REAKSI SUBSTITUSI
I. TUJUAN
1. Mensintesis t-butilklorida dari t-butilalkohol melalui reaksi substitusi nukleofilik.
2. Mensintesis kristal 4-bromonitrobenzen dari bromobenzen melalui reaksi substitusi
elektrofilik.
3. Menghitung rendemen hasil reaksi substitusi nukleofilik dan elektrofilik.
II. DASAR TEORI
Reaksi yang berlangsung karena pergantian (substitusi) satu atom atau gugus atom dalam
suatu senyawa oleh atom atau gugus atom lain disebut reaksi substitusi (Suja, 2003). Reaksi
substitusi dapat terjadi pada substrat karbon yang bermuatan positif (karbonium) dengan
spesi yang menyenangi muatan positif atau spesi yang kelebihan elektron (muatan negatif)
atau yang dikenal dengan nukleofil, sehingga reaksi yang terjadi disebut dengan reaksi
substitusi nukleofilik (SN). Selain itu, reaksi substitusi juga dapat terjadi pada substrat karbon
yang menyenangi muatan negatif atau spesi yang kekurangan elektron (muatan positif) atau
yang dikenal dengan elektrofil, sehingga reaksi yang terjadi dikenal dengan reaksi substitusi
elekrofilik (SE) (Frieda, 2004).
A. Reaksi Substitusi Nukleofilik
Dalam substitusi nukleofilik alifatik, pendonor elektron memberikan pasangan elektron
kepada substrat dan menggunakan pasangan elektron ini untuk membentuk ikatan yang baru
sedangkan gugus pergi (nucleofuge) pergi dengan membawa pasangan elektron. Reaksi yang
terjadi dapat digambarkan seperti berikut.
Nukleofil Y harus memiliki sepasang pasangan elektron bebas, sehingga semua nukleofil
termasuk basa Lewis (Smith & March, 2007).
Menurut kinetika reaksinya, reaksi substitusi nukleofilik dapat dibagi menjadi 2 macam,
yaitu:
1. Reaksi Substitusi Nukleofilik Unimolekuler (SN1)
Laju reaksi substitusi nulkeofilik yang hanya bergantung pada konsentrasi substrat dan
tidak bergantung pada konsentrasi nuleofil dinyatakan sebagai reaksi SN1. Persamaan laju
reaksinya adalah:
Reaksi SN1 terdiri dari dua tahapan reaksi. Tahap pertama melibatkan ionisasi substrat
menjadi ion karbonium yang berlangsung lambat dan merupakan tahap penentu laju reaksi.
Tahap kedua melibatkan serangan nukleofil secara cepat terhadap ion karbonium.
Pada reaksi SN1 memungkinkan untuk terjadi penataulangan ion karbonium untuk
mendapatkan produk yang lebih stabil. Faktor penentu reaksi SN1 adalah:
1. Pelarut polar
2. Struktur RX adalah tersier
3. Nukleofil lemah
2. Reaksi Substitusi Nukleofilik Bimolekuler (SN2)
Jika laju reaksi reaksi substitusi nuleofilik tergantung pada konsentrasi substrat dan
nukleofil, maka tergolong reaksi tingkat dua dan dinyatakan sebagai reaksi S N2. Persamaan
laju reaksinya adalah:
Mekanisme reaksi SN2 terjadi secara serempak, dimana ikatan antara substrat dengan
gugus yang akan diganti melemah, sedangkan ikatan antara nukleofil dan substrat mulai
terbentuk pada saat yang bersamaan. Mekanismenya dapat digambarkan sebagai berikut.
Faktor penentu reaksi SN2 adalah:
1. Pelarut non polar
2. Struktur RX adalah primer
3. Nukleofil kuat
B. Reaksi Substitusi Elektrofilik
Pada benzena dan senyawa aromatik lainnya, di atas dan di bawah bidang cincin terdapat
awan elektron . Berbeda dengan awan elektron ikatan dari ikatan rangkap karbon dengan
karbon dalam senyawa alkena, awan elektron dalam senyawa aromatik meliputi semua inti
karbon dan terjadi delokalisasi lebih panjang sehingga senyawa benzena relatif lebih stabil.
Awan elektron pada cincin benzena merupakan sumber elektron sehingga benzena
bersifat sebagai basa. Kestabilan dari cincin benzena menyebabkan reaksi benzena dengan
reagen elektrofil atau asam, berbeda dengan alkena. Pada alkena terjadi reaksi adisi
elektrofilik sedangkan npada benzena terjadi reaksi reaksi substitusi elektrofilik. Reaksi ini
tidak hanya khas untuk benzena tetapi juga untuk senyawa aromatik lainnya, contohnya
reaksi nitrasi benzena.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi elektrofilik, mirip dengan reaksi halogenasi.
Elektrofil NO2+ terbentuk dari reaksi HNO3 dengan H2SO4. Mekanisme reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut.
1. Pembentukan elektrofil (E+)
semua
t-butilalkohol
dan
lapisan
bawah
t-butilklorida
dan
lapisan
bawah
merupakan air.
Setelah dicuci dengan Na-bikarbonat,
terbentuk 2 lapisan kembali. Dimana
lapisan atas merupakan t-butilklorida dan
lapisan
bawah
merupakan
Na-
zat
anhidrous
t-butilklorida
setelah
mL.
Titik leleh yang diperoleh dari hasil
distilasi adalah 50oC.
Indeks
bias
yang
diperoleh
adalah
1,3828.
2. Reaksi Substitusi Elektrofilik
Prosedur Kerja
Hasil Pengamatan
Sebanyak 5 mL asam nitrat dicampurkan Pendinginan asam nitrat pekat dan asam
dengan 5 mL asam sulfat pekat dalam labu sulfat pekat dalam penangag air es.
dasar bulat dan didinginkan dalam penangas
air es.
Rangkaian alat substitusi elektrofilik disusun. Rangkaian alat substitusi elektrofilik.
Sebanyak
0,025
mol
bromobenzena Bromobenzena yang digunakan = 0,025
mol = 3,925 gram = 2,63 mL ( = 1,49
ditambahkan melalui mulut bagian atas
g/mL).
pendingin. Penambahan dilakukan sedikit Penambahan
bromobenzena
menyebabkan warna larutan semakin
demi sedikit selama 15 menit sambil dikocok.
menjadi kekuningan yang lama kelamaan
Suhu dijaga antara 50-55oC.
membentuk butiran-butiran kuning.
Campuran didinginkan pada suhu kamar Pendinginan campuran dilakukan pada
selama 30 menit. Cairan ini dimasukkan ke suhu
kamar
selama
30
menit.
dalam gelas kimia 100 mL yang berisi 50 mL Pendinginan pada suhu yang dilanjutkan
air es.
Kristal
nitro-benzena
disaring
terlihat jelas.
kemudian Berat
kristal
nitro-benzena
yang
dicuci dengan air dingin dan dibiarkan diperoleh seberat 4,7322 gram.
sampai kering pada kertas saring.
Kristal dipindahkan ke labu Erlenmeyer 100 Campuran
mL menggunakan 20 mL etanol 95%. pemanas
Campuran ini dipanaskan sampai semua melarut.
kristal larut. Kemudian dibiarkan dingin
secara
perlahan-lahan
dalam
temperatur
ini
dipanaskan
kemudian
perlahan
dengan
kristal
kamar.
Kristal
4-bromonitrobenzena
dengan
cara
disaring
dan
filtrat
dialkukan
sampai
diuapkan dalam penangas air sampai volume volume filtrat tinggal sepertiganya.
filtrat tinggal sepertiganya dan dibiarkan
dingin secara perlahan.
Kristal yang dihasilkan dicuci dengan alkohol Berat kristal 4-bromonitrobenzena yang
dingin
dan
dihasilkan
dikeringkan.
ditimbang
Kristal
dan
dengan tujuan menghilangkan kontaminan berupa HCl. Adapun reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2
Setelah dipisahkan lapisan bawahnya, t-butilklorida yang terbentuk menjadi keruh karena
dikotori oleh air, sehingga perlu ditambahkan dengan zat anhidrous untuk mengikat air. Zat
anhidrous yang digunakan adalah CuSO4. Penambahan CuSO4 ke t-butilklorida dihentikan
ketika CuSO4 yang ditambahkan tidak berubah warna menjadi biru. Setelah penambahan
CuSO4, t-butilklorida yang terbentuk menjadi bening.
