang mempunyai besar dan arah seperti kecepatan,
percepatan, gaya dan momen.

Jadi Gaya merupakan besaran vektor yang mempunyai besar dan arah, dapat
disimbolkan atau dilukiskan sebagai suatu anak panah yang mendefinisikan besar, arah
dan tanda arah.
Panjang vektor menyatakan besarnya gaya, sedangkan arah ujung panah menunjukkan
kearah mana vektor gaya itu bekerja.
Garis kerja gaya

Tempat pegangan suatu gaya terhadap suatu benda dinamakan titik tangkap gaya (point
of application). Garis yang melalui titik tangkap serta ditarik menurut arah kerja gaya
disebut garis kerja gaya

Titik tangkap sebuah gaya dapat dipindahkan ketitik lain sepanjang garis kerjanya tanpa
terjadi perubahan efek gaya tersebut yang dapat diartikan bahwa sebuah gaya dapat
bekerja pada setiap titik tangkap sepanjang garis kerjanya dengan akibat yang
sama pada bendanya (Prinsip transmissibilitas)

Gaya Koplanar : Jika beberapa gaya yang terletak pada satu bidang
Jika gaya-gaya koplanar berpotongan disuatu titik dikatakan bahwa sistem gaya-gaya
tersebut koplanar konkuren
K1
K2

K4

K3

Jika garis kerja gaya-gaya koplanar sejajar satu sama lain dikatakan gaya-gaya tersebut
koplanar non-konkuren

K1

K2

K3

K4

Jika bebarapa gaya bekerja pada sebuah garis kerja yang sama disebut gaya-gaya
kolinear

K1 K2 K3

Jika garis kerja gaya-gaya koplanar ada yang sejajar dan ada pula yang berpotongan
disebut koplanar umum

K1
K2

K3

K4

K5
Gaya Non-Koplanar : Jika beberapa gaya tidak terletak pada satu bidang

Jika sejumlah gaya-gaya koplanar konkuren yang bekerja bersamaan pada sebuah benda
dapat digantikan dengan sebuah gaya tunggal, yang memberikan efek yang sama seperti
yang diberikan oleh sejumlah gaya-gaya tersebut dinamakan Gaya Resultan

Resultan dua gaya K1 dan K2 dengan garis kerja yang sama dan searah adalah sama
dengan jumlah besarnya gaya K1 dan K2

K1 K2

R
Resultan dua gaya yang melalui satu titik
Secara grafis
Cara Jajaran Genjang Gaya (paralellogram)

R = K1 + K2
K2

K1 K1

K2

Cara Segitiga Gaya

R = K1 + K2
K2

K1
Besar gaya resultan dari kedua cara tersebut dapat ditentukan dengan mengukur panjang
gaya resultan yang terlukis dan dihitung sesuai skala yang dipakai
Cara Trigonometri (Aturan Sinus dan Cosinus)
γ B
A

α
β
C

A B C
 
Sin. Sin. Sin.

C  A 2  B 2  2 AB.Cos.

Secara Analitis
y

F
Fy

α
0 x
Fx

Gaya F diuraikan menjadi :


Fx = komponen sejajar sumbu x
Fy = komponen sejajar sumbu y

Fy
F Fx2  Fy2 dan tan . 
Fx

Resultan lebih dari dua gaya yang melalui satu titik


Secara grafis
Apabila kita ingin menghubungkan lebih dari dua gaya, dicari terlebih dahulu Resultan
dari dua gaya sembarang, lalu resultannya digabungkan dengan gaya yang ketiga dan
demikian seterusnya
Contoh :
Cari resultan dari 3 buah gaya K1, K2, dan K3
Cara jajaran genjang :

R1 Dengan cara jajaran genjang,


resultan dari gaya-gaya K1 dan K2
K2 adalah R1
K1
R Dengan cara yang sama gabungan
R1 dan K3 adalah Resultannya R
K3

Jika gaya-gaya yang disusun lebih banyak, digunakan segi banyak gaya (poligon gaya)
Contoh : gambar dibawah ini memperlihatkan 5 gaya K1, K2, K3, K4 dan K5 yang akan
digabungkan dan dicari resultannya dengan cara poligon gaya

K1 K2 K3
K2
K4
o K3 K1 K5
R
K5 o
K4

K1 K2
K1 K3 K2 K3
R
K5
K5
o R
K4 K4

Secara Analitis
Kita dapat menentukan resultan dari beberapa gaya dengan menguraikan gaya-gaya
tersebut kedalam komponen-komponen yang sejajar dengan sumbu x dan sumbu y

y
F2
F2y
F1y F1

F3
F3y

F4x x
F3x F2x F1x
F4 F4y

Komponen dalam arah x :


Rx = F1x + F2x + F3x + F4x = F1 cos α + F2 cos β + F3 cos θ + F4 cos λ
Komponen dalam arah y :
Ry = F1y + F2y + F3y + F4y = F1 sin α + F2 sin β + F3 sin θ + F4 sin λ

