Anda di halaman 1dari 6

TEORI PENGUKURAN (MEASUREMENT THEORY)

Definisi
Menurut Campbell : "Penentuan angka-angka yang menggambarkan sifat-sifat sistem
material dan bilangan-bilangan didasarkan pada hukum yang mengatur tentang sifat-
sifat"
Menurut Stevens : "Penentuan angka-angka yang ada kaitannya dengan objek-objek
ataupun peristiwa-peristiwa sesuai dengan peraturan"
Skala dalam pengukuran
Setiap pengukuran dilakukan diatas skala. Skala diciptakan saat aturan semantik
digunakan untuk menghubungkan antara pernyataan matematik dengan
objek/peristiwa. Menurut Steven skala dibagi menjadi :

1. Nominal
Dalam skala nominal, angka hanya digunakan sebagai sebuah label. Contohnya
yang diberikan oleh Stevens adalah penomoran pemain sepak bola.

Dalam akuntansi, contoh yang paling mendekati skala nominal adalah klasifikasi
aset dan kewajiban kedalam kelas-kelas yang berbeda.

2. Ordinal
Skala ordinal diciptakan ketika sebuah operasi memeringkatkan objek-objek
berkaitan dengan sifat yang diberikan. Contoh , seorang investor memiliki tiga
peluang untuk melakukan investasi dengan jumlah uang tertentu. Mereka
diperingkatkan 1, 2, 3 menurut NPV (Net Present Value) dengan peringkat 1
sebagai yang tertinggi dan terendah 3. Operasi itu (penghitungan NPV)
menciptakan skala ordinal, himpunan angka tersebut mengacu pada alternatif
investasi.

Kelemahan skala ordinal

1. interval antara angka-angka (1 sampai 2, 2 sampai 3 dan 1 sampai 3)


tidak menceritakan hal-hal tentang perbedaan dalam kuantitas sifat yang
mereka wakili. Contoh, dalam hal (NPV), opsi 2 mungkin sangat dekat
dengan opsi 1, dan opsi 3 mungkin jauh kurang dari opsi 2.
2. angka tidak menunjukkan "berapa banyak/jumlah" atribut yang dimiliki
objek.

Torgerson berpendapat bahwa beberapa skala ordinal memiliki "natural origin",


yaitu titik nol. Hal ini diterapkan pada peringkat alternatif investasi, titik nol dapat
menjadi titik netral yang terletak diantara sisi positif dan negatif, sisi positifnya
adalah alternatif yang menghasilkan keuntungan, dan sisi negatif adalah
alternatif yang menghasilkan rugi.
3. Interval
Skala interval tidak hanya memberi peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak
antara interval skala yang diketahui dan sama. Contohnya adalah pengukuran
suhu ruangan dengan menggunakan thermometer celcius. Jika kita mengukur
suhu dua buah ruangan, misal ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A 22
derajat celcius dan ruangan B 30 derajat celcius, maka selain kita dapat
mengatakan bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita juga mengetahui bahwa
ruangan B lebih panas 8 derajat daripada ruangan A.Kelemahan dari skala
interval adalah titik nol sewenang-wenang ditetapkan .

Sebagai contoh, misalkan kita mengukur tinggi dari kelompok laki-laki pada skala
interval dan menetapkan nomor ke masing-masing sesuai dengan tinggi
badannya dibandingkan dengan rata-rata kelompok. Angka rata-rata mewaklili
angka nol pada skala. Jika A 3cm di atas rata-rata, kemudian kita memberi dia
nomor 3+. Dan jika B 5cm di bawah rata-rata, kita akan memberi dia nomor -5.
Dalam skala ini, kita tidak tahu berapa tinggi A atau B. B mungkin paling pendek
di kelompok, tetapi mungkin grup tersebut terdiri dari pemain-pemain basket
yang tinggi.
contoh skala interval dalam akuntansi menurut Mattessich adalah penggunaan
standar biaya. standar bisa berdasar kapasitas teoritis, rata-rata, praktis atau
normal. Penghitungan standar dan varians dapat menciptakan skala interval. jika
varian nol maka ini menunjukkan netralitas, meskipun titik netral ini dipilih secara
seenaknya.

4. Rasio
Skala rasio adalah skala yang :
1. Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian
2. Interval antar objek diketahui dan sama
3. Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya terhadap paling tidak
satu objek lainnya diketahui.

