SKRIPSI
Disusun Oleh:
RINI NURAISA
A.08.042
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak semua orang yang perlu mendapatkan perhatian dari semua
pihak. Hidup dengan sehat merupakan suatu kebutuhan yang penting dari kondisi secara fisik
mapun psikis yang memungkinkan seseorang hidup lebih produktif. Untuk itu perlu dilakukan
upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat yaitu dengan
meningkatkan kesadaran hidup sehat, upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta
pengobatan yang dilakukan sesuai dengan anjuran petugas kesehatan yang profesional.
Masyarakat (Perkesmas) diakibatkan oleh meningkatnya angka kesakitan pada keluarga sasaran
khususnya keluarga rawan, keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan. Hal ini
disebabkan karena adanya beberapa faktor antara lain meningkatnya suatu penyakit di
akuratnya data yang tersedia dan lingkungan yang tidak sehat dan bersih.
Dewasa ini, penyakit degeneratif yang banyak terjadi di masyarakat dan mempunyai tingkat
mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas seseorang
salah satunya adalah penyakit hipertensi. Menurut Marliani (2007) bahwa hipertensi atau
tekananan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg.
Prevalensi hipertensi di dunia pada tahun 2006 menurut WHO di seluruh dunia terdapat
972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengalami kejadian hipertensi. Angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi,
333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara sedang berkembang,
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2007 prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 31,7% dari total jumlah penduduk dewasa. Hipertensi merupakan penyebab
kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan
tuberkulosis (7,5%). Prevalensi hipertensi di Jawa dan Sumatera memiliki prevalensi yang lebih
tinggi dari prevalensi nasional. Angka kejadian hipertensi di Indonesia paling banyak terjadi di
daerah Jawa Barat yaitu mencapai 47,8% (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidak diketahui penyebabnya
secara pasti. Namun menurut Yogiantoro (2006) bahwa hipertensi esensial merupakan 95% dari
seluruh kasus hipertensi dan sisanya hipertensi sekunder yaitu tekanan darah tinggi yang
ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid, dan lain-
lain.
perlu diwaspadai dan ditangani dengan tepat karena risikonya yang dapat menyebabkan
kematian. Menurut Sustrani (2006) hipertensi mengakibatkan jantung bekerja lebih keras
sehingga proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi
meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan kali
dibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi. Selain itu hipertensi juga
menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan serta yang paling
Menurut Crea (2008) menyatakan bahwa pada umumnya penderita hipertensi adalah
orang-orang yang berusia 45 tahun ke atas namun pada saat ini tidak menutup kemungkinan
diderita oleh orang berusia muda. Beberapa hal yang dapat memicu penyakit hipertensi adalah
pengaruh dan emosi negatif tersebut tergantung juga pada kepribadian masing-masing individu.
Hipertensi dapat dipengaruhi oleh gaya hidup (merokok, minum kopi, minum alkohol, olah
Gaya hidup dan kepribadian merupakan faktor yang sangat penting untuk dikaji karena
kedua faktor tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat yang pada
akhirnya akan tercapai atau tidaknya derajat kesehatan masyarakat tersebut. Menurut
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat berkaitan dengan status
kesehatan masyarakat ini dapat diukur dari beberapa aspek salah satunya adalah dari segi
health behaviour. Health behaviour merupakan perilaku nyata dari anggota masyarakat yang
secara langsung berkaitan dengan kesehatan masyarakat itu sendiri. Artinya bahwa penyakit
hipertensi yang berkembang di masyarakat ini dapat disebabkan oleh perilaku masyarakat itu
sendiri dalam hal ini adalah gaya hidup dan kepribadian masyarakat.
yaitu 45.187 kejadian terdiri dari 41.981 (92,9%) hipertensi primer dan 3.206 (7,1%) hipertensi
sekunder. Sementara kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka dari
tahun ke tahun pun mengalami peningkatan. Jumlah pasien baru hipertensi di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Majalengka menunjukan kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2009 tercatat
terdapat 1.671 kasus hipertensi, sedangkan pada tahun 2010 kejadian hipertensi meningkat
menjadi 2.632 kasus dan pada tahun 2011 terjadi lagi peningkatan kasus hipertensi menjadi
3.412 kasus. Peningkatan kasus hipertensi yang terjadi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Majalengka ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dari petugas kesehatan dan apabila
dibandingkan dengan puskesmas lainnya angka kejadian hipertensi ini lebih tinggi salah satunya
mendalam dan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini akan berkontribusi
positif bagi keperawatan komunitas dalam menggali dan mengetahui fenomena perilaku
Pentingnya kajian mengenai hipertensi ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan pada tahun 2009 tercatat sejumlah 1.671 kasus, tahun 2010 sejumlah
2.632 kasus dan tahun 2011 sejumlah 3.412 kasus. Bila dibandingkan dengan Puskesmas
Panyingkiran maka angka kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka
lebih tinggi. Peningkatan tersebut diduga timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor.
Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Apakah
ada hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Pada penelitian ini dibatasi pada faktor gaya hidup dan kepribadian, serta hubungan
antara kedua faktor tersebut dengan kejadian hipertensi. Subjek penelitian ini adalah
penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Juni-Juli tahun 2012. Alasan penelitian ini dilakukan karena kejadian hipertensi di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Majalengka dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Jenis
penelitian ini akan menggunakan desain analitik kuantitatif dengan pendekatan case control.
Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan mengenai
perilaku kesehatan masyarakat khususnya gaya hidup dan kepribadian di wilayah kerja UPTD
penyuluhan kepada masyarakat untuk mencegah hipertensi melalui perilaku hidup sehat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan ilmiah
yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya tentang
penyakit hipertensi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang penyakit
hipertensi dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya serta menambah pengalaman dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
Beberapa definisi tentang hipertensi telah diungkapkan oleh beberapa ahli atau penulis
buku tentang hipertensi diantaranya menurut Marliani (20070 menyatakan bahwa hipertensi
atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg.
