(No) ICT Solutions in Transportation Systems - Estimating The Benefits and Environmental Impacts in The Lisbon (Tidak Ada) PDF
(No) ICT Solutions in Transportation Systems - Estimating The Benefits and Environmental Impacts in The Lisbon (Tidak Ada) PDF
(metode analogi)
Pada Bab 10 telah pula dijelaskan tentang metode Langsung (konvensional) yang
bisa digunakan untuk mendapatkan informasi matriks asal-tujuan (MAT).
Bab 11 akan menjelaskan tentang metode Tidak-Langsung (analogi), yaitu metode
yang hanya mempertimbangkan faktor pertumbuhan tanpa memperhitungkan
adanya perubahan aksesibilitas sistem jaringan transportasi. Metode ini hanya cocok
untuk perencanaan jangka pendek atau perencanaan tanpa adanya perubahan
aksesibilitas yang nyata dalam sistem jaringannya.
Subbab 11.1 menjelaskan persamaan metode analogi secara umum di mana metode
analogi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) subkelompok, yaitu metode tanpa-
batasan (subbab 11.2); metode dengan-satu-batasan (subbab 11.3), dan metode
dengan-dua-batasan (subbab 11.4). Beberapa keuntungan dan kerugian metode
analogi juga akan diterangkan pada akhir bab ini (subbab 11.5). Beberapa soal yang
berkaitan dengan metode analogi diberikan dalam subbab 11.6.
Beberapa metode telah dikembangkan oleh para peneliti, dan setiap metode
berasumsi bahwa pola pergerakan pada saat sekarang dapat diproyeksikan ke masa
mendatang dengan menggunakan tingkat pertumbuhan zona yang berbeda-beda.
Semua metode mempunyai persamaan umum seperti berikut:
Tid = t id .E (11.1)
Tid = pergerakan pada masa mendatang dari zona asal i ke zona tujuan d
t id = pergerakan pada masa sekarang dari zona asal i ke zona tujuan d
E = tingkat pertumbuhan
Tergantung pada metode yang digunakan, tingkat pertumbuhan (E) dapat berupa 1
(satu) faktor saja atau kombinasi dari berbagai faktor, yang bisa didapat dari
proyeksi tata guna lahan atau bangkitan lalu lintas. Faktor tersebut dapat dihitung
untuk semua daerah kajian atau untuk zona tertentu saja yang kemudian digunakan
untuk mendapatkan MAT.
Metode analogi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok utama [lihat
Gambar 11.2 dan Tamin (1997a,2000a,2003)], yaitu:
a metode tanpa-batasan (metode seragam),
b metode dengan-satu-batasan (metode batasan-bangkitan dan metode batasan-
tarikan), dan
236
c metode dengan-dua-batasan (metode rata-rata, metode Fratar, metode Detroit,
dan metode Furness).
Sedangkan, urutan pengembangannya secara kronologis adalah metode seragam,
metode batasan-bangkitan, metode batasan-tarikan, metode rata-rata, metode
Fratar, metode Detroit, dan metode Furness.
Usaha pengembangan metode pada saat itu lebih mengarah pada penyederhanaan
proses perhitungan dan percepatan proses tercapainya konvergensi. Hal ini
disebabkan sangat terbatasnya kapasitas dan kemampuan alat bantu hitung pada saat
itu.
Metode tanpa-batasan atau metode seragam adalah metode tertua dan paling
sederhana. Dalam metode ini diasumsikan bahwa untuk keseluruhan daerah kajian
hanya ada 1 (satu) nilai tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengalikan
semua pergerakan pada saat ini dalam upaya mendapatkan pergerakan pada masa
mendatang.
Metode ini tidak menjamin bahwa total pergerakan yang dibangkitkan dari setiap
zona asal dan total pergerakan yang tertarik ke setiap zona tujuan akan sama dengan
total bangkitan dan tarikan yang diharapkan pada masa mendatang. Secara
matematis dapat dinyatakan sebagai persamaan (11.1) dengan nilai ’E’ sebagai
berikut.
