RANGKAIAN LISTRIK
ii
Rangkaian Listrik
DAFTAR ISI
BAB I
KONSEP RANGKAIAN LISTRIK
Definisi - Definisi
Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling
dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu lintasan
tertutup.
Elemen atau komponen yang akan dibahas pada mata kuliah Rangkaian Listrik terbatas
pada elemen atau komponen yang memiliki dua buah terminal atau kutub pada kedua
ujungnya. Untuk elemen atau komponen yang lebih dari dua terminal dibahas pada mata
kuliah Elektronika.
Pembatasan elemen atau komponen listrik pada Rangkaian Listrik dapat dikelompokkan
kedalam elemen atau komponen aktif dan pasif. Elemen aktif adalah elemen yang
menghasilkan energi dalam hal ini adalah sumber tegangan dan sumber arus, mengenai
sumber ini akan dijelaskan pada bab berikutnya. Elemen lain adalah elemen pasif
dimana elemen ini tidak dapat menghasilkan energi, dapat dikelompokkan menjadi
elemen yang hanya dapat menyerap energi dalam hal ini hanya terdapat pada komponen
resistor atau banyak juga yang menyebutkan tahanan atau hambatan dengan simbol R,
dan komponen pasif yang dapat menyimpan energi juga diklasifikasikan menjadi dua
yaitu komponen atau lemen yang menyerap energi dalam bentuk medan magnet dalam
hal ini induktor atau sering juga disebut sebagai lilitan, belitan atau kumparan dengan
simbol L, dan kompone pasif yang menyerap energi dalam bentuk medan magnet dalam
hal ini adalah kapasitor atau sering juga dikatakan dengan kondensator dengan simbol
C, pembahasan mengenai ketiga komponen pasif tersebut nantinya akan dijelaskan pada
bab berikutnya.
Elemen atau kompoen listrik yang dibicarakan disini adalah :
1. Elemen listrik dua terminal
a. Sumber tegangan
b. Sumber arus
c. Resistor ( R )
d. Induktor ( L )
e. Kapasitor ( C )
2. Elemen listrik lebih dari dua terminal
a. Transistor
b. Op-amp
Berbicara mengenai Rangkaian Listrik, tentu tidak dapat dilepaskan dari pengertian dari
rangkaian itu sendiri, dimana rangkaian adalah interkoneksi dari sekumpulan elemen
atau komponen penyusunnya ditambah dengan rangkaian penghubungnya dimana
disusun dengan cara-cara tertentu dan minimal memiliki satu lintasan tertutup. Dengan
kata lain hanya dengan satu lintasan tertutup saja kita dapat menganalisis suatu
rangkaian.
Yang dimaksud dengan satu lintasan tertutup adalah satu lintasan saat kita mulai dari
titik yang dimaksud akan kembali lagi ketitik tersebut tanpa terputus dan tidak
memandang seberapa jauh atau dekat lintasan yang kita tempuh.
Rangkaian listrik merupakan dasar dari teori rangkaian pada teknik elektro yang
menjadi dasar atay fundamental bagi ilmu-ilmu lainnya seperti elektronika, sistem daya,
sistem computer, putaran mesin, dan teori control.
2
Rangkaian Listrik
Arus Listrik
Pada pembahasan tentang rangkaian listrik, perlu kiranya kita mengetahui terlebih
dahulu beberapa hal megenai apa itu yang dimaksud dengan listrik. Untuk memahami
tentang listrik, perlu kita ketahui terlebih dahulu pengertian dari arus.
Arus merupakan perubahan kecepatan muatan terhadap waktu atau muatan yang
mengalir dalam satuan waktu dengan simbol i (dari kata Perancis : intensite), dengan
kata lain arus adalah muatan yang bergerak. Selama muatan tersebut bergerak maka
akan muncul arus tetapi ketika muatan tersebut diam maka arus pun akan hilang.
Muatan akan bergerak jika ada energi luar yang memepengaruhinya. Muatan adalah
satuan terkecil dari atom atau sub bagian dari atom. Dimana dalam teori atom modern
menyatakan atom terdiri dari partikel inti (proton bermuatan + dan neutron bersifat
netral) yang dikelilingi oleh muatan elektron (-), normalnya atom bermuatan netral.
Muatan terdiri dari dua jenis yaitu muatan positif dan muatan negatif
Arah arus searah dengan arah muatan positif (arah arus listrik) atau berlawanan dengan
arah aliran elektron. Suatu partikel dapat menjadi muatan positif apabila kehilangan
elektron dan menjadi muatan negatif apabila menerima elektron dari partikel lain.
Coulomb adalah unit dasar dari International System of Units (SI) yang digunakan
untuk mengukur muatan listrik.
Simbol : Q = muatan konstan
q = muatan tergantung satuan waktu
muatan 1 elektron = -1,6021 x 10-19 coulomb
1 coulomb = -6,24 x 1018 elektron
dq
Secara matematis arus didefinisikan : i =
dt
Satuannya : Ampere (A)
Dalam teori rangkaian arus merupakan pergerakan muatan positif. Ketika terjadi beda
potensial disuatu elemen atau komponen maka akan muncul arus dimaan arah arus
positif mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah dan arah arus negatif mengalir
sebaliknya.
Macam-macam arus :
1. Arus searah (Direct Current/DC)
Arus DC adalah arus yang mempunyai nilai tetap atau konstan terhadap satuan
waktu, artinya diaman pun kita meninjau arus tersebut pada wakttu berbeda akan
mendapatkan nilai yang sama
3
Rangkaian Listrik
Tegangan
Tegangan atau seringkali orang menyebut dengan beda potensial dalam bahasa Inggris
voltage adalah kerja yang dilakukan untuk menggerakkan satu muatan (sebesar satu
coulomb) pada elemen atau komponen dari satu terminal/kutub ke terminal/kutub
lainnya, atau pada kedua terminal/kutub akan mempunyai beda potensial jika kita
menggerakkan/memindahkan muatan sebesar satu coulomb dari satu terminal ke
terminal lainnya.
Keterkaitan antara kerja yang dilakukan sebenarnya adalah energi yang dikeluarkan,
sehingga pengertian diatas dapat dipersingkat bahwa tegangan adalah energi per satuan
muatan.
dw
Secara matematis : v =
dq
Satuannya : Volt (V)
Pada gambar diatas, jika terminal/kutub A mempunyai potensial lebih tinggi daripada
potensial di terminal/kutub B. Maka ada dua istilah yang seringkali dipakai pada
Rangkaian Listrik, yaitu :
1. Tegangan turun/ voltage drop
Jika dipandang dari potensial lebih tinggi ke potensial lebih rendah dalam hal ini
dari terminal A ke terminal B.
2. Tegangan naik/ voltage rise
Jika dipandang dari potensial lebih rendah ke potensial lebih tinggi dalam hal ini
dari terminal B ke terminal A.
Pada buku ini istilah yang akan dipakai adalah pengertian pada item nomor 1 yaitu
tegangan turun. Maka jika beda potensial antara kedua titik tersebut adalah sebesar 5
Volt, maka VAB = 5 Volt dan VBA = -5 Volt
4
Rangkaian Listrik
Energi
Kerja yang dilakukan oleh gaya sebesar satu Newton sejauh satu meter. Jadi energi
adalah sesuatu kerja dimana kita memindahkan sesuatu dengan mengeluarkan gaya
sebesar satu Newton dengan jarak tempuh atau sesuatu tersebut berpindah dengan
selisih jarak satu meter.
Pada alam akan berlaku hukum Kekekalan Energi dimana energi sebetulnya tidak dapat
dihasilkan dan tidak dapat dihilangkan, energi hanya berpindah dari satu bentuk ke
bentuk yang lainnya. Contohnya pada pembangkit listrik, energi dari air yang bergerak
akan berpindah menjadi energi yang menghasilkan energi listrik, energi listrik akan
berpindah menjadi energi cahaya jika anergi listrik tersebut melewati suatu lampu,
energi cahaya akan berpinda menjadi energi panas jika bola lampu tersebut
pemakaiannya lama, demikian seterusnya.
Untuk menyatakan apakah energi dikirim atau diserap tidak hanya polaritas tegangan
tetapi arah arus juga berpengaruh.
Elemen/komponen listrik digolongkan menjadi :
1. Menyerap energi
Jika arus positif meninggalkan terminal positif menuju terminal
elemen/komponen, atau arus positif menuju terminal positif elemen/komponen
tersebut.
2. Mengirim energi
Jika arus positif masuk terminal positif dari terminal elemen/komponen, atau
arus positif meninggalkan terminal positif elemen/komponen.
Energi yang diserap/dikirim pada suatu elemen yang bertegangan v dan muatan yang
melewatinya ∆q adalah ∆w = v∆q
Satuannya : Joule (J)
5
Rangkaian Listrik
Daya
Rata-rata kerja yang dilakukan
dw dw dq
Daya secara matematis : P = = = vi
dq dq dt
Satuannya : Watt (W)
Analisis Rangkaian
Mencari hubungan antara masukan dan keluaran pada rangkaian yang telah diketahui,
misalkan mencari keluaran tegangan/ arus ataupun menentukan energi/ daya yang
dikirim.
Ada 2 cabang utama dari teori rangkaian (input, rangkaian, output) :
1. Analisa rangkaian (rangkaian dan input untuk mencari output)
2. Sintesa rangkaian/ desain (input dan output untuk mencari rangkaian)
atto a 10-18
femto f 10-15
pico p 10-12
nano n 10-9
mikro µ 10-6
milli m 10-3
centi c 10-2
deci d 10-1
deka da 101
hekto h 102
kilo k 103
mega M 106
giga G 109
tera T 1012
6
Rangkaian Listrik
Contoh latihan :
Jawaban :
Menyerap daya jika arus positif meninggalkan terminal positif
Jawaban :
Mengirimkan daya jika arus positif masuk terminal positif
7
Rangkaian Listrik
3. Tentukan daya pada rangkaian tersebut, apakah sumber tegangan mengirimkan atau
menyerap daya !
Jawaban :
Arus positif karena dari potensial tinggi ke potensial rendah
i=3A
v=6V
p = vi = 3.6 = 18 W
Arus positif meninggalkan terminal positif sumber, sehingga sumber mengirimkan
daya.
8
Rangkaian Listrik
Soal – soal :
1. Jika tegangan pada elemen adalah 8 V dan arus yang melewati terminal positifnya
seperti diperlihatkan pada grafik disamping. Tentukan daya yang diserap elemen pada
saat :
a. t = 4 s
b. t = 7 s
3. Tentukan daya pada rangkaian tersebut, apakah sumber tegangan mengirimkan atau
menyerap daya !
4. Tentukan daya pada rangkaian tersebut, apakah sumber tegangan mengirimkan atau
menyerap daya !
5. Tentukan daya pada rangkaian tersebut, apakah sumber tegangan mengirimkan atau
menyerap daya !
9
Rangkaian Listrik
7. Diketahui kurva arus terhadap waktu, tentukan muatan total yang masuk pada
elemen !
8. Tentukan muatan dalam satuan waktu jika arus i = 8t 2 − 4t Ampere, t ≥ 0 saat q(0)
= 0.
10. Muatan 5 kC melewati suatu elemen dan energi yang diberikan 20 MJ. Tentukan
tegangan yang melintasi elemen tersebut.
11. Arus yang mengalir 2 A pada suatu elemen . Energi untuk memindahkan arus
selama 1 s adalah 10 J. Tentukan tegangan yang melintasi elemen tersebut.
13. Sebuah lampu dihubungkan batere 12 V menghasilkan arus sebesar 0,5 A. Tentujan
energi selama 2 s.
15. Jika V = -4 Volt dan i =10 A. Tentukan daya diserap atau dikirimkan.
16. Jika V = 4 Volt dan i = -10 A. Tentukan daya diserap atau dikirimkan.
17. Jika V = -4 Volt dan I = -10 A. Tentukan daya diserap atau dikirimkan.
18. Sebuah kawat dilalui arus 10 mA. Berapa banyak muatan pada kawat tersebut
selama 20 s.
19. Tentukan
a. Muatan total antara 4 - 9 s
b. Muatan saat t = 8 s
c. Arus saat t = 1 s, 5 s, dan 8 s
11
Rangkaian Listrik
20. Berapa arus dihasilkan batere mobil, jika energi yang disuplai 2 x 106 J selama 10
jam (standar batere mobil 12 V)
21. Tentukan
a. Daya diserap atau dikirim
b. Nilai daya jika V = 10 Volt dan i = 12 mA
28. Tentukan daya yang diserap oleh tiap elemen pada rangkaian berikut
14
Rangkaian Listrik
BAB II
ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK
Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa pada Rangkaian Listrik tidak dapat
dipisahkan dari penyusunnya sendiri, yaitu berupa elemen atau komponen. Pada bab ini
akan dibahas elemen atau komponen listrik aktif dan pasif.
Elemen Aktif
Elemen aktif adalah elemen yang menghasilkan energi, pada mata kuliah Rangkaian
Listrik yang akan dibahas pada elemen aktif adalah sumber tegangan dan sumber arus.
Pada pembahasan selanjutnya kita akan membicarakan semua yang berkaitan dengan
elemen atau komponen ideal. Yang dimaksud dengan kondisi ideal disini adalah bahwa
sesuatunya berdasarkan dari sifat karakteristik dari elemen atau komponen tersebut dan
tidak terpengaruh oleh lingkungan luar. Jadi untuk elemen listrik seperti sumber
tegangan, sumber arus, kompone R, L, dan C pada mata kuliah ini diasumsikan
semuanya dalam kondisi ideal.
1. Sumber Tegangan (Voltage Source)
Sumber tegangan ideal adalah suatu sumber yang menghasilkan tegangan yang
tetap, tidak tergantung pada arus yang mengalir pada sumber tersebut, meskipun
tegangan tersebut merupakan fungsi dari t.
Sifat lain :
Mempunyai nilai resistansi dalam Rd = 0 (sumber tegangan ideal)
a. Sumber Tegangan Bebas/ Independent Voltage Source
Sumber yang menghasilkan tegangan tetap tetapi mempunyai sifat khusus
yaitu harga tegangannya tidak bergantung pada harga tegangan atau arus
lainnya, artinya nilai tersebut berasal dari sumbet tegangan dia sendiri.
Simbol :
Elemen Pasif
1. Resistor (R)
Sering juga disebut dengan tahanan, hambatan, penghantar, atau resistansi
dimana resistor mempunyai fungsi sebagai penghambat arus, pembagi arus , dan
pembagi tegangan.
Nilai resistor tergantung dari hambatan jenis bahan resistor itu sendiri
(tergantung dari bahan pembuatnya), panjang dari resistor itu sendiri dan luas
penampang dari resistor itu sendiri.
Secara matematis :
l
R=ρ
A
dimana : ρ = hambatan jenis
l = panjang dari resistor
A = luas penampang
Satuan dari resistor : Ohm ( Ω)
16
Rangkaian Listrik
Jika suatu resistor dilewati oleh sebuah arus maka pada kedua ujung dari resistor
tersebut akan menimbulkan beda potensial atau tegangan. Hukum yang didapat
dari percobaan ini adalah: Hukum Ohm.
Mengenai pembahasan dari Hukum Ohm akan dibahas pada bab selanjutnya.
V R = IR
2. Kapasitor (C)
Sering juga disebut dengan kondensator atau kapasitansi. Mempunyai fungsi
untuk membatasi arus DC yang mengalir pada kapasitor tersebut, dan dapat
menyimpan energi dalam bentuk medan listrik.
Nilai suatu kapasitor tergantung dari nilai permitivitas bahan pembuat kapasitor,
luas penampang dari kapsitor tersebut dan jarak antara dua keping penyusun dari
kapasitor tersebut.
Secara matematis :
A
C =ε
d
dimana : ε = permitivitas bahan
A = luas penampang bahan
d = jarak dua keping
Satuan dari kapasitor : Farad (F)
Jika sebuah kapasitor dilewati oleh sebuah arus maka pada kedua ujung
kapaistor tersebut akan muncul beda potensial atau tegangan, dimana secara
matematis dinyatakan :
dv
ic = C c
dt
Penurunan rumus :
Q = CV
dq = Cdv
dim ana :
dq
i=
dt
dq = i.dt
17
Rangkaian Listrik
sehingga :
i.dt = Cdv
dv
i=C
dt
∫ dw = ∫ p.dt
dv
w = ∫ p.dt = ∫ vi.dt = ∫ vC dt = ∫ Cvdv
dt
Misalkan : pada saat t = 0 maka v = 0
pada saat t = t maka v = V
V
1
Sehingga : w = ∫ Cvdv = CV 2 yang merupakan energi yang disimpan pada
0 2
kapasitor dalam bentuk medan listrik.
Jika kapasitor dipasang tegangan konstan/DC, maka arus sama dengan nol.
Sehingga kapasitor bertindak sebagai rangkaian terbuka/ open circuit untuk
tegangan DC.
3. Induktor/ Induktansi/ Lilitan/ Kumparan (L)
Seringkali disebut sebagai induktansi, lilitan, kumparan, atau belitan. Pada
induktor mempunyai sifat dapat menyimpan energi dalam bentuk medan
magnet.
Satuan dari induktor : Henry (H)
Arus yang mengalir pada induktor akan menghasilkan fluksi magnetik ( φ ) yang
membentuk loop yang melingkupi kumparan. Jika ada N lilitan, maka total
fluksi adalah :
λ = LI
λ
L=
I
dλ di
v= =L
dt dt
18
Rangkaian Listrik
Dari karakteristik v-i, dapat diturunkan sifat penyimpan energi pada induktor.
dw
p=
dt
dw = p.dt
∫ dw = ∫ p.dt
di
w = ∫ p.dt == ∫ vi.dt = ∫ L i.dt = ∫ Li.di
dt
Misalkan : pada saat t = 0 maka i = 0
pada saat t = t maka i = I
I
1
sehingga ; w = ∫ Li.di = LI 2 merupakan energi yang disimpan pada induktor L
0
2
dalam bentuk medan magnet.
Jika induktor dipasang arus konstan/DC, maka tegangan sama dengan nol.
Sehingga induktor bertindak sebagai rangkaian hubung singkat/ short circuit.
1. Tegangan antara 2 titik, a dan b digambarkan dengan satu anak panah seperti
pada gambar dibawah ini :
2. Tegangan yang dipakai pada buku ini adalah tegangan drop/ jatuh dimana akan
bernilai positif, bila kita berjalan dari potensial tinggi ke potensial rendah.
Contoh :
3. Setiap arus yang melewati komponen pasif maka terminal dari komponen
tersebut pertamakali dialiri arus akan menjadi potensial lebih tinggi
dibandingkan potensial terminal lainnya.
Voltmeter dipasang paralel pada komponen yang akan diukur supaya tidak ada
arus yang melalui Voltmeter.
Perlu diingat bahwa rangkaian paralel adalah pembagi arus dan rangkaian seri
adalah pembagi tegangan. Pembahasan rangkain seri dan paralel akan dibahas
pada bab selanjutnya.
BAB III
HUKUM – HUKUM RANGKAIAN
Hukum Ohm
Jika sebuah penghantar atau resistansi atau hantaran dilewati oleh sebuah arus maka
pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensial, atau Hukum Ohm
menyatakan bahwa tegangan melintasi berbagai jenis bahan pengantar adalah
berbanding lurus dengan arus yang mengalir melalui bahan tersebut.
