Anda di halaman 1dari 25

JAWABAN :

1. Reformasi Administrasi
a. Latar Belakang Reformasi Administrasi
Pada masa perubahan yang demikian gencar ini, lahir
harapan masyarakat yang muluk-muluk, suatu harapan yang tak
dijumpai dalam masyarakat maju. Perubahan sosial yang fundamental
menyebabkan lahirnya tuntutan dan tekanan baru. Menjalarnya
urbanisasi dan sekularisasi yang cepat, serta kebutuhan akan
demokratisasi pemerintahan dan administrasi, menyebabkan beban
aparatur pemerintah bertambah besar, dan mau tidak mau adpatabilitas
menjadi sangat penting dan menjadi kebutuhan. Semua perubahan dan
transformasi ini menyebabkan timbulnya pertentangan antara nilai lama
dan baru, antara nilai yang tradisional dan yang modern. Tekanan dan
pertentangan ini tidak hanya terbatas pada tubuh birokrasi, melainkan
juga dikalangan masyarakat. Di kalangan intelektual, yang diharapkan
mampu melakukan perbaikan terhadap kebobrokan birokrasi, malah
mereka, utamanya yang konservatif, menjadi stigma birokrasi, sehingga
sifat birokrasi yang elitis, terlalu menyenangi sikap otoriter dan kurang
komunikasi dengan masyarakat semakin hari semakin parah
keadaannya.
Dengan latar belakang dan kondisi demikian, maka
kebutuhan akan perubahan dan adaptasi aparatur pemerintah sangatlah
mendesak, walaupun masalah yang mengitarinya terlalu kompleks dan
rumit. Sebagai konsekuensi logisnya, maka reformasi administrasi di
negara sedang berkembang menjadi keharusan (condition sine quanon)
dan menjadi perhatian utama pemerintah negara sedang berkembang,
termasuk pemerintahan daerah di Indonesia. Reformasi administrasi
merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan di negara
berkembang, terlepas dari tingkat perkembangan, arah, dan tujuannya.
Semata hanya karena kemampuan administratif dipandang semakin

1
penting artinya bagi terlaksananya kebijaksanaan dan rencana
pembangunan. Penyempurnaan kemampuan administratif, meliputi
usaha-usaha untuk mengatasi masalah lingkungan, perubahan
struktural, dan institusi tradisional atau perubahan tingkah laku individu
dan atau kelompok, ataupun kombinasi dari keduanya.
Perubahan administrasi yang menggambarkan perbaikan dalam praktik
administrasi, organisasi, prosedur, dan proses. Artinya setiap perubahan
prosedur dapat dikategorikan sebagai reformasi administrasi. Menurut
Butcher (2003) setidaknya ada empat factor yang mendorong adanya
reformasi administrasi public pada Negara-negara demokratis, yaitu :
1. Saat bangkit dari resesi ekonomi global yang menyusul krisis
minyak di tahun 1970-an dunia barat menghadapi tekanan
keuangan.
2. Munculkan terhadap lembaga-lembaga public untuk membuat
pelayanan public yang lebih tanggap terhadap klien.
3. Meningkatnya kesadaran akan potensi teknologi informasi dalam
membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan public
4. Perubahan diperlukan untuk meningkatkan kontrol politik terhadap
birokrasi pemerintah pusat.
Dengan demikian maka perubahan yang terjadi dalam suatu
Negara akan berdampak terhadap kebijakan serta keputusan yang
diambil dalam mewujudkan pemerintahan yang adil, bersih serta
masyarakat yang sejahtera. Reformasi administrasi dipandang sebagai
sebuah proses umum yang menembus semua tahap mulai dari
administrasi dimana mengandung arti sebuah kapasitas yang penting
dan dibutuhkan untuk memperkenalkan adanyan kreativitas ke dalam
unit-unit administrasi pada tingkat apapun untuk mencapai tujuan
pembangunan Negara.

2
Pada intinya latar belakang reformasi administrasi adalah sebagai
berikut :
1. Ketidakpercayaan yang meluas pada kinerja pemerintah dan
kebangkrutan birokrasi di Amerika telah melahirkan konsep
Reinventing Government sebagai model manajemen publik baru
yang dikembangkan oleh David Osborne & Ted Gaebler pada
th.1992
2. Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) masih berlangsung
hingga saat ini.
3. Tingkat kualitas pelayanan publik masih belum mampu memenuhi
harapan masyarakat
4. Tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas birokrasi belum
optimal
5. Transparansi dan akuntabilitas birokrasi masih rendah
6. Disiplin dan etos kerja masih rendah.
7. Perubahan lingkungan strategis, yang antara lain: kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi, krisis ekonomi global,
berkembangnya persaingan antar negara
b. Tujuan dilaksanakannya reformasi administrasi pada birokrasi
Mosher (Leemans) berpendapat bahwa tujuan dari reformasi
administrasi adalah merubah kebijakan dan program, meningkatkan
efektivitas administrasi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
dan melakukan antisipasi terhadap kritikan dan ancaman dari luar.
Menurut Caiden (1969), tugas dari para pelaku reformasi administrasi
adalah untuk meningkatkan kinerja administrasi bagi individual,
kelompok, dan institusi dan memberikan masukan tentang cara-cara
yang dapat ditempuh untuk dapat mencapai tujuan dengan lebih efektif,
ekonomis dan lebih cepat. Dror (Zauhar, 2002) berpendapat bahwa
reformasi pada hakekatnya merupakan usaha yang berorientasi pada
tujuan yang bersifat multidimensional. Terdapat 6 (enam) tujuan
reformasi yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, tiga