Contoh skala rasio dalam akuntansi adalah penggunaan dolar untuk mewakili
biaya dan nilai. Jika aset A biayanya $ 10.000 dan aset B biaya $ 20.000, kita
dapat menyatakan bahwa biaya B dua kali lipat A. titik 0 ada, karena
menunjukkan tidak adanya biaya atau nilai, seperti 0 untuk panjang berarti tidak
ada panjang sama sekali.

Operasi yang diperbolehkan atas skala tertentu

1. Skala nominal :
operasi aritmetika tidak dapat digunakan
2. Skala ordinal :
operasi aritmetika tidak dapat digunakan. Kita tidak dapat menambah,
mengurangi, mengalikan atau membagi angka-angka atau interval pada skala
3. Skala interval :
Penambahan dan pengurangan dapat digunakan sehubungan dengan nomor
tertentu pada skala serta interval, tetapi perkalian dan pembagian tidak dapat
digunakan dengan mengacu pada nomor tertentu
4. Skala ratio :
semua operasi aritmatika dasar penambahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian, dan juga aljabar, geometri analitik, kalkulus, dan metode statistik

Jenis Pengukuran

1. Fundamental
Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka dapat
diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak
bergantung pada pengukuran variabel apapun. Seperti panjang, hambatan listrik,
nomor, dan volume merupakan hal-hal yang dapat diukur. Sebuah skala rasio
bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda sebagai hukum dasar yang
dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada benda-benda
yang sudah ada.
2. Turunan
Menurut Campbell, pengukuran turunan merupakan pengukuran yang
bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya adalah
pengukuran kepadatan, yang bergantung pada pengukuran massa dan volume.
Operasi pengukuran yang dilakukan bergantung pada hubungan yang sudah
diketahui dengan sifat-sifat mendasar lainnya. Adanya hubungan seperti ini
didasarkan pada teori empiris yang disepakati dikaitkan dengan sifat-sifat
tertentu dengan sifat-sifat lainnya. Operasi matematika dapat dilakukan pada
bilangan-bilangan yang berasal dari pengukuran turunan.

contoh pengukuran turunan dalam akuntansi adalah laba, laba diturunkan dari
penjumlahan dan pengurangan atas pendapatan dan beban.

3. Formal / Fiat

Pengukuran seperti ini mencakup pengukuran yang didasarkan pada definisi


yang berubah-ubah (contoh pengukuran laba pada akuntansi). Pada akuntansi,
berbagai dewan standar akuntansi menentukan skala akuntansi dengan
keputusan resmi (fiat), bukan dengan referensi berdasarkan teori pengukuran
yang telah dikonfirmasi.

Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara untuk
mengukur konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan variabel
pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan konsep
keuntungan dan kemudian digunakan untuk mengukur keuntungan secara tidak
langsung.

Sumber kesalahan dalam pengukuran

1. Operasi pengukuran tidak dinyatakan secara akurat.

Ketentuan di dalam menentukan jumlah sifat-sifat tertentu biasanya terdiri dari


serangkaian operasi. Serangkaian operasi tidak dapat dijelaskan secara akurat
dan oleh karenanya dapat juga diinterpretsikan secara tidak akurat oleh
pengukur. Sebagai contoh, penghitungan laba mencakup berbagai operasi
seperti klasifikasi dan alokasi antara aset dan beban yang sering
diinterpretasikan secara beragam oleh akuntan yang lain.

2. PengukurPengukur dapat salah menginterpretasikan peraturan, sehingga


menjadi bias, atau dapat mengaplikasikan atau membaca instrumen secara
tidak benar.

3. InstrumenBanyak operasi yang memerlukan penggunaan instrument fisik, seperti


halnya thermometer atau barometer, yang mempunyai kelemahan-kelemahan.
Terdapat potensi kesalahan sekalipun apabila instrumen bukan peralatan yang
berbentuk fisik, misalnya, bagan, grafik, tabel jumlah atau indeks harga.

4. Lingkungan
Pengaturan di mana operasi dilakukan pengukuran dapat mempengaruhi hasil,
contohnya kondisi cuaca saat dilakukan pengukuran.
5. Atribut yang tidak jelas

Apa yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika pengukuran melibatkan
suatu konsep yang tidak dapat diukur secara langsung. Bagaimana menilai aset
tidak lancar? Apakah nilai saat ini, biaya perolehan, biaya saat ini, atau harga
jual? Karena tujuan utama akuntansi adalah untuk mencerminkan "nilai" maka
penting untuk mendefinisikan secara jelas atribut "nilai". Apakah itu nilai guna,
nilai tukar, atau atribut lain yang harus diukur akuntan? Masalahnya terletak
pada mendefinisikan atribut yang akan diukur bukan pada metode
pengukurannya itu sendiri.

6. Risiko dan ketidakpastian

Hal ini berkaitan dengan distribusi keuntungan aset berwujud

Pengukuran yang andal


Keandalan erat kaitannya dengan konsistensi yang telah terbukti pada setiap operasi
untuk memperoleh hasil-hasil yang memuaskan atau hasil-hasil (jumlahnya) sendiri
dalam pemakaian tertentu. Dalam statistik, keandalan memerlukan pengukuran dapat
diulang atau dihasilkan ulang, sehingga menunjukkan kekonsistenannya. Keandalan
bertentangan dengan variabilitas.
Keandalan menggabungkan dua aspek :

1. akurasi dan kepastian dari pengukuran


2. kejujuran pengungkapan terhadap transaksi dan peristiwa ekonomi

Dalam SAC 3 paragraf 16 dinyatakan bahwa:


Keandalan dalam informasi finansial dapat ditentukan berdasarkan tingkat hubungan
antara informasi apa yang melibatkan pengguna dan penetapan transaksi serta
kejadian-kejadian yang timbul, diukur dan dipaparkan. Informasi yang dianggap andal
adalah informasi yang tanpa bias dan dapat menggambarkan transaksi dan kejadian-
kejadian.

Pengukuran yang akurat


Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat andal, memberikan hasil yang sangat
tepat, namun mungkin menghasilkan hasil yang tidak akurat. Konsistensi hasil
ketepatan dan keandalan tidak secara signifikan berkaitan dengan keakuratan. Sebab
keakuratan berkaitan dengan seberapa dekat pengukuran dengan "nilai yang
sesungguhnya" pada pengukuran sifat-sifat, sasaran, kemudian baru menjelaskannya.
Permasalahan dalam banyak pengukuran, nilai sesungguhnya (true value) tidaklah
diketahui. Untuk menentukan akurasi dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut yang
harus diukur untuk mencapai tujuan dari pengukuran. Tujuan akuntansi adalah
mendapat informasi yang berguna, sehingga akurasi dalam akuntansi berhubungan
dengan hubungan pragmatis dalam hal ini adalah kegunaan. Namun para akuntan
masih belum satu suara dalam hal standar yang spesifik dan kuantitatif mengenai
kegunaan suatu informasi. Yang harus diingat, pengulangan operasi tidak memastikan
menghasilkan keakuratan, contohnya mengukur cost persediaan menggunakan FIFO
secara berulang ratusan kali dan mendapatkan hasil yang sama, bukan berarti hasil
tersebut akurat (menunjukkan true value), kecuali dalam hal untuk mengecek kesalahan
perhitungan matematik. Daripada menggunakan istilah akurasi, akan lebih bijaksana
jika menerapkan istilah para ilmuwan sosial, yaitu "validitas"

Pengukuran dalam akuntansi


Pengukuran akuntansi masuk dalam kategori pengukuran turunan, yaitu untuk
pengukuran modal dan keuntungan. Menurut Standar akuntansi internasional, Laba
akuntansi adalah turunan dari perubahan atas modal dalam suatu periode yang berasal
dari segala aktivitas termasuk kenaikan dan penurunan nilai wajar aset. Modal adalah
turunan dari pengukuran net fair value dari aset dan kewajiban.
Sebelum dikenalkan standar internasional, pendekatan pengukuran berbeda dengan
sekarang. Pendapatan disandingkan (match) dengan aset bersih yang digunakan
dalam periode tersbut dan jika pendapatan lebih besar daripada penggunaan aset
(beban), maka terdapat peningkatan modal. Keuntungan tidak diperoleh sampai modal
awal dari biaya historis dipertahankan dan laba direalisasikan. Sehingga, modal selalu
dinyatakan sebesar harga perolehan dan perubahan dalam aktiva bersih tidak dianggap
sebagai keuntungan. Maka, kita dapat melihat bahwa laba turunan sangat tergantung
pada bagaimana kita mengukur modal awal dan bagaimana kita mengukur biaya dan
alokasi modal. Kita juga dapat melihat bahwa konsep penilaian modal dalam akuntansi
telah berkembang dari waktu ke waktu dengan hasil bahwa kita memiliki beberapa
pengukuran atas modal secara umum dan konsep laba

Permasalahan bagi auditor

1. penggunaan fair value menyulitkan auditor karena harus mengumpulkan bukti


estimasih manajemen mengenai fair value
2. variabilitas dalam tingkat keandalan dan keakuratan pengukuran biaya historis.

Anda mungkin juga menyukai