LP HHF Denis-1
LP HHF Denis-1
Oleh:
Jember,
Mahasiswa
2. Epidemiologi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab meningkatnya
resiko pnyakit stroke, jantung dan ginjal. Pada akhir abad ke 20, penyakit jantung
dan pembuluh darah menjadi penyebab utama kematian di negara maju dan
negara berkembang. Berdasarkan Survei Kesehatan Rungah Tangga (SKRT)
tahun 2001, kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah adalah
hipertensi, disamping hiperkolesterollemia dan diabetes militus. Menteri
kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) menyatakan, prevalensi hipertensi
di daerah Indonesia pada daerah urban dan rula berkisar antara 17-20%. Data
secara nasional yang ada belum lengkap. Sebagian besar penderita hipertensi di
Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak
menyadari kondisi penyakitnya, sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui
penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial atau
idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang dapat di tetapkan penyebarannya
( hipertensi sekunder). Tidak ada data akurat mengenai prevalensi hipertensi
sekunder dan sangat bergantung di mana angka itu di teliti. Diperkirakan terdapat
sekitar 6% pasien hipertensi sekunder sedang di pusat rujukan dapat mencapai
sekitar 35%.
3. Etiologi
Ada 2 faktor utama penyebab penyakit jantung hipertensi yaitu :
1. Penebalan ateriol koroner yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolus resistance vessels) seluruh
badan kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan
perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler
per unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik, peningkatan jarak
difusi antara kapiler dan serat otot yang hipertrofi menjadi faktor utama
pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik (Arif Mansjoer, dkk,
2001: 441).
4. Patofisiologi
Menurut Smeltzer (2002), pada gagal jantung kiri Manifestasi klinis yang terjadi
meliputi dispneu, ortopneu batuk, mudah lelah, takikardia, bunyi jantung S3,
kecemasan dan kegelisahan. Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah
kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak
mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Gagal jantung kanan Manifestasi klinis yang terjadi meliputi edema, pitting
edema, pertambahan berat badan, hepatomegali, anoreksia, nokturia, dan lemah.
Kelas 2= bila klien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktifitas
sehari-hari tanpa keluhan
Kelas 4= bila klien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus
tirah baring
Kriteria mayor:
Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea
Peningkatan tekanan vena jugularis
Ronki basah tidak nyaring
Kardiomegali
Edema paru akut
Irama derap S3 (gallop rhythm)
Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O
Refluks hepatojugular
Kriteria minor:
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan foto thoraks: mengidentifikasi kardiomegali, infiltrat
prekordial kedua paru dan efusi pleura
EKG: mengidentifikasi penyakit yang mendasari seperti infark miocard
dan aritmia. Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,
iskemia dan kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi,
fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih
setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.
Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan
dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
pergerakan dinding.
Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosi katup
atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras
disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi
fraksi/perubahan kontrktilitas.
Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah
sehingga hasil hemodilusi darah dari adanya kelebihan retensi air.
Pemeriksaan lain seperti Hb, leukosit, ekokardiografi, angiografi, fungsi
ginjal dan fungsi tiroid dilakukan atas indikasi.
7. Penatalaksanaan
Menghilangkan faktor pencetus
Mengendalikan gagal jantung dengan memperbaiki fungsi pompa jantung,
mengurangi beban jantung dengan pemberian diet rendah garam, diuretik
dan vasodilator
Menghilangkan penyakit yang mendasarinya, baik secara medis atau
bedah
Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen, diusahakan agar
PaCO2 sekitar 60-100 mmHg ( saturasi O2 90-98 %) dan menurunkan
konsumsi 02 melalui istirahat/pembatasan aktifitas
Pemberian obat-obatan sesuai dengan program, seperti morfin diberikan
untuk menurunkan faktor preload dan afterload: furosemide untuk
mengurangi oedema/diuresis, aminofilin untuk merangsang miokardium,
obat inotropik (digitalis glikosida, dopamin HCL, phosphodiesterase
inhibitor) meningkatkan kapasitas fisik: nitrogliserin untuk menurunkan
hipertensi vena paru.
Bila perlu monitoring menggunakan Central Venous Pressure atau juga
dengan Swan Ganz chateter
8. Terapi yang dilakukan
a. Terapi Farmakologis
a) Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan: peningkatan curah
jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan
diuresisi dan mengurangi edema.
b) Terapi diuretik
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia.
c) Terapi vasodilator
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan
ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian
ventrikel kiri dapat diturunkan.
