Modul Teknik Konstruksi Batu Dan Beton
Modul Teknik Konstruksi Batu Dan Beton
merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan bagi mahasiswa program
Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang dilaksanakan di Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Negeri Padang. Modul ini terdiri dari Kegiatan Belajar yang
semuanya terkait secara langsung dalam pembinaan kompetensi calon guru profesional.
Kegiatan belajar disusun sedemikian rupa sehingga pembinaan kompetensi profesional
calon pendidik terbina secara runtut. Antara satu kegiatan belajar dengan kegiatan
belajar lainnya saling terkait dan bukan merupakan bagian yang terpisah-pisah.
Sesuai dengan program studi Pendidikan Teknik Bangunan, khususnya pada pengajaran
teknik konstruksi Batu dan Beton, maka modul ini dimulai konstruksi batu dan
dilengkapi dengan konstruksi beton. Kemudian disertai dengan konstruksi atau
pekerjaan pendukung lainnya. Dalam hal ini adalah pembuatan batako dan paving blok.
Dengan memahami modul ini pembinaan kompetensi mahasiswa calon pendidik dapat
berlangsung secara lebih efektif.
I.
PENDAHULUAN DESKRIPSI
Modul ini terdiri dari beberapa kegiatan belajar yang mencakup teknik konstruksi
batu dan beton. Kegiatan belajar dimulai dengan perencanaan dan menggambar pondasi
batu kali lengkap dengan denah pondasi dan gambar detailnya. Kemudian kegiatan
belajar berikutnya memuat materi tentang pemasangan pondasi batu kali, pemasangan
batu bata, plesteran dan acian, pemasangan kozen, pengetahuan tentang batako dan
paving blok, serta konstruksi beton dan beton bertulang. Pondasi dari suatu
bangunan khususnya pada bangunan gedung adalah suatu konstruksi dari bagian bawah
bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah atas bagian bangunan yang terletak
di bawah permukaan tanah berfungsi meneruskan beban atau gaya di atasnya dan
termasuk berat pondasi ke tanah di bawahnya. Di atas pondasi di pasang dinding batu
bata, baik dinding lurus, sudut pertemuan, persilangan dinding, dan pilaster.
Ikatan atau hubungan batu bata yang banyak dilaksanakan di lapangan yaitu ikatan ½
batu bata untuk tembok lurus, ikatan ½ batu bata pada sudut dan persilangan tembok,
dan ikatan pilaster tiang. Berikutnya menghitung bahan dasar untuk pekerjaan
plesteran dan pekerjaan plesteran bidang rata pada dinding tembok tegak. Menghitung
volume plesteran hias dan bahan-bahan plesteran hias yang digunakan. Mengetahui
tentang kegunaan dan cara-cara bagaimana menentukan ketebalan plesteran hias.
Mempraktekkan cara memplester dengan plesteran hias sistem tempel tumpang-tindih
maupun sistem tempel keruk. Selanjutnya memasang kusen pada dinding, termasuk
mempersiapkan dan menggunakan alat-alat dan bahan-bahan praktek dengan benar.
Memasang kusen dengan benar (tegak dan pada posisi as) pada ketinggian yang telah
ditentukan. Kemudian pengetahuan tentang pembuatan produk (batako dan paving blok),
termasuk menentukan bahan yang cocok, menentukan
perbandingan bahan adukan, menghitung biaya produk, serta menguji dan menentukan
kualitas produk yang baik.
Selanjutnya disajikan teori dasar bahan campuran beton, jenis dan klasifikasi
beton, merencanakan selimut beton, jenis peralatan pengaduk dan pengecoran beton,
dan pemadatan serta finishing beton. Semua kegiatan disusun secara runtut sesuai
dengan urutan pekerjaan yang berlangsung di lapangan.
PETA MODUL:
TEKNIK KONSTRUKSI BATU DAN BETON BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN
ORIENTASI: MANDIRI TKBB 01: Perencanaan dan menggambar pondasi batu kali TKBB 02:
Pekerjaan pondasi staal dan piler batu kali TKBB 03: Pasangan batu bata TKBB 04:
Plesteran dan mengaci permukaan plesteran TKBB 05: Pemasangan kusen pada dinding
TKBB 06: Pembuatan batako dan paving blok TKBB 07: Teori dasar bahan campuran beton
TKBB 08: Jenis dan klasifikasi beton TKBB 09: Merencanakan selimut beton TKBB 10:
Jenis peralatan pengaduk dan pengecoran beton TKBB 11: Pemadatan serta finishing
beton
PRASYARAT
Untuk mempelajari dan menguasai modul ini terlebih dahulu mahasiswa harus mempunyai
pengetahuan dasar tentang bangunan gedung, khususnya yang terkait dengan Teknik
Konstruksi Batu dan Beton dan Menggambar Teknik. Selain itu mahasiswa harus
menguasai pengetahuan tentang alat kerja batu dan beton dan pemakaiannya. Kemampuan
awal ini sangat bermanfaat dalam menunjang penguasaan materi modul ini secara cepat
dan tepat sehingga sesuai sasaran yang diharapkan.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . i DESKRIPSI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii PETA MODUL . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. iii PRASYARAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . viii DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix
PERISTILAHAN (GLOSSARY) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 1
KEGIATAN
BELAJAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 4 1. Kegiatan Belajar 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 2. Kegiatan Belajar 2 . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 3.
Kegiatan Belajar
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . 4 4. Kegiatan Belajar 4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . 4 5. Kegiatan Belajar 5 . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 6. Kegiatan Belajar
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . 4 7. Kegiatan Belajar 7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . 4 8. Kegiatan Belajar 8 . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 9. Kegiatan Belajar
9 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . 4 10. Kegiatan Belajar 10 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . 4 DAFTAR
PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . .10
GLOSSARIUM
1. Pondasi adalah merupakan bagian konstruksi yang penting dari bangunan dangunanya
untuk menjaga kedudukan agar bagunan tetap mantap (stabil). 2. Balok sloof adalah
balok beton bertulang yang dipasang pada keliling bangunan dan juga pondasi di
tengah bangunan di bawah lantai. 3. Lapisan batu kosong adalah pasangan batu tanpa
spesi pada bagian dasar pondasi dipasang setelah lapisan pasir dan pemadatannya
dilakukan dengan timbris. 4. 5. Titik 0,00 adalah titik untuk menunjukkan muka atas
lantai bangunan. Kedalaman pondasi adalah kedalaman pondasi diukur dari muka atas
lantai (+0,00) sampai pada bagian terbawah pondasi/sampai tanah keras. Biasanya
diberi tanda minus. Misalnya minus (-) 1,20 m. 6. Batu bata adalah jenis bahan
bangunan yang dibuat dari lempung atau tanah liat dengan atau tanpa tambahan bahan
lain yang diaduk hingga pulen, dicetak, dikeringkan kemudian dibakar. 7. Tebal
Dinding adalah ketebalan dinding pasangan batu bata yang selalu dinyatakan dengan
satuan bata (satu bata = panjang satu bata) misalnya tebal dinding satu bata
berarti ketebalan dinding tersebut= satu kali panjang batu bata. Jika tebal dinding
setengah bata berarti ketebalan dinding tersebut = setengah kali panjang batu bata.
8. Spesi adalah campuran dari beberapa jenis bahan bangunan yang diaduk menjadi
satu adonan dengan diberi air secukupnya sehingga menjadi satu kesatuan yang pulen.
Spesi berfungsi sebagai perekat batu bata satu dengan lainnya. 9. Strek adalah
istilah lain yang biasa dipergunakan sebagai penganti dari panjang batu bata,
misalnya pasangan strek atau lapisan strek berarti pasangan tersebut atau lapisan
tersebut terdiri dari batu utuh. 10. Knop adalah istilah lain yang biasa
dipergunakan sebagai pengganti dari lebar batu bata, misalnya pasangan kop atau
lapisan kop berarti pasangan tersebut atau lapisan tersebut terdiri dari lebar batu
bata. 11. Bareh adalah istilah yang umum dipakai di lapangan pekerjaan yaitu
apabila terdapat atau terjadi siar tegak pada dua lapis berurutan sama atau
segaris.
12. Plesteran hias adalah pekerjaan plesteran yang mengutamakan pada plesteran
seni. 13. Sistem tempel tumpang tindih adalah sistem pekerjaan memplester hias
dengan teknik memplester lapis demi lapis. 14. Sistem tempel keruk adalah sistem
pekerjaan memplester hias dengan teknik setelah plesteran rata pada bagian-bagian
tertentu dikeruk sesuai dengan desain yang diinginkan. 15. Skur : Biasanya terbuat
dari kayu berfungsi untuk membuat kedudukan kuat dan stabil. 16. Unting-unting:
Alat yang terdiri dari bandul dan benang untuk membuat tegak pasangan. 17. Angker :
Terbuat dari baja yang berfungsi sebagai penghubung dan penguat antara kusen dan
tembok. 18. Kusen : Bagian dari konstruksi kayu yang dipergunakan untuk meletakkan
atau memasang daun pintu sehingga daun pintu bisa ditutup maupun dibuka. 19.
Bouwplank : Pasangan dari kayu untuk menentukan ketinggian dari rencana lantai dan
biasanya dianggap kedudukannya.
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Langkah-langkah belajar yang ditempuh agar proses pembelajaran dalam bidang teknik
konstruksi batu dan beton dapat berlangsung secara optimal perlu dicermati langkah-
langkah belajar seperti mencermati dengan seksama dasardasar konstruksi bangunan
secara umum, gambar bangunan termasuk gambar detail dan potongan, dan cara
menetapkan ukuran komponen-komponen bangunan. Mahasiswa perlu memahami perlengkapan
untuk menghasilkan gambar yang baik, jelas, rapi dan mudah dimengerti. Begitu juga
pemahaman tentang perlengkapan dan bahan untuk melakukan pekerjaan batu dan beton
termasuk pembuatan batako dan paving blok. Untuk menguasai materi yang terdapat
pada modul, mahasiswa disarankan membaca bahan-bahan yang berkaitan dengan materi
pada setiap kegiatan belajar. Bacalah petunjuk atau informasi awal tentang modul
termasuk petunjuk penggunaan modul. Kemudian bacalah uraian materi pada setiap
kegiatan belajar. Kerjakan latihan yang diberikan dengan seksama sampai tunas.
