Anda di halaman 1dari 7

KEPUTUSAN DIREKTUR

RS ROYAL PROGRESS
NOMOR …………………/2007

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT

DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

Menimbang :
a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Royal
Progress, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit
yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Intensif Care Unit di Rumah Sakit Royal Progress
dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit
Royal Progress sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Intensif
Care Unit di Rumah Sakit Royal Progress;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b
,perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Royal Progress.

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008 tentang
Intensif Care Unit
3. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Sejahtera Progress Nomor
………. Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Royal Progress.
4. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Sejahtera Progress Nomor
021/YSP/10/ 2007 tentang Penunjukan Direktur Rumah Sakit Royal Progress.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT
RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

Kedua : Kebijakan pelayanan Intensif Care Unit Rumah Sakit Royal


Progress sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Intensif


Care Unit Rumah Sakit Royal Progress dilaksanakan oleh Manajer
Pelayanan Rumah Sakit Royal Progress.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di J a k a r t a
Pada tanggal ................ 2010

Direktur
Rumah Sakit Royal Progress,

Dr. Djoti Atmodjo, SpA , MARS


Lampiran
Keputusan Direktur RS Royal Progress
Nomor :
Tanggal :

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT


RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

Kebijakan Umum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi
ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur opersinal yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati
hak pasien.
6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.

Kebijakan Khusus
1. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai
dengan standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan
perawatan insentif yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah
sakit lain sesuai dengan kondisi pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada
informed consent.
3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga
ICU atau dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran
yang diperlukan dan informasi dapat diberikan pada kesempatan
pertama.
4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resuitasi
diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup
pasien, dokter dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi.
5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mrngikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life –
supporting.
6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis
tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien
tindakan – tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga
kesehatan non medis yang terlatih.
7. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan
perawatan ICU dan telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine
( KIC, Konsultan Intensive Care) melalui program pelatihan dan
pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan profesi yang terkait.
8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :
 Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan
ventilasi mekanis.
 Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
 Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring,
termasuk :
- Kateter arteri
- Kateter vena perifer
- Kateter vena central ( CVP )
- Kateter arteri pulmonalis
 Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
 Resuitasi kardiopulmoner
 Pipa thoracostomy
9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai coordinator
pengelolaan pasien :
Fungsi :
Melakukan evaluasi menyeluruh, menngmbil kesimpulan, member
instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan
usulan anggota team.

Kewenangan / peran :
Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di
ICU, menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit
kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi sistem.
Intervist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan
dokter pasien sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi
yang biasa terdapat pada pasien sakit kritis seperti :
1. Haemodinamik tidak stabil
2. Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan
tunjangan ventilasi mekanis.
3. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi
cranial
4. Gangguan atau gagal ginjal akut
5. Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam
nyawa
6. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7. Gangguan koagulasi
8. Infeksi serius
9. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
10. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah
sakit dan luar rumah sakit :
 Tata cara pasien masuk / keluar ICU
Penanggung jawab pasien melakukan register / pendaftaran di
bagian admission.
 Indikasi pasien masuk ICU
Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
seperti bantuan ventilasi, infus obat-obat vaso aktif kontinyu dan
lain-lainnya
 Indikasi pasien keluar ICU :
Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila
terapi intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga
prognosis jangka pendek jelek
11. Setiap pengguanaan peralatan medis diinformasikan kepada
penanggung jawab pasien
12. Seluruh fasililtas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun
non medis menjadi tanggung jawab Ka Ru termasuk
pemeliharaan dan perbaikan berkoordinasi dengan bagian
teknisi.
13. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas
diwajibkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
14. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan
permintaan dari DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau
dokter konsulen lain berkoordinasi dengan dokter penanggung
jawab ICU
15. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada
formulir yang sudah ditentukan lalu di input oleh petugas
administrasi untuk selanjutnya di informasikan pada bagian
terkait
16. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
 Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter
spesialis anestesi yang bertugas di ICU
 Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter
spesialis yang bertugas di ICU
 DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga
IGD ialah dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
 Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama
dengan dokter spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
 Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU
harus jelas apakah akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat
bersama, maka DPJP utamanya ialah dokter spesialis anestesi
yang bertugas di ICU
 DPJ Putama berwenang dalam melaksanakan praktek
kedokteran yang di bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan
staf ICU yang bertugas. Kewenangan tersebut harus dengan
tetap memperhatikan dan mempertimbangkan saran dari DPJP
atau dokter spesialis lain yang terkait dengan parawatan pasien
 Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang
diberikan oleh DPJP utama, maka masukan / keberatan harus
dikomunikasikan langsung ke DPJP utama atau di tulis dalam
Intensif Care Unit pasien
 Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan
DPJP lain yang menangani pasien sejak awal perawatan, maka
dapat ditetapkan ulang siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal
tersebut harus dicatat dalam Intensif Care Unit
 Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal
tersebut dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera
mungkin
 Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal
yang terkait dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien
akan di ajukan untuk dilakukan audit medis oleh Sub Komite
Audit pasien

Direktur,
Rumah Sakit Royal Progress
Dr. Djoti Atmodjo, SpA, MARS

Anda mungkin juga menyukai