Anda di halaman 1dari 13

Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

Laporan Kasus

RINOPLASTI AUGMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN


AUTOLOGUS KARTILAGO SEPTUM NASI
Effy Huriyati, Jacky Munilson, Yurni

Abstrak

Rinoplasti augmentasi adalah rekonstruksi bentuk anatomi hidung dengan


menggunakan material berupa graft atau implan. Rinoplasti augmentasi sering
dilakukan pada kasus hidung pelana. Hidung pelana merupakan kelainan bentuk hidung
berupa hilangnya struktur penyangga dorsum nasi. Graft kartilago septum dapat
digunakan sebagai material pengganti struktur penyangga dorsum nasi yang hilang dan
merupakan standar baku emas pada rinoplasti augmentasi hidung.
Dilaporkan sebuah kasus seorang pasien perempuan berusia 16 tahun yang
dilakukan septorinoplasti dengan menggunakan graft kartilago septum nasi atas
indikasi hidung pelana, fraktur os nasal tertutup, dislokasi septum pasca trauma dan
deviasi septum.

Kata kunci: Rinoplasti augmentasi, hidung pelana, graft kartilago septum.

Abstrack

Augmentation rhinoplasty is an reconstructive operation of the nose to reshape the


anatomic features by using graft or implant material. Augmentation rhinoplasty is the
most common surgery cases in saddle nose. Saddle nose is the one of external deformities
which loss of the nasal dorsum support structures. Septal cartilage grafts can be used to
repair the nasal dorsum support and accepted as the gold standard of nasal materials in
nose augmentation rhinoplasty.
Has been reported a case of female, 16 years old, which performed septorhinoplasty
using septal cartilage graft by indication of saddle nose, closed nasal fractured, septal
dislocation caused by post trauma and septal deviation.

Key word: Augmentation rhinoplasty, saddle nose, septal cartilage graft.

1
Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

PENDAHULUAN superfisial musculo aponeurosis


system (SMAS), lapisan lemak
Rinoplasti yaitu tindakan
dalam, periosteum dan
bedah rekonstruksi hidung yang
perikondrium. Aliran darah hidung
bertujuan untuk memperbaiki
luar bagian kaudal berasal dari
bentuk estetis dan fungsi hidung.
a.angularis dan a.labialias superior
Rinoplasti augmentasi adalah
merupakan cabang a.karotis
rekonstruksi bentuk anatomi
eksterna. Bagian sefalik dan
hidung dengan menggunakan
dorsum nasi mendapat aliran
material berupa graft atau implan
darah dari a.supratroklear cabang
yang bertujuan untuk
dari a.karotis interna yang
mengembalikan bentuk hidung ke
beranastomosis dengan a.angularis
bentuk ideal secara estetis dan
dan a.dorsal nasalis. Persarafan
menyamarkan defek tanpa
bagian kaudal oleh n.trigeminus
komplikasi serta memberikan
cabang maksila, n.infraorbita.
kepuasan jangka panjang terhadap
n.palatina mayor dan bagian
pasien.1,2
sefalik oleh n.supratroklear,
Teknik rinoplasti meliputi
n.infratroklear, n. infraorbita. 1,2,16
septoplasti, reduksi, memperbaiki
Rinoplasti augmentasi
bentuk tip nasi, osteotomi dan
sering dilakukan pada kasus
reseksi punuk hidung (hump nose)
hidung pelana. Hidung pelana
dengan rekonstruksi akhir yang
merupakan kelainan bentuk
menghasilkan cacat yang minimal.
hidung berupa hilangnya struktur
Oleh karena itu tindakan rinoplasti
penyangga dorsum nasi yang dapat
membutuhkan pengetahuan yang
menyebabkan gangguan estetis
baik oleh ahli bedah mengenai
dan fungsi hidung. Hidung pelana
anatomi hidung. Hidung luar
dapat disebabkan oleh berbagai
dibentuk oleh kerangka hidung,
macam penyebab antara lain
otot, dan jaringan lunak subkutis.
akibat trauma, komplikasi
Kerangka hidung dibentuk oleh
tindakan bedah, penyakit atau
dua komponen yaitu komponen
obat tertentu. Septorinoplasti
kartilago yang terdiri dari
augmentasi dengan menggunakan
kartilago lateral atas, kartilago
autologus graft kartilago septum
lateral bawah (lobulus), kartilago
merupakan standar baku emas
triangular dan komponen tulang
pada rekonstruksi augmentasi
hidung yang berbentuk piramid.
dorsum nasi. 3,4
Kerangka hidung dibungkus oleh
otot-otot diantaranya m.procerus,
LAPORAN KASUS
m.levator labii superior, m.dilator
nares, m. depresi nasi. Jaringan Seorang pasien perempuan
lunak subkutis hidung luar terdiri berusia 16 tahun datang ke poli
dari lapisan lemak superfisial, THT-KL RSUP. dr. M. Djamil

