APB Fix
APB Fix
PENDAHULUAN
1. Konservatif
Pada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tanda-
tanda syok maka diatasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse
darah.
Pemberian obat uterotonika: zat yang meningkatkan kontraksi
uterus. Hanya digunakan untuk induksi, penguatan persalinan,
pencegahan serta penanganan perdarahan post partum.
Contoh: Metergin, Oksitosin, Misoprostol.
Obat antibiotika
Contoh: Amoxicillin, Ampicillin.
Obat penguat rahim.
Obat penguat rahim adalah sejenis hormon sintetik yang berfungsi
sebagai pengganti hormon estrogen dan progesteron.
Contoh: obat yang mengandung Allylestrenol (Preabour, Alynol,
Pregnolin, Pregtenol, Presmaton, Prestrenol, Progeston)
2. Aktif
Curetage : Suction Curetage, Curetage biasa
8. WOC
1. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum.Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian
segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir
yang ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa
adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan
kedelapan (Chalik, 2008).
2. Klasifikasi plasenta previa:
1. Plasenta previa totalis: plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum
2. Plasenta previa lateralis: plasenta menutupi sebagian dari ostium uteri
internum
3. Plasenta previa marginalis: tepi plasenta berada tepat pada tepi ostium
uteri internum
4. Plasenta letak rendah: plasenta berada 3-4 cm pada tepi ostium uteri
internum
3. Etiologi
Belum diketahui pasti. Frekuensi plasenta previa meningkat pada grade
multipara, primigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin,
leioma uteri.
4. Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya
terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih
mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen
bawah uterus akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan
ini terjadi apabila plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian
bawah segmen rahim. Pembentukan segmen bawah rahim dan pembukaan
ostium interna akan menyebabkan robekan plasenta pada tempat perlekatannya
(Cunningham et al, 2005).
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa
ini ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding
uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak
dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan
serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang
letaknya normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan
yang terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah
setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003).
5. Manifestasi Klinis
1. perdarahan uterus yang keluar melalui vagina tanpa disertai dengan
adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi diatas akhir trimester kedua.
Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan dapat berhenti
sendiri. Namun perdarahan dapat kembali terjadi tanpa sebab yang jelas
setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat perdarahan berulang
biasanya perdarahan yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai
mengalir.
2. Karena letak plasenta pada plasenta previa berada pada bagian bawah,
maka pada palpasi abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih
tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang.
3. Pada plasenta previa ini tidak ditemui nyeri maupun tegang pada perut
ibu saat dilakukan palpasi (Chalik, 2008).
6. Pemeriksaan Penunjang
Apabila plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester
kedua, sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar.
Untuk memastikannya dapat dilakukan pemeriksaan USG, namun bagi
beberapa wanita mungkin bahkan tidak terdiagnosis sampai persalinan,
terutama dalam kasuskasus plasenta previa sebagian (Faiz & Ananth, 2003).
Menurut Mochtar (1998) diagnosa dari plasenta previa bisa ditegakkan
dengan adanya gejala klinis dan beberapa pemeriksaan yaitu:
1. Anamnesia, pada saat anamnesis dapat ditanyakan beberapa hal yang
berkaitan dengan perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat
terjadinya perdarahan, apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya
perdarahan, frekuensi serta banyaknya perdarahan (Wiknjosastro, 2007).
2. Inspeksi, dapat dilihat melalui banyaknya darah yang keluar melalui
vagina, darah beku, dan sebagainya. Apabila dijumpai perdarahan yang
banyak maka ibu akan terlihat pucat (Mochtar, 1998).
3. Palpasi abdomen, sering dijumpai kelainan letak pada janin, tinggi fundus
uteri yang rendah karena belum cukup bulan. Juga sering dijumpai bahwa
bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala
masih bergoyang, terapung atau mengolak di atas pintu atas panggul
(Mochtar, 1998).