Setelah itu, jawablah pertanyaan atau tugas yang tercantum dalam bagian evaluasi.
Setelah yakin dengan kebenaran jawaban yang dibuat, maka cek atau bandingkan
jawaban Saudara dengan kunci jawaban yang ada pada bagian akhir setiap kegiatan
belajar. Jangan membuka kunci jawaban sebelum Saudara tuntas menjawab semua
pertanyaan pada bagian evaluasi.
TUJUAN AKHIR MODUL
Tujuan dari modul ini diharapkan mahasiswa dapat mengikuti dan mempelajari seluruh
kegiatan belajar, dapat mencapai spesifikasi kinerja sebagai berikut :
1.
Mahasiswa dapat merencanakan dan menggambar denah serta detail potongan pondasi
yang baik dan benar.
2.
Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan pondasi staal dan piler batu kali, fungsi dan
cara pembuatannya.
3.
Mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis ikatan pasangan batu bata serta fungsi
masing-masingnya.
4.
Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan cara melaksanakan pekerjaan plesteran dan
mengaci permukaan plesteran termasuk plesteran hias.
5.
Mahasiswa mampu menjelaskan cara pemasangan kusen pada dinding secara baik dan
benar.
6.
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
bahan
serta
menghitung
biaya
pembuatan batako dan paving blok serta cara pembuatan dari awal sampai
perawatannya.
II.
I.
PEMBELAJARAN
A. URAIAN MATERI Pada setiap gambar rencana sebuah pondasi umumnya akan
digambarkan: 1. Denah bangunan 2. Pandangan depan dan pandangan samping 3.
Penampang memanjang dan melintang Dari gambar denah bangunan dan gambar potongan
melintang maupun memanjang akan diketahui macam pondasi yang direncanakan akan
tetapi biasanya belum begitu jelas sehingga diperlukan suatu gambar penjelas
pondasi yang terdiri atas: a. Gambar denah pondasi b. Gambar penampang pondasi
Gambar-gambar ini dapat dibuat dengan mudah kalau gambar rencana yang bersangkutan
telah disetujui oleh ahli konstruksi sebab ada kalanya ukuran bentuk dan macam
pondasinya dirubah oleh ahli konstruksi, karena keadaan tanah yang kurang sesuai
dengan rencana pondasi atau karena sebab lain. Pondasi untuk bangunan dapat dibuat
dari bermacam-macam konstruksi tergantung dari berat beban di atasnya, macam tanah
dan sebagainya. Konstruksi pondasi selain berhubungan erat dengan beban yang
diterima dan sifat-sifat tanah juga tergantung pula dari macam bahan yang akan
digunakan. 1 . Pondasi pasangan batu kali 2 . Pondasi menerima beban langsung dari
tembok teras, emperan, tembok sebelah luar, tembok sebelah dalam dan lain-lain. 3 .
Pondasi pasangan batu kali di atas jalur beton bertulang 4 . Pondasi beton
bertulang 5 . Pondasi beton tumbuk
6 . Pondasi tidak langsung atau pondasi atas tiang 7 . Pondasi pasangan batu merah
8 . Pondasi menerima beban langsun dari tembok teras, emperan, tembok sebelah luar,
tembok sebelah dalam atau lain-lain. 9 . Pondasi pasangan batu merah di atas jalur
beton bertulang yang jenisnya pondasi pasangan batu kali di atas jalur beton. Untuk
selanjutnya pada penggambaran pondasi diperlukan gambar penjelas pondasi yang
terdiri dari : 1. Gambar denah pondasi, pada bagian ini yang perlu digambar
adalah : a. Tebal dinding (lebar sloof beton) b. Lebar pondasi bagian atas c. Lebar
pondasi bagian bawah d. Lebar pasangan batu kali kosongan e. Kolom beton Keterangan
yang perlu dicantumkan antara lain: a. Ukuran jarak antara dinding dalam meter b.
Ukuran kolom dalam cm c. Ukuran lebar atas/bawah pondasi dalam cm d. Ukuran balok
sloof dalam cm e. Tempat-tempat potongan untuk penampang yang akan dibuatkan gambar
penjelas diberi tanda dengan nomor atau juga dengan tanda huruf. f. Skala yang
dipakai umumnya 1 : 100.
2. Gambar penampang pondasi pada bagian ini yang perlu dicantumkan adalah : a.
Ukuran dalamnya pondasi b. Ukuran lebar dari bagian pondasi (dengan ukuran bagian
atas, tengah, bawah dalam cm). c. Keterangan-keterangan lapisan pasir urug, tanah
urug, muka tanah, lantai tegel, pasangan batu, berikut tanda-tanda pengasirannya.
d. Nomor penjelas. e. Skala yang dipakai umumnya 1 : 20.
B.
LEMBAR KERJA Mahasiswa setelah mengikuti dan mempelajari kegiatan belajar ini
diharapkan dapat mencapai spesifikasi kinerja sebagai berikut : 1. Mahasiswa dapat
menggambar pondasi batu kali dengan lengkap. 2. Mahasiswa dapat menggambar denah
pondasi dengan kelengkapan gambar: a. Tebal dinding b. Lebar pondasi bagian atas c.
Lebar pondasi bagian bawah d. Lebar pasangan batu kosong e. Kolom beton (bila ada)
3. Mahasiswa dapat menggambar potongan lintang gambar pondasi yang lengkap dengan
ukurannya.
2. Mesin gambar atau satu set penggaris segi tiga. 3. Pensil atau pensil mekanis
ukuran 0,3 mm dan 0,5 mm. 4. Karet penghapus yang tidak mudah kotor. 5. Garisan
jangka 6. Rapido. 7. Cutter. 8. Gambar denah pondasi dan gambar detailnya. •
Keselamatan Kerja 1. Pusatkan konsentrasi pada pekerjaan 2. Gunakan alat sesuai
dengan fungsinya 3. Laporkan pada pengajar jika ada masalah • Langkah Pengerjaan 1.
Siapkan dan bersihkan meja gambar dari debu dan kotoran lain. 2. Siapkan kertas
gambar kosong dan tempelkan pada meja gambar. 3. Siapkan alat tulis. 4. Menyalin
gambar denah pondasi dan detailnya.
III.
• Petunjuk Penilaian Hasil Kerja
No 1 Aspek Hasil Kerja
EVALUASI
100
Syarat Skor Minimal Lulus 70 Jumlah Skor Yang Dicapai Kesimpulan LULUS /TIDAK LULUS
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Kurikulum
Edisi 1999, Jakarta. Hendardji Djoko Soeyoto, Bangunan Umum A, Jakarta, Penerbit
Buku H. Stan. Sherma SK Kaul 1976 A Text Book of Building Construction, New Delhi.
S. Chard SC (PUT) LTD. Sukarta, BSc, Sutarman, Drs. 1978 Menggambar Teknik Bangunan
2, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Soegihardjo R, PR Sudibyo, 1977, Ilmu Bangunan Gedung 1, Dikmenjur Depdikbud,
Jakarta.
KEGIATAN BELAJAR 2:
PEKERJAAN PONDASI STAAL DAN PILER BATU KALI TUJUAN: 1. Tujuan akhir Mahasiswa
diharapkan dapat memahami, dan menguasai cara
pemasangan pondasi batu kali model stall dan pijler sesuai dengan prosedur yang
disyaratkan dengan baik dan benar. 2. Tujuan antara a. Mahasiswa dapat memasang
pondasi stall dari batu batu kali sesuai dengan gambar kerja. b. Mahasiswa dapat
memasang pondasi pijler dari batu kali sesuai dengan gambar kerja. Pondasi yang
merupakan bagian dari konstruksi bangunan harus memenuhi beberapa persyaratan,
antara lain: Cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah geser yang
disebabkan muatan tegak ke bawah. Dapat menyesuaikan terhadap kemungkinan
terjadinya gerakan-gerakan tanah antara lain, tanah mengembang, tanah menyusut,
tanah yang tidak stabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari gempa bumi.
Menahan gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik organik maupun
anorganik. Dapat menahan tekanan air yang mungkin terjadi. Suatu konstruksi pondasi
yang tidak cukup kuat dan kurang memenuhi persyaratan tersebut diatas, dapat
menimbulkan kerusakan pada bangunannya. Akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan ini,
memerlukan perbaikan dari bangunannya bahkan kemungkinan terjadi seluruh bangunan
menjadi rusak dan harus dibongkar. Tanah tempat konstruksi pondasi diletakkan harus
cukup kuat. yang di dasarkan atas kekuatan tanah atau daya dukung tanah. Letak
tanah kuat untuk konstruksi pondasi pada masing-masing tempat, tidak sama. Pada
tanah yang baik dapat dipasang konstruksi pondasi dangkal kedalaman tanah yang kuat
antara 70-100 cm dibawah permukaan tanah. Akan tetapi pada tanah lunak harus
dipasang konstruksi pondasi dalam, dengan kedalaman 20 m atau lebih dari permukaan
tanah keadaan ini tergantung pada jenis susunan tanah setempat.
PONDASI STAAL BATU KALI A. URAIAN MATERI Pondasi staal dipergunakan di atas tanah
kuat/baik yang letaknya tidak dalam. Pada umumnya dari permukaan tanah sedalam 50
cm, terdapat tanah yang disebut tahan humus, yaitu lapisan tanah yang mengandung
campuran bekas cabang-cabang kayu kecil-kecil, sampah, dan sebagainya. Di atas
tanah semacam ini tidak dapat diletakkan pondasi karena ada kemungkinan pondasi
akan turun akibat menjadi padatnya tanah humus yang diakibatkan muatan diatas tanah
tersebut. Penurunan pondasi yang merata tidak menimbulkan kesulitan, karena apabila
konstruksi bangunan gedung diatas pondasi dapat turun secara merata pula. Tetapi
apabila penurunan pondasi tidak dapat merata, maka kerusakan-kerusakan akibat
penurunan ini tidak dapat dihindarkan. Kerusakankerusakan tersebut misalnya berupa:
a. pecah/retaknya tembok-tembok. b. pintu/jendela tidak dapat dibuka. c. atap
berubah bentuk. d. dan lain-lain kerusakan. Oleh karena itu lapisan tanah humus
harus digali dan dibuang ke tempat lain. Perletakan dasar pondasi staal ditetapkan
lebih dalam dari lapisan tanah humus (30 a 50 cm atau, lebih dalam) agar diperoleh
kepastian tanah yang cukup kuat dan memenuhi syarat. Sehingga kedalaman rata-rata
dari pondasi staal berkisar antara 80 a 100 cm dari permukaan tanah. Dasar
perhitungan pondasi staal adalah perlebaran/perluasan dasar pondasi terhadap tebal
tembok dengan maksud agar supaya ada pembagian yang lebih merata dari gaya -gaya
yang ditimbulkan muatan diatasnya pada tanah di tempat pondasi diletakkan pada tiap
satuan luas dalam kg/cm2. Oleh karena itu pondasi staal merupakan pondasi ringan,
artinya hanya mendukung muatan konstruksi bangunan gedung yang kurang berat, maka
perlebaran/perluasan dasar pondasi dapat ditetapkan 2 ½ a 3 x tebal tembok.
