Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENELITIAN TENTANG

IJTI (IKATAN JURNALI TELEVISI INDONESIA)


SULAWESI TENGGARA

“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas final Dari Mata Kuliah Demokrasi & Civil
Society”

OLEH :

NAMA NIM
SYASTRI WULANDARI C1A4 15 043
MILDA YANTI NUR C1A4 15 039
DESYANA ZASKIYA RESKI C1A4 15 041
ERVINA MAINDOKA C1A4 15 027
MOCH ARIF KURNIAWAN C1A4 15 047
DIAN MIFTAHUNUR C1A4 15 033
WD JUMIATI RAMADHANI C1A4 15 049

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


KONSEN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Penelitian
Civil society adalah suatu masyarakat yang beradab dalam membangun,
menjalani, dan memaknai kehidupannya. Kata madani sendiri berasal dari bahasa
arab yang artinya civil atau civilized (beradab). Istilah masyarakat madani adalah
terjemahan dari civil atau civilized society, yang berarti masyarakat yang
berperadaban.1 Civil society organization (CSO) merupakan wadah yang cukup
mumpuni dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Bidang-bidang
yang dijangkau pun bisa berasal dari beragam aspek dan kebutuhan. Secara tidak
langsung, Civil society organization (CSO) dapat menumbuhkan kesadaran dan peran
aktif masyarakat dalam berpolitik.2
Di Negara berkembang, civil Society Organization (CSO) berperan penting dalam
memfasilitasi pembangunan partisipatif, menciptakan kondisi pemberdayaan
masyarakat dan memperkuat proses demokratisasi. Setidaknya lima penjelasan yang
dikemukakan Larry Diamond (1994)3 tentang peran civil society yang memberikan
kontribusi besar bagi tumbuhnya demokrasi. Pertama, civil society menyediakan
sarana sumberdaya politik, ekonomi, kebudayaan, dan moral untuk menjaga dan
mengawasi keseimbangan negara melalui kontrol publik. Kedua, mendorong
partisipasi politik, meningkatkan efektivitas dan kesadaran kewarganegaraan
(citizenship). Ketiga, ikut menjaga stabilitas negara. Keempat, sebagai wadah seleksi
dan lahirnya pemimpin politik baru dan kelima, menghalangi munculnya rezim
otoriter. Setidaknya pada konteks tersebut, Negara dan civil society merupakan entitas

1http://www.academia.edu/8451118/Civil_Society (diakses pada tanggal 05 Januari 2018)


2https://www.qureta.com/post/civil-society-organization-dalam-literasi-politik (diakses pada
tanggal 05 Januari 2018)
3Diamond, Larry. “Rethinking Civil Society: Toward Democratic Consolidation”, Journal of

Democracy 5 (1994): 4–18


yang berbeda sejalan dengan proses pembentukan sosial dan perubahan struktur
politik.4
IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia), suatu asosiasi yang menghimpun
para jurnalis televisi dan didirikan pada era reformasi, yakni padabulan Agustus 1998,
menyusul pengunduran diri Presiden Soeharto. Pada saat itu, ratusan jurnalis televisi
dari RCTI, TPI, SCTV, Indosiar, dan ANTV berkumpul di Jakarta untuk melakukan
kongres pertama dan sepakat mendirikan IJTI dan memilih pengurus pertama
organisasi ini.5 Antusiasme Jurnalis dari berbagai Daerah meningkat dan terdapat
desakan agar IJTI membentuk cabang di daerah termasuk dikota kendari.
Berdasarkan rapat pengurus, ditetapkan pembentukan Kordinatoriat Daerah, dengan
terlebih dahulu membuat aturan main organisasi yang dipercayakan pada Bidang
Organisasi IJTI. Sejak itulah lahir pedoman Organisasi Korda yang berisi ketentuan
organisasi IJTI di tingkat Daerah Propinsi dikota kendari pada tahun 2017, khusus
untuk membina keanggotaan dan melakukan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan
peningkatan profesi jurnalisme anggota.
Penelitian ini berupaya mencari hubungan antara civil society dan IJTI (Ikatan
Jurnalis Televisi Indonesia). Perlu kita ketahui bahwa salah satu aktor utama dalam
proses demokratisasi adalah kelompok LSM atau NGO yang berperan sebagai aktor
tandingan bagi negara/pemerintah di dalam ruang politik yang bekerja mendorong
wacana pembangunan dan demokrasi lokal. Civil Society menjalankan perannya
sebagai mitra kerja lembaga – lembaga pemerintah untuk melakukan kontrol terhadap
kebijakan pemerintah yang menjaga keseimbangan negara .