Besar Resultan : R = R 2
x  R y2 
Ry
Arah resultan : tan γ = , γ = sudut antara resultan dengan sumbu x
Rx

MOMEN DARI SEBUAH GAYA


Disamping cenderung untuk menggerakkan suatu benda pada arah kerjanya, sebuah gaya
juga cenderung untuk memutar suatu benda terhadap suatu sumbu.
Marilah kita tinjau sebuah benda kaku berbentuk batang
P
P P P
P P

(a) (b) (c)


translasi Translasi dan rotasi rotasi
Pada gambar (a) gaya P bekerja pada pusat benda dan benda akan berpindah searah gaya
P kearah kanan. Setiap titik pada batang berpindah dengan jarak sama. Dikatakan batang
bergerak secara translasi
Pada gambar (b) gaya P bekerja pada titik yang lain maka batang akan melakukan
perpindahan secara translasi dan juga perpindahan memutar (rotasi). Besarnya rotasi
tergantung posisi letak titik tangkap dari gaya P tersebut.

Jika sebuah titik pada batang diengsel di A seperti pada gambar (c) maka gaya P akan
menimbulkan gerak rotasi saja

Kecenderungan sebuah gaya untuk berotasi terhadap sejumlah sumbu, disebut


momen dari sebuah gaya. Besarnya kecenderungan ini sebanding dengan :
a. Besarnya gaya
b. Jarak tegak lurus antara sumbu dan garis kerja gaya (lengan momen)

d
F 0

d
0 F

garis
kerja gaya

(a) (b)
Rotasi searah jarum jam dari momen Rotasi berlawanan arah jarum jam dari momen

Momen terhadap titik 0 dapat dinyatakan sebesar :


M0 = F . d
Dengan : F = gaya yang bekerja ; d = jarak dari garis kerja gaya F ke titik 0

Untuk arah momen dapat ditentukan dengan menggunakan perjanjian tanda. Misalnya
tanda + (plus) untuk putaran momen searah jarum jam, dan tanda – (minus) untuk
putaran momen berlawanan dengan arah jarum jam

Varignon’s Theorem
Teori ini berbunyi sebagai berikut :
”Momen sebuah gaya terhadap sebuah titik sama dengan jumlah momen dari
komponen-komponen gaya tersebut terhadap titik itu”
Y

ton

Fy=3ton
.6 1
3
F=
d=
Fx= 2ton 3.9
m

A y=1m
x=3m
y=2m

x=4m

O X
Contoh :

Momen terhadap titik A akibat gaya F adalah :


MA = F.d
= 3,61ton x 3,9 m
= 14 ton.m, (-) berlawanan arah jarum jam
atau bisa juga dicari dengan cara menguraikan gaya dalam Fx dan Fy, maka :
MA = Fx.y + Fy.x
= 2t.1m + 3t.4m
= 14 tm (-) berlawanan arah jarum jam

KESEIMBANGAN GAYA-GAYA
Hukum pertama Newton
”Jika resultan dari beberapa gaya yang bekerja pada sebuah benda besarnya sama
dengan nol, maka benda tersebut berada dalam keadaan setimbang”
Secara matematik dapat dinyatakan :

ΣFx = 0 dan ΣFy = 0 (persamaan ini disebut sebagai syarat pertama kesetimbangan)
Contoh :
5 buah gaya yaitu F1, F2, F3, F4 , dan F5. Resultan kelima gaya ini sama dengan nol

F1

F2
0
F5

F3
F4

Hukum ketiga Newton


”Apabila sebuah benda mengerjakan gaya pada sebuah benda yang lain, maka benda
kedua ini senantiasa mengerjakan gaya pula pada benda pertama, yang besarnya
sama akan tetapi berlawanan arah”
Benda pertama memberikan aksi pada benda kedua, dan benda kedua memberikan
reaksi terhadap benda pertama yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan.
Hukum ini dikenal sebagai hukum Aksi dan Reaksi (aksi = reaksi)

Syarat kedua kesetimbangan


Bila suatu benda dalam keadaan setimbang karena pengaruh sejumlah gaya-gaya
koplanar, maka jumlah aljabar momen-momennya terhadap sembarang titik sama dengan
nol (ΣM = 0)

Jika satuan gaya adalah ton, kg atau N(Newton = kg.m/det2), maka satuan momen adalah
ton.m, kg.m atau N.m

Momen di dalam struktur bangunan ada dua jenis yaitu momen lentur dan momen
puntir. Momen lentur pada balok, membuat balok melentur keatas atau kebawah (Mz)

atau pada kolom melentur ke kiri atau ke kanan (Mz) atau bisa juga kolom melentur
kedepan dan belakang (Mx).

Sedangkan momen puntir adalah momen yang memuntir balok (Mx) dan memuntir
kolom (My).Yang akan kita bahas di Analisis Struktur I ini hanya momen lentur.

Anda mungkin juga menyukai