3
tujuan reformasi bersifat intra-administrasi yang ditujukan untuk
menyempurnakan administrasi internal dan tiga tujuan reformasi
lainnya berkenaan dengan peran masyarakat di dalam sistem
administrasi.
Tujuan internal reformasi administrasi yang dimaksud meliputi :
1. Efisiensi administrasi, dalam arti penghematan uang, yang dapat
dicapai melalui penyederhanaan formulir, perubahan prosedur,
penghilangan duplikasi dan kegiatan organisasi metode yang lain.
2. Penghapusan kelemahan atau penyakit administrasi seperti korupsi,
pilih kasih dan sistem teman dalam sistem politik dan lain-lain.
3. Pengenalan dan penggalakan sistem merit, pemakaian PPBS,
pemrosesan data melalui sistem informasi yang otomatis,
peningkatan penggunaan pengetahuan ilmiah dan lain-lain.
Sedangkan tiga tujuan lain yang berkaitan dengan masyarakat adalah :
1. Menyesuaikan sistem administrasi terhadap meningkatnya keluhan
masyarakat.
2. Mengubah pembagian pekerjaan antara sistem administrasi dan
sistem politik, seperti misalnya meningkatkan otonomi profesional
dari sistem administrasi dan meningkatkan pengaruhnya pada suatu
kebijaksanaan.
3. Mengubah hubungan antara sistem administrasi dan penduduk,
misalnya melalui relokasi pusat-pusat kekuasaan.
Pollitt (2003) berpendapat bahwa terdapat tiga tujuan untuk melakukan
reformasi antara lain :
1. Penghematan (to save money) Terjadinya krisis ekonomi yang
melanda dunia yang memaksa pemerintah untuk melakukan gerakan
pemangkasan anggaran (scissors movement). Pemangkasan
anggaran ini dilakukan karena meningkatnya dana yang dikeluarkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (welfare cost)
sedangkan kesempatan untuk menarik pajak baru dari masyarakat
menipis. Pemangkasan pengeluaran publik merupakan agenda
utama dari pemerintah.

4
2. Keinginan untuk memperbaiki kinerja sektor publik. Beberapa
pejabat politik dan pejabat pemerintah percaya bahwa dengan
meningkatkan kinerja sektor publik, dapat membantu pemerintah
untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
yang pada akhirnya akan meningkatkan legitimasi pemerintah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan
meningkatkan kualitas layanan dan produktivitas.
3. Menemukan mekanisme baru bagi akuntabilitas publik, hal ini
disebabkan adanya berbagai pola berbeda yang digunakan pejabat
pemerintah dan aktor politik dalam melakukan pertanggungjawaban
terhadap publik.
Sedangkan Hahn Been Lee (Zauhar, 2002) berpendapat bahwa terdapat
tiga tujuan dilakukannya reformasi administasi antara lain :
1. Penyempurnaan Tatanan (improved order) Keteraturan atau order
merupakan kebajikan yang melekat dalam pemerintahan. Apabila
yang ingin dituju adalah penyempurnaan tatanan, mau tidak mau
reformasi harus diorientasikan pada penataan prosedur dan kontrol.
Yang sangat diperlukan oleh administrator dalam era baru ini adalah
menghadang agen pembaru. Sebagai konsekuensi logisnya maka
birokrasi yang kokoh dan tegar perlu segera dibangun. Tipe
reformasi yang dilakukan dengan penyempurnaan tatanan disebut
dengan reformasi prosedural (procedural reform).
2. Penyempurnaan Metode (improved method) Penyempurnaan yang
dilakukan adalah dalam bidang teknis dan metode kerja. Teknik dan
metode yang baru ini dapat dikatakan bermanfaat bila bisa
mencapai tujuan-tujuan yang lebih luas. Apabila tujuan dari
reformasi administrasi diartikulasikan dengan baik dan secara
efektif diterjemahkan ke dalam berbagai program aksi yang nyata,
penyempurnaan metode akan memperbaiki implementasi program,
yang pada akhirnya akan meningkatkan realisasi pencapaian tujuan.
Tipe reformasi yang dilakukan dengan penyempurnaan metode
disebut dengan reformasi teknis (technical reform).

5
3. Penyempurnaan Kinerja (improved permormance) Penyempurnaan
kinerja lebih bernuansa tujuan dalam substansi program kerjanya
dari pada penyempurnaan keteraturan maupun penyempurnaan
metode teknis administratif. Fokus utamanya adalah pada
pergeseran dari bentuk ke substansi, pergeseran dari efisiensi dan
ekonomis ke efektifitas kerja, pergeseran dari kecakapan birokrasi
ke kesejahteraan masyarakat. Tipe reformasi yang dilakukan dengan
penyempurnaan kinerja disebut dengan reformasi program
(programmatic reform).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dijabarkan diatas,
dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan reformasi administrasi
pada birokrasi adalah :
1. Memperbaiki kinerja birokrasi agar lebih efektif dan efisien.
2. Terciptanya birokrasi yang profesional, netral, terbuka, demokratis,
mandiri, serta memiliki integritas dan kompetensi dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya selaku abdi masyarakat
dan abdi negara.
3. Pemerintah yang bersih (clean government).
4. Bebas KKN.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.
c. Elite penguasa yang berperan dalam reformasi administrasi
Pembaharuan sistem administrasi adalah merupakan salah
satu hal yang paling penting dalam sistem administrasi publik yang
memiliki peran dalam melakukan proses transformasi nilai yang terarah
pada pencapaian tujuan dari pemerintahan. Karena administrasi publik
memiliki peran dalam proses pencapaian tujuan sebagaimana yang
disebutkan diatas maka tentunya administrasi publik memiliki peran
yang sangat vital. Dalam hal ini, Keban mengemukakan bahwa
administrasi publik sebagai the work of government memiliki peran
atau pengaruh yang sangat vital dalam suatu Negara (Keban; 2008;15).
Untuk menjadi baik maka tentunya penyelenggaraan pemerintahan

