Anda di halaman 1dari 10

124

BAB VII
RENCANA PENGOLAHAN

7.1. Rencana Pengolahan


Proses pengolahan batubara (Coal Processing Plant/CCP) bertujuan
untuk mengolah batubara menjadi produk batubara (product area) yang sesuai
dengan permintaan pasar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa batubara PT. Glory
Coal yang didasari oleh parameter nilai kalor dan karbon di daerah Kalimantan
Timur, Karangan memiliki nilai kalor rata-rata antara 5600–6600 Kkal/kg (adb),
kadar belerang antara 0,15 – 1,20 % dan kadar abu antara 0,75 – 6,05 % maka
batubara di daerah ini termasuk kedalam jenis batubara Sub – Bituminous.
Dengan mempertimbangkan beberapa hal, misalnya kualitas atau mutu
cadangan batubara, metode penambangan yang terpilih, serta kualitas permintaan
pasar, maka proses pengolahan batubara yang direncanakan di PT. GLORY
COAL, meliputi ruang lingkup proses sebagai berikut:
 Melakukan reduksi ukuran (size reduction) melalui penggerusan
(crushing)
 Melakukan pemisahan (clasification) melalui pengayakan (screening)
 Melakukan pencampuran (blending) batubara
 Melakukan penimbunan/penumpukan batubara (sitockpilling)
 Melakukan penanganan limbah air (water pollution treatment).
Batubara dari pit penambangan dibawa ke lokasi pengolahan (preparasi)
dan stock pile menggunakan Dump Truck Hino F6 235 JJ. Batubara tersebut
dapat ditumpahkan (feeding/loading) langsung ke sebuah hooper untuk di
crusher, dan melalui conveyor ditumpuk dalam temporary stock pile pada suatu
pelataran. Kemudian dengan menggunakan wheel loader dimuat melaui conveyor
menuju ponton di Sungai Pengadan.
Batubara hasil penambangan di wilayah PT. GLORY COAL rencananya
akan dijual berbentuk olahan dengan besar butiran -50+30 dan -30+20 mm,
dengan rencana produksi batubara yang akan diolah kurang lebih 197.000 ton
dengan umur tambang 11 bulan.
Tabel 7.1
Spesifikasi Produk Batubara
125

Ukuran Persentase Produksi


No Pemanfaatan
produk (mm) produk ton/bulan
Bahan bakar industri
1 -50+30 62,5 % 10.000
semen
Bahan bakar industri
2 -30+20 37,5 % 6.000
baja

7.2. Tahap Pengolahan


7.2.1 Pereduksian Batubara
Fraksi batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan run of mine
(ROM) akan mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Pada proses penggerusan
batubara direncanakan batubara dari (ROM) stockpile yang digunakan sebagai
feed (umpan) adalah maksimum 500 mm. Maka dari itu batubara akan
dikelompokan menjadi fraksi batubara dengan ukuran kurang dari 500 mm
(undersize) dan fraksi batubara dengan ukuran lebih dari 500 mm (oversize).

Fraksi batubara yang berukuran kurang dari 500 mm dapat langsung


dijadikan sebagai feed pada proses penggerusan. Namun fraksi batubara yang
berukuran lebih dari 500 mm terlebih dahulu akan direduksi ukurannya secara
manual dengan menggunakan hammer agar dapat dijadikan kembali sebagai feed
pada proses penggerusan.

7.2.2 Penggerusan Pertama (Primary Crushing)


Pada tahap pertama, pereduksian ukuran feed batubara yaitu dari ukuran
maksimum 500 mm menjadi fraksi dengan ukuran maksimum 50 mm. Fraksi
tersebut memenuhi syarat sebagai kegiatan crushing tahap kedua (secondary
crusing). Primary Crushing ini termasuk dalam kelas “ heavy duty “ dengan daya
sebesar 0.6 KVA / ton / jam. Jenis crusher yang digunakan adalah “roll crusher”
dengan tipe gelondong tunggal (single roll crusher).

Dalam pengolahan tahap awal alat yang digunakan adalah Jaw crusher
untuk pemecahan batubara. Yang menjadi factor utama pemilihan pemakaian alat
jaw crusher sebagai tahap pengolahan awal adalah karena memiliki Keuntungan
126

tersendiri yaitu kesederhanaan konstruksinya, ekonomis, dan memerlukan tenaga


yang relatif kecil bila dibandingkan dengan gyratory crusher serta ukuran material
yang dapat dipecah oleh jaw crusher ini tergantung pada feed opening (bukaan)
dan kekerasan batu yang akan dipecah. Umumnya untuk material hasil peledakan,
material yang berukuran sampai dengan 90% dari feed opening (bukaan) dapat
diterima.
Sebelum material dimasukan kedalam jaw crusher terlebih dahulu
material atau bongkahan batuan dimasukan ke hopper dengan ukuran 3000 x 3000
mm yang disesuaikan dengan lebar bak alat angkut dan lebar lubang keluaran 500
x 500 mm. Crusher diatur dengan besaran Reduction Ratio (RR) antara 4 sampai
6 dan kapasitas produksi sekitar 350 ton/jam sebanyak 1 unit.