T
E= di mana: (11.2)
t
T = total pergerakan pada masa mendatang di dalam daerah kajian
t = total pergerakan pada masa sekarang di dalam daerah kajian
Sebagai ilustrasi, berikut ini diberikan contoh perhitungan metode seragam dengan
menggunakan MAT [5x5] seperti terlihat pada Tabel 11.1.
Tabel 11.1 MAT pada masa sekarang dan tingkat pertumbuhan setiap zona
Zona 1 2 3 4 5 oi Oi EI
1 20 40 50 60 80 250 500 2,000
2 40 30 100 50 80 300 300 1,000
3 60 30 20 90 150 350 875 2,500
4 80 70 60 40 200 450 1350 3,000
5 100 80 90 80 50 400 475 1,188
dd 300 250 320 320 560 1750
Dd 300 750 640 480 1330 3500
Ed 1,000 3,000 2,000 1,500 2,375 2,000
di mana: oi dan dd = bangkit dan tarikan pada masa sekarang
Oi dan Dd = bangkit dan tarikan pada masa mendatang
Ei dan Ed = tingkat pertumbuhan zona bangkitan dan zona tarikan
Asumsi dasar yang digunakan pada metode ini adalah tingkat pertumbuhan global
di seluruh daerah kajian berpengaruh terhadap pertumbuhan lalu lintasnya secara
merata atau seragam untuk setiap zona.
Asumsi ini sering tidak dapat digunakan, karena pada kenyataannya tingkat
pertumbuhan setiap zona yang berbeda biasanya menghasilkan tingkat pertumbuhan
lalu lintas yang berbeda pula. Ini menyebabkan galat yang besar untuk kota yang
tingkat pertumbuhan tata guna lahannya tidak merata (seperti kenyataannya di kota
besar di negara sedang berkembang).
Pada Tabel 11.2 terlihat bahwa metode seragam tidak dapat menjamin dipenuhinya
batasan bangkitan dan tarikan.
Contohnya, untuk zona yang tingkat pertumbuhannya lebih rendah dari tingkat
pertumbuhan global, penggunaan tingkat pertumbuhan global akan menghasilkan
perkiraan lalu lintas masa mendatang yang lebih tinggi dari yang diharapkan.
Sebaliknya, untuk zona yang tingkat pertumbuhannya lebih tinggi, akan
menghasilkan perkiraan lalu lintas masa mendatang yang lebih rendah dari yang
diharapkan.
Oleh karena itulah metode ini hanya dapat digunakan untuk daerah kajian yang
tingkat pertumbuhannya merata di seluruh wilayahnya. Jadi, metode ini dipastikan
tidak bisa digunakan di Indonesia, karena pertumbuhan daerahnya belum merata.
Terdapat 4 (empat) buah metode yang telah dikembangkan sampai saat ini yang
pada umumnya mencoba mengatasi kekurangan yang ada pada metode sebelumnya,
yaitu permasalahan batasan bangkitan dan tarikan pergerakan.
Keempat metode berikut ini menjamin besarnya bangkitan dan tarikan pergerakan
pada masa mendatang sama dengan yang diharapkan.
Proses pengulangan terus dilakukan sampai seluruh nilai oi=Oi atau (Ei=1) dan
seluruh nilai dd=Dd atau (Ed=1).
Hal tersebut tercapai pada pengulangan ke-20 yang menghasilkan MAT akhir
(setelah pembulatan) seperti terlihat pada Tabel 11.7.
Tabel 11.7 MAT pada masa mendatang dengan metode rata-rata (hasil pengulangan ke-20)
Zona 1 2 3 4 5 oi Oi Ei
1 19 118 115 89 159 500 500 1,0000
2 16 49 118 35 83 300 300 1,0000
3 84 120 64 191 416 875 875 1,0000
4 128 305 213 95 609 1350 1350 1,0000
5 52 158 131 71 64 475 475 1,0000
dd 300 750 640 480 1330 3500
Dd 300 750 640 480 1330 3500
Ed 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
Selanjutnya, nilai Li dan Ld untuk pengulangan ke-2 dapat dihitung sebagai berikut.