Obat –obat yang digunakan antara lain :
1. Antagonis kalsium, untuk memperbaiki relaksasi miokard dan
menimbulkan vasodilatasi koroner.
2. Beta bloker, untuk mengatasi takikardia dan memperbaiki
pengisian ventrikel.
3. Diuretika, untuk gagal jantung disertai edema paru akibat disfungsi
diastolik. Bila tanda edema paru sudah hilang, maka pemberian
diuretika harus hati-hati agar jangan sampai terjadi hipovolemia
dimana pengisian ventrikel berkurang sehingga curah jantung dan
tekanan darah menurun.
4. Pemberian antagonis kalsium dan beta bloker harus diperhatikan
karena keduanya dapat menurunkan kontraktilitas miokard
sehingga memperberat kegagalan jantung (Ziliwu, 2013).
B. Clinical Pathway
C. Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1) Identitas klien
Nama : No.RM :
Umur : Pekerjaan :
Jenis Kelamin : Status Perkawinan :
Agama : Tanggal MRS :
Pendidikan : Tanggal pengkajian :
Sumber Informasi :
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
alveolar.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunya laju filtrasi
glomerulus.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema,
penurunanperfusi jaringan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan Tujuan dan Kriteria Rencana 1) untuk
pertukaran gas Hasil Tindakan mengetahui
berhubungan ( NOC) ( NIC) tingkat
dengan perubahan Tujuan: 1) Monitor efektifitas
membran kapiler Setelah dilakukan respirasi dan fungsi
alveolar tindakan status pertukaran gas
keperawatan selama oksigen, catat 2) untuk
3x24 jam pergerakan mengetahui
diharapkan masalah dada, amati tingkat pola
gangguan kesimetrisan, nafas pasien
pertukaran gas dapat penggunaan 3) untuk
teratasi dengan otot mengetahui
kriteria hasil: tambahan, keadaan umum
1). Respiratory retraksi otot pasien
status : gas supraclavicula 4) untuk
exchange r dan mengetahui
Klien mampu intercostalis tingkat
memelihara 2) monitor pola oksigenasi pada
kebersihan paru- nafas, jaringan
paru, dan bebas auskultasi
dari tanda-tanda sura nafas
distresspernafasan, 3) monitor TTV,
AGD dalam batas AGD dan
normal, status elektrolit
neurologis dalam 4) observasi
batas normal. sianosis
2). Respiratory khususnya
status : ventilation membran
Klien mampu mukosa
mendemonstrasikan
peningkatan
ventilasi dan
oksigen yang
adekuat,
mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dispneu
(mampu
mengeluarkan
sputum mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips).
2. Intoleransi Tujuan dan kriteria 1) Kaji adanya 1) agar faktor
aktivitas hasil (NOC) faktor yang penyebab dapat
berhubungan Tujuan: menyebabkan diketahui
dengan setelah dilakukan kelelahan 2) untuk
ketidakseimbangan tindakan 2) bantu klien mengurangi
antara suplai dan keperawatan selama untuk beban kerja
kebutuhan O2 3 x 24 jam pasien mengidentifik jantung yang
bertoleransi asi aktivitas terlalu berat
terhadap aktivitas yang mampu 3) untuk
dengan kriteria dilakukan mengurangi
hasil: berpartisipasi 3) observasi beban kerja
dalam aktivitas fisik adanya jantung yang
tanpa disertai pembatasan terlalu berat
peningkatan TD, klien dalam 4) untuk melihat
nadi dan RR, melakukan dampak dari
mampu melakukan aktivitas aktivitas
aktivitas sehari-hari 4) bantu untuk terhadap fungsi
(ADLs) secara memilih jantung yang
mandiri, aktivitas disesuaikan
keseimbangan konsisten dengan
aktivitas dan yang sesuai kemampuan
istirahat dengan pasien.
kemampuan
fisik,
psikologi dan
sosial
3. Kelebihan volume Tujuan dan kriteria 1) Monitor vital 1) Sebagai
cairan hasil (NOC) sign salah satu cara
berhubungan Tujuan: 2) monitor berat untuk mengetahui
dengan setelah dilakukan badan peningkatan
menurunnya laju tindakan 3) monitor jumlah cairan yang
filtrasi glomerolus keperawatan selama elektrolit dapat diketahui
(GFR) 3 x 24 jam 4) monitor tanda dengan
diharapkan masalah dan gejala meningkatkan
kelebihan volume edema beban kerja
cairan dapat teratasi 5) berikan jantung yang dapat
dengan kriteria diuretik sesuai diketahui dari
hasil: instruksi meningkatnya
6) monitor input tekanan darah
1).Electrolit and dan output 2) Kelebihan
acid base balance BB dapat diketahui
Terbebas dari dari peningkatan
edema, efusi, BB yang ekstrim
anasarka, terbebas akibat terjadiny
dari distensi vena penimbunan cairan
jugularis, ekstra seluler.