Secara matematis :
V = I .R
Contoh :
∑ i =
0
i 2 + i 4 − i1 − i3 =
0
∑ arus ⋅ masuk = ∑ arus ⋅
keluar
i 2 + i 4 = i1 + i3
Contoh :
Lintasan a-b-c-d-a :
Vab + Vbc + Vcd + Vda = 0
− V1 + V2 − V3 + 0 = 0
V2 − V1 − V3 = 0
Lintasan a-d-c-b-a :
Vad + Vdc + Vcb + Vba = 0
V3 − V2 + V1 + 0 = 0
V3 − V2 + V1 = 0
Contoh Latihan :
Jawaban :
Hukum KVL :
Σ v=0
‰ searah jarum jam
+ v1 + 10 + 2 − 15 = 0
v1 = 3V
‰ berlawanan arah jarum jam
− v1 − 10 − 2 + 15 = 0
v1 = 3V
24
Rangkaian Listrik
Jawaban :
Hukum KVL :
Σ v=0
+ v1 − 10 + 2 + 15 = 0
v1 = − 7V
Jawaban :
Hukum KCL :
Σ i=0
i = − 8 + 7 = − 1A
25
Rangkaian Listrik
Hukum KVL :
Σ v=0
v ab = +8 + 4 + 56 − 6 = 62V
Resistor ( R )
Hubungan seri :
KVL : ∑ V = 0
V1 + V2 + V3 − V = 0
V = V1 + V2 + V3 = iR1 + iR2 + iR3
V = i(R1 + R2 + R3 )
V
= R1 + R2 + R3
i
Rek = R1 + R2 + R3
26
Rangkaian Listrik
Pembagi tegangan :
V1 = iR1
V2 = iR2
V3 = iR3
dim ana :
V
i= R +R +R
1 2 3
sehingga :
R1
V1 = V
R1 + R2 + R3
R2
V2 = V
R1 + R2 + R3
R3
V3 = V
R1 + R2 + R3
Hubungan paralel :
KCL :
∑ i=0
i − i1 − i 2 − i3 = 0
i = i1 + i 2 + i3
V V V V
= + +
Rek R1 R2 R3
1 1 1 1
= + +
Rek R1 R2 R3
27
Rangkaian Listrik
Pembagi arus :
V
i1 =
R1
V
i2 =
R2
V
i3 =
R3
dim ana :
V = iRek
sehingga :
R
i1 = ek i
R1
Rek
i2 = i
R2
Rek
i3 = i
R3
Contoh latihan :
Jawaban :
Rs1 = 12 + 4 = 16Ω
16x16 = 8Ω
Rs1 // 16Ω → R p1 =
16 + 16
Rs 2 = R p1 + 7Ω = 8 + 7 = 15Ω
15x30
Rs 2 // 30Ω → R p 2 = = 10Ω
15 + 30
Rek = R p 2 + 50Ω + 15Ω = 10 + 50 + 15 = 75Ω
28
Rangkaian Listrik
Jawaban :
16x48 = 12Ω
R p1 =
16 + 48
Rs1 = R p1 + 48Ω = 12 + 48 = 60Ω
R s1 .30.20
Rs1 // 30Ω // 20Ω → R p =
2 Rs1 .30 + R s1 .20 + 30.20
R p 2 = 10Ω
Rek = R p 2 + 6Ω = 10 + 6 = 16Ω
24 3
it = = A
16 2
15 i = 15 3 1
i= t = A
15 + 30 45 2 2
29
Rangkaian Listrik
Jawaban :
v1 = 3V
12Ω // 4Ω → R 12x4 = 3Ω
=
p 12 + 4
3
Rp
vRp = x4v1 = x12 = 4V
R p + 6Ω 9
sehingga :
vR 4
i= = 1A
p
= 4
4Ω
Kapasitor ( C )
Hubungan seri
KVL : ∑ V = 0
V1 + V2 + V3 − V = 0
V = V1 + V2 + V3
1 1 1
V =
C1 ∫ idt +C ∫ idt +C ∫ idt
2 3
1 1 1 1
C ek ∫ idt =
C1 ∫ idt +
C2 ∫ idt +C ∫ idt
3
1 1 1 1
= + +
C ek C1 C 2 C3
30
Rangkaian Listrik
Pembagi tegangan :
1
C1 ∫
V1 = idt
V2 =
1
C2
∫ idt
V3 =
1 ∫ idt
C3
1
dim ana → V =
C ek ∫ idt
sehingga :
C
V1 = ek V
C1
C ek
V2 = V
C2
C ek
V3 = V
C3
Hubungan paralel :
KCL :
∑ i= 0
i − i1 − i 2 − i3 = 0
i = i1 + i 2 + i3
dV = C dV dV dV
C ek 1 + C2 + C3
dt dt dt dt
C ek = C1 + C 2 + C3
31
Rangkaian Listrik
Pembagi arus :
dV
i1 = C1
dt
dV
i2 = C 2
dt
dV
i3 = C 3
dt
dV dV i
dim ana → i = C ek → =
dt dt C ek
sehingga :
C
i1 = 1 i
C ek
C2
i2 = i
C ek
C3
i3 = i
C ek
Contoh latihan :
Jawaban :
C p1 = 25µF + 25µF = 50 µF
C p 2 = 25µF + 25µF = 50 µF
50x50
Cs = = 25µF
50 + 50
C ek = C s + 25µF = 25 + 25 = 50 µF
32
Rangkaian Listrik
2. Tentukan Cek !
Jawaban :
C p1 = 10 µF + 10 µF = 20 µF
C p1 = 10 µF + 10 µF = 20 µF
20x20 = 10 µF
Cs =
20 + 20
C s // 5µF // 5µF → C ek = C s + 5µF + 5µF = 20 µF
Induktor ( L )
Hubungan seri :
KVL : ∑ V = 0
V1 + V2 + V3 − V = 0
V = V1 + V2 + V3
di di di
V = L1 + L 2 + L3
dt dt dt
di di di di
L ek = L1 + L2 + L3
dt dt dt dt
Lek = L1 + L2 + L3
33
Rangkaian Listrik
Pembagi tegangan :
di
V1 = L1
dt
di
V2 = L2
dt
di
V3 = L3
dt
di di V
dim ana → V = Lek → =
dt dt Lek
sehingga :
L1
V1 = V
Lek
L2
V2 = V
Lek
L3
V3 = V
Lek
Hubungan paralel :
KCL :
∑ i=0
i − i1 − i 2 − i3 = 0
i = i1 + i 2 + i3
1 1 1 1
Lek ∫ Vdt = L ∫ Vdt +L ∫ Vdt +L ∫ Vdt
1 2 3
1 1 1 1
= + +
Lek L1 L2 L3
34
Rangkaian Listrik
Pembagi arus ;
1
L1 ∫
i1 = Vdt
i2 = 1 Vdt
L2 ∫
i3 = 1 Vdt
L3 ∫
1
dim ana → i =
Lek ∫ Vdt → ∫ Vdt = L
ek i
Lek
i1 = i
L1
Lek
i2 = i
L2
Lek
i3 = i
L3
Contoh latihan :
Jawaban :
Jawaban :
Soal – soal :
3. Tentukan nilai i !
5. Jika pada suatu rangkaian diberikan tegangan 10 V maka timbul arus sebesar 2 A,
maka berapa arus yang muncul jika tegangan yang diberikan pada rangkaian
tersebut sebesar 15 V
6. Pada suatu rangkaian yang tidak diketahui nilai resistansinya, daya pada rangkaian
tersebut yang terukur dengan wattmeter sebesar 250 W dengan tegangan terpasang
50 V, tentukan nilai resistansinya.
7. Nilai suatu rangkaian seri R1 = 6Ω dan R2 = 12Ω jika diberikan sumber tegangan 8
V akan menghasilkan arus sebesar 2 A, tentukan nilai arus rangkaian paralel dengan
daya yang sama saat rangkaian dihubung seri.
8. Jika suatu nilai kapasitor yang terdiri dari 10pF, 12x10-6 µF, dan 0,008nF, jika
dihubungkan paralel maka berapa nilai kapasitor totalnya.
49. Jika tegangan pada elemen adalah 8 V dan rus yang meleweati trminal positifnya
seperti diperlihatkan pada gambar. Tentukan daya yang diserap elemen pada saat :
a. t = 4 s
b. t = 7 s
55. Sebuah resistor 1kΩ dihubungkan baterai dan 6 mA mengalir. Berapa arus jika
baterai dihubungkan resistor 30Ω ? Berapa tegangan baterai?
56. Sebuah toaster resistor akan menjadi panas ketika arus melewatinya. Jika toaster
mendisipasikan daya 960 W pada teganngan 120 V. Tentukan arus dan
resistansinya.
57. Sebuah sumber 10 V diserikan dengan beberapa resistor dengan arus 50 mA. Berapa
nilai tahanan yang harus diserikan dengan sumber dan resistor dengan arus terbatas
20 mA?
58. Resistor 20Ω , 30Ω dan R dihubung paralel membentuk resistansi ekivalen 4Ω .
Tentukan R dan arus melewatinya. Jika sumber arus 6A dipasang pada kombinasi
tersebut.
46
Rangkaian Listrik
64. Tentukan i :
71. Tentukan i1 :
75. Tentukan i :
79. Tentukan V2 :
80. Tentukan i :
81. Tentukan i :
82. Tentukan i :
52
Rangkaian Listrik
85. Tentukan R :
86. Tentukan i :
53
Rangkaian Listrik
87. Tentukan R :
88. Tentukan V1 :
89. Tentukan Va :
90. Tentukan Vo :
54
Rangkaian Listrik
92. Tentukan i :
93. Tentukan R :
94. Tentukan V :
55
Rangkaian Listrik
95. Tentukan R :
96. Tentukan V :
116. Jika kurva arus terhadap waktu diperlihatkan seperti pada gambar dibawah ini,
tentukan nilai muatan totalnya dari 0 – 3 s
BAB IV
METODA ANALISIS RANGKAIAN
Metoda analisis rangkaian sebenarnya merupakan salah satu alat bantu untuk
menyelesaikan suatu permasalahan yang muncul dalam menganalisis suatu rangkaian,
bilamana konsep dasar atau hukum-hukum dasar seperti Hukum Ohm dan Hukum
Kirchoff tidak dapat menyelesaikan permasalahan pada rangkaian tersebut.
Pada bab ini akan dibahas tiga metoda analisis rangkaian yang akan dipakai, yaitu :
analisis node, analisis mesh dan analisis arus cabang.
Analisis Node
Sebelum membahas metoda ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
pengertian mengenai tentang node.
Node atau titik simpul adalah titik pertemuan dari dua atau lebih elemen rangkaian.
Junction atau titik simpul utama atau titik percabangan adalah titik pertemuan dari tiga
atau lebih elemen rangkaian.
Untuk lebih jelasnya mengenai dua pengertian dasar diatas, dapat dimodelkan dengan
contoh gambar berikut.
Contoh :
Analisis node berprinsip pada Hukum Kirchoff I/ KCL dimana jumlah arus yang masuk
dan keluar dari titik percabangan akan samadengan nol, dimana tegangan merupakan
parameter yang tidak diketahui. Atau analisis node lebih mudah jika pencatunya
semuanya adalah sumber arus. Analisis ini dapat diterapkan pada sumber searah/ DC
maupun sumber bolak-balik/ AC.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada analisis node, yaitu :
‰ Tentukan node referensi sebagai ground/ potensial nol.
‰ Tentukan node voltage, yaitu tegangan antara node non referensi dan ground.
‰ Asumsikan tegangan node yang sedang diperhitungkan lebih tinggi daripada
tegangan node manapun, sehingga arah arus keluar dari node tersebut positif.
‰ Jika terdapat N node, maka jumlah node voltage adalah (N-1). Jumlah node voltage
ini akan menentukan banyaknya persamaan yang dihasilkan.
62
Rangkaian Listrik
Contoh latihan :
Jawaban :
KCL :
∑ i = 0 → 4 − 7 − i1 − i2 = 0
i1 + i 2 = − 3
V1 − V g V1 − V2
+ = − 3 → Vg = 0
4 8
V1 − 0 V1 − V2
+ = −3
4 8
2V1 + V1 − V2 = − 24
3V1 − V2 = − 24KK(1)
63
Rangkaian Listrik
KCL :
∑ i = 0 → 7 − i1 − i2 = 0
i1 + i 2 = 7
V 2 − V1 V 2 − V g
+ = 7 → Vg = 0
8 12
V2 − V1 V2 − 0
+ =7
8 12
3(V2 − V1 ) + 2V2 = 168
5V2 − 3V1 = 168KK(2)
Dari kedua persamaan diatas, dapat diselesaikan dengan 2 cara, yaitu :
1. Cara substitusi
3V1 − V2 = − 24
− 3V1 +5V2 =168
+
3 −1
∆ = = 3.5 − (− 1).(− 3) = 12
−3 5
sehingga ;
− 24 − 1
168 5 − 24.5 − (− 1).168
V1 = = = 4 ⋅ volt
∆ 12
3 − 24
−3 168 3.168 − (− 24).(− 3)
V2 = = = 36 ⋅ volt
∆ 12
V1 − V g
i= = 1⋅ A
4
Jawaban :
Jawaban :
va =
80 3 480.3 − 80.1 = 40V
=
19 1 19.3 − 23.1
23 3
sehingga :
v a 40
i= = = 4A
10 10
‰ Analisis node mudah dilakukan bila pencatunya berupa sumber arus. Apabila pada
rangkaian tersebut terdapat sumber tegangan, maka sumber tegangan tersebut
diperlakukan sebagai supernode, yaitu menganggap sumber tegangan tersebut
dianggap sebagai satu node.
Contoh latihan :
Jawaban :
KCL :
∑ i=0
V − 20 V − Vg
+ − 1 = 0 → Vg = 0
10 10
V − 20 V
+ =1
10 10
2V − 20 = 10 → V = 15 ⋅ volt KK (1)
20 − V
i= KK (2)
10
20 − 15
i= = 0,5 ⋅ A
10
Jawaban :
- Tentukan node referensinya/ground
- Tentukan node voltage
- Teg. Sumber sebagai supernode
69
Rangkaian Listrik
Jawaban :
70
Rangkaian Listrik
Contoh latihan :
Jawaban :
71
Rangkaian Listrik
Tinjau loop I1 :
Σ v=0
− 16 + 2I 1 + 9 + 3(I 1 − I 2 ) = 0
5I 1 − 3I 2 = 7........(1)
Tinjau loop I2 :
Σ v=0
− 9 + 6 + 6I 2 + 3(I 2 − I 1 ) = 0
− 3I 1 + 9I 2 = 3........(2)
Substitusikan persamaan (1) dan (2) :
5I 1 − 3I 2 = 7..........x3
− 3I 1 +9I 2 =3........x1 +
12I 1 = 24
24
I1 = = 2A
12
sehingga : i = I 1 = 2 A
Jawaban :
72
Rangkaian Listrik
Jawaban :
Tinjau loop I1 :
Σ v=0
− 5 + 6I 1 − 5i a = 0
dim ana : I 1 = ia
− 5 + 6i a − 5i a = 0 → i a = 5 A
Tinjau loop I2 :
Σ v=0
+ 5i a + 10I 2 + 25 = 0
25 + 10I 2 + 25 = 0 → I 2 = − 50 = − 5 A
10
i = − I 2 = − (− 5) = 5 A
73
Rangkaian Listrik
‰ Apabila ada sumber arus, maka diperlakukan sebagai supermesh. Pada supermesh,
pemilihan lintasan menghindari sumber arus karena pada sumber arus tidak
diketahui besar tegangan terminalnya.
Contoh latihan :
Jawaban :
Tinjau loop I1 :
I1 = 9 A
Tinjau loop I2 dan I3 :
I3 − I 2 = 3A
I 3 = 3 + I 2 .......................................(1)
Jawaban :
Jawaban :
Tinjau loop I1 :
6I 1 + 12 + 12(I 1 − I 2 ) = 0
18I 1 − 12I 2 = − 12.............................(1)
Tinjau loop I2 dan I3 :
I 3 − I 2 = 3.........................................(2)
Tinjau lintasan supermesh :
Σ v=0
4I 2 + 6I 3 + 12(I 2 − I 1 ) − 12 = 0
16I 2 − 12I 1 + 6I 3 = 12........................(3)
Metoda Cramer :
18 − 12 0 I − 12
⎜ ⎜⎜ 1
⎜ ⎜ ⎜
⎛ ⎞⎛ ⎞ ⎛ ⎞
⎜ 0 −1
1 ⎜⎜ I 23 ⎜ = ⎜ 3 ⎜
⎜ 16 6 ⎜⎜ ⎜ ⎜ ⎜
⎝ − 12 ⎠⎝ I ⎠ ⎝ 12 ⎠
18 − 12 − 12
0 −1 3 −1 3 0 3 0 −1
18 + 12 − 12
− 12 16 12 16 12 − 12 12 − 12 16
I3 = = = 2A
18 − 12 0 −1 1 0 1
18 + 12
0 −1 1 16 6 − 12 6
− 12 16 6
sehingga : i = I 3 − 2 A
76
Rangkaian Listrik
Contoh latihan :
Jawaban :
Jawaban :
⎛ ⎞⎛ 3 ⎞ ⎛ ⎞
⎜ 0 1 − 1⎜⎜ i 2 ⎜ = ⎜ − 7 ⎜
⎜ − 4 8 12 ⎜⎜ i ⎜ ⎜ 0 ⎜
⎝ ⎠⎝ ⎠ ⎝ ⎠
−3 1 0
− 7 1 −1 1 −1 − −1 −7 1
+0
7
−3 −1
0 8 12 8 12 0 12 0 8 24
i1 = = = = 1A
1 1 0 1 −1 0 −1 0 1 24
1 −1 +0
0 1 −1 8 12 − 4 12 −4 8
− 4 8 12
sehingga : i = i1 = 1A
79
Rangkaian Listrik
Soal – soal :
15. Tentukan arus i dengan metoda node (supernode) pada rangkaian berikut :
16. Tentukan arus i dengan metoda node (supernode) pada rangkaian berikut :
83
Rangkaian Listrik
17. Tentukan tegangan V dengan metoda node (supernode) pada rangkaian berikut :
18. Tentukan tegangan V dengan metoda node (supernode) pada rangkaian berikut :
19. Tentukan tegangan V dengan metoda node (supernode) pada rangkaian berikut :
21. Tentukan V :
24. Tentukan V :
85
Rangkaian Listrik
25. Tentukan V :
26. Tentukan V :
27. Tentukan V :
28. Tentukan Vx :
86
Rangkaian Listrik
32. Tentukan i :
87
Rangkaian Listrik
33. Tentukan Vx :
46. Tentukan nilai arus i dengan analisis mesh pada rangkaian berikut :
55. Tentukan i :
56. Tentukan i :
93
Rangkaian Listrik
57. Tentukan i :
58. Tentukan i :
59. Tentukana i :
61. Tentukan i :
95
Rangkaian Listrik
BAB V TEOREMA
RANGKAIAN
Pada bab ini akan dibahas penyelesaian persoalan yang muncul pada Rangkaian Listrik
dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertian bahwa suatu persoalan
Rangkaian Listrik bukan tidak dapat dipecahkan dengan hukum-hukum dasar atau
konsep dasar ataupun dengan bantuan suatu analisis tertentu yang dibahas pada bab
sebelumnya, tetapi pada bab ini dibahas bahwa penggunaan teorema tertentu dalam
menyelesaikan persoalan yang muncul pada Rangkaian Listrik dapat dilakukan dengan
menggunakan suatu teorema tertentu. Bahwa nantinya pada implementasi penggunaan
teorema tertentu akan diperlukan suatu bantuan konsep dasar ataupun analisis
rangkaian.
Ada beberapa teorema yang dibahas pada bab ini , yaitu :
1. Teorema Superposisi
2. Teorema Substitusi
3. Teorema Thevenin
4. Teorema Norton
5. Teorema Millman
6. Teorema Transfer Daya Maksimum
Teorema Superposisi
Pada teorema ini hanya berlaku untuk rangkaian yang bersifat linier, dimana rangkaian
linier adalah suatu rangkaian dimana persamaan yang muncul akan memenuhi jika y =
kx, dimana k = konstanta dan x = variabel.
Dalam setiap rangkaian linier dengan beberapa buah sumber tegangan/ sumber arus
dapat dihitung dengan cara :
Pengertian dari teorema diatas bahwa jika terdapat n buah sumber bebas maka dengan
teorema superposisi samadengan n buah keadaan rangkaian yang dianalisis, dimana
nantinya n buah keadaan tersebut akan dijumlahkan. Jika terdapat beberapa buah
sumber tak bebas maka tetap saja teorema superposisi menghitung untuk n buah
keadaan dari n buah sumber yang bebasnya.
Rangkaian linier tentu tidak terlepas dari gabungan rangkaian yang mempunyai sumber
independent atau sumber bebas, sumber dependent / sumber tak bebas linier (sumber
dependent arus/ tegangan sebanding dengan pangkat satu dari tegangan/ arus lain, atau
sebanding dengan jumlah pangkat satu besaran-besaran tersebut) dan elemen resistor (
R ), induktor ( L ), dan kapasitor ( C ).
