Anda di halaman 1dari 5

Cara Teknik Budidaya Belut Dalam Drum Tong Tanpa Lumpur

Budidaya – Cara dan Teknik Budidaya Belut Dalam Drum Tong Tanpa Lumpur. informasi
mengenai teknik dan cara pengembangan budidaya belut yang bisa anda pelajari lewat PDF
mungkin untuk dapat berbisnis dibidang belut yang sudah mencapai kesuksesan para exportir
belut ke luar negeri, beberapa tips sederhana dapat anda pelajari untuk dapat mengembangkan
budidaya belut secara besar maupun skala kecil, nah mari kita coba bahas sedikit Cara Teknik
Budidaya Belut Dalam Drum Tong Tanpa Lumpur dibawah ini.

Media Campuran Belut

Menurut Ruslan, Cara Budidaya Belut akan cepat besar jika medianya cocok. Media yang
digunakan ayah dari 3 anak itu terdiri dari lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan
mikroorganisme stater. Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50 cm.
Di atas jerami disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Berikutnya kompos setinggi 5 cm.
Media teratas adalah lumpur kering setinggi 25 cm yang sudah dicampur pupuk TSP sebanyak 5
kg.

Karena belut tetap memerlukan air sebagai habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian
15 cm dari media teratas. Jangan lupa tanami eceng gondok sebagai tempat bersembunyi belut.
Eceng gondok harus menutupi ¾ besar kolam, ujar peraih gelar Master of Management dari
Philipine University itu.

Bibit belut tidak serta-merta dimasukkan. Media dalam kolam perlu didiamkan selama 2 minggu
agar terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan menyediakan sumber pakan alami
seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit
dimasukkan.

Pakan hidup Belut

Berdasarkan pengalaman Ruslan, sifat kanibalisme yang dimiliki Monopterus albus itu tidak
terjadi selama pembesaran. Asal, pakan tersedia dalam jumlah cukup. Saat masih anakan belut
tidak akan saling mengganggu. Sifat kanibal muncul saat belut berumur 10 bulan, ujarnya. Sebab
itu tidak perlu khawatir memasukkan bibit dalam jumlah besar hingga ribuan ekor. Dalam 1
kolam berukuran 5 m x 5 m x 1 m, saya dapat memasukkan hingga 9.400 bibit, katanya.

Pakan yang diberikan harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, bibit ikan mas,
cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00.
Untuk menambah nafsu makan dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g
temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam
pembesaran. Pilih tempat yang biasanya belut bersembunyi, ujar Ruslan.

Pelet ikan dapat diberikan sebagai pakan selingan untuk memacu pertumbuhan. Pemberiannya
ditaburkan ke seluruh area kolam. Tak sampai beberapa menit biasanya anakan belut segera
menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu. Dosisnya 5% dari bobot bibit yang
ditebar. Jika bibit yang ditebar 40 kg, pelet yang diberikan sekitar 2 kg.

Hujan buatan

Selain pakan, yang perlu diperhatikan kualitas air. Bibit belut menyukai pH 5-7. Selama
pembesaran, perubahan air menjadi basa sering terjadi di kolam. Air basa akan tampak merah
kecokelatan. Penyebabnya antara lain tingginya kadar amonia seiring bertumpuknya sisa-sisa
pakan dan dekomposisi hasil metabolisme. Belut yang hidup dalam kondisi itu akan cepat mati,
ujar Son Son. Untuk mengatasinya, pH air perlu rutin diukur. Jika terjadi perubahan, segera beri
penetralisir.

Kehadiran hama seperti burung belibis, bebek, dan berang-berang perlu diwaspadai. Mereka
biasanya spontan masuk jika kondisi kolam dibiarkan tak terawat. Kehadiran mereka sedikit-
banyak turut mendongkrak naiknya pH karena kotoran yang dibuangnya. Hama bisa dihilangkan
dengan membuat kondisi kolam rapi dan pengontrolan rutin sehari sekali, tutur Ruslan.

Suhu air pun perlu dijaga agar tetap pada kisaran 26-28oC. Peternak di daerah panas bersuhu 29-
32oC, seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, perlu hujan buatan untuk mendapatkan
suhu yang ideal. Son Son menggunakan shading net dan hujan buatan untuk bisa mendapat suhu
26oC. Bila terpenuhi pertumbuhan belut dapat maksimal, ujar alumnus Institut Teknologi
Indonesia itu.

Shading net dipasang di atas kolam agar intensitas cahaya matahari yang masuk berkurang.
Selanjutnya 3 saluran selang dipasang di tepi kolam untuk menciptakan hujan buatan. Perlakuan
itu dapat menyeimbangkan suhu kolam sekaligus menambah ketersediaan oksigen terlarut.
Ketidakseimbangan suhu menyebabkan bibit cepat mati, ucap Son Son.

Hal senada diamini Ruslan. Jika tidak bisa membuat hujan buatan, dapat diganti dengan
menanam eceng gondok di seluruh permukaan kolam, ujar Ruslan. Dengan cara itu bibit belut
tumbuh cepat, hanya dalam tempo 4 bulan sudah siap panen.

nah mungkin selain budidaya belut diatas mungkin anda tertarik untuk mencoba memahami Cara
Budidaya Tomat serta Cara Membuat Kerupuk dan semoga berfaedah untuk anda dalam
mengembangkan Cara Teknik Budidaya Belut Dalam Drum Tong Tanpa Lumpur diatas.
Related article:
~budidaya belut dalam tong~budidaya belut dalam drum~cara budidaya belut~ternak belut
dalam tong~cara beternak belut di drum~BUDIDAYA BELUT~ternak belut dalam
drum~beternak belut dalam drum~cara beternak belut dalam drum~budidaya belut tanpa
lumpur~

Analisis Usaha Budidaya Belut di Dalam Tong atau Drum

Asumsi
1. Tong atau drum yang digunakan bervolume 200 liter sebanyak 20 buah.
2. Lama setiap periode pemeliharaan 4 bulan. Namun, tidak menutup kemungkinan jika periode
pemeliharaan bisa lebih cepat menjadi 3 bulan.

3. Tong atau deum dapat digunakan selama 4 tahun (12 Periode pemeliharaan)
4. Cat Minyak, Pipa PVC dan perlengkapan pendukung dapat digunakan selama 4 tahun
5. Padat tebar bibit 2 kg per drum, menggunakan bibit berjumlah 80-100 ekor per kg. Jadi
kepadatan maksimal tong 200 ekor bibit.
6. Kegiatan budi daya dilakukan sendiri oleh pembudidaya, hanya proses penyiapan tong dan
pembuatan media yang menggunakan tenaga kerja borongan.
7. Media yang digunakan adalah campuran tanah yang dimatangkan dengan media instan
bokashi.
8. Pakan utama yang dibudidayakan sendiri, sehingga menekan biaya pakan.

Analisis Usaha
Biaya investasi
- Tong atau drum 20 buah @ Rp100.000………………….Rp 2.000.000
- Cat minyak 7 kaleng @ Rp8.000……………………………..Rp 56.000
- Pipa PVC 2 inchi 3 batang @ Rp30.000…………………..Rp 90.000
- Perlengkapan pendukung
(ember, cangkul, serok, baskom, Was, dan jeriken)……Rp 200.000
- Upah pembuatan tong (borongan…………………………….Rp 100.000
Total investasi……………………………………………………………Rp2.446.000

Biaya operasional per periode pemeliharaan


— Biaya Tetap
Penyusutan tong atau drum Rp2.000.000 : 12 …………Rp 167.000
Penyusutan cat Rp56.000 : 12 ………………………………….Rp 4.700
Penyusutan pipa PVC Rp90.000 : 12……………………….. Rp 7.500
Penyusutan peralatan pendukung Rp200.000 : 12…… Rp 16.700
Penyusutan upah persiapan drum Rp100.000: 12…….. Rp 8.400
total biaya tetap………………………………………………………….. Rp 204.300

— Biaya Tidak Tetap


Bibit belut 40 kg x Rp40.000/kg……………………………………………. Rp 1.600.000
Pelet, cacing, dan ikan-ikanan kecil 474 kg x Rp3.000/kg………. Rp 1.422.000
EM4 4,5 botol x Rp , 25.000/ botol…………………………………………. Rp 112.500
Jerami padi 4 ikat x Rp5.000/ikat………………………………………….. Rp 20.000
Batang pisang 10 batang x Rp1.000/batang……………………………. Rp 10.000
Bekatul atau dedak 67 kg x Rp2.000/kg………………………………….. Rp 134.000
Pupuk kandang 4 karung x Rp6.000/karung…………………………… Rp 24.000
Gula 0,25 kg x Rp6.000/kg……………………………………………………… Rp 1.500
HSC (Humic Substance Complex) 1 botol………………………………….. Rp 90.000
Tenaga pembuatan media…………………………………………………………. Rp 50.000
Total biaya tidaktetap……………………………………………………………….. Rp3.464.000

— Total Biaya Operasional


Total biaya operasional = Total Biaya Tetap + Total Biaya Tidak Tetap
= Rp204.300 + Rp3.464.000
= Rp3.668.300

3. Penerimaan per Periode


Penjualan hasil panen 400 kg x Rp25.000/kg = Rp10.000.000

4. Keuntungan
Keuntungan = Total penerimaan – total biaya operasional
= Rp10.000.000 – Rp3.668.300
= Rp6.331.700

5. Pay Back Period


Pay back period adalah waktu titik batik modal atau titik impas,
yaitu perbandingan antara total investasi dengan keuntungan yang diperoleh.

Pay back period = (Total investasi : keuntungan) x 1 bulan


= (Rp2.446.000 : Rp6.331.700) x 1 bulan
= 0,4 bulan

sumber : Drs.Ruslan Roy, MM dan Bagus Harianto, AgroMedia Pustaka,


2009/http://hobiikan.blogspot.com/
Diposkan oleh Sabarudin Achmad Orang Ngimbang di 21.19

4 komentar:

1.

HCS CLUB SUKSES7 Desember 2011 07.50

Materi budidaya belut sangat banyak manfaatnya bagi yang mau memanfaatkannya.
Insya Allah budidaya belut tersebut akan lebih meningkat penghasilannya dan menurun
pembiayaannya jika ditambah menggunakan Suplemen Organik, baik Cair maupun untuk
tanaman (SOC-SOT)untuk fermentasi media dan makanannya Selengkapnya kunjungi
http://hcssukses.blogspot.com/p/produk.html

Balas

2.

hendabunasa kendrol10 Januari 2013 03.22

THANKS PAK...NUMPANG COPAS YAH

Balas

3.

ptc sites terbaik22 April 2013 07.57

nais info, btw ada update untuk tahun 2013 ga ya?

Anda mungkin juga menyukai