memelihara tekanan 3) Untuk
vena sentral, mengetahui jumlah
tekanan kapiler elektrolit pasien
paru, output jantung 4) Untuk
dan vital sign dalam mengetahui
batas normal. keseimbangan
2).Hydration cairan pasien
Terbebas dari 5) Agar cairan
kecemasan, tidak terus
kelelahan atau menumpuk dalam
bingung, tidak ada tubuh pasien
dispneu atau 6) Mengetahui
orthopneu keseimbangan
cairan pada pasien
4. Kerusakan Tujuan dan kriteria 1) Anjurkan 1) agar tidak
integritas kulit hasil (NOC) pasien untuk terjadi gesekan
berhubungan Tujuan: menggunakan kulit yang
dengan tirah setelah dilakukan pakaian yang membuat
baring lama, tindakan longgar kerusakan pada
edema, penurunan keperawatan 3 x 24 2) mobilisasi kulit
perfusi jaringan. jam diharapkan pasien (ubah 2) untuk
kerusakan integritas posisi pasien) mencegah
klien teratasi dengan setiap dua jam dekubitus
kriteria hasil: sekali 3) agar tidak
1).Tissue integrity: 3) monitor kulit terjadi
skin and mucous akan adanya kemerahan
membrane kemerahan, yang lama-
Integritas kulit dapat oleskan lotion kelamaan akan
dipertahankan atau minyak / menyebabkan
(sensasi, elastisitas, baby oil pada dekubitus
temperature, daerah yang 4) agar pasien
hidrasi,pigmentasi), tertekan melakukan
perfusi jaringan 4) monitor aktivitas ringan
baik. aktivitas dan 5) untuk menjaga
mobilisasi kebutuhan
2).wound healing: pasien nutrisi pasien
primer dan sekunder 5) monitor status 6) menjaga
Tidak ada luka atau nutrisi pasien kebersihan
lesi pada kulit, 6) memandikan kulit pasien
menunjukan pasien dengan 7) agar kulit tidak
pemahaman dalam sabun dan air mengalami
proses perbaikan hangat tekanan yang
kulit dan mencegah 7) kaji menyebabkan
terjadinya cedera lingkungan kerusakan
berulang, dan peralatan 8) untuk
menunjukan yang mengetahui
terjadinya proses menyebabkan perkembangan
penyembuhan luka, tekanan kondisi dari
mampu melindungi 8) observasi luka pasien
kulit dan :lokasi, 9) agar klien dan
mempertahankan dimensi, keluarga
kelembaban kulit kedalaman mendapatkan
dan parawatan alami luka, informasi
karakteristik, tentang luka
warna cairan, dan perawatan
granulasi, luka sehingga
jaringan dapat
nekrotik, melakukan
tanda-tanda secara mandiri
infeksi lokal, 10) untuk
formasi memenuhi
traktus kebutuhan
9) ajarkan pada nutrisi dari
keluarga pasien
tentang luka
dan perawatan
luka
10) kolaborasi
dengan ahli
gizi
pemberian
diet TKTP,
vitamin
1. Evaluasi
Evaluasi kasus dengan assessment masalah belum teratasi muncul pada
diagnosa penurunan curah jantung. Hal ini karena peda penyakit kronik
sangat mustahil untuk dikembalikan seperti semula. Diagnosa ini akan
selalu muncul pada Decompensasi Cordis walaupun tidak pada status actual.
Diagnosa banding pada penurunan kerja jantung juga akan muncul selama
kasus masih ada, namun dengan intervensi selanjutnya masalah akan
teratasi.
2. Discharge Planning
a. Menerima kenyataan bahwa pemakaian obat jantung akan dipakai
seumur hidup.
1. Peningkatan BB
Hudak dan Gallo, 1997. Keperawatan Kritis pendekatan Holistik. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah jilid II. Jakarta :
EGC.
Ziliwu, H.J. 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gagal Jantung ( Health
Failure/ Decompensatio Cordis). Jurnal diterbitkan: Jakarta.