Anda di halaman 1dari 28

ANATOMI FISIOLOGI KARDIOVASKULER

Oleh : Imam fahrurrozi

Fakultas keperawatan Universitas Airlangga

Jantung adalah suatu organ yang merupakan dari suatu system dalam tubuh yang ikut berperan dalam
mempertahankan mekanisme homeostatis ( dari bahasa latin, homeo = sama, tidak berubah; statis =
keadaan seimbang. System yang dimaksud adalah system kardiovaskuler ( dari bahasa latin cardio =
jantung; vascular = pembuluh darah. System kardiovaskular juga dikenal dengan system jantung-
pembuluh darah.

Jantung bukan hanya bagian dari system kardiovaskuler, melainkan secara fungsional merupakan pusat
dari system kardiovaskuler. Jantunglah yang menjaga agar sistemkardiovaskuler dapat berfungsi secara
normal untuk mempertahan homeostatis. Fungsi utama jantung adalah mendoronng darah agar dapat
mengalir dengan lancer di dalam pembuluh darah pada system sirkulasi keseluruh tubuh. Darahlah yang
membawa bahan kebutuhan pokok jariingan berupa oksigen dan nutrisi. Darah jugalah yang membawa
bahan buangan yang berasal dari sisa-sisa metabolism sel dari jaringan. Selain itu, kebanyakan hormone
yang diedarkan didalam tubuh juga melalui darah. Oleh sebaab itu, sangat penting darah
dapat mencapai seluruh jaringan tububh untuk memenuhi semua kebutuhan dan membuang sisa-sia
metabolism. Untuk itu harus ada kekuatan yang dapat medorong darah agar dapat mengalir. Kekuatan
pendorong tersebut berasal dari jantung, darah dapat didorong oleh kekuatan yang timbul dari
kontraksi tersebut. Dengan cara demikian , darah dapat mengalir ke seluruh pembuluh darah yang ada
didalam tubuh.

1. Anatoni jantung

Jantung terletak diatas diafragma, di pertengahan rongga dada agak ke kiri, dalam suatu ruangan yang
disebut mediastinum ( ruanagan dianatara paru kiri dan kanan). Kira – kira dua pertiga jantung terlrtak
disebelah kiri midline rubuh.

Secara anatomis jantung merupakan organ yang mempunyai rongga didalamnya. Rongga didalam
jantung ini terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang atrium disebelah atas, dan dua ruang ventrikel disebelah
bawah. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan individu pemiliknya. Ukurannjantung pada
orang dewasa adalah panjang kira-kira 12 cm, lebar dibagian paling lebar kira-kira 6 cm, dan berat kira-
kira 300 gram.

Secara fungsional jantung manusia terdiri atas dua bagian yang terpisah, yaitu bagian kanan dan kiri.
Jantung bagian kanan dan kiri asin-masing terdiri atas dua rongga pompa yang berdenyut, yaitu atrium
dan ventrikel. Fungsi atrium adalah pompa primer bagi ventrikel, yaotu membantu memasukan darah ke
dalam ventrikel. Artinya atrium hanya untuk mengisi darah ke dalam ventrikel yang akan memompakanj
darah tersebut keluar jantung melalui pembuluh darah balik (vena). namun, kekuatan pemompaan
atrium relative lebih lemah dibandingkan dengan ventrikel; perbendaan kekuatan ini sesuai dengan
fungsi atrium untuk memompakan darah sampai keventrikel saja. Darah yang masuk kedalam ventrikel
kiri ini kaya akan oksigen dan akan menyuplai oksigen bagi seluruh jaringan tubuh. Darah balik dari
sikulasi sistemik yang kaya CO2 masukk ke dalam atrium kanan melalui vena cava. Atrium kanan
kemudian kemudian memompakan darah yang kkaya CO2 ini selanjutnya dipompakan ventrikel kanan ke
trunkus pulonalis dan selanjutnya ke sirkulasi paru-paru untui dibersihkan.

1. Anatomi dan fisiologi system kardiovaskuler pada janin

1. Anatomi system kardiovaskuler pada janin

Gambar 1. Anatomi system kardiovaskuler pada janin

Kardiovaskuler mempunyai fungsi yang khusus pada proses embriologi, khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen dan makanan. Pada saat awal, terbentuk empat ruangan yang membentuk seperti
tuba tunggal yang akhirnya berpisah.

pada janin sirkulasi darah lebih kompleks dari pada sirkulasi orang dewasa. Darah kaya oksigen datang
dari plasenta menuju ke ventrikel kanan dan kiri. Bagian terbesar dari pengeluaran ventrikel kanan tidak
mengadakan perfusi ke paru-paru karena pada janin paru-paru belum berfungsi secara maksimal, tetapi
menghindari sirkulasi pulmonal melalui duktus arteriosus, dengan demikian langsung menuju tubuh, dan
kembali keplasenta untuk oksigenasi. Dengan adanya sirkulasi pararel ini setiap organ dapat menerima
darah dari kedua ventrikel. Oleh karenanya pengeluaran dari jantung janin biasanya dinyatakan sebagai
pengeluaran ventricular gabungan (CVO). Pada janin normal nilai CVO kira-kira 450 ml/kg BB/menit.

Pada awal denyut dimulai pada daerah ventrikel dan pada saat perkembangan dini kontrol jantung ada
pada daerah sino atrial. Kemudian saat belum terbentuknya paru, system sirkulasi paru yang berfungsi
adalah plasenta, dimana arteri umbikalis mengalirkan darah yang deoksigenasi ke jaringan fetus.
Kemudian ke plasenta. Darah yang deoksigenasi dan keluar ke dalam vena umbikalis. Darah oksigenasi
akan mengalir kehati, sebagian akan melintasi melalui duktus venosus atau melalui vena hepatica
kedalam vena kava inferior dan sisanya akan didistribusikan ke bagian hati melalui cabang vena
umbikalis. Untuk sementara bagian hati menerima darah dari vena porta. Setelah itu darah memasuki
atriaum kanan dan saat melewati jantung darah dibagi menjadi dua aliran oleh Krista devens. Sebagian
darah dialirkan dari vena kava inferior ke atrium kiri yang bercampur dengan darah vena pulmonalis,
sementaa sejumlah kecil memasuki atrium kanan yang bercampur daradari vena kava superior.

Setelah janin dilahirkan darah yang beredar harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengantarkan oksigen kejaringan tubuh. Pada saat lahir curah ventrikel kiri bayi meningkat secara
drastis, yang pada awalnya hanya 150 ml/menit menjadi 350 -400 ml/kg/menit. Perubahan selanjutnya
terjadi peningkatan aliran darah ke paru secara progresif, sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan di atrium kiri sampai melebihi tekanan atrium kanan. Kondisi ini mengakibatkan penutupan
foramen ovale juga peningkatan tekanan ventrikel kiri disertai peningkatan tekanan serta penebalan
sistem arteri sistemik. Peningkatan tekanan oksigen sistemik dan perubahan sintesis serta metabolisme
bahan vasoaktif prostaglandin mengakibatkan kontraksi awal dan penutupan fungsional dari duktus
arteriosus yang mengakibatkan berlanjutnya penurunan tahanan arteri pulmonalis.

