Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

VARISELA

Pembimbing:

dr. Ratu Wulandari

Disusun oleh :

dr. Jessica Stephanie Soedarso

FK Universitas Pelita Harapan

PROGRAM DOKTER INTERNSIP

UPT PUSKESMAS KAMPUNG SAWAH-TANGERANG SELATAN

PERIODE 6 Februari 2017- 3 Juni 2017


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I. LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien ………………………………………………………………………..3


2. Anamnesis ………………………………………………………………………….....3
3. Pemeriksaan Fisik …………………………………………………………………….4
4. Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………………………….6
5. Resume ……………………………………………………………………………......6
6. Diagnosa Kerja ………………………………………………………………………..7
7. Diagnosa Banding …………………………………………………………………….7
8. Terapi …………………………………………………………………………………7
9. Prognosis ……………………………………………………………………………...7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi ………………………………………………………………………………..8
2. Klasifikasi ……………………………………………………………………………..8
3. Etiologi ………………………………………………………………………………..9
4. Patofisiologi …………………………………………………………………………12
5. Gejala dan Tanda …………………………………………………………………….13
6. Diagnosis …………………………………………………………………………….14
7. Diagnosis Banding …………………………………………………………………..15
8. Penatalaksanaan ……………………………………………………………………..16
9. Komplikasi …………………………………………………………………………..20
10. Prognosis …………………………………………………………………………….20

2
BAB I
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 9 tahun
Alamat : Kp. Sawah
Pekerjaan : pelajar
Agama : Islam

2. ANAMNESIS
 KELUHAN UTAMA
Demam selama 3 hari dan ada bintik-bintik merah berisi cairan dan terasa
gatal.

 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mulai demam mulai 3 hari yang lalu, demam muncul saat setelah
makan malam bersama, diukur suhu nya 380C, lalu dikompres. Keesokan
harinya panasnya tetap tidak turun. Panasnya semakin lama suhunya semakin
naik. Pada saat sore harinya suhu sudah mulai turun lalu munculnya bintik-
bintik merah yang berukuran kecil pada bagian punggung dan dada pasien.
Bintik-bintik merah tersebut awalnya tidak timbul. Malam harinya pasien
mengeluh gatal. Pada hari ini (hari ketiga), bintik-bintik merah tersebut
berubah, beberapa bintik-bintik merahnya menjadi timbul dan berisi cairan,
bertambah banyak dan gatal, ditemukan juga di bagian yang lain, yaitu pada
tangan dan kaki. Ditemukan juga oleh ibunya ada bekas garuk dan bekas yang
sudah pecah dan mengering. Ibunya diberitahu oleh tetangganya bahwa anak
tetangganya juga mengalami hal yang sama 4 hari yang lalu, karena itu tidak
masuk sekolah. Dan tetangganya mengaku bahwa anaknya terkena cacar air.
Lalu pasien dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan tersebut. Pasien
belum mengkonsumsi obat apapun selama tiga hari ini. Pasien tidak
mengalami mual, muntah, BAK normal, BAB normal, nafsu makan baik.

3
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pasien juga tidak ada
riwayat asma, kejang demam maupun penyakit yang lain.

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Pasien mengaku di keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang sama.
Pasien mengaku tidak mempunyai penyakit turunan dari keluarga.

 RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Status ekonomi pasien adalah cukup. Pasien tinggal bersama dengan orangtua
dan kakaknya.

 RIWAYAT KEBIASAAN & ALERGI


Pasien tidak merokok ataupun mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan
terlarang. Pasien tidak ada alergi obat maupun makanan.

3. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : tampak sakit ringan
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda vital
o Nadi : 94 x/menit
o Laju nafas : 18 x/menit
o Suhu : 36.5oC

 Status Generalis
Kepala dan Leher
Normosefali, rambut tidak mudah
dicabut. Pada wajah juga terdapat
Kepala
beberapa bintik merah di daerah
pipi.
Sklera tidak ikterik, konjungtiva
Mata anemis -/-, refleks cahaya langsung
+/+, tidak langsung +/+

4
Leher muncul beberapa bintik
Leher
merah. Pembesaran KGB (-)
THT
Telinga tidak ada lesi maupun nyeri
Telinga tekan, bagian belakang telinga
muncul bintik-bintik merah.
Mukosa hidung dalam batas
Hidung
normal, sekret (-), darah (-)
Tonsil T1/T1, mukosa faring tidak
Tenggorokan
hiperemis
Pada inspeksi warna kulit sawo
matang, tidak ada deformitas, tidak
ada hiperpigmentasi, pergerakan
rongga dada saat bernafas dalam
Thorax
batas normal, hanya saja terlihat
adanya macula, papul, vesikel-
vesikel pada permukaan dada dan
punggung pasien.
- Palpasi: gerakan napas simetris
kanan dan kiri
- Perkusi: sonor pada kedua
Paru lapang paru
- Auskultasi: suara nafas
vesikuler +/+, ronchi -/-,
wheezing -/-
- Inspeksi: tidak tampak iktus
kordis
- Palpasi: iktus kordis tidak
Jantung teraba
- Perkusi: batas jantung normal
- Auskultasi: S1S2 regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen - Inspeksi: terlihat adanya