Menurut Crea (2008) hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi dan
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di dunia termasuk di
Indonesia. Hipertensi termasuk penyakit umum, tanpa disertai gejala khusus dan biasanya
dapat ditangani secara mudah, namun bila dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan
bebagai komplikasi yang lebih parah berupa penyakit jantung dan pembuluh darah seperti
aterosklerosis, infark miokard, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal dan kematian dini.
Menurut Shanty (2011) menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
penyakit yang umum terjadi dalam masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah
pada arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada
orang lanjut usia.
Berdasarkan beberapa pengertian hipertensi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
hipertensi adalah salah satu penyakit yang biasanya gangguan terjadi pada sistem peredaran
darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140
/ 90 mmHg
2.1.2 Etiologi
1) Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah hipertensi yang tidak
jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan
hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab
hipertensi esensial adalah mulitifaktor, terdiri dari factor genetic dan lingkungan. Factor
keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dari
keluarga. Faktor predisposisi genetic ini dapat berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan
insulin. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan
2) Hipertensi sekunder. Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh penderita hipertensi.
Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin
a. Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada arteri ginjal sehingga menyebabkan
hipoperfusi ginjal.
b. Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
Sementara menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
Detection, Evaluation, And The Treatment Of High Blood Pressure), yang dikaji oleh 33 ahli
hipertensi nasional Amerika Serikat. Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang
komplikasi kardiovaskuler. Sehingga mendorong pembuatan klasifikasi baru pada JNC 7, yaitu
terdapat pra hipertensi dimana tekanan darah sistol pada kisaran 120-139 mmHg, dan tekanan
darah diastole pada kisaran 80-89 mmHg. Hipertensi level 2 dan 3 disatukan menjadi level 2.
Tujuan dari klasifikasi JNC 7 adalah untuk mengidentifikasi individu-individu yang dengan
penanganan awal berupa perubahan gaya hidup, dapat membantu menurunkan tekanan
penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman Negara maju dan Negara
tetangga. Dan klasifikasi hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan
diastolic dengan merujuk hasil JNC 7 dan WHO yaitu sebagai berikut:
2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor yang saling berhubungan
terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial. Namun, pada
sejumlah kecil pasien penyakit ginjal atau korteks adrenal (2% dan 5%) merupakan penyebab
utama peningkatan tekanan darah (hipertensi sekunder) namun selebihnya tidak terdapat
penyebab yang jelas pada pasien penderita hipertensi esensial. Beberapa mekanisme fisiologi
turut berperan aktif pada tekanan darah normal dan yang terganggu. Hal ini mungkin berperan
penting pada perkembangan penyakit hipertensi esensial. Terdapat banyak faktor yang saling
berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi (Crea, 2008).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Rohaendi, 2008).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
2) Sering gelisah
3) Wajah merah
5) Mudah marah
6) Telinga berdengung
7) Sukar tidur
8) Sesak napas
Menurut Crea (2008) gejala hipertensi adalah sakit kepala bagian belakang dan kaku
kuduk, sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing, dada berdebar-debar dan lemas,
stroke hemorragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit arteri koronaria anuerisma, gagal
1) Stroke
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya atau
terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan
tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan CVA (cerebrovascular accident).
Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga
dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah. Namun demikian,
hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini
biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba
karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan atau faktor emosional. Pecahnya
pembuluh darah di suatu tempat di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya
mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi
kekurangan nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang tersembur dari pembuluh darah yang pecah
2) Penyakit Jantung
darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi hipertropi ventrikel untuk meningkatkan
kekuatan kontraksi. Kebutuhan oksigen oleh miokardium akan meningkat akibat hipertrofi
ventrikel, hal ini mengakibat peningkatan beban kerja jantung yang pada akhirnya
menyebabkan angina dan infark miokardium. Disamping itu juga secara sederhana dikatakan
koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plak terbentuk pada percabangan arteri yang ke
arah aterikoronaria kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran
darah kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di
sirkulasikolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat
4) Aneurisme
Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang terpisah sehingga
memungkinkan darah masuk. pelebaran pembuluh darah bisa timbul karena dinding pembuluh
darah aorta terpisah atau disebut aorta disekans. kejadian ini dapat menimbulkan penyakit
aneurisma diamana gejalanya adalah sakit kepala yang hebat, sakit di perut sampai ke pinggang
belakang dan di ginjal. aneurisme pada perut dan dada penyebab utamanya pengerasan dinding
pembuluh darah karena proses penuaan (aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi memicu
timbulnya aneurisme.
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut (Crea, 2008),
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet
setiap hari.
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak
berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan
normal.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi.
kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol
bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah
hipertensi.
4) Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan
endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan
menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti
gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang
menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau
tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap
orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu,
akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul
hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina
hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai
berikut:
santai.
c. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain menyelesaikan
bagiannya.
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah target tekanan darah yatiu <
140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal
target tekanan darah adalah < 130/80 mmHg, penurunan morbiditas dan mortalitas
1. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan berat
badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh
karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh
karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak > 3x/hari penting sebagai pencegahan
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh
dokter.
pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan
risiko hipertensi.
2. Farmakologis
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika,
terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel
blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif maupun aktif
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri, yang
mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir,
persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat
Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh
faktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia. Faktor keturunan merupakan konsep
dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan
lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Sudarma,
2008).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa banyak perilaku yang melekat pada diri
manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku yang penting dan mendasar
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan. Becker (1979) dalam
Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yang terdiri dari:
Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang
b. Olahraga teratur
c. Tidak merokok
f. Mengendalikan stress
g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang gejala dan penyebab penyakit, dan sebagainya.
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang harus diketahui
oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya). Perilaku ini disebut
dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain
terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain,
dan sebagainya).
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka perilaku manusia dapat dikelompokkan
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati
orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik
ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior. Dari penjelasan di atas dapat
disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua
a. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor
eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam
b. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Faktor internal
yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan,
persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya. Dari penelitian-penelitian yang ada faktor
eksternal merupakan faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku
manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada
(Notoatmodjo, 2007).
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari
bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan
penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat
menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum mampu mengubah perilaku tersebut
(Machfoedz, 2006).
Health Belief Model (HBM) adalah suatu model kepercayaan penjabaran dari model
kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha
pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider. Kegagalan ini
akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit menjadi model
Health Belief Model (HBM) dikembangkan sejak tahun 1950 oleh kelompok ahli psikologi
sosial dalam pelayanan kesehatan masyarakat Amerika. Model ini digunakan sebagai upaya
menjelaskan secara luas kegagalan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan atau
deteksi penyakit dan sering kali dipertimbangkan sebagai kerangka utama dalam perilaku yang
berkaitan dengan kesehatan manusia yang dimulai dari pertimbangan orang-orang tentang
demografi yaitu umur, jenis kelamin, latar belakang budaya), 2) variabel sosio-
psikologis yaitu kepribadian, kelas sosial (gaya hidup), tekanan sosial, dan 3) variabel
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas,
minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi
dengan lingkungannya (Sakinah, 2002). Menurut Lisnawati (2006) gaya hidup sehat
menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik,
mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur,
berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.
Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005) menyebutkan bahwa perilaku
dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai gaya hidup yang
sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan menghindari kelebihan dan kekurangan yang
penyakit. Hal ini juga didukung oleh pendapat Maulana (2009) yang menyebutkan bahwa untuk
mendapatkan kesehatan yang prima jalan terbaik adalah dengan merubah gaya hidup yang
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gaya hidup
adalah pola perilaku individu sehari-hari yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya
untuk mempertahankan hidup sedangkan gaya hidup sehat dapat disimpulkan sebagai
serangkaian pola perilaku atau kebiasaan hidup sehari-hari untuk memelihara dan menghasilkan
kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit serta melindungi diri untuk sehat secara utuh.
prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital,
Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi,
51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-
14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.
Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian
ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis diantaranya
bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dimana bahan racun ini lebih banyak
didapatkan pada asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas (asap samping), misalnya
karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap
utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Nikotin dan CO pada rokok selain meningkatkan
kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga
merugikan kerja miokard. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat
juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah,
kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga
mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya (Marliani, 2007).
dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang
dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan
hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan
karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi
(Marliani, 2007).
setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh
pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya
dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan
memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat
ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik
maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini
sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan
menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat
tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari (Crea, 2008).
peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar
kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam
menaikan tekanan darah. Alkohol hanya mengandung energi tanpa mengandung zat gizi lain,
kebiasaan minum alkohol dapat mengakibatkan kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan
saraf otak dan jaringan serta dapat mengakibatkan hipertensi apabila konsumsi terlalu banyak
Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak, akan cenderung
memiliki tekanan darah yang tinggi dari pada individu yang tidak mengkonsumsi alkohol.
belum diketahui secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu
banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum
sedikit. Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei menunjukkan
tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan
Diperkirakan konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua
kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari
meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol
meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan
bahwa dalam jangka panjang, minum-minuman beralkohol berlebihan akan merusak jantung
Konsumsi kopi yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan jumlah yang banyak
Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang yang mengkonsumsi kafein (kopi) secara teratur
sepanjang hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan didalam 2-
3 gelas kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14 mmHg dan
tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg pada orang yang tidak mempunyai hipertensi (Crea,
2008).
Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai tekanan darah rata-rata
lebih tinggi di bandingkan dengan kalau mereka tidak mengkonsumsi sama sekali. Kebiasaan
mengkonsumsi kopi dapat meningkatkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan risiko
a. Minum kopi ringan bila konsumsi kopi kurang dari 200 mg perhari (1-2 gelas sehari ) atau
b. Minum kopi sedang bila konsumsi kopi 200-400 mg perhari (3-4 gelas sehari) atau konsumsi 4-8
sdm perhari
c. Minum kopi berat bila konsumsi lebih dari 400 mg perhari (> 5 gelas sehari) atau konsumsi lebih
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila
jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
Peningkatan intensitas aktivitas fisik, 30 – 45 menit per hari, penting dilakukan sebagai strategi
untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Olah raga atau aktivitas fisik yang mampu
membakar 800-1000 kalori akan meningkatkan high density lipoprotein (HDL) sebesar 4.4
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa
semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki
selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan
peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada
peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon
Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan
kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low
Ketidakaktifan fisik meningkatkan resiko penyakit jantung koroner (CHD) yang setara
dengan hiperlipidemia atau merokok, dan seseorang yang tidak aktif secara fisik memiliki resiko
30-50% lebih besar untuk mengalami hipertensi. Selain meningkatkanya perasaan sehat dan
kemampuan untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang teratur adalah
berkurangnya obesitas, berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi
2.4 Kepribadian
2.4.1 Pengertian
perasaan, pemikiran, dan perilaku (Pervin, 2010). Banyak teori kepribadian yang ditinggalkan
oleh para ilmuwan psikologi dunia. Baik yang secara khusus bicara tentang struktur
kepribadian, atau yang membahas panjang lebar tentang tahap perkembangan manusia. Seiring
bermunculan ilmuwan psikologi yang berbicara tentang pembagian tipe kepribadian manusia
ditentukan oleh bawaan dan lingkungan yang dihubungkan melalui interaksi fungsional dari
aspek kognitif dan afektif ke dalam pola tingkah laku. Sadli (2004) mengemukakan bahwa
kepribadian adalah proses be coming, yaitu suatu proses dinamis yang berkelanjutan dimulai
sejak individu dilahirkan sampai ia meninggal. Oleh karena itu setiap insan yang normal
memiliki ciri-ciri kepribadian yang membedakan individu yang satu dengan yang lain. Walaupun
perbedaan itu tampak jelas, namun tidak berarti berbeda peranan dalam aspek atau komponen
keseluruhan tingkah laku baik aktual maupun potensial dari individu yang bersifat khas, dinamis
dalam hubungannya dengan lingkungan, yang diperoleh individu melalui interaksinya dengan
dunia sekitar.
Pembagian tipe kepribadian manusia dalam sifat introvert dan ekstrovert merupakan
teori Jung yang sangat populer. Jung menyatakan bahwa kepribadian introvert dan ekstrovert
terbentuk berdasarkan sikap jiwa. Sikap jiwa adalah arah energi psikis umum atau libido yang
menjelma dan orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas fisik ini dapat ke luar atau
ke dalam dan demikian pula arah orientasi manusia dapat ke luar atau ke dalam (Parkinson,
2004).
Jung menyatakan bahwa ekstrovert diartikan sebagai keramahan, terus terang, cepat
akrab, berakomodasi secara natural dan mudah menyesuikan diri dengan berbagai situasi,
jarang was-was, sering berspekulasi dan sembrono pada situasi yang belum dikenal. Introvert
sebaliknya, berhubungan dengan keragu-raguan, reflektif defensif, menarik dari obyek, dan
ketakutan dan depresi yang ditandai dengan kecenderungan obsesi, mudah tersinggung, apatis,
syaraf otonom mereka labil, gampang terluka, mudah gugup, rendah diri, mudah melamun,
Jung menyatakan apabila orientasi seseorang terhadap sesuatu itu sedemikian rupa
melainkan ditentukan oleh faktor-faktor obyektif atau faktor luar, maka orang yang demikian
itu mempunyai orientasi ekstrovert. Apabila orientasi ini menjadi kebiasaan, maka orangnya
yanng berpengaruh adalah faktor subyektif atau yang berasal dari dunia batin sendiri, maka
Parkinson (2004), menyatakan orang introvert biasanya kaku, suka menyendiri, hati-
hati dan terkontrol. Orang dengan kepribadian ekstrovert biasanya impulsif, suka menuruti
dorongan hati, mudah berubah, mudah dipengaruhi dan terangsang, agresif, mudah gelisah,
ditujukan ke dalam, pada diri seseorang atau ditujukan keluar dunia luar. Pada ujung introvert
pada skala terdapat individu yang pemalu dan lebih suka bekerja sendirian, mereka cenderung
menarik diri ke dalam diri mereka sendiri terutama pada saat mereka mengalami stres,
emosional atau konflik. Pada ujung ekstrovert terdapat individu yang peramah dan suka
bergaul, menyukai pekerjaan yang memungkinkan mereka bekerja secara langsung dengan
orang lain, pada saat stres mereka mencari kawan (Parkinson, 2004).
responsibility. Ketujuh aspek ini digunakan oleh Eysenck sebagai tolak ukur tentang tingkat
ekstrovert dan introvert dari penelitian. Tujuh aspek ini merupakan komponen obyek sikap
yang dapat diukur. Karakteristik tersebut berpengaruh terhadap tindakan dalam kesehariannya
Dalam activity diukur bagaimanakah subyek melakukan aktivitasnya, aktif dan energik
atau sebaliknya, bagaimana mereka menikmati pekerjaannya dan jenis pekerjaan atau aktivitas
apakah yang dipilih atau disukainya. Sociability mengukur bagaimana orang melakukan kontrak
sosial, apakah orang tersebut memiliki banyak teman, suka bergaul, mudah beradaptasi dengan
lingkungan baru dan mudah berbicara atau sebaliknya, merasa minder, tidak banyak teman,
Risk taking mengukur bagaimana keberanian orang mengambil resiko dalam hidupnya.
Impulsiveness digunakan untuk melihat perbedaan antara orang introvert dan ekstrovert dari
segi orang itu impulsif atau tidak. Orang impulsif akan terlihat tergesa-gesa dalam mengambil
keputusan, mudah berubah dan tidak dapat diramalkan. Orang dengan kepribadian ekstrovert
benci, cinta, simpati dan rasa suka. Orang introvert biasanya pandai menguasai perasaannya,
mengukur ketertarikan pada dunia dan ide abstrak dan pertanyaan filosofis yang akan
mendorong orang introvert untuk menjadi orang pemikir dan introspektif. Sebaliknya orang
adalah komponen untuk mengukur bagaimana individu bertanggung jawab terhadap aktivitas
kepribadian The Mind Style Questionnaire (MSQ). MSQ adalah sebuah penilaian terhadap lima
sifat utama yang disusun untuk mengukur kepribadian seseorang. Instrumen ini terdiri dari 88
pertanyaan dan untuk mengukur kepribadian introvert dan ekstrovert terdiri dari 12
introvert.
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka maka kerangka teori dapat digambarkan
sebagai berikut:
Bagan 2.1
Kerangka Teori Hubungan antara Gaya Hidup dan Kepribadian dengan
Kejadian Hipertensi
Sumber : Teori Perilaku Health Belief Model (HBM) dalam Maulana (2009)
Keterangan:
Diteliti
Tidak diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati
dan diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Dalam
penelitian ini faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi yang diteliti adalah gaya
hidup dan kepribadian. Hal tersebut diangkat dari teori perilaku bahwa kedua faktor tersebut
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan sesorang untuk mencapai
derajat kesehatannya. Artinya bahwa penyakit hipertensi yang berkembang saat ini diakibatkan
oleh gaya hidup dan kepribadian seseorang dalam berperilaku hidup sehat. Berdasarkan hal
tersebut maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram berikut:
39
Diagram 3.1 Kerangka Konsep Hubungan antara Gaya Hidup dan Kepribadian dengan Kejadian
Hipertensi
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
memiliki atau yang didapatkan oleh satuan-satuan penelitian tentang suatu konsep tertentu
(Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable independen (variabel
bebas) dan variable dependen (variabel terikat). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah gaya hidup dan kepribadian, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kejadian hipertensi.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian dengan Kejadian
Hipertensi
1 2 3 4 5 6 7
2 Kepribadi Karakteristik Angk Kuisi0 = Kepribadian introvert Nomin
an seseorang yang et oner 1 = Kepribadian ekstrovert al
menyebabkan
munculnya
konsistensi
perasaan,
pemikiran, dan
perilaku
3 Kejadian Keadaan responden Angk Kuisi0 = Hipertensi, jika tekanan Ordinal
Hipertensi dengan tekanan et oner darah > 140/90 mmHg
darah > 140/90 1 = Tidak hipertensi, jika
mmHg tekanan darah < 140/90
mmHg
1) Ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD
2) Ada hubungan antara kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD
control yaitu suatu penelitian dimana efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasikan
pada saat ini, kemudian faktor resiko diindentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang
1. Populasi
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 50 sampel terdiri dari 25
sampel kasus dan 25 sampel kontrol.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling
yaitu sampel ditentukan berdasarkan kriteria tertentu dan banyaknya sesuai dengan jumlah
sampel yang ditetapkan. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah responden merupakan penduduk di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka dan tidak sedang menjalani pengobatan penyakit
tertentu (diet dan sebagainya).
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah penduduk di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Majalengka yang tidak bisa membaca dan menulis atau memahami kuesioner.
Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Puskesmas Majalengka bulan Juni-Juli tahun 2012.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu berupa
kuesioner untuk mengukur variabel dependen dan independen. Pengumpulan data dimulai pada
bulan Juni 2012. Setelah didapatkan subjek penelitian, kemudian dilakukan pengumpulan data
dengan teknik angket. Angket dan pengambilan kuesioner dilakukan pada subjek penelitian di
1) Informed Concent, diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed concent adalah lembar
2) Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data
(kuesioner). Peneliti hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data tersebut.
3) Confidentiality, kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data
2) Coding (pengkodean), tahap ini memudahkan dalam memasukan data dan pengolahan
pemberian data, maka pertanyaan yang telah diajukan diberi tanda/ kode.
4) Tabulasi data, dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan variabel yang diteliti,
1. Analisa Univariat
Analisis univariat yang dilakukan terhadap variabel-variabel, dari hasil yang diperoleh
dalam penelitian, pada umumnya dari hasil analisis, menghasilkan distribusi dan presentase
dari tiap variabel-variabel yang ada, dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat
dengan distribusi proporsi (Sugiyono, 2009). Hasil analisis ini menghasilkan distribusi dari
tiap variabel yang bertujuan untuk memperoleh distribusi dari tiap variabel dengan
Keterangan :
P = Proporsi
N = Jumlah populasi
2. Analisa Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Uji yang dipakai adalah chi-square dengan batas kemaknaan α = 0,05.
Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara membandingkan nilai ( value) dengan
nilai α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 % dengan kaidah keputusan sebagai berikut (Sugiyono,
2009):
1) Nilai α = 0,05 ( P value) < 0,05 maka HO ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna
2) Nilai α = 0,05 ( P value) > 0,05 maka Ho gagal ditolak, yang berarti tidak ada hubungan
Selain menentukan uji kemaknaan juga ditentukan nilai Odds Ratio (OR) yaitu ratio
odds antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Perhitungan odds ratio dapat menggunakan
Kelompok
Faktor Resiko Kelompok Kasus
Kontrol
(+) a b a+b (m1)
(-) c d c+b (m2)
a+c (n1) b+d (n2) N
pemajanan pada kelompok kasus dengan odds pemajanan pada kelompok kontrol. Interpretasi
BAB IV
Hasil penelitian mengenai hubungan gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian
hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012
dengan jumlah sampel 50 responden terdiri dari 25 sampel kasus dan 25 sampel kontrol yang
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Kejadian
f %
Hipertensi
Hipertensi 25 50,0
Jumlah 50 100
47
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa setengahnya responden di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012 yang mengalami hipertensi yaitu
sebesar 25 responden (50,0%) dan setengahnya responden tidak mengalami hipertensi yaitu
sebesar 25 responden (50,0%).
2. Gambaran Gaya Hidup di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Gaya Hidup di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Majalengka
Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Gaya hidup f %
Berisiko 22 44,0
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kurang dari setengah responden di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012 dengan gaya hidup
berisiko yaitu sebesar 22 responden (44,0%) dan lebih dari setengah responden dengan gaya
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kepribadian di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Majalengka
Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Kepribadian f %
Introvert 29 58,0
Ekstrovert 21 42,0
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa lebih dari setengah responden di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012 dengan kepribadian
introvert yaitu sebesar 29 responden (58,0%) dan kurang dari setengah responden dengan
1. Hubungan antara Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di wilayah kerja UPTD
Tabel 4.4 Hubungan antara Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Kejadian
hipertensi
Jumlah OR
Gaya Hidup Tidak
Hipertensi value 95%CI
hipertensi
f % f % f %
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 25 responden yang mengalami hipertensi
terdapat lebih dari setengahnya responden dengan gaya hidup berisiko sebesar 60,0% dan
kurang dari setengahnya dengan gaya hidup berisiko sebesar 40,0%. Sementara dari 25
responden yang tidak mengalami hipertensi terdapat kurang dari setengahnya responden
dengan gaya hidup berisiko sebesar 28,0% dan lebih dari setengahnya dengan gaya hidup
diperoleh value sebesar 0,046 ( value < α) sehingga hipótesis nol ditolak. Hal ini berarti ada
hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012. Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar 3,857
(95%CI: 1,180 < OR < 12,606) yang berarti bahwa penduduk dengan gaya hidup yang berisiko
mempunyai peluang 3,85 kali lebih besar akan mengalami hipertensi dibandingkan responden
Tabel 4.5 Hubungan antara Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Kejadian
hipertensi
Jumlah OR
Kepribadian Tidak
Hipertensi value 95%CI
hipertensi
f % f % f %
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari 25 responden yang mengalami hipertensi
terdapat lebih dari setengahnya responden dengan kepribadian introvert sebesar 76,0% dan
kurang dari setengahnya dengan kepribadian ekstrovert sebesar 24,0%. Sementara dari 25
responden yang tidak mengalami hipertensi terdapat kurang dari setengahnya responden
dengan kepribadian introvert sebesar 40,0% dan lebih dari setengahnya dengan kepribadian
diperoleh value sebesar 0,022 ( value < α) sehingga hipótesis nol ditolak. Hal ini berarti ada
hubungan antara kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012. Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar 4,750
(95%CI: 1,406 < OR < 16,051) yang berarti bahwa penduduk dengan kepribadian introvert
mempunyai peluang 4,75 kali lebih besar akan mengalami hipertensi dibandingkan responden
4.1.2 Pembahasan
UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012 yang mengalami hipertensi
namun tidak sedikit yang memahami dampak yang lebih parah dari penyakit hipertensi ini.
Hipertensi dapat mengakibatkan jantung bekerja lebih keras sehingga proses perusakan dinding
pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat yang mendorong terjadinya payah jantung,
gangguan pada ginjal dan kebutaan serta yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang
Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidak diketahui penyebabnya
secara pasti. Namun menurut Yogiantoro (2006) bahwa hipertensi esensial merupakan 95% dari
seluruh kasus hipertensi dan sisanya hipertensi sekunder yaitu tekanan darah tinggi yang
ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid, dan lain-
lain.
Menurut Marliani (2007) bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan
gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di
atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg. Sementara menurut Crea (2008) hipertensi
adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu masalah
termasuk penyakit umum, tanpa disertai gejala khusus dan biasanya dapat ditangani secara
mudah, namun bila dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan bebagai komplikasi yang
lebih parah berupa penyakit jantung dan pembuluh darah seperti aterosklerosis, infark
Menurut Crea (2008) menyatakan gejala hipertensi diantaranya sakit kepala bagian belakang
dan kaku kuduk, sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing, dada berdebar-debar dan
Hipertensi di masyarakat seiring dengan usia maka kejadiannya pun semakin meningkat,
namun risiko akibat hipertensi ini dapat dikurangi diantaranya melalui cara hidup yang sehat
seperti mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, kebiasaan olah raga yang teratur dan
memeriksakan diri secara rutin untuk mengetahui perkembangan tekanan darah terutama pada
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kurang dari setengah responden di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012 dengan gaya
Gaya hidup dalam penelitian ini merupakan kebiasaan masyarakat yang dapat berisiko
beralkohol, kebiasaan minum kopi dan keteraturan dalam berolah raga. Hasil penelitian
ternyata masih banyak atau bahkan hampir setengahnya penduduk di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Majalengka yang masih mempunyai kebiasaan gaya hidup yang kurang baik. Dari
pengumpulan data di lokasi penelitian ternyata penduduk yang mengalami hipertensi masih ada
yang mempunyai kebiasaan merokok, minum minuman yang beralkohol, minum kopi dan tidak
teratur berolah raga. Bahkan jumlah penduduk yang memiliki kebiasaan merokok, minum
minuman yang beralkohol, minum kopi dan tidak teratur berolah raga lebih banyak terdapat
Gaya hidup dapat diartikan sebagai kebiasaan seseorang dalam kehidupan sehari-harinya
sebagai salah satu bentuk perilaku. Kebiasaan yang positif atau baik yang merupakan upaya
seseorang untuk hidup sehat maka termasuk kedalam perilaku hidup sehat. Sebagaimana teori
Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) yang membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan
yang terdiri dari perilaku hidup sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit. Perilaku hidup
sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang mencakup antara lain makan dan menu
seimbang (appropriate diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan
narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stress termasuk gaya hidup lain yang positif bagi
Menurut Sakinah (2002) menyatakan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang
di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
(2006) menyatakan gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah
pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya
hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau
minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres
yang dialami.
Berdasarkan hal tersebut maka perlunya meningkatkan kesadaran terutama baik pada
penderita hipertensi maupun yang tidak hipertensi untuk berperilaku hidup sehat yaitu dengan
menjaga dan memelihara gaya hidup yang sehat pula, dan bagi petugas kesehatan perlunya
meningkatkan kegiatan penyuluhan dan pemberian informasi tentang gaya hidup sehat dalam
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa lebih dari setengah responden di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012 dengan
Tipe kepribadian dalam berbagai literatur dapat dibedakan secara beragam. Namun
pada penelitian ini, tipe kepribadian dibedakan berdasarkan tipe kepribadian introvert dan
ekstrovert. Hal tersebut karena kedua tipe kepribadian ini berkaitan dengan perilaku seseorang
dalam menyikapi permasalahan yang sedang dialaminya termasuk perilaku hidup sehat maupun
sakit. Sebagaimana menurut teori Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku
manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan
perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus
tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas karena masih dalam
bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus. Sementara
perilaku terbuka (overt behavior) merupakan respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan,
atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior.
perasaan, pemikiran, dan perilaku (Pervin, 2010). Sementara menurut Sadli (2004)
mengemukakan bahwa kepribadian adalah proses be coming, yaitu suatu proses dinamis yang
berkelanjutan dimulai sejak individu dilahirkan sampai ia meninggal. Oleh karena itu setiap
insan yang normal memiliki ciri-ciri kepribadian yang membedakan individu yang satu dengan
yang lain. Walaupun perbedaan itu tampak jelas, namun tidak berarti berbeda peranan dalam
Pembagian tipe kepribadian manusia dalam sifat introvert dan ekstrovert merupakan
teori Jung yang sangat populer. Jung menyatakan bahwa kepribadian introvert dan ekstrovert
terbentuk berdasarkan sikap. Menurut Eysenck dalam Ahmadi (2005) bahwa orang introvert
kecenderungan obsesi, mudah tersinggung, apatis, syaraf otonom mereka labil, gampang
terluka, mudah gugup, rendah diri, mudah melamun, sukar tidur. Sementara ekstrovert
menurut Parkinson (2004) diartikan sebagai keramahan, terus terang, cepat akrab,
berakomodasi secara natural dan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi.
