Tektonik Dan Magmatisme
Tektonik Dan Magmatisme
1
a. Struktur
Interior Bumi
2
menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti luar
tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200o C. inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola
dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan
besi yang suhunya mencapai 4.500o C. Ni dan Fe merupakan senyawa
logam yang mengandung daya magnetis tinggi sehingga inti bumi
merupakan sumber magnet yang mampu menarik seluruh bumi sampai
atmosfer
a. Lithosfer
Lithosfer berasal dari bahasa yunani yaitu lithos artinya batuan,
dan sphera artinya lapisan. Lithosfer merupakan lapisan kerak bumi
yang paling luar dan terdiri atas batuan dengan ketebalan rata-rata 1200
km. Lithosfer adalah lapisan kulit bumi paling luar yang berupa batuan
dan memiliki sifat cold, rigid dan brittle. Lithosfer tersusun dalam dua
lapisan, yaitu kerak dan selubung, yang tebalnya 50 – 100 km. Lithosfer
merupakan lempeng yang bergerak sehingga dapt menimbulkan
persegeran benua.
Penyusun utama lapisan lithosfer adalah batuan yang terdiri ari
campuran antar mineral sejenis atau tidak sejenis yang saling terikat
secara gembur atau padat. Induk batuan pembentuk litosfer adalah
magma. Magma akan mengalami beberapa proses perubahan sampi
menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
b. Asthenosfer
Astenosfer berasal dari bahasa Yunani, asthenes yang berarti
lemah dan sphere yang berarti lapisan. Asthenosfer merupakan lapisan
plastis yang memiliki kepadatan rendah, serta suhu yang tinggi dan
berada di antara upper mantle dan lower mantle. . Dasar Astenosfer
berada pada kedalaman sekitar 700 km. Meskipun suhunya sangat
panas, tetapi tekanan di lapisan Astenosfer ini bersifat plastik.
3
Astenosfer sendiri tersusun dari batuan yang meleleh akibat panas dan
kepadatannya rendah.
c. Mesospher
Mesospher merupakan mantel bagian bawah dan paling tebal
dengan ketebalan sekitar 2550 km. Mesosfer ini bersifat padat, tekanan
tinggi, rigid, dan britlel.
d. Outer core
Outer core atau inti bumi bagian luar bersifat liquid dan memiliki
ketebalan sekitar 2200 km. Karena bumi berotasi pada porosnya, inti
bumi bagian luar juga berputar dan menghasilkan medan magnetik
bumi. Bayangkan air yang ikut terputar di dalam gelas yang berputar
pada sumbunya. Outer core bersifat liquid dan mengandung besi cair
yang suhunya mencapai 2.200o C.
e. Inner Core
Inner core atau inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola
dengan diameter sekitar 2 700 km. Inti dalam terdiri atas nikel dan besi
yang suhu nya mencapai 4.500o C. Inti Dalam (Inner Core), walaupun
bersuhu ekstrim tetapi berupa fase padat yang disebabkan oleh tekanan
yang sangat tinggi. Berada di kedalaman 5150-6360 km dan juga kaya
akan unsur besi dan nikel.
Teori Tektonik Lempeng pertama kali dicetuskan oleh dua orang ahli
Geofisika dari Inggris, McKenzie dan Robert L. Parker. Mereka mengemukakan
teori ini pada tahun 1967 setelah menyempurnakan teori-teori yang ditemuknan
ahli-ahli sebelumnya. Salah satunya adalah Teori Uniformitas dari Charless Lyell
4
yang dikemukakannya pada 1830. Teori ini menerangkan bahwa permukaan bumi
tidak mengalami perubahan secara lempeng, tetapi hanya mengalami perubahan
pada permukaannya karena proses-proses klimatologis seperti hujan, angin, atau
perubahan suhu. Kemunculan teori ini berawal dari Teori Apung Benua
(Continental Drift ) yang dikemukakan oleh Meteorologis Alfred Wegener pada
tahun 1912 dalam bukunya, The Origins of Continents and Oceans , yang
menyatakan bahwa dahulu seluruh benua yang ada sekarang saling menempel dan
membentuk suatu benua besar yang oleh Wegener disebut Pangea. Pangea
kemudian pecah dan pecahannya merambat ke posisi seperti yang ada sekarang.