96
Rangkaian Listrik
Contoh latihan :
Jawaban :
Pada saat sumber tegangan aktif/bekerja maka sumber arus tidak aktif (diganti dengan
tahanan dalamnya yaitu tak hingga atau rangkaian open circuit) :
20
maka : i1 = = 1⋅ A
10 + 10
Pada saat sumber arus aktif/bekerja maka sumber tegangan tidak aktif (diganti dengan
tahanan dalamnya yaitu nol atau rangkaian short circuit) :
10
i2 = − .1 = − 0,5 ⋅ A
10 + 10
sehingga :
i = i1 + i 2 = 1 − 0,5 = 0,5 A
97
Rangkaian Listrik
Jawaban :
Pada saat sumber Vs = 17V aktif/bekerja maka sumber tegangan 6 V diganti dengan
tahanan dalamnnya yaitu nol atau rangkaian short circuit, dan sumber arus 2 A diganti
dengan tahanan dalamnya yaitu tak hingga atau rangkaian open circuit :
3Ω // 0Ω → R p1 = 0
Ω
2Ω // 2Ω → R p = 2x2 = 1Ω
2 2+2
17
1
VR p 2 = x17 = V
1+ 3 4
− V R p 2 17
sehingga : i1 = =−
A
2 8
3Ω // 2Ω → R = 3x2 = 6 Ω
p1 3+ 2 5
6 16
R s = R p1 + 2Ω = + 2 = Ω
5 5
16 x3
48
Rs // 3Ω → R p 2 = 5 = Ω
16 + 3 31
5
6 6 31
i2 = = = A
Rp2 48 8
31
3Ω // 2Ω → R = 3x2 = 6 Ω
p1 3+ 2 5
3Ω // 0Ω → R p 2 = 0Ω
2 5
i3 = x2 = A
2 + 65 4
sehingga : i = i1 + i2 + i3
− 17 31 5 24
i= + + = = 3A
8 8 4 8
99
Rangkaian Listrik
Jawaban :
Pada rangkaian ini terdapat sumber tak bebasnya, maka tetap dalam perhitungan dengan
teorema superposisi membuat analisis untuk n buah keadaan sumber bebas, pada soal
diatas terdapat dua buah sumber bebas, maka dengan superposisi terdapat dua buah
keadaan yang harus dianalisis.
Pada saat sumber Is = 8A aktif/bekerja maka sumber arus 4A diganti dengan tahanan
dalamnnya yaitu tak hingga atau rangkaian open circuit :
3
i1 = x(3i1 − 8)
3+ 2
3
i1 = x(3i1 − 8)
5
24
5i1 = 9i1 − 24 → i1 = = 6A
4
Pada saat sumber Is = 4A aktif/bekerja maka sumber arus 8A diganti dengan tahanan
dalamnnya yaitu tak hingga atau rangkaian open circuit :
10
0
Rangkaian Listrik
3
i2 = x(3i2 + 4)
3+2
3
i 2 = x(3i 2 + 4)
5
− 12
5i 2 = 9i 2 + 12 → i1 = = − 3A
4
sehingga : i = i1 + i 2 = 6 − 3 = 3 A
Teorema Substitusi
Pada teorema ini berlaku bahwa :
Suatu komponen atau elemen pasif yang dilalui oleh sebuah arus yang mengalir
(sebesar i) maka pada komponen pasif tersebut dapat digantikan dengan sumber
tegangan Vs yang mempunyai nilai yang sama saat arus tersebut melalui komponen
pasif tersebut.
Jika pada komponen pasifnya adalah sebuah resistor sebesar R, maka sumber tegangan
penggantinya bernilai Vs = i.R dengan tahanan dalam dari sumber tegangan tersebut
samadengan nol.
Contoh latihan :
10
1
Rangkaian Listrik
2.2
Rt = + 1 = 1⋅ Ω
2+2
2
it = = 1 ⋅ A
2
2
i = .1 = 0,5 ⋅ A → = 0,5 ⋅ A
i2
2+2
1
3i1 − 2i2 = 2
' '
loop i2 :
0,5 + i 2 + 2(i 2 − i1 ) = 0
' ' '
3 −2 9− 4
−2 3
3 2
− 2 − 0,5 − 1,5 +4
i2 =
'
= = 0,5 ⋅ A
3 −2 9− 4
−2 3
sehingga : i1 = i1 − i2 = 1 − 0,5 = 0,5 ⋅ A
' '
10
2
Rangkaian Listrik
Teorema Thevenin
Pada teorema ini berlaku bahwa :
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber tegangan yang dihubungserikan dengan sebuah tahanan ekivelennya pada dua
terminal yang diamati.
Tujuan sebenarnya dari teorema ini adalah untuk menyederhanakan analisis rangkaian,
yaitu membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan
seri dengan suatu resistansi ekivalennya.
Pada gambar diatas, dengan terorema substitusi kita dapat melihat rangkaian sirkit B
dapat diganti dengan sumber tegangan yang bernilai sama saat arus melewati sirkit B
pada dua terminal yang kita amati yaitu terminal a-b.
Setelah kita dapatkan rangkaian substitusinya, maka dengan menggunakan teorema
superposisi didapatkan bahwa :
1. Ketika sumber tegangan V aktif/bekerja maka rangkaian pada sirkit linier A
tidak aktif (semua sumber bebasnya mati diganti tahanan dalamnya), sehingga
didapatkan nilai resistansi ekivelnnya.
2. Ketika sirkit linier A aktif/bekerja maka pada sumber tegangan bebas diganti
dengan tahanan dalamnya yaitu nol atau rangkaian short circuit.
100
100
Rangkaian Listrik
Dengan menggabungkan kedua keadaan tadi (teorema superposisi) maka didapatkan :
i = i1 + isc
V
i=− + i sc KK(1)
Rth
Pada saat terminal a-b di open circuit (OC), maka i yang mengalir samadengan nol
(i = 0), sehingga :
i = − V + isc
Rth
Voc
0=− + isc
Rth
Voc = i sc .Rth KK(2)
Cara memperoleh resistansi penggantinya (Rth) adalah dengan mematikan atau menon
aktifkan semua sumber bebas pada rangkaian linier A (untuk sumber tegangan tahanan
dalamnya = 0 atau rangkaian short circuit dan untuk sumber arus tahanan dalamnya = ∞
atau rangkaian open circuit).
Jika pada rangkaian tersebut terdapat sumber dependent atau sumber tak bebasnya,
maka untuk memperoleh resistansi penggantinya, terlebih dahulu kita mencari arus
hubung singkat (isc), sehingga nilai resistansi penggantinya (Rth) didapatkan dari nilai
tegangan pada kedua terminal tersebut yang di-open circuit dibagi dengan arus pada
kedua terminal tersebut yang di- short circuit .
Contoh latihan :
untuk sumber bebas/ independent
Jawaban :
Tentukan titik a-b pada R dimana parameter i yang ditanyakan, hitung tegangan dititik
a-b pada saat terbuka :
Mencari Rth ketika semua sumber bebasnya tidak aktif (diganti dengan tahanan
dalamnya) dilihat dari titik a-b :
Rth = 4Ω
Rangkaian pengganti Thevenin :
sehingga :
19
i= A
8
Jawaban :
Tentukan titik a-b pada R dimana parameter i yang ditanyakan, hitung tegangan dititik
a-b pada saat terbuka :
103
103
Rangkaian Listrik
6x12 + 4 = 4 + 4 = 8Ω
Rth =
6 + 12
104
104
Rangkaian Listrik
Rangkaian pengganti Thevenin :
sehingga :
28 28
i= = = 2A
8 + 6 14
Jawaban :
sehingga :
Vab = − 4 + 28.2 = − 4 + 56 = 52V
Contoh latihan :
untuk sumber tak bebas/ dependent
Jawaban :
i sc = i 2 + 6
Σ v=0
− 12 + 1.i 2 + 2i 2 = 0
12
3i 2 = 12 → i 2 = = 4A
3
sehingga : i sc = i 2 + 6 = 4 + 6 = 10 A
Voc 30
maka : Rth = = = 3Ω
i sc 10
Rangkaian pengganti Thevenin :
3
V = x30 = 15V
3+3
Σ v=0
2i sc + 3(i sc + 6) − 12 = 0
−6
5isc + 6 = 0 → isc = A
5
V −6
sehingga : Rth = oc = = 5Ω
i sc −6
5
Rangkaian pengganti Thevenin :
−6
i= = − 1A
6
108
108
Rangkaian Listrik
3. Tentukan nilai V dengan teorema Thevenin !
Jawaban :
Mencari Vab :
V1 3V
Vab = Voc = 2 + V1 = 1
4 2
perhatikan..node..c :
V1 V1
= +2
2 4
V1
= 2 → V1 = 8V
4
3V 3.8
sehingga : V oc = 1 = = 12V
2 2
Karena terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari Rth tidak bisa langsung dengan
mematikan semua sumbernya, sehingga harus dicari nilai Isc :
109
109
Rangkaian Listrik
4
V = x12 = 4V
4+8
110
110
Rangkaian Listrik
Teorema Norton
Pada teorema ini berlaku bahwa :
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber arus yang dihubungparalelkan dengan sebuah tahanan ekivelennya pada dua
terminal yang diamati.
V +i
i=− sc
RN
Contoh latihan :
untuk sumber bebas/ independent
Jawaban :
Tentukan titik a-b pada R dimana parameter i yang ditanyakan, hitung isc = iN saat R =
4Ω dilepas :
Analisis mesh :
- Tinjau loop I1 :
I 1 = 6 A................................(1)
- Tinjau loop I3 :
Σ v=0
− 5 + 8(I 3 − I 2 ) = 0
8(I 3 − I 2 ) = 5
substitusikan.. pers.(2) :
3I
8( 2 − I2 ) = 5
2
5
4I 2 = 5 → I 2 = A
4
5 19
sehingga : i sc = i N = I 1 − I 2 = 6 − = A
4 4
112
112
Rangkaian Listrik
Mencari Rth ketika semua sumber bebasnya tidak aktif (diganti dengan tahanan
dalamnya) dilihat dari titik a-b :
R N = 4Ω
Rangkaian pengganti Norton :
4 i = 4 19 19
i= N . = A
4+4 8 4 8
Jawaban :
Mencari isc :
113
113
Rangkaian Listrik
Rp 15
V1 = x18 = 2 18 = 54 V
Rp + 5 15 + 5 5
2
V1 27
i sc = i N == A
20 50
Mencari RN dititik a-b :
5.12 60
5Ω // 12Ω → = = Ω
R
5 + 12 17
p
60 400
R N = R p + 20Ω = + 20 = Ω
17 17
Rangkaian pengganti Norton :
400
R N // 40Ω → R p = 17 x40 = 400 Ω
400 27
17 + 40
sehingga : v = i N xR p = 27 x 400 = 8V
50 27
Jawaban :
114
114
Rangkaian Listrik
Mencari isc :
24
I 48Ω = x6 = 2 A
48 + 24
24
I 12Ω = x6 = 4 A
24 + 12
sehingga : i sc = i N = I 12Ω − I 48Ω = 4 − 2 = 2 A
Mencari RN :
24
i1 = = 1A
24
sehingga : i = i N + i1 = 2 + 1 = 3 A
115
115
Rangkaian Listrik
Contoh latihan :
untuk sumber tak bebas/ dependent
Jawaban :
Mencari isc :
v1 = 3V
Σ v=0
− 4v1 + 6i sc = 0
− 4.3 + 6i sc = 0
12
i sc = = 2A
6
sehingga : i sc = 2 A
Mencari RN, harus mencari Voc :
v1 = 3V
12 12
V ab = V oc = x4v1 = x12 = 8V
12 + 6 18
V 8
sehingga : R N = oc = = 4Ω
i sc 2
Rangkaian pengganti Norton :
116
116
Rangkaian Listrik
4
i= x2 A = 1A
4+4
2. Tentukan nilai i dengan teorema Norton !
Jawaban :
Mencari isc :
Σ v=0
2i sc + 3(i sc + 6) − 12 = 0
−6
5i sc + 6 = 0 → i sc = A
5
Cari RN dengan mencari Vab saat titik a-b terbuka :
5 −6
i= x = − 1A
5 +1 5
Jawaban :
Mencari isc :
Σ v=0
− 6 + 2i1 + i1 = 0
2
5i1 12
= 6 → i1 = A
2 5
i1 12
2 1
sehingga : i sc = = 10 = A
6 6 5
Mencari Vab :
118
118
Rangkaian Listrik
i
Vab = Voc = 2
2
Σ v=0
− 6 + 2i 2 + i2 = 0
2
5i 2 12
= 6 → i2 = A
2 5
i 6
sehingga : V oc = 2 = V
2 5
6
V
maka : R N = oc = 5 = 6Ω
i sc 1
5
Rangkaian pengganti Norton :
2Ω // 6Ω → R p 2.6 3
= Ω
2+6 2
= 1 3 1 3
sehingga : V = R p x A = x = V
5 2 5 10
119
119
Rangkaian Listrik
Teorema Millman
Teorema ini seringkali disebut juga sebagai teorema transformasi sumber, baik dari
sumber tegangan yang dihubungserikan dengan resistansi ke sumber arus yang
dihubungparalelkan dengan resistansi yang sama atau sebaliknya.
Teorema ini berguna untuk menyederhanakan rangkaian dengan multi sumber tegangan
atau multi sumber arus menjadi satu sumber pengganti.
Langkah-langkah :
- Ubah semua sumber tegangan ke sumber arus
V1 V2 V3
it = + +
R1 R2 R3
1 1 1 1
= + +
Rt R1 R2 R3
- Konversikan hasil akhir sumber arus ke sumber tegangan
Vek = it .Rt
Rek = Rt
120
120
Rangkaian Listrik
Contoh latihan :
Jawaban :
Σ v=0
− 16 + 8i + 12i + 36 = 0
− 20
20i + 20 = 0 → i = = − 1A
20
sehingga : V = − ix8Ω = − (− 1) x8 = 8V
121
121
Rangkaian Listrik
2. Tentukan ia dengan transformasi sumber !
Jawaban :
Tinjau sumber arus 4A dan 3ia A ,sehingga dihasilkan sumber arus (3ia -4) A :
ia = 3 x(3ia − 4) = 3 x(3ia − 4)
3+ 2 5
5ia = 9ia − 12
5ia − 9ia = − 12
− 12
− 4ia = − 12 → ia = = 3A
−4
Jawaban :
Σ v=0
− 72 + 8i + 16i + 12i + 36 = 0
36
− 36 + 36i = 0 → i = = 1A
36
sehingga :
V = +72 − 8i = 72 − 8.1 = 64V
123
123
Rangkaian Listrik
Transfer daya maksimum terjadi jika nilai resistansi beban samadengan nilai resistansi
sumber, baik dipasang seri dengan sumber tegangan ataupun dipasang paralel dengan
sumber arus.
PL = V L .i = i.R L .i = i 2 .R L
dim ana :
Vg
i=
R g + RL
sehingga :
Vg
PL = ( ) 2 .R L
R g + RL
dengan asumsi Vg dan Rg tetap, dan PL merupakan fungsi RL, maka untuk mencari nilai
maksimum PL adalah :
2
Vg Vg
PL = ( 2 .R =
) L .R L = V g (R g + R L ) − 2 R L
2
Rg + RL (R g + R L ) 2
dPL
dR L
2
[ −2
= V g (R g + R L ) − 2(Rg + R L ) − 3 RL ]
⎡ 1 2R L ⎤
0 = Vg ⎜ −
2
⎜
⎣⎜ (R g + R L )
2
(R g + R L ) 3
⎡ Rg − RL ⎤
0 = Vg ⎜ 3 ⎜
2
⎣⎜ (R g + R L ) ⎜⎦
sehingga :
RL = Rg
Teorema transfer daya maksimum adalah daya maksimum yang dikirimkan ketika
beban RL samadengan beban intern sumber Rg.
2
Vg
Maka didapatkan daya maksimumnya : PLmax =
4R g
124
124
Rangkaian Listrik
VD = R2 R3 VA + R1 R2
R2 R3 + R1 R2 + R1 R3 VB
R2 R3 + R1 R2 + R1 R3
VA − V D VA V D VA 1 R2 R3 R1 R2
⇒ i1 = = − = − ( VA + VB )
R1 R1 R1 R1 R1 R2 R3 + R1 R2 + R1 R3 A R2 R3 + R1 R2 + R1 R3 B
R 2+ R 3 R 2
i1 = − B LLL(1)
R R
V 2 3 + R R
1 2 + R R
1 3
A
V 2 3 R1 R2 + R1 R3
R R +
V − V D V B V D VB 1 R2 R3 R1 R2
⇒ i2 = B = − = − ( + V )
V
R3 R3 R3 R3 R3 R2 R3 + R1 R2 + R1 R3 R2 R3 + R1 R2 + R1 R3
125
125
Rangkaian Listrik
R1 R2 +R1 R3 R1 R2
i2 = VA− VB LLL(2)
R3 (R2 R3 + R1 R2 + R1 R3 ) R3 (R R
2 3 + R1 R2 + R1 R3 )
126
126
Rangkaian Listrik
1 1 1
( + )VA − V =i
R A RB RA B 1
sehingga :
1 R2
⇒ =
R A R2 R3 + R1 R2 + R1 R3
R2 R3 +R1 R2 +R1 R3
RA =
R2
1 1 R2 +R3
⇒ + =
R A RB R2 R3 + R1 R2 + R1 R3
1 R2 +R3 1
= −
R B R2 R3 + R1 R2 + R1 R3 R A
1 R2 +R3 R2
= −
R B R2 R3 + R1 R2 + R1 R3 R2 R3 + R1 R2 + R1 R3
1 R3
=
R B R2 R3 + R1 R2 + R1 R3
R2 R3 +R1 R2 +R1 R3
RB =
R3
Tinjau node B :
VB − V A VB = i
+ 2
RA RC
1 1 1
− VA + ( + )V B = i 2
RA RA RC
127
127
Rangkaian Listrik
Perumusannya :
Transformasi Star (Υ ) ke Delta (∆ ) :
R2 R3 +R1 R2 +R1 R3
RA =
R2
R2 R3 +R1 R2 +R1 R3
RB =
R3
R2 R3 +R1 R2 +R1 R3
RC =
R1
128
128
Rangkaian Listrik
R A RB
R1 =
R A + R B + RC
R B RC
R2 =
R A + R B + RC
R A RC
R3 =
R A + R B + RC
129
129
Rangkaian Listrik
Soal – soal :
55. Tentukan nilai R pada rangkaian berikut agar terjadi transfer daya maksimum :
BAB VI DASAR –
DASAR AC
Bentuk Gelombang
Pada bab sebelumnya kita telah membahas rangkaian listrik dengan sumbernya adalah
sumber searah, dimana untuk selang waktu dari nol sampai tak hingga nilainya akan
selalu tetap atau konstan, sedangkanp pada bab ini akan dibahas rangkaian listrik
deengan sumbernya adalah bolak-balik, dimana untuk waktu tertentu akan didapatkan
nilai yang berbeda-beda. Tentunya dengan sumber bolak-balik atau lebih singkatnya
dengan sumber AC (Alternating Current) akan mempengaruhi komponen pasif yang
digunakan, saat sumber DC maka komponen pasif seperti L dan C akan menjadi
rangkaian hubungsingkat dan terbuka. Tetapi dengan sumber AC komponen pada L dan
C akan berbeda halnya saat deiberikan sumber DC.
Sebelum membahas masalah AC secara mendalam alangkah baiknya kita
memperhatikan terlebih dahulu karakteristik dari sumber AC atau gelombang AC ini.
Salah satu sifat khusus dari gelombang AC adalah dia mempunyai sifat periodik atau
berulang dengan selang waktu tertentu atau lebih sering disebut dengan perioda,
dimana nilai dari periodik ini memenuhi persamaan :
f (t) = f ( t + nT ) dimana n : integer 0,1,2,… dengan T = perioda, seperti terlihat pada
gambar dibawah ini :
144
144
Rangkaian Listrik
Konsep Phasor
Phasor adalah bilangan kompleks yang merepresentasikan besaran atau magnitude dan
phasa gelombang sinusoidal.