Gambar . Pondasi Batu Kali dengan Sloof Tembok ½ Bata
Walaupun demikian dalam menentukan ukuran luas dasar pondasi harus diperhitungkan
muatan dari bangunan diatasnya. Pondasi staal dapat dibuat dari pasangan batu
merah, pasangan batu kali/alam dan beton tidak
bangunan diatasnya karena didukung oleh balok sloof. Pasangan batu merah atau batu
kali dapat pula seluruhnya diganti dengan beton tumbuk dengan campuran 1 ps : 3
ps : 5 kr. Prinsip konstruksinya sama dengan pasangan batu merah/batu kali.
Konstruksi pondasi dengan beton tumbuk ini terutama digunakan untuk tanah
basah/berair. Selain dengan pasangan batu merah, batu kali dan beton tumbuk,
pondasi staal dapat pula dibuat dari beton bertulang. Pondasi staal beton bertulang
digunakan apabila diperlukan dasar pondasi yang lebar/luas akibat muatan bangunan
yang besar/berat diatas tanah yang kurang baik. Prinsip dari konstruksi beton
bertulang adalah terdiri dari campuran/gabungan beton dan besi baja sedemikian rupa
sehingga kedua macam bahan ini merupakan satu kesatuan yang dapat menahan
muatan/gaya dari suatu konstruksi bangunan. Beton bertugas menahan gaya tekan,
sedang besi baja bertugas menahan gaya tarik. Untuk beton, umumnya digunakan
campuran 1Pc:2Ps:3Kr, sedang besi baja menggunakan berbagai macam ukuran/diameter
yang ukuran dan jumlahnya tergantung dari hasil perhitungan konstruksi. Pemasangan
besi baja atau yang lazim disebut penulangan dibagi menjadi 2 jenis tulangan yaitu
tulangan pokok dan tulangan pembagi. Tulangan pembagi pada umumnya diambil 20% dari
tulangan pokok. Bentuk sederhana dari pondasi staal beton bertulang adalah bentuk
strook, yang juga disebut: strip fundation atau strip footing. Konstruksi bentuk
strook akan membengkok/ melengkung akibat muatan dari tembok dan
juga reaksi tekanan dari tanah tempat strook diletakkan. Mula-mula reaksi tekanan
tanah adalah merata, tetapi berhubung beban/muatan terberat ada ditengahtengah maka
reaksi tanah akan berubah. Mengingat bentuk bidang momen seperti tergambar, maka
untuk bentuk strook perlu disesuaikan dengan pembagian muatan. Untuk letak tanah
kuat yang agak dalam, misalnya 1,50 m 2.00 m dapat
pula pondasi staal diletakkan diatas timbunan pasir. Cara ini dilaksanakan apabila
diinginkan menghemat biaya dari pasangan pondasi staal. Timbunan pasir harus
dipadatkan selapis demi selapis (setebal tiap 20 cm) dengan menggunakan alat
penumbuk dan disiram air. B. Lembar Kerja Rancangan pembuatan propil dari gambar
pondasi, khusus pondasi staal termasuk pondasi dangkal memanjang dapat dilihat dari
bentuk denah bangunan, dengan berbagai jenis pertemuan yaitu pertemuan siku,
pertemuan tegak dan pertemuan silang. 1. Peralatan yang digunakan adalah: Cetok,
Water pass, Pukul besi (berat 1 kg), Benang, Ember, Kotak spesi, Cangkul, Sekop,
Bodem (berat 4 kg), Paku 1,5 . 2. Bahan yang digunakan adalah: Batu kali, Kapur,
Semen merah/PC, Pasir, Air, Papan 2/20, dan balok 4/6. 3. Petunjuk Kesehatan dan
Keselamatan Kerja: Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, gunakan pakain kerja secara
benar dan lengkap. Pecahlah batu yang terlalu besar menggunakan bodem atau pukul
besi, sehingga mudah untuk diangkat. Lakukan pemecahan batu di tempat yang tidak
membahayakan akibat pecahan batu yang terlempar. 4. Langkah Kerja: Siapkan alat dan
bahan yang diperlukan. Bersihkan galian yang telah dibuat dan kontrol kedalaman dan
lebar galian serta kelurusannya. Hamparkan pasir sebagai lapisan dasar pondasi dan
dipadatkan sehingga mempunyai permukaan yang rata dengan tebal minimum +20 cm.
Apabila pasirnya kering pada saat pemadatan lakukan penyiraman dengan air
secukupnya (jangan
terlalu jenuh). Setelah padat siramlah dengan air hingga jenuh. Pasanglah profil
pondasi secara kuat pada ujung-ujung pondasi. Pasanglah satu lapisan batu kosongan
dengan ketinggian + 15 cm 20
cm (tanpa spesi) sepanjang pondasi sebagai lapisan dasar, kemudian taburkan pasir
serta disiram air sampai celah-celah antara batu dapat terisi penuh. Rentangkan
benang sisi luar rencana pondasi antara profil dengan profil setinggi + 30 cm.
Hamparkan spesi pondasi dan pasanglah batu pondasi dengan rapi dengan posisi batu
mendatar. Ulangi langkah di atas sampai dengan ketinggian sesuai dengan rencana.
Isilah celah-celah antara batu pondasi bagian samping sampai penuh. Lembar Latihan
1. Keselamatan kerja dalam praktek ini sangat penting untuk diperhatikan, sebutkan
hal-hal yang berkaitan dengan kelesalamatan kerja. 2. Agar pelaksanaan kerja
pasangan pondasi lancar sebutkan bahan serta alat yang dipergunakan. 3. Hasil kerja
pasangan pondasi ini perlu dikontrol tentang beberapa hal, sebutkan dan jelaskan.
PONDASI PIJLER BATU KALI A. URAIAN MATERI Dalam pelaksanaan pembuatan pondasi
staal, terlebih dahulu harus dilakukan penggalian tanah sepanjang tembok sesuai
gambar denah bangunan berupa parit-parit. Apabila letak kedalaman tanah baik/kuat
antara 0,80 2,00 m,
lagi. Oleh karena itu digunakan pondasi dengan konstruksi lain, yaitu yang disebut
pondasi pijler. Bahan dari pondasi pijler dapat menggunakan: a. pasangan batu merah
b. pasangan batu kali c. beton batu kali, yaitu pasangan batu kali dengan
perekat/spesi dari beton. Bentuk dari pondasi pijler berupa pyramida terpancung.
Pondasi pijler dibuat pada sudut-sudut bangunan, pertemuan temboktembok. Jarak
antara pijler
yang satu dengan yang lain diambil rata-rata (2,50
diletakkan balok sloof, seperti halnya pada perkembangan konstruksi pondasi staal.
Ukuran dari pondasi pijler tidak sama besar, artinya untuk tembok bagian luar yang
mempunyai beban/muatan besar ukuran pondasi pijler juga lebih besar dibandingkan
dengan ukuran pondasi pijler yang memikul tembok bagian dalam. Juga ukuran pijler
yang ini tergantung dari jarak antara pijler yang satu dengan yang lain. Tetapi
untuk memudahkan dalam pelaksanaan, ukuran pijler-pijler pada tembok-tembok luar
diambil sama besar dan sebagai dasar ditetapkan ukuran hasil perhitungan yang
terbesar.
Balok sloof dipindahkan ke atas sebagai pengganti dari trasraam bagian bawah (di
bawah lantai), sedang pasangan pondasi pijler dinaikkan. Balok sloof dipindahkan ke
atas seperti perkembangan pertama, tetapi pasangan pondasi pijler tidak dinaikkan.
Untuk menahan tekanan tanah/pasir di bawah lantai, konstruksi balok sloof yang
tidak diatas pijler dapat dibuat lebih tipis. Pondasi pijler dapat pula dihubungkan
dengan lengkung-lengkung dari pasangan batu merah, jadi tidak dihubungkan dengan
balok sloof. Konstruksi jenis ini sebenarnya merupakan konstruksi pondasi pijler
yang mula-mula dikenal sebelum orang mengetahui konstruksi dengan menggunakan beton
bertulang. Bentuk lengkung penghubung ini ada dua macam, yaitu lengkung segment
(tembereng) dan lengkung setengah lingkaran. Untuk lengkung penghubung tembereng,
pada sudut-sudut bangunan harus diberi perkuatan untuk menahan gaya-gaya keluar
Sedang pada lengkung penghubung setengah lingkaran tidak diperlukan perkuatan,
karena arah gaya ada yang hanya berupa tegak/vertikal (V).
B. Lembar Kerja Rancangan pembuatan propil dari gambar pondasi, khusus pondasi
pijler untuk tanah yang baik terletak pada kedalam yang cukup besar dapat dilihat
dari bentuk denah bangunan dengan bentuk penampang bujr sangkar (tipe A) atau empat
persegi panjang (tipe B). 1. Alat yang digunakan adalah: Cetok, Water pass, Pukul
besi (berat 1 kg), Benang, Ember, Kotak spesi, Cangkul, Sekop, Bodem (berat 4 kg),
Paku 1,5 .
2. Bahan yang digunakan: Batu kali, Kapur, Semen merah/PC, Pasir, Air, Papan 2/20,
dan balok 4/6 3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bekerjalah dengan sungguh-sungguh,
gunakan pakain kerja secara benar dan lengkap. Pecahlah batu yang terlalu besar
menggunakan bodem atau pukul besi, sehingga mudah untuk diangkat. Lakukan pemecahan
batu di tempat yang tidak membahayakan akibat pecahan batu yang terlempar. 4.