4Hikam, AS Muhammad. 2015. “Demokrasi dan Civil Society”. Jakarta. Pustaka LP3ES Indonesia.
Hal 3
5http://ijti.org/20171118120212/Aktual/Himbauan-IJTI-Jurnalis-TV-Harus-Jaga (diakses pada

tanggal 05 Januari 2018)


1.2.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mengemban beberapa misi sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui peran CSO dalam mendorong demokrasi atau
demokratisasi di tingkat lokal
2. Untuk mengetahui strategi CSO dalam mendorong demokrasi lokal
3. Untuk mengetahui relasi antara CSO dan pemerintah dalam mendorong
demokrasi lokal
1.3.Metode Penelitian
Penelitian ini dirancang menggunakan metode kualitatif untuk menganalisa fakta
secara akurat. Ketersediaan fakta diperoleh dengan cara mengumpulkan data melalui
observasi di lapangan dan wawancara secara langsung dengan organisasi terkait.
Lokasi yang dipilih untuk mendukung penelitian ini dan dipandang dapat mewakili
organisasi sejenis termasuk IJTI (Ikatan jurnalis televisi Indonesia).Penelitian juga
dilakukan melalui studi dokumentasi seperti; pengumpulan data melalui buku, jurnal,
peraturan-peraturan, dokumen, media massa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengenalan Civil Society Organization
2.1.1. IJTI ( ikatan jurnalis televisi indonesia)
IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia), adalah suatu asosiasi yang
menghimpun para jurnalis televisi dan didirikan pada era reformasi, yakni pada
bulan Agustus 1998. Pada saat itu, ratusan jurnalis televisi
dari RCTI, TPI, SCTV, Indosiar, dan ANTV berkumpul di Jakarta untuk
melakukan kongres pertama dan sepakat mendirikan IJTI dan memilih pengurus
pertama organisasi ini.6
25 April 1998 Berawal dari pembicaraan beberapa reporter Indosiar dan
SCTV, yang sedang mengadakan peliputan di Pulau Panjang Kepulauan Seribu,
maka disepakati ide pembentukan Organisasi Jurnalis Televisi , yang bisa
menjadi wadah pemberdayaan dan peningkatan profesi para jurnalis televisi.
Pertemuan ini melahirkan gagasan pembentukan organisasi jurnalis televisi
swasta dan pemerintah.7
30 Mei 1998 Pembentukan organisasi itu pada akhirnya direalisasikan dengan
pertemuan informal di Pasar Festifal Kuningan Jakarta Selatan, yang dihadiri
sejumlah reporter dan kameramen televisi dari ANTV, Indosiar, SCTV dan
RCTI. Pertemuan ini membicarakan berbagai masalah yang dihadapi para
pengemban profesi ini. Baik disebabkan belum adanya kode etik, maupun
berbagai tekanan-tekanan yang membatasi tugas profesi. Disepakati
pembentukan forum Komunikasi Jurnalis Televisi, yang diharapkan menjadi
sarana berkumpul dan membicarakan berbagai masalah yang kerap dihadapi para
pengemban profesi ini.8

6http://ijti.org/20171118120212/Aktual/Himbauan-IJTI-Jurnalis-TV-Harus-Jaga (diakses pada