4. Pemeriksaan inspekulo, dengan menggunakan spekulum secara hati-hati
dilihat dari mana sumber perdarahan, apakah dari uterus, ataupun terdapat
kelainan pada serviks, vagina, varises pecah, dll (Mochtar, 1998).
5. Pemeriksaan radio-isotop
a) Plasentografi jaringan lunak
b) Sitografi
c) Plasentografi indirek
d) Arteriografi
e) Amniografi
f) Radio isotop plasentografi
6. Ultrasonografi, transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung
kemih yang dikosongkan akan memberikan kepastian diagnosa plasenta
previa. Walaupun transvaginal ultrasonografi lebih superior untuk
mendeteksi keadaan ostium uteri internum namun sangat jarang
diperlukan, karena di tangan yang tidak ahli cara ini dapat menimbulkan
perdarahan yang lebih banyak (Chalik, 2008). Penentuan lokasi plasenta
secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi
terhadap janin (Mochtar, 1998)
7. Pemeriksaan dalam, pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling
akhir yang paling ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta
previa. Walaupun ampuh namun harus berhati-hati karena dapat
menimbulkan perdarahan yang lebih hebat, infeksi, juga menimbulkan his
yang kemudian akan mengakibatkan partus yang prematur. Indikasi
pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum yaitu jika terdapat
perdarahan yang lebih dari 500 cc, perdarahan yang telah berulang, his
telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar janin (Mochtar, 1998). Dan
pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan jika dilakukan
dikamar operasi yang telah siap untuk melakukan operasi dengan segera
(Mose, 2004).
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fornises dengan hati-hati. Jika tulang
kepala teraba, maka kemungkinan plasenta previa kecil. Namun jika teraba
bantalan lunak maka, kemungkinan besar plasenta previa.
7. Penatalaksanaan
1) Konservatif
Perawatan konservatif berupa :
a. Lakukan rawat inap, tirah baring, dan berikan anti biotik profilaksis
b. Lakukan pemeriksaan USG, untuk mengetahui implantasi plasenta serta
lakukan pemeriksaan Hb, dan hematokrit
c. Bila perdarahan berhenti, dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan.
E. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Head to toe
1) Kulit : normal
2) Kepala : warna, keadaan dan kebersihan dalam batas normal
3) Mata : biasanya konjungtiva anemis
4) Muka : Biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat
5) Thorax : biasanya bunyi afas vesikuler, jenis pernapasan
thoracoabdominal
6) Abdomen
Inspeksi : terdapat striae gravidarum
Palpasi :
Leopold I : janin sering belum cukup bulan sehingga fundus uteri
masih rendah
Leopold II : sering dijumpai kesalahan letak janin
Leopold III : Bagian terbawah janin belum turun apabila letak kepala
masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak diatas pintu atas
panggul
Leopold IV : kepala janin belum masuk pintu atas panggul
Perkusi : Reflex lutut +/+
Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat atau lambat.
7) Genetalia : pada vagina keluar darah berwarna merah muda
8) Ekstremitas : kemungkinan edema atau varies. Kemungkinan akral
dingin.
2. Pola Sistem
i. Pola Nutrisi
Sulistyawati (2012 : 169) mengemukakan pola nutrisi dikaji untuk
menanyakan ibu hamil apakah menjalani diet khusus, bagaimana
nafsu makannya, jumlah makanan dan minuman atau cairan yang
masuk.
ii. Pola Eliminasi
Menurut Mufdillah (2009 : 13) pola eliminasi dikaji untuk
mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK, adakah kaitannya dengan
obstipasi atau tidak.
iii. Pola aktifitas dan istirahat
Menurut Mufdillah (2009 : 13) pengkajian pada pola aktifitas dan
istirahat yaitu untuk mengetahui aktifitas ibu berlebihan atau tidak,
adakah trauma atau kecelakaan kerja yang dialami ibu hamil karena
hal ini dapat menyebabkan Abortus. Berapa jam ibu tidur siang dan
malam.
iv. Personal Hygiene
Personal hygiene menurut Sulistyawati (2012 : 171) perlu dikaji
untuk mengetahui bagaimana klien menjaga kebersihan dirinya
terutama daerah genetalia, karena jika kebersihan genetalia kurang
dapat memicu terjadinya infeksi. Infeksi mikroplasma pada tracture
genetalis dapat menyebabkan Abortus.
v. Pola seksual
Hidayat (2006 : 43) mengemukakan bahwa pola seksual dikaji untuk
mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan suami isteri dalam
seminggu
F. Pemeriksaan Penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
Leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal
250ribu – 500 ribu).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko syok hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
2) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan yang
bermasalah.
3) Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta, tidak
adekuatnya perfusi darah ke plasenta post seksio.
4) Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada
segmen bawah rahim
3. Intervensi Keperawatan
1) Risiko Syok hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
NOC NIC
Tujuan Shock Management
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Monitoring status hemodinamika (ex:
selama 2x24jam risiko syok hipovolemik HR, TD, MAP, CVP)
berkurang 2. Monitoring pola nafas untuk
Kriteria Hasil mengidentifikasi gejala edema paru
Shock Severity Hipovolemic (0419) 3. Monitoring suara nafas tambahan
1. Tingkat kehilangan darah 4. Monitoring suara jantung tambahan
2. Reaksi transfusi darah 5. Monitoring adanya edema perferal
3. Status sirkulasi 6. Monitoring hasil laboratorium
4. Status respirasi pertukaran gas (hemokonsentrasi: Hct, BUN,
5. Tingkat keparahan trauma: laserasi Kreatinin serum)
6. TTV kembali dalam batas normal 7. Monitoring intake output cairan
7. Kulit tidak lagi dingin 8. Kolaborasi pemberian obat untuk
mengurangi pengeluaran cairan (ex:
furosemide, spironolakton)
9. Memonitoring efek samping
pemberian obat-obatan
10. Managemen infus IV (ex: cairan
pocket RBC) hindari penggunaan
cairan hipotonik
11. Berikan posisi kepala ditinggikan
agar meningkatkan ventilasi
12. Memonitoring kembali perdarahan
pertoneal untuk mengidentifikasi
adanya komplikasi
Ny. A, 29 tahun datang ditemani suaminya,dengan keluhan keluar darah pervaginam sejak ±
1 hari, darah berwarna merah segar, keluar gumpalan. Dilakukan pemeriksaan leopold teraba
letak janin, pada saat dilakukan pemeriksaan dengan doppler DJJ: 136x/menit. Pada saat
dilakukan pemeriksaan VT ostium uteri tidak ada pembukaan, perdarahan kurang lebih 200
cc. skala nyeri 2.TD : 110/70 mmHg, Nadi : 72 x/ menit, Suhu : 36,8 C, Respirasi : 18
x/menit.
I. IDENTITAS
1. Klien
Nama : Ny. A
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Surabaya
Tanggal masuk : 26 September 2016
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Sumber : Suami klien
Diagnosa Medis : Abortus
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. B
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Alamat : Surabaya
Hubungan dgn klien : Suami
II. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh keluar darah melalui vaginanya, keluar darah berwarna merah
segar.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan perdarahan pervaginam sejak ± 1 hari.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga klien belum ada yang mengalami kejadian seperti klien.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya klien pernah mengalami kejadian seperti ini, 2 tahun yang lalu
terjadi aborsi.
5. Riwayat Kesehatan Yang Lain
Sebelumnya Klien pernah mengalami keguguran sekali tahun 2014 umur
kehamilan 19 minggu.
6. Riwayat Perkawinan
Klien mengatakan sudah menikah ± 6 tahun dan klien hanya memiliki suami
yang dicintainya.
7. Riwayat Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche : 12 th
Siklus : 28 hari
Lamanya : ± 7 hari
Baunya : amis
Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
8. Riwayat kehamilan dan persalinan
G3P1A1, klien mengatakan anak yang pertama lahir secara persalinan
normal BB: 2750 gram dengan jenis kelamin laki-laki.