Rambatan tersebut membentuk palung-palung besar yang membentuk samudra-
samudra yang ada sekarang. Teori yang mendukung Teori Tektonik Lempeng
yang selanjutnya adalah Teori Arus Konveksi (Convection Current Theory ) yang
dikemukakan oleh Vening Meinesz-Hery Hess. Teori ini menerangkan bahwa
perpecahan benua dan pergerakan lempeng litosfer bumi diakibatkan oleh
pergerakan yang dipicu oleh adanya arus konveksi yang berasal dari dalam
astenosfer bumi. Arus tersebut muncul karena adanya peluruhan unsur radioakif
Uranium menjadi Timbal yang menghasilkan energi, gradien geotermis,
serangan benda asing, dan simpanan panas pada saat bumi terbentuk. Teori ketiga
yang mendukung kemunculan Teori Tektonik Lempeng adalah teori Sea Floor
Growth (1963). Teori ini adalah teori yang menerangkan terbentuknya
punggungan memanjang di sekitar dasar samudra.
5
Gambar 2. Tectonic Plate
6
Melting
Produces
More Felsic
Gambar 3.
Pergerakan ini menimbulkan aktifitas magma yang di
Subduction
sebabkan oleh pencairan lempeng samudra yang menunjam.
Pencairan tersebut menyebabkan terbentuknya magma baru. Karena
lempeng samudera mengandung air yang ketika dipanaskan menjadi
gas, maka gas, yang memiliki gaya dorong ke atas, bersama dengan
magma baru mendorong ke atas dan membentuk sebuah gunung
aktif.
b. Koalisi
Koalisi yaitu gerakan lempeng benua yang saling
mendekat. Karena densitas kedua lempeng sama, maka lempeng
tersebut saling bergerak ke atas membentuk sebuah pegunungan.
Pergerakan lempeng ini tidak menimbulkan aktifitas magma baru
karena tidak adanya pencairan lempeng dan unsur air pada
lempeng.
Gambar 4. colission
c. Obduct
ion
Obduction yaitu gerakan lempeng samudera yang saling
mendekat. Karena densitas kedua lempeng sama-sama besar, salah
satu lempeng akan menunjam jauh ke bawah dan salah satunya
7
lagi akan sedikit menunjam. Pergerakan lempeng ini menyebabkan
aktifitas magma baru yang kemudian membentuk gunung api laut
(sea mountain) atau busur kepulauan.
Gambar 5.
2. Pergerakan Obduction
Lempeng Saling
Menjauh (Divergen)
Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan
penipisan dan peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya
material baru yang membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling
menjauh, kedua lempeng ini tidak terpisah karena di belakang masing-
masing lempeng terbentuk kerak lempeng yang baru. Proses ini
berlangsung secara kontinue.
Gambar 6. Tectonic
Divergent
8
3. Pergerakan Lempeng Saling Melewati ( Transform )
Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak
lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan
antarlempeng. Pada pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya
bergesekan. Oleh karena itu, tidak terjadi penambahan atau pengurangan
luas permukaan. Namun, gesekan antarlempeng ini kadang-kadang dengan
kekuatan dan tegangan yang besar sehingga dapat menimbulkan gempa
yang besar.
Contoh
Gambar 7. Tectonic
hasil dari Transform
9
C. MAGMATISME
10
Mid-oceanic ridge
Back arc rifting
Transform Fault
3. Oceanic intra-plate
Oceanic island (hotspots)
4. Continental intra-plate
Continental Intraplate
Continental rift zone.
11
bawah (anateksis), pada awalnya memang sudah bersifat asam sesuai
dengan komposisi umum kerak benua, kemungkinan besar jika naik menuju
permukaan magma tidak akan mengalami diferensiasi, sehingga magma
yang dihasilkan tetap bersifat asam.