Langkah Kerja Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Bersihkan galian yang telah
dibuat dan kontrol kedalaman dan lebar galian serta kelurusannya. Hamparkan pasir
sebagai lapisan dasar pondasi dan dipadatkan sehingga mempunyai permukaan yang rata
dengan tebal minimum +20 cm. Apabila pasirnya kering pada saat pemadatan lakukan
penyiraman dengan air secukupnya (jangan terlalu jenuh). Setelah padat siramlah
dengan air hingga jenuh Pasanglah profil pondasi secara kuat pada lokasi yang
telahditentukan. Pasanglah satu lapisan batu kosongan dengan ketinggian + 15 cm 20
cm (tanpa spesi) sepanjang pondasi sebagai lapisan dasar, kemudian taburkan pasir
serta disiram air sampai celah-celah antara batu dapat terisi penuh. Rentangkan
benang sisi sudut luar rencana pondasi antara profil dengan bentuk 4 persegi
panjang atau bujur sangkar penampang profil dari dasar sampai dengan ketinggian
pondasi. Hamparkan spesi pondasi dan pasanglah batu pondasi dengan rapi dengan
posisi batu mendatar. Ulangi langkah di atas sampai dengan ketinggian sesuai dengan
rencana, dengan ketinggian maksimum 1 m perhari. Isilah celah-celah antara batu
pondasi bagian samping sampai penuh.
EVALUASI
Materi evaluasi sebelum mengerjakan pasangan pondasi. 1. Keselamatan kerja dalam
praktek ini sangat penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan, sebutkan hal-hal
yang perlu dilakukan dalam melaksanakan kelesalamatan kerja. 2. Agar pelaksanaan
kerja pasangan pondasi lancar sebutkan bahan serta alat yang dipergunakan. 3. Hasil
kerja pasangan pondasi ini perlu dikontrol tentang beberapa hal, sebutkan dan
jelaskan. Materi evaluasi sesudah mengerjakan pasangan pondasi. 1. Cek kenyamanan
kerja ruang kerja yang mencukupi. 2. Cek posisi letak batu yang dipasang. 3. Cek
kepadatan spesi. 4. Cek kelurusan pasangan. 5. Cek permukaan pasangan pondasi.
KUNCI JAWABAN
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang sangat perlu diperhatikan. Bekerjalah
dengan sungguh-sungguh, gunakan pakain kerja secara benar dan lengkap. Pecahlah
batu yang terlalu besar menggunakan bodem atau pukul besi, sehingga mudah untuk
diangkat Lakukan pemecahan batu di tempat yang tidak membahayakan akibat pecahan
batu yang terlempar. 2. Alat dan bahan yang dibutuhkan, antara lain : Cetok,
digunakan untuk mengambil spesi. Waterpass, digunakan untuk mengatur kedataran dan
ketegakan propil. Pukul besi berat 1 kg, untuk membentuk batu yang posisi bentuknya
tidak pas dengan posisi bentuk batu yang lainnya. Benang, yaitu alat bantu untuk
memperoleh kelurusan pasangan. Ember, untuk tempat air atau dapat juga digunakan
untuk takaran bahan spesi (kapur, semen merah/PC dan pasir). Kotak spesi, untuk
tempat spesi persiapan pasangan pondasi. Cakul dan sekop, untuk mengaduk dan
mengambil spesi ketempat lain (ember). Bodem (berat 4 kg), untuk memecah batu yang
terlalu besar ukurannya. Papan
ukuran 20/2, balok 4/6 serta paku (1,5 ) untuk membuat bowplank. Batu kali, bahan
utama sebagai isian pondasi. Spesi terdiri dari campuran 1kapur : 2 semen merah : 3
pasir atau 1 pc : 2 kapur : 3 pasir yang tambah air secukupnya. 3. Hasil kerja
pasangan pondasi perlu dikontrol tentang beberapa hal, adalah: Kenyamanan kerja
ruang kerja yang mencukupi. Letak posisi batu yang dipasang. Kepadatan spesi.
Kelurusan pasangan Permukaan pasangan pondasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bowles J.E, 1984, Phisical and Geothecnical Properties of Soil, Mc Graw-Hill,
Tokyo, Japan. Bowles J.E, 1988, Foundation Analysis and Design, Mc Graw-Hill,
Tokyo, Japan. Bowles, JE, 1977 Foundation Analysis and Design, Second edition,
McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Braja M. Das, 1991 (Alih bahasa Mochtar dan Endah)
Mekanika Tanah (Prinsipprinsip Rekayasa Geoteknis ), Erlangga. Das B.M, 1995,
Principles of Foundation Engineering, Tokyo, Japan Dunn IS, Anderson LR, 1980,
Fundamentals of Geotechnical Analisys, John Wiley & Sons Inc, Canada. Grigorian
A.A, 1997, Pile Foundations for Buildings and Structures in Collapsible Soils,
Brookfield, U.S.A
KEGIATAN BELAJAR 3:
PASANGAN BATU BATA TUJUAN: Mahasiswa diharapkan mampu membedakan berbagai macam
ikatan pasangan batu bata sesuai dengan fungsinya, baik untuk pasangan dinding
lurus, sudut, persilangan, maupun pilaster untuk ketebalan setengah atau satu bata.
A. URAIAN MATERI Batu merah adalah batu buatan yang terdiri dari tanah liat/lempung
dengan atau tanpa tambahan bahan lain yang dalam keadaan pulen dicetak, dikeringkan
dan dibakar. Ukuran batu merah untuk daerah satu dengan daerah lainnya tidak
seragam. Sebagai pedoman dalam pembuatan batu merah adalah sebagai berikut: a)
panjang bata = dua kali lebar bata + tebal siar. B) lebar bata = dua kali tebal
bata + siar. C) tebal siar antara 0,8 cm s/d 1,5 cm. Dari berbagai ragam ukuran
yang ada di pasaran, dikenal juga ukuran standar yang ditetapkan oleh LPMB (Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan) Bandung yaitu : a) pertama panjang = 240 mm, lebar =
115 mm, tebal = 52 mm. b) kedua panjang = 230 mm, lebar 110 mm, tebal = 50 mm
(lihat Gambar 1).
Dalam pelaksanaan pembuatan tembok tidak mungkin menggunakan bata utuh seluruhnya,
pasti ada bata yang tidak utuh. Hal ini dikarenakan adanya syarat-syarat ikatan
bata yang harus dipenuhi yaitu siar tegak pada dua lapis yang berurutan tidak boleh
bareh. Bentuk bata utuh dan bata potongan seperti terlihat pada gambar di bawah
ini. Tebal dinding batu bata atau pasangan bata biasanya dinyatakan dengan satuan
batu, tidak dengan satuan centimeter atau meter, misalnya : dinding ½ batu, berarti
tebal dinding ½ kali panjang bata.
Gambar 3 Ikatan Tembok Lurus Tebal ½ Batu
g. Cutter.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Kurikulum
Edisi 1999, Jakarta. Hendardji, Djoko Soeyoto, Bangunan Umum A Jakarta : Penebit
Buku H Stam. PIJI A. 1993. Ringkasan Ilmu Bangunan Bagian A Terjemahan Hendarsin H
Jakarta, Erlangga. Sharma SK Kaul 1976 A text Book of Building Contruction, New
Delhi : S Charnd & Co (Put) LTD. Subarkah Imam 1980 Konstruksi Bangunan Gedung
Bandung : Idhea Dharma. Soegihardjo R, PR Soedibyo, 1977. Ilmu Bangunan Gedung I
Dikmenjur Depdikbud Jakarta. Soetarman Soekarto 1977. Menggambar Teknik Bangunan I
Dikmenjur Depdikbud Jakarta.
KEGIATAN BELAJAR 4:
PLESTERAN DAN MENGACI PERMUKAAN PLESTERAN TUJUAN: Mahasiswa diharapkan mampu
menghitung volume plesteran dan bahan-bahan plesteran yang digunakan, mengetahui
cara menentukan ketebalan plesteran, membuat lajur plesteran sebagai pedoman
ketebalan plesteran, cara memplester dinding tembok rata dan tepi tegak, dan
mengetahui kegunaan plesteran pada dinding tembok. Menghitung volume plesteran hias
dan bahan-bahan plesteran hias yang digunakan. Mengetahui tentang cara-cara
bagaimana menentukan ketebalan plesteran hias. Mempraktekkan cara memplester dengan
plesteran hias sistem tempel tumpang-tindih maupun sistem tempel keruk. Mengetahui
kegunaan plesteran hias.
memperindah penampilan. Bahan adukan plesteran pada umumnya terdiri dari bahan
dasar berupa : semen atau kapur berfungsi sebagai bahan pengikat, dan pasir, semen
merah, tras berfungsi sebagai bahan pengisi. Adukan yang terdiri dari campuran
bahanbahan seperti tersebut di atas sebelum dibuat dan digunakan perlu dilakukan
perhitungan atas penggunaan bahanbahannya. Perhitungan penggunaan bahan dasar
dihitung berdasarkan jumlah volume plesteran yang yang ada. Misalnya perhitungan
plesteran pada tembok bagian dalam sebuah kamar dengan luas 3,00 x 3,00 m2, tinggi
tembok 3 m dan terdapat 1 pintu dengan luas 2,10 m2 Gambar detail seperti di bawah.
Gambar 1. Bidang Luasan Tembok yang akan di Plester. Dasar perhitungannya adalah
sebagai berikut : Luas bidang yang diplester = luas bruto luas pintu.
Latihan Jika diketahui denah rumah tinggal berukuran 6 x 9 meter dengan 3 kamar
berukuran 3 x 3 meter, seperti gambar berikut. Tentukan kebutuhan bahan dasar untuk
plesteran. Tinggi plesteran dari lantai sampai ke plafon = 3,00 m.
