Anda di halaman 1dari 10

BahanAbrasif

(Nurmalasari, 2014)

1. BahanAbrasif

Abrasi adalah suatu proses untuk pelepasan suatu bahan yang dikenakan pada permukaan
suatu bahan oleh bahan yang lain dengan penggosokan, pencungkilan, pemahatan, pengasahan
atau dengan cara mekanis lainnya secara berulang-ulang oleh suatu gesekan (Anusavice, 2004).
Bahan Abrasi adalah bahan yang menyebabkan abrasi, bahan yang digunakan untuk mengikis,
mengasah, dan menggosok suatu permukaan.

2. Manfaat Bahan Abrasif

Bahan abrasif digunakan untuk membentuk suatu permukaan gigi, bahan restorasi, dan
gigi tiruan guna tercapainya kesehatan gigi dan mulut yang baik, penembalian fungsi kunyah
yang baik, dan tercapainya estetika yang baik. Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik
akan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan
dan bakteri patogen. Hal ini diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi
kekasaran permukaan restorasi. Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga
kebersihannya, dengan tindakan pembersihan preventif, yang biasa dilakukan sehari-hari, karena
benang gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik, ke semua permukaan dan
daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat dikurangi
cukup besar jika seluruh restorasi dipoles dengan baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika
restorasi dipoles dengan baik, karena makanan akan meluncur lebih bebas, pada permukaan
oklusal dan embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak restorasi yang
halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun antagonisnya. Hal ini
khususnya berlaku untuk bahan restorasi seperti keramik/ porselain, yang mengandung fase yang
lebih keras daripada email gigi dan dentin. Permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya
tekanan kontak yang tinggi, yang dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilisasi
antara gigi-gigi. Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter gigi menangani permukaan
restorasi yang tampak jelas, dengan cara berbeda daripada permukaan yang sulit dijangkau.
Walaupun pemolesan yang mirip cermin diinginkan demi alasan di atas, jenis permukaan ini
mungkin secara estetik kurang baik, karena tidak cocok dengan gigi-gigi di sebelahnya apabila
berada di daerah yang mudah kelihatan, seperti permukaan labial dari gigi-gigi aterior atas.
Meskipun demikian, permukaan ini tidak terkena tekanan kontak yang tinggi dan mudah
dibersihkan. Ciri dan corak anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa
mempengaruhi kesehatan maupun fungsi rongga mulut.

3. Kegunaan Bahan Abrasif


a. Pasta propilaksis
Pasta yang difungsikan untuk tujuan profilaksis di rongga mulut. Pasta ini
berfungsi untuk membuang stein, debris, pellikel, materia alba, memberikan
permukaan yang halus, dan menghasilkan estetik yang baik di rongga mulut.
Idealnya pasta profilaksis dapat membersihkan permukaan gigi tanpa mengabrasi
enamel, dentin, dan sementum, maka perlu hati-hati dalam memilih bahan abrasi
untuk tujuan ini. Biasanya bahan abrasi yang digunakan untuk tujuan ini, diberi
tambahan fluorida, sodium fluorida atau stannous fluorida. Bahan abrasi yang
biasa digunakan untuk pasta profilaksis antara lain pumis, zirkonium silika, dan
silikat lainnya.
b. Dentifrices
Dentifrices berfungsi untuk mencegah terjadinya kelainan dalam rongga mulut,
seperti karies gigi dan penyakit periodontal, dengan cara mengendalikan jumlah
mikroorganisme dalam plak dan saliva, dengan cara berkumur dengan obat kumur
dan penggunaan pasta gigi. Dentifrices membersihkan permukaan gigi dari stein,
debris, pellikel, materia alba, serta memolis permukaan gigi, pada daerah yang
dapat terjangkau oleh sikat gigi. Komposisi dentifrices meliputi bahan abrasif,
deterjen, minyak perasa, bahan pemanis, dan fluorida. Bahan abrasif yang biasa
dipakai sebagai dentifrices antara lain silika, kalium karbonat, dan kalsium
phosphat anhidrous.
c. Bahan Pembersih Gigi Tiruan
Pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan dengan perendaman pada larutan
pembersih, dan dengan pemolisan ulang. Pemolisan ulang gigi tiruan dilakukan di
laboratorium teknik gigi. Sayarat bahan pembersih gigi tiruan yang digunakan
untuk polis ulang adalah tidak beracun, ridak merubah warna, mampu
menghilangkan kotoran yang terdeosit pada gigi tiruan, tidak berbahaya, stabil
dalam penyimpanan, bakterisida, dan fungisida.