7.2.3 Penggerusan Kedua (Secondary Crushing)


Pada tahap kedua, pereduksian ukuran feed batubara yaitu dari ukuran
maksimum 150 mm menjadi fraksi dengan ukuran yang memenuhi persyaratan
produk akhir batubara, yaitu maksimum 50 mm. Secondary Crushing termasuk
dalam kelas “medium duty “ dengan daya sebesar 0.6 KVA / ton / jam. Jenis
crusher yang digunakan adalah “roll crusher“ juga, namun dengan tipe
gelondong ganda (double roll crusher). Crusher diatur dengan besaran Reduction
Ratio (RR) antara 4 sampai 5 dan kapasitas produksi sekitar 200 ton/jam sebanyak
2 unit.
Pemilihan jenis, tipe, model dan ukuran roll crusher ditentukan
berdasarkan ukuran terbesar dari umpan yang akan diolah, kapasitas alat dan
berdasarkan ukuran produk yang akan ingin dihasilkan. Yaitu ukuran -50+30,
dan -30 +20. Ukuran terbesar dari umpan roll crusher adalah ukuran terbesar dari
produk jaw crusher yaitu 150-300 mm. produksi hasil jaw crusher sebesar
97,8049 ton/jam akan diumpankan menuju ke roll crusherr.

7.2.4 Pengayakan (Screening) Batubara


Pengayakan batubara berfungsi untuk memisahkan batubara yang
memenuhi syarat (undersize) pada kegiatan berikutnya dengan yang tidak
memenuhi syarat (oversize). Pemisahan batubara yang telah digerus pada primary
127

crushing dilakukan dengan alat yaitu “vibrating sreen”, dengan tujuan untuk
memisahkan fraksi ukuran lebih dari 50 mm sebelum masuk sebagai feed
secondary crusher. Screen ini bekerja secara mekanik dengan mengggunakan
gaya getar (vibrator).
Untuk kapasitas sekitar 350 ton/jam, tipe screen yang dipilih adalah ‘raw
coal sizing sreen‘ dengan dua lapis permukaan (double deck), yang dipasang
dengan kemiringan 15–20 derajat, sehingga fraksi batubara akan lewat diatasnya
dengan kecepatan 0,70–1 meter/detik. Lapis pertama dari screen ini memiliki
ukuran bukaan 50 mm dengan menggunakan vibrasi rendah.
Fraksi yang terpisah dengan ukuran +50 mm sebagai (oversize) akan menjadi feed
dari secondary crusher, sedangkan fraksi yang berukuran –50 mm (undersize)
akan langsung masuk ke tahap pemisahan ukuran pada screen dengan bukaan 25
mm.
Fraksi yang terpisah dengan ukuran diatas 25 mm sebagai (oversize) akan
menjadi produk akhir II, sedangkan fraksi yang ukurannya dibawah 25 mm
(undersize) akan menjadi produk akhir I yang fraksinya lebih halus dari produk
akhir II.
Dengan jam jalan sebesar 10 jam per hari maka produksi per tahun adalah
sebesar :
300 hari x 10 jam x 700 ton = 2.100.000 ton.
Selanjutnya dengan asumsi losses sebesar 5 %, maka produk dari Crushing Plant
adalah sebesar 2.000.000 ton batubara per tahun.
7.2.5 Recovery Pengolahan
Di dalam recovery pengolahan sangat tergantung kepada kualitas batubara
yaitu material pengotor berupa tanah (soil) dan parting, serta maintenance (alat
pengolahan). Dari data tidak terdapat banyak parting sebagai pengotor, dengan
demikian recovery pengolahan diperkirakan sebesar lebih dari 95 %.
Kuantitas batubara dapat berkurang, hal ini bukan hanya disebabkan karena
pengotoran dari lumpur tetapi juga batubara berbutir halus (fine coal) ikut
bersama air pencucian dan dialirkan dengan pompa ke kolam-kolam tempat
penampungan. Namun pada kondisi kali ini pencucian tidak dilakukan yang
menjadikan keuntungan tidak perlu dikhawatirkannya berkurang kuantitas
batubara akibat hilangnya fine coal. Salah satu upaya untuk peningkatan recovery
128

pengolahan adalah dengan melaksanakan maintenance alat pengolahan secara


periodik dan melakukan tahapan pengolahan dengan semaksimal mungkin.
Pada crushing plant, batubara diayak dimana yang under flow 50 mm
masuk ke speader langsung dan yang over flow 50 mm masuk ke crusher hingga
ukuran butirannya under 50 mm, selanjutnya batubara ditumpuk di temporary
stockpile dengan menggunakan spreader. Dari stockpile tersebut batubara akan
dimuat melaui conveyor ke dalam ponton. Kapasitas crusher dan belt conveyor
dengan plate feeder 300 Mt/jam disesuaikan dengan produksi batubaranya. Lokasi
stock pile dan pengolahan batubara ini terletak di daerah Pengadan Kecamatan
Karangan Kabupaten Kutai Timur.