Perhitungan nilai Li untuk pengulangan ke-2:
t 12 + t 13 + t 14 + t 15
L1 =
E 2 .t 12 + E 3 .t 13 + E 4 .t 14 + E 5 .t 15
129 ,56 + 95 ,34 + 95 ,05 + 204 ,64
= = 1 ,009
129 ,56x1 ,035 + 95 ,34x0 ,945 + 95 ,05x0 ,797 + 204 ,64x1 ,075
t 21 + t 23 + t 24 + t 25
L2 =
E 1 .t 21 + E 3 .t 23 + E 4 .t 24 + E 5 .t 25
18 ,76 + 90 ,02 + 37 ,61 + 97 ,27
= = 1 ,029
18 ,76x0 ,918 + 90 ,02x0 ,945 + 37 ,61x0 ,797 + 97 ,27 x1 ,075
.
.
t 51 + t 52 + t 53 + t 54
L5 =
E1 .t 51 + E 2 .t 52 + E 3 .t 53 + E 4 .t 54
55 ,72 + 146 ,31 + 96 ,23 + 71,47
= = 1,055
55 ,72x0 ,918 + 146 ,31x1,035 + 96 ,23x0 ,945 + 71,47 x0 ,797
Perhitungan nilai Ld untuk pengulangan ke-2:
Proses pengulangan terus dilakukan sampai seluruh nilai oi=Oi atau (Ei=1) dan
seluruh nilai dd=Dd atau (Ed=1).
Hal tersebut tercapai pada pengulangan ke-10 yang menghasilkan MAT akhir
(setelah pembulatan) seperti terlihat pada Tabel 11.11.
Tabel 11.11 MAT pada masa mendatang dengan metode Fratar (hasil pengulangan ke-10)
Zona 1 2 3 4 5 oI Oi Ei Li
1 19 118 115 89 159 500 500 1,000 1,000
2 20 45 116 38 81 300 300 1,000 1,000
3 81 124 65 187 418 875 875 1,000 1,000
4 119 316 215 91 609 1350 1350 1,000 1,000
5 60 148 129 75 63 475 475 1,000 1,000
dd 300 750 640 480 1330 3500
Dd 300 750 640 480 1330 3500
Ed 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Ld 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Proses pengulangan cukup rumit dan membutuhkan proses perhitungan yang cukup
panjang. Davinroy dkk (1963) menyimpulkan bahwa metode seragam, rata-rata,
dan Fratar mempunyai ketepatan yang kira-kira sama.
Metode Fratar membutuhkan jumlah pengulangan yang lebih sedikit dibandingkan
dengan dua metode lainnya, tetapi perhitungannya yang cukup rumit pada akhirnya
secara keseluruhan tidak menguntungkan proses perhitungan dan menyebabkan
metode Fratar ini menjadi tidak populer untuk digunakan.
Perlu diketahui pada saat itu pengembangan penelitian diarahkan selain pada usaha
peningkatan akurasi, juga pada usaha menghasilkan proses perhitungan yang efisien
(jumlah pengulangan yang sekecil mungkin dan proses perhitungan yang
sesederhana mungkin).
Seperti halnya dengan metode rata-rata dan Fratar, proses pengulangan terus
dilakukan sampai seluruh nilai oi=Oi atau (Ei=1) dan seluruh nilai dd=Dd atau
(Ed=1). Hal tersebut tercapai pada pengulangan ke-8, sehingga dihasilkan MAT
akhir (setelah pembulatan) seperti terlihat pada Tabel 11.14.
Tabel 11.14 MAT pada masa mendatang menggunakan metode Detroit (hasil pengulangan
ke-8)
Zona 1 2 3 4 5 oi Oi Ei
1 19 118 115 89 159 500 500 1,0000
2 20 45 117 38 81 300 300 1,0000
3 81 124 65 187 418 875 875 1,0000
4 119 316 213 91 611 1350 1350 1,0000
5 61 147 130 74 62 475 475 1,0000
dd 300 750 640 480 1330 3500
Dd 300 750 640 480 1330 3500
Ed 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
Selanjutnya, pada pengulangan ke-2, sel MAT yang dihasilkan pada pengulangan
ke-1 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan zona tujuan (Ed) untuk menghasilkan
MAT pengulangan ke-2, seperti terlihat pada Tabel 11.16.
