Anda di halaman 1dari 12

INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN DAN TARGET 2013-2014

A. INDIKATOR KESEHATAN
WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada
kesehatan positif dan konsep holistik yang terdiri dari 6 hal yaitu :
1. Melihat ada tidaknya kelainan pathofisiologis pada seseorang
2. Mengukur kemampuan fisik seseorang
3. Penilaian atas kesehatan sendiir
4. Indeks Masa Tubuh
5. Kesehatan Mental
6. Kesehatan spiritual

 Indikator Sehat meliputi : input, proses dan output


a. Indikator input : Misalnya
- komitmen politik
- Alokasi sumber daya
- Penyebaran pendapatan
- Angka melek huruf orang dewasa
- Ketersediaan sarana kesehatan, penyebaran
(3M) dan penggunaannya
- Tingkat pertumbuhan penduduk
- Kerangka organisasi dan proses manajerial
b. Indikator Proses
Keterlibatan Masyarakat Tingkat Desentralisasi
- Ibu hamil memeriksakan kehamilan (K1-K4)
- Penduduk yg tidk merokok dan tidak minum alkohol, dst
c. Indikator Output Misalnya :
- Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar
- Cakupan Pelayanan Rujukan
- Status Gizi dan perkembangan motorik
- Angka kematian bayi/Ibu, Umur Harapan hidup, dll
4 Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, yaitu:
1. Faktor Perilaku
2. Lingkungan
3. Keturunan
4. Pelayanan Kesehatan.
Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh
faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat
berkaitan dan saling mempengaruhi.
Perilaku sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat
dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah
tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain lain. Perilaku / kebiasaan mencuci
tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti
mencret mencret dan lainnya.
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya
pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya.
Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit rumah sakit baru di
setiap kabupaten / kota.
Upaya meningkatkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat secara langsung
juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) bagi
masyarakat kurang mampu. Program ini berjalan secara sinergi dengan program pemerintah
lainnya seperti Program bantuan langsung tunai (BLT), Wajib Belajar dan lain lain.
Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang
efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu. Untuk
pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan melaksanakan akreditasi
rumah sakit.
Ke 4 faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat di atas tidak berdiri
sendiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus
dilaksanakan secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang dilaksanakan
harus bersifat komprehensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup upaya
preventif / promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dengan berbagai upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat regulasi,
dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan untuk meningkatkan Derajat Kesehatan
Masyarakat.
B. Derajat Kesehatan
 Umur Harapan Hidup
Umur Harapan Hidup (UHH) adalah salah satu indikator yang
mencerminkan berapa lama seorang bayi baru lahir diharapkan
hidup. Dari hasil Sensus Penduduk dan Susenas, didapatkan
UHH meningkat dari tahun ke tahun,
 Jumlah Kematian
1. Jumlah kematian bayi
Jumlah Kematian Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah
bayilahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan
kematian bayi. Secara garis besar,dari sisipenyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu
endogen dan eksogen.Kematian bayi endogen atau yang
umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan,
dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak
sejak lahir,yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama satu bulan sampai menjelang
usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR)
adalah jumlah kematian bayi dibawah satu tahun pada setiap
1.000 kelahiran hidup.Angka ini merupakan indikator yang
sensitif terhadap ketersediaan,pemanfaatan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan perinatal disamping juga merupakan
indikator terbaik untuk menilai pembangunan sosial ekonomi
masyarakat secara menyeluruh.
2. Jumlah Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)
adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama
42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan
tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini berguna untuk menggambarkan tingkat
kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu,
kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan
terutama pada ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa nifas.
Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk
pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi,terutama
pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman
(making pregnancy safer) serta Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) oleh tenaga kesehatan terlatih,
penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan,
penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran,
yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu
dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Angka Kematian Ibu di Indonesia berkisar antara 230 hingga 307
kematian ibu tiap 100.000 kelahiran hidup. Dengan demikian
maka upaya menurunkan jumlah kematian ibu adalah salah satu
prioritas tertinggi dalam lingkup kesehatan reproduksi.