1
Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

Padang pada tanggal 17 Maret pada septum nasi sinistra bagian


2012 dengan keluhan hidung anterior disertai edema, tidak ada
tersumbat sejak 3 hari sebelum hematom septum, eksoriasi dan
masuk rumah sakit. Nyeri pada laserasi, tidak ada darah mengalir
hidung sejak 3 hari sebelum masuk dan sekret, pasase udara minimal
RS. Sebelumnya pasien mengalami terutama pada kavum nasi sinistra.
kecelakaan motor jatuh sendiri. Kedua mata tidak ada kelainan.
Terdapat riwayat keluar darah dari Pada regio maksila tidak ada
hidung setelah kejadian dan darah deformitas dan edema, terdapat
berhenti sendiri. Mekanisme eksoriasi minimal di regio maksilo-
kejadian tidak jelas. Riwayat zigomatikum dekstra, tidak ada
keluar darah dari mulut dan laserasi, nyeri tekan dan krepitasi.
telinga tidak ada. Nyeri pada pipi Pada pemeriksaan rongga mulut
dan mata tidak ada. Pandangan tampak gigi seri rahang atas patah
kabur, penciuman berkurang dan (insisivus 1 dan 2 kiri) dan tidak
gangguan mengunyah tidak ada. terdapat maloklusi.
Riwayat kejang dan penurunan Pada pemeriksaan radiologi
kesadaran tidak ada. Demam, rontgen kranium lateral tampak
batuk dan pilek tidak ada. fraktur os nasal di bagian
Pada pemeriksaan fisik 1/3 distal os nasal dan pada
status generalis didapatkan rontgen kranium PA tampak
keadaan umum tampak sakit deviasi septum pada sepertiga
sedang, kesadaran komposmentis tengah septum nasi (gambar 1).
kooperatif, tanda vital dalam batas Diagnosis kerja pada kasus
normal. Pada pemeriksaan fisik ini adalah fraktur os nasal tertutup
THT-KL didapatkan telinga dan et dislokasi septum pasca trauma,
tenggorok dalam batas normal. deviasi septum dan hidung pelana.
Hidung luar tampak deformitas Direncanakan untuk dilakukan
yaitu pada dorsum nasi terdapat septorinoplasti setelah tidak
depresi diantara rinion dan tip terdapat edema. Diberikan terapi
nasi. Supra tip tampak berwarna tablet klindamisin 3 x 300 mg,
kebiruan berbentuk garis yang metil prednisolon 3 x 4 mg,
seolah membelah tip nasi menjadi ibuprofen 3 x 200 mg.
dua bagian namun garis ini sudah Kemudian dilakukan
ada sejak lahir, dorsum nasi persiapan operasi yang terdiri dari
tampak edema, tidak ada eksoriasi dokumentasi foto wajah pasien
dan laserasi, terdapat nyeri tekan 6 posisi (gambar 4), rontgen
dan krepitasi. Kavum nasi dekstra kranium (gambar 1) atau os nasal,
dan sinistra tampak sempit, konka pemeriksaan laboratorium darah
inferior edema, konka media sukar rutin dan PT-APTT didapatkan
dinilai, terdapat fraktur dislokasi dalam batas normal.

2
Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

kartilago septum dengan


pendekatan teknik reposisi os
nasal, septoplasti dan rinoplasti
eksterna.

Gambar 1. Rontgen kranium lateral dan


PA.