1. Fisiologi system kardiovaskuler

Dalam memahami jantung atau sebuah system kardiovaskular terdapat tiga komponen yang beperan
yakni jantung itu sendiri sebaga alat memompa darah, pembuluh daah sebagai tempat untuk
mengalirkan darah dan darah sebagai bagian yang mengatur system berjalan sesuai dengan kondisi yang
ada. Jantung bekerja sebagai alat untuk mensirkulasika darah ke paru, guna pertukaran gas.

Jantung memiliki sifat dasar, yaitu

1. Irritability (bathmotropic) = peka rangrang

2. Conductivity (dromotropic) = hantar rangsang

3. Contractility (inotropic) = dapat berkontraksi

4. Rhythmicity ( chronotropic) = bersifat ritmis

1. Sirkulasi jantung

Jantung memiliki fase sirkulasi , yaitu peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari permulaan
sebuah denyutan sampai berakhirnya denyut jantung berikutnya. Siklus jantung mencakup periode dari
akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole) jantung sampai akhir systole dan diastole berikutnya.
Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh
utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui ruan-
ruang dan masuk ke arteri.

II. Bunyi jantung.

Jantung menghasilkanbunyi selama berdenyut, bunyi tersebut dapat terdengar bila kita menempelkan
telinga ke dinding dada dengan bantuan stetoskop. Jantung memiliki beberapa bunyi, diantaranya :

1. Bunyi jantung I (S1).

Bunyi seperti suara “lub” terdengar lembut. Bunyi tersebut dihasilkan oleh tekanan tiba-tiba katub
mitral dan tricuspid pada saat awal systole ventrikel.

1. Bunyi jantung II (S2).

Bunyi seperti suara “dub”bunyi tersebut dihasilkan oleh getaran akibat penutupan katup pulmonalis dan
aorta.

Terpisahnya kedua bunyi jantung pertama dan kedua adalah karena penutupan kedua katub yang tidak
bersamaan sebagai akibat dari kontraksi ventrikel yang satu terjadi setelah kontraksi dengan ventrikel
yang lain.

1. Bunyi jantung III (S3)

Bunyi jantung III adalah bunyi jantung yang lembut tapi lambat, terdengar setelah bunyi jantung kedua,
dan pada kebanyakan terjadi pada anak-anak dan beberapa pada orang dewasa muda. Hal ini terjadi
karena disebabkan oleh peregangan tiba-tiba oleh katub kuspid mitral.

S1, S2, S3, S1, S2, S3

1. Bunyi jantung IV (S4)

bunyi jantung ke IV bunyi lembut yang lambat dan terdengar sebelum bunyi jantung ke I, terdengar
ketika salah satu atrium berkontraksi lebih kuat dari yang lain.

S4,S1,S2,S4,S1,S2,

III. Frekuensi jantung

Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 sampai 100 denyut per menit, dengan rata-rata denyutan
75 kali pemenit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsng selama 0,8 detik : systole 0,5
detik dan diastole 0,3 detik. Peningkatan frekuensi jantung sampai melebihi 100 denyut pe menit
disebut takikadi, sedaangkan penuunan frekuensi jantung yang kurang dari 60 denyut permenit
disebut bradikardi.

1. Jantung sebagai sirkulasi sistemik, sirkulasi pulmonal dan transport gas.

1. Sirkulasi sistemik

sirkulasi sistemik adalah sirkulasi darah yang dimulai pada saat darah dipompa keluar dari ventrikel kiri
melalui aorta ke seluruh tubuh, dan kembali ke atrium kanan jantung melalui vena kava superior dan
vena kava inferior. Darah yang kaya akan O2 yang berasal dari ventikel kiri, melalui orta akan dihantarkan
ke seluruh tubuh. Di jarigan perifer, O2 akan digunakan dan bertukar dengan CO2. Kemudian darah
dengan kadae O2 rendah kembali ke jantung melalui cava. Mekanisme spesial pada jantung dapat
berkontraksi secara konstan, melalui penghantaran aksi potensial melalui otot jantung, jantung dapat
berdetak secara konstan dan ritmis. Mekanismenya adalah : aliran darah dari ventrikel kiri menuju katup
aortik – aorta – ateri – arteriola – kapiler – venula - vena – vena kava inferior dan superior – atium
kanan. Jadi ciri-ciri sirkulasi sistemik adalah:

1. Mengalikan darah ke berbagi organ

2. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda

3. Memerlukan tekanan permulaan yang besar

4. Banyak mengalami tahanan

5. Koom hidostatik panjang


Gambar 2. sirkulasi sistemik

1. Sirkulasi pulmonalis

Sirkulasi pulmonalis adalah sirkulasi darah dari ventrikel kanan jantun, masuk ke paru-paru, kemudian
kembali ke atrium kiri. Melalui peran ventrikel kanan, darah dengan kadar O2 rendah disampaikan
melealui artei pulmonary ke paru-paru, kemudian terjadi pertuara gas, sehingga darah yang keluar
dari paru-paru kaya akan O2. Darah yang kaya akan O2 ini akan dihantarkan kembali ke paru-paru
melalui vena pulmonary. Mekanismenya adalah: aliran darah dari ventrikel kanan – katup pulmonalis –
arteri pulmonalis – paru-paru – vena pulmonalis – atrium kiri -.

Arteri pulmonalis mengandung darah yang tidak teroksigenasi, sedangkan vena pulmonalis mengandung
darah yang teroksigenasi. Dalam paru-paru. Arteri pulmonalis men=mbagi kagi menjadi arteri yang lebih
kecil, arteriol dan kapiler. Jadi ciri-ciri sirkulasi pulmonalis adalah :

1. Hanya mengalirkan darah ke paru

2. Hanyaa berfungsi untuk paru

3. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah

4. Hanya sedikit mengalami tahanan

5. Kolom hidrostatiknya pendek

Gambar 3. Sirkulasi pulmonalis

1. Transportasi gas

Transportasi gas merupakan system transportasi antara O2kapiller ke jaringan tubuh, dan CO2 jaringan
tubuh ke kapiler. Pada transportasi, O2 akan berikatan hemoglobin (Hb) dan menjadi Oksihemoglobin
(97%), serta CO2 juga berikatan dengan Hb, yang akan membentuk karbominohemoglobin (30%), dan
larut dalam plasma (3%), kemudian menjadi HCO3 berada pada darah (65). Pada transportasi gas
terdapat beberapa factor yang mempengaruhi, diantaranya adalah curah jantung (cardiac output) yang
dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. Isi sekuncup ditentukkan oleh
kemampuan otot jantung untuk berkontraksi dan volume cairan. Factor lain yang memperngaruhi
transportasi gas adalah kondisi pembuluh darah, latihan/olahraga (exercise), hematokrit (perbandingan
antara sel darah dengan darah secara keseluruhan) eritrosit, dan Hb.

1. Sistem konduksi jantung dan elektrofisiologi

1. System konduksi jantung

Didalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrk, jaringan tersebut
mempunyai sifat-sifat yang khusus yaitu sebagai berikut

1. Otomatisasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan

2. Ritmisasi : pembangkitan impuls yang teratur

3. Kondutifitas : kemampuan untuk menyalurkan impuls

4. Daya rangsang : kemampuan untuk menanggapi stimulasi

Bedasarkan dari sifat-sifat diatas, maka secara spontan dan teratur jantung akan menghasilkan impuls-
impuls yang disalurkan melalui system hantar untuk merangsang otot jantung dan bisa menimbulkan
kontraksi otot. Perjalanan impuls dimulai dari nodus SA, nodus AV,berkas his, sampai ke serabut
purkinje.

1. Nodus SA (sino atrial) merupakan kepingan berbentuk sabit dari otot yang mengalami
spesialisasi degan lebar kira-kira 3 mm dan panjang 1 cm, simpul inni terletak pada dinding
posterior atrium dexta, tepat dibawah dan medial terhadap vena kava superior, serabut-serabut
simpul ini masing-masing begaris tengah 3-5 mikron. Serabut SA ini berhubujngan langsung
dengan serabut atrium sehingga setiap potensial aksi yang mulai pada simpul SA segera
menyebar ke atrium. Pada keadaan normal impuls yang dikeluakan frekuensinya 60-10
kali/ment. Respon dari SA memberikan dampak pada aktifitas atrium. SA node dapat
menghasilkan impuls karena adanya sel-sel pacemaker yang mengeluarkan impuls secara
otomatis. Sel ini dipengaruhi oleh saraf simpatis dan parasimpatis.

2. Nodus Atrioventrikular (AV) adalah sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung yang khusus didasar
atrium kanan, dekat spektum, tepat diatas peraturan atrium dan ventrikel.
3. berkas his adalah suatu jaras sel-sel yang berasal dari nodus AV dan masuk ke septum
antarventrikuler, tempat berkas tesebut bercabang membentuk berkas kanan dan kiri yang
berajlan kabawah melalui septum, melingari ujung bilik septum, melingkari ujung bilik ventrikel,
dan kembali ke atrium di sepanjang dinding luar.

4. Serabut purkinje adalah serat-serat terminal halus yang berjalan dari berkas his menyebar
keseluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon.

1. Elektrofisiologi jantung

Elektrofisiologi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik pada jantung. Jantung berkontraksi teratur
karena impuls teratur dari SA node dan AV node, berkas his dan serat purkinje. Pada keadaan eksistasi
membrane sel otot jantung akan dilalui ion Na dan Ca. impuls bergerak masuk kedalam sel otot jantung,
maka secaa bergantian ion kalium keluar dan natrium masuk, didalam sel otot jantug terjadi proses
depolarisasi/keadaan kontraksi, mereka tidak dapat berespon lebih lanjut sampai terjadi proses
repolarisasi. Setelah terjadi proses depolarisasi maka akan terjadi potensial aksi yang mngakibatkan
terjadi proses repolarisasi/Pemulihan namun, tidak semua sel terepolarisasi secara bersamaan karena
beberapa sel jantung dapat menghantarkan impuls listrik lebih cepat dari yang lainya. Sesudah impuls
listrik melewati semua sel, ion kalium masuk lagi dan natrium yang keluar dan terjadi periode refrakter.

Periode refrakter adalah waktu antra akhir kontraksi dan kembalinya sel jantung ke keadaan siap.
Sementara sel pulih, atrium dan ventrikel mengisi darah dan bersiap-siap untuk berkontraksi lagi. Ada 2
fase periode refrakter, yaitu :

1. Periode refrakter absolute : sel jantung belum menyelesaikan repolarisasinya dan tidak dapat
dirangsang(depolaisasi). Periode ini diukur dari permukaan kompleks QRS sampai sepertiga
pertama gelombang T.

2. Periode refrakter relative : sel jantung telah berepolarisasi, sampai suatu saat beberapa sel
dapat dirangsang lagi untuk berdepolarisasi, jika rangsangan cukup. Namun, jika sel dirangsang
selama ini, sel tersebut akan menghantarkan impuls listrik dengan pola lambat abnormal.
Periode ini diukur dari akhir periode refrakter absolute dan akhir gelombang T. periode ini
disebut juga dengan periode repolarisasi yang mudah dirangsang.

1. Pengaturan cardiac output dan tekanan darah

1. Cardiac output

Curah jantung atau cardiac output adalah volume darah yang dipompa tiap-tiap ventrikel per menit.
Setiap periode tertentu volume darah yang mengalir melalui sirkulasi pulmonalis di periode tertentu
akuivalen dengan volume darah yang mengalir ke sirkulasi sistemik.
Faktor penentu cardiac output adalah frekuensi denyut jantung dan volume sekuncup (shock volume).
Frrekuensi denyut jantung rata-rata adalah 70 kali/menit, sedangkan volume sekuncup adalah 70
ml/denyutan, sehingga :

curah jantung = frekuensi denyut jantung x volume sekuncup

kecepatan denyut jantung sangat ditentukan oleh pengaruh ototnom pada nodus SA yang merupakan
pacekmaker jarena mempunyai kecepatan depolarisasi spontang tinggi. Ketika nodus SA mencapai
ambang, terbentuk potensial aksi yang melebar ke seluruh jantung dan mengindusi jantung untuk
berkontraksi atau berdenyut. Kecepatan denyut jantung juga sangat dipengaruhi saraf otonom, yakni
saraf parasimpatis dan saraf simpatis. Saraf parasimpatis yang mensarafi jantung adalah saraf Vagus
(terutama atrium-nodus SA dan nodus AV). Aktivitas saraf parasimpatis yang menigkat mengeluarkan
asetilkolin yang menyebabkan peningkatan permeabelitas nodus SA terhadap ion K+ dengan
memperlambat penutupan saluran ion K+. sebaliknya saraf simpatis mempercepat denyut jantung
melalui efeknya pada jaringan pemacu (nodus SA dan nodus AV). Nor efineprin yang dikeluarkan dari
ujung-ujung saraf simpatis menurunkan permeabilitas K+ dengan mempercepat inaktivasi saluran K+,
sehingga bagian dalam sel menjadi kurang negative dan pergeseran K+ menjadi lebih cepat sehingga
cardiac output pun meningkat. Pada nodus AV, perlambatan pada nodus AV dikurangi dengan
mempercepat penghantaran melalui peningkatan arus masuk CA++.

1. Tekanan darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan pada dinding pembuluh darah arteri. tekanan darah
(TD) merupakan hasil perkalian dari cardiac output (CO) dan resistensi vesicular perifer (R) jadi bisa
dirumuskan dengan:

TD= CO x R

Reflex baroreseptor merupakan mekanisme terpenting dalam pengaturan tekenan darah jangka pendek.
Setiap perubahan tekanan darah rata-rata akan mencetuskan reflek baroreseptor yang diperantarai
secara otonom dan akan mempengaruhi jantung dan pembuluh darah untuk menyesuaikan curah
jantung dan resistensi perife total sebagai usaha untuk mengembalikan tekanan darah dalam keadaan
normal.reseptor terpenting yang berperan dalam pengaturan tekanan darah adalah sinus karotikus dan
baroresptor lengkung aorta, yang merupakan mekanoreseptor yang pekka terhadap perubahan tekanan
areteri rata-rata dan tekanan nadi. Ketanggapan reseptor-reseptor tersebut terhadap fluktuasi tekanan
nadi meningkatkan kepekaan sistolik atau diastolic dapat mengubah tekanan nadi tanpa mengubah
tekanan rata-rata. Baroreseptor memberikan informasi secara continue mengenai tekanan darah
dengan menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap tekanan di dalam arteri. Jika tekanan arteri
meningkat, potensial di kedua reseptor akan meningkat, bila tekanan darah menurun, kecepatan
pembentukan potensial aksi dei nefron neuron aferen oleh baroreseptor akan menurun juga.
Jika karena suatu hal dan tekanan artei meningkat di atas normal, baroreseptor sinus karotikus dan
lengkung aorta akan meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen masing
masing. Setelah mendapat informasi bahea tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan pembentukan
potensial aksi tersebut, pusat control kardiovaskular berespon dengan mengurangi aktivitas simpatis da
meningkatkan aktivitas parasimpatis ke system kardiovaskular. Sinyal-sinyal sfrinefrin menurunkan
kecepatan denyut jantung, yang akan menurunkan volume sekuncup dan menimbulkan vasodilatasi
arteriol dan vena, yang pada giliranya akan menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total,
sehingga tekanan darah kembali ketingkat normal. Sebaliknya jika tekanan darah turun dibawah normal,
maka aktivitas baroeseptor pun akan menurun yang menginduksi pusat kardiovaskuler untuk
meningkatkan aktivitas jantung dan vasokonstriktor simpatis sementara menurunkan keluaran
parasimpatis. Pola aktivitas eferen ini menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume
sekuncup, disertai oleh vasokontriksi arteriol dan vena. Perubahan ini menyebabkan peningkatan curah
jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah naik kembali normal.

1. Faktor yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu

1. Cardiac output

cardiac output adalah volume darah yang dipompa tiap-tiap ventrikel per menit selama kontraksi
ventrikel permenit. Peningkatan atau penurunan cardiac output dapat berimpikasi pada tekanan darah.

1. Volume darah

Peningkatan atau penurunan volume darah akan mempengaruhi tekanan darah, berkurangnya volume
darah dapat menurunkan tekanan darah, begitupun sebaliknya semakin tinggi volume darah maka
tekanan darah pun akan meningkat.

1. Elastisitas pembuluh darah arteri

Dinding pembuluh darah arteri normalnya bersifat elastic karena tempat kontraksi pada saat systole dan
retraksi selama diastole. Pada atriosklerosis terjadi penurunan elastisitas pembuluh darah arteri yang
dapat menjadikanya keras dan kaku. Kondisi ini sering terjadi pada usia tua yang mengakibatkab
tekanan systole meningkat karena arteri tidak bisa bekerja dengan baik.

II. Faktor- faktor yang mempengaruhi tekanan darah

1. Usia

Tekanan darah akan semakin meningkat seiringnya berjalan usia seseorang, hal ini dikarenakan dengan
semakin berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri pada saat bertambaahnya usia seseorang.
Semakin tua usia seseorang maka dinding pembuluh darah akan semakin manjadi keras dan kaku, hal ini
dapat menyababkan tekanan pada arteri semakin besar dan tekanan darah pun akan semakin
meningkat.

1. Stress

Ansietas, takut dan stress emosional seseorang akan merangsang syaraf simpatik, hal ini dapat
mengakibatkan peningkatan denyut jantung serta peningkatan resistensi atau tahanan arteri. Selain itu
juga dapat menyebabkan vasookontriksi arteri.

1. Olahraga

Aktifitas yang membutuhkan tenaga ekstra seperti olahraga dapat mempengaruhi teanan darah, karena
pada saat olahraga jantung memompa darah lebih cepat dari keadaan biasa, akibatnya tekanan darah
yang dihasilkan dari jantung akan semakin meningkat.

1. Obat-obatan

Ada beberapa obat yang dapat membuat peningkatan atau penurunan tekanan darah. Seperti jenis
analgetik yang dapat menurunkan tekanan darah.

Peningkatan tekanan darah disebut hypertensi dan penurunan tekanan darah disebut hipotensi, nilai
normal tekanan darah pada dewasa adalah 120 mmHg untuk systole, dan untuk diastole 80 mmHg,
maka sering ditulis 120/80 mmHg. Seseorang dapat dikatakan hypertensi jika tekanan darahnya 140
mmHg untuk sistol, dan 90 mmHg untuk diastole. Tetapi hal ini tidak bisa dijadikan patokan untuk
semua orang dewasa, karena setiap orang memiliki tekanan darah yang berbeda.

1. Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa dalam kardiovaskuler

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Volume
cairan dalam tubuh merupakan sebagian besar dari berat badan sekitar 60% dalam tubuh manusia
adalah cairan. keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian
dalam fisiologi homeostatis. Hamper semua reaksi biokimia yang terjadi dalam tubuh tergantung dari
keseimbangan air dan elektrolit. Keseimbangan air dan elektrolit melibatkan komposisi dan melibatkan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut), dan zat tertentu (zat
terlarut), sedangkan elektrolit adalah zat kiimia yang menghasilkan partikel-partikel yang bermuatan
istrik yang juga disebut dengan ion jika berada dalam larutan dan sangat larut dalam air berupa kation
dan anion. Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena
(IV) dan didistribusi keseluruh bagian tubuh.

Keseimbangan cairan dalam tubuh saling bergantung satu dengan lainya, jika satu terganggu maka yang
lain pun akan terganggu. Jumlah air dalam tubuh berkaitan dengan jumlah elektrolit tubuh. Konsentrasi
natrium darah merupakan indicator yng baik dalam jumlah cairan tubuh. Tubuh berusaha
mmpertahankan jumlah total cairan tubuh, sehingga kadar natrium dalam daah tetap stabil. Jika kadar
natrium tubuh terlalu tinggi, maka tubuh akan menahan air untuk melautkan kelebihan natrium, maka
akan menimbulkan rasa haus dan sedikit mengeluarkan air kemih, tetapi jika kaadar natrium terlalu
rendah ginjal akan mengeluarkan lebih banyak air untuk mengembalikan kadar natrium kembali normal.

Keseimbangan asam – basa dalam tubuh disebut dengan system buffer, terdapat 3 sistem buffer yang
dapat mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh, yaitu:

1. Buffer kimia

1. System buffer bikarbonat, system ini yang kan membuffer cairan ekstrasel, melawan
asam non karbonat

2. System buffer protein, system ini membuffer cairan intrasel dan juga ekstrasel

3. System buffer hemoglobin, system ini akan melawan perubahan asam karbonat

4. System buffer fosfat, system ini akan membuffer di tratus urinarius, juga cairan intrasel.

5. Pengaturan ion H+ oleh traktus respiratorus

6. Pengaturan ion H+ oleh ginjal

7. Definisi cairan dan elektrolit

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.