5
macula, papul, dan vesikel-
vesikel pada permukaan
abdomen.
- Palpasi: supel, hepar dan lien
tidak teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi: timpani pada seluruh
lapang abdomen
- Auskultasi: bising usus (+)
Akral hangat, edema (-),
sianosis (-), capillary refill time < 2
detik. Pada ekstremitas atas dan
bawah terdapat vesikel-vesikel dan
terasa gatal, tetapi tidak ada nyeri
Ekstrimitas tekan di sekitar vesikel-vesikel
tersebut. Dan terdapat bekas
garukan di sekitar vesikel-vesikel
tersebut. Dan ada pada ekstremitas
bawah bekas vesikel yang pecah
dan mongering (krusta).

 Status Dermatologis :
Pada kulit terdapat lesi multiformis berupa macula, papul, vesikel hingga
krusta yang menyebar secara generalisata.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan.

5. RESUME
Seorang pasien anak-anak laki-laki, berusia 9 tahun datang dengan keluhan utama
demam selama 3 hari terakhir dan disertai muncul bintik-bintik merah pada tubuh
pasien dan terasa gatal. Demam dimulai sejak 3 hari yang lalu setelah makan malam,
380C, sudah di kompres. Demamnya memuncak pada hari kedua dan sore harinya
mulai turun suhunya. Lalu di ikuti dengan munculnya bintik-bintik merah pada tubuh

6
pasien, yang awalnya muncul pada bagian punggung dan dada pasien, dan sekarang
menjalar ke bagian tubuh pasien yang lain dan terasa gatal. Bintik-bintik merah
tersebut awalnya tidak timbul dan tidak berisi cairan, baru mulai tadi pagi ibunya
mengetahui bahwa bintik-bintik tersebut berubah menjadi menonjol dan berisi cairan
dan terasa sangat gatal dan pada bagian tungkai dan kaki sudah terdapat bekas yang
sudah pecah dan mengering. Pasien juga mempunyai keluhan tentang pilek yang
sudah berlangsung selama seminggu ini. Pasien belum mengkonsumsi obat apapun.

6. DIAGNOSA KERJA
Varisela

7. DIAGNOSA BANDING
Variola

8. TERAPI
 FARMAKOLOGI

 NON-FARMAKOLOGI
Edukasi :
Konsumsi obat anti-hiperensi harus setiap hari sesuai dengan dosis anjuran dari
dokter. Dan tetap kontrol saat obat sudah mau habis, sehingga dokter juga dapat
melihat perkembangan dan pengaruh obat yang sudah diberikan. Pasien harus
sadar akan komplikasi yang dapat terjadi jika tekanan darahnya tidak terkontrol,
seperti serangan stroke. Untuk kebiasaan makan pasien juga harus diubah untuk
mengurangi makanan yang mengandung garam terlalu banyak, santan dan
minyak.

9. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Hipertensi adalah peningkatan pada tekanan darah sistemik dimana keadaan tekanan
darah sistolik meningkat lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic meningkat
melebihi 90 mmHg. Hipertensi, berdasarkan Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Prevention of High Blood Pressure (JNC-7), hipertensi
dibagi menjadi 4 kategori.

Kategori Sistolik Diastolik


Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi kelas 1 140-159 90-99
Hipertensi kelas 2 160 100
Tabel 1.2 Data JNC 7 Report, 2003

Hipertensi dapat dibagi menjadi dua bagian,yaitu hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi primer, juga disebut sebagai hipertensi esensial atau idiopatik,
dialami oleh 90-95% penderita hipertensi. Hipertensi primer tidak memiliki sebuah
penyebab khusus. Kemungkinan besar penyebab dari hipertensi adalah kombinasi dari
lingkungan dan genetic. Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi
adalah (1) keluarga yang memiliki hipertensi; (2) umur yang menua; (3) orang-orang
berkulit hitam; (4) banyak mengkonsumsi sodium; (5) menderita diabetes mellitus; (6)
merokok; (7) obesitas; (8) sering mengkonsumsi alcohol; (9) dan rendah konsumsi
kalium, kalsium, dan magnesium. Hipertensi yang kedua, yaitu hipertensi sekunder,
adalah hipertensi yang disebabkan karena adanya penyakit lain, seperti gagal ginjal.
Namun, hipertensi ini hanya meliputi 5%-8% dari kasus-kasus hipertensi. Semakin
tinggi tekanan darah seseorang, semakin tinggi kemungkinan adanya organ-organ lain
yang rusak sehingga menyebabkan penyakit lain seperti stroke.

2. PATOFISIOLOGI
Hipertensi primer adalah hasil dari interaksi genetik dan lingkungan yang
meningkatkan tekanan vaskular, volume darah, sehingga meningkatkan juga tekanan
darah. Pada individu normal, peningkatan tekanan darah dapat disebabkan karena
8
meningkatnya kerja Sistem Saraf Pusat. Meningkatnya sistem saraf pusat dapat
meningkatkan produsksi katekolamin (epinefrin dan norepinefrin), yang akan
meningkatkan kontraksi jantung, membuat pembuluh darah mengalami
vasokonstriksi, sehingga menyebabkan peningkatan pada tekanan darah. Selain itu,
meningkat nya kerja SSP juga meningkatkan kerja renin-angiotensin. Renin-
angiotensin bekerja untuk meretensi sodium dalam tubuh. Retensi sodium akan
meningkatkan jumlah volume darah dalam tubuh, sehingga juga dapat menyebabkan
peningkatan pada tekanan darah. Peningkatan SSP juga dapat menyebabkan resistansi
insulin, remodeling dinding pembuluh darah, dan efek pro-koagulan. Meningkatnya
resistansi pembuluh darah dapat menyebabkan penurunan jumlah produksi
vasodilator, sehingga pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi. Efek pro-
koagulan meliputi spasme pembuluh darah dan meningkatkan kemungkinan
pembuatan thrombus. Semua hal ini pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah
tubuh.

Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit lain atau konsumsi obat-obatan yang
menyebabkan tekanan darah meningkat atau menyebabkan peningkatan pada cardiac
output. Jika penyakit ini di tangani, maka tekanan darah akan kembali normal.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah adalah
penyakit ginjal. Ginjal yang mensekresi RAA (renin-angiotensin-aldosterone) terlalu
banyak dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah, dan meretensi sodium
yang akhirnya meningkatkan tekanan darah. Ginjal yang memiliki masalah filtrasi
juga dapat meningkatkan tekanan darah. Masalah endokrin juga dapat menyebabkan
hipertensi. Contohnya, hipertiroidisme dapat meningkatkan efek inotropik jantung
sehingga meningkatkan tekanan sistolik jantung. Masalah jantung sendiri dapat
meningkatkan tekanan perifer. Contohnya pada arterioskelrosis, dimana elastisitas
pembuluh darah berkurang, peningkatan tekanan darah pun dapat meningkat. Stress
juga dapat meningkatkan tekanan darah karena pada saat seseorang stress, produksi
katekolamin dan glukokortikoid akan meningkat, sehingga tekanan darah pun
meningkat.

3. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit hipertensi dikenal sebagai silent disease. Artinya, penyakit ini tidak
menunjukan adanya tanda-tanda secara fisik. Penderita baru menyadari dirinya

9
mengidap hipertensi saat ia melakukan pemeriksaan tekanan darah. Karena tidak
menunjukan adanya simptom yang signifikan, sering kali penderita hipertensi
mengalami gagal jantung, gagal ginjal, atau stroke tanpa mengetahui bahwa darah
tinggi adalah penyebab utamanya. Jikapun ada hal-hal yang dirasakan pasien, ia akan
merasa pusing, enek atau nausea, muntah, kebingungan, masalah pengelihatan, sesak
napas, atau mimisan. Namun, gejala-gejala awal ini seringkali dihiraukan oleh pasien,
sehingga sering kali hipertensi diketahui hanya saat pasien melakukan pemeriksaan
atau konsultasi karena timbulnya penyakit lain.

4. KOMPLIKASI
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah
juga organ-organ tubuh, seperti:

- Serangan jantung dan stroke. Tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan
aterosklerosis yang akan menyebabkan serangan jantung atau sroke.
- Aneurisme. Tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan pembuluh darah
melemah dan membengkak, membentuk aneurisme, yang dapat mematikan jika
pecah.
- Gagal jantung. Jantung akan mengalami hipertrofi karena jantung harus memompa
lebih kuat untuk melawan tekanan yang terlalu tinggi, sehingga akan lebih sulit
bagi jantung untuk memompa darah yang di butuhkan oleh tubuh dan
mengakibatkan gagal jantung.
- Pengecilan pembuluh darah pada ginjal juga dapat terjaid sehingga membuat ginjal
tidak dapat berfungsi.
- Tekanan darah yang terlalu tinggi juga dapat menghancurkan pembuluh darah pada
bagian mata sehingga menyebabkan gangguan pengelihatan.