Phasor biasanya dinyatakan dengan sebuah notasi pada domain frekuensi yang hanya
terdiri dari besaran dan phasa.
Formula Euler :
[ ] [ ]
e jω t = cos ω t + j sin ω t = Re e jω t + j Im e jω t
e − jω t
= cos ω t − j sin ω t = Re[e ] − j Im[e ]
− jω t − jω t
Sebagai contoh :
v(t ) = Vm cos(ω t + θ Volt dalam domain waktu
)
[ ] jθ
Formula Euler : v = Re V m e jθ e jω t = Vm e Volt
Notasi phasor :V (ω ) = Vm ∠ Volt dalam domain frekuensi
θ
Bilangan Kompleks
Bilangan yang terdiri dari harga real (nyata) dan harga imajiner (khayal)
Contoh :
z = x + jy
dimana j = − 1 atau j 2 = − 1
Grafik bilangan kompleks :
y = r sin θ → θ = tan − 1
y
x
3. Bentuk Eksponensial
z = re jθ
dim ana : x + jy = r cosθ + jr sin θ = r (cosθ + j sin θ ) = re jθ
4. Bentuk Trigonometri
z = r (cos θ + j sin θ )
145
145
Rangkaian Listrik
2
1 2 1 2 1 2
jθ
z1 re r
= 1 jθ = 1 e j (θ 1 − θ 2 )
1
z 2 r2 e 2
r2
Tegangan sinusoidal : v
elemen V = Vm sin ω t V = Vm cos ω t
Arus pada elemen pasif jika tegangannya sinusoidal
R V V Vm
i = i = m sin ω t i = cos ω t
L 1 Vm Vm
i LR = R∫ vdt R
R
R
R
L
C
iC = C
dV (− cos
i LiC == ω CV cosωω tt) = ω CVsin(ω
iiCL =
ω L m
t ω t)
− sin
ω L m
dt
146
146
Rangkaian Listrik
Sudut Phasa
Pengaruh gelombang AC pada elemen R :
i = I m sin ω t ⇒ I = Im ∠ 0 o
V R = RI m sin ω t ⇒ V R = RI m ∠ 0 o
phasanya..sama
Magnitude impedansi.. Z = R
⇒ V L = ω LIm ∠ 90 o
Arus tertinggal dibanding tegangan sebesar 90 o
→ arus lagging
V L ω LI m ∠ 90o
Z= =
I I m ∠ 0o
Z = ω L∠ 90 o jω L
=
VC =
Im
ωC
I
ωC
(
(− cos ω t ) = m sin ω t − 90 o )
⇒ VC = I m ∠ − 90 o
ωC
147
147
Rangkaian Listrik
Impedansi Kompleks
Jika rangkaian seri RL dihubungkan dengan gelombang AC maka :
V (t ) = Vm e jω t
d 1 (t )
KVL : R1 (t ) + L = V (t ) = V m e jω t
dt
Misalkan:
I (t ) = Ke jω t
jω t
Rke jω t + jω Lke jω t = Vm e
Vm
k=
R + jω L
I (t ) =
Vm
e jω t
R + jω L
Sehingga impedansi menjadi
V (t ) V m e jω t
Z= = = R + jω L
I (t ) Vm
e jω t
R + jω L
148
148
Rangkaian Listrik
V (t ) = V m e
jω t
KVL : R 1 (t ) + ∫ I (t )dt
1 = Vme jω t
C
Misalkan :
I (t ) = Ke
jω t
jω t 1 jω t jω t
Rke + ke = V me
jω C
Vm
k =
1
R +
jω C
I (t ) =
Vm
1
R −
ω C
sehingga impedansi
V (t ) V m e jω t 1 j
Z= = =R+ = R−
I (t ) Vm
e jω t jω C ω
R + jω L C
Diagram Impedansi :
149
149
Rangkaian Listrik
Diagram Phasor
f (t ) = re jω t = r∠ ω t
π π
t=0 t= t=
4ω 2ω
ω t =0 π
ωt= ωt=
π 2
4
Jika beda phasa antara tegangan dan arus sebesar θ , maka diagram phasornya sebagai
berikut :
V = V1 + V2 + V3
= IZ1 + IZ 2 + IZ 3
Z eq = Z1 + Z 2 + Z 3
150
150
Rangkaian Listrik
I = I1 + I 2 + I 3
V V V
= + +
Z1 Z 2 Z 3
1 1 1 1
= + +
Z eq Z1 Z 2 Z 3
Contoh latihan :
1. Tentukan arus i4 yang keluar dari percabangan saat arus i1, i2, dan i3 masuk
percabangan jika :
i1 = 6 cos 3t
i2 = 4 cos(3t − 30°)
i3 = − 4 3 cos(3t + 60°)
Jawaban :
i 4 = i1 + i 2 + i3 = 6 cos 3t + 4 cos(3t − 30°) − 4 3 cos(3t + 60°)
Dalam notasi phasor :
I 4 = I 1 + I 2 + I 3 = 6∠ 0° + 4∠ − 30° − 3∠ 60° = 6 + 3,46 − j 2 − 3,46 − j6
4
I 4 = 6 − j8 = 10∠ − 53,1°
sehingga : i 4 = 10 cos(3t − 53,1°)
151
151
Rangkaian Listrik
2. Tentukan arus i4 yang keluar dari percabangan saat arus i1, i2, dan i3 masuk
percabangan jika :
i1 = 5 cos(3t + 30°)
i2 = 5 sin 3t
i3 = 5 cos(3t + 150°)
Jawaban :
i 4 = i1 + i 2 + i3 = 5 cos(3t + 30°) + 5 sin 3t + 5 cos(3t + 150°)
i 4 = 5 cos(3t + 30°) + 5 cos(3t − 90°) + 5 cos(3t + 150°)
Dalam notasi phasor :
I 4 = I 1 + I 2 + I 3 = 5∠ 30° + 5∠ − 90° + 5∠150° = 4,3 + j 2,5 − j5 − 4,3 + j 2,5
I4 = 0
sehingga : i4 = 0
Harga Rata-Rata
Harga rata-rata fungsi periodik didefinisikan sebagai integral fungsi waktu atas
keseleuruhan perioda dibagi dengan selang waktu periodanya.
Fungsi umum y (t) dengan perioda T, maka harga rata – rata :
T
1
Yav = ∫ y(t )dt
T 0
Contoh latihan :
Jawaban :
152
152
Rangkaian Listrik
- Harga rata-rata :
Yav
2
1T 1 π A
= ∫ y(t)dt = Asinω td(ω t) = .− cosω t0
2π
T0 2π 0 2π
∫
=
A
[− cos2π − (− cos0)] = A [− 1+1] = 0
2π 2π
- Harga efektif :
Yrms
⎛1 −cos 2 ωt ⎞
T 2 2 2π
1π 1 A
= ∫ y (t)dt = ∫= A sin ω td(ω t) ∫⎜ ⎜d (ω t).
2 2 2
T 0 2π 2π 0 ⎝ 2 ⎠
0
⎜
A 2 ⎡1 cos2ω ⎤ A2 ⎡ 1 cos2.2π ⎤
2π
cos2.0
⎜. = (2π − 0) − ( −
2π
⎜ t ).
= ωt −
2π ⎜⎣ 0
4 0 2π ⎜⎣ 4 4 ⎦
2 2
A2 A2
=
=
[π ].
− (1 − 1) π .=
A
2π 2π 2
Jawaban :
- Harga rata-rata :
Yav
T π
1 1 A
∫ y(t)dt = ∫Asinω td(ω t) = .− cosω t 0
π
=
T0 π0 π
=
A
[− cosπ − (− cos0)] = A [1 +1] = 2A
π π π
153
153
Rangkaian Listrik
- Harga efektif :
Yrms
1T 1π 2 2 A2
π
1⎛ −cos2 ω
t ⎞
= ∫ y 2 (t)dt = ∫= A sin ω td(ω t) ∫⎜ ⎜d (ω t).
T 0
π π 0⎝ 2 ⎠
0
⎜ ⎜
A 2 ⎡1 cos2ω ⎤
π
π A2 ⎡ 1 cos2.π ⎤
cos2.0
⎜ t ⎜. = (π − 0) − ( − ).
= ωt −
π 2 0 4 π ⎣ 4 4 ⎦
0 2
A2 ⎡ ⎤ A2 A
− (1 − 1)⎜. = =
π
=
π ⎜⎣ ⎦ 2 2
2
Jawaban :
- Harga rata-rata :
Yav
T 2 2
1 1 1 25t2
= ∫ y(t)dt = ∫ 25tdt = .
T0 20 2 2 0
25 2
= (2 − 0) = 25
4
- Harga efektif :
Yrms
[ ]
T
1 12 2 2 625 t 3 2 625 3 50
=
T ∫
0
y 2 (t )dt =
2 ∫0
25 t dt = . .0 =
2 3 6
2 −0 =
3
154
154
Rangkaian Listrik
Soal- soal :
BAB VII
ANALISIS RANGKAIAN AC
Hukum Ohm
Jika sebuah impedansi dilewati oleh sebuah arus maka pada kedua ujung impedansi
tersebut akan muncul beda potensial, atau Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan
melintasi berbagai jenis bahan pengantar adalah berbanding lurus dengan arus yang
mengalir melalui bahan tersebut.
Secara matematis :
V = I .Z
1. Tentukan nilai i !
Jawaban :
Dengan phasor :
158
158
Rangkaian Listrik
2. Tentukan nilai V !
Jawaban :
Dengan phasor :
2 20∠0 o 20∠0o
I= 10∠0 o = = = 2∠ − 53 o
2 + 4 + j8 6 + j8 10∠53 o
sehingga : V = 4I = 8∠ − 53 o ,
maka : V = 8 cos(8t − 53 o )V
Analisis Node
Analisis node berprinsip pada Hukum Kirchoff I/ KCL dimana jumlah arus yang masuk
dan keluar dari titik percabangan akan samadengan nol, dimana tegangan merupakan
parameter yang tidak diketahui. Atau analisis node lebih mudah jika pencatunya
semuanya adalah sumber arus. Analisis ini dapat diterapkan pada sumber searah/ DC
maupun sumber bolak-balik/ AC.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada analisis node, yaitu :
‰ Tentukan node referensi sebagai ground/ potensial nol.
‰ Tentukan node voltage, yaitu tegangan antara node non referensi dan ground.
‰ Asumsikan tegangan node yang sedang diperhitungkan lebih tinggi daripada
tegangan node manapun, sehingga arah arus keluar dari node tersebut positif.
‰ Jika terdapat N node, maka jumlah node voltage adalah (N-1). Jumlah node voltage
ini akan menentukan banyaknya persamaan yang dihasilkan.
‰ Analisis node mudah dilakukan bila pencatunya berupa sumber arus. Apabila pada
rangkaian tersebut terdapat sumber tegangan, maka sumber tegangan tersebut
diperlakukan sebagai supernode, yaitu menganggap sumber tegangan tersebut
dianggap sebagai satu node.
159
159
Rangkaian Listrik
Contoh latihan :
Jawaban :
Dengam phasor :
Jawaban :
160
160
Rangkaian Listrik
maka : v = 25 2 sin(2t + 8 o )V
161
161
Rangkaian Listrik
Contoh latihan :
Jawaban :
Tinjau loop I1 :
− 10∠90o + 10I 1 − j10(I 1 − I 2 ) = 0
(10 − j10)I 1 + j10I 2 = 10∠90o ...........(1)
Tinjau loop I2 :
I 2 = − 1∠0o ................(2)
162
162
Rangkaian Listrik
V = − j10(− 1 + j + 1) = − j 2 10 = 10
maka : V = 10 sin 3tV
Jawaban :
Tinjau loop I1 :
I 1 = 5∠90 o ..................(1)
Tinjau loop I2 :
10(I 2 − I 1 ) + 5I 2 + 10∠90o − j15(I 2 − I 3 ) = 0
− 10I 1 + (15 − j15)I 2 + j15I 3 = − 10∠90o ....(2)
Tinjau loop I3 :
I 3 = − 2∠0 o ............(3)
substitusikan persamaan (1), (2), & (3) :
− 10I 1 + (15 − j15)I 2 + j15I 3 = − 10∠90o
− 10(5∠90o ) + (15 − j15)I 2 + j15(− 2∠0o ) = − 10∠90o
(15 − j15)I 2 = − 10∠90o + 10(5∠90 o ) − j15(− 2∠0 o) = − j10 + j50 + j30 = j70
163
163
Rangkaian Listrik
j70 70∠90 o 7 2
I2 = = = ∠135 o
15 − j15 15 2∠ − 45 o 3
7 2
sehingga : V = − j15(I 2 − I 3) = − j15( ∠135o + 2∠0 o ) = − j15(− 2,33 + j 2,33 + 2)
3
V = − j15(− 0,33 + j 2,33) = 15∠ − 90 (2,35∠98 o ) = 35,25∠8 o
o
Teorema Superposisi
Pada teorema ini hanya berlaku untuk rangkaian yang bersifat linier, dimana rangkaian
linier adalah suatu rangkaian dimana persamaan yang muncul akan memenuhi jika y =
kx, dimana k = konstanta dan x = variabel.
Dalam setiap rangkaian linier dengan beberapa buah sumber tegangan/ sumber arus
dapat dihitung dengan cara :
Pengertian dari teorema diatas bahwa jika terdapat n buah sumber bebas maka dengan
teorema superposisi samadengan n buah keadaan rangkaian yang dianalisis, dimana
nantinya n buah keadaan tersebut akan dijumlahkan. Jika terdapat beberapa buah
sumber tak bebas maka tetap saja teorema superposisi menghitung untuk n buah
keadaan dari n buah sumber yang bebasnya.
Rangkaian linier tentu tidak terlepas dari gabungan rangkaian yang mempunyai sumber
independent atau sumber bebas, sumber dependent / sumber tak bebas linier (sumber
dependent arus/ tegangan sebanding dengan pangkat satu dari tegangan/ arus lain, atau
sebanding dengan jumlah pangkat satu besaran-besaran tersebut) dan elemen resistor (
R ), induktor ( L ), dan kapasitor ( C ).
164
164
Rangkaian Listrik
Contoh latihan :
Jawaban :
o
− j10 100∠0
V1 = 10∠90 o =
− j10 + 10 10 2∠ − 45 o
o
V1 = 5 2∠45
- Pada saat I s = sin 3tA aktif :
− j10.10 − j100
Zp = =
− j10 + 10 10 2∠ − 45 o
100∠− 90 o
Zp = = 5 2∠ − 45 o
10 2∠ − 45 o
sehingga :
V2 = Z p x1∠0 = 5 2∠ − 45
o o
Maka tegangan V :
V = V1 + V2 = 5 2∠45 + 5 2∠ − 45 = 5 + j5 + 5 − j5 = 10
o o
Jawaban :
V1 = 3∠0 o
sehingga : V1 = 3 cos 2tV
V2 = 0V
sehingga :
V = V1 + V2 = 3 cos 2tV
166
166
Rangkaian Listrik
Teorema Thevenin
Pada teorema ini berlaku bahwa :
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber tegangan yang dihubungserikan dengan sebuah impedansi ekivelennya pada
dua terminal yang diamati.
Tujuan sebenarnya dari teorema ini adalah untuk menyederhanakan analisis rangkaian,
yaitu membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan
seri dengan suatu impedansi ekivalennya.
Cara memperoleh impedansi penggantinya (Zth) adalah dengan mematikan atau menon
aktifkan semua sumber bebas pada rangkaian linier A (untuk sumber tegangan tahanan
dalamnya = 0 atau rangkaian short circuit dan untuk sumber arus tahanan dalamnya = ∞
atau rangkaian open circuit).
Jika pada rangkaian tersebut terdapat sumber dependent atau sumber tak bebasnya,
maka untuk memperoleh impedansi penggantinya, terlebih dahulu kita mencari arus
hubung singkat (isc), sehingga nilai resistansi penggantinya (Zth) didapatkan dari nilai
tegangan pada kedua terminal tersebut yang di-open circuit dibagi dengan arus pada
kedua terminal tersebut yang di- short circuit .
Contoh latihan :
Jawaban :
Mencari Voc :
Mencari Zth :
Z th = 10Ω
168
168
Rangkaian Listrik
− j10 o
V = 10 2∠45
− j10 + 10
10∠− 90 o
V = 10 2∠45 o = 10
10 2∠ − 45 o
sehingga :
V = 10 sin 3tV
Jawaban :
Zth = − j6Ω
Rangkaian pengganti Thevenin :
sehingga :
8 480∠− 37 o
V = 60∠ − 37 o =
8 − j6 10∠ − 37 o
V = 48
maka : V = 48 sin 8tV
Teorema Norton
Pada teorema ini berlaku bahwa :
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber arus yang dihubungparalelkan dengan sebuah impedansi ekivelennya pada dua
terminal yang diamati.
Contoh latihan :
Jawaban :
Mencari isc = iN :
Tinjau loop I1 :
Σv = 0
− 10∠90 o + 10I1 = 0
10I 1 = 10∠90 → I 1 = 1∠90
o o
Tinjau loop I2 :
I 2 = − 1∠0 o
171
171
Rangkaian Listrik
sehingga :
isc = I 1 − I 2 = 1∠90 + 1∠0 = 1 + j
o o
o
i sc = 2∠45
Mencari ZN :
Z N = 10Ω
Rangkaian pengganti Norton :
− j10.10 100∠− 90 o
Zp = = = 5 2∠ − 45 o
− j10 + 10 10 2∠ − 45 o
sehingga :
V = Z p x 2∠45 = 5 2∠ − 45 . 2∠45
o o o
V = 10∠0 o
maka :
V = 10 sin 3tV
Teorema Millman
Teorema ini seringkali disebut juga sebagai teorema transformasi sumber, baik dari
sumber tegangan yang dihubungserikan dengan impedansi ke sumber arus yang
dihubungparalelkan dengan impedansi yang sama atau sebaliknya.
Teorema ini berguna untuk menyederhanakan rangkaian dengan multi sumber tegangan
atau multi sumber arus menjadi satu sumber pengganti.
172
172
Rangkaian Listrik
Transfer daya maksimum terjadi jika nilai impedansi beban samadengan nilai
impedansi konjugate sumber, baik dipasang seri dengan sumber tegangan ataupun
dipasang paralel dengan sumber arus.
Teorema transfer daya maksimum adalah daya maksimum yang dikirimkan ketika
beban ZL samadengan konjugate beban intern sumber Zs*.
Maka didapatkan daya maksimumnya :
2
Vs
PLmax =
[ ]
4 Re Z s
*
Catatan :
Secara garis besar analisis rangkaian AC dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Sumber mempunyai fungsi persamaan dan frekuensi yang sama
Penyelesaian persoalan analisis rangkaian AC ini dapat menggunakan konsep dasar,
hukum dasar, analisis rangkaian, dan teorema rangkaian dengan menggunakan
notasi phasor untuk mempermudah.
2. Sumber mempunyai fungsi persamaan berbeda dengan frekuensi yang sama
Penyelesaian persoalan ini terlebih dahulu semua fungsi persamaan dikonversikan
kedalam fungsi persamaan yang sama, baru kemudian pengerjaan sama dengan item
nomor 1.
3. Sumber mempunyai fungsi persamaan sama tetapi frekuensi berbeda
Penyelesaian persoalan analisis rangkaian AC ini hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan teorema superposisi.
4. Sumber mempunyai fungsi persamaan dan frekuensi yang berbeda
Penyelesaian persoalan analisis rangkaian AC ini hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan teorema superposisi.
5. Sumber gabungan DC dan AC
Penyelesaian persoalan analisis rangkaian AC dan DC ini hanya dapat dilakukan
dengan menggunakan teorema superposisi.
173
173
Rangkaian Listrik
Soal – soal :
1. Tentukan nilai i !
2. Tentukan nilai V !
4. Tentukan nilai i !
174
174
Rangkaian Listrik
5. Jika i g = 9 − 2 cos t − 39 cos 2t + 18 cos 3t..A
Tentukan nilai i !