1. Cairan intraselular

Cairan yang terkandung diantara sel disebut cairan intraseluer. Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari
cairan dalam tubuhnya terdapat di intraseluler, sedangkan pada bayi cairan intraseluler hanya setengah
berat badanya.

1. Cairan ekstraseluler

Cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada diluar sel. Jumlah relative cairan ekstraseluler berkurang
seiring dengan bertambahnya usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengah dari cairan tubuh terdapat di
cairean ekstraseluler. Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan ekstraseluler menurun sampai sepertiga dari
volume total. Cairan ekstraseluler di bagi menjadi tiga, yaitu

1. Cairan interstitial : adalah cairan yang mengelilingi sel

2. Cairan intravasekular : cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya plasma). Rata
rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 L, dimana 3 liternya merupakan plasma, dan sisanya
terduru daru sel darah merah, sel darah putih dan platelet

3. Cairan transeluler merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti :
serebrospinal, pericardial, pleura, dll.

Zat terlarut dalam tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.


1. Elektrolit

elektrolit merupakan zat yang terdiosasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik. Elektrolit
dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negative ( anion), jumlah kation dan anion didalam tubuh
selalu sama. Kation utama dalam cairan ekstraseluler adalah Na+, dan kation utama dalam cairan
intraseluler adalah K+. sedangkan Anion utama dalam cairan intraseluler adalah ion fosfat (PO43-) dan
anion utama dalam cairan ekstraseluler adalah klorida (CL) dan bikarbonat (HCO3). Karena kandungan
elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinya sama maka nilai elektrolit plasma
mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler tetapi tidak mencerminkan komposisi cairan
intraseluler.

1. Natrium

Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan di dalam mengatur
keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-145mEq/liter. Kadar natrium dalam plasma diatur
lewat beberapa mekanisme:

1. Left atrial stretch reseptor

2. Central baroreseptor

3. Renal afferent baroreseptor

4. Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)

5. Atrial natriuretic factor

6. Sistem renin angiotensin

7. Sekresi ADH

8. Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)

Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah.
Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan
setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).

Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial maupun ke dalam dan keluar
sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium (muntah,diare) sedangkan pemasukkan
terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium
dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan
terus berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak dapat
dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.

1. Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan penting di dalam terapi
gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana
99% dapat berubah-ubah sedangkan yang tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan
protein didalam sel. Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.
Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat
urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter.

1. Kalsium

Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90% dikeluarkan lewat faeces dan
sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan
endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis,
ovarium, da hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan ekstraseluler
dan tidak terdapat dalam sel.

1. Magnesium

Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan unruk pertumbuhan + 10 mg/hari.


Dikeluarkan lewat urine dan faeces.

1. Karbonat

Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasil akhir daripada
metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekali bikarbonat yang akan dikeluarkan
urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan
asam basa.

1. Nonelektolit

Nonelektrolit Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat lainya
termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubinContoh nonelektrolit adalah : potein, urea, glukosa
oksogen, dll. Sedangkan elektrolit tubuh mencakupi natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida,
sulfat. Konsentrasi elektrolit dalam tubuh sangat bervariasi pada satu bagian dan bagian lainya namun
walaupun pada tiap-tiap bagian tubuh berbeda hokum netralitas listrik menyatakan bahwa, ion negative
harus sama banyaknya dengan ion positif.

1. Fungsi cairan dan elektrolit

1. Mengatur suhu tubuh

Pada saat tubuh kekurangan cairan maka suhu tubuh manusia akan naik, tapi jika kebutuhan cairan
terpenuhi maka suhu tubuh akan kembali normal

1. Melancarkan peredaran darah


Jika tubuh kekurangan cairan, maka darah akan mengental, hal ini dikarenakan cairan dalam darah akan
tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh.

1. Membuang racun dan sisa makanan

Tersedianya cairan yang mencukupi dalam tubuh akan membantu membuang racun, karena air dalam
tubuh akan mengeluarkan racun melalui keringat, airseni, dan pernafasan.

1. Kulit

Air sangat penting dalam menjaga dan mengatur struktu dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam tubuh
akan menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit.

1. Menguatkan tulang dan gigi

Kecukupan jumlah Ion kalsium dalam tubuh dapat menjaga dari penyakit osteoporosis, serta
terpenuhinya kebutuhan ion kalsium dalam tubuh akan menguatkan tulang serta membantu menjagaa
gigi.

1. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit dlam tubuh perlu memperhatikan dua parameter, yaitu
cairan ekstrasel dan osmolaitas cairan ekstrasel. Jumlah air yang relative kecil dalam darah sangat
penting untuk fungsi tubuh dan harus tetap dijaga agar selalu konstan, sedangkan jumlah air diluar
darah berfungsi sebaga cadangan yang dapat mengisi atau menyerap kelebihan air dlam darah sesuai
dengan kebutuhan. Perpindahan cairan dan elektrolit dalam tubuh terjadi dalam 3 fase, yaitu :

1. Fase I : plasma darah pindah dari seluruh tubuh kedaalm sirkulasi, serta

nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan gastrointestinal

1. Fase II : cairan interstitial dan komponenya pindah dari darah kapiler dan sel

2. Fase III : cairan dan substansi yang ada didalamnya berpindah dari cairan

Interstitial menuju ke dalam sel, pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane
semipermeabel mampu memfilter substansi yang ada.

1. Ketidakseimbangan cairan

Ketidakseimbangan cairan meliputi due kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan isotonis dan
gangguan keseimbangan osmolaritas. Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah cairan
danelektrolot hilang secara bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan
osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam
proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolaritas serum.
Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kategori ketidakseimbangan cairan, yaitu :

1. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonic

2. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)

3. Peningkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan

4. Peningkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

defisit volume cairan terjadi ketika tububh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah
yang proposional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemi. Umunya gangguan ini diawali
ddengan kehilangan cairan intravasekuler, lalu didikuti dengan perpindahan cairazn intraseluler menuju
intravasekuler, sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengompensaasi kondisi
ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, deficit volume cairan disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu : kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
pendarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga ( lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah
untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan eksteraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravasikuler mennuju lokasi potensial seperti pleura, peritoneum., pericardium
atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan
dapar terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.

Dehidrasi, sering juga disebut dengan ketidakseimbangan hyperosmolar, terjadi akibat kehilangan cairan
yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium.
Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan natrium, peningkatan osmolaritas, serta dehidrasi
intraseluler. Air berpinda dari sel kompatermen interstitial menuju ruang vasikuler. Kondisi ini
menyebabkan gangguan fungsi sel dan kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah
satunya adalah imdividu lansia. Mereka mengalami pennurunan proses haus dan pemekatan urine.
Disamping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko mengalami dehidrasi
akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.

Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenic (pemberian cairan
intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan NaCl ataupun pemberian cairan intravena
glukosayang menyebabkan kelebihan air) ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan
pada GFR), sirosis, ataupun gagal jantung kongestif. Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi jika terjadi
kelebihan cairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang

1. Ketidakseimbangan elektrolit

1. Ketidak seimbangan natrium

Kelebihan atau kekurangan natrium mempunyai banyak karakteristik yan sama dengan gangguan cairan
osmolaritas. Hipernatremia adalah suatu kondisi dengan nilai konsentrasi natium didalam darah lebih
rendah dari normal, yang dapat terjadi pada saat kehilangan total natrium atau kelebihan total air
adalah penyakit ginjal, insufidiensi adrenal, pengeluaran keringat meningkat, dll. Biasanya hiponatremia
menyebabkan penurunan osmolalitas plasma cairan dan ekstrasel.