Tabel: Tipe dan Komposisi Bahan Acian Tipe 1 2 3 Semen Kapur 1 2 1 Pasir Puzolan 1
2 1 Keterangan Dinding dalam Dinding dalam Dinding dalam
1
4 1 5 1 2 6 0,5 2 7 1 1 8 1 2 Catatan: Puzolan dapat diganti dengan semen merah
4 4
Dinding dalam Dinding luar Dinding luar Dinding luar Dinding luar
Mengaci plesteran bidang rata pada umumnya dibedakan menjadi dua yaitu : (1)
mengaci plesteran bidang rata vertikal dan (2) mengaci plesteran bidang rata
horizontal (datar). Kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam pekerjaan mengaci
plesteran terletak pada konsistensi hasil kehalusan bidang yang diaci. Hal ini
disebabkan butiran-bitiran plesteran kebanyakan tidak homogin bahkan kadang kadang
terlalu besar. Sebelum pekerjaan mengaci permukaan plesteran dimulai, permukaan
plesteran yang akan diaci harus bersih dari segala kotoran. Di awal pekerjaan acian
plesteran pasangan tembok harus dibasahi dahulu, terutama pada plesteran pasangan
tembok yang bata-batanya mempunyai pengisapan tinggi. Pembasahan sebaiknya
dilakukan dengan memakai kuas/sikat. Hal ini dimaksudkan agar debu/kotoran yang
menempel dapat terlepas, sehingga pasta adukan untuk acian dapat melekat dengan
baik pada plesteran. Retak-retak pada permukaan plesteran yang diaci harus
dihindarkan semaksimal mungkin, untuk maksud ini campuran untuk pasta yang dipakai
harus dipilih sebaik mungkin. Retak-retak pada permukaan acian pada plesteran
antara lain disebabkan oleh campuran pasta adukan tidak merata, adukan pasta
terlalu plastis, terlalu banyak bahan yang halus, perbedaan ketebalan lapisan acian
yang besar, perbedaan penyerapan air oleh plesteran, pengeringan terlalu cepat.
Setelah permukaan plesteran dibasahi kemudian diberi lapisan dengan pasta adukan
dengan ketebalan lebih kurang 2-3 mm. Kemudian digosok-gosok dengan arah memutar
memakai roskam disertai dengan tekanan yang kuat. Untuk memudahkan pekerjaan, maka
lapisan pasta adukan diulaskan pada permukaan plesteran sedikit demi sedikit dengan
tujuan agar tidak cepat kering sewaktu dikerjakan (digosok). Untuk mendapatkan
permukaan yang halus terakhir pada lapisan acian disapu dengan kuas yang dibasahi
air. Acian yang baru selesai harus dipelihara dan dilindungi dari pengaruh terik
matahari dan hujan. Hal ini dimaksudkan agar pengeringan dan pengerasan tidak
terlalu cepat yang dapat mengakibatkan retak. Untuk melindungi acian dapat
dilakukan dengan menutup acian memakai plastik, atau kertas semen. Prosedur
pelaksanaan pekerjaan secara umum mengacu pada prosedur pekerjaan plesteran
dinding, baik yang menyangkut dengan peralatan dan bahan dengan kekhususan seperti
tertera pada tabel di atas. Sementara langkah pengerjaan acian, antara lain adalah
mencakup persiapan bahan sesuai dengan takaran yang ditentukan. Kemudian masing-
masing bahan yang digunakan untuk menbuat adukan pasta disaring dengan saringan
0,59 mm secukupnya. Takar masing-masing bahan sesuai dengan campuran yang
direncanakan. 1 pc : 2 kp : 4 sm sebagai bahan isian pori-pori dan 1 kp : 1 ps
sebagai bahan untuk menutup lubang yang kasar-kasar. Tempatkan bahan yang sudah
ditakar secara berlapislapis pada kotak pencampur yang telah disediakan. Campur
dengan
menggunakan cetok sehingga menghasilkan campuran adukan pasta kering yang mempunyai
warna homogin. Simpan campuran yang telah jadi dan siap digunakan. Mengaci
Permukaan Plesteran Pekerjaan menghaluskan plesteran (acian) berupa pekerjaan
penyempurnaan plesteran tembok, yang sudah diplester tetapi belum halus, warnanya
belum rata, permukaannya masih kasar dan berpori dengan butir-butir pasir masih
kelihatan dengan jelas. Untuk memperoleh tembok yang rapat padat serta halus ,
plesteran tembok harus dihaluskan. Untuk menghaluskan plesteran tembok dilaksnakan
pekerjaan mengaci. Pertama, siapkan bahan acian untuk mengisi pori-pori permukaan
plesteran dinding yang belum rata atau masih kasar. Komposisi adukan yang dapat
dipakai misalnya adukan 1 kapur : 1 pasir sebagai bahan untuk menutup lubang yang
kasar tadi. Siramlah plester kasar ini dengan air bersih hingga basah. Siramkan
adukan encer tersebut pada tembok dengan menggunakan gayung atau sikat, dimulai
dari bagian atas plesteran tembok, dan gosok dengan alat lepa hingga berbuih. Siram
lagi dan gosok lagi hingga buih tersebut rata dan menutup pori-pori plesteran serta
butir pasir. Kerjakan terus-menerus hingga muka tembok halus seluruhnya. Ulangi
lagi beberapa kali, bila tembok masih kurang halus, sehingga muka tembok benar-
benar halus dan rata. Haluskan plesteran tepi tegak dengan campuran adukan 1 sp : ½
kp, agar lebih kuat dari pada plesteran sisa muka tembok, karena tepi tegak tembok
sering kena sentuhan/benturan hingga mudah rusak. Hindarkan penggunaan sisa adukan
(endapan adukan) untuk melapisi plesteran tembok, sebab akan membuat tembok retak.
Usahakan penggosokan tembok secara sempurna, sebab bila kurang akan terjadi retak-
retak pada tembok. Setelah tembok kelihatan halus sikat dengan adukan encer agar
tembok lebih rata dan halus lagi sebelum dilanjutkan dengan pekerjaan pengapuran
atau pengecatan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar cara mengaci.
Plesteran Hias: Menghitung Bahan Plesteran Hias Pekerjaan memplester hias pada
tembok merupakan pekerjaan seni sebagai tambahan nilai keindahan pada bidang yang
diplester, sehingga penampilannya akan kelihatan lebih artistik. Plesteran hias ini
dapat diaplikasikan pada bagian luar/dalam atau kedua-duanya dari permukaan atau
plesteran bagian tepi dari tembok. Fungsi plesteran adalah : (1) Menambah nilai
keindahan dari bidang (bagian) yang diplester, (2) Melindungi bidang tepi dari
plesteran dari benturan benda keras sehingga tidah mudah rusak. Bahan adukan
plesteran pada umumnya terdiri dari bahan dasar berupa : semen atau kapur berfungsi
sebagai
bahan pengikat, dan pasir, semen merah, tras berfungsi sebagai bahan pengisi.
Adukan yang terdiri dari campuran bahan-bahan seperti tersebut di atas sebelum
dibuat dan digunakan perlu dilakukan perhitungan atas penggunaan
Memplester untuk plesteran hias dapat digunakan untuk memplester bidang rata
vertikal dan memplester bidang rata horizontal (datar). Kesulitankesulitan yang
terjadi dalam pekerjaan plesteran hias pada umumnya terletak pada plesteran bidang
vertikal. Plesteran hias pada bidang vertikal biasanya digunakan pada plesteran
hias untuk listplank, tepi tembok, tepi keliling kusen pintu/jendela, atau pada
lubanglubang yang terdapat pada tembok yang berfungsi sebagai ornamen-ornamen untuk
keindahan dari permukaan tembok yang bersangkutan, seperti pada lubang ventilasi
udara. Sebelum pekerjaan plesteran hias dimulai, permukaan plesteran yang akan
diplester hias harus bersih dari segala kotoran. Di awal pekerjaan plesteran hias,
plesteran pada tembok harus dibasahi dahulu, terutama pada plesteran yang mempunyai
pengisapan tinggi. Pembasahan sebaiknya dilakukan dengan memakai kuas/sikat. Hal
ini dimaksudkan agar debu/kotoran yang menempel dapat terlepas, sehingga lapisan
plesteran hias dapat melekat dengan baik pada plesteran tembok. Retak-retak pada
plesteran hias harus dihindarkan semaksimal
mungkin, untuk maksud ini campuran yang dipakai harus dipilih sebaik mungkin.
Retak-retak pada plesteran antara lain disebabkan oleh campuran adukan tidak
merata, adukan terlalu plastis, terlalu banyak bahan yang halus, perbedaan
ketebalan lapisan yang besar, perbedaan penyerapan plesteran dasar (tembok),
pengeringan terlalu cepat, plesteran hias terlalu kuat dari plesteran tembok.
Setelah tembok dibasahi kemudian diberi lapisan pertama (kamprotan) dengan
ketebalan lebih kurang 2-3 mm. Untuk memudahkan pekerjaan, maka dibuat lapisan
plesteran hias lapis demi lapis. Untuk mendapatkan permukaan yang halus terakhir
dibuat lapisan acian dengan ketebalan lebih kurang 1 mm. Sebelum pekerjaan
plesteran hias dilaksanakan, adukan plesteran hias harus dipersiapkan terlebih
dahulu. Syarat-syarat adukan plesteran : (1) Adukan untuk plesteran hias harus
bersih dari kotoran-kotoran, sisa tumbuh-tumbuhan, (2) Bahan pengikat yang
digunakan untuk bahan campuran harus benar-benar berupa bubuk halus. Tidak boleh
terdapat butir-butir bahan pengikat yang dalam plesteran hias dapat mengakibatkan
rusaknya plesteran hias, (3) Sebelum plesteran hias dimulai, plesteran dasar harus
disiram dengan air bersih hingga basah dan jenuh. Plesteran hias ini biasanya
digunakan pada pekerjaan-pekerjaan finishing yang banyak melibatkan unsur seni.
Misalnya pada pekerjaan perapian pada listplank, memberi bingkai pada kusen
pintu/jendela, atau lubang ventilasi pada suatu ruangan dan lain sebagainya. Macam-
macam bentuk serta potongan melintang pada pekerjaan plesteran antara lain sebagai
berikut : Latihan: Hitung volume plesteran hias, jika adukan digunakan perbandingan
1 Pc : 4 Ps, untuk sebuah lisplank beton dengan ukuran panjang 9 m, tinggi 0,5 m.
Plesteran hias dibuat pada bidang luar, keliling dengan bentuk dan ukuran sesuai
dengan disain yang dibuat.
Department Of Labour and Immigration. (1975). Basic Trade Manual, 13-1 Bricklaying
Fundamentals . Canberra: Australian Government Publishing Service. Fakultas
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. (1988). Kumpulan Job Sheet Penataran Dosen FPTK
IKIP Jakarta-Surabaya-Ujung Pandang di FPTK IKIP Yogyakarta . Yogyakarta: FPTK IKIP
Yogyakarta. Soegeng Djojowirono. (1988). Konstruksi Bangunan Gedung . Yogyakarta:
Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakara.