Volume t-butilalkohol yang digunakan adalah 5 mL. Volume ini dikonversi ke dalam mol
dengan perhitungan sebagai berikut.
Volume t-butilalkohol = 5 mL.
Massa jenis t-butilalkohol = 0,78 g/mL.
Jumlah mol t-butilalkohol = 0,053 mol
Jumlah t-butilalkohol = jumlah t-butilklorida = 0,053 mol.
Massa jenis t-butilklorida = 0,84 g/mL
Volume t-butilklorida teoritis = 5,84 mL
Volume t-butilklorida yang terbentuk adalah 2,3 mL. Hal ini berbeda dengan hasil teoritis.
Secara teoritis, t-butilklorida yang terbentuk seharusnya adalah 5,84 mL. Perbedaan ini
mungkin disebabkan oleh pendinginan HCl yang kurang sempurna sehingga HCl yang
bereaksi dengan t-butilalkohol sedikit. Hal lain yang mungkin menyebabkan perbedaan ini
adalah pemisahan kurang sempurna sehingga menyebabkan t-butilklorida yang terbentuk
belum memisah secara sempurna dengan pelarut ataupun kontaminan lainnya. Pengocokan
kurang optimal menyebabkan reaksi yang terjadi tidak berjalan optimal dan mengurangi
jumlah t-butil korida yang terbentuk. Dari hasil ini dapat dihitung rendemen dan kesalahan
relatif praktikan.
Rendemen = 2,3 mL/5,84 mL x 100% = 39,38%
Kesalahan relatif = (5,84-2,3)mL / 5,84 mL x 100% = 60,62%
Setelah dilakukan pengujian terhadap titik didih t-butilklorida dengan distilasi, distilat
menetes pada suhu 50oC. Hal ini menunjukkan bahwa t-butilklorida yang diperoleh
merupakan senyawa yang murni, karena secara teoritis titik didih t-butilklorida adalah 4952oC. Selain dilakukan pengujian terhadap titik didih, dilakukan juga pengujian terhadap
indeks bias t-butilklorida dan menghasilkan indeks bias sebesar 1,3828. Indeks bias yang
diperoleh tidak berbeda jauh dengan indeks bias secara teoritis yang sebesar 1,3860. Hal ini
menunjukkan bahwa t-butilklorida yang diperoleh merupakan senyawa yang murni.
nitrobromobenzen
yang
terbentuk
merupakan
campuran
struktur
o-
masih
berupa
campuran,
namun
kristal
2-bromonitrobenzena
dan
3-
3. Berat kristal 4-bromonitrobenzena yang dihasilkan adalah 4,2322 gram dengan titik leleh
adalah 120oC. Rendemen 4-bromonitrobenzena = 83,39%, dengan kesalahan relatif sebesar
16,61%.
DAFTAR PUSTAKA
Frieda Nurlita dan I Wayan Suja. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja : IKIP
Negeri Singaraja
Furniss, Brian S., Antony J. Hannaford, Peter W.G. Smith, Austin R. Tatchell. 1989. Vogels
Textbook of Practical Organic Chemistry. New York : The Bath Press
I Wayan Suja dan Frieda Nurlita. 2000. Buku Ajar Kimia Organik 1. Singaraja : STKIP Singaraja
I Wayan Suja dan I Wayan Muderawan. 2003. Buku Ajar Kimia Organik Lanjut (Stereokimia,
Struktur & Reaktivitas, Mekanisme Reaksi). Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.
Pine, Stanley H., James B. Hendrickson, Donald J. Cram, dan George S. Hammond. 1988. Kimia
Organik 2 Terbitan Keempat. Diterjemahkan oleh Roehyati Joejodibroto dan Sasanti W.
Purbo-Hadiwidjoyo. Bandung : Penerbit ITB.
Smith, B. Michael dan Jerry March. 2007. Marchs Advanced Organic Chemistry: Reactions,
Mechanisms, and Structure 6th Edition. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.
http://raiwatamertanjaya.blogspot.co.id/2010/12/reaksi-substitusi.html