6. Tentukan nilai i :
7. Tentukan nilai i :
8. Tentukan V :
175
175
Rangkaian Listrik
9. Tentukan nilai C agar impedansi dilihat dari sumber real semua :
22. Tentukan V :
178
178
Rangkaian Listrik
23. Tentukan nilai V pada rangkaian berikut :
BAB VIII
DAYA PADA RANGKAIAN RLC
Pengertian daya : perkalian antara tegangan yang diberikan dengan hasil arus yang
mengalir.
Secara matematis : P = VI Æ sumber searah atau DC
‰ Daya dikatakan positif, ketika arus yang mengalir bernilai positif artinya arus
mengalir dari sumber tegangan menuju rangkaian (transfer energi dari sumber ke
rangkaian )
‰ Daya dikatakan negatif, ketika arus yang mengalir bernilai negatif artinya arus
mengalir dari rangkaian menuju sumber tegangan (transfer energi dari rangkaian ke
sumber )
Daya Sesaat
Daya sesaat adalah daya yang terjadi pada saat hanya waktu tertentu ketika sebuah
komponen mempunyai nilai tegangan dan arus yang mengalir padanya hanya saat waktu
tersebut.
Contoh latihan :
Jika sebuah komponen dilewati arus sebesar i(t ) = 10 sin 30t A dan tegangannya
v(t ) = 50 sin(30t + 30°) , maka berapa daya yang muncul saat t = 1 detik !
Jawaban :
P(t ) = v(t ).i(t ) = 10 sin 30tx50 sin(30t + 30°)
500
P(1) = 10 sin 30 x50 sin(30 + 30) = 10 sin 30 x50 sin 60 = 3
4
V (t ) = Vm sin ω t
Arus pada komponen induktor adalah :
181
181
Rangkaian Listrik
1 1
i(t ) =
L ∫ V (t )dt = ∫ Vm sin ω tdt
L
V V π
i(t ) = − m cos ω t = m sin(ω t − )
ωL ωL 2
V π
dimana nilai m = I m , maka: i(t ) = I m sin(ω t − )
ωL 2
sehingga :
π 1
P(t ) = V (t )..I (t ) = Vm I m sin ω t.sin(ω t ) = −Vm I m sin ω t. cos(ω t ) = Vm I m sin 2ω t
− − 2
2
Grafik :
V (t ) = Vm sin ω t
Arus pada komponen kapasitor adalah :
(sin ω t ) = CVmω cos ω t
dV = CV d
i(t ) = C m
dt dt
i(t ) = CV mω sin(ω t + π )
2
dimana nilai CVmω = I m , maka :
i(t ) = I m sin(ω t + π )
2
sehingga :
P(t ) = V (t )..I (t ) = Vm I m sin ω t.sin(ω π 1
) = Vm I m sin ω t. cos ω Vm I m sin 2ω t
= 2
+ 2
Grafik :
Daya rata-rata :
T 2π
1 1 1
P = ∫ P(t )dt = ∫2 V I sin 2ω tdt
2π
m m
T 0 0
2π
1
P= V m I m ∫ sin 2tdt
4π 0
1 1 2π
P=− Vm I m cos 2t =0
4π 2 0
maka daya rata-rata pada komponen C samadengan nol.
V (t ) = Vm sin ω t
Arus pada komponen resistor adalah :
V (t ) V (t )
i(t ) = = sin ω t
R R
V
dimana nilai m = I m , maka : i(t ) = I m sin ω t
R
sehingga :
1
P(t ) = V (t )..I (t ) = Vm I m sin 2 ω t = Vm Im (1 − cos 2ω t )
2
Grafik :
Daya rata-rata :
T 2π
1 1 1
P = ∫ P(t )dt = ∫2 V m I m (1 − cos 2ω )tdt
T 0 2 0
π
2π
1
P=
4π
Vm I m ∫ (1 − cos 2ω t )dt
0
1 1 2π
P= V mI m(t − sin 2t )
4π 2 0
1 1
P= V mI m.2π = V m I m
4π 2
Daya rata-rata :
T 2π 2π
1 1 1 1
P = ∫ P(t )dt =
2 ∫0 2
V I (1 − cos 2ω )tdt = V m m ∫ (1 − cos 2ω t )dt
I
4π
m m
T 0 0
π
1 V I (t − 1 2π 1 1
P= sin 2t ) = Vm I m .2π Vm I m
4π
m m
2 0 = 2
4π
1 V I
maka daya rata-rata pada kompone R sebesar Vm I m = m m = Veff I eff
2 2 2
184
184
Rangkaian Listrik
Untuk komponen L dan C dapat diambil rumus umum,dimana :
V (t ) = Vm sin ω t
i(t ) = I m sin(ω t + θ )
nilai θ tergantung dari komponen induktor atau kapasitor (kapasitor bertanda “ + “, dan
induktor bertanda “ – “ )
sehingga :
P(t ) = V (t ).I (t ) = Vm I m sin ω t.sin(ω + θ ) = 1 V [cos(ω t − (ω t + θ )) − cos(ω t − (ω t + θ
))]
I m m
2
Daya Kompleks
Daya Rata – Rata (P)
Daya ini sebenarnya adalah daya yang dipakai oleh komponen pasif resistor yang
merupakan daya yang terpakai atau terserap. Kalau kita perhatikan supply dari PLN ke
rumah-rumah maka daya yang tercatat pada alat kWH meter adalah daya rata-rata atau
sering disebut juga sebagai daya nyata yang akan dibayarkan oleh pelanggan.
Simbol : P
Satuan : Watt (W)
Secara matematis daya rata-rata atau daya nyata merupakan perkalian antara tegangan
efektif, arus efektif, dan koefisien faktor dayanya.
P = Veff I eff cos
θ
Daya Reaktif ( Q )
Daya ini adalah daya yang muncul diakibatkan oleh komponen pasif diluar resistor yang
merupakan daya rugi-rugi atau daya yang tidak diinginkan. Daya ini seminimal
mungkin dihindari kalaupun bisa diperkecil, walaupun tidak akan hilang sama sekali
dengan cara memperkecil faktor dayanya.
Simbol :Q
Satuan : Volt Ampere Reaktif (VAR)
Secara matematis daya reaktif merupakan perkalian antara tegangan efektif, arus efektif,
dan nilai sin θ .
Q = Veff I eff sin
θ
185
185
Rangkaian Listrik
Daya Tampak ( S )
Daya yang sebenarnya disupply oleh PLN, merupakan resultan daya antara daya rata-
rata dan daya reaktif.
Simbol :S
Satuan : Volt Ampere (VA)
Secara matematis daya tampak merupakan perkalian antara tegangan dan arus
efektifnya
S = Veff I eff
Daya kompleks
Merupakan gabungan antara daya rata-rata dan daya reaktifnya.
∗
S = P + jQ = Veff I eff cosθ + eff I eff sin θ = eff I eff
jV V
Faktor Daya
Faktor daya atau power factor (pf) merupakan perbandingan daya rata-rata terhadap
daya tampak.
P V effI effcos θ
pf = = = cosθ
S Veff I eff
Segitiga Daya
Untuk komponen L :
Untuk komponen C :
R
I
2
Veff X
Q = V eff I eff sin θ = X =
2
eff X
X
I
2
Veff Z
S = Veff I eff = I eff Z Z =
2
Z
R P
pf = cosθ = =
Z S
Contoh latihan :
Jawaban :
Dengan phasor :
2
⎛ 10 ⎞
sehingga : P = I eff R 2 .R = ⎜ ⎜ .87,9 = 4395W
⎝ 2⎠
188
188
Rangkaian Listrik
2. Tentukan segitiga dayanya !
Jawaban :
Dengan phasor :
sehingga :
2
⎛ ⎞
P=I 2
.R = ⎜
10 .87,9 = 4395W
⎜
eff R
⎝ 2⎠
2
⎛ ⎞
Q=I 2
.X = ⎜
10 .15,9 = 795W
⎜
eff X
⎝ 2⎠
2
⎛ 10 ⎞
S = I eff Z 2
.Z = ⎜ ⎜ .89,44 = 4472W
⎝ 2⎠
Jawaban :
190
190
Rangkaian Listrik
Dengan superposisi :
- Pada saat Vs = 20cos4t V, aktif :
20∠ 0o 20∠ 0o
i1 = = = 4∠ − 37 o
4 + j6 − j3 5∠ 37 o
2
⎛ 4 ⎞
sehingga : P1 = i1eff .R = ⎜ ⎜ .4 = 32W
2
⎝ 2⎠
- Pada saat Is = 5cos2t A, aktif :
i2 =
− j6
(
. − 5∠ 0 o )
− j6 + j3 + 4
6∠ − 90 − 30∠ − 90
o o
i2 = .− 5 = = − 6∠ − 53
o
5∠ − 37 5∠ − 37 o
o 2
⎛− 6⎞
sehingga : P2 = i2eff 2 .R = ⎜ ⎜ .4 = 72W
⎝ 2⎠
maka :
P = P1 + P2 = 32 + 72 = 104W
190
190
Rangkaian Listrik
Seperti dijelaskan diawal tadi bahwa Q atau daya reaktif sebenarnya adalah daya rugi-
rugi dan sebisa mungkin kita minimalkan, artinya dengan nilai daya rata-rata yang tetap
dan nilai daya reaktif yang kita perkecil akan memperkecil daya tampak secara
keseluruhan.
Nilai P tidak berubah yang diubah adalah nilai Q karena Q berkaitan dengan komponen
L atau C, oleh karena itu untuk meningkatkan faktor daya maka kita harus memasang
secara paralel komponen L atau C.
Kenapa kita harus memasang secara paralel ? karena tujuan diawal kita membuat nilai P
yang tetap atau konstan, maka dengan ilustrasi seperti dibawah ini :
Veff
akan didapatkan nilai P = I eff R ⇒ I eff
2
=
R
R + jω L R
Jika komponen yang akan dipasang untuk memperkecil nilai Q, katakanlah komponen
tersebut C maka jika dipasang seri :
191
191
Rangkaian Listrik
Veff
akan didapatkan nilai P = I eff 2
R ⇒ I eff R =
R 1
) R + j(ω L −
ωC
terlihat bahwa nilai P-nya telah berubah, padahal kita mempersyaratkan untuk perbaikan
faktor daya nilai P-nya tetap.
Tetapi jika komponen C tersebut dipasang paralel maka :
Veff
akan didapatkan nilai P = I eff R ⇒ I eff
2
=
R
R + jω L R
ternyata nilai P-nya tetap dan dengan penambahan komponen C tentunya akan
memperkecil daya reaktifnya.
Misalkan kalau kita mempunyai segitiga daya arus leading, secara grafik :
Contoh latihan :
1. Faktor daya suatu beban yang telah dikoreksi adalah 0,9 lagging dengan cara
penambahan 20 kVAR kapasitor parallel. Jika daya akhir adalah 185 kVA. Tentukan
segitiga daya sebelum diperbaiki atau dikoreksi !
Jawaban :
S ' = 185kVA
cosθ ' = 0,9lagging → θ ' = 26 o
P = S '.cosθ ' = 185k. cos 26 o = 166,5kW
Q' = S '.sin θ ' = 185k.sin 26 o = 81k var .lagging
segitiga.dayanya.setelah.dikoreksi :
P = 166,5kW
Q = Q'+QC = 81 + 20 = 101kVAR.lagging
S= P 2 + Q 2 = 166,5 2 k + 1012 k = 194,6kVA
194
194
Rangkaian Listrik
2. Sebuah sumber 60 Hz dengan Veff = 240V disuplai oleh 4500 VA ke beban dengan
faktor daya 0,75 lagging. Tentukan paralel kapasitor untuk meningkatkan faktor daya
ke :
a. 0,9 lagging
b. 0,9 leading
Jawaban :
S = 4500 VA
pf = cosθ = 0,75 lagging Æ θ =
41,4o
P = S cosθ = 4500.0,75 = 3375
W
Q = S sin θ = 4500.sin41,4o = 2976 var
lagging
a. 0,9 lagging
XC =
1 →C = 1
=
1
=
1 = 61,3µF
ωC ω X C 2π f .X C 2π
.60.43,3
sehingga :
C = 61,3µF
195
195
Rangkaian Listrik
b. 0,9 leading
XC =
1 →C = 1
=
1
=
1 = 212,2 µF
ωC ω X C 2π f .X C 2π
.60.12,5
sehingga :
C = 212,2 µF
Perbaikan Faktor Daya dapat menggunakan rumus yang telah didapatkan jika bebannya
induktif dan memerlukan penambahan komponen C yang dipasang paralel :
R 2 +X 2
X1 =
[ ]
R tan cos − 1 pfc − X
dimana :
X1 = nilai reaktansi setelah perbaikan faktor daya (komponen C)
R = nilai resistansi sebelum perbaikan faktor daya
X = nilai reaktansi sebelum perbaikan faktor daya
pfc = nilai dari perbaikan faktor dayanya (pf setelah diperbaiki)
dengan catatan :
[
‰ Jika pfc lagging maka tan cos
−1
]
pfc bernilai positif
‰ Jika pfc leading maka tan [cos −1
pfc ] bernilai negatif
196
196
Rangkaian Listrik
Soal – soal :
1. Dua buah beban dipasang secara paralel dan disuplai oleh tegangan efektif 220 V
dengan pf 0,9 lagging. Salah satu beban diketahui mempunyai pf sebesar 0,8 leading
dengan daya rata-rata 1200 W. Jika daya rata-rata total kedua beban adalah 2000 W.
Berapa pf beban kedua ?
3. Dua buah elemen seri mempunyai daya rata-rata 940 W dan pf 0,707 leading. Jika
tegangan V = 99 sin(6000t + 30 o )V . Tentukan kedua elemen tersebut !
4. Tentukan segitiga daya kombinasi paralel dari masing-masing beban dimana untuk
beban 1 mempunyai 250 VA pf 0,5 lagging, beban 2 sebesar 180 W pf 0,8 leading
dan beban 3 sebesar 300 VA, 100 var lagging !
11. Komponen apa yang harus dipasang paralel pada saat soal diatas, jika koreksi
power pactor menjadi 0,8 lagging.
198
198
Rangkaian Listrik
12. Tentukan pf dilihat dari terminal sumber dan berapa nialai komponen yang perlu
dipasang secara paralel dengan sumber agar pf menjadi 1 :
13. Tentukan daya nyata, daya rekatif dan daya kompleks yang dikirim sumber pada
gambat ini
14. Tentukan P,Q, S oleh sumber dan elemen reaktif yang harus dipasang paralel
dengan sumber agar pf dilihat dari sumber menjadi 0,9 leading
15. Dua buah beban dipasang secara paralel dan disuplai oleh tegangan efektif 220 V
dengan pf 0,9 lagging. Salah satu beban diketahui mempunyai pf sebesar 0,8
leading dengan daya rata-rata 1200 W. Jika daya rata-rata total kedua beban adalah
2000 W. Berapa pf beban kedua ?
16. Faktor daya suatu beban yang telah dikoreksi adalah 0,9 lagging dengan cara
penambahan 20 kVAR kapasitor paralel. Jika daya akhir adalah 185 kVA. Tentukan
segitiga daya sebelum diperbaiki/dikoreksi.
17. Diberikan suatu rangkaian dengan tegangan terpasang v = 150 sin(ω t + 10 o ) dan arus
yang dihasilkan i = 5 sin(ω t − 50 o ) . Tentukan segitiga dayanya.
199
199
Rangkaian Listrik
18. Dua buah elemen seri mempunyai daya rata-rata 940 W dan pf 0,707 leading. Jika
tegangan v = 99 sin(6000t + 30 o ) . Tentukan kedua elemen tersebut ?
20. Tentukan segitiga daya kombinasi paralel dari masing-masing beban dimana untuk
beban 1 mempunyai 250 VA pf 0,5 lagging, beban 2 sebesar 180 W pf 0,8 leading
dan beban 3 sebesar 300 VA, 100 VAR lagging.
21. Sebuah sumber 60 Hz dengan Veff = 240 V disuplai oleh 44500 VA ke beban
dengan pf 0,75 lagging. Tentukan paralel kapasitor untuk meningkatkan pf ke :
a. 0,9 lagging
b. 0,9 leading
25. Tentukan segitiga daya pada masing-masing beban pada soal diatas !
26. Sebuah beban Z = 100 + j100, tentukan kapasitansi paralel agar pf meningkat
menjadi 0,95 lagging (Asumsi ω = 377rad / s )
27. Dua buah beban dipasang paralel, dimana beban 1 dengan daya 50 kW resistif murni
dan beban 2 dengan pf 0,86 lagging daya 100 kVA disuplai tegangan 10000 Vrms.
Tentukan total arusnya. !
29. Suatu beban 110 Veff dengtan 4 kW dan pf 0,82 lagging. Tentukan nilai C agar pf
meningkat menjadi 0,95 lagging dengan ω = 377rad / s !
31. Dua buah beban dengan 440 Vrms 60 HZ dimana beban 1 12 kVA 0,7 lagging dan
beban 2 10 kVA 0,8 lagging. Tentukan segitiga daya totalnya. !
201
201
Rangkaian Listrik
32. Jika daya yang disuplai 50 kVA dengan pf 0,8 lagging. Tentukan Z !
33. Dua buah beban dengan veff = 100∠160 o dimana I tot = 2∠190 o beban 1 P1 = 23,2
W , Q1 = 50 VAR lagging. Tentukan pf2 !
34. Dua buah elemen seri R = 10 ohm dan Xc = 5 ohm mempunyai tegangan efektif
120 V. tentukan pf !
35. Dua buah elemen seri dengan arus sesaat i = 4,24 sin(5000t + 45 o ) mempunyai
daya 180 W dan pf 0,8 lagging. Tentukan kedua elemen tersebut !
36. Sebuah beban 300 kW dengan pf 0,65 lagging saat diparalel kapasitor pf menjadi
0,9 lagging. Tentukan nilai daya yang disuplai kapasitor !
37. Sebuah beban 1 dengan daya 200 VA pf 0,8 lagging dikombinasikan dengan
beban 2. Jika total pf adalah 0,9 lagging, tentukan pf beban 2 jika Ptot = 200 W !
BAB IX
FREKUENSI KOMPLEKS DAN FUNGSI TRANSFER
Contoh latihan :
Jawaban :
s = − 1 + j2
Z R (s) = 5
Z L (s) = sL = 2s
Z T (s) = 5 + 2s
V = 25e − t cos 2t = 25∠ 0 o
V (s) 25∠ 0o 25∠ 0o
i(s) = = = = 5∠ − 53,1o
Z T (s) 5 + 2s 5 + 2(− 1 + j 2)
i(t ) = 5e − t cos(2t − 53,1o ) A
Contoh latihan :
Jawaban :
207
207
Rangkaian Listrik
3 +s
Z 1 (s) =
s + 3s + 1
2
I (s) 1
H (s) = =
V (s) 3 +s
3+ s +
s + 3s + 1
2
s 2 +3s +1
H (s) =
s 3 + 6s 2 + 11s + 6
s 2 +3s + 1
H (s) =
(s + 2)(s + 3)(s + 1)
Vo (s) = 3 2∠ − 135 o
Vo (t ) = 3 2e − t cos(3t − 135 o )
208
208
Rangkaian Listrik
Pada diagram s-plane tersebut dapat ditentukan kestabilan, dimana BIBO (Bounded
Input Bounded Output) stability terletak atau berada disebelah kiri pole-polenya.
Macam-macam bentuk kestabilan :
‰ Absolutely stabil : berada disebelah kiri jω axis.
‰ Conditionally stabil : tidak ada disebelah kanan pole tapi pada jω axis untuk orde >
1.
‰ Unstable stabil : berada disebelah kanan jω axis.