5. PENANGANAN
Penanganan awal hipertensi di mulai dari merubah gaya hidup. Konsumsi sodium
maksimal adalah 2.4 g/hari, meningkatkan konsumsi kalium, mengurangi konsumsi
lemak tersaturasi, dan menyesuaikan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dan
mendapatkan berat badan yang ideal. Berolah raga 30 menit setiap harinya juga di
butuhkan. Penderita juga harus selalu merasa relaks, karena relaksasi dapat
menurunkan jumlah katekolamin dalam tubuh sehingga menurunkan tonus

10
vaskularisasi dan tekanan darah. Bagi para penderita yang merokok, merokok harus
dihentikan karena nikotin dapat menyebabkan pembuluh darah mengalami
vasokonstriksi.

Pengobatan farmakologik dari hipertensi bertujuan untuk mencegah terjadinya end-


organ damage dan masalah jantung ataupun stroke. Ada 5 golongan obat hipertensi
yang paling terkenal, yaitu, diuretic, beta blocker, angiotensin converting enzyme
inhibitor (ACEI), angiotensin receptor blocker (ARB), dan calcium channel blocker
(CCB). Obat hipertensi yang paling aman dan adalah first line menurut JNC-7 adalah
tiazid. Tiazid adalah obat diuretik yang bekerja pada bagian distal dari tubulus ginjal.
Obat ini akan meningkatkan sekresi sodium dan klorida sehingga volume cairan akan
berkurang dan tekanan darah akan menurun. Beberapa tipe diuretik lain yaitu,
furosemid dan spironolakton juga bekerja pada tubulus ginjal, namun tidak seefektif
hidroklorotiazid.

Beta blocker, seperti propranolol, atenolol, adalah obat-obat hipertensi yang bekerja
pada reseptor beta. Reseptor beta satu ada pada jantung, sedangkan reseptor beta dua
ada pada paru-paru. Oleh karena itu, harus diberikan beta blocker yang selektif pada
penderita hipertensi yang memiliki asma. Jika beta blocker non-selektif diberikan
pada penderita asma, maka asma tersebut akan kambuh. Contoh beta bloker yang
selektif adalah metoprolol dan bisoprolol. Beta bloker bekerja dengan cara
menurunkan kerja jantung, sehingga jantung bekerja dengan lebih lambat walaupun ia
tetap membawa beban yang sama beratnya.

Obat ketiga adalah ACEI, yang bekerja pada enzim yang merubah angiotensin
menjadi aldosteron. Dengan tidak adanya enzim yang merubah angiotensin, maka
aldosteron tidak dihasilkan dan tidak ada vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga
tekanan darah pun dapat menurun. Vasokonstriksi juga tidak terjadi karena ACEI
meningkatkan produksi bradikinin yang bekerja sebagai vasodilator. Contoh obat
ACEI adalah captopril, ramipril, enalapril, atau lisinopril. Namun, obat-obat ACEI
dapat menyebabkan batuk. Jika batuk mulai mengganggu pasien, maka ACEI harus
segera diganti dengan ARB.

11
ARB bekerja pada reseptor angiotensin, sehingga angiotensin tidak dapat menempel
pada enzim-enzimnya untuk membuat aldosteron sehingga menyebabkan vasodilatasi.
Obat-obat ARB seperti contoh adalah valsartan dan telmisartan.

Obat terakhir yaitu CCB adalah obat yang bekerja pada channel kalsium di sel.
Dengan tidak adanya kalsium yang masuk ke dalam sel otot, maka otot tidak akan
dapat berkontraksi, sehingga dengan berkurangnya jumlah kalsium yang masuk, maka
berkurang juga kontraksi jantung, dan ini akan menurunkan tekanan darah perifer.
Contoh dari obat CCB adalah nivedipin.

Dalam pemberian obat hipertensi, pasien dengan gagal jantung, sakit ginjal, post-
myocardial infarct, ataupun memiliki stroke, harus memulai pengobatan hipertensinya
dengan menggunakan ACEI atau ARB. Pasien tanpa keluhan lain dapat menggunakan
tiazid sebagai obat utama mereka. Jika dibutuhkan kombinasi pada konsumsi obat,
kombinasi akan meliputi tiazid dengan obat antihipertensif lainnya seperti beta
blocker atau ACEI. Obat akan terus dikonsumsi seumur hidup, dan obat mulai
diberikan dengan dosis rendah. Jika pada pemeriksaan berikutnya tidak ada perubahan
pada tekanan darah, maka dosis obat akan terus ditingkatkan hingga tekanan darah
yang normal tercapai.

12

Anda mungkin juga menyukai