tanggal 05 Januari 2018)
7 http://www.ijti.org/data.php?t=Sejarah%20IJTI (diakses pada tanggal 05 Januari 2018)
8 Ibid
06 Juni 1998 Melanjutkan pembicaraan di pasar Festival Kuningan Jakarta
selatan , maka para jurnalis Televisi yang menghadiri pertemuan di Café
Venesia.TIM Jakarta akhirnya mendeklarasikan pembentukan Forum
Komunikasi Jurnalis Televisi. Dengan tujuan utama sebagai wadah
pemberdayaan dan peningkatan profesionalisme para jurnalis Televisi.
30 Juni 1998 Berangkat dari pemikiran bersama itulah maka, diadakan
pertemuan antara para pemimpin redaksi dan anggota forum di ANTV, gedung
Sentra Mulia Lt-18 Kuningan Jakarta. Disinilah gagasan pembentukan organisasi
wartawan televisi itu dimatangkan, karena ternyata para pimpinan di bagian
pemberitaan jauh-jauh hari juga memikirkan hal yang sama , terutama setelah
lengsernya presiden Soeharto 22 Mei 1998 yakni perlunya organisasi wartawan
televisi. Pimpinan Redaksi ANTV selaku tuan rumah pertemuan menyatakan,
yang dibutuhkan sekarang adalah organisasi yang memiliki kekuatan
menegakkan etika jurnalistik, dan melindungi anggotanya, bukan sekedar forum
komunikasi.9
Pada tahun 1999, secara resmi terbentuk 9 Korda. Mereka adalah kepanjangan
tangan dari pengurus IJTI di daerah. Kesembilan Korda tersebut adalah : 1.
Korda Jawa Barat di Bandung , dengan Ketuanya Ilmi Hatta. 2. Korda Jawa
Tengah di Semarang, dengan Ketuanya Bambang Hengky. 3. Korda Jawa Timur
di Surabaya, dengan Ketuanya Dheny Reksa. 4. Korda Sumatera Utara di Medan
(meliputi Aceh dan Riau) dengan Ketuanya Bagi Astra Sitompul. 5. Korda
Sumatera Selatan di Palembang, dengan Ketuanya Epran Mendayun. 6. Korda
Kalimantan Selatan di Banjarmasin, dengan Ketuanya Beben Mahdian Noor. 7.
Korda Sulawesi Selatan di makassar, dengan ketuanya Hussain Abdullah. 8.
Korda Sulawesi Utara di Manado, dengan Ketuanya Fais Albar. 9. Korda Bali
dan NTB di Denpasar, dengan Ketuanya Moh. Hafizni.10

9 Ibid
10 Ibid
IJTI sebagai salah satu dari anggota 26 organisasi wartawan juga turut
merumuskan Kode Etik Wartawan Indonesia tahun 1999. Tahun 2000, IJTI
mempelopori terbentuknya Komisi Nasional Penyiaran (Komnas Penyiaran),
serta pembentukan Kelompok Kerja yang mempunyai tugas mempersiapkan
terbentuk dan berfungsinya Komnas Penyiaran. Pembentukan Komisi Nasional
Penyiaran ini dideklarasikan usai Seminar dan Lokakarya "Menyoal Kebijakan
Lembaga Penyiaran" di Hotel Santika pada tanggal 18 April 2000 dan
ditandatangani oleh wakil-wakil dari 12 organisasi dan masyarakat penyiaran.
Deklarasi ini lebih merupakan desakan agar pengelolaan frekuensi yang menjadi
napas dari penyiaran dan merupakan ranah publik itu harus dikelola secara
transparan oleh lembaga independen.11
IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) sendiri beridiri di Sulawesi tenggara
pada bulan maret 2017 yang dimana tujuannya agar jurnalis bertanggung jawab
menciptakan hidup yang demokrasi caranya adalah dengan lewat saluran karya
jurnalistik yang disiarkan ditelevisi yang berada dikota kendari & Merawat dan
mengembangkan profesionalisme jurnalis televisi dikota kendari.
2.2. Peran Civil Society Organization
Pada hakekatnya tugas jurnalis dilindungi oleh Undang Undang, oleh karenanya
jurnalis harus sepenuhnya berpegang teguh pada kode etik jurnalistik dan bersikap
profesional serta proporsional dalam menjalankan tugasnya. Tujuan dari IJTI (Ikatan
Jurnalis Televisi Indonesia) :12
1. Mewujudkan korp jurnalis televisi Indonesia yang mandiri, bebas dan
bertanggung jawab
2. Mewujudkan jurnalis televisi yang memiliki kemampuan profesional, serta
kesetiakawanan profesi dan hidup dalam kesejahteraan jasmani dan rohaniah
3. Merawat dan mengembangkan profesionalisme jurnalis televise

