Anda di halaman 1dari 5

Telaah ♦ Kendala Umumyang dihadapiPenyandangDisabilitas* Didi Tarsidi

Kendala Umum yang Dihadapi


Penyandang Disabilitas dalam Mengakses
Layanan Publik
Didi Tarsidi
Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Layanan publik tersedia bagi semua warga masyarakat termasuk mereka yang
menyandang disabilitas. Akan tetapi, bagi para penyandang disabilitas ada masalah
aksesibilitas. Sudah ada beberapa peraturan perundang-undangan yang secara spesifik
mengatur tentang aksesibilitas. Namun demikian, sangat minimnya implimentasi
peraturan perundang-undangan tersebut mengakibatkan berbagai hambatan bagi para
penyandang disabilitas untuk dapat menikmati berbagai layanan publik yang tersedia.
Ini mencakup hambatan arsitektural, hambatan informasi dan komunikasi, dan hambatan
internal diri penyandang disabilitas sendiri serta kurangnya dukungan masyarakat bagi
pengembangan diri para penyandang disabilitas, yang secara keseluruhan telah
memperburuk akses para penyandang disabilitas ke layanan publik.

Kata kunci: layanan publik, disabilitas, aksesibilitas

PENDAHULUAN

Undang-undang nomor 25/2009 hukum lain yang dibentuk semata-mata


tentang Pelayanan Publik mendefinisikan untuk kegiatan pelayanan publik. Ini
layanan publik sebagai kegiatan atau mencakup layanan kesehatan, pendidikan,
rangkaian kegiatan dalam rangka peribadatan, rekreasi, olahraga, budaya, dll.
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai Sebagai warga negara, penyandang
dengan peraturan perundang-undangan bagi disabilitas seyogyanya tidak dikecualikan
setiap warga negara dan penduduk atas dari haknya untuk menikmati berbagai
barang, jasa, dan/atau pelayanan layanan publik yang tersedia. Akan tetapi,
administratif yang disediakan oleh yang sering menimbulkan masalah adalah
penyelenggara layanan publik.
akses ke layanan tersebut. Tempat-tempat
Dalam undang-undang tersebut yang penyelenggara layanan publik pada
dimaksud dengan penyelenggara layanan umumnya dibangun tanpa memperhatikan
publik adalah setiap institusi penyelenggara kaidah-kaidah aksesibilitas, bahkan tanpa
negara, korporasi, lembaga independen menyadari adanya aturan perundang-
yang dibentuk berdasarkan undang-undang undangan tentang aksesibilitas.
untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan

JAfn_Anakku » Volume 10: Nomor 2 Tahun 2011 | 201


Telaah » Kendala Umum yang dihadapi Penyandang Disabilitas ♦ Didi Tarsidi

PEMBAHASAN

Aksesibilitas, sebagaimana digariskan b. informasi, komunikasi, dan layanan


dalam Undang-undang nomor 4/1997 lainnya, termasuk layanan elektronik
tentang Penyandang Cacat, adalah dan layanan gawat damrat.
kemudahan yang disediakan bagi
"penyandang cacat" guna mewujudkan Hambatan-hambatan Akses
kesamaan kesempatan dalam segala aspek Aturan-aturan tentang aksesibilitas
kehidupan dan penghidupan.
sebagaimana dikemukakan di atas
Secara operasional, ketentuan-ketentuan dimaksudkan untuk menghilangkan
teknis tentang aksesibilitas Pada bangunan berbagai hambatan yang merintangi para
gedung dan lingkungan telah tertuang penyandang disabilitas untuk berpartisipasi
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat
nomor 30/PRT/M/2006. Pada esensinya, termasuk untuk menikmati berbagai
peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini pelayanan publik yang tersedia bagi
hanya mengatur hal-hal yang terkait dengan masyarakat. Di antara berbagai hambatan
hambatan arsitektural. akses itu adalah hambatan arsitektural dan
hambatan informasi dan komunikasi.
Secara lebih komprehensif, aturan-
aturan dasar tentang aksesibilitas ini Hambatan Arsitektural
tercantum dalam Konvensi PBB tentang Hambatan arsitektural mempenga-
Hak Penyandang Disabilitas (CRPD) yang ruhi tiga kategori disabilitas utama, yaitu:
diratifikasi oleh Indonesia pada tanggal 18
Oktober 2011. Pasal 9 ayat 1 Konvensi disabilitas fisik, yang mencakup
tersebut menyatakan: mereka yang menggunakan kursi
roda, semi-ambulant, dan mereka
Agar penyandang disabilitas dapat yang memiliki hambatan
hidup mandiri dan berpartisipasi secara manipulatoris yaitu kesulitan gerak
penuh dalam semua aspek kehidupan, sama otot;
seperti warga lainnya, Negara wajib
mengambil langkah yang tepat untuk disabilitas sensoris yang meliputi
memastikan akses bagi penyandang orang tunanetra dan tunarungu;
disabilitas ke lingkungan fisik, transportasi, disabilitas intelektual (tunagrahita).
informasi dan komunikasi, termasuk sistem
dan teknologi informasi dan komunikasi, Hambatan Arsitektural bagi Pengguna
serta akses ke fasilitas dan jasa pelayanan Kursi Roda
lain yang tersedia bagi publik, baik di
daerah perkotaan maupun perdesaan. Hambatan yang dihadapi oleh para
Langkah-langkah tersebut, yang harus pengguna kursi roda sebagai akibat dari
meliputi identifikasi dan penghapusan desain arsitektural saat ini mencakup:
kendala serta halangan aksesibilitas, Perubahan tingkat ketinggian
diberlakukan antara lain pada: permukaan yang mendadak seperti
a. gedung-gedung, jalan-jalan, sarana pada tangga atau parit.
transportasi, dan fasilitas dalam dan Tidak adanya pertautan landai antara
luar ruang lainnya, termasuk sekolah, jalan dan trotoar.
perumahan, fasilitas medis, dan
Tidak cukupnya ruang untuk lutut di
tempat kerja;
bawah meja atau wastapel.

202 j }MSl_Anakku » Volume 10: Nomor 2 Tahun 2011


Telaah ♦ Kendala Umum yang dihadapi Penyandang Disabilitas + Didi Tarsidi

Tidak cukupnya ruang untuk menunjukkan nomor lantai pada


berbelok, lubang pintu dan koridor gedung-gedung bertingkat.
yang terlalu sempit. Rintangan-rintangan kecil seperti
Permukaan jalan yang renjul jendela yang membuka ke luar atau
(misalnya karena adanya bebatuan) papan reklame yang dipasang di
menghambat jalannya kursi roda. tempat pejalan kaki.
Pintu yang terlalu berat dan sulit Cahaya yang menyilaukan atau terlalu
dibuka. redup.
Tombol-tombol yang terlalu tinggi Lift tanpa petunjuk taktual (dapat
letaknya. diraba) untuk membedakan
bermacam-macam tombol, atau
Masalah-masalah yang Dihadapi petunjuk suara untuk menunjukkan
Penyandang Semi-ambulant nomor lantai.
Semi-ambulant adalah tunadaksa
Masalah yang Dihadapi Orang Tunarungu
yang mengalami kesulitan berjalan tetapi
tidak memerlukan kursi roda. Hambatan Para tunarungu tidak mungkin dapat
arsitektural yang mereka hadapi antara lain memahami pengumuman melalui pengeras
mencakup: suara di bandara atau terminal angkutan
umum. Mereka juga mengalami kesulitan
Tangga yang terlalu tinggi.
membaca bibir di auditorium dengan
Lantai yang terlalu licin. pencahayaan yang buruk, dan mereka
Bergerak cepat melalui pintu putar mungkin tidak dapat mendengar bunyi
atau pintu yang menutup secara tanda bahaya.
otomatis.

Pintu lift yang menutup terlalu cepat. Kesulitan Orang Tunagrahita


Tangga berjalan tanpa pegangan yang Para penyandang disabilitas
bergerak terlalu cepat. intelektual akan mengalami kesulitan
mencari jalan di dalam lingkungan baru jika
Hambatan Arsitektural bagi Orang di sana tidak terdapat petunjuk jalan yang
Tunanetra jelas dan baku. Oleh karena itu,
Yang dimaksud dengan tunanetra penambahan rambu-rambu atau petunjuk
dalam tulisan ini adalah mereka yang tidak lingkungan lainnya seyogyanya
memiliki penglihatan sama sekali (totally menggunakan format yang sudah
blind) hingga mereka yang masih memiliki dibakukan.
sisa penglihatan tetapi tidak cukup baik
untuk dapat membaca tulisan biasa Konflik Kepentingan Antar Berbagai
berukuran 12 point dalam keadaan cahaya Kategori Disabilitas
normal meskipun sudah dibantu dengan Sebagaimana dapat dilihat dari
kaca mata (low vision). Kesulitan-kesulitan bagian-bagian terdahulu, satu Kategori
yang dihadapi para tunanetra sebagai akibat disabilitas mungkin mempunyai kebutuhan
dari desain arsitektural selama ini antara Aksesibilitas yang berbeda dari Kategori
lain: disabilitas lainnya. Di samping itu, terdapat
Tidak adanya petunjuk arah atau ciri- variasi individual di dalam setiap Kategori
ciri yang dapat didengar atau dilihat disabilitas dan terdapat sejumlah besar
dengan penglihatan terbatas yang orang yang menyandang disabilitas ganda.
Oleh karena itu, sulit UNTUK menentukan

JAfJi_Anakku » Volume 10: Nomor 2 Tohun 2011 | 203


Telaah » Kendala Umum yangdihadapi Penyandang Disabilitas ♦ DidiTarsidi

suatu kriteria DESAIN arsitektural yang orang tunanetra, format yang aksesibel
dapat memuaskan semua PENYANDANG untuk informasi tertulis adalah Braille,
disabilitas. rekaman audio, tulisan besar (bagi low
Karena keterbatasan-keterbatasan vision), format elektronik atau bantuan
yang ada pada kursi roda serta terbatasnya pembaca.
kapabilitas FISIK Pengguna kursi roda, Orang tunarungu akan mengalami
Maka sering terdapat situasi di mana kesulitan bila dihadapkan pada informasi
Tuntutan orang non-disabilitas dan semi- auditer. Informasi itu dapat menjadi
ambulant berbeda dari Tuntutan para aksesibel apabila disertai dengan informasi
Pengguna kursi roda Sehubungan Dengan tertulis atau penyelenggara pelayanan
sirkulasi vertikal (turun/naiknya permukaan publik dapat menyediakan petugas yang
lahan), licin/kasarnya permukaan lantai, terampil bahasa isyarat.
keluasan ruangan, aktivitas sanitasi, lokasi
tombol lampu dan lift. Misalnya, BAGI Bagi orang tunagrahita, informasi itu
PENYANDANG semi-ambulant, tangga-
akan menjadi lebih aksesibel apabila
tangga yang dirancang secara teliti akan
disajikan dalam bahasa yang sederhana dan
menggunakan bahasa baku.
lebih memudahkan daripada permukaan
landai. Permukaan lantai yang rata dan Hambatan Internal
licin akan sangat baik BAGI Pengguna
kursi roda tetapi berbahaya BAGI orang Sejauh ini kita telah memfokuskan
semi-ambulant jika basah. Meskipun perhatian pada hambatanakses yang berasal
Pengguna kursi roda jumlahnya kecil dari luar individu penyandang disabilitas
dibandingkan Dengan kelompok (hambatan eksternal). Hambatan lainnya
penyandang disabilitas lainnya, namun adalah hambatan internal yang dapat
implikasinya BAGI perancang bangunan berupa:
dalam banyak hal paling besar. Kurang rasa percaya diri;

Contoh Konflik kepentingan lainnya Tidak memiliki keterampilan


adalah Sehubungan Dengan DESAIN komunikasi yang cukup baik;
trotoar. Pertautan yang landai antara badan
jalan raya dan trotoar memberi akses BAGI Kurangnya penguasaan teknik-teknik
para pengguna kursi roda tetapi dapat alternatif untuk mengatasi
mengakibatkan para pejalan kaki tunanetra keterbatasan akibat ketunaan; (Bagi
yang menggunakan tongkat sulit tunanetra, teknik alternatif adalah cara
mendeteksi batas antara trotoar dan badan khusus (baik dengan ataupun tanpa
jalan. alat bantu khusus) yang
memanfaatkan indera-indera non-
Bagi pengguna kursi roda, pintu visual atau sisa indera penglihatan
kamar mandi yang membuka ke arah luar untuk melakukan suatu kegiatan yang
akan lebih memudahkan untuk normalnya dilakukan dengan indera
membuka/menutup pintu. Sebaliknya, pintu penglihatan).
yang membuka ke arah luar justru dapat
menjadi sandungan bagi para tunanetra. Tidak mampu menampilkan diri
secara pantas (poor grooming and
Hambatan Informasi dan Komunikasi dressing);
Tidak tersedianya informasi dalam Penguasaan pengetahuan umum yang
format yang aksesibel di tempat-tempat tidak memadai.
penyelenggaraan pelayanan publik akan Hambatan-hambatan di atas,
merupakan hambatan tambahan bagi para ditambah dengan kurangnya pemahaman
penyandang disabilitas tertenru. Bagi orang-

204 | JAfSl_Anakku » Volume 10: Nomor 2 Tahun 2011


Telaah » Kendala Umum yang dihadapi Penyandang Disabilitas » Didi Tarsidi

masyarakat pada umumnya akan kebutuhan terhadap penyandang disabilitas sehingga


khusus para penyandang disabilitas, dapat perhatian yang diberikan pun menjadi
sangat mengurangi penghargaan orang sangat berkurang.

KESIMPULAN

Andaikata tempat-tempat penye- mengembangkan dirinya, dan masyarakat


lenggaraan pelayanan publik dibangun memberi dukungan yang tepat untuk itu,
dengan memperhatikan aksesibilitas, baik maka akan jauh lebih besar
aksesibilitas lingkungan fisik maupun kemungkinannya para penyandang
aksesibilitas informasi dan komunikasi, dan disabilitas dapat berpatisipasi atas dasar
para penyandang disabilitas dapat kesamaan dalam berbagai aspek kehidupan
menerima dirinya dan berusaha untuk di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Davenport, F.C.B. (1994). Physical Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor


Accessibility: A Step by Step 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Guide to Eliminate Architectural Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas
Barriers. Victoria: Access and pada Bangunan Gedung dan
Mobility Sub-Committee. Lingkungan
Goldsmith, S. (1976). Designing for the Undang-undang RI No. 4 Tahun 1997
Disabled. London: Royal Institute of tentang Penyandang Cacat
Architects Publications Ltd.
Undang-undang RI nomor 25/2009 tentang
Pelayanan Publik.

JAM_Anakku » Volume 10: Nomor 2 Tahun 2011 | 205

Anda mungkin juga menyukai