1 + jω 1 + jω .........1 + jω
Z1 Z2 Zm
H ( jω ) = K
1 + jω P 1 + jω P .........1 + jωP
1 2 n
∠ (1 + jω )∠ (1 + jω ).........∠ (1 + jω )
Z1 Z 2 Z m
∠ H ( jω ) = K
∠ (1 + jω )∠ (1 + jω ).........∠ (1 + jω )
P1 P2 Pn
Ada 4 jenis faktor yang dapat muncul pada diagram bode plot fungsi transfer, yaitu :
1. Konstanta K
2. Pole atau zero pada titik asal
3. Pole atau zero orde satu Æ (1 + jω )
ω1
⎝ 0⎠ ⎝ ω 0⎠
1
Untuk pole : 20 log
1 + jω
ω1
Asimtot :
ω << ω 1 ⇒ 20 log1 = 0dB
ω
ω >> ω1 ⇒ − 20 log
ω1
Frekuensi cut off di ω = ω 1
210
210
Rangkaian Listrik
jω
Untuk zero : 20 log 1 + ω1
Asimtot :
ω << ω 1 ⇒ 20 log1 = 0dB
ω
ω >> ω1 ⇒ 20 log
ω1
Frekuensi cut off di ω = ω 1
1
Untuk pole : 20 log
+1 j ⎛ ⎜ξ2 ⎞ + ⎛ jω
2
⎞
⎜ ⎜ ω0 ⎜⎠
⎝ ω 0⎠ ⎝
Asimtot :
ω << ω 0 ⇒ 20 log1 = 0dB
ω
ω >> ω0 ⇒ − 40 log
ω0
Frekuensi cut off di ω = ω 0
211
211
Rangkaian Listrik
Asimtot :
ω << ω 0 ⇒ 20 log1 = 0dB
ω
ω >> ω0 ⇒ 40 log
ω0
Frekuensi cut off di ω = ω 0
Contoh latihan :
R
1. Jika fungsi transfer dinyatakan dengan persamaan : H (s) =
R + sL
Tentukan diagram bode plotnya !
Jawaban :
R 1
H (s) = =
R + sL 1 + sL
R
Jika s = jω
212
212
Rangkaian Listrik
1 1
H ( jω ) = =
jω L jω
1+ R 1+ R
L
Gambar diagram bode plot :
2. Jika suatu rangkaian seri RL diberikan tegangan AC sebagai inputnya (Vin) dan
output pada komponen L, maka tentukan :
a. Fungsi transfer dalam domain s
b. Diagram bode plot
Jawaban :
a. Jika output pada komponen L maka fungsi transfer :
sL
H (s) =
sL + R
b. Diagram bode plot :
s
RsL
sL R = L
H (s) = =
sL + R sL + 1 1 + s
R R
L
Jika s = jω , maka :
jω
R
H ( jω ) = L
1+ j ω
R
L
213
213
Rangkaian Listrik
R2 +sL
3. H (s) = , tentukan diagram bode plot !
R1 + R2 + sL
Jawaban :
⎛ ⎞
⎜ ⎜
⎜1 +
s
R2 (1 + sL ) R2 ⎜
R2 +sL R2 ⎛ R2 ⎞ ⎝ L⎠
H (s) = = =⎜ ⎜
R +R
1 2
+ sL (R + R )(1 + sL
1 2
(R1 ⎝ R1 + R 2 ⎠ ⎛⎜ ⎞
⎜
⎜1 +
s
+ R2 )
) (R1 + R2 ) ⎜
⎝ L⎠
214
214
Rangkaian Listrik
Soal – soal :
1. Tentukan nilai V !
32(s + 1)
10. Gambarkan diagram bode jika H (s ) =
s(s + 8)
3 +2s
12. Gambarkan diagram bode jika H (s ) =
3 + 8s
5(1 + 0,1s)
13. Gambarkan diagram bode jika H (s ) =
50
( )
s(1 + 0,5s)(1 + 0,6 s + s
50
2
)
400(s + 1)
14. Gambarkan diagram bode jika H (s ) =
(s + 4)(s + 10)
BAB X
RESPON FREKUENSI DAN RESONANSI
Respon frekuensi merupakan hubungan atau relasi frekuensi tak bebas pada kedua
besaran magnitude dan phasa diantara input sinusoidal steady state dan output
sinusoidal steady state.
Direpresentasikan sebagai perbandingan output respon Y ( jω ) terhadap input sinusoidal
X ( jω ) atau yang lebih dikenal dengan fungsi transfer dalam domain jω :
Y (j ω )
H ( jω ) =
X ( jω )
dimana :
Y (jω )
H ( jω ) =
X ( jω )
∠ Y (jω )
∠ H ( jω ) = = ∠ Y ( jω ) − ∠ X ( jω )
∠ X ( jω )
Misalkan :
Input vin (t ) = A cos(ω 0 t + θ maka output v out (t ) = A H ( jω ) cos(ω 0 t + θ + ∠ H ( jω ))
)
Rangkaian RL
Jika komponen R sebagai output tegangan :
⇒ H ( jω ) =
R 1
ω = frekuensi..cut..off
⇒
L 2
⇒ ∠ H ( jω ) = − 45°
R
ω = frekuensi..cut..off
⇒
L
⇒ H ( jω ) =
R 1
ω = frekuensi..cut..off
⇒
L 2
⇒ ∠ H ( jω ) = 45°
R
ω = frekuensi..cut..off
⇒
L
220
220
Rangkaian Listrik
Rangkaian RC
Jika komponen R sebagai output tegangan :
∠ H ( jω ) = − −1⎜⎛− 1 ⎞⎜
tan ⎝ ω CR ⎠
Gambar respon frekuensi magnitude :
saat :
ω = 0 ⇒ H ( jω ) = 0
ω = ∞ ⇒ H ( jω ) = 1
⇒ H ( jω ) =
1 1
ω = frekuensi..cut..off
⇒
CR 2
221
221
Rangkaian Listrik
⇒ ∠ H ( jω ) = 45°
1
ω = frekuensi..cut..off
⇒
CR
⇒ H ( jω ) =
1 1
ω = frekuensi..cut..off
⇒
CR 2
⇒ ∠ H ( jω ) = − 45° frekuensi..cut..off
1
ω =
⇒
CR
Rangkaian RLC
Jika komponen R sebagai output tegangan :
⇒ H ( jω ) = 1
1
ω =
LC
R ± R 2 + 4L C
⇒ H ( jω ) =
1
ω = ⇒ frekuensi..cut..off
2L 2
225
225
Rangkaian Listrik
⇒ ∠ H ( jω ) = 0°
1
ω =
LC
R ± R 2 + 4L
ω = C ⇒ ∠ H ( jω ) = ±45° frekuensi..cut..off
2L
⇒
⇒ H ( jω ) = 0
1
ω =
LC
R ± R 2 + 4L
⇒ H ( jω ) =
C 1
ω = ⇒ frekuensi..cut..off
2L 2
R ± R 2 + 4L
⇒ ∠ H ( jω ) = ±45°
C
ω = frekuensi..cut..off
2L
⇒
Resonansi
Suatu rangkaian dikatakan beresonansi ketika tegangan terpasang V dan arus yang
dihasilkan I dalam kondisi satu phasa.
Misalkan :
V = A∠ α °
I = B∠ β °
Dalam kondisi satu phasa : α ° = β ° , sehingga :
V A∠ α ° A A A
Z= = = ∠ (α ° − β °) = ∠ 0° =
I B∠ β ° B B B
Terlihat bahwa ketika V dan I satu phasa, impedansi yang dihasilkan seluruhnya
komponen riil atau impedansi kompleks hanya terdiri dari komponen resistor murni (R).
Dengan kata lain konsep resonansi adalah menghilangkan komponen imaginer /
reaktansi saling meniadakan.
Resonansi Seri
Impedansi total:
⎛ 1 ⎞
Z tot = R + j ⎜ ω L − ⎜
⎝ ωC⎠
228
228
Rangkaian Listrik
saat resonansi :
1 1
ωL− = 0 →ωL =
ωC ωC
1
ω2=
LC
1 1
fo =
2π LC
Pada saat resonansi impedansi Z minimum, sehingga arusnya maksimum.
Resonansi Paralel
Admitansi total :
1 1 1 1 1 j
= + + = − + jω C
Z tot R jω L − j R ωL
ωC
1 1 ⎛ 1 ⎞
= + j⎜ ω C − ⎜
Z tot R ⎝ ω L ⎠
saat resonansi :
1 1
ωC − = 0 →ωC =
ωL ωL
1
ω2=
LC
1 1
fo =
2π LC
Pada saat resonansi impedansi Z maksimum, sehingga arusnya minimum.
Admitansi total :
229
229
Rangkaian Listrik
Y = G + jBC − jBL
1
Y = G + j(ω C − )
ωL
saat resonansi :
1 1
ωC − = 0 →ωC =
ωL ωL
1
ω2=
LC
1 1
fo =
2π LC
1 1 1
= +
Z tot RL + jω j
RC −
L ωC
⎛ j ⎞
⎛ RL − jω L ⎞ ⎜R C + ⎜
1
=
1
⎜ ⎜+
1 ⎜ ω C ⎜
Z tot RL + jω L ⎝ R L − jω L ⎠ j ⎜ j ⎜
RC − ⎜ RC + ⎜
ω C⎝ ω C⎠
j
R +
1 R L − jω L C
ωC
= +
Z tot R L2 + (ω L )2 ⎛ 1 ⎞
2
+⎜ ⎜
2
RC
⎝ω C ⎠
⎛ 1 ⎞
⎜ ⎜
1 RL RC ⎜ ωC ωL ⎜
= + + j⎜ − 2 2 ⎜
R L + (ω L ) R L + (ω L ) ⎜
2 2 2 2
Z tot ⎛ 1 ⎞ ⎜ R 2 + ⎛⎜ 1 ⎜⎞
+⎜ ⎜
2
RC ⎜ C ⎜
⎝ωC ⎠ ⎝ ⎝ωC ⎠ ⎠
saat resonansi:
1
ωC ωL
− 2 =0
RL + (ω L )
2 2
⎛ 1 ⎞
RC + ⎜ ⎜
2
⎝ω C ⎠
230
230
Rangkaian Listrik
1
ωC ωL
=
R L + (ω L )
2 2 2
⎛ 1 ⎞
RC + ⎜
2
⎜
⎝ω C ⎠
⎛ 2 ⎛ 1 ⎞2 ⎞
R L + (ω L ) = ω 2LC ⎜ RC + ⎜ ⎜ ⎜
2 2
⎜
⎝ ⎝ ω C ⎠ ⎜⎠
L
R L + ω 2 L2 = ω 2 LCRC 2 +
2
C
ω 2 LCRC 2 − ω 2 L2 = R 2 − L
L
C
L⎞
ω 2 LC⎛⎜ RC 2 − ⎜ = RL 2 −
L
⎝ C⎠ C
L
RL −
2
1 C
fo =
2π RC
2
−
L
LC C
L
RL 2 −
Perlu diingat bahwa : C harus positif real sehingga syarat :
L
−
2
RC
C
L L L L
Rl > dan R C > atau R L < dan R C <
2 2 2 2
C C C C
L
Ketika nilai R L = RC = , maka rangkaian beresonansi untuk semua frekuensi.
2 2
Resonansi Kombinasi 1
Z1 = R + jω L
1
Z2 =
jω C
230
230
Rangkaian Listrik
1 1 1 1 1 1
= + = + = + jω C
Z tot Z1 Z 2 R + jω L 1 R + jω L
jω C
1 1 ⎛ R − jω L ⎞
= jω C + ⎜ ⎜
Z tot R + jω L ⎝ R − jω L ⎠
= jω C + R − j ω L
1
Z tot R 2 + ω 2 L2
1 R ⎛ ωL ⎞
= 2 + j ⎜ω C − 2 2 2⎜
Z tot R + ω L
2 2
⎝ R +ω L ⎠
saat resonansi : ω C = L ω
, sehingga :
R + ω 2 L2 2
L L 1 ⎛L ⎞ 1 R2 1 ⎛ R 2C ⎞
R 2 + ω 2 L2 = → ω 2 L2 = − R2 → ω 2 = − R2 ⎜ = − = ⎜1 − 2 ⎜
⎜
C C L2 ⎝ C ⎠ LC L
2
LC ⎝ L ⎠
1 ⎛ R 2C ⎞
f0 = ⎜1 − 2 ⎜
2π ⎝ L ⎠
LC
Resonansi Kombinasi 2
1 j
Z1 = R + = R−
jω C ωC
Z 2 = jω L
1 1 1 1 1 1 j
= + = + = −
Z tot Z1 Z 2
R−
j jω L R − j ωL
ωC ωC
⎛ j ⎞ j
⎜R+ ⎜ R+
1
=
1 ⎜ ω C ⎜− j
= ω C −
j
Z tot j ⎜ j ⎜ ωL 1 ωL
R− ⎜R+ ⎜ R2 + 2 2
ωC⎝ ω C⎠ ω C
⎛ 1 ⎞
⎜ ⎜
1
=
R
+ j⎜ ωC 1
−⎝ ⎜
2 2 ⎜
Z tot
R2 +
1 ω C R2 +
231
231
Rangkaian Listrik
1 ωL
ω 2C 2 ⎜
⎜
⎠
232
232
Rangkaian Listrik
1
saat resonansi : ωC
, sehingga : =
1
1
R + 2 2 ω2L
ω C
1 L 1 L 1 1
R 2 + 2 2 = → 2 2 = − R 2 → ω 2C 2 = →ω 2
=
ω C C ω C C L
−R
⎛L ⎞
C 2 ⎜ − R2⎜
2
C ⎝C ⎠
1 1
ω2= =
LC − C 2 R 2 ⎛ CR 2 ⎞
LC ⎜1 − ⎜
⎝ L ⎠
1 1
f0 =
2π ⎛ CR 2 ⎞
⎜1 − ⎜
LC
⎝ L ⎠
Resonansi Kombinasi 3
Z1 = jω L + 1
jω C
Z2 = R
1 1 1 1 1 1 jω C
= + = + = −
Z tot Z1 Z 2 1 R R 1 − 2 LC
jω L +
ω
ω
j C
saat resonansi :
ωC
=0
1 − ω 2 LC
fo = 0
233
233
Rangkaian Listrik
Resonansi Kombinasi 4
1 1 1 1 1
= + = + jω C → 1 =
Z
Z1 R 1 R 1
+ jω C
jω C R
Z 2 = jω L
1
Z tot = Z1 + Z 2 = + jω L
1
+ jω C
R
⎛1 ⎞ 1
⎜ − jω C ⎜ − jω C
1 ⎜ R ⎜ = jω L + R
Z tot = jω L +
1 ⎜ 1 1
+ ω 2C 2
+ jω C ⎜ − jω C
R ⎝R ⎜ R 2
⎜
1 ⎛ ⎠ ⎞
⎜ ⎜
ω C
Z tot = R + j⎜ ω L − ⎜
1
+ω C ⎜ 1
+ω C ⎜2 2 ⎜
⎜
2 2
R2 ⎝ R2 ⎠
ωC
saat resonansi : ω L = , sehingga :
1
+ ω 2 2
C
R2
1 C C 1
2
+ ω 2C 2 = → ω 2C 2 = − 2
R L L R
ω = 1 ⎛⎜ C − 1 ⎞⎜ = 1 − 1 = 1 ⎜⎛1 − L ⎞⎜
2
C 2 ⎝ L R 2 ⎠ LC C 2 R 2 LC ⎝ CR 2 ⎠
1 L
f0 = 1−
2π LC CR2
234
234
Rangkaian Listrik
Resonansi Kombinasi 5
1 1 1 1 j 1
= + = − → 1 =
Z
Z1 R jω L R ωL 1 j
−
R ωL
1 j
Z2 = =−
jω C ω
C ⎛1 j ⎞
⎜ + ⎜
Z tot = Z1 + Z 2 =
1
−
j
=
1 ⎜ R ωL ⎜− j
1 j ωC 1 j ⎜ 1 j ⎜ ωC
− − ⎜ + ⎜
R ω L R ω L ⎝ R ω L⎠
1 j 1 ⎛ 1 ⎞
+ ⎜ ⎜
= R ωL − ωL
j 1
Z tot = R + j⎜ − ⎜
1 1 ωC 1 1 ⎜ 1
+
1 ωC⎜
+ + ⎜ 2 ⎜
R 2 ω 2 L2 R 2 ω 2 L2 ⎝R ω 2 L2 ⎠
1
saat resonansi : ωL
, sehingga : =
1
1
+
1 ω C
R 2 ω 2 L2
1 1 C 1 C 1 1
+ 2 2 = → 2 2 = − 2 → ω 2 L2 =
R 2
ω L L ω L L R C
− 2
1
L R
1 1
ω2= =
2⎛C 1⎞ ⎛ L ⎞
L ⎜ − 2 ⎜ LC ⎜1 − 2 ⎜
⎝L R ⎠ ⎝ CR ⎠
1 1
f0 =
2π LC 1 − L
CR 2
235
235
Rangkaian Listrik
Resonansi Kombinasi 6
1 1 1 1 + jω C → Z = 1
= + = 1
Z1 jω L 1 jω L 1
+ jω C
jω C jω L
Z2 = R
1 jω L
Z tot = Z1 + Z 2 = +R= R+
1 1 − ω2 LC
+ jω C
jω L
saat resonansi :
ωL
=0
1 − ω 2 LC
fo = 0
Z1 = RL + jω L
Z2 = R
1
Z3 =
jω C
1 1 1 1 1 1 1
= + + = + +
Z tot Z1 Z 2 Z3 RL + jω L R 1
jω C
236
236
Rangkaian Listrik
1 1 1 1 1 ⎛ R L− jω L ⎞
= + jω C = + jω C ⎜ ⎜
Z tot + R L + jω L + R L + j ω L ⎝ R L − jω L ⎠
R R
1 1 R − jω L 1 R ωL ⎞
⎛
= + jω C + L
+ L
+ j⎜ ω C − ⎜
=
R L + ω 2 L2
2 2
+ ω 2 L2 ⎜ R L + ω 2 L2 ⎜⎠
2
Z tot R R RL ⎝
ωL
saat resonansi : ω C = , sehingga :
R L − ω 2 L2
2
L L
R L + ω 2 L2 = → ω 2 L2 = − R
2 2
L
C C
1⎛ L ⎞ 1 R
2
1 ⎛ CR L 2 ⎞
ω2= ⎜ −
2
⎜= − L
= ⎜ 1− ⎜
R ⎝ L ⎠
L2 ⎝ C
L
⎠ LC L2 LC ⎜ ⎜
2
1 CR L
f0 = 1−
2π LC L
Contoh latihan :
V 100∠ 0
Z resonansi = R → i maks = = = 2∠ 0 o
Z res 50
V L = imaks .X L = imaks . jω L = 2∠ 0 o .2π fL∠ 90 o = 2∠ 0 o .2π .159,1.0,05∠ 90 o = 100∠ 90 o
2. Pada saat terjadi resonansi tegangan terpasang pada rangkaian seri RLC adalah
v = 70,7 sin(500t + 30 o )V menghasilkan arus sebesar i = 2,83sin(500t + 30 o ) A , jika
L = 0,5H . Tentukan nilai R dan C !