11 ibid
12 http://www.ijti.org/data.php?t=Visi%20dan%20Misi (diakses pada tanggal 09 Januari 2018)
Untuk mendorong partisipasi masyarakat untuk aktif dalam tujuan dari IJTI
(Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) tersebut dengan mengadakan kegiatan-kegiatan
seputar jurnalis. Salah satu contoh-nya di kota kendari dengan mengadakan lomba
video jurnalis antar pelajar untuk memberikan pemahaman untuk pelajar usia SMA,
Mereka memlih usia SMA, karena saat ini social media banyak pormasi saat ini dan
penggunaan social kebanyakan remaja. Menurut Narasumber13 “kita memberikan
pemahaman bagaimana yang betul betul prodak jurnalis itu bagaimana, dan karya
jurnalistik butuh tahap bukan instan, butuh proses verivikasi, informasi yang kita
dapatkan tidak menelah begitu saja, mencakup begitu saja dan langsung menyiarkan
ketelevisi , tetapi kita butuh konfirmasi, dan verifikasi data, bahkan kebenarannya
akan, apakah informasi itu adaalah fitna, pelajar harus tau kenapa dia supaya tidak
termakan profokasi-profokasi media social, kenpa kita mengadakan ini lomba karna
ternya karya jurnalistik seperti ini ketika ada informasi berbagai media social dia
sudah paham bagaimana jurnalistik dan produk berita itu tidak seperti ini, jadi dia
bisa memilah, tujuannya untuk memotong penyebaran informasi di media social.”
2.3. Strategi Civil Society organization
Strategi IJTI dalam mendorong partisipasi masyarakat terlibat dalam agenda
kegiatannya dengan meminta partisipasinya dalam pendamping, partisipasinya itu
adalah menjaga bagaimana menjaga jurnalis televisi terjalin sesuai kode etik, kalau
sudah terjalin sesuai kode etik dia pasti akan menjalin informasi yang baik,
memberikan siaran berita yang sehat, yang ditentukan oleh KPUD, oleh dewan pers
sesuai dengan kode etik, jadi masyarakat hanya butuh informasi yang
mengkapanyekan bahwa seperti tugas tugas jurnalisti seperti ini, Menurut
Narasumber14 ”Kalau ada profesi yang mengatas namakan wartawan harus
dilaporkan untuk keterlibatan masyarakat dibutuhkan, karena korban adalah
dimasyarakat, jadi keterlibatannya modal kampaye, kegiatan kegiatan kemarin

13 Wawancara langsung dengan salah satu anggota IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) pada
tanggal 30 desember 2017
14 Ibid
terakhir itu dioalog-dialog ditelevisi lokal, terus masukannya itu adalah kami
disekretariat itu, apapun yang namanya jurnalistik itu sesuatu yang ingin selalu
menjadi ingin benar, kita kembali pada diri kita jurnalis hanya adalah profesi
apapun yang punya kesalahaan tetap akakan bukan berarti terjadi kesalahan, karna
itu hanya memberikan masukan, kritikan , dan kami juga memberikan kegiatan
dikampus, diforum-forum resmi kegiatan seperti PMPI untuk mengundang bahwa
setiap kritikan dan masukan harus di masukkan ke jalurnya pertama ada dewan pers
maka memang di perlukan peran masyarakat dalam bentuk kampanye nnti januari
rencananya kita akan membantu KPU pentas sastra jurnalistik itu tujuannya sama
halnya juga mengajak masyarakat wajip pilih itu untuk memahami seperti apa
pilkada itu.”
Salah satu program dari IJTI dengan Menindaklanjuti kasus yang terjadi pada
salah satu jurnalis televisi yang disebut-sebut memiliki hubungan yang melebihi
kapasitasnya sebagai jurnalis dengan salah satu tersangka korupsi E-KTP, Ikatan
Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pusat menyerukan :15
1. Dalam bekerja, jurnalis Indonesia harus bekerja profesional, berintegritas
sesuai dengan kode etik jurnalis (KEJ).
2. Jurnalis Indonesia dalam menjalankan tugasnya wajib mengedepankan
kepentingan public
3. Jurnalis Indonesia, harus bersikap independen dalam menjalankan tugas-tugas
jurnalistiknya.
4. Jurnalis Indonesia, diperkenankan untuk memperkuat hubungan dan jaringan
terhadap berbagai kelompok atau tokoh-tokoh yang berhubungan langsung
atau tidak lanngsung terhadap materi liputan yang akan dibuat atau
direncanakan secara profesional dan semata-mata untuk kepentingan tugas
jurnalistik dan orang banyak.