9. Pola Kebiasaan
1) Pola Nutrisi
Klien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari, klien juga makan
bauh-buahan dan cemilan, sejak sakit nafsu makan menurun, klien
mengatakan ½ porsi yang diberikan, mual (-), muntah (-), minum
sehari 2 gelas aqua kecil = 500 cc.
2) Pola Eliminasi
Klien mengatakan sebelum sakit tidur terganggu, kadang-kadang klien
BAB dan BAK jarang 2 hari sekali, BAK berwarna agak kemerahan,
BAB dengan konsistensi agak lunak berwarna coklat.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan sebelum sakit tidur terganggu, kadang-kadang klien
merasakan nyeri pada pinggang, sering pusing bahkan cepat lelah sejak
sakit klien gedrest total, pusing.
4) Pola Kebersihan Diri
Klien mengatakan sebelum sakit mandi lebih dari 3 x 4 sehari, sejak
sakit klien jarang mandi dan hanya seka.Kuku bersih, performa rapi,
rambut disisir.
5) Pola Aktivitas
Sebelum sakit klien melakukan aktivitas mandiri, sejak sakit aktivitas
dibantu keluarga, nyeri sendi.
10. Riwayat Psikologis
Klien mengatakan cemas dengan kondisinya dan juga kondisi kehamilannya
yang sekarang, karena waktu kehamilan yang keduaklien pernah keluar darah
seperti sekarang ini, dan terjadi aborsi,klien takut keguguran karena banyak
darah yang keluar, klien tampak cemas, dan sering menanyakan tentang
kondisi kehamilannya.
11. Riwayat Sosial
Klien mengatakan sebelum sakit akrab dengan masyarakat dan mengikuti
kegiatan sosial, sejak sakit tidak pernah, hanya komunikasi dengan suami dan
perawat, interaksi dengan klien satu ruangan tidak ada
12. Riwayat Spritual
Klien mengatakan sebelum sakit menjalankan shalat 5 waktu dan berdoa agar
kehamilannya tidak ada masalah, sejak sakit klien shalat 5 waktu jarang dan
berdoa demi kesembuhannya
III. PENGKAJIAN TANDA-TANDA VITAL
TD : 110/70 mmHg Nadi :72 x/menit
T : 36,8ﹾC RR : 18 x/menit
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Compos mentis, GCS: 4 5 6.
2. Kepala
Bentuk simetris, tidak berketombe,kulit kepala bersih, pertumbuhan rambut
merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri.
3. Kulit
Warna kulit muka putih bintik-bintik hitam, turgor kulit cepat kembali, tidak
ada oedem, tidak ada peradangan, CRT < 3 detik.
4. Penglihatan/ Mata
Bola mata simetris, pergerakan bola mata normal, reflex pupil terhadap cahaya
normal,kornea bening, konjungtiva tidak anemis, ketajaman penglihatan
normal.
5. Penciuman/ Hidung
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada peradangan, tidak ada polip.
6. Pendengaran/ Telinga
Bentuk daun telinga simetris, letaknya simetris, tidak ada peradangan, fungsi
pendengaran baik, ada serumen, tidak ada cairan.
7. Mulut
Bibir warna pucat dan tampak kering.Gigi agak kuning, tidak ada perdarahn
gusi.Lidah tampak bersih, fungsi pengecapan baik, tidak ada stomatitis.
8. Leher
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, pergerakan bebas.
9. Dada/ Pernafasan
Bentuk simetris, bentuk dan pergerakan dinding dada simetris, tidak ada suara
nafas tambahan,tidak ada nyeri tekan.
10. Abdomen
Bentuk simetris, nyeri tekan skala 2, gerakan peristaltic usus normal.Leopold
teraba janin, DJJ 136x/menit.
11. Sistem Reproduksi
Ostium uteri tidak ada pembukaan, terdapat perdarahan, perdarahan kurang
lebih 200 cc. Terdapat linea alba.
12. Ekstremitas Atas/ Bawah
Tidak ada gangguan.
V. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Klien mengeluh keluar Perdarahan Resiko syok hipovolemik
darah melalui vaginanya,
keluar darah berwarna
merah segar.
DO : - terdapat perdarahan
pada pemeriksaan alat
reproduksi
- Perdarahan ± 200 cc
- CRT < 2 detik
DS : - Klien mengeluh Plasenta previa Risiko gangguan
keluar darah melalui hubungan ibu dan janin
vaginanya, keluar darah
berwarna merah segar
DO : - terdapat perdarahan
pada pemeriksaan alat
reproduksi
- Leopold tidak teraba
janin
- DJJ tidak terdengar
DS : - Klien mengatakan Ancaman kematian janin Ansietas
cemas dengan kondisinya
dan juga kondisi
kehamilannya yang
sekarang, karena waktu
kehamilan yang keduaklien
pernah keluar darah seperti
sekarang ini, dan terjadi
aborsi,klien takut keguguran
karena banyak darah yang
keluar, klien tampak cemas,
dan sering menanyakan
tentang kondisi
kehamilannya
DO : - Bibir klien terlihat
pucat
- Nada bicara klien
agak bergetar
- Klien terlihat gelisah
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan adanya perdarahan
2. Risiko gangguan hubungan ibu dan janin berhubungan dengan plasenta previa
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian janin
VII. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan adanya perdarahan
NOC NIC
Tujuan Shock Management
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Monitoring status hemodinamika (ex:
selama 2x24jam risiko syok hipovolemik HR, TD, MAP, CVP)
berkurang 2. Monitoring pola nafas untuk
Kriteria Hasil mengidentifikasi gejala edema paru
Shock Severity Hipovolemic (0419) 3. Monitoring suara nafas tambahan
1. Tingkat kehilangan darah 4. Monitoring suara jantung tambahan
2. Reaksi transfusi darah 5. Monitoring adanya edema perferal
3. Status sirkulasi 6. Monitoring hasil laboratorium
4. Status respirasi pertukaran gas (hemokonsentrasi: Hct, BUN,
5. Tingkat keparahan trauma: laserasi Kreatinin serum)
6. TTV kembali dalam batas normal 7. Monitoring intake output cairan
7. Kulit tidak lagi dingin 8. Kolaborasi pemberian obat untuk
mengurangi pengeluaran cairan (ex:
furosemide, spironolakton)
9. Memonitoring efek samping
pemberian obat-obatan
10. Managemen infus IV (ex: cairan
pocket RBC) hindari penggunaan
cairan hipotonik
11. Berikan posisi kepala ditinggikan
agar meningkatkan ventilasi
12. Memonitoring kembali perdarahan
pertoneal untuk mengidentifikasi
adanya komplikasi
2. Risiko gangguan hubungan ibu dan janin berhubungan dengan plasenta previa
NOC NIC
Tujuan 1. Jelaskan sensasi yang mungkin akan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan dialami pasien.
2 x 24 jam risiko gangguan hubungan 2. Edukasi adanya tanda-tanda yang
ibu dan janin teratasi harus dilaporkan ( misalnya,
Kriteria Hasil peningkatan perdarahan, peningkatan
Pengetahuan Kehamilan kram dan keluarnya gumpalan-
Perilaku kesehatan prenatal gumpalan atau jaringan ).
Control risiko 3. Dorong orang-orang yang berarti
Deteksi risiko buat klien untuk memberikan
Keparahan gejala dukungan sebelum, selama atau
Tanda-tanda vital setelah aborsi, jika diinginkan.
4. Bantu persalinan, sesuai kebutuhan,
tergantung pada umur gestasi janin.
5. Monitor tanda-tanda vital
NOC NIC
Tujuan 1. Bimbingan antisipasif
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 2. Pengurangan kecemasan
2 x 24 jam ansietas teratasi 3. Peningkatan koping
Kriteria Hasil 4. Dukungan emosional
Tingkat kecemasan 5. Perawatan kehamilan risiko tinggi
Control kecemasan diri 6. Fasilitasi meditasi
Konsentrasi
Koping
Control diri terhadap distorsi pemikiran
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Angka kematian ibu berkaitan erat dengan tingginya kasus kehamilan resiko tinggi,
yaitu kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi besar yang dapat
mengencam keselamtan ibu dan janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan maupun pada masa nifas (Hadijanto B, 2008).