Ketika terjadi kehilanagan natrium, tubuh mula-mula beradaptasi dengan menurunkan ekskresi air
untuk menurunkan osmolalitas serum. Apabila kehilangan natrium berlanjut, tubuh akan berupaya
untuk mempertahankan volume darah, akibattnya proporsi natrium didalam cairan ekstrasel berkurang
namun, hiponatremia yang disebabkan oleh kehilanhan natrium dapat menyebabkan kolaps pada
pembuluh darah dan syok. Apbila kekurangan yang terjadi hanya kekurangan natrium, maka kehilangan
volume cairan ekstrasel bermakna sesuatu kondisi yang berbeda dari hiponatremia yang behubungan
dengan peningkatan atau normalnya cairan ekstrasel. Hiponatremia berat akan menyebabkan
perubahan neurologis dan kadar natrium srum menjadi 110 mEq/L akan menyebabkan perubahan
neurologis yang tidak dapat pulih kembali bahkan dapat menyebabkan kematian. Hipernatremia adalah
suatu kondisi dimana nilai konsentrasi natrium lebih tinggi dari konsentrasi normal didalam cairan
ekstrasel, yang dapat disebabkan oleh kehilangan cairan yang ekstrim atau kelebihan natrium total.
Apabila penyebab hipernatremia adalah peningkatan sekresi aldosteron, maka natrium dipertahankan
dan kalium diekskresi. Ketika terjadi hipernatreia, tubuh berupaya mempertahankan air sebanya-
banyaknya melalui rearbsorbsi air di ginjal. Tekanan osmotic cairan interstitial meningkat dan cairan
berpinadah dari intrasel ke dalam cairan ekstrasel sehingga nenyebabkan sel-sel menusut dan
mengganggu sebagian besar proses fisiologis selular.

1. Ketidakseimbangan Kalium

Hipokalemia adalah suatu kondisi ketika jumlah kalium yang bersirkulasi disalam cairan ekstrasel tidak
adekuat. Apabila parah, hipokalemia dapat mengganggu konduksi jantung dengan menyebabkan
ketidakteraturran yang berbahaya bagi jantung. Kaena rentang normal kalium terlalu pendek, maka
toleransi terhadap terjadinya fluktuasi dalam kadar kalium serum juga keci. penyebab paling umum
adalah penggunaan diuretik yang membuang kalium seperti tiazid dan loop diuretic. Hal ini menjadi
masalah khusu jika klien juga menggunakan preparat digitalis karena hipokalemia merupakan penyebab
tersering terjadinya keracunan digitalis (pencenaan). Hiperkalemia merupakan kondisi dimana kadar
kalium lebih besar sdari jumlah normal kalium dalam darah. Penyebab utamanya adalah gagl ginjal,
karena adanya penurunan ginjal akan mengurangi jumlah ekskresi kalium oleh ginjal, tetapi penyakit lain
juga dapat meningkatkan kalium seperti :dehidrasu hipertonik, infuse darah yang berlangsung cepat, dll.

1. Ketidakseimbangan kalsium

Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar kalsium dalam serum dan penurunan kalsium yag
terionisaasi serta dapat menyebabkan bebrapa penyakit, bebrapa diantaranya dipengaruhi oleh kelenjar
tiroid dan paratiroid. Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari hipokalsemia berhubungan secara
langsung dengan peran kalsiumserum pada fungsi neuromuscular. Hiperkalsemia adalah peningkatan
konsentrasi total kalsium dalam serum dan peningkatan kalsium yang terionisisasi. seringkali
hiperkalsemmia merupakan suatu gejala dari penyakit pokok yang menyebabkan resopsi tulang
berlebihan, disertai pelepasan kalsium

1. Ketidakseimbangan magnesium
Hipomagnesmia merupakan keadaan dimana konsentrasi serum menurun sampai dibawah 1,5 mEq/L.
penyebab hipomagnemia adalah kekehilangan magnesium yang berlebihan. Menyebabkan gejala yang
mirip dengan hipokalsemia. Magnesium bekerja secara langsung pada sambungan neurmuskular.
Penurunan konsentrasi magnesium serum meningkatkan irritabilitas
neuromuscular. Hipermagnesmia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika konsentrasi magnesium
serum meningkat sampai diatas 2,5 mEq/L. hipermagnesmia dapat menurunkan eksitabilitas sel-sel otot.

1. Ketidakseimbangan asam-basa

Tipe utama ketidak seimbangan asam basa adalah : asidosis respiratorik, asidosis metabolic, alkalosis
respiratorik, alkalosis metabolic.

1. Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik ditandai dengan peningkatan konsentrasi karbondioksida (PaCO2), kelebihan asam
karbonat, dan peningkatan konsentrasi ion hydrogen (penurunan PH). Asidosis respiratorik disebabkan
oleh hipoventilasi atau suatu kondisi yang menekan ventilasi. Penurunan ventilasi dapat dimulai pada
system pernafasan ( gagal nafas) atau diluar system pernafasan ( overdosis obat).

1. Alkalosis respiratorik

Alkalosis repiratorik ditandai dengan penurunan PaCO2 dan penurunan konsentrasi ion hydrogen
(peningkkatan PH). Alkalosis respiratorik diakibatkan oleh penghembusan karbondioksida yang
berlebihan ( pada waktu pengeluaran nafas) atau oleh hiperventilasi. Seperti halnya asidosis
respiratorik, alkalosis respiratorik dapat dimulai dari luar system pernafasan ( ansietas) atau dari dalam
system pernafasan seperti pada fase awal serangan asma.

1. Asidosis metabolic

Asidosis metabolic diakibatkan oleh penningkatan konsentrasi ion hydrogen (peningkatan PH) didalam
cairan ekstrasel, yang disebabkan oleh penirunan kadar bikarbonat. Tipe asidosis metabolic disebabkan
oleh, nrmokloremik dan hiperkloremik, diklarifikasikan menurut konsentrasi klorida plasma yang dimiliki
klien.

1. Alkalosis metabolic ditandai dengan banyaknya kehilangan asam dari tubuh atau dengan
meningkatnya kadar bikarbonat. Muntah adalah penyebab umum paling umum. Alkalosis
metabolic juga dapat terjadi jika seorang klien yang mengalami gangguan asam lambung,
menelan natrium bikarbonat dalam jumlah besar.

2. Physiologi adaptation with aging

Pada proses penuaan banyak sekali para pakar dunia yang mendefinisikanya, diataranya:
Constantinides, 1994, beliau menyatakan bahwa menua (aging) adalah proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaingan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsional normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas ( termasuk insfeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Sedangkan, Ignativicus, Workman, Mishler, 1999
mendefinisikan menua adalah prose yang dapat dilihat sebagai sebuah kontinum kejadian dari lahir
sampai meninggal.