4. Keausan Abrasif, Keausan Erosif, dan Kekerasan Abrasif

4.1 Keausan abrasif

Keausan adalah proses penghilangan bahan yang dapat terjadi apabila permukaan saling
bergesekan satu sama lain. Proses penyelesaian restorasi melibatkan keausan abrasi melalui
pemakaian partikel keras. Pada bidang Kedokteran Gigi, partikel paling luar atau bahan
permukaan dari instrumen abrasi disebut sebagai abrasif. Bahan yang dirapikan disebut substrat.
Pada kasus bur intan, partikel intan yang ada pada bur memiliki abrasif sementara gigi mewakili
substrat. Juga diperhatikan bahwa bur pada hand piece kecepatan tinggi berputar searah jarum
jam seperti terlihat dari gerak kepala hand piece. Arah putaran dari instrumen abrasif putar perlu
diperhatikan untuk mengendalikan aksinya pada permukaan substrat. Jika hand piece dan bur
meluncur pada arah yang sama dengan arah putaran bur pada permukaan, bur cenderung ‘lari’
dari substrat, sehingga diperoleh aksi pengasahan yang lebih tidak terkontrol dan permukaan
yang lebih kasar.

4.2 Keausan erosif

Keausan erosif disebabkan oleh partikel keras yang menekan permukaan substrat, baik
yang dibawa melalui aliran udara atau aliran air. Kebanyakan laboratorium gigi mempunyai unit
balsting yang dijalankan dengan udara dan menggunakan arosi partikel keras untuk
menghilangkan bahan permukaan. Jenis erosi ini harus dibedakan dengan erosi kimia, yang
melibatkan bahan-bahan kimia seperti asam dan basa alih-alih dari partikel keras, untuk
menghilangkan bahan substrat. Etsa asam adalah istilah umum yang digunakan lebih sering
daripada erosi kimia. Erosi kimia tidak digunakan sebagai metode penyelesaian bahan gigi.
Kegunaan utamanya adalah untuk mempreparasi permukaan guna meningkatkan bonding atau
pelapisan.

4.3 Kekerasan Abrasif

a. Diamond 10 Quartz 7

b. Silikon Carbide 9-10 Tin Oxide 6-7

c. Emery 9-10 Porcelain 6-7

d. Tungsten Carbide 9-10 Garnet 6,5-7

e. Aluminum Oxide 9 Tripoli 6-7

f. Zirconium Silicate 7,5-7 Pumice 6

g. Cuttle 7

5. Macam-Macam BahanAbrasif

Terdapat beberapa jenis bahan abrasif yang tersedia tetapi hanya yang umum yang
digunakan dalam Kedokteran Gigi. Abrasif alamiah mencakup batu Arkansas, kapur, korundum,
intan, ampelas, akik, pumice, quartz, pasir, tripoli, dan zirkonium silikat. Cuttle dan kieselguhr
berasal dari sisa organisme hidup. Abrasif buatan pabrik adalah bahan disintesa yang umumnya
lebih disukai karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat ditebak. Silikan karbid, oksida
aluminium, rouge, dan oksida timah adalah contoh dari abrasif buatan pabrik.

5.1 Bahan Abrasif Alami

Bahan Abrasif Alami menurut Anusavice tahun 2004 antara lain :

a. Batu Arkansas. Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu muda
dan semi transluler yang ditambang di Arkansas. Mengandung quartz mikrokristal dan
mempunyai corak yang padat, keras, serta seragam. Potongan kecil dari mineral ini
dicekatkan pada batang logam dan dituang ke berbagai bentuk untuk mengasah email gigi
dan logam campur.

b. Kapur.Salah satu bentuk mineral dari kalsit. Kapur adalah abrasif putih yang terdiri atas
kalsium karbonat. Kapur digunakan sebagai pasta abrasif ringan, untuk memoles email
gigi, lembaran emas, amalgam, dan bahan plastik.

c. Korundum. Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya berwarna putih. Sifat
fisiknya lebih rendah dari pada oksida alfa-aluminium, yang sudah banyak menggantikan
korundum dalam aplikasi di Kedokteran Gigi. Korundum digunakan terutama untuk
mengasah logam campur dan tersedia dalam bentuk abrasif bonding dengan bermacam
bentuk.Paling umum digunakan pada instrumen yang disebut white stone.

d. Intan. Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon. Intan
adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut sebagai bahan abrasif yang super
abrasive karena kemampuannya untuk mengasah substansi apapun. Abrasif intan dipasok
dalam berbagai bentuk, termasuk instrumen abrasif yang berputar, ampelas abrasif yang
mempunyai backing logam lentur, dan pasta poles intan. Digunakan pada bahan keramik
dan resin komposit.

e. Amril. Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang dibuat dalam bentuk
butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam bentuk disk abrasif dan tersedia dalam
berbagai ukuran kekasaran. Amril dapat digunakan untuk memoles logam campur atau
bahan plastis.

f. Akik. Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang mempunyai sifat fisik
dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah silika dari aluminium, kobalt, besi,
magnesium, dan mangan. Abrasif akik yang digunakan dalam kedokteran gigi biasanya
berwarna merah gelap. Akik sangat keras dan jika patah selama pengasahan, membentuk
bidang berbentuk pahat yang tajam, membuat bahan ini menjadi abrasif yang sangat
efektif.Akik tersedia dalam bentuk disk dan pita punjung. Akik digunakan untuk
mengasah logam campur dan bahan plastik.

g. Pumis. Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan silika berwarna abu-abu muda.
Pumis atau batu apung biasanya digunakan dalam bentuk suspensi dalam air. Digunakan
terutama dalam bentuk pasir, tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet. Kedua
bentuk ini digunakan pada bahan plastik. Tepung pumis adalah derivat batu volakanik
yang sangat halus dari Italia dan digunakan untuk memoles email gigi, lempeng emas,
amalgam gigi, dan resin akrilik.

h. Quartz. Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang sangat keras, tidak
berwarna, dan transparan. Quartz adalah bentuk mineral yang sangat banyak dan tersebar
luas. Partikel-partikel kristalin quatrz dilumatkan untuk membentuk partikel angular yang
tajam, yang bermanfaat dalam membuat disk abrasif. Abrasif quartz digunakan terutama
untuk merapikan logam campur dan dapat digunakan untuk mengasah email gigi.

i. Pasir. Pasir adalah campuran partikel mineral kecil yang terutama terdiri atas silika.
Partikel ini berwarna-warni, membuat abrasif pasir mempunyai penampilan yang khas.
Partikel pasir mempunyai bentuk bulat atau angular. Diaplikasikan dengan tekanan udara,
untuk menghilangkan bahan tanam dari logam campur pengecoran. Juga, dapat
dilapiskan pada disk kertas, untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.

j. Tripoli. Abrasif ini berasal dari endapan batu silika yang ringan dan rapuh. Berwarna
putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Jenis yang berwarna abu-abu dan merah adalah
yang paling sering digunakan dalam Kedokteran Gigi. Batu ini digiling menjadi partikel
yang sangat halus dan dibentuk dengan pengikat lunak, menjadi batang-batang senyawa
pemoles. Tripoli digunakan untuk memoles logam campur dan beberapa bahan plastik.

k. Zirkonium silikat. Zirkon atau zirkonium silikat dipasok sebagai mineral berwarna putih
kekuningan. Bahan ini digiling menjadi partikel, dengan berbagai ukuran dan digunakan
untuk melapisi disk abrasive, serta ampelas. Sering digunakan sebagai komponen pasta
profilaksis gigi.

l. Cuttle. Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk abrasif ini.
Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari bagian dalam rumah kerang laut
Mediterania, dari genus Sepia. Tersedia sebagai abrasif lapisan dan digunakan untuk
prosedur abrasi yang halus, seperti memoles tepi logam dan restorasi amlgam gigi.
m. Kieselguhr. Bahan ini terdiri atas sisa-sisa silika dari tanaman laut kecil, yang disebut
diatom. Bentuk yang lebih kasar disebut tanah diatomaceus, yang digunakan sebagai
bahan pengisi pada beberapa bahan gigi, seperti bahan cetak hidrokoloid. Bahan ini
merupakan abrasif yang sangat halus. Resiko terjadinya silikosis pada pernapasan dapat
terjadi, karena pemajanan kronis terhadap partikel bahan ini, yang ada di udara cukup
besar. Oleh karena itu, tindakan pencegahan harus selalu dilakukan.