Adapun penyebab dari tingginya angka kematian ibu di dunia dan di Indonesia
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung kematian ibu oleh karena perdarahan sampai saat ini
masih memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal.
Perdarahan dapat terjadi sebelum persalinan (antepartum bleeding) seperti abortus,
plasenta previa, dan solusio plasenta.
Antepartum bleeding adalah perdarahan yang terjadi pada akhir usia
kehamilan.Abortus yaituancaman atau pengeluraran hasil konsepsi (pertemuan sel telur
dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Terdapat 3 macam abortus
yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik. Berdasarkan jenisnya
terdapat 6 macam yaitu abortus imminens (threatened), abortus insipiens (inevitable),
abortus inkompletus (incomplete), abortus kompletus (Complete), missed abortus, dan
abortus habitualis (habitual abortion).Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang
letaknya normal pada fundus/korpus uteri yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum janin lahir. Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam, solusio
plasenta diklasifikasikan menjadi solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed),
solusio plasenta tersembunyi (concealed), dan solusio plasenta tipe campuran (mixed).
Sedangkan berdasarkan jumlah perdarahan yang terjadi, solusio plasenta terbagi
menjadi solusio plasenta ringan, solusio plasenta sedang, dan solusio plasenta berat.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.Klasifikasi
plasenta previa yaitu lasenta previa totalis, plasenta previa lateralis, plasenta previa
marginalis, dan plasenta letak rendah.
Perdarahan obsteri yang tidak dengan cepat ditangani dengan transfusi darah atau
cairan infus dan fasilitas penanggulangan lainnya (misalnya upaya pencegahan dan/atau
mengatasi syok, seksio sesaria, atau histerektomi dan terapi antibiotika yang sesuai),
prognosisnya akan fatal bagi penderita.
4.2. Saran
Informasi mengenai antepartum bleeding (APB) yang telah didapatkan oleh
mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar diketahui, tetapi juga bisa dipahami dan
dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Chalik, T.M.A., 2008. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Dalam:
Prawirohardjo, Sarwono., 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan I. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. 2001. Obstetrical
Haemorrhage. William Obstetrics 21th edition. Prentice Hall International Inc
Appleton. Lange USA.
Cunningham FG, et all. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta, EGC.
Dutta, D.C., 2004. Text Book Of Obstetrics Including Perinatology and Contraception. Edisi
ke-6. Calcuta: Central.
Faiz, AS and Ananth, CV. 2003. Etiology and risk factors for placenta previa: An overview
and meta-analysis of observational studies. Journal of MaternalFetal and Neonatal
Medicine.
Griebel, C.P., Halvorsen, J., Golemon, T.B., and Day, A.A., 2005. Management of
Spontaneous Abortion. American Family Physician
Mansjoer, Arif, dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Mose, JC. 2004. Perdarahan Antepartum dalam: Sastrawinata S. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.
Nugroho. Taufan. 2010. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Oxorn, H. 2003.Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan Human of Labor
and Birth, Jakarta : Yayasan Essentia Medica
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002.Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan
Kelak. Dalam: IlmuKebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Rachimhadhi T. 2002. Perdarahan Antepartum. Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta:
YayasanBina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Rustam Mochtar, Prof, Dr.1998. Sinopsi obstetric Jakarta : EGC
Sastrawinata, Sulaiman. Et al. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi
2.Jakarta : EGC.
Scearce, J and Uzelac, PS., 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH DeCherney et al.
(eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology, 10th ed. New
York: McGraw-Hill
Winknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Yeyeh,Ai Rukiyah.2010.Asuhan Kebidanan Patologi.Jakarta:Trans Info Media
Obstetric,William.Jakarta