KEGIATAN BELAJAR 5:
PEMASANGAN KUSEN PADA DINDING TUJUAN: Setelah mengikuti seluruh kegiatan belajar
diharapkan peserta diklat dapat mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan praktek
dengan benar. Mempergunakan alat-alat untuk membuat pasangan kusen dengan benar.
Menjaga keselamatan kerja dengan benar. Memasang kusen dengan benar. Memasang kusen
pada ketinggian yang telah ditentukan. Memasang kusen dengan tegak. Memasang kusen
pada as. Memasang kusen pada tempat yang telah ditentukan. Menyelesaikan pasangan
kusen pada tembok sesuai dengan waktu yang tersedia. URAIAN MATERI: Pada umumnya
kusen terbuat dari bahan kayu, walaupun sekarang banyak dijumpai pula dari
aluminium, baja maupun dari plastik. Kayu yang baik untuk kusen umumnya dari kayu
jati, karena mempunyai umur dan kekuatan yang baik. Sifat kayu jati untuk
melengkung maupun terpuntir sangat kecil dibandingkan jenis kayu yang lain.
Disamping itu jika kusen tadi dipelitur, sehingga permukaannya transparan akan
terlihat indah. Untuk kayu Kalimantan yang baik adalah kayu Kamper karena seratnya
halus, sedangkan kayu Bengkirai cukup kuat dan murah tetapi pengerjaannya sulit
karena keras, sehingga setelah jadi kusen harganya tidak berbeda dengan kusen dari
kayu Kamper. Kusen bisa kita bedakan antara lain : Kusen pintu, Kusen jendela,
serta Kusen gabungan pintu dan jendela. Pada prinsipnya pemasangan kusen pintu
diusahakan mempunyai ketinggian yang seragam terhadap kusen pintu yang lainnya.
Demikian juga tinggi jendela diusahakan mempunyai ketinggian yang sama dengan kusen
pintu, kecuali untuk hal-hal yang sifatnya khusus misalnya kusen jendela untuk
kamar mandi. Perlu diperhatikan pula kearah mana nantinya pintu akan dibuka.
Variasi bentuk kusen pintu sebenarnya tidak banyak dan lebih banyak variasi pada
bentuk daun pintunya. Dalam pekerjaan pemasangan kusen pada dinding dibutuhkan alat
dan bahan yang sesuai dengan karakteristik pekerjaan. Peralatan yang biasa dipakai
antara lain adalah: water pass, unting-unting, meteran, sendok spesi, cangkul, bak
spesi, ember, sekop, benang, pensil, palu, catut, skur, dan patok atau pasak.
Kemudian bahan yang dibutuhkan adalah: Batu bata, Spesi, Kusen pintu, Paku, Kawat
bendrat, dan Angker. Selain alat dan bahan, yang perlu diperhatikan dalam
pemasangan kusen pada dinding adalah keselamatan kerja, yakni: Memakai pakaian
kerja dengan lengkap dan benar. Bersihkan tempat kerja dari kotoran yang
mengganggu. Tempatkan alat-alat dan bahan-bahan di tempat yang mudah dijangkau dan
aman. Jagalah agar tempat kerja selalu bersih. Bekerjalah dengan teliti, hati-hati
dan penuh konsentrasi. Selanjutnya dalam pemasangan kusen ini, prosedur kerja
diawali dengan menyiapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah
dijangkau untuk memasang rolag. Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal
pasangan rolag terhadap as pada bouwplank untuk menentukan kedudukan pasangan
rolag. Pasang rolag setinggi 3 cm di bawah tinggi bouwplank. Posisi benang sedikit
lebih rendah dari rencana lantai Rolag pasangan batu kali. Rentangkan benang
berjarak separuh dari tebal kusen terhadap as bouwplank untuk menentukan kedudukan
kusen. Pasang angker pada kusen secukupnya. Dirikan kusen dan tentukan tinggi
kedudukan kusen pintu yaitu 2 meter dari tinggi bouwplank. Setel kedudukan kusen
pintu sehingga berdiri tegak dengan menggunakan unting-unting. Pasang skur sehingga
kedudukannya stabil dan kokoh. Pasang patok untuk diikat bersama dengan skur
sehingga kedudukan menjadi kokoh. Cek kembali kedudukan kusen pintu, apakah sudah
sesuai pada tempatnya, ketinggian dan ketegakan dari kusen. Bersihkan tempat
sekelilingnya. Latihan 1. Sebelum memasang kusen mengapa harus dipasang rolag
dulu ? 2. Mengapa untuk memasang kusen dipergunakan unting-unting, bukan dengan
water pass ? 3. Mengapa tinggi pasangan rolag dibuat agak lebih rendah dari rencana
lantai ? 4. Mengapa tinggi kusen jendela ditetapkan 2 meter ? 5. Mengapa kusen
jendela harus dipasang angker ?
EVALUASI 1. Adakah pengaruh pemasangan kusen yang kurang tegak ? 2. Mengapa
pemasangan kusen dilaksanakan sebelum memasang dinding ? KUNCI JAWABAN LATIHAN 1.
Rolag berfungsi untuk meratakan beban di atasnya, sehingga tidak terjadi retak pada
dinding, sedangkan rolag sendiri bisa diganti dengan cara lain yaitu memasang sloof
beton. 2. Penggunaan unting-unting akan lebih tepat dan teliti dari pada
menggunakan Water Pass. 3. Pasangan rolag dibuat lebih rendah dari pasangan lantai
agar dalam pemasangan ubin nantinya tidak harus membongkar pasangan rolag. Hal ini
penting diperhatikan karena pada kenyataan di lapangan pasangan rolag biasanya
diganti dengan pasangan dari beton (slof beton). 4. Pada umumnya (standar) tinggi
pintu adalah 2 meter, agar tinggi kusen pintu dan kusen jendela seragam, ditetapkan
2 meter . 5. Agar kusen tertanam baik pada tembok maka kusen diberi angker,
sehingga kedudukannya menjadi kokoh dan kusen tidak berubah bentuk (terpuntir,
melengkung dan sebagainya).
KUNCI JAWABAN EVALUASI 1. Pemasangan kusen yang kurang tegak akan menyebabkan
berbagai persoalan antara lain : a. Daun pintu dalam keadaan tertutup tidak bisa
tertutup rapat. b. Untuk membuka daun pintu kemungkinan akan sulit karena daun
pintu akan terkena lantai. c. Engsel tidak akan dapat bergerak bebas. 2. Pemasangan
dinding dulu baru kusen dipasang kemudian sebenarnya tidak menjadi masalah asal
ukuran-ukuran yang diperlukan harus diukur secara teliti, sehingga tidak ada bagian
yang harus dibongkar atau sebaliknya malah ada bagian yang terlalu longgar?
DAFTAR PUSTAKA
URAIAN MATERI: Di bagian lain di dunia ini, akhir-akhir ini beton sangat umum dan
telah dibuktikan oleh waktu sebagai bahan dinding yang tahan gempa. Beton dapat
diproduksi dengan tangan dan mesin. Penggunaan khusus beton ditentukan oleh ukuran
dan mutunya. Salah satu jenis beton adalah BATAKO. Batako mempunyai sifat-sifat
panas dan ketebalan total yang lebih baik dari pada beton padat. Batako memiliki
keuntungan tertentu dari pada batu bata, beratnya hanya 1/3 dari bata untuk jumlah
yang sama. Batako dapat disusun 4 kali lebih cepat dan cukup kuat untuk semua
penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Dinding yang dibuat dari batako
mempunyai keunggulan dalam hal meredam panas dan suara. Semakin banyak produksi
beton semakin ramah lingkungan dari pada produksi bata tanah liat karena tidak
harus dibakar. Ditinjau dari sisi lain, sekarang ini fungsi rumah tidak lagi hanya
sekedar melindungi dari hujan dan panas, melainkan juga sebagai tempat yang bersih,
sehat dan indah. Salah satu cara membuat ruang yang bersih dan indah di dalam
rumah, di halaman, di tempat parkir adalah dengan menggunakan paving blok dan ubin.
Paving blok dan ubin dapat digunakan di sekitar lingkungan rumah dan kantor. Fungsi
utama bahan ini adalah untuk menutup lantai dengan bersih dan dalam jangka waktu
yang lama. Paving blok dan ubin dapat dipasang tanpa menggunakan semen. Hal ini
membuatnya sebagai alternatif yang murah dan mudah untuk penyerapan air dan tempat
yang bebas lumpur. Dari segi keindahan, bangunan yang sederhana akan lebih indah
dengan lantai dan tempat parkir yang bagus. Di pasaran dapat ditemukan berbagai
bentuk, motif dan pola sesuai dengan selera konsumen. Batako terdiri dari berbagai
bentuk dan ukuran. Istilah batako berhubungan dengan bentuk persegi panjang yang
digunakan untuk dinding beton. Batako digolongkan ke dalam dua kelompok utama:
Batako Padat Batako berlubang Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang
lebih baik dari batako padat dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama.
Batako berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 1/3
dari batu bata dengan jumlah yang sama dan dapat disusun empat kali lebih cepat
lebih kuat untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping
itu keunggulan lain batako berlubang adalah kedap panas dan suara. Paving blok
memiliki berbagai bentuk, pola, dan warna.
yang kemudian diaduk bersama-sama dengan air ke dalam bentuk slurry, yang
dipanaskan, dikeringkan, dikeraskan dan dibentuk menjadi tepung yang halus. Sedikit
gipsum ditambahkan sebelum digiling untuk mengatur tingkat kehalusan. a. Pengaturan
dan pengerasan Istilah pengaturan dan pengerasan mempunyai beberapa pengertian.