6
negara harus dilaksanakan dengan visi dan misi yang jelas dan
menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik. Tugas
pemerintah dalam proses pembangunan bangsa demikian kompleks
yang meliputi berbagai dimensi kehidupan dan melibatkan seluruh
masyarakat bangsa dengan latar belakan sosial budaya dan ekonomi
sehingga memerlukan sistem dan proses manajemen pemerintahan yang
handal. Revitalisasi dan pembangunan sektor publik dewasa ini
diarahkan untuk mewujudkan birokrasi publik yang mampu mengelola
tugas pemerintahan dan pembangunan secara efisien, efektif, responsif
dan bertanggung jawab.
Dalam perspektif administrasi publik, reformasi birokrasi
publik harus menghayati posisi dan perannya serta mengikuti
perkembangan disiplin administrasi yang semakin maju. Kondisi ini
diperlukan dalam menghadapi kemajuan dan perubahan lingkungan
strategis yang bersifat multidimensi. Sasaran yang ingin dicapai adalah
terwujudnya birokrasi pemerintahan yang profesional, beretika, dan
efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, serta dapat
memenuhi tuntutan publik terhadap kebutuhan pelayanan yang semakin
berkualitas. Dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan kepada
masyarakat maka perlu disertai dengan pemahaman mengenai
pentingnya akuntabilitas atas setiap kebijakan dan tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah.
Sehingga elite penguasa yang berperan dalam reformasi administrasi
adalah pemerintah karena sasaran utama reformasi administrasi adalah
terwujudnya birokrasi pemerintahan yang profesional, beretika, dan
efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, serta dapat
memenuhi tuntutan publik terhadap kebutuhan pelayanan yang semakin
berkualitas dan upaya seperti ini sengaja dilakukan dengan
menggunakan kekuatan, otoritas dan itu diakukan untuk perubahan
tujuan, struktur atau prosedur birokrasi dan untuk, mengubah perilaku
atau personalnya.

7
2. Perkembangan Teori Administrasi Publik
a. Perbedaan antara model tradisional dengan administrasi negara
baru
Paradigma Administrasi Negara lama/Tradisional
Paradigma Administrasi Negara Lama dikenal juga dengan
sebutan Administrasi Negara Tradisional atau Klasik. Paradigma ini
merupakan paradigma yang berkembang pada awal kelahiran ilmu
administrasi negara. Tokoh paradigma ini adalah antara lain adalah
pelopor berdirinya ilmu administrasi negara Woodrow Wilson dengan
karyanya “The Study of Administration”(1887) serta F.W. Taylor
dengan bukunya “Principles of Scientific Management”
Dalam bukunya ”The Study of Administration”, Wilson
berpendapat bahwa problem utama yang dihadapi pemerintah eksekutif
adalah rendahnya kapasitas administrasi. Untuk mengembangkan
birokrasi pemerintah yang efektif dan efisien, diperlukan pembaharuan
administrasi pemerintahan dengan jalan meningkatkan profesionalisme
manajemen administrasi negara. Untuk itu, diperlukan ilmu yang
diarahkan untuk melakukan reformasi birokrasi dengan mencetak
aparatur publik yang profesional dan non-partisan. Karena itu, tema
dominan dari pemikiran Wilson adalah aparat atau birokrasi yang netral
dari politik. Administrasi negara harus didasarkan pada prinsip-prinsip
manajemen ilmiah dan terpisah dari hiruk pikuk kepentingan politik.
Inilah yang dikenal sebagai konsep dikotomi politik dan administrasi.
Administrasi negara merupakan pelaksanaan hukum publik secara
detail dan terperinci, karena itu menjadi bidangnya birokrat tehnis.
Sedang politik menjadi bidangnya politisi.
Ide-ide yang berkembang pada tahun 1900-an memperkuat
paradigma dikotomi politik dan administrasi, seperti karya Frank
Goodnow ”Politic and Administration”. Karya fenomenal lainnya
adalah tulisan Frederick W.Taylor ”Principles of Scientific
Management (1911). Taylor adalah pakar manajemen ilmiah yang

8
mengembangkan pendekatan baru dalam manajemen pabrik di sector
swasta – Time and Motion Study. Metode ini menyebutkan ada cara
terbaik untuk melaksanakan tugas tertentu. Manajemen ilmiah
dimaksudkan untuk meningkatkan output dengan menemukan metode
produksi yang paling cepat, efisien, dan paling tidak melelahkan.Jika
ada cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas di sector industri,
tentunya ada juga cara sama untuk organisasi public.Wilson
berpendapat pada hakekatnya bidang administrasi adalah bidang bisnis,
sehingga metode yang berhasil di dunia bisnis dapat juga diterapkan
untuk manajemen sektor publik.
Teori penting lain yang berkembang adalah analisis birokrasi
dari Max Weber. Weber mengemukakan ciri-ciri struktur birokrasi yang
meliputi hirarki kewenangan, seleksi dan promosi berdasarkan merit
system, aturan dan regulasi yang merumuskan prosedur dan
tanggungjawab kantor, dan sebagainya. Karakteristik ini disebut
sebagai bentuk kewenangan yang legal rasional yang menjadi dasar
birokrasi modern.
Ide atau prinsip dasar dari Administrasi Negara Lama (Dernhart dan
Dernhart, 2003) adalah :
1. Fokus pemerintah pada pelayanan publik secara langsung melalui
badan-badan pemerintah.
2. Kebijakan publik dan administrasi menyangkut perumusan dan
implementasi kebijakan dengan penentuan tujuan yang dirumuskan
secara politis dan tunggal.
3. Administrasi publik mempunyai peranan yang terbatas dalam
pembuatan kebijakan dan kepemerintahan, administrasi publik
lebih banyak dibebani dengan fungsi implementasi kebijakan
publik
4. Pemberian pelayanan publik harus dilaksanakan oleh administrator
yang bertanggungjawab kepada ”elected official” (pejabat/birokrat
politik) dan memiliki diskresi yang terbatas dalam menjalankan
tugasnya.

9
5. Administrasi negara bertanggungjawab secara demokratis kepada
pejabat politik
6. Program publik dilaksanakan melalui organisasi hirarkis, dengan
manajer yang menjalankan kontrol dari puncak organisasi
7. Nilai utama organisasi publik adalah efisiensi dan rasionalitas
8. Organisasi publik beroperasi sebagai sistem tertutup, sehingga
partisipasi warga negara terbatas.
9. Peranan administrator publik dirumuskan sebagai fungsi
POSDCORB.
Contoh Paradigma Administrasi Negara lama/Tradisional adalah sistem
desentralistik di Indonesia pemerintah pusat tetap memiliki kekuasaan
eksklusif yang tidak bisa sepenuhnya diserahkan pada pemerintah
daerah. Pemerintah masih memegang kontrol yang besar terhadap
pemerintah daerah meskipun tidak lagi sebesar ketika Indonesia
menganut sistem pemerintahan sentralistik. Dalam administrasi publik
klasik organisasi publik lebih memfokuskan pada efisiensi dan
rasionalitas sehingga melupakan sisi humanis dari internal organisasi.
Paradigma Administrasi Negara Baru
Paradigma ini berkembang tahun 1970an. Paradigma
Administrasi Negara Baru (New Public Administration) muncul dari
perdebatan hangat tentang kedudukan administrasi negara sebagai
disiplin ilmu maupun profesi. Dwight Waldo menganggap administrasi
negara berada dalam posisi revolusi ( a time of revolution) sehingga
mengundang para pakar ilmu administrasi negara dalam suatu
konferensi yang menghasilkan kumpulan makalah ”Toward a New
Public Administration : The Minnowbrook Perspective” (1971). Tujuan
konferensi ini adalah mengidentifikasi apa saja yang relevan dengan
administrasi negara dan bagaimana disiplin administrasi negara harus
menyesuaikan dengan tantangan tahun 1970an. Salah satu artikel dalam
kumpulan makalah ini adalah karya George Frederickson berjudul ”The
New Public Administration”.

10
Fokus dari Administrasi Negara Baru meliputi usaha untuk
membuat organisasi publik mampu mewujudkan nilai-nilai
kemanusiaan secara maksimal yang dilaksanakan dengan
pengembangan sistem desentralisasi dan organisasi demokratis yang
responsif dan partisipatif, serta dapat memberikan pelayanan publik
secara merata. Karena administrasi negara mempunyai komitmen untuk
mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan (social equity), maka
Frederickson menolak pandangan bahwa administrator dan teori-teori
administrasi negara harus netral dan bebas nilai.
Perbedaaan Administrais Negara Lama dan Administrasi Negara Baru dapat
digambarkan dalam bagan berikut :

Pengertian Administrasi Negara Lama Administrasi Negara Baru


Publik Diartikan sebagai government · Pemerintah atau negara
atau negara hanya salah satu aspek
penting dari publik
· Publik berati keseluruhan
sarana atau aktor
kelembagaan yang terlibat
atau menjalankan fungsi
publik.
Administrasi Menggambarkan manajemen Administrasi dan
Publik urusan publik atau aspek implementasi merupakan
implementasi dair hukum- keseluruhan aspek dari
hukum negara atau kebijakan bentuk-bentuk atau
publik. manifestasi aktifitas publik
yang bersifat kolektif.
Fokus · Organisasi dan manajemen · Orientasi eksternal
internal atau aktifitas-aktifitas· Pola-pola organisasi
pemerintah manusia seperti nilai-nilai
· Eksekutif atau administrasi kelompok dan organisasi dan

11
pemerintahan di tingkat pusat bagaimana nilai-nilai itu
samapai daerah. diekspresikan.
· Memperkuat lembaga · Bagaimana fungsi-fungsi
administrasi negara (big yang dijalankan oleh
bureaucrasy) organisasi sukarela,
· Hirarki dan spesialis organisasi non-profit,
· Penetapan manajemen organisasi bisnis, dan
ilmiah/prinsip-prinsip organisasi pemerintah.
· Pemisahan politik dan · Bagaimana interaksi antara
administrasi organisasi pemerintah,
organisasi non-pemerintah
dan organisasi bisnis.
· Bagaimana lembaga
pemerintah membentuk
kemitraan dengan aktor-aktor
non-pemerintah.
Nilai · Efisiensi · Keadilan
· Ekonomi · Transparansi
· Efektifitas · Responsivitas
· Akuntabilitas publik
· Partisipasi
Relasi Atasan dan bawahan (hirarki· Principal dan agent
Organisasi formal) (kontraktual)
· Meliputi juga “shadow
bureaucrasy”
· Pemerintah sebagai
supervisor dan fasilitator
Struktur · Birokratis · Non birokratis
· Mekanisme komando dan· Network
kontrol · Desentralisasi
· Tawar-menawar (bargaining)
dan persuasi

12
Hakekat Makhluk yang mekanistik · Makhluk rasional yang bisa
Manusia melakukan “rational choice”
· Individu cenderung
mengutamakan kepentingan
pribadinya karena itu lebih
suka berada di bawah sistem
pasar bebas

b. Cara/model untuk kewirausahaan administrasi publik.


Istilah kewirausahaan dalam manajemen kewirausahaan
menunjukkan makna manajemen yang dilandasi oleh enterprise culture
(Thompson dan Riccucci, 1998), atau yang dlandasi oleh karakter risk
culture (Bozeman and Kingsley, 1998). Dalam perkembangannya,
makna kewirausahaan tidak hanya diterapkan pada sektor swasta tetapi
juga pada sektor publik (Heinonen: 2000).
Di sektor publik, makna tersebut terus berkembang dengan
munculnya pemikiran tentang public entrepreneurship yaitu proses
penciptaan nilai bagi warga negara dengan mengkombinasikan sumber
daya publik dan atau swasta dan memanfaatkannya untuk mendapatkan
social opportunities (Morris and Jones 1999: 71). Makna ini diilhami
oleh konsep yang telah berkembang sejak tahun 1980-an seperti social,
political and policy entrepreneur (Zerbinati dan Souitaris, 2004). Makna
kewirausahaan ini menuntut adanya public sector entrepreneurship yang
menjelaskan jenis-jenis perilaku entrepreneurial yang harus ditunjukkan
oleh sejumlah aktor politik dan pemerintahan (Shockley, Frank and
Stough 2002).
Kemunculan fenomena kewirausahaan dalam sektor publik
telah memunculkan debat menarik dalam kepustakaan administrasi
publik. Debat ini menyangkut democratic responbility para manajer

13
publik dan politisi. Terry (1993) berpendapat bahwa model
kewirausahaan tidak cocok diterapkan dalam dunia administrasi publik
karena kewirausahaan mengandung karekteristik anti demokrasi yaitu
sangat bergantung pada dominasi dan paksaan, memilih perubahan
revolusioner, dan tidak menghargai tradisi.
Sebaliknya ada pendapat bahwa kewirausahaan dapat
diterapkan pada sektor publik dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai
demokrasi bahkan dapat menjadi penyokong atau pengaman nilai-nilai
demokrasi jika public entrepreneur bertindak sebagai civic regarding
entrepreneur. Dalam konteks ini, public entrepreneur perlu mendapat
otoritas politik dan mengikuti prinsip-prinsip teori demokrasi, dan perlu
lebih memperhatikan administrative responbility dalam memfasilitasi
pendidikan dan keterlibatan warga negara dalam proses politik (Bellone
and Goerl 1992 : 132).
Konsep public entrepreneurship bermanfaat untuk
mengembangkan penilaian kritis atas perubahan pada lingkungan
pemerintahan. Hubungan pertukaran antara pemerintah dan warga
negara-konsumen-klien menempati tempat utama dalam public
entrepreneurship. Konsep public entrepreneurship memberikan
kemungkinan dilakukannya reformasi radikal pada birokrasi
pemerintahan, khususnya melalui penginjeksian persaingan dan kontrol
demokratis ke dalam organisasi publik.
Public entrepreneurship memberikan jalan keluar dari dilema
antara market fetishim (tergila-gila dengan pasar) pada satu sisi dan
birokratisasi pada sisi lain. Public entrepreneurship ini dibedakan dalam
dua tataran, pertama, organisasi birokrasi pemerintah yang harus
berubah menjadi lebih entrepreneurial, dan kedua, pejabat-pejabat
birokrasi dan departemen pemerintah harus mengubah orientasi
kinerjanya menjadi lebih entrepreneurial (Van mierlo 1996:3).

14
3. Good Governance dan Good Corporate Governance
a. Kepemimpinan menggunakan indikator wawasan kedepan
(visionary)
Kepemimpinan visioner sangat dibutuhkan di era modern ini.
Sebelum mengenal apa itu kepemimpinan visioner, mari kita bahas
terlebih dahulu apa itu kepemimpinan? Kepemimpinan merupakan ilmu
dalam mempengaruhi, mengajak, meyakin orang lain untuk mau
melakukan suatu tujuan demi kepentingan kelompoknya.
Sedangkan visioner berarti berpikiran ke depan. Jadi kepemimpinan
visioner bisa diartikan sebagai kerja yang difokuskan pada visi yang
hebat untuk perubahan di masa depan. Kepemimpinan yang visioner
bertujuan sebagai agen perubahan jaman menuju yang lebih baik.
Kepemimpinan gaya ini haruslah mereka yang memiliki kecerdasan
dalam memprediksikan kebutuhan masa depan, sehingga bisa
mempersiapkannya dari sekarang.
Kemudian nantinya, gambaran atau perubahan yang akan
dilakukan untuk masa depan tersebut dapat dibuat sebagai visi dan misi
yang jelas. Visi dan misi inilah nantinya yang akan dijadikan suatu
kelompok atau organisasi untuk arah atau tujuan berjalannya organisasi
tersebut.
Kepemimpinan visioner memiliki beberapa ciri utama. Berikut ciri-ciri
kepemimpinan visioner tersebut :
1. Berwawasan luas dan pandangan ke depan
Kepemimpinan yang mengikuti gaya visioner harus memiliki
wawasan ke depan. Jadi dalam gaya memimpinnya jelas, akan
dibawa ke mana (perubahan ke depan) organisasinya nantinya.
Selain itu juga harus memiliki wawasan yang luas, tidak hanya ke
depan tapi juga kebelakang sebagai bekal untuk menentukan visi dan
misinya. Visi dan misi inilah nantinya yang harus dikemas sejelas-
jelasnya agar anggotanya tahu ke mana arah untuk melangkah.

15
2. Berani bertindak
Keberanian juga harus dimiliki dalam gaya kepemimpinan visioner.
Ingat, gaya kepemimpinan ini berasal dari imajinasi tentang masa
depan yang lebih baik. Tidak heran jika saat ini, visi dan misi
tersebut akan terdengar sangat mustahil atau sebagai hal yang tidak
mungkin dilakukan.Pasti akan banyak yang menetang atau mencibir.
Oleh karena itu, kepemimpinan ini harus berani dalam menghadapi
semua halang rintangan tersebut. Makanya memang harus
dipersiapkan semua alasan dengan serasional mungkin ketika
membentuk visi dan misi.
3. Mampu mempengaruhi orang lain
Karena terdengar imajinatif untuk visi dan misinya, maka gaya
kepemimpinan ini harus memiliki kecakapan yang luar biasa agar
bisa mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama dengannya.
Memang dibutuhkan kerja keras dan berani mengahadapi risiko.
4. Memiliki komitmen yang kuat
Orang yang menggunakan gaya kepemimpinan visioner harus
memiliki komitemen yang kuat. Pasalnya, kita harus membuktikan
kepada banyak orang untuk membuat ‘mimpi’-nya menjadi
kenyataan. Selanjutnya, pemimpin visioner juga harus membuat
suatu mimpi menjadi aksi. Jadi ada aksi nyata yang dilakukan, tidak
hanya sekadar visi atau misi saja. Namun, ada tindakan nyata yang
dibuktikan untuk menuju kepada tujuan tersebut.
5. Kreatif dan inovatif
Menjadi pemimpin yang visioner juga harus berpikir secara kreatif
dan inovatif. Pasalnya gaya kepemimpinan ini akan membuat
paradigma baru. Jadi memang diperlukan orang yang aktif dan
kreatif.
6. Membangun hubungan yang efektif
Pemimpin dengan gaya visioner harus memiliki kemampuan untuk
membangun hubungan yang baik dengan orang lain di dalam
organisasinya maupun di luar organisasinya. Gaya kepemimpinan ini
harus mampu memotivasi anggotanya agar terus melakukan aksi
untuk mewujudkan visi dan misinya.

16
Untuk menuju kepemimpinan yang visioner harus melakukan beberapa
langkah. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menuju
kepemimpinan visioner :
1. Ciptakan visi ke depan.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan visi yang
jelas. Imajinasikan mimpi apa yang ingin diterjemahkan dalam
sebuah visi agar memberikan paradigma baru atau perubahan baru
yang baik untuk masa depan.
2. Merumuskan visi tersebut.
Jika visi sudah dibuat, kini saatnya untuk merumuskan visi tersebut
bersama bawahan atau anggota. Rumuskan apa, bagaimana, siapa,
mengapa, kenapa visi tersebut.
Uraikan mulai dari mendefinisikan visi (apa), bagaimana cara
menjalankan visi, siapa yang akan disasar, mengapa visi tersebut
baik, dan kenapa harus dijalankan. Rumuskan hingga hal-hal
terkecil, agar jelas dalam pelaksanaannya.
3. Mentransformasikan visi.
Kemudian komunikasikan visi tersebut ke seluruh anggota dan
tularkan ke semua elemen yang Anda tuju.
4. Mengimplementasikan visi.
Kemudian ubah visi menjadi aksi nyata. Penjabaran yang sudah
dirumuskan diubah menjadi suatu aksi nyata menuju visi yang dibuat
tadi.
b. Menciptakan good governance dengan menggunakan system yang
accoauntable
Dalam good governance, akuntabilitas publik merupakan
elemen terpenting dan merupakan tantangan utama yang dihadapi
pemerintah dan pegawai negeri. Akuntabilitas berada dalam ilmu sosial
yang menyangkut berbagai cabang ilmu sosial lainnya, seperti ekonomi,
adminitrasi, politik, perilaku, dan budaya. Selain itu, akuntabilitas juga
sangat terkait dengan sikap dan semangat pertanggungjawaban

17
seseorang. Akuntabilitas secara filosofi timbul karena adanya kekuasaan
yang berupa mandat/amanah yang diberikan kepada seseorang atau
pihak tertentu untuk menjalankan tugasnya dalam rangka mencapai
suatu tujuan tertentu dengan menggunakan sarana pendukung yang ada.
Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa
disebut dengan accoutability yang diartikan sebagai “yang dapat
dipertanggungjawabkan”. Atau dalam kata sifat disebut sebagai
accountable. Lalu apa bedanya dengan responsibility yang juga diartikan
sebagai “tanggung jawab”. Pengertian accountability dan responsibility
seringkali diartikan sama. Padahal maknanya jelas sangat berbeda.
Dalam kaitannya dengan birokrasi, accountability merupakan kewajiban
untuk menjelaskan bagaimana realisasi otoritas yang diperolehnya
tersebut.
Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Sirajudin H Saleh dan
Aslam Iqbal berpendapat bahwa akuntabilitas merupakan sisi-sisi sikap
dan watak kehidupan manusia yang meliputi akuntabilitas internal dan
eksternal seseorang. Dari sisi internal seseorang akuntabilitas merupakan
pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhan-nya. Sedangkan
akuntabilitas eksternal seseorang adalah akuntabilitas orang tersebut
kepada lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan)
maupun lingkungan masyarakat.
Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk kegiatan
kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik. Dalam
hubungan ini, diperlukan evaluasi kinerja yang dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta cara-cara yang digunakan
untuk mencapai semua itu. Pengendalian (control) sebagai bagian penting
dalam manajemen yang baik adalah hal yang saling menunjang dengan
akuntabilitas. Dengan kata lain pengendalian tidak dapat berjalan efisien
dan efektif bila tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang
baik demikian juga sebaliknya.

18
Media akuntabilitas yang memadai dapat berbentuk laporan
yang dapat mengekspresikan pencapaian tujuan melalui pengelolaan
sumber daya suatu organisasi, karena pencapaian tujuan merupakan salah
satu ukuran kinerja individu maupun unit organisasi. Tujuan tersebut
dapat dilihat dalam rencana stratejik organisasi, rencana kinerja, dan
program kerja tahunan, dengan tetap berpegangan pada Rencana Jangka
Panjang dan Menengah (RJPM) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Media akuntabilitas lain yang cukup efektif dapat berupa laporan tahunan
tentang pencapaian tugas pokok dan fungsi dan target-target serta aspek
penunjangnya seperti aspek keuangan, aspek sarana dan prasarana, aspek
sumber daya manusia dan lain-lain.
Implementasi akuntabilitas di Indonesia pada prinsipnya telah
dilaksanakan secara bertahap dalam lingkungan pemerintahan. Dukungan
peraturan-peraturan yang berhubungan langsung dengan keharusan
pernerapan akuntabilitas di setiap instansi pemerintah menunjukan
keseriusan pemerintah dalam upaya melakukan reofrmasi birokrasi.
Namun demikian, masih terdapat beberapa hambatan dalam
implementasi akuntabilitas seperti; masih rendahnya kesejahteraan
pegawai, faktor budaya, dan lemahnya penerapan hukum di Indonesia.

4. Perkembangan Administrasi Publik dibagi menjadi 3


1) Old Public Administration (OPA)
2) New Public Management (NPM)
3) New Public Services
a. Perbedaan dari ketiga perkembangan administrasi publik
Paradigma Old Public Administration (OPA)
Paradigma OPA memiliki tiga pemikiran, yaitu :
Pertama, paradigma dikotomi yang dikemukakan oleh Henry, memiliki
dua kunci pokok yaitu :
 Politik berbeda (distinct) dengan administrasi. Politik adalah arena
dimana kebijakan (policy) diambil sehingga administrasi tidak

19
berhak berada dalam arena tersebut. Administrasi hanya bertugas
mengimplementasikan (administered) kebijakan tersebut.
 OPA juga tidak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsip manajemen
ilmiah (scientific management) Frederick W. Taylor dan
manajemen klasik POSDCORB ciptaan Luther Gullick.
Administrasi negara harus berorientasi secara ketat kepada
efisiensi. Semua sumber daya (man, material, machine, money,
method, market) digunakan sebaik-baiknya untuk mencapai prinsip
efisiensi.
Kedua, manusia rasional (administratif) Herbert Simon juga
memberikan pengaruh terhadap OPA. Menurut Simon, manusia
dipengaruhi oleh rasionalitas mereka dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Rasionalitas yang dimaksud di sini hampir sama dengan efisiensi yang
dikemukakan oleh aliran scientific management. Manusia yang
bertindak secara rasional ini disebut dengan manusia administratif
(administrative man).
Ketiga, teori pilihan publik (public choice) merupakan teori yang
melekat dalam OPA. Teori pilihan publik berasal dari filsafat manusia
ekonomi (economic man) dalam teori-teori ekonomi. Menurut teori
pilihan publik manusia akan selalu mencari keuntungan atau manfaat
yang paling tinggi pada setiap situasi dalam setiap pengambilan
keputusan. Manusia diasumsikan sebagai makhluk ekonomi yang selalu
mencari keuntungan pribadi melalui serangkaian keputusan yang
mampu memberikan manfaat yang paling tinggi.
Denhardt dan Denhardt menguraikan karakteristik OPA sebagai
berikut:
 Fokus utama adalah penyediaan pelayanan publik melalui
organisasi atau badan resmi pemerintah.
 Kebijakan publik dan administrasi negara sebagai tujuan yang
bersifat politik.

20
 Administrator publik memainkan peranan yang terbatas dalam
perumusan kebijakan publik dan pemerintahan; mereka hanya
bertanggung-jawab mengimplementasikan kebijakan publik.
 Pelayanan publik harus diselenggarakan oleh administrator yang
bertanggung-jawab kepada pejabat politik (elected officials) dan
dengan diskresi terbatas.
 Nilai pokok yang dikejar oleh organisasi publik adalah efisiensi
dan rasionalitas.
 Peranan administrator publik adalah melaksanakan prinsip-prinsip
Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting
dan Budgetting.
Paradigma New Public Management (NPM)
Paradigma NPM memiliki konsep yang terkait dengan manajemen
kinerja sektor publik, yang mana pengukuran kinerja merupakan salah
satu dari prinsip-prinsipnya. NPM mengacu kepada sekelompok ide dan
praktik kontemporer untuk menggunakan pendekatan-pendekatan
dalam sektor privat (bisnis) pada organisasi sektor publik. Pemerintahan
yang kaku dan sentralistik sebagaimana yang dianut oleh OPA harus
diganti dengan pemerintahan yang berjiwa wirausaha. NPM
menganjurkan pelepasan fungsi-fungsi pemerintah kepada sektor
swasta. Inti dari ajaran NPM dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pemerintah diajak untuk meninggalkan paradigma administrasi
tradisional dan menggantikannya dengan perhatian terhadap kinerja
atau hasil kerja.
2. Pemerintah sebaiknya melepaskan diri dari birokrasi klasik dan
membuat situasi dan kondisi organisasi, pegawai dan para pekerja
lebih fleksibel.
3. Menetapkan tujuan dan target organisasi dan personel lebih jelas
sehingga memungkinkan pengukuran hasil melalui indikator yang
jelas.

21
4. Staf senior lebih berkomitmen secara politis dengan pemerintah
sehari-hari daripada netral.
5. Fungsi pemerintah adalah memperhatikan pasar, kontrak kerja
keluar, yang berarti pemberian pelayanan tidak selamanya melalui
birokrasi, melainkan bisa diberikan oleh sektor swasta.
6. Fungsi pemerintah dikurangi melalui privatisasi.
Paradigma New Public Services
Akar dari NPS dapat ditelusuri dari berbagai ide tentang demokrasi
yang pernah dikemukakan oleh Dimock, Dahl dan Waldo. NPS berakar
dari beberapa teori, yang meliputi :
1. Teori tentang demokrasi kewarganegaraan. Perlunya perlibatan
warganegara dalam pengambilan kebijakan dan pentingnya
deliberasi untuk membangun solidaritas dan komitmen guna
menghindari konflik. Dengan terjadi peningkatan tuntutan
pembaharuan kewarganegaraan yang didasarkan pada kepentingan
sispil, bukan kepentingan diri sendiri dimana penduduk melakukan
kegiatan dalam demokrasi dengan memberikan konstribusi untuk
kebaikan masyarakat serta untuk pertumbuhan mereka sebagai
manusia yang aktif dan bertanggungjawab.
2. Model komunitas dan masyarakat sipil; akomodatif terhadap peran
masyarakat sipil dengan membangun social trust, kohesi sosial dan
jaringan sosial dalam tata pemerintahan yang demokratis. Dalam
suatu komunitas perlu adanya sebuagh filosofi pluralisme, sebuah
sifat terbuka bagi perbedaan pendapat. Komunitas didasarkan pada
kepedulian, saling percaya dan kerjasama, yang disatukan oleh
sebuah system yang kuat dan efektif bagi komunikasi dan
penyelesaian konflik.
3. Teori organisasi humanis dan administrasi negara baru;
administrasi negara harus fokus pada organisasi yang menghargai
nilai-nilai kemanusiaan (human beings) dan respon terhadap nilai-
nilai kemanusiaan, keadilan dan isu-isu sosial lainnya.

22
4. Administrasi negara postmodern; mengutamakan dialog (dirkursus)
terhadap teori dalam memecahkan persoalan publik daripada
menggunakan one best way perspective. Dasar dari manajemen
publik post-modern iniadalah ide bahwa administasi publik
mainstream seperti ilmu sosial lainnya. Post-modernisme itu sangat
kompleks dan beragam, namun masalah yang dihadapkan saat ini
adalah karena hilangnya kemampuan kita untuk mengungkapkan
kenyataan atau fakta. Dalam perspektif post-modern baik
administrator maupun penduduk harus terlibat sepenuhnya, tidak
hanya berperan sebagai individu tetapi juga sebagai partisipan.

Tiga perspektif Administrasi Publik


No Elemen OPA NMP NPS
1. Dasar Teori politik Teori ekonomi Teori demokrasi,
Epistemologi baragam
pendekatan

2. Konsep public Sesuatu yang Kepentingan public Kepentingan


Interest diterjemahkan mewakili agregasi public merupakan
secara politis dan kepentingan hasil dialog nilai-
tercantum dalam individu nilai
aturan

3. Siapa yang Clients & Pelaganggan Warga Negara


dilayani constituents

4. Peran Pemerintah Mengayuh Mengarahkan Melayani

5. Rasionalitas & Rasionalitas Rasionalitas teknis Rasionalitas


Model Perilaku sinoptis, manusia dan ekonomis, strategis atau
Manusia administratif “economicaman”, formal, uji
pengambil rasionalitas
keputusan yang self- berganda(politis,
interested ekonomis, dan

23
organisasional)

6. Akuntabilitas Menurut hierarki Kehen dak pasar Banyak dimensi;


administrative yang merupakan akuntabilitas pada
hasil keinginan nilai, publik,
customers komunitas, norma
politik,
profesionalisme,
kepentingan
citizen

7. Diskresi Diskresi terbatas Berjangkauan luas Diskresi


Administratif pada petugas untuk mencapai diperlukan tetapi
administratif sasaran bertanggung
entrepreneurial jawab dan bila
perlu terpaksa

8. Struktur Organisasi Organisasi public Struktur


Organisasi birokratis, terdesentralisasi kolaboratif antara
kewenangan top- kepemimpinan
down eksternal dan
internal

9. Mekanisme Melalui program Melalui Membangun


pencapaian yang diarahkan pembentukan koalisi antara
sasaran kebijakan oleh agen mekanisme dan agensi public,
pemerintah yang struktur insentif non-profit, dan
ada swasta

10. Dasar motivasi Gaji dan Semangat Pelayanan kepada


perangkat dan tunjangan disertai wirausaha, masyarakat,
administrator perlindungan bagi keinginan ideologis keinginan untuk
pegawai negeri untuk mengurangi memberikan
ukuran pemerintah kontribusi bagi
masyarakat

24
b. Persamaan dari ketiga perkembangan administrasi publik
Teori dan konsep dari ilmu administrasi publik telah berkembang dari
waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan peradaban dan sejarah
umat manusia. Perubahan paradigma manajemen pemerintahan telah
mnedorong perkembangan admibistrasi publik yang sangat dinamis
mengikuti dinamika lingkungannya.
Perkembangan administrasi publik sama-sama disebabkan oleh
perkembangan pemikiran para ilmuwan administrasi atas bantahan-
bantahan karena keraguan kebenaran yang dikandungnya itu telah
mengalami pergeseran makna, selain itu dari semua perkembangan
administrasi publik selalu terdapat hubungan interaktif antara
administrasi publik dengan lingkungan sosialnya.
Dari beberapa perkembangan administrasi publik tersebut terdapat
beberapa persamaan antara lain :
1. Selalau ada peran pemerintah dalam memberikan pelayanan publik.
2. Mempunyai struktur organisasi dalam pelaksanaannya.
3. Menjelaskan tentang akuntabilitas dalam pelayayanan publik.
4. Sama-sama bertujuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya kepada masyarakat.
5. Pelayanan yang diberikan bersifat lebih urgen.
6. Dalam kegiatannya selalu ditujukan untuk kepentingan
kesejahteraan rakyat.
7. Pelaksanaan dan hasil pelayanan tergantung pada penilaian oleh
masyarakat banyak dan meminta pertanggung jawaban publik.

25

Anda mungkin juga menyukai