5.2 Bahan Abrasif Buatan

Bahan Abrasif Buatan menurut Anusavice tahun 2004 yaitu :

a. Silikon karbid. Silikon karbid merupakan bahan abrasif yang sangat keras dan
merupakan abrasive sintetik yang pertama kali dibuat. Silikon tersebut sangat keras
dan rapuh. Partikel-partikelnya tajam dan mudah pecah untuk membentuk partikel
baru yang tajam. Hal ini menghasilkan efesiensi pemotongan yang sangat tinggi
untuk berbagai bahan termasuk, keramik, dan bahan plastik. Silikon Karbid adalah
abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasif sintetik yang pertama kali dibuat.
Silikon Karbid yang berwarna hijau atau hitam-biru mempunyai sifat fisik yang
setara. Bentuk hijau sering lebih disukai, karena substrat terlihat lebih nyata di balik
warna hijau tersebut. Silikon karbid sangat keras dan rapuh. Patikel-partikelnya tajam
dan mudah pecah, untuk membentuk partikel baru yang tajam. Hal ini menghasilkan
efisiensi pemotongan yang sangat tinggi, untuk berbagai bahan, termasuk logam
campur, keramik, dan bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai abrasif pada disk
dan instrumen bonding vitreous serta karet.

b. Oksida Aluminium. Oksida aluminium adalah abrasif sintetik kedua, yang


dikembangkan sesudah silikon karbid. Oksida aluminium sintetik (alumina) dibuat
berupa bubuk berwarna putih. Dapat lebih keras daripada korundum (alumina alami),
karena kemurniannya. Alumina dapat diproses dengan berbagai sifat, melalui sedikit
mengubah reaktan pada proses pembuatannya. Terdapat beberapa jenis ukuran
butiran dan alumina yang sudah semakin banyak digunakan menggantikan bahan
amril sebagai bahn abrasif. Oksida aluminium digunakan secara luas dalam
Kedokteran Gigi. Oksida ini dipakai untuk membuat abrasif bonding, abrasif
berbentuk lapisan, dan abrasif yang dijalankan dengan motor udara. White stone
dibuat dari oksida aluminium, yang disintesis dan populer untuk merapikan email
gigi, logam campur, maupun bahan keramik. Abrasif logam aluminium yang
berwarna pink dan merah delima dibuat dengan menambahkan senyawa kromium
pada bahan asli. Variasi ini dipasarkan dalam bentuk bonding viterous sebagai batu
tidak terkontaminasi, untuk preparasi logam campur logam-keramik sebelum
menerima porselen. Sisa-sisa abrasif ini tidak boleh mengganggu pengikatan porselen
ke logam campur. Hasil tinjauan ulang dari Yamamoto (1985) menunjukkan bahwa
bur karbid merupakan instrumen yang paling efektif, untuk merapikan jenis logam
campur ini, karena tidak mengkontaminasi permukaan logam dengan terjebaknya
partikel abrasif.

c. Abrasif Intan Sintetik. Intan buatan digunakan khusus sebagai abrasif dan dibuat
lima kali lebih besar dari tingkat abrasif intan alami. Jenis abrasif ini digunakan pada
pembuatan gergaji intan, roda, dan bur intan. Blok yang ditanami partikel intan
digunakan untuk mengasah jenis abrasif yang lain. Pasta pemoles intan juga dapat
dibuat dari partikel yang diameternya lebih kecil dari 5 μm dan digunakan untuk
memoles bahan keramik. Abrasif intan sintetik digunakan terutama untuk struktur
gigi, bahan keramik, dan bahan resin komposit.

d. Rouge. Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna merah dalam
rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan berbagai pengikat lunak menjadi
bentuk bedak. Digunakan untuk memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi.

e. Oksida Timah. Oksida timah merupakan abrasif yang sangat halus, digunakan secara
luas sebagai bahan pemoles, untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut. Bahan ini
dicampur dengan air, alkohal, atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif ringan.

Finishing dan Polishing

Bahan abrasif merupakan bahan yang biasa dipakai untuk prose finishing dan polishing di
Kedokteran Gigi. Finishing adalah tahapan dalam suatu pekerjaan restorasi, yang merupakan
tahapan penyelesaian, guna membentuk suatu kontur permukaan restorasi sesuai dengan yang
dikehendaki, dalam hal ini adalah sesuai dengan bentuk anatomi dan fungsi dari restorasi yang
dibuat. Polishing adalah suatu tahapan akhir dari restorasi yang berujuan untuk membuat suatu
permukaan restorasi menjadi halus dan mengkilap.

Faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang Kedokteran Gigi, meliputi :

a. Kekerasan partikel abrasif; misalnya, diamond adalah bahan yang paling keras,
sedangkan batu apung, batu akik, dan lain-lain relatif lebih lunak.
b. Bentuk partikel bahan abrasif; partikel yang mempunyai tepi tajam akan lebih efisien
daripada partikel yang bersudut tumpul.
c. Besar partikel bahan abrasif; partikel yang lebih besar sanggup menghasilkan goresan
yang lebih dalam.
d. Sifat-sifat mekanis bahan abrasif; bila bahan abrasif pecah, hendaknya dihasilkan tepi
baru yang tajam. Jadi kerapuhan suatu bahan abrasif dapt merupakan suatu
keberuntungan.
e. Kecepatan gerakan menggosok; gerakan partikel abrasif yang perlahan menghasilkan
goresan yang lebih dalam.
f. Tekanan yang diberikan sewaktu menggosk; tekanan yang terlalu besar dapat membuat
partikel abrasif pecah dan meningkatkan panas yang timbul karena gesekan.
g. Sifat-sifat bahan yang hendak digosok; bahan yang rapuh dapat digosok dengan cepat,
sedangkan bahan yang lunak dan kenyal (misalnya, emas murni) akan mengalir dan
bukannya terasah oleh abrasif.

Fungsi Polishing di bidang Kedokteran Gigi :

1. Proses pemotongan
2. Proses pengasahan
3. Proses penyelesaian
4. Proses pemulasan

Faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang Kedokteran Gigi :

a. Kekerasan partikel abrasif


b. Bentuk partikel bahan abrasivf
c. Besar partikel bahan abrasif
d. Sifat-sifat mekanis bahan abrasif
e. Kecepatan gerakan menggosok
f. Tekanan yang diberikan sewaktu menggosok
g. Sifat-sifat bahan yang hendak digosok
Komposisi dari Bahan Polishing di Bidang Kedokteran Gigi

Alat dan bahan yang digunakan dalam Polishing di bidang Kedokteran Gigi

1. Alat Polishing

Straight dan Contra (Hand piece), Polishing Machine

Material mata bur :

a. Logam
b. Stainless steel. Murah, mudah aus dan keropos, penggunaan dengan kecepatan lebih dari
50.000 rpm dapat merusak bur.
c. Karbid wolfram. Dapat digunakan dengan kecepatan sangat tinggi dan dengan material
yang halus maupun kasar (untuk bur laboratorium, pemotongan akrilik, dan presisi
tinggi)
d. Almunium oksida. Keras seperti intan, tetapi lebih mudah untuk menggrinda akrilik,
matriks resin dari komposit dan logam, kurang baik untuk porselen.
e. Intan. Dapat memotong hampir semua benda, menimbulkan panas tinggi, dan dapat
melelehkan beberapa material tertentu.

2. Bahan Polishing

A. Pasta

a. Tin Oxide

b. Zirkonium Oxide

B. Powder

a. Silikon karbid, dapat tersedia dalam bentuk powder/bubuk, atau digabungkan

dengan karet membentuk batu (stone) atau wheel/lempeng yang dipergunakan

di laboratorium Kedokteran Gigi.

b. Alumina dipergunakan sama seperti silikon karbid.

c. Pasir (silika), ini dipergunakan sebagai ampelas, lempeng kertas abrasif, dan

pada prosedur sand-blasting, terutama untuk alloy cobalt- chromium.


d. Batu apung diperoleh dari batu gunung berapi. Dipergunakan dalam bentuk

suspensi dalam air, terutama pada penghalusan resin akrilik.

e.Tripoli adalah batu gunung yang berpori yang dihaluskan, dicampur dengan
malam untuk mendapatkan bahan seperti bata.

f. Pumis

g.Tin Oxida

h. Zirkonium Oxida

i. Garnet

j. Kieselguhr

3. Instrumen Polishing

Di antara bahan abrasif yang diketahui sebagai instrumen polishing antara lain :

a. diamond adalah bahan yang terkeras partikelnya dapat ditanam dalam bahan
pengikat keramik atau logam, seperti halnya pada bur gigi.
b. Tungsten karbid dipergunakan terutama untuk pembuatan bur dan roda abrasif.
c. Emery adalah campuran alumina dan besi yang tersedia sebagai suatu abrasif yang
dilekatkan pada kain atau kertas.
d. Batu akik adalah bahan abrasif yang relatif lebih lunak, mengandung magnesium
aluminium silikat, dan dipergunakan sebagai pelapis untuk lempeng kertas.
e. Cuttle-fish bone kegunaannya sama dengan batu akik.

Anda mungkin juga menyukai