15http://ijti.org/20171118120212/Aktual/Himbauan-IJTI-Jurnalis-TV-Harus-Jaga-(diakses pada
tanggal 09 Januari 2018)
5. Dalam melakukan perkerjaan jurnalistik, jurnalis Indonesia tidak
diperkenakan melakukan pekerjaan di luar kapasitasnya, apalagi melindungi
atau menyembunyikan seseorang yang bertentangan dengan hukum.
2.4. Hubungan Civil society organization
2.4.1. Hubungan IJTI dengan Pemerintah
Hubungan IJTI dengan pemerintah hanya untuk menggorganisir profesi
jurnalis televisi, menjaga profesi itu , dan kemudian pemerintah juga biasa
berfungsi sesuai amanah UU Indonesia bahwa pers itu harus merdeka dan itu
adalah pilar ke4 dari demokrasi Indonesia setelah legislatif, eksekutif, dan
yudikatif. Pers jurnalis bertanggung jawab menciptakan hidup yang demokrasi
caranya adalah dengan lewat saluran karya jurnalistik yang disiarkan ditelevisi.
2.4.2. Hubungan IJTI dengan Organisasi lain
Hubungan IJTI dengan Organisasi lain pasti ada jurnalis sangat membutuhkan
juga dengan civil society lembaga ini adalah tidak ada bedanya dengan lembaga-
lembaga lain dia hanya dia bekerja seperti profesi hubungannya adalah dia
mengadvokasi dirinya sebagai alat perjuangan dan melindungi masyarakat karna
jurnalistik adalah dia menjadi mediasi antara informasi dan arus bawah jadi
menjadi betul-betul media lembaga organisasi selain orang-orangnya ini menjadi
pekerja media aktifis jurnalistik dia bias bekerja mengadvokasi masyarakat
tertindas.
Salah satu bentuk Kerjasama yang dilakuka IJTI dengan organisasi lain yaitu
AJI tapi tidak permanen IJTI bekerjasama dengan AJI berkualisi dengan aliansi
jurnalistik independen, jika kita memperjuangkan kesejahteraan jurnalis setiap
hari buruh pasti ada evaluasi setiap tahun ada evaluasi tentang kasus-kasus
kekerasan terhadap jurnalistik kita berkerjasama tidak permanen tetapi dengan
KPU juga bisa bekerjasama.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
 Civil society organization (CSO) merupakan wadah yang cukup mumpuni
dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Bidang-bidang
yang dijangkau pun bisa berasal dari beragam aspek dan kebutuhan. Secara
tidak langsung, Civil society organization (CSO) dapat menumbuhkan
kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam berpolitik.
 IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia), suatu asosiasi yang menghimpun
para jurnalis televisi dan didirikan pada era reformasi, yakni pada
bulan Agustus 1998, menyusul pengunduran diri Presiden Soeharto. Pada saat
itu, ratusan jurnalis televisi dari RCTI, TPI, SCTV, Indosiar,
dan ANTV berkumpul di Jakarta untuk melakukan kongres pertama dan
sepakat mendirikan IJTI dan memilih pengurus pertama organisasi ini.
Antusiasme Jurnalis dari berbagai Daerah meningkat dan terdapat desakan
agar IJTI membentuk cabang di daerah termasuk dikota kendari. Berdasarkan
rapat pengurus, ditetapkan pembentukan Kordinatoriat Daerah, dengan
terlebih dahulu membuat aturan main organisasi yang dipercayakan pada
Bidang Organisasi IJTI. Sejak itulah lahir pedoman Organisasi Korda yang
berisi ketentuan organisasi IJTI di tingkat Daerah Propinsi dikota kendari
pada tahun 2017, khusus untuk membina keanggotaan dan melakukan tugas-
tugas lain yang berkaitan dengan peningkatan profesi jurnalisme anggota.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Diamond, Larry. “Rethinking Civil Society: Toward Democratic Consolidation”,
Journal of Democracy 5 (1994)
Hikam, AS Muhammad. 2015. “Demokrasi dan Civil Society”. Jakarta. Pustaka
LP3ES Indonesia.
WEBSITE :
http://www.academia.edu/8451118/Civil_Society (diakses pada tanggal 05 Januari
2018)
https://www.qureta.com/post/civil-society-organization-dalam-literasi-politik
(diakses pada tanggal 05 Januari 2018)
http://ijti.org/20171118120212/Aktual/Himbauan-IJTI-Jurnalis-TV-Harus-Jaga
(diakses pada tanggal 05 Januari 2018)
http://www.ijti.org/data.php?t=Visi%20dan%20Misi (diakses pada tanggal 09 Januari
2018)
http://ijti.org/20171118120212/Aktual/Himbauan-IJTI-Jurnalis-TV-Harus-Jaga-
(diakses pada tanggal 09 Januari 2018)
http://www.ijti.org/data.php?t=Visi%20dan%20Misi (diakses pada tanggal 09 Januari
2018)
LAMPIRAN
Kertas Kerja Riset Mandiri
Mata Kuliah Demokrasi dan Civil Society
Nama : IJTI ( Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia)
CSO/LSM
Bidang : Memperjuangkan Jurnalis Kemerdekaan pers, Menegakkan
Kegiatan kode etik jurnalistik UU No 19

Alamat : JL. Abunawas. (Samping MTQ)


Dokumentasi :

Anda mungkin juga menyukai