7.3. Jam kerja

Tabel 7.2 Jadwal Kerja


PEMBAGIAN JADWAL KERJA
Shift Kegiatan Senin-kamis dan Sabtu Jumat
Jam Waktu Jam Waktu
(Menit) (Menit)
I Waktu 07:00 - 300 07:00 - 260
Kerja 12:00 11:00
Istirahat 12:00 - 60 11:00 - 120
13:00 13:00
Waktu 13:00 - 180 13:00 - 180
Kerja 16:00 17:00
Waktu Tersedia 9 540 10 560

Pada hari Jumat, istirahat siang dimulai dari jam 11.00 – 13.00 sehingga
jam kerja bertambah menjadi 10 jam. Rata-rata jam kerja menjadi :

= 8 jam (Waktu Efektif)


= 480 menit
129

Dalam 11 bulan kerja terdapat 9 hari libur nasional dan 44 hari minggu. Jadi total
hari libur sebanyak 53.
Jumlah jam kerja setahun = 8 Jam x 277 hari kerja/11 Bulan
= 2216 Jam/11 Bulan
Jadi jumlah jam kerja dalam sebelas bulan waktu kerja efektif
penambangan adalah 2216 jam.

7.4. Peralatan Pengolahan


Peralatan pengolahan yang digunakan pada PT. GLORY COAL beragam.
Alat-alat tersebut seperti single roll crusher, double roll crusher, hammer, hooper,
dan vibrating screen yang digunakan sebagai alat untuk mereduksi ukurran dari
fraksi batubara. Selain itu ada juga alat yang berfungsi sebagai alat angkut dan
muat seperti dump truck, wheel loader, dan belt conveyor. Penjelasan mengenai
alat dapat dilihat pada Tabel 7.2 sesuai dengan jenis, kapasitas dan jumlah unit
dari setiap alat.
Tabel 7.3
Peralatan Pengolahan Batubara
No. Nama Alat Jenis Kapasitas Unit
1 Primary Crusher Single roll Crusher 350 ton/jam 1
2 Secondary Double roll Crusher 200 ton/jam 2
Crushing
3 Vibrating Screen Deck I 350 ton/jam 2
(50 x 50) mm

Deck II 350 ton/jam 1


(25 x 25) mm

4 Belt Conveyor Belt I 400 ton/jam 3


50 m-length
Belt II 400 ton/jam 2
25 m-length
Belt III 200 ton/jam 4
25 m-length
5 Hopper Limas 17,5 m3 1
6 Wheel Loader Caterpillar Bucket 3,8 m3 1
130

7.5. Hasil Pengolahan


Hasil pengolahan batubara yang dari crusher dipisahkan tersendiri di
penumpukan (temporary stock pile) berupa batubara berukuran 50 mm.
Kemudian batubara siap untuk loading melalui conveyor ke ponton yang
bersandar di pelabuhan. Pada saat loading harus ada petugas dari surveyor
independent untuk sampling analisis kualitas dan draft muatan ponton yang
biayanya dibebankan kepada pembeli.
Status ponton FOB sehingga PT. GLORY COAL hanya menjual batubara
di tempat pelabuhan, selanjutnya biaya ponton dan tug boat menjadi tanggung
jawab pembeli dan biaya dokumen merupakan tanggung jawab pihak PT. GLORY
COAL.

7.6. Jenis, Jumlah dan Kualitas Batubara


Mengingat endapan batubara yang ada di wilayah PT. GLORY COAL
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan jarang terdapat parting dan analisa
laboratorium mengandung ash yang sedang maka batubara ini tidak memerlukan
coal washing plant. Kualitas batubara yang terdapat di lokasi PT. GLORY COAL
termasuk kedalam sub-bituminous. Produksi batubara direncanakan untuk tiap
bulannya berkisar 16.000 ton selama 11 bulan.
Untuk hasil analisa kualitas batubara :
 Kandungan air (IM) : 13,67 % - 16,67 % (adb)
 Total Moisture (TM) : 30,50 % - 31,81 % (adb)
 Kandungan abu (ASH) : 2,25 % - 11,92 % (adb)
 Volatile Matter (VM) : 37,91 % - 39,58 % (adb)
 Fixed Carbon (FC) : 36,50 % - 42,20 % (adb)
 Kandungan belerang (TS) : 0,58 % - 2,46 % (adb)
 Nilai Kalori (CV) : 5.302 - 5.873 Kcal/Kgram (adb)
131

Batubara di lokasi PT. GLORY COAL tidak memerlukan coal washing


plant dan hanya memerlukan crushing dan screening saja. Oleh sebab itu juga
tidak memerlukan pengolahan limbah yang pada umumnya sebagai akibat adanya
proses pencucian bahan galian tambang. Hal ini diharapkan akan memperkecil
dampak terhadap lingkungan akibat adanya limbah.
132

Gambar 7.1. Lay Out Stock Pile dan Pelabuhan PT. GLORY COAL
133

Gambar 7.2. Diagram Alir Pengolahan Batubara

Anda mungkin juga menyukai