 Angka Kesakitan
1. Penyakit Menular
Dalam rangka penanggulangan penyakit menular dilakukan berbagai kegiatan antara lain:
 Pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue melalui
pemberantasan sarang nyamuk.
 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Filariasis, dengan
melakukan pengobatan masal Filariasis ke 2
 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis
 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta
 Penemuan kasus,Pencegahan serta pengobatan HIV-AIDS
 Penyakit menular langsung lainnya serta penyakit yang dapat
dicegah dengan Imunisasi.
Adapun data-data yang dapat disajikan adalah sebagai berikut :
a. Penyakit Menular Bersumber Binatang
- Demam Berdarah Dengue (DBD).
Pada Tahun 2009, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan
pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) disemua wilayah, dan pemantauan
jentik berkala untuk mencapai angka bebas jentik sesuai target ( >95 %), dengan melakukan
Lomba sekolah dan desa bebas jentik,penemuan penderita DBD melalui survey jentik
dengan melakukan PE dan melaksanakan Foging Fokus sesuai indikasi.
- Filariasis
Upaya kesehatan dalam rangka pemberantasan penyakit filaria tahun 2009 difokuskan
pada kegiatan Pengobatan Massal (tahun kedua), penemuan penderita dan pengendalian
vektor yang berpotensi di wilayah endemis. Jumlah seluruh kasus di th 2008 sebanyak 26
kasus yang tersebar di 12 wilayah kecamatan,
b. Penyakit Menular Langsung.
- Penyakit Diare
Penyakit diare adalah penyakit yang banyak menyerang golongan umur anak-anak
terutama balita.Dimana hal ini dapat mempengaruhi perkembangan pertumbuhan dan kualitas
hidup anak. Upaya program pemberantasan melalui
edukasi dan peningkatan kemampuan penanggulangan kasus oleh petugas lapangan terus
dilakukan.
- Penyakit HIV / AIDS
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS,
disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya
pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan
konseling. Berdasarkan pelaporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit diketahui pada tahun
2008 terdapat 87 kasus HIV/AIDS, dari jumlah tersebut yang ditangani sebanyak 100%.
Walaupun jumlah penderita HIV/AIDS secara kumulatif relatif kecil (Case Rate 1,60 per
100.000 penduduk), namun dalam perjalanan penyakit dari HIV (+) menjadi AIDS tidak
diketahui dengan pasti periodisasinya karena adanya ”windows periods”,sehingga kelompok
ini menjadi potensial dalam penularan penyakit AIDS.Sedangkan untuk data kasus dapat
dilihat pada grafik berikut.
- Penyakit Tuberkulosa
Jumlah kasus TBC Paru BTA positif pada tahun 2009 diperkirakan 2638 orang, dari
jumlah tersebut dilakukan pemeriksaan dan pengobatan pada 1927 orang sehingga diperoleh
Case Detection rate (CDR) sebesar 73 %, angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yaitu 71,1 %. Angka kesembuhan TBC Paru (Cure Rate) adalah kasus yang
ditemukan dan diobati pada tahun 2008 dan dievaluasi di tahun 2009, CR yang diperoleh
adalah sebesar 82,3 % dengan suces rate 87 %,angka ini mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 97,04 %.
- Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) dan KLB (Kejadian Luar Biasa)
PD3I adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Upaya pencegahan
dilakukan dengan pemberian immunisasi, dan vaksin yang dipakai adalah : DPT_HB untuk
mencegah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus dan Hepatitis-B; sedangkan vaksin Polio untuk
mencegah penyakit polio (lumpuh); vaksin campak untuk mencegah penyakit campak
(measles) dan BCG untuk mencegah penyakit TBC.
Keberhasilan pemberian immunisasi diukur dengan
pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yang pada dasarnya merupakan proksi
terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada kelompok bayi.Bila cakupan UCI
dikaitkan dengan batasan suatu wilayah, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan
besarnya tingkat kekebalan pada bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Beberapa penyakit bisa dikatakan sebagai KLB apabila ada kenaikan kejadian kasus 3
kali atau lebih, dari tidak ada
kasus menjadi ada. Sebagai contoh, untuk penyakit campak dikatakan sebagai KLB apabila
dalam suatu RT (dusun) atau dalam wilayah epidemiologi ada 5 kejadian kasus dalam
kurun waktu 28 hari, sedangkan untuk Dipteri setiap kejadian walaupun 1 kasus sudah dapat
disebut KLB
 Status gizi
1. Kekurangan Energi Protein
Penanggulangan KEP dilakukan melalui beberapa intervensi yang saat skrining kasus,
antara lain penyuluhan individual dan konseling pengetahuan tentang pola asuh keluarga dan
PMT PMT dalam rangka meningkatkan keluarga sadar gizi dan meningkatkan keberhasilan
Pemberian Pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan pada balita gizi buruk Pada
kasus-kasus kronis gizi buruk yang memerlukan rawatan di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar (Puskesmas) maka kasus di rawatinapkan bahkan bila memerlukan rawatan lanjutan
dapat di rujuk ke RSUD, dengan biaya rujukan bersumber dari APBN,dengan biaya rujukan
bersumber dari APBN melalui Jamkesmas dan APBD Kabupaten Tangerang.
Langkah-langkah yang telah ditempuh cukup efektif didalam menurunkan angka gizi
buruk dilapangan. Dengan angka kemiskinan yang cukup tinggi maka balita gizi buruk dan
gizi kurang merupakan prioritas untuk ditanggulangi setiap tahunnya. Pada dasarnya ada
beberapa penyebab perubahan status gizi balita, bukan hanya disebabkan hanya disebabkan
oleh kondisi kesehatan saja tetapi juga oleh faktor-faktor lain diluar kesehatan seperti
kesejahteraan, pendidikan, lapangan kerja dan lain-lain.
 Perilaku masyarakat
Dari hasil survey cepat PHBS terhadap sampel sebanyak 56.387 KK pada bulan April
tahun 2009, diperoleh hasil 16,65% KK berperilaku sehat. Bila dibandingkan dengan hasil
survey tahun 2008 (38%) prosentase KK sehat mengalami penurunan, hal ini disebabkan
indikator KK sehat tahun 2008 berbeda dengan tahun 2009.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk merubah perilaku masyarakat adalah dengan
penyebarluasan informasi melalui berbagai metode dan media. Media yang digunakan dalam
penyebarluasan informasi
antara lain media cetak : spanduk, poster, sticker, booklet, berlangganan advertorial di media
massa. Media elektronik talkshow dan spot di stasiun radio.
Metode yang digunakan antara lain penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok, KPP
(Komunikasi Perubahan Perilaku), Pembentukan Kelompok Masyarakat Peduli, Kampanye
kesehatan.
 Kesehatan lingkungan
Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan
lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki akses
air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar,
Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TPUM).Beberapa upaya untuk memperkecil
resiko turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait, swasta,
NGO dll seperti pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan,
pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan. Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi
masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air
bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang biasanya ditangani secara lintas sektor.
1. Penggunaan dan Akses Air Bersih
Hasil inspeksi sanitasi petugas Puskesmas Tahun 2009 tentang
penggunaan air bersih pada setiap keluarga, dari 134.660 KK yang diperiksa
ternyata keluarga yang memiliki akes air bersih telah mencapai 94,52 % dengan perincian
yaitu : sumur gali + 33,60 %, sumur pompa tangan + 27,16 % ledeng + 7,95%, PAH 0.45 %,
kemasan 2,60 % dan lainnya + 22,95 %.
2. Rumah Sehat
Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua
anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan
perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau
tetangga sekitarnya.
3. Keluarga Dengan Kepemilikan Sanitasi Dasar
Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi kepemilikan jamban
keluarga, tempat sampah dan pengelolaan air limbah keluarga. Keseluruhan hal tersebut
sangat diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan.
4. Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan
pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan
benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip-
prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya penyehatan makanan ditujukan untuk
melindungi masyarakat dan konsumen terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
makanan dan mencegah keracunan makanan. Upaya tersebut pada dasarnya menyangkut
orang yang menangani makanan, tempat pengolahan makanan dan proses pengolahannya.
 Pelayanan kesehatan
1. Pelayanan Imunisasi
a. Pelaksanaan Imunisasi Rutin
Pada tahun 2007 imunisasi DPT dan Hepatitis B diberikan secara tunggal. Sedangkan
tahun 2009 diberikan dengan menggabungkan dua antigen dalam satu kali pemberian
imunisasi. Jenis imunisasi yang diberikan adalah DPT-HB 1, 2 sampai 3
2. Pelayanan Kesehatan Ibu
a. Pemeriksaan Ibu Hamil
Konsep kunci dalam melakukan evaluasi cakupan pelayanan antenatal adalah akses
dan retensi. dihitung menggunakan indikator K1 yang menghitung proporsi ibu hamil yang
melakukan sedikitnya satu kunjungan antenatal. Retensi dihitung menggunakan indikator K4
yang menghitung proporsi ibu hamil yang melakukan sedikitnya 4 kunjungan antenatal,
sesuai standar baku bagi ibu hamil yang tidak mengalami komplikasi atau gejala sakit/resiko
apapun. Selisih antara K1 dan K4 mencerminkan tingkat ‘kesempatan yang hilang’ pada
sistem layanan kesehatan-mereka adalah para ibu yang terbukti memiliki akses kepada
layanan namun tidak melakukan kunjungan sebanyak jumlahyang disarankan.
Selisih ini mencerminkan kesenjangan potensial atas kualitas layanan, sekaligus
keuntungan potensial untuk menutup kesenjangan itu.
b. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan
Meningkatnya proporsi ibu bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih
kemungkinan adalah langkah awal terpenting untuk mengurangi kematian ibu dan kematian
neonatal dini.
Dalam lima tahun terakhir pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan terus meningkat hal ini disebabkan beberapa kegiatan telah berjalan dengan baik
antara lain : Kemitraan Bidan dan Dukun, baik kegiatan Pelayanan Obstetric Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas PONED, peningkatan kapasitas manajemen
tenaga kesehatan terutama tenaga bidan dalam Asuhan Persalinan Normal, Manajemen
Asfiksia, Manajemen BBLR, Pelatihan PONED; selain itu Bidan desa proaktif dalam
pelayanan kesehatan didesanya masing-masing, serta sudah berjalannya kegiatan
KPKIA (Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak).
3. Pelayanan Neonatal
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 2 kali,selama periode 0
sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan
rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus meliputi :
a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 1 – 7 hari setelah lahir.
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari
ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin kelainan/masalah kesehatan pada neonatus.
Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,minggu pertama
dan bulan pertama
kehidupannya.Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan
pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :
 Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir
- Perawatan Tali pusat
- Melaksanakan ASI Eksklusif
- Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
- Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
- Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
 Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
- Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan
rendah
dan Masalah pemberian ASI.
- Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru
lahir
- Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan
hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA.
- Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
4. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap kelompok usia lanjut dengan
kelompok umur pra lanjut usia (45-59 thn) dan lanjut usia (>60thn), pada kedua kelompok
ini biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya.
Dalam upaya meningkatkan status kesehatan usia lanjut, telah dilaksanakan kegiatan program
pelayanan kesehatan usia lanjut. Program Pelayanan kesehatan usia lanjut juga telah
diupayakan melalui kegiatan penjaringan kesehatan di Posbindu dan Puskesmas.
5. Pelayanan pengobatan
Pelayanan pengobatan rawat jalan dan Rawat Inap untuk masyarakat yang dilakukan di
Puskesmas, Rumah Sakit telah menunjukan peningkatan yang cukup signifikan.
6. Peran serta Swasta dalam Upaya Pelayanan Kesehatan
Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh
masyarakat. Upaya Pelayanan kesehatan itu sendiri tidak semata mata diselenggarakan oleh
Pemerintah, melainkan juga mengikutsertakan sebesar-besarnya peran serta aktif segenap
lapisan masyarakat dan berbagai potensi pihak swasta.
C. Indikator Derajat Kesehatan
Indikator Derajat Kesehatan dan Target yang hendak dicapai ditahun 2010 dan hasil yang
dicapai pada tahun 2013-2014 yaitu mortalitas, morbiditas dan status gizi, sampai dengan
tahun 2006 berhasil ditekan sampai dibawah target Indonesia sehat, kecuali angka kematian
ibu (22 kematian dari 6500 kelahiran hidup dari target kabupaten 10 kematian) dan
presentase kecamatan bebas rawan gizi (73 % target 80%) serta angka harapan hidup waktu
lahir, yang belum mencapai indikator Indonesia Sehat.
Angka kematian ibu 22 kematian dari 6500 kelahiran hidup ditahun 2013 jika ditargetkan
indikator Indonesia Sehat 150 per 100.000 kelahiran hidup, seharus hanya berkisar 10
kematian per tahunnya. Jumlah ini agak sulit dicapai karena pendekatan program yang
digunakan selama ini adalah Program Safer Motherhood dengan tidak adanya prioritas
program yang jelas.
Mulai awal tahun 2007 strategi penurunan angka kematian ibu dirubah menjadi ”Making
Pregnancy Safer”, dengan membentuk Tim Pemecahan Masalah Kabupaten Menjamin
kehamilan dan persalinan yang aman serta bayi terus hidup dan sehat. Produk yang dihasilkan
tim ini adalah Acuan Perencanaan dan Pelaksanaan Penurunan Angka Kematian Ibu Akibat
Pendarahan tahun 2007. Fokus kegiatannya adalah Kemitraan Bidan, Dukun dan Keluarga
Ibu Hamil.
D. Indikator Hasil Antara dan target Tahun 2013-2014
Indikator hasil antara dan target yang hendak di capai di tahun 2013-2014 yang dilihat
dari indikator Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup Masyarakat dan Akses Mutu Pelayanan
Kesehatan.
dari indikator Indonesia Sehat 2013-2014 ini berarti bahwa seluruh kabupaten di
indonesia telah Bergerak Menuju Kabupaten Sehat tahun 2013.Untuk memaksimalkan
pencapaian ini Pemerintah telah melakukan upaya-upaya diantaranya :
a. Pemantapan Pelaksanaan Program WSLIC ( Sanitasi dan Air Bersih untuk Masyarakat
Berpenghasilan Rendah)
b. Pengembangan Rumah Sakit Umum Menjadi RS Type B
c. Peningkatan mutu dan meningkatkan akses masyarakat pelayanan kesehatan masyarakat di
Puskesmas
d. Pengembangan posyandu yang diarahkan partisipasi dan kemandirian dalam pengelolaan
posyandu melalui insentif posyandu, insentif kader, insentif taman posyandu.
e. Merancang setiap program dengan pendekatan partisipasi masyarakat dan dirancang secara
berkelanjutan menujuh kepada terwujudnya kemandirian sehat bagi masyarakat dan keluarga
sejahtera.
Sementara indikator pelayanan kesehatan lainnya yang akan dimantapkan dalam 2 (dua tahun
kedepan atau belum mencapai target adalah
a. Persalinan oleh tenaga kesehatan (62,9%) dan Bayi dengan ASI Eksklusif (46,7%)
dimantapkan dengan kemitraan Bidan dukun dan keluarga ibu hamil.
b. Murid Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang mendapatkan pemeriksaan gigi dan mulut
(66.7%) ditahun 2007 telah dilakukan perluasan jangkauan pelayanan pada wilayah
pegunungan.
c. Pekerja yang mendapatkan pelayanan kesehatan kerja (70.3%) telah dimantapkan dengan
menempatkan kesehatan kerja sebagai salah satu seksi keselematan dan kesehatan kerja
dalam struktur organisasi Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana

Anda mungkin juga menyukai