Pengaturan adalah proses dimana perubahan beton cair menjadi bentuk padat, tetapi
dalam keadaan masih lembek. Hardening adalah proses beton dalam keadaan lembek
menjadi padat. b. Pemberian air (hidrasi) pada semen Saat air ditambahkan pada
semen atau proses pengairan semen dan selama reaksi kimia yang terjadi pada saat
pengaturan semen terjadinya kenaikan suhu dan menghasilkan panas. c. Berbagai jenis
semen Ada 5 jenis semen. Semen digolongkan berdasarkan sifat-sifatnya dan komposisi
kimia. Nama-nama ke-5 macam semen adalah: Semen Portland biasa, Semen pembekuan
cepat, Semen pengaturan cepat, Semen Blast Slag, dan Semen alumina tinggi. d. Jenis
dan mutu semen Untuk produk semen seperti batako dan paving blok/ubin disarankan
untuk menggunakan semen portland biasa. Merknya di Aceh adalah Semen Andalas dan
Semen Padang. Secara umum untuk penggunaan batako, orang memilih untuk menggunakan
Semen Padang karena mutu merk ini dianggap jauh lebih baik dan tentunya akan
meningkatkan kekuatan batako. Untuk paving blok Semen Andalas Kelas 1 juga
digunakan (terdapat 3 kelas, 1 kelas yang terbaik, dan 2 Furnace
kelas lainnya bermutu rendah). Untuk mencapai produk beton yang bagus dalam hal
kekuatan dan daya tahan perlu diketahui syarat penyimpanan semen. Semen dapat
disimpan dalam kantong dengan aman untuk beberapa bulan jika disimpan ditempat yang
kering. Kantong kertas lebih baik sebagai tempat penyimpanan dari pada kantong dari
rami dalam hal menjaga kualitas akibat kelembaban. Selama musim hujan, penyimpanan
semen berperan penting karena kelembaban yang tinggi mempercepat rusaknya semen.
Gambar . Cara Penyimpanan Semen yang Benar dan yang Salah Kantong semen sebaiknya
disimpan ditempat rata yang agak tinggi (seperti palet kayu) sekitar 15 20 cm dari
lantai dan sekitar 30-50 cm dari dinding.
Tumpukan semen tidak boleh lebih dari 10 tumpuk. Kantong semen sebaiknya
ditempatkan berdekatan untuk mengurangi sirkulasi udara. Kantong semen sebaiknya
jangan dibuka sebelum digunakan. Semen portland biasa yang disimpan lebih dari enam
bulan sebaiknya tidak digunakan untuk pekerjaan pondasi. Pengurangan kekuatan rata-
rata pada adukan 1 : 2 : 4 sebagai akibat dari penyimpanan adalah sebagai berikut:
1) Kekuatan semen baru: 100% 2) Semen setelah 3 bulan, kekuatan berkurang 20% 3)
Semen setelah 6 bulan, kekuatan berkurang 30% 4) Semen setelah 12 bulan, kekuatan
berkurang 40% 5) Semen setelah 24 bulan, kekuatan berkurang 50% e. Pengujian mutu
semen
Tanda-tanda semen yang rusak dilihat dari adanya gumpalan besar semen. Gumpalan
semen sebaiknya tidak digunakan, walaupun jika diayak. Barunya semen dapat diuji
sebagai berikut: 1) Uji gumpalan. Periksa semen dari gumpalan kecil dan besar.
Pisahkan. 2) Uji gesek. Ketika semen digesek antara jari dan kuku seperti terasa
butiran halus seperti tepung. 3) Uji pengaturan. Jika tidak yakin dengan mutu semen
dapat dilakukan dengan uji pengaturan sederhana. Membuat pasta yang kental dari
semen murni dan air dan membentuk lapisan dengan diameter kira-kira 75 mm dengan
ketebalan 12 hingga 15 mm. Lapisan harus mulai diatur kira-kira 30 sampai 60 menit.
Dalam 18 hingga 24 jam lapisan harus sudah keras sehingga permukaannya tidak
tergores dengan kuku jempol. f. Resiko dan bahaya bekerja dengan semen - ukuran
keamanan Semen selalu digunakan dalam konstruksi. Setiap orang yang
menggunakan semen (atau apapun yang berhubungan dengan semen, seperti mortar,
plaster dan beton) atau yang bertanggung jawab untuk mengelola harus sadar tentang
hal itu, jika tidak ditangani dengan benar, akan membahayakan kesehatan orang. Jika
tidak ditangani dengan benar, semen dapat menyebabkan berbagai penyakit melalui:
sentuhan kulit, penghisap debu dan penanganan tanpa alat. Pertama, sentuhan kulit.
Sentuhan dengan semen basah dapat
menyebabkan kulit terbakar dan peradangan kulit. Kedua, dermatitis. Kulit yang
terkena dermatitis terasa gatal, luka, dan kelihatan memerah, bersisik, dan
pecahpecah. Dermatitis yang diakibatkan oleh semen terjadi dari 2 cara, iritasi dan
alergi. Dermatitis iritasi disebabkan oleh sifat-sifat fisik semen. Dengan
pengobatan iritasi dapat dihilangkan, tetapi bila terkena terus-menerus kondisi
akan semakin bertambah parah. Dermatitis alergi disebabkan oleh sensitif terhadap
hexavalen chromium (chromatic) yang ada pada semen. Riset menunjukkan 5-10% pekerja
konstruksi mungkin sensitif terhadap semen, plaster, dan batu bata. Semakin lama
terkena maka akan semakin besar resiko yang muncul. Jika seseorang sensitive dengan
hexavalent chromium, eksposur lebih lanjut akan berakibat pada dermatitis. Beberapa
penjual laki-laki dan perempuan
yang memiliki cukup ketrampilan bahkan terpaksa harus mengganti penjualan karena
sebab ini. Jika semen yang tertinggal di kulit tidak langsung dicuci resiko terkena
kedua dermatitis akan semakin besar. Untuk keamanan dan kesehatan, minimalisasi
terkena dengan semen baik secara langsung maupun tidak dari lingkungan kerja. Cara
langsung untuk mengatur dermatitis semen adalah dengan mencuci kulit dengan air
panas dan sabun dan mengeringkannya. Sarung tangan dapat melindungi kulit dari
semen. Ketiga, terbakar semen. Semen basah dapat menyebabkan kulit terbakar,
penyebabnya karena sifat basa dari semen. Diperlukan waktu sebulan untuk
menyembuhkannya. Dalam kasus yang berat dapat menyebabkan diamputasi. Percikan
semen dimata dapat juga menyebabkan terbakar. Keempat, terhirup debu. Debu dalam
intensitas tinggi dihasilkan ketika menangani semen, misalnya saat mengosongkan
atau membuang kantong semen. Terkena debu harus dihilangkan jika mungkin dengan
memakai masker yang menutupi mulut dan hidung. g. Penanganan Secara Manual Bekerja
dengan melibatkan semen juga beresiko seperti keseleo dan mengalami ketegangan pada
punggung, tangan dan bahu pada saat mengangkat dan memindahkan semen, pada saat
mengaduk semen dan lain-lain. Kerusakan pada punggung dapat disebabkan dalam jangka
waktu yang lama jika pekerja selalu mengangkat beban yang berat. Hindari penanganan
beban berat secara manual. Semen sebaiknya disupply dalam kantong 25 kg, jika
tersedia. Jika penanganan secara manual harus diperhatikan cara mengangkut yang
benar. 2. Pasir dan Kerikil Pasir dan kerikil bahan baku dasar yang paling penting
dan memerlukan perhatian khusus. Bahan sisa ayakan berukuran 4,75 mm disebut
kerikil kasar, dan dibawah ukuran itu disebut sebagai kerikil halus atau pasir.
Hasil ayakan yang berukuran 75 mikron biasanya disebut sebagai tanah liat, endapan
halus atau debu halus dalam kerikil. Pasir yang mengandung 90% partikel berukuran
lebih besar dari 0,006 mm dan kurang dari 0,2 mm adalah pasir halus. Pasir yang
mengandung 90% partikel berukuran lebih besar dari 0,6 mm dan kurang dari 2 mm
disebut sebagai pasir kasar. Terdapat 3 sumber utama asal kerikil kasar, yaitu:
Endapan alam, Batu yang dihancurkan (splite), kerikil batu bata. Kemudian terdapat
4 jenis utama pasir, yaitu: Pasir galian, Pasir laut, Pasir sungai, dan Pasir yang
dihancurkan.
a. Mutu pasir dan kerikil Mutu beton secara langsung berhubungan dengan
karakteristik dan kondisi pasir. Pasir dan kerikil harus bersih dari tanah liat
tanaman dan bahan organik lainnya. Tanah liat atau kotoran yang melapisi kerikil
dapat menghalangi lengketnya semen dengan kerikil, memperlambat proses pengaturan
pembekuan dan menurunkan kekuatan beton. Dengan demikin tanah liat dan kotoran
tidak boleh melebihi 10% jika tidak pasir harus dicuci. b. Penyimpanan pasir Pasir
sebaiknya disimpan ditempat yang teduh. Pasir sebaiknya terlindungi, seperti dari
kotoran binatang, limbah pertanian, anak-anak, pohon dan lain-lain jika
memungkinkan. c. Pengujian mutu pasir. Ada tiga cara menguji mutu pasir. Pertama,
uji visual/uji penglihatan. Periksa pasir dari kotoran seperti bahan organik
(lumpur, dedaunan, akar-akaran dan lain-lain). Kedua, uji kandungan pasir dan
kotoran. Uji kandungan pasir dan kotoran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tes
tangan dan tes botol. Cara pengujian dengan tes tangan adalah sebagai berikut.
Contoh pasir digosokkan diantara dua telapak tangan pasir yang bersih hanya akan
meninggalkan sedikit bekas. Jika tangan tetap kotor itu menunjukkan adanya terlalu
banyak tanah. Kalau dengan tes botol, caranya sebagai berikut. Ambil sebuah botol
dan isi dengan pasir hingga setengah penuh. Isi dengan air bersih hingga ¾ penuh.