Batasan usia menurut WHO meliputi

1. usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun

2. lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun

3. lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun

4. usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun

5. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia.

6. I. Perubahan-perubahan Fisik

1. Sel.

2. Lebih sedikit jumlahnya.

3. Lebih besar ukurannya.

4. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

5. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.

6. Jumlah sel otak menurun.

7. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

8. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

1. Sistem Persarafan.

2. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya).

3. Cepatnya menurun hubungan persarafan.

4. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.

5. Mengecilnya saraf panca indra.Berkurangnya penglihatan, hilangnya


pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

6. Kurang sensitif terhadap sentuhan.


1. Sistem Pendengaran.

2. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan


pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nadanada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,
50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

3. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .

4. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena


meningkatnya keratin.

5. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami


ketegangan jiwa/stres.

1. Sistem Penglihatan.

2. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

3. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

4. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.

5. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi


terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam
cahaya gelap.

6. Hilangnya daya akomodasi.

7. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.

8. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

1. Sistem Kardiovaskuler.

2. Elastisitas dinding aorta menurun.

3. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

4. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini


menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya.

5. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya


efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi,.
Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun,
mengakibatkan pusing mendadak.
6. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.

1. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.

2. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia )


secara fisiologis akibat metabolisme yang
menurun.

3. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat


memproduksi panas akibatnya aktivitas otot
menurun.

1. Sistem Respirasi

2. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

3. Menurunnya aktivitas dari silia.

4. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

5. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

6. Kemampuan untuk batuk berkurang.

7. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

1. Sistem Reproduksi.

2. Menciutnya ovari dan uterus.

3. Atrofi payudara.

4. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun


adanya penurunan secara berangsur-angsur.

5. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan
baik.

6. Selaput lendir vagina menurun.

1. II. Perubahan-perubahan Mental.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.

2. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.


3. b. Kesehatan umum

4. c. Tingkat pendidikan

5. d. Keturunan (Hereditas)

6. e. Lingkungan

1. Kenangan (Memory).

2. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang


lalu mencakup beberapa perubahan.

3. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan


buruk.

1. IQ (Inteligentia Quantion).

2. Tidak berubah dengan informasi matematika dan


perkataan verbal.

3. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan


psikomotor, terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan-tekanan dari
faktor waktu.

1. III. Perubahan-perubahan Psikososial.

2. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh


produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang
pensiun (purna tugas), ia akan mengalami
kehilangan-kehilangan, antara lain :

1) Kehilangan finansial (income berkurang).

2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala
fasilitasnya).

3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

1. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)

2. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

3. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).


4. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.

5. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

6. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.

7. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

8. Penyakit pada Lanjut Usia

9. Penyakit sistem paru dan kardiovaskuler.

1. Paru-paru

Fungsi paru-paru mengalami kemunduran disebabkan berkurangnya elastisitas jaringan paru-paru dan
dinding dada, berkurangnya kekuatan kontraksi otot pernafasan sehingga menyebabkan sulit bernafas.
Infeksi sering diderita pada lanjut usia diantaranya pneumonia, kematian cukup tinggi sampai 40 % yang
terjadi karena daya tahan tubuh yang menurun. Tuberkulosis pada lansia diperkirakan masih cukup
tinggi.

1. Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).

Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit menurun. Yang

paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas dan
juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya
kekuatan otot jantung. Pada lansia, tekanan darah meningkat secara bertahap. Elastisitas jantung pada
orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50 % dibanding orang berusia 20 tahun. Tekanan darah pada
wanita tua mencapai 170/90 mmHg dan pada pria tua mencapai 160/100 mmHg masih dianggap
normal.

Pada lansia banyak dijumpai penyakit jantung koroner yang disebut jantung iskemi. Perubahan-
perubahan yang dapat dijumpai pada penderita jantung iskemi adalah pada pembuluh darah jantung
akibat arteriosklerosis serta faktor pencetusnya bisa karena banyak merokok, kadar kolesterol tinggi,
penderita diabetes mellitus dan berat badan berlebihan serta kurang berolah raga. Masalah lain pada
lansia adalah hipertensi yang sering ditemukan dan menjadi faktor utama penyebab stroke dan penyakit
jantung koroner.

1. Penyakit pencernaan makanan.

Penyakit yang sering terjadi pada saluran pencernaan lansia antara lain gastritis dan ulkus peptikum,
dengan gejala yang biasanya tidak spesifik, penurunan berat badan, mual-mual, perut terasa tidak enak.
Namun keluhan seperti kembung, perut terasa tidak enak seringkali akibat ketidakmampuan mencerna
makanan karena menurunnya fungsi kelenjar pencernaan. Sembelit/konstipasi kurang nafsu makan juga
sering dijumpai.

1. Penyakit sistem urogenital.


Pada pria berusia lebih dari 50 tahun bisa terjadi pembesaran kelenjar prostat (hipertrofi prostat), yang
mengakibatkan gangguan buang air kecil, sedang pria lanjut usia banyak dijumpai kanker pada kelenjar
prostat. Pada wanita bisa dijumpai peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal akibat
gangguan buang air kecil. Keadaan ini disebabkan berkurangnya tonus kandung kemih dan adanya
tumor yang menyumbat saluran kemih.

1. Penyakit gangguan endokrin (metabolik).

Dalam sistem endokrin , ada hormon yang diproduksi dalam jumlah besar di saat stress dan berperan
penting dalam reaksi mengatasi stress. Oleh karena itu, dengan mundurnya produksi hormon inilah
lanjut usia kurang mampu menghadapi stress. Menurunnya hormon tiroid juga menyebabkan lansia
tampak lesu dan kurang bergairah. Kemunduran fungsi kelenjar endokrin lainnya seperti adanya
menopause pada wanita, sedang pada pria terjadi penurunan sekresi kelenjar testis. Penyakit metabolik
yang banyak dijumpai ialah diabetas melitus dan osteoporosis.

1. Penyakit pada persendian tulang.

Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan sendi-sendi tulang
yang banyak dijumpai pada lansia. Lansia sering mengeluhkan linu-linu, pegal, dan kadang-kadang terasa
nyeri. Biasanya yang terkena adalah persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi-sendi lutut dan
panggul. Gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh (gout) menyebabkan nyeri yang sifatnya akut.
Terjadinya osteoporosis menjadi menyebab tulang-tulang lanjut usia mudah patah. Biasanya patah
tulang terjadi karena lanjut usia tersebut jatuh, akibat kekuatan otot berkurang, koordinasi anggota
badan menurun, mendadak pusing, penglihatan yang kurang baik, dan bisa karena cahaya kurang terang
dan lantai yang licin.

1. Pemeriksaan fisik ( IPPA, Nadi, tensi, crt jvp dan allen tes

Pemeriksaan fisik adalahh pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan – kelainan dari suatu
system bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palapasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (aukskultasi). Pada umumnya pemeriksaan fisik ini dilakukan secara berurutan mulai dari
inspeksi sampai dengan aukskultasi maka dari itu sering disingkat dengan IPPA.

1. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang dioeriksa melalui
pengamatan . hasilnya seperti mata kuning (icteric), terdapat strauma di leher, kulit kebiruan (sianosis)
dll. Tanda tanda yang diamati pada pemeriksaan inspeksi kardiovaskuler adalah : bentuk prekordium,
denyut pada apeks jantung, denyut nadi pada dada, denyut vena.

Bentuk precordium yang dilihat adalah, pada umumnya kedua belah dada simetris, pada bentuk
prekordium yang cekung biasanya dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelaktasis
paru, scolisi atau kifoskololiosis. Sedangkan prekordium yang berbentuk cembung dapat terjadi akibat
dari pembesaran jantung (gastromegali), efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor
mediastrum.

Denyut afeks jantung yang dilihat dalam keadan normal, dengan sikap duduk, tidur atau berdiri terlihat
dalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis sinistra.pada anak iktus
tampak pada ruang interkostal IV, karena sifat iktus

1. ketika pada keadaan normal hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya local. Pada
pembesaran yang sangat signifikan pada bilik kiri, iktus akan meluas

2. Iktus hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita adakan juga
palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan adanya gelombang yang asalnya dari systole.

Pada orang dewasa normal yang agak kurus seringkali tampak dengan mudah pulsasi ataau yang sering
disebut dengan iktus cordis pada intercosta V, linea medioclavicularis kiri, pulsasi ini terletak sesuai
dengan apeks janrung. Diameter pulsasi kira-kira 2 cm, dengan puctum maksimum di tengah-tengah
daerah tersebut. Disamping adnya iktus perhatikan juga adanya getaran “thrill” yang terasa pada
telapak tangan, akibat kelainan katup-katup jatung. Getaran ini sesuai dengan bising jantung yang kuat
pada saat aukskultasi.

1. Palpasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan perabbaan terhadap bagian-bagian tubuh yang
mnengalami kelainan, misalnya adanya tumor, odema, krepitasi ( patah/retak tulang, dll. Urutan palpasi
dalam rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut : pemeriksaan iktuskordis dan pemeriksaan
getaran / thrill

Pada pemerksaan palpasi iktus cordis, telapak tangan harus diletakan diatas prekordium dan dilakukan
diatas iktus cordis ( apical impulse) lokasi point of maksimal impulse terletek pada ICS V kira-kira 1 jari
medial dari garis lurus midklavikularis. Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus cordis terletak
pada ICS VI medial garis midklavikularis, sedangkan bentuk dada yang pendek dan lebar, iktus kordis
terletak agak ke lateral. Pada keadaan normal lear ikus kordis yang teraba adalah 1-2 cm, bila kekuatan
volume dan kualitas jantung meningkat maka terjadi sistolik heaving dan dalam keadan ini daereah iktus
kordis akan teraba lebih melebar. Bila iktus tidak teraba pada posisi terlentang maka mintalah pasien
untuk berbaring sedikit miring ke kiri ( posisi left lateral decubitus) dan kembali lakukan ppalpasi. Dan
jika masih belum teraba maka mintalah pasien untuk inspirasi dan ekspirasi maksimal dan kemudian
menahan nafas sebentar.
Gambar 4. Pemeriksaan palpasi iktus kordis

( posisi left lateral decubitus)

Pada saat memeriksa pasien wanita, mammae akan menghalangi pemeriksaan palpasi.
Sisihkanmammae ke arah atas atau lateral, mintalah bantuan tangan pasien bila perlu.Pada beberapa
keadaan fisiologis tertentu, iktus dapat tidak teraba, misalnya pada obesitas, ototdinding dada tebal,
diameter anteroposterior kavum thorax lebar atau bila iktus tersembunyi dibelakang kosta. Pada
keadaan normal hanya impuls dari apeks yang dapat diraba. Pada pemeriksaan palpasi iktus kordis
(posisi left lateral decubitus) bila iktus tidak teraba pada posisi terlentang,mintalah pasien untuk
berbaring sedikit miring ke kiri (posisi left lateral decubitus) dan kembali lakukan palpasi. Jika iktus
tetapbelum teraba, mintalah pasien untuk inspirasidan ekspirasi maksimal kemudian menahannafas
sebentar. Setelah iktus ditemukan, karakteristik iktusdinilai dengan menggunakan ujung-ujung jaridan
kemudian dengan 1 ujung jari.

Dengan palpasi dapat ditemukan adanya gerakan jantung yang menyentuh dinding dada, terutama jika
terdapat peningkatan aktifitas ventrikel, pembesaran ventrikel atau ketidakteraturan kontraksi ventrikel.
Gerakan dari ventrikel kanan biasanya tak teraba, kecuali pada hipertrofi ventrikel kanan, dimana
ventrikel kanan akan menyentuh dinding dada (ventrikel kanan mengangkat). Kadang-kadang gerakan
jantung teraba sebagai gerakan kursi goyang (ventricular heaving) yang akan mengangkat jari pemeriksa
pada palpasi

Thrill (getaran karena adanya bising jantung) sering dapat diraba. Bising jantung dengan gradasi 3-4
biasanya dapat teraba sebagai thrill. Sensasi yang terasa adalah seperti meraba leher kucing. Bila pada
palpasi pertama belum ditemukan adanya thrill sedangkan pada auskultasi terdengar bising jantung
derajat 3-4, kembali lakukan palpasi pada lokasi ditemukannya bisinguntuk mencari adanya thrill. Thrill
sering menyertai bising jantung yang keras dan kasar sepertiyang terjadi pada stenosis aorta, Patent
Ductus Arteriosus, Ventricular Septal Defect, dan kadang stenosis mitral.

1. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan
atau alat bantu seperti hammer untuk mengetahui reflex seseorang. Pada pemeriksaan perkusi
kardiovaskuler Perkusi berguna untuk menetapkan batas jantung, terutama pada pembesaran jantung.
Perkusibatas kiri redam jantung (LBCD - left border of cardiac dullness) dilakukan dari lateral ke
medialdimulai dari sela iga 5, 4 dan 3. LBCD terdapat kurang lebih 1-2 cm di sebelah medial
lineamidklavikularis kiri dan bergeser 1 cm ke medial pada ICS 3 dan 4. Sedangkan Batas kanan redam
jantung (RBCD - right border of cardiac dullness) dilakukan dengan perkusibagian lateral kanan dari
sternum. Pada keadaan normal RBCD akan berada di medial batasdalam sternum. Kepekakan RBCD
diluar batas kanan sternum mencerminkan adanya bagian jantung yang membesar atau bergeser ke
kanan. Penentuan adanya pembesaran jantung harusditentukan dari RBCD maupun LBCD. Kepekakan di
daerah dibawah sternum (retrosternaldullness) biasanya mempunyai lebar kurang lebih 6 cm pada
orang dewasa. Jika lebih lebar,harus dipikirkan kemungkinan adanya massa retrosternal. Pada wanita,
kesulitan akan terjadidengan mammae yang besar, dalam hal ini perkusi dilakukan setelah
menyingkirkan kelenjar mammae dari area perkusi dengan bantuan tangan pasien

:
Komentar :

Verification Code :

Kirim

Anda mungkin juga menyukai