Secara lebih jelasnya, bataslempeng destruktif dapat dikenali dengan
adanya busur kepulauan dan busur tepi benua aktif, yang keduanya
mempunyai karakteristik seperti adanya kepulauan yang berbentuk busur
dan membentang hingga ribuan kilometer, adanya palung samudera yang
dalam, adanya volkanisme aktif dan gempa bumi, serta asosiasi volkanik
yang khas, yang disebut ‘orogenic andesit’. Di permukaan, zona subduksi
dapat dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu busur depan (forearc), busur
gunungapi (volcanic arc), dan busur belakang (backarc) (Tatsumi&Eggins,
1993).
Proses magmatisme di batas lempeng destruktif berbeda dengan
magmatisme di tatanan tektonik lain karena adanya peran fluida pada kerak
yang menunjam dan adanya pelelehan sebagian baik dari baji mantel, kerak
samudera, ataupun kerak benua bagian bawah. Secara umum, mekanisme
magmatismenya adalah adanya finger tip effect, dimana kerak samudera
yang menunjam menjadi lebih panas oleh mantel dan gesekan yang
mengakibatkan mineral melepas H2O dan adanya pelelehan sebagian
mantel.
a. Island Arc
12
Pada
daerah ini,
Gambar 8. Pembentukan
magma berasal dari pelelehan sebagian mantel dan pelelehan sebagian
Island Arc
kerak samudra itu sendiri. Hal ini menyebabkan magma induk
kemungkinan besar akan bersifat basaltic yang kemudian apabila naik
menuju permukaan akan mengalami proses diferensiasi dan
menghasilkan magma yang cenderung bersifat toleiitik. Magma jenis
toleiitik akan menghasilkan batuan yang berkomposisi intermediet,
didominasi oleh batuan jenis andesit, andesit basaltik, dan dasit. Magma
toleiitik ini disebut juga sebagai magma sub-alkali. Selain itu biasanya
pada busur kepulauan akan terbentuk Gunungapi. Ciri dari Gunungapi
yang terbentuk pada lokasi ini adalah gunungapi dengan tipe strato dan
letusan yang eksplosif.
Melting
Produces
More Felsic
13
Gambar 9. Active Continental
Margin
Ada dua kemungkinan yang terjadi pada active continental margin ini :
Mid Oceanic Ridge atau disingkat mor merupakan salah satu busur
magmatisme dari pola divergen yaitu pola pergerakan lempeng yang
saling menjauh. Dalam hal ini lempeng yang saling menjauh adalah
dua lempeng samudra di mana gejala yang di timbulkan oleh
pergerakan lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di dasar
samudra sebagai akibat dari dorongan arus konveksi yang mendorong
lapisan di atasnya .
14
Gambar 10. Mide Oceanic Ridge
Jenis
magma yang di hasilkan di busur magmatisme ini adalah magma
basaltis.
c. Transform Fault
Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak
lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan
15
antarlempeng. Pergerakan lempeng seringkali juga menimbulkan
pergeseran membentuk sesar mendatar besar (Transform faults), juga
diikuti oleh pembentukan magma.
16
17
Gambar 14. Continental
Rift Zone
5.
Continental Intraplate
Sama seperti pada proses pembentukan busur magmatisme pada
oceanic island pada busur continental drift juga terbentuk akibat erupsi
langsung oleh magma yang naik ke atas akibat arus konveksi dari
selubung. Bedanya pada busur ini terjadi di lempeng benua. Gejala yang
ditimbulkan juga sama yaitu berupa struktur vulkanik dan gunung api.
Sedangkan magma yang dihasilkan adalah magma asam.
DAFTAR PUSTAKA
Soesilo,J., Sutarto, Supraptodan Fitri, Dwi. 2015, Materi Kuliah Struktur Internal
Bumi dan Tektonik. Teknik Geologi. UPN Veteran Yogyakarta.
18