Kocok dan biarkan hingga satu jam. Pasir yang bersih akan akan langsung mengendap,
kotoran dan tanah liat secara perlahan-lahan akan turun di
atas pasir. Ketebalan tanah liat dan kotoran tidak boleh melebihi 1/10 atau 10%
dari pasir di bawahnya. Pengujian ini juga disebut Decantation test, pengujian ini
tidak dapat diterapkan pada pasir dari batu yang dipecahkan. Ketiga adalah dengan
cara tes kain atau pakaian. Hamparkan pasir pada permukaan yang bersih. Gosok
dengan kain putih diatas pasir.Jika kain sangat kotor, pasir sebaiknya tidak
digunakan untuk membuat beton. Pasir atau kerikil yang tidak bagus hendaknya tidak
dipakai untuk pembuatan batako dan paving blok. Misalnya Pasir yang kotor sebaiknya
tidak digunakan untuk pembuatan batako atau paving blok sebab dapat mengurang daya
rekat beton. Pasir laut juga tidak cocok digunakan untuk adukan semenpasir, karena
mengandung garam, yang menarik dan menyerap kelembaban. Sebagai tambahan garam yang
terkandung dalam mortar akan menghasilkan serbuk yang keputih-putihan dan
berkilauan, yang akan menghilangkan warna pekerjaan batu bata atau pondasi. 3. Air
Tidak hanya mutu tapi sama jumlah air sama pentingnya untuk menghasilkan produk
beton yang baik. Hampir semua air alami yang dapat diminum tidak mempunyai rasa dan
bau dapat digunakan sebagai air adukan untuk membuat produk beton. Air yang cocok
untuk membuat beton belum tentu cocok untuk diminum. Air laut sebaiknya tidak
digunakan sebagai air adukan beton. Air hujan yang dikumpulkan dari atap dapat
digunakan untuk adukan beton. Berbagai jenis minyak biasanya ada dalam adukan air.
Air yang teraduk dengan segala jenis minyak tidak dapat digunakan untuk adukan
beton. Air sebaiknya disimpan di tempat yang tidak terkontaminasi jika
memungkinkan. Air yang disimpan dalam drum yang bersih dan tangki yang tertutup
adalah lebih baik. Umur air atau lamanya penyimpanan tidak berpengaruh pada produk
beton. Peralatan dan Perkakas Sebelum memulai bekerja peralatan dan perkakas tangan
harus secara hati-hati dipilih. Peralatan biasanya digunakan hanya untuk tujuan
yang diinginkan Peralatan secara teratur dirawat, dibersihkan dan ditempatkan di
tempat yang
kering dan tahan lebih lama dan juga lebih nyaman untuk digunakan.
Peralatan/perkakas untuk pembuatan produk beton adalah: cetakan batako, cetakan
paving block, ayakan pasir (besar dan kecil), kotak adukan, sendok semen, sekop,
cangkul, ember penyiram, plat kayu (triplek hanya untuk paving blok), dan plastik
(untuk melindungi produk dari kelembaban). CARA PEMBUATAN 1. Persiapan Siapkan
perkakas, peralatan, dan bahan. Ayak pasir, Langkah pertama dengan ayakan pasir 1
cm2 untuk memisahkan batu-batu ang besar. Langkah kedua dengan ayakan yang lebih
kecil (mis. 4,5 mm2) untuk mendapatkan pasir halus. Pasir harus bersih dari
kotoran, sampah dan lumpur. 2. Mengaduk Adonan Mengaduk adonan biasanya dilakukan
dengan tangan untuk jumlah yang kecil atau dengan mesin untuk jumlah yang besar.
Mengaduk dengan tangan dilakukan jika adukan tidak terlalu banyak atau ketika mesin
pengaduk tidak tersedia. Pencampuan dapat dilakukan ditempat yang kedap air untuk
mencegah air semen merembes keluar. Langkah-langkah mengaduk dengan tangan yang
benar adalah
5. Pembersihan Pada setiap akhir kerja anda harus membersihkan semua peralatan dan
perkakas dengan mencuci dan menggosoknya dengan sikat kawat kotoran dari
adukan yang mengeras dapat digosok dengan batu bata. Jika anda telah menggunakan
adukan beton, jalankan adukan selama lebih kurang 15 menit dengan mengisi sedikit
kerikil dan air, dan bersihkan kotoran keras yang bertumpuk dengan pengikis dan
sikat kawat. Bersihkan juga bagian luar adukan. Pastikan tidak ada yang masuk ke
dalam saluran pembuangan. Setelah selesai membersihkan peralatan dan perkakas,
simpan cetakan batako dan juga peralatan dan bahan di tempat yang aman dan kering.
6. Perawatan atau Pemeliharaan (Curing) Curing adalah perlakuan atau perawatan
terhadap beton selama masa pembekuan. Pengukuran curing diperlukan untuk menjaga
kondisi kelembaban dan suhu yang diinginkan pada beton, karena suhu dan kelembaban
di dalam secara langsung berpengaruh terhadap sifat-sifat beton. Pengukuran curing
mencegah air hilang dari adukan dan membuat lebih banyak hidrasi semen. Untuk
memaksimalkan mutu beton perlu diterapkan pengukuran curing sesegera mungkin
setelah beton dicetak. Curing merupakan hal yang kritis untuk membuat permukaan
paving blok yang tahan. Curing harus dibuat pada setiap bahan bangunan, bagian
konstruksi atau produk yang menggunakan semen sebagai bahan baku. Hal ini karena
semen memerlukan air untuk memulai proses hidrasi dan untuk menjaga suhu di dalam
yang dihasilkan oleh proses ini demi mengoptimalkan pembekuan dan kekuatan semen.
Pengaturan suhu di dalam dengan air disebut curing. Proses hidrasi yang tidak
terkontrol akan menyebabkan suhu semen kelebihan panas dan kehilangan bahan-bahan
dasar untuk pengerasan dan kekuatan akhir produk semen seperti beton, mortar, dan
lain-lain. Curing yang baik berarti penguapan dapat dicegah atau dikurangi.
Secara umum ada 3 jenis utama curing yang digunakan pada sektor konstruksi, yaitu:
Curing air, Curing uap air, Curing uap panas. Curing air adalah yang paling banyak
digunakan. Ini merupakan sistem dimana sangat cocok untuk konstruksi rumah dan
tidak memerlukan infrastruktur atau keahlian khusus. Bagaimanapun curing air
memerlukan banyak air yang mungkin tidak selalu mudah dan bahkan mungkin mahal.
Untuk mengekonomiskan penggunaan air perlu dilakukan pengukuran untuk mencegah
penguapan air pada produk semen. Misalnya beton harus dilindungi dari sinar
matahari langsung dan angin untuk mencegah penguapan air yang cepat. Cara seperti
menutup beton dengan pasir, serbuk gergaji, rumput dan dedaunan tidaklah mahal,
tetapi masih cukup efektif. Selanjutnya plastik, goni bisa juga digunakan sebagai
bahan untuk mencegah penguapan air dengan cepat. Sangat penting seluruh produk
semen (batako, paving blok, batu pondasi, bata pondasi, pekerjaan plaster,
pekerjaan lantai, dll) dijaga tetap basah dan jangan pernah kering, jika tidak
kekuatan akhir produk semen tidak dapat dipenuhi. Jika proses hidrasi secara dini
berakhir akibat kelebihan panas (tanpa curing), air yang disiram pada produk semen
yang telah kering tidak akan mengaktifkan kembali proses hidrasi, kehilangan
kekuatan akan permanen. Pada curing air, produk semen harus dijaga tetap basah
(mis. dengan menutup produk dengan plastik) untuk lebih kurang 7 hari. Curing uap
air dilakukan dimana air sulit diperoleh dan semen berdasarkan unsur-unsur bahan
setengah jadi seperti slop toilet, ubin, tangga, jalusi dan lainlain diproduksi
masal. Curing uap air menurunkan waktu curing dibandingkan dengan curing air biasa
lebih kurang sekitar 50 60%. Prinsip kerja curing air
adalah dengan menjaga produk semen pada lingkungan lembab dan panas yang
membolehkan semen mencapai kekuatan lebih cepat dari pada curing air biasa. Untuk
menghasilkan lingkungan lembab dan panas ini perlu dibuat suatu ruang pemanasan
sederhana dengan dinding dan lantai penahan air yang ditutup dengan plastik untuk
membuat matahari memanaskan ruang pemanasan dan mencegah air menguap. Tinggi
permukaan air dari lantai sekitar 5 sampai 7 cm dijaga setiap waktu agar prinsip
kerja sistem penguapan dapat bekerja. Curing uap panas biasanya hanya digunakan
pada pabrik yang sudah canggih yang memproduksi produk semen secara massal. Sistem
curing uap panas mahal dan membutuhkan banyak energi untuk membangkitkan panas yang
dibutuhkan untuk uap panas. Bagaimanapun, produk curing uap panas dapat digunakan
setelah kira-kira 24 36 jam setelah produksi, yang mempunyai
keunggulan dibandingkan curing sistem lainnya. Pada dasarnya semua aturan dan
regulasi untuk pembuatan beton secara benar diikuti, kekuatan beton dapat diperoleh
seiring dengan waktu.
KUNCI JAWABAN EVALUASI 1. Dalam konstruksi bangunan batako berfungsi sebagai bahan
dinding yang dapat meredam panas dan suara. Batako mempunyai sifat-sifat panas dan
ketebalan total yang lebih baik dari pada beton padat. Batako memiliki keuntungan
tertentu dari pada batu bata, beratnya hanya 1/3 dari bata untuk jumlah yang sama.
Batako dapat disusun 4 kali lebih cepat dan cukup kuat untuk semua penggunaan yang
biasanya menggunakan batu bata. Kemudian fungsi paving blok adalah untuk menunjang
citra bangunan sebagai tempat yang bersih, sehat dan indah. Paving blok dipasang di
halaman atau di tempat parkir. Paving blok dan ubin dapat digunakan di sekitar
lingkungan rumah dan kantor. Fungsi utama bahan ini adalah untuk menutup lantai
dengan bersih dan dalam jangka waktu yang lama. Di pasaran dapat ditemukan berbagai
bentuk, motif dan pola paving blok sesuai dengan selera konsumen. 2. Prosedur
pembuatan batako dan paving blok dimulai dari persiapan, mengaduk adonan, mencetak,
membersihkan, dan merawat hasil cetakan batako dan paving blok. 3. Terdapat tiga
jenis utama curing yang digunakan pada sektor konstruksi, yaitu: Curing air, Curing
uap air, Curing uap panas. Dari ketiga jenis ini yang paling banyak digunakan
adalah curing air. Ini merupakan sistem dimana sangat cocok untuk konstruksi rumah
dan tidak memerlukan infrastruktur atau keahlian khusus. Akan tetapi curing jenis
ini memerlukan banyak air, tidak selalu dapat dilakukan dengan mudah, dan bahkan
biayanya mungkin menjadi mahal. Untuk itu, agar tidak boros maka penggunaan air
perlu ditakar dan dilakukan upaya untuk mencegah penguapan air yang berlebihan.