Berdasarkan hal tersebut maka tipe kepribadian ekstrovert dalam kehidupan keseharian perlu
dikembangkan agar perilaku masyarakat dalam menyikap peran sakit lebih siap.
hipertensi dan yang tidak hipertensi untuk menumbuhkan keyakinan dan kesadaran menjaga
kesehatan lebih penting untuk menghindari resiko yang lebih parah serta melakukan
4. Hubungan antara Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di wilayah kerja UPTD
kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun
2012 ( value = 0,046). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penduduk yang memiliki gaya
hidup seperti kebiasaan merokok, minum kopi, minum alkohol dan kurang teratur dalam
berolahraga lebih besar akan mengalami hipertensi. Hal tersebut juga dapat dilihat dari nilai OR
yang diperoleh sebesar 3,857 (95%CI: 1,180< OR < 12,606) yang berarti bahwa penduduk
dengan gaya hidup yang berisiko mempunyai peluang 3,85 kali lebih besar akan mengalami
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Health Belief Model (HBM) dalam Maulana
(2009) menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh perilaku sehat
masyarakat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu variabel demografi seperti umur, jenis
kelamin, latar belakang budaya, variabel sosio-psikologis yaitu kepribadian, kelas sosial (gaya
hidup), tekanan sosial, dan variabel struktural yaitu pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.
Berdasarkan teori HBM tersebut maka gaya hidup seseorang dalam hipertensi
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami penyakit
hipertensi. Dalam hal ini perilaku sakit (illnes behaviour) dan perilaku peran sakit (the sick role
mempunyai kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, minum kopi dan tidak teratur
dalam berolah raga akan mengalami penyakit hipertensi lebih besar dibandingkan masyarakat
yang tidak mempunyai kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, minum kopi dan
dengan peninggian tekanan darah. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas
S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts dalam Rahyani (2007)
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus
diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian tersebut yaitu
kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih
Sustrani (2006) bahwa orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu
banyak, akan cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi dari pada individu yang
Konsumsi kopi yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan jumlah yang
dalam Crea (2008) menunjukan bahwa orang yang mengkonsumsi kafein (kopi) secara
teratur sepanjang hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan
dengan didalam 2-3 gelas kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan sistolik
sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg pada orang yang tidak
mempunyai hipertensi.
tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Riset di
Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik
dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2005) menyebutkan bahwa
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai gaya
hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan menghindari kelebihan dan
yang mendatangkan penyakit. Hal ini juga didukung oleh pendapat Maulana (2009) yang
menyebutkan bahwa untuk mendapatkan kesehatan yang prima jalan terbaik adalah dengan
merubah gaya hidup yang terlihat dari aktifitasnya dalam menjaga kesehatan.
Pada penelitian ini, berdasarkan hasil analisa data ternyata masih ada masyarakat
dengan gaya hidup tidak berisiko tetapi mengalami hipertensi. Hal ini dapat dikarenakan
adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi. Selain gaya hidup dan
kepribadian, faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi diantaranya adalah usia,
jenis kelamin, ras, tekanan sosial, pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi meskipun seseorang tidak memiliki
kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, minum kopi dan teratur dalam berolah raga.
Kebiasaan yang baik tersebut ternyata belum cukup jika pengetahuan tentang hipertensi
rendah karena menyebabkan seseorang tidak memahami dengan baik mengenai penyakit
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan teori yang sudah dikemukakan di atas,
maka hasil penelitian ini tidak terdapat kesenjangan. Oleh karena itu maka bagi penderita
hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok, minum minuman alkohol, minum kopi dan
tidak teratur berolah raga perlu mendapatkan bimbingan dari petugas kesehatan serta
dukungan keluarga agar merubah gaya hidup yang kurang baik tersebut ke arah gaya hidup
sehat sehingga dapat mengurangi bahayanya penyakit hipertensi yang lebih parah.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara kepribadian dengan
kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun
2012 ( value = 0,022). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penduduk yang memiliki
kepribadian introvert berisiko lebih besar akan mengalami hipertensi daripada kepribadian
introvert. Hal tersebut pun dapat dilihat dari nilai OR yang diperoleh sebesar 4,750 (95%CI:
1,406 < OR < 16,051) yang berarti bahwa penduduk dengan kepribadian introvert mempunyai
peluang 4,75 kali lebih besar akan mengalami hipertensi dibandingkan penduduk dengan
kepribadian ekstrovert.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Health Belief Model (HBM) dalam Maulana
(2009) menyatakan bahwa salah satu derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh perilaku
sehat masyarakat yang dipengaruhi oleh sosio-psikologis yaitu kepribadian. Juga teori Ahmadi
(2005) yang menyatakan bahwa karakteristik komponen untuk menilai kepribadian introvert
reflexiveness, dan responsibility. Ketujuh aspek ini digunakan oleh Eysenck sebagai tolak ukur
tentang tingkat ekstrovert dan introvert dari penelitian. Tujuh aspek ini merupakan komponen
obyek sikap yang dapat diukur. Karakteristik tersebut berpengaruh terhadap tindakan dalam
kecenderungan obsesi, mudah tersinggung, apatis, syaraf otonom mereka labil, gampang
terluka, mudah gugup, rendah diri, mudah melamun dan sukar tidur dapat menjadi suatu
kendala untuk mencapai derajat hidup sehat. Penduduk yang tidak terbuka dan tidak mau
memeriksakan dirinya kepada petugas kesehatan dalam hipertensi ini maka tidak akan
mengetahui dan menyadari bagaimana harus bersikap dan bertindak menghadapi penyakit
hipertensi.
Pada penelitian ini, berdasarkan hasil analisa data ternyata masih ada penduduk dengan
kepribadian ekstrovert tetapi mengalami hipertensi. Hal ini dapat dikarenakan selain
kepribadian, faktor lain seperti usia, jenis kelamin, ras, tekanan sosial, pengetahuan dan
pengalaman juga dapat mempengaruhi kejadian hipertensi. Dalam hal ini apabila seseorang
dapat menyebabkan orang tersebut kurang peduli terhadap kesehatan dirinya. Pengalaman
seseorang dapat menjadi sumber pengetahuan dan pendidikan dalam menghadapi suatu
Hasil penelitian ini tidak terdapat kesenjangan dengan teori yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka dari itu penduduk yang menderita hipertensi dengan tipe kepribadian
introvert perlu mendapatkan dorongan dan motivasi dari petugas kesehatan serta dukungan
keluarga untuk terbuka menyampaikan keluhan penyakit yang sedang dialaminya serta mau
memeriksakan diri kepada petugas kesehatan dengan rutin. Namun, hasil penelitian ini perlu
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan gaya hidup dan
Kabupaten Majalengka Tahun 2012 dengan gaya hidup berisiko sebesar 44,0%.