Perhitungan nilai Tid untuk pengulangan ke-2:
T112 = t 11
1
.E11 = 40 x 0 ,5096 = 20 ,38
T122 = t 12
1
.E 21 = 80 x 1 ,5306 = 122 ,45
T132 = t 13
1
.E 31 = 100 x 1 ,1921 = 119 ,21
.
.
2
T21 = t 21
1
.E11 = 40 x 0 ,5096 = 20 ,38
.
.
2
T55 = t 55
1
.E 51 = 59 ,38 x 1 ,0436 = 61 ,97
Tabel 11.16 MAT pada masa mendatang menggunakan metode Furness (hasil
pengulangan ke-2)
Zona 1 2 3 4 5 oi Oi Ei
1 20,38 122,45 119,21 94,43 166,98 523,45 500 0,9552
2 20,38 45,92 119,21 39,34 83,49 308,35 300 0,9729
3 76,43 114,80 59,60 177,05 391,37 819,25 875 1,0680
4 122,29 321,43 214,58 94,43 626,19 1378,91 1350 0,9790
5 60,51 145,41 127,40 74,75 61,97 470,04 475 1,0105
dd 300,00 750,00 640,00 480,00 1330,00 3500
Dd 300 750 640 480 1330 3500
Ed 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
Selanjutnya, pada pengulangan ke-2, sel MAT yang dihasilkan pada pengulangan
ke-1 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan zona asal (Ei) untuk menghasilkan
MAT pengulangan ke-2, seperti terlihat pada Tabel 11.19.
Perhitungan nilai Tid untuk pengulangan ke-2:
T112 = t 11
1
.E11 = 20 x 0 ,9615 = 19 ,23
T122 = t 12
1
.E11 = 120 x 0 ,9615 = 115 ,38
T132 = t 13
1
.E11 = 100 x 0 ,9615 = 96 ,15
.
.
2
T21 = t 21
1
.E 21 = 40 x 0 ,5042 = 20 ,17
.
.
2
T55 = t 55
1
.E 51 = 100 x 0 ,6260 = 74 ,37
Tabel 11.19 MAT pada masa mendatang menggunakan metode Furness (hasil
pengulangan ke-2)
Zona 1 2 3 4 5 oi Oi Ei
1 19,23 115,38 96,15 86,54 182,69 500,00 500 1,0000
2 20,17 45,38 100,84 37,82 95,80 300,00 300 1,0000
3 77,06 115,60 51,38 173,39 457,57 875,00 875 1,0000
4 114,29 300,00 171,43 85,71 678,57 1350,00 1350 1,0000
5 62,60 150,25 112,69 75,12 74,34 475,00 475 1,0000
dd 293,35 726,61 532,48 458,59 1488,97 3500
Dd 300 750 640 480 1330 3500
Ed 1,0227 1,0322 1,2019 1,0467 0,8932 1,0000
Terlihat dengan jelas bahwa Tabel 11.17 persis sama dengan Tabel 11.20. Hal ini
membuktikan bahwa solusi akhir metode Furness pasti selalu sama, tidak
tergantung dari mana pengulangan dimulai (baris atau kolom).
Beberapa peneliti berusaha mempercepat proses pengulangan metode Furness [lihat
Robillard dan Stewart (1974); Mekky (1983); Maher (1983b)].
Penurunan teori metode Furness dapat dihasilkan dengan meminimumkan statistik
informasi yang diharapkan (Morphet, 1975) atau memaksimumkan ukuran
entropi (Evans, 1970,1971). Dibuktikan bahwa metode Furness menghasilkan
sebaran pergerakan yang memaksimumkan entropi dan meminimumkan informasi
yang diharapkan, tergantung pada batasan asal tujuan.
Lamond dan Stewart (1981) memperlihatkan bahwa proses keseimbangan metode
Furness sebenarnya merupakan kasus khusus yang dapat dihasilkan oleh metode
keseimbangan Bregman. Penjelasan rinci mengenai hal tersebut dapat dilihat pada
Bregman (1967).