Jawaban :
o
V 70,7∠ 30
Z= = o
= 25 → R = 25Ω
I 2,83∠ 30
1 1
fo = →ω 2=
2π LC LC
1 1
C= = = 8µF
237
237
Rangkaian Listrik
ω 2L 500 2.0,5
238
238
Rangkaian Listrik
Jawaban :
1 1 ⎛ R − jω L ⎞
= jω C + ⎜ ⎜
Z tot R + jω L ⎝ R − jω L ⎠
1 R − jω L
= jω C + 2
Z tot R + ω 2 L2
1 R ⎛ ωL ⎞
= 2 + j⎜ω C − 2 ⎜
Z tot R + ω L
2 2
⎝ R + ω 2 L2 ⎠
saat resonansi : ω C = ω L
, sehingga :
R + ω 2 L22
L L 1 ⎛ L 1 R2 1 ⎛ R 2C ⎞
2R⎞ + ω L = → ω 2 L2 = − R 2 → ω 2 = −R
2 2 2
1
⎜ ⎜= − 2 = ⎜ − 2 ⎜
C C L2 ⎝ C ⎠ LC L LC ⎝ L ⎠
1 ⎛ R2 C ⎞ 1 ⎛ 72 .20.10− 6 ⎞
f0 = ⎜1 − 2 ⎜ = ⎜1 − ⎜ = 159,2Hz
2π LC L ⎠ 2π 10 − 3.20.10 − 6 10 − 3 ⎠
⎝ ⎝
Pada Komponen RL
Misalkan : i = I m sin ω t
Pada L :
VL (t ) = L = I mω L cos ω t
di
dt
239
239
Rangkaian Listrik
Energi :
t t
sin 2ω t Im ω
t t t
1
Maksimum energi yang disimpan : WL max =
2
LI m
2
Pada R :
Energi :
t
W (t ) = ∫ P (t )dt = ∫ V (t )i(t )dt = ∫ RI
t t
2
ω tdt = ∫
2
t
2 (1 − cos 2ω t )
R R R m sin RI m 2 dt
0 0 0 0
2 t
RI m ⎛ ⎞ 1 ⎛ ⎞
2
WR (t ) = ∫ (1 − cos 2ω t )dt
RI m 1 1
⎜t − sin 2ω t ⎜ → T = = ⎜ t − sin 2ω t ⎜
2
= 2 2ω f 2ω
0 ⎝ ⎠ ⎝ ⎠
1 2 1
Energi yang didisipasikan per cycle : RI m , sehingga :
2 f
energi maksimum yang disimpan
Q L = 2π
energi yang disipasikan tiap getaran/”per cycle”
L ωL
2
1 LI m
Q = 2π 2
= 2π f =
L
1 RI 2 1 R R
2 m f
Pada Komponen RC
Misalkan : VC = Vm sin ω t
Pada C :
ic (t ) = C
dVC
= CV mω cos ω t
dt
Energi :
t t
sin 2ω t Vm ω
t t 2 t
1
WC max =
2
Maksimum energi yang disimpan : CVm
2
241
241
Rangkaian Listrik
Pada R :
Energi :
t t t t t
RiC ) cos
2 2
0 0 0 0 0
R (CVm )
W (t ) = R (CV ω ) sin 2ω t − t ⎜ → T = sin 2ω t − t
t
dt = ⎜
2
=
t
cos 2ω − 1 ω 2
⎛ 1 ⎞ 1 1
R m ∫0 2 2 ⎝ 2ω ⎠ f 2ω
R (CV mω )
1 2 1
Energi yang didisipasikan per cycle : , sehingga :
2 f
energi maksimum yang disimpan
Q C = 2π
energi yang disipasikan tiap getaran/”per cycle”
2
1 CV 1 1
Q C = 2π 2 m
= 2π f =
R (CV mω ) ω RC ω RC
1 2 1 2
2 f
Faktor kualitas atau Q pada rangkaian paralel agak berbeda dengan Q pada rangkaian
1 Rp
seri. Untuk harga RLC yang sama, Q P = atau Q p =
QS Xp
Pada Komponen RL
R
Untuk rangkaian paralel RL : Q =
ω oL
Pada Komponen RC
R
Q= = ω o RC
ω oL
240
240
Rangkaian Listrik
Vout ( jω ) 1 1
= =
Vin ( jω ) ⎛ω ω o⎞
2
2
1 + Q 2 ⎜⎜ − ⎜⎜
⎝ ωo ω ⎠
⎛ ω ωo⎞
2
Q ⎜⎜2
− ⎜⎜ = 1
⎝ ωo ω ⎠
ω ω
1o
− =
ωo ω Q
sehingga :
ωo 2
=0
ω2− ω −
ω o
Q
Rumus..ABC :
ωo ωo 2
± + 4ω
2
2
⎛ ⎞2
Q Q o
ω ω 1 ωo 1+ ⎜
1
⎜
+4 = ±
ω = = o
± o
ω
1, 2
2 2Q 2 Q2 2Q
o
⎜ 2Q ⎜
⎝ ⎠
ω
2
dim ana : ω 1+ ⎜
1
⎜
> o
, maka :
⎛ ⎞
o ⎜ ⎜
⎝ 2Q ⎠ 2Q
ω
2
1
ω = 1+ ⎜ ⎜
− o
⎛ ⎞
1 o ⎜ ⎜
⎝ 2Q ⎠ 2Q
ω
2
1
ω = ⎜ 1+ ⎜
⎠ +
o
⎛ ⎞
2 o ⎜ ⎜
⎝ 2Q 2Q
Dari gambar respon frekuensi magnitude diatas didapat bahwa :
BW = ω CO 2 − ω CO1 = ω 2 − ω 1
242
242
Rangkaian Listrik
ωo
BW =
Q
atau :
BW
ω1 =ω o −
2
BW
ω 2 =ω o +
2
XS
XP RP
RS
R p = R s (1 + Q 2 )
( )
Rp Rs
Xp = = 1+ Q2
Q Q
244
244
Rangkaian Listrik
Soal – soal :
2. Suatu rangkaian seri L = 25mH dan C = 75µF mempunyai sudut phasa lagging 25o
pada ω o = 2000rad / s . Berapa frekuensi sudut pada saat sudut phasa leading 25o ?
3. Rangkaian seri RLC dengan R = 25Ω dan L = 0,6H akan menghasilkan arus
leading sebesar 60o pada frekuensi 40 Hz. Tentukan frekuensi rangkaian serinya !
9. Pada rangakain seri RLC faktor kualitas rangkain tersebut adalah 2π dengan nilai
induktor 1 mH dan resistor 1 kΩ . Tentukan frekuensi resonansi dan berapa BW ?
10. Pada saat terjadi resonansi tegangan terpasang pada rangkaian seri RLC adalah
v = 70,7 sin(500t + 30 o ) menghasilkan arus sebesar i = 2,83 sin(500t + 30 o ) .Jika
L=0,5H, tentukan nilai R dan C
11. Rangkaian seri RLC dengan R=25 dan L=0,6 H akan menghasilkan arus leaading
sebesar 60 pada frekuensi 40 Hz. Tentukan frekuensi resonansai rangkauan seri
tersebut.
12. Suatu rangkaian seri L = 25mH dan C = 75µF mempunyai sudut phasa lagging 25o
pada ω o = 2000rad / s . Berapa frekuensi sudut pada saat sudut phasa leading 25o
20. Tentukan nilai C agar daya pada 10 ohm maksimum pada frekuensi 2000 Hz
247
247
Rangkaian Listrik
22. Rancang suatu folter LPF yang terdiri dari R dan L jika frekuensi resonasni 10
kHz dan nilai resistor 1kΩ
23. Suatu rangkaian seri RLC dengan Q = 20 dan BW = 10 kHz. Tentukan frekuensi
resonasni, cut off bawah dan atas. Jika L = 2mH. Tentukan nilai R dan C
25. Suatu rangkaian seri RLC dengan R = 20 ohm dan L = 5mH C = 5 nF terpasang
pada sumber tegangan V
a. Hitunglah frekuensi resonansinya
b. Saat resonansi tegangan di C = 2 V, berapakah tegangan sumber yang dipasang
248
248
Rangkaian Listrik
BAB XI
RANGKAIAN KOPLING MAGNETIK
Ketika dua buah kumparan didekatkan atau digandengkan, maka akan timbul suatu
induksi, dengan kata lain kalau dua buah kumparan tersebut terpasang dalam masing-
masing loop, maka interaksi dua buah loop yang didalamnya terdapat kumparan yang
digandengkan maka akan timbul medan magnet induksi atau kopling magnet.
Induktansi Sendiri
Tegangan yang melewati kumparan didefinisikan sebagai perubahan arus terhadap
waktu yang melewati kumparan tersebut.
di
VL = L
dt
i
Atau dapat didefinisikan ketika terjadi perubahan arus, maka terjadi perubahan arus,
maka terjadi perubahan fluks magnetik dikumpar tersebut yang menyebabkan tejadinya
perubahan induksi emf (tegangan kumparan).
dφ
VL = N → Li = Nφ
dt
N = jumlah lilitan kumparan
φ = fluks magnet
sehingga :
di dφ
L =N
dt dt
dφ
L=N ⎯⎯→ Induktansi sendiri
di
i
Induktansi Bersama
Ketika terjadi perubahan arus i1, maka fluks magnet di kumparan 1 berubah ( φ11 )
‰ Bagian fluks magnetik yang hanya melingkupi kumparan 1 disebut fluks bocor
( φ L1 )
‰ Sisa fluks magnetik yang melingkupi kumparan 1 dan kumparan 2 disebut fluks
bersama ( φ 21 )
249
249
Rangkaian Listrik
i1
21
v1 N1 Ll N2 v2
Sehingga secara umum dikatakan bahwa fluks magnetik yang disebabkan oleh arus i1
adalah : φ1 = φ L1 + φ 21
Tegangan induksi di kumparan 2 (Hukum Faraday ) :
dφ
V2 = N 2 21 → N 2φ 21 = M 21
dt
Sehingga :
di
V2 = M 21 1
dt
dφ 21 di
N2 = M 21 1
dt dt
dφ 21
M 21 = N 21 → Induktansi bersama
di1
Ketika terjadi perubahan arus i2, maka fluks magnetik di kumparan 2 berubah ( φ 22 ).
‰ Bagian fluks magnetik yang hanya melingkupi kumparan 2 disebut fluks bocor
(φ L2 )
‰ Sisa fluks magnetik yang melingkupi kumparan 2 dan kumparan 1 disebut fluks
bersama( φ 12 )
i2
v1 N1 N2 v2
L2
12
Sehingga secara umum dikatakan bahwa fluks magnetik yang disebabkan oleh arus i2
adalah : φ 22 = φ L 2 + φ 12
Tegangan induksi di kumparan 1 (Hukum Faraday ) :
dφ
V1 = N1 12 → N 1φ12 = M 12 i2
dt
Sehingga :
di
V 1 = M 12 2
dt
250
250
Rangkaian Listrik
dφ12 di
N1 = M 12 2
dt dt
dφ
M 12 = N 1 12 → Induktansi bersama
dt 2
i1 21 i2
V1 N1 L1
L2 N2 V2
12
2. Jika salah satu arus masuk terminal dot dan arus yang lainnya keluar di terminal
bertanda dot, maka tanda M akan berlawanan dengan tanda L.
Contoh latihan :
V1 L1 L2 V2
Jawaban :
di di
V1 = L 1 − M 2
dt dt
di di
V2 = L 2 2 − M 1
dt dt
251
251
Rangkaian Listrik
V1 L1 L2 V2
Jawaban :
di di
V1 = L 1 − M 2
dt dt
di2 di
V2 = − L 2 +M 1
dt dt
V1 L1 L2 V2
Jawaban :
di di
V1 = L 1 + M 2
dt dt
di2 di
V2 = − L 2 −M 1
dt dt
V1 L1 L2 V2
Jawaban :
di di
V1 = L 1 + M 2
dt dt
di di
V2 = − L 2 2 − M 1
dt dt
252
252
Rangkaian Listrik
5. Tentukan nilai tegangan pada masing-masing sisi :
M
i1 i2
V1 L1 L2 V2
Jawaban :
di di
V1 = L 1 − M 2
dt dt
di2 di
V2 = − L 2 +M 1
dt dt
M
i1 i2
V1 L1 L2 V2
Jawaban :
di di
V1 = L 1 − M 2
dt dt
di di
V2 = L 2 2 − M 1
dt dt
M
i1 i2
V1 L1 L2 V2
Jawaban :
di di
V1 = L 1 + M 2
dt dt
di di
V2 = L 2 2 + M 1
dt dt
253
253
Rangkaian Listrik
V1 i1 L1 L2 i2 V2
i1 i2
V1 L1 L2 V2
Asumsikan tegangan sumber adalah sinusoidal, maka keadaan mantap (steady state):
V1 = (R1 + jωL1 )i1 − jωMi2
V2 = − jωMi1 + (R2 + jωL2 )i2
⎡ R1 + jωL1 − jωM ⎤ ⎡ i1 ⎤ ⎡V1 ⎤
⎢ − jωM =
⎣ R2 + jωL2 ⎦⎥ ⎣⎢i2 ⎦⎥ ⎢⎣V2 ⎥⎦
R1 jω(L1-M) jω(L2-M) R2
V1 i1 jωM i2 V2
Z11 = R1 + jωL1
Z 22 = R2 + jωL2
Z12 = Z 21 = jωM
Contoh latihan :
Jawaban :
255
255
Rangkaian Listrik
Metoda arus loop :
Tinjau loop I1 :
− 60∠0 o + (4 + j8)I 1 + j 2I 2 = 0
60∠0 o 60∠0 o
I2 = = = 3,54∠135 o
(−12 − j12) 12 2∠ − 135 o
sehingga : V = I 2 .R = 3,54∠135 o .1 = 3,54∠135 o
maka : V = 3,54 cos(20t + 135 o )V
Jawaban :
256
256
Rangkaian Listrik
−j.2 2∠ −90 o
Zp = = = 0,89∠ − 63 o
2 − j 2,24∠ − 27 o
Tinjau loop I1 :
− 20∠0 o + (2 + j 4)I 1 + j 2I 2 = 0
Tinjau loop I2 :
j 2I 1 + ( j 4 + 0,89∠ − 63 o )I 2 = 0
Metoda Cramer :
⎛ 2 + j4 j2 ⎞⎛ I 1 ⎞ ⎛ 20∠0 o ⎞
⎜ ⎟⎜ ⎟ = ⎜ ⎟
j2 j 4 + 0,89∠ − 63 o
I ⎜ 0 ⎟
⎝ ⎠⎝ 2 ⎠ ⎝ ⎠
2 + j 4 20
j2 0 −j 40 2∠135 o
I = = = 2,5
2
2 + j4 j2 2 + j4 j2
j2 j2
j 4 + 0,89∠ − 63 o
j 4 + 0,89∠ − 63 o
maka :
I = i2 = 2,5 2 sin(8t + 135 o ) A
Jawaban :
M = k=
jωM L1 L2
jωk L1 L2 = k jωL1 . jωL2
jωM = 0,8 j5. j10 = j5,7
257
257
Rangkaian Listrik
Tinjau loop I1 :
− 50∠0 o + (3 + j5 − j 4)I 1 − (3 − j 4 + j5,7)I 2 = 0
Metoda Cramer :
3+ j − 3 − j1,7 I 50
⎜ ⎟⎜
1
⎟ =⎜ ⎟
⎛ ⎞⎛ ⎞ ⎛ ⎞
⎜ − 3 − j1,7 ⎟⎜ I ⎟ ⎜0⎟
8 + j6
2
⎝ ⎠⎝ ⎠ ⎝ ⎠
3+ j 50
−3 −j1,7 0
I = = 8,62∠ − 25 o
2
3+ j − 3 − j1,7
− 3 − j1,7 8 + j6
maka : = 43,1∠ − 25
o
V = 5I 2
jωM
jωL1 jωL2
R1
Jawaban :
R1 jωL1 jωL2
jωM
= R1 + jωL1 − jωM + jωL2 − jωM
= R1 + jωL1 + jωL2 − 2 jωM
= R1 + jω (L1 + L2 − 2M )
Rangkaian Pengganti :
258
258
Rangkaian Listrik
R1 jω(L1+L2-2M)
259
259
Rangkaian Listrik
Transformator Ideal
Transformator ideal adalah tanpa terkopel dimana koefisisen kopling adalah hampir satu
dan kedua reaktansi induktif primer dan sekunder adalah luar biasa besarnya
dibandingkan dengan impedansi yang diberikan pada terminal .
Atau trafo ideal adalah pasangan trafo yang tidak ada rugi-rugi dimana induktansi
sendiri dari primer dan sekunder yang tidak terbatas tetapi perbandingan keduanya
terbatas. Perbandingan antara lilitan sekunder dan lilitan primer adalah :
N
n= 2
N1
secara umum diberikan :
M
Zg R2
Vg i1 L1 L2 i2 V2 Z2
V1
2 2 ⎦
1
2 ω 2 ⎣
V1 jω L + ω M
2 2
Z = =
Z 2 + jω L2
1
1
i
Perbandingan
1 tegangan V2 dengan V1 :
V2 Z 2i 2 ⎛ i ⎞⎛ i ⎞
= = Z2 ⎜ 2 ⎟⎜ 1 ⎟
V1 V1 ⎝ i1 ⎠⎝ V1 ⎠
V2 jωM 1 Z 2 jω M
= Z2 =
V1 Z 2 + Jω L 2 ω M
2 2
jωL1 (Z 2 + jωL2 ) + ω 2 M 2
JωL1 +
Z 2 + jω L 2
Pada trafo ideal : φ11 = αN1i1
φ 22 = αN 2 i 2
Dimana α adalah konstanta yang tergantung dari siofat fisik transformator/ tiadak ada
fluks bocor untuk masing-masing identik.
260
260
Rangkaian Listrik
L1 i1 = N 1φ11
L 2 i 2 = N 2φ 22
φ11 = αN1i1 φ 22 = αN 2 i 2
261
261
Rangkaian Listrik
L1i1 L2 i 2
= αN 1i1 = αN 2 i 2
N1 N2
L1 = αN 1 L 2 = αN 2
2 2
V2 L2
= =n
V1 L1
untuk trafo ideal nilai L1 atau L2 tak hingga, sehingga :
i1 jωM jω L1 L2
= =
i2 Z 2 + jωL2 Z 2 + jωL2
jω
L1 ⎛1⎞
jω ⎜ ⎟
i jω L1 L2 L2 ⎝n ⎠ = 1
lim 2 = lim = lim = lim
L1, 2→∞ i L1, 2→∞ Z + jωL L1, 2→∞ Z L1, 2→∞ Z n
1 2 2 2
+ jω jω + 2
L2 L2
i2 1
=
i1 n
V2
=n
V1
i2 Z 2
=n
i1 Z 1
1 Z2
=n
n Z1
Z2
= n2
Z1 i1 1:n i2
V1 L1 L2 V2
260
260
Rangkaian Listrik
Soal – soal :
3. Tentukan arus i !
261
261
Rangkaian Listrik
5. Tentukan arus i !
9. Tentukan nilai induktor totalnya, jika nilai konstanta untuk semua induktor adalah
k=0,5 !
Respon alami adalah respon yang tergantung hanya oleh energi dalam yang disimpan
komponen atau elemen dan bukan oleh sumber luar.
Respon transien atau respon peralihan adalah respon sementara yang muncul dalam
rentang waktu tertentu.
Respon steady state adalah respon yang ada atau muncul setelah waktu yang lama
diikuti oleh beroperasinya saklar.
Respon paksa adalah respon yang muncul karena reaksi satu atau lebih sumber
bebasnya.
Pada saat t = 0-, kondisi switch berada pada posisi gambar diatas, jika keadaan tersebut
sebagai kondisi steady state maka :
VC (0) = Vo
Asumsi : kapasitor dicharge sampai Vo
Energi di Kapasitor ( t = 0 ) :
1
WC (0) = CV o
2
Pada saat t > 0, kondisi switch berada seperti gambar diatas, maka :
Analisis untuk menentukan V(t) untuk t > 0 :
i(t )R + VC (t ) = 0
268
268
Rangkaian Listrik
Pada komponen C :
dV (t )
i(t ) = C C
dt
sehingga :
dV (t )
C C R + VC (t ) = 0
dt
dV (t )
RC C = − VC (t )
dt
1 1
dVC (t ) = − dt
VC (t ) RC
Kedua ruas masing – masing diintegralkan :
V t
1 1
∫− dV C (t ) = ∫ dt
V0 C
V (t ) 0
RC
dim ana : VC (t ) = V (t )
V t
1 1
∫
−
dV (t ) = ∫ dt
V0 V (t ) 0
RC
ln V (t ) − ln Vo = − t
RC
V (t ) t
ln =−
Vo RC
t
V (t ) −
= e RC
Vo
t
−
V (t ) = Vo e RC
Konstanta waktu : τ = RC
Vo − RC
2 2 2
C [0 − 1] =
− 2t ~ Vo Vo
= e =− C
RC
R 2 0 2 2
1 2
W R (~) = CV o
2
269
269
Rangkaian Listrik
Pada saat t = 0 kondisi saklar tertutup , jika rangakain tersebut dalam kondisi steady
state maka :
V
I L (0) = o = I o
R1
Asumsi : induktor menyimpan arus I 0 di t = 0
Energi di induktor :
1
W L (o) = LI o
2
Pada saat t > 0, kondisi switch berada seperti gambar diatas, maka :
Analisis untuk menentukan i(t) pada t > 0 :
i(t )R + V L (t ) = 0
270
270
Rangkaian Listrik
Pada komponen L :
di(t )
V L (t ) = L
dt
sehingga :
di(t )
i(t )R + L =0
dt
di(t )
L = − i(t )R
dt
1 R
di(t ) = − dt
i(t ) L
Integralkan kedua ruas :
i (t ) t
1 R
∫I i(t ) di(t ) = ∫ L dt
−
0
0
R
ln i(t ) − ln io = − t
L
i(t ) R
ln =− t
io L
R
i(t ) − t
=e L
io
R
− t
i(t ) = io e L
Konstanta waktu : τ =
L
R
Daya pada resistor :
2R
− t
PR (t ) = i(t ) 2 R = io e
2 L
R
Energi pada resistor :
~ ~ 2R
−
∫ PR (t )dt = ∫ Rio
2 t
L
W R (t) = dt
e
0 0
L ~ io 2 L io 2 L
[0 − 1] =
2 − 2 Rt
= − Rio e L
=−
2R 0 2 2
1 2
W R (~) = Li0
2
Grafik hubungan waktu terhadap arus :
271
271
Rangkaian Listrik
272
272
Rangkaian Listrik
t
ln(VC (t ) − io R) = − +k
RC
t
− +k
VC (t ) − io R = e RC
t
−
VC (t ) = ek e RC
+ io R
t
−
VC (t ) = Ae RC
+ io R
273
273
Rangkaian Listrik
−t
RC
dimana : Ae adalah respon alami
i0 R adalah respon paksa
Pada saat t = 0, maka Vc0 = Vo sehingga :
t
−
VC (t ) = Ae RC
+ io R
Vo = A + io R
A = Vo − io R
sehingga :
t
−
VC (t ) = (Vo − io R )e + io R,...t > 0
RC
R ⎝ o R⎠
ye Pt = ∫ Qe Pt + A
kalikan kedua ruas dengan e − Pt :
y = e − Pt ∫ Qe Pt dt + Ae − Pt
Q Pt
y = e − Pt e + Ae − Pt
P
Q
y = Ae − Pt +
P
dimana : Ae − Pt adalah respon alami
Q
adalah respon paksa
P
Langkah-langkah praktis untuk menyelesaikan respon paksa orde 1 :
1. Untuk respon natural cari responnya dengan sumber diganti tahanan dalamnya
2. Untuk respon paksa cari dengan keadaan steady state
3. Cari keadaan awalnya
275
275
Rangkaian Listrik
Contoh latihan :
1. Jika rangkaian tersebut pada saat t = 0 berada dalam kondisi steady state, cari VC
untuk t > 0 !
Jawaban :
Pada saat t = 0 atau keadaan switch ditutup dalam keadaan steady state (mantap)
VC (0) = 5 40 = 25V
5+3
Pada saat switch dibuka atau t > 0, maka :
t
−
VC (t ) = Vo e RC
t
−
1
5
VC (t ) = 25e 10
= 25e − 2t
Jawaban :
276
276
Rangkaian Listrik
VC (0) = 30 64 = 48V
30 + 6 + 4
Pada saat t > 0 (switch ditutup), maka :
6.30
Rt = 15 + = 20Ω
6 + 30
t
−
VC (t ) = Vo e RC
t
−
1
20
VC (t ) = 48e 40
= 48e − 2t
VC ( t ) 48e − 2t
it (t ) = =
20 20
277
277
Rangkaian Listrik
30
i= it
30 + 6
30 48 − 2t
i= e = 2e − 2t
36 20
3. Tentukan nilai i pada saat t > 0, jika t = 0 kondisi steady state pada rangkaian tersebut
!
Jawaban :
2.6 27
Rt = 9 + 3 + = Ω
2+6 2
54
it = = 4A
27
2
6 6
i L (0) = it = 4 = 3 A
6+2 8
Pada saat t > 0, maka :
3.6
Rt = + 2 = 4Ω
3+6
278
278
Rangkaian Listrik
R
− t
i L (t ) = io e L
4
− t
i L (t ) = 3e 2
= 3e − 2t A
Contoh kasus :
Loop i1 :
di
2 1 + 12i1 − 4i 2 = V g ...........(1)
dt
Loop i2 :
− 4i1 + 4i2 + di2 = 0
dt
1 di 2
i1 = i 2 + .......................(2)
4 dt
dari persamaan (1) dan (2) :
d 1 di 2 1 di 2
2 (i 2 + ) + 12(i 2 + ) − 4i 2 = V g
dt 4 dt 4 dt
di 1 d2 i 2 di
2 2 + 2
+ 12i 2 + 3 2 − 4i 2 = V g
dt 2 dt dt
2
1 d i2 di
2
+ 5 2 + 8i 2 = V g
2 dt dt
2
d i2 di
2
+ 10 2 + 16i 2 = 2V g
dt dt
sehingga secara umum persamaan orde – 2 :
d 2x dx
2
+ a1 + a o x = f (t )
dt dt
dimana respon lengkap : x = x n + x f
279
279
Rangkaian Listrik
Respon alami ( xn )
Terjadi pada saat f (t ) = 0 , sehingga jika x n = Ae st :
d 2x dx
2
+ a1 + a o x = 0, x n = Ae st
dt dt
As 2 e st + Aa1 se st + a o Ae st = 0
Ae st (s 2 + a1 s + a o ) = 0
s 2 + a1 s + a o = 0
− a1 ± a − 4ao
2
s12 = 1
2
x n1 = A1e s1t
x n 2 = A2 e s 2t
x n = x n1 + x n 2 = A1e s1t + A2 e s2t
= A 1 eα t e jβ + A2 eα t e − jβ t
t
2
αt jβ t
= e ( A1 e + A e − jβ t )
= eα t ( A cos β t + j A sin β t A cos β t A sin β t)
+1 1 -2 2
= eα t ( ( A1 + A2 )cos β t + j( 1A - A
2 )sin β t )
= eα t ( B1 cos β t + B
2 sin β t )
Respon paksa ( x f )
Contoh kasus :
d 2x dx
1. + 10 + 16x = 32
dt 2 dt
misalkan : x f = A
16 A = 32
A =2
sehingga : x(t ) = xn + x f = A1 e − 2t + A2 e − 8t
d 2x dx
2. 2
+ 10 + 16x = 40cos4t
dt dt
misalkan : x f = Acos4t + Bsin4t
dx
= -4Asin4t + 48Bcos4t
dt
d 2x
= -16Acos4t – 16Bsin4t
dt 2
-16Acos4t – 16Bsin4t – 40Asin4t + 40Bcos4t + 16Acos4t + 16Bsin4t = 40cos4t
cos4t(-16A+40B+16A) + sin4t(-16B-40A+16B) = 40cos4t
40Bcos4t – 40Asin4t = 40cos4t
sehingga : 40Bcos4t = 40cos4t Æ B=1
-40Asin4t = 0 Æ A=0
x f = Acos4t + Bsin4t = sin4t
sehingga : x(t ) = xn + x f = A1 e − 2t + A2 e − 8t + sin4t
Respon Lengkap
Gabungan antara respon alami dan respon paksa dengan initial kondisi ( kondisi awal )
280
280
Rangkaian Listrik
Contoh latihan :
Jawaban :
Pada saat t = 0, kondisi steady state :
VC (0) = 0V
8
i L (0) = = 2A
4
Pada saat t > 0, maka :
+ 4i L (t ) + VC (t )
di L (t )
8=
dt
dVC (t )
dim ana : i L (t ) = C
dt
+ 4i L (t ) + VC (t )
di L (t )
8=
dt
2
d VC (t ) dV (t )
8= 2
+4 C + VC (t )
dt dt
1 d 2VC (t ) 1 dVC (t )
8= + + VC (t )
20 dt 2 5 dt
d 2VC (t ) dV (t )
160 = 2
+4 C + 20V C (t )
dt dt
281
281
Rangkaian Listrik
Respon alami : V n = Ae st
d 2Vn (t ) dVn (t )
2
+4 + 20V n (t ) = 0
dt dt
Ae st (s 2 + 4s + 20) = 0
(s + 2) 2 + 16 = 0
s1 = − 2 + j 4
s2 = − 2 − j4
Vn = e − 2t ( A1 cos 4t + A2 sin 4t )
Respon paksa : V f = A
20V f = 160
20 A = 160
160
A= =8
20
sehingga :
V (t ) = Vn (t ) + V f (t )
V (t ) = e − 2t ( A1 cos 4t + A2 sin 4t ) + 8
Pada saat : V (0) = A1 + 8 = 0 → A1 = − 8
Pada saat : i L (0) = 2
dV (t ) 1 dV (t )
iL (t ) = C =
dt 20 dt
i (t ) =
1
{− 2e ( A cos 4t + A sin 4t ) + e (− 4 A sin 4t + 4
− 2t − 2t
}
cos 4t )
AL 1 2 1 2
20
{− 2( A1 ) + (4 A2 )} = 2
1
iL (0) =
20
− 2( A1 ) + (4 A2 ) = 40, dim ana : A1 = − 8
16 + 4 A2 = 40 → A2 = 24 = 6
4
sehingga :
V (t ) = e − 2t (6 sin 4t − 8 cos 4t ) + 8
282
282
Rangkaian Listrik
Soal – soal :
2. Tentukan nilai V(t) pada saat t > 0, jika t = 0- kondisi rangkaian dalam keadaan
steady state (mantap) !
BAB XIII
KUTUB EMPAT
Bentuk umum :
Jaringan 2 port dengan 4 terminal
Parameter Z
Misalkan :
I1 dan I2 adalah input
V1 dan V2 adalah output
Maka :
V1 = Z 11 I 1 + Z 12 I 2
V2 = Z 21 I 1 + Z 22 I 2
285
285
Rangkaian Listrik
V2
Z 21 =
I1 I 2 =0
V2
Z 22 =
I2 I1 =0
Impedansi yang dihasilkan sebagai impedansi open circuit atau parameter open circuit
atau parameter Z.
Z11 = impedansi port primer ketika port sekunder open circuit
Z22 = impedansi port sekunder ketika port primer open circuit
Z12 = Z21 = impedansi transfer dimana perbandingan tegangan disatu port dibandingkan
arus di port lainnya.
Contoh latihan :
1. Tentukan parameter Z !
Jawaban :
Jawaban :
3. Tentukan parameter Z !
Jawaban :
V1 = (3 + 6 + j 4)I 1 + (6 + j 4)I 2
V1 = (9 + j 4)I 1 + (6 + j 4)I 2
V2 = 2I 1 + (6 + j 4)I 2 + (6 + j 4)I 1
V2 = (8 + j 4)I 1 + (6 + j 4)I 2
maka :
Z 11 = 9 + j 4
Z 12 = 6 + j 4
Z 21 = 8 + j 4
Z 22 = 6 + j 4
287
287
Rangkaian Listrik
Parameter Y
Misalkan :
V1 dan V2 adalah input
I1 dan I2 adalah output
Maka :
I 1 = Y11V1 + Y12V2
I 2 = Y21V1 + Y22V 2
Jika port 2 short circuit (V2 = 0), sehingga :
I
Y11 = 1
V1 V =0
2
I2
Y21 =
V1 V2 =0
I2
Y22 =
V2 V1 =0
Admitansi yang dihasilkan sebagai admitansi short circuit atau parameter short circuit
atau parameter Y.
Contoh latihan :
1. Tentukan parameter Y !
Jawaban :
288
288
Rangkaian Listrik
Ketika port 2 SC (V2 = 0), maka :
I1
= Ya + Yb
V1
I2 = −Y
b
V1
Ketika port 1 SC (V1 = 0), maka :
I1
= − Yb
V2
I2 = Y + Y
b c
V2
2. Tentukan parameter Y !
Jawaban :
I 1 = 14V1 − 8V 2
I 2 = − 8V1 + 18V2
maka :
Y11 = 14
Y12 = − 8
Y21 = − 8
Y22 = 18
Jawaban :
289
289
Rangkaian Listrik
I1 1 1 1 jω
Y11 = = + = +
V1 10 4 10 4
jω
I2 jω
Y12 = =−
V1 4
I1 jω
Y21 = =−
V2 4
I2 1 1 1 jω
Y22 = = + = +
V2 jω 4 jω 4
jω
V1
h12 =
V2 I1 =0
I2
h21 =
I1 V2 =0
I2
h22 =
V2 I1 =0
dan
290
290
Rangkaian Listrik
I1
g 11 =
V1 I 2 =0
I1
g 12 =
I2 V1 =0
V2
g 21 =
V1 I 2 =0
V2
g 22 =
I2 V1 =0
V1 = AV2 − BI 2
I 1 = AV2 − BI 2
parameter ini penting untuk engineering transmisi sebab disisi primer (pengirim) terdiri
dari variable V1 dan I1, sedangkan disisi sekunder (penerima) terdiri dari variabel V2
dan I2 (negatif I2 karena arus masuk ke beban penerima).
V
A= 1
V 2 I =0
2
V1
B=
− I2 V2 =0
I1
C=
V2 I 2 =0
I1
D=
− V2 V2 =0
Contoh latihan :
Jawaban :
Parameter transmisi :
V1 = AV2 − BI 2
I 1 = CV2 − DI 2
Pada saat V2 open circuit (I2 = 0) :
V1 = AV2 → A = V1
V2
dim ana :
Z2
V2 = V1
Z1 + Z 2
V1 Z 1 +Z 2 6 +8 14
A= = = =
V2 Z2 8 8
I 1 = CV2 → C = I 1
V2
dim ana :
V2 = Z 2 I 1
I1 1 1
C= = =
V2 Z 2 8
Pada saat V2 short circuit (V2 = 0) :
V1 = − BI 2 → B = − V1
I2
292
292
Rangkaian Listrik
dim ana :
Z 2 .Z 3
Z 2 +Z 3
V Z 23 = V
Z 2 .Z 3 1
Z1 +
Z2 + Z3
V Z 23 = − Z3 I 2
Z 2 .Z 3
Z 2 +Z 3
V = − Z3 I2
Z 2 .Z 3 1
Z1 +
Z2 + Z3
V1 Z 1 (Z 2 +Z 3 ) +Z 2 Z 3 188
B=− = =
I2 Z2 8
I 1 = − DI 2 → D = − I 1
I2
dim ana :
Z2
I2 = − I1
Z2 + Z3
I 1 Z2 +Z 3 18
D=− = =
I2 Z2 8
sehingga :
14
A=
8
188
B=
8
1
C=
8
18
D=
8
293
293
Rangkaian Listrik
⎛ ⎞⎛ ⎞ ⎛ ⎞
⎜Y ⎜ ⎜ ⎜
⎝ 21 Y22 ⎠⎝V2 ⎠ ⎜
⎝ I2
⎜
⎠
I1 Y12
I Y Y I −Y I Y
− 12 I
Y
V1 = 2 22
= 22 1 12 2 = 22 I1
∆Y ∆Y ∆Y
2
Y11 Y12
Y21 Y22
Y11 I1
Y I − Y I +Y I Y
+ 11 I
Y 1 11 2
V2 = 21 2
= 21
= − 21 I1
∆ ∆Y ∆Y
2
Y11
Y12
Y21 Y
sehingga : Y22
Y
Z11 = 22
∆Y
Y
Z12 = − 12
∆Y
Y
Z 21 = − 21
∆Y
Y11
Z 22 =
∆Y
Z
⎛ ⎞⎛ ⎞ ⎛ ⎞
⎜ Z 22 ⎜⎜ ⎜ ⎜ ⎜
⎝ 21 ⎠⎝ I 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠
V1 Z12
V Z Z V −Z V Z
Z
I1 = 2 22
= 22 1 12 2
= 22 V − 12
V
V
294
294
Rangkaian Listrik
∆Z ∆Z ∆Z
2
Z11 Z12
1
Z 21 Z 22
Z11 V1
Z V − Z V +Z V Z
21 1Z
V2 = 21 2
= V
11 2
= − 21 V + 11
∆ ∆Z ∆Z
2
Z11 Z12
1
Z 21 Z
Z 22
sehingga :
295
295
Rangkaian Listrik
Z 22
Y11 =
∆Z
Z
Y12 = − 12
∆Z
Z
Y21 = − 21
∆Z
Z
Y22 = 11
∆Z
Tabel Konversi
⎛ Y 22 Y ⎞ ⎛A ∆ T⎞ ⎛ ∆h h12 ⎞
⎜ − 12 ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜
⎛ Z 11 Z 12 ⎞ ⎜ h22 h22 ⎜
⎜ ⎜ ⎜ ∆Y ∆Y⎜ ⎜C C ⎜
⎝ Z 21 Z 22 ⎠ ⎜ − Y 21 Y 11 ⎜ ⎜⎜ 1 D ⎜ ⎜ h 21 1 ⎜
⎜ ⎜ ⎜ ⎜− h ⎜
⎝ ∆Y ∆Y ⎠ ⎝C C ⎠ ⎝ 22 h22 ⎠
⎛ Z22 Z ⎞ ⎛ D ∆T⎞ ⎛ 1 h ⎞
⎜ − 12 ⎜ ⎜ − ⎜ ⎜ − 12 ⎜
⎛ Y11 Y12 ⎞ ⎜ h11 h11 ⎜
⎜ ∆Z ∆Z⎜ ⎜⎜ ⎜ ⎜ B B ⎜
⎜ − Z21 Z 11 ⎜ ⎝ Y21 Y22 ⎠⎜ ⎜⎜ − 1 A ⎜ ⎜ h21 ∆h ⎜
⎜ ⎜ ⎜ ⎜h
⎝ ∆Z ∆Z ⎠ ⎝ B B ⎠ ⎝ 11 h11 ⎜⎠
⎛ Z 11 ∆Z⎞ ⎛ Y22 1 ⎞ ⎛ ∆h h ⎞
⎜ ⎜ ⎜− − ⎜ ⎜− − 11 ⎜
⎜ Z 21 Z 21 ⎜ ⎜ Y21 Y21 ⎜ ⎛A B⎞ ⎜ h21 h21 ⎜
⎜⎜ ⎜
⎜ 1 Z 22 ⎜ ⎜ ∆Y Y ⎜ ⎝C D ⎠⎜ ⎜ h22 1 ⎜
⎜Z Z 21 ⎜⎠ ⎜− Y − 11 ⎜ ⎜− h −
h21 ⎠⎜
⎝ 21 ⎝ 21 Y21 ⎠ ⎝ 21
⎛ ∆Z Z 12 ⎞ ⎛ 1 Y ⎞ ⎛ B ∆T
⎜ ⎜ ⎜ − 12 ⎜
⎜ Z 22 Z 22 ⎜ ⎜ Y11 Y11 ⎜ ⎛ h11 h12 ⎞
⎞ ⎜ ⎜
⎜ Z 21 1 ⎜ ⎜ Y 21 ∆ Y ⎜ ⎜ ⎜
⎝ h21 h22 ⎠
⎜− Z Z 22 ⎠ ⎜ ⎜Y Y11 ⎠⎜
⎜ D D ⎜
⎝ 22 ⎝ 11 ⎜− 1 C ⎜
⎝ D D ⎠
296
296
Rangkaian Listrik
2. Koneksi seri
V1a = Z 11a I 1a + Z 12 a I 2 a
V2 a = Z 21a I 1a + Z 22 a I 2 a
V1b = Z 11b I 1b + Z 12b I 2b
V2b = Z 21b I 1b + Z 22b I 2b
dimana :
I 1 = I 1a = I 1b
I 2 = I 2 a = I 2b
298
298
Rangkaian Listrik
maka :
V1 = V1a + V1b = Z 11a I 1a + Z 12 a I 2 a + Z 11b I 1b + Z 12b I 2b = Z 11a I 1a + Z 11b I 1b + Z 12 a I 2 a + Z 12b I 2b
V1 = (Z 11a + Z 11b )I 1 + (Z 12 a + Z 12b )I 2
V2 = V2 a + V2b = Z 21a I 1a + Z 22 a I 2 a + Z 21b I 1b + Z 22b I 2b = Z 21a I 1a + Z 21b I 1b + Z 22 a I 2 a + Z 22b I 2b
V2 = (Z 21a + Z 21b )I 1 + (Z 22 a + Z 22b )I 2
dengan demikian :
Z 11 = Z 11a + Z 11b
Z 12 = Z 12 a + Z 12b
Z 21 = Z 21a + Z 21b
Z 22 = Z 22 a + Z 22b
3. Koneksi Kaskade
Soal – soal :
1. Tentukan parameter Z !
DAFTAR PUSTAKA