65
4. Ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012 ( value = 0,046 dan
OR = 3,857 dengan 95%CI: 1,180 < OR < 12,606).
5. Ada hubungan antara kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD
5.2 Saran
Disarankan agar petugas kesehatan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka lebih
meningkatkan kegiatan penyuluhan dan pemberian informasi tentang gaya hidup sehat serta
memberikan dorongan dan mitivasi bagi penduduk yang menderita hipertensi yang mempunyai
kepribadian introvert.
Perlu memeriksakan kesehatan secara rutin kepada petugas kesehatan agar diketahui
perkembangan tekanan darahnya serta memperoleh informasi dari petugas kesehatan tentang
Hasil penelitian ini perlu dikembangkan dan dijadikan sebagai salah satu sumber untuk
pengembangan ilmu dan pengetahuan tentang kejadian hipertensi dan faktor yang berhubungan
Bagi peneliti lain agar memperhatian faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini sehingga menghasilkan ilmu yang lebih luas dan lebih akurat.
Lampiran 1
Yang terhormat,
Bapak/Ibu
di UPTD Puskesmas Majalengka
Saya adalah mahasiswa Program S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka, saat ini sedang
menyelesaikan tugas akhir Skripsi. Dalam rangka mengumpulkan data, saya memohon kesediaan dan
bantuan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Hasil dari kuesioner ini
sepenuhnya akan digunakan untuk kepentingan penelitian tentang “Hubungan Gaya Hidup dan
Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi di Desa Kawunggirang Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012”.
Jawaban kuesioner ini akan terjamin kerahasiannya, oleh karena itu Bapak/Ibu tidak perlu
menuliskan nama. Mengingat keberhasilan penelitian ini akan sangat tergantung kepada
kelengkapan jawaban, dimohon dengan sangat agar kiranya jawaban Napak/Ibu dapat diberikan
selengkap mungkin.
Kejujuran serta kesungguhan Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini akan sangat berarti dan
sangat saya hargai. Atas kesediaan serta kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Majalengka,………………...
Peneliti,
(Rini Nuraisa)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama :………………………….
Alamat :………………………….
Dengan ini menyatakan dengan sebesar-besarnya bahwa saya telah mendapat penjelasan
mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur dari penelitian ini dengan judul “Hubungan Gaya Hidup
dan Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi di Desa Kawunggirang Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012”.
Selanjutnya saya dengan ikhlas dan sukarela menyatakan ikut serta dalam penelitian ini
sebagai responden. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada
Majalengka,……………………
Yang menyatakan,
…………………………….
(Responden)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
1. Nomor Responden :
Perempuan
a. Ya
b. Tidak
B. Gaya Hidup
Petunjuk :
Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda “V” pada kolom yang sesuai dengan keadaan dan
pendapat anda!
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah anda mempunyai kebiasaan merokok?
2. Apakah anda mempunyai kebiasaan minum minuman beralkohol?
3. Apakah menurut anda kebiasaan minum kopi tidak akan
mengganggu kesehatan jika kita mengkonsumsinya tidak
berlebihan/terlalu banyak?
4. Apakah anda suka melakukan olahraga secara teratur?
C. Tipe Kepribadian
Petunjuk:
Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda “V” pada kolom yang sesuai dengan keadaan anda!
Jawaban
NO PERNYATAAN
BENAR SALAH
1 Saya suka berbicara di depan umum
2 Saya merasa tidak nyaman sebagai pusat perhatian
3 Saya suka bersosialisasi dengan banyak orang
4 Saya lebih suka berbicara secara personal dengan orang
lain
5 Saya suka memberi kejutan
6 Saya lebih suka di rumah dan membaca buku
Jawaban
NO PERNYATAAN
BENAR SALAH
7 Saya suka memainkan permainan yang ramai dan penuh
tantangan
8 Jika sedang melakukan sesuatu saya tidak suka diganggu
9 Saya sering bertindak sesuai dengan dorongan hati saya
10 Saya perlu suasana yang tenang untuk bekerja secara
efektif
11 Kadang-kadang saya sering mengatakan sesuatu tanpa
berfikir terlebih dahulu
12 Saya memiliki beberapa orang yang benar-benar
merupakan teman baik saya
D. Hipertensi
a. Pernah
b. Belum pernah
a. Ya
b. Tidak
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, A.D., dan Waren, A. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien yang berobat di Poliklinik Dwasa Puskemas Bangkiang periode Januari sampai
Juni 2008. Http://yayanakhyar.wordpress.com, diakses tanggal 2 April 2012.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Kendalikan Stress dan Hipertensi, Raih Produktivitas.
http://www.depkes.co.id, diakses tanggal 28 Maret 2012.
Elsanti, S. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan
Jantung. Yogyakarta: Araska.
Irza, S. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung Sumatera
Barat. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Marliani, L. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Gramedia.
Mifbakhuddin. 2007. Hubungan antara Faktor Karakteristik, Konsumsi Garam dan Konsumsi Energi
dengan Kejadian Hipertensi Penduduk Usia Lebih Dari 30 Tahun di Desa Pasar Banggi Rw 4
Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Semarang: Universitas Muhammdiyah.
Price, L. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Rahyani. 2007. Epidemiologi Penderita Hipertensi Esensial yang Dirawat di Bagian Penyakit Dalam
Perjan RS DR. M. Djamil Padang. Skripsi. Padang.
Setiawati dan Bustami. 2005. Anti Hipertensi dalam Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI.