Anda di halaman 1dari 4

Pengolahan Batubara

A. Pengertian Pengolahan Bahan Galian


. Pengolahan bahan galian secara fisika ialah pengolahan bahan galian dengan cara
memberikan perlakuan fisika seperti peremukan, penggerusan, pencucian, pengeringan, dan
pembakaran dengan suhu rendah. Proses pengolahan pada batubara bertujuan mengolah
batubara menjadi produk batubara (Product Area) yang sesuai dengan permintaan pasar.
Dengan mempertimbangan beberapa hal, misalnya kualitas atau mutu cadangan batubara

B. Tujuan Pengolahan
Tujuan dari pengolahan bahan galian adalah
1. Membersihkan pengotor dan meningkatkan mutu bahan galian
2. Mengurangi biaya loading kepada pembeli
3. Memenuhi permintaan pasar

C. Desain Pengolahan BatuBara

Rancang (design) bangun unit pengolahan didasarkan pada factor- factor antara lain:

1. Target atau permintaan pasar rata- rata.


2. Kualitas batubara dari tambang (Raw Coal) yaitu tingkat kelembapan, kandungan
karbon, dan energy yang dihasilkan.
3. Spesifikasi produk akhir yang diminta. ketersedian lahan untuk area pengolahan
termasuk tempat penimbunan (Stockpile) Dan ketersedian air di sekitar area pengolahan.
4. Semua factor tersebut di atas akan menentukan jenis, dimensi dan kapasitas peralatan
atau mesin pengolahan yang dibutuhkan serta Flowsheet pengolahan yang sesuai dengan
memperhatikan unsur keselamatan kerja.

D. Proses Pengolahan Batubara


Berikut adalah tahap-tahap pengolahan Batubara :
1. Melakukan reduksi ukuran (Size Reduction) melalui penggerusan (Crushing)
2. Melakukan pemisahan (classification) melalui Pengayakan (Screening)
3. Melakukan pencampuran (Blending) batubara
4. Melakukan penimbunan/ penumpukan batubara (Stockpilling)
5. Melakukan penanganan limbah air (Water Pollution Treatment)

Prosedur pengolahan memperlihatkan tahapan proses pengolahan batubara mulai dari


penimbunan Raw Coal di lokasi pabrik pengolahan sampai produk akhir.

a. Persiapan Pengumpanan (Feeding )

Sebagai umpan (feed) awal proses pengolahan adalah batubara dari tambang atau
ROM atau raw coal yang ditumpuk di stockpile di lokasi pengolahan. Ukuran maksimum
umpan awal ini direncanakan 300 mm, sedangkan terhadap umpan yang lebih besar dari
300 mm akan dilakukan pengecilan secara manual menggunakan breaker. Baik umpan
batubara dari tambang maupun hasil pengecilan ulang semuanya dimasukkan ke hopper
menggunakan wheel loader.

b. Pengayakan dengan Grizzly

Grizzly berfungsi memisahkan fraksi batubara berukuran + 300 mm dengan – 300


mm dan posisinya terletak tepat dibawah hopper. Lubang bukaan (opening) grizzly
berukuran 300 mm x 300 mm. undersize grizzly – 300 mm diangkut belt conveyor untuk
umpan crusher primer. Sedangkan fraksi + 300 mm dikembalikan ke tumpukan untuk
direduksi ulang menggunakan hammer breaker. Hasil reduksi ulang dikembalikan lagi ke
grizzly untuk pemisahan atau pengayakan ulang. Proses ini berlangsung terus- menerus
selama shift kerja berlangsung.

c. Peremukan Tahap Awal ( Primary crusher )

Proses peremukan awal bertujuan untuk mereduksi ukuran fraksi batubara – 300
mm menjadi ukuran rata- rata 150 mm. dengan demikian nisbah reduksi (reduction ratio)
pada tahap primer ini adalah 2. alat yang digunakan adalah roll crusher yang berkapasitas
500 ton/ jam.

d. Pengayakan ( screening ) tahap – 1

Proses pengayakan adalah salah satu proses yang bertujuan untuk mengelompokkan
ukuran fraksi batubara, sehingga disebut juga dengan proses classification. Alat yang
dipakai untuk pengayakan biasanya ayakan getar (vibrating screen) pada pengolahan
batubara ini proses pengayakan tahap awal menggunakan vibrating screen- 1 untuk
memisahkan fraksi ukuran + 150 mm dan – 150 mm. Fraksi – 150 mm adalah umpan
secondary crusher, sedangkan + 150 mm disirkulasi sebagai umpan crusher primer untuk
diremuk ulang. Produkta dari proses pengayakan harus selalu dijaga konsisten laju
kapasitasnya sebanyak 500 ton/jam.

e. Peremukan sekunder ( Secondary Crushing )

Proses perumukan sekunder bertujuan untuk mereduksi ukuran fraksi batubara – 150 mm
menjadi ukuran rata- rata 50 mm, dengan demikian nisbah reduksi pada tahap sekunder ini
adalah 3. alat yang digunakan sama seperti peremukan primer, yaitu roll crusher
berkapasitas 500 ton/jam. Dilihat dari besarnya nisbah reduksi, yang lebih besar dibanding
peremuk primer, maka dapat diperkirakan bahwa energi yang diperlukan akan lebih besar
pula. Taksiran energi tersebut dihitung sebagai berikut :

f. Pengayakan Tahap -2

Jenis alat yang dipakai adalah vibrating screen yang digunakan untuk memisahkan fraksi
berukuran -50 mm. umpan yang masuk adalah hasil peremukan dari crusher sekunder
berukuran 150 mm.

g. Proses Pencampuran Batubara ( Blending )

Hasil pengolahan terhadap batubara dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok,


yaitu batubara higg grade dan low grade. Untuk mendapatkan kualitas batubara yang sesuai
dengan permintaan pasar dilakukan blending batubara high dan low grade dengan
perbandingan tertentu. Factor penting yang harus diperhatikan dalam proses blending
adalah

1) Kuantitas batubara yang ada di stockpile


2) Parameter apa yang menjadi tolak ukur blending, biasanya kalori
3) Variasi parameter batubara yang akan diblending
4) Peralatan blending yang memadai
5) Kapasitas stockpile harus mencukupi
Apabila permintaan pasar sesuai dengan kualitas batubara yang ada di stockpile, maka
tidak perlu dilakukan blending.

h. Kolam Pengendap ( settling pond )

Kolam pengendap perlu direncanakan dibangun dilokasi pengolahan batubara. Air


hujan yang melewati tumpukan batubara di areal stockpile berpeluang mencemarkan
lingkungan, baik secara fisik maupun kimia. Secara fisik terjadi ketika aliran air hujan
yang melewati tumpukan batubara akan membawa partikel batubara halus keluar dari
tumpukan batubara yang membuat aliran air tersebut menjadi berrwarna hitam. Apabila
aliran air yang keluar dari tumpukan batubara masuk ke sungai, maka dapat menimbulkan
pencemaran secara fisik terhadap sungai.

Dengan adanya kolam pengendap, maka partikel halus didalam air limbah atau
buangan yang keluar dari lokasi pengolahan batubara akan diendapkan dan sekaligus
dinetralkan kembali menggunakan gamping ( lime ). Air limbah yang sudah diolah
( treatment ) dapat dialirkan ke sungai. Diharapakan kolam pengendap ini menjadi solusi
untuk mengurangi dampak negative lingkungan akibat aliran air kotor dari tumpukan
batubara. Kolam pengendap dibuat pada topografi paling rendah yang biasanya dekat
dengan sungai, sehingga jarak pengaliran air bersih ke sungai menjadi pendek.

Anda mungkin juga menyukai