Kemudian dilakukan
persiapan operasi yang terdiri dari
dokumentasi foto wajah pasien Gambar2. Analisis wajah sebelum operasi
6 posisi (gambar 4; A-D), rontgen (hidung pelana grade 1).
kranium (gambar 1) atau os nasal,
Tanggal 28 Maret 2012
pemeriksaan laboratorium darah
dilakukan operasi. Pasien tidur
rutin dan PT-APTT didapatkan
telentang di meja operasi dalam
dalam batas normal. Tanggal
narkose umum. Dilakukan aseptik
26 Maret 2012 (12 hari pasca
dan antiseptik di lapangan operasi.
trauma) dilakukan evaluasi hidung
Duk steril dipasang dan tampon
dengan pemeriksaan
adrenalin 1: 200.000 selama
nasoendoskopi didapatkan kavum
10 menit. Kemudian tampon
nasi dekstra lapang, konka inferior
dikeluarkan dan kedua kavum nasi
dan konka media eutrofi, deviasi
dievaluasi dengan nasoendoskopi.
septum Dn edema tidak ada.
Lalu dilakukan reposisi os nasal
Kavum nasi sinistra sempit, konka
dengan menggunakan cunam
inferior dan media eutrofi, septum
Walsham dan cunam Ash,
bagian anterior dislokasi, terdapat
perdarahan dirawat. Operasi
krista pada septum bagian
dilanjutkan dengan septoplasti.
sepertiga posterior, edema tidak
Dilakukan infiltrasi dan insisi
ada dan terdapat sekret
hemitransfiksi 2 mm kaudal
seromukos.
kartilago septum nasi sinistra,
Analisis hidung sebelum
mulai dari bagian superior ke
operasi didapatkan sudut
inferior vestibulum. Lalu diseksi
nasofrontal 135°, sudut nasolabial
secara tajam untuk memisahkan
75° dan proyeksi tip 10
mukoperikondrium dari kartilago
(gambar 2). Pasien didiagnosis
septum dan diseksi secara tumpul
dengan fraktur os nasal tertutup et
dengan elevator untuk
dislokasi septum pasca trauma,
memisahkan mukoperikondrium
deviasi septum dan hidung pelana.
dan mukoperiosteum dari
Direncanakan untuk dilakukan
kartilago dan tulang septum. Hal
septorinoplasti menggunakan graft

3
Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

yang sama dilakukan pada septum berbentuk huruf L dengan sudut


nasi dekstra dengan akses melalui sekitar 110 derajat dan ukuran
garis insisi hemitransfiksi. disesuaikan dengan dorsum nasi
Dilanjutkan dengan membuat pasien (gambar 3).
terowongan superior, inferior dan
posterior. Tampak kartilago
septum sinistra bagian anterior
mengalami fraktur dislokasi dan
terdapat jaringan granulasi
disekitarnya. Dilakukan reposisi
kartilago septum pada bagian
septum yang dislokasi dan jaringan
Gambar 3. Graft kartilago septum nasi.
granulasi diangkat dengan forsep.
Lalu dilakukan kondrotomi Graft kartilago septum
posterior dan inferior sehingga disisipkan pada bagian tengah
didapatkan swinging door. kartilago alar krus medial sehingga
Kemudian krista pada kartilago unit rinion - supra tip - tip nasi
septum nasi sinistra bagian segaris. Kemudian graft difiksasi
posterior inferior direseksi. dengan jahitan vicryl 5.0 dan luka
Terdapat perforasi mukosa insisi di jahit prolene 4.0. Dipasang
minimal pada 1/3 tengah inferior tampon anterior 1:1 dan fiksasi
septum. Bagian kartilago yang eksterna dengan gips. Operasi
direseksi diambil untuk graft selesai.
augmentasi pada dorsum nasi. Diagnosis pasca operasi
Perdarahan dirawat dan adalah post septorinoplasti
dievaluasi. Dilakukan pembuatan augmentasi atas indikasi fraktur os
kantong kolumela, kemudian luka nasal tertutup et dislokasi septum
insisi dijahit. Operasi dilanjutkan pasca trauma, deviasi septum dan
dengan rinoplasti eksterna yang hidung pelana. Terapi yang
dimulai dengan infiltrasi pada diberikan injeksi seftriakson
daerah kolumela dan pinggir 2 x 1 gr IV, injeksi deksametason
vestibulum. Dilakukan insisi 3 x 5 mg IV, injeksi ranitidin
inverted V transkolumelar dan 2 x 50 mg IV, drip tramadol 50 mg
dilanjutkan insisi marginal pada dalam infus RL. Follow up hari
kedua sisi, lalu diseksi secara pertama pasca operasi, keluhan
secara tajam dan tumpul untuk nyeri pada hidung, pipi dan mata
mendapatkan akses ke kartilago tidak ada, demam tidak ada, gatal
alar krus medial, kartilago alar atau kebas sekitar hidung tidak
krus lateral, terus ke kartilago ada. Tanda vital dalam batas
lateral atas sampai ke os nasal. normal.
Graft kartilago septum dipotong

4
Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

Tanggal 31 Maret 2012 tenang, lalu jahitan dibuka. Terapi


(3 hari pasca operasi) tampon sama dengan sebelumnya.
anterior dibuka. Evaluasi pada Tanggal 05 April 2012
kedua kavum nasi tampak cukup (8 hari pasca operasi) pasien
lapang, konka inferior dan media datang untuk kontrol, tampon
eutrofi, darah mengalir dan sekret sofratul dibuka. Pada evaluasi
tidak ada, septum deviasi tidak kavum nasi sinistra, tidak terdapat
ada, mukosa septum bekas sinekia. Terapi diteruskan dan
perforasi menutup dan tampak diberikan kortikosteroid topikal
hiperemis, Luka jahit pada 1 x 2 semprot pada kavum nasi
kolumela tenang. Pasien sinistra. Dianjurkan kontrol 3 hari
dipulangkan dan diberi terapi kemudian, namun pasien tidak
tablet klindamsisin 3 x 300 mg, datang karena harus sekolah.
asam mefenamat 3 x 500 mg dan
tinoridin HCL 3 x 1 tablet peroral.
Tanggal 03 April 2012
(6 hari pasca operasi) pasien
kontrol dengan keluhan hidung
kiri dirasakan tersumbat, nyeri
atau kebas pada hidung tidak ada,
pilek dan demam tidak ada.
Pemeriksaan nasoendoskopi
tampak kavum nasi dekstra
lapang, konka inferior dan media
eutrofi, deviasi septum tidak ada Gambar 4. (A-D)Foto sebelum operasi. (E-
dan terdapat krusta minimal. H), foto 12 hari setelah operasi, (I-L) foto
2 bulan setelah operasi.
Kavum nasi sinistra tampak
sempit, konka inferior dan media Tanggal 12 April 2012
eutrofi, terdapat krusta dan sinekia (2 minggu pasca operasi) pasien
di antara konka inferior dan datang kontrol dengan keluhan
septum bagian inferior pada hidung tersumbat, tidak ada pilek
sepertiga tengah kavum nasi, dan nyeri pada hidung. Gips
deviasi septum dan hematom dibuka, pada evaluasi tampak
septum tidak ada. Krusta diangkat hidung luar tidak ada deformitas
dan dilakukan release sinekia dan hidung pelana (gambar 4; E-L).
dengan menggunakan elevator, Pada pemeriksaan nasoendoskopi
lalu dikaustik dengan AgNO3 25%, tampak kavum nasi dekstra
kemudian dipasang tampon lapang, konka inferior dan media
sofratul selama 2 hari. Luka jahit di eutrofi, deviasi septum tidak ada.
kolumela dan pinggir vestibulum Kavum nasi sinistra tampak cukup
lapang, konka inferior dan media

5
Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

eutrofi, terdapat sinekia minimal


di antara septum bagian tengah
dan konka inferior, terdapat
krusta, deviasi septum tidak ada.
Dilakukan release sinekia serta
pemasangan tampon sofratul. Lalu
2 hari kemudian pasien datang
untuk kontrol, tampon sofratul
Gambar 5. Analisis wajah setelah operasi
dibuka, pada evaluasi kavum
(hidung pelana tidak ada).
nasi sinistra tidak terdapat
sinekia. Pasien disarankan untuk DISKUSI
kembali dipasang tampon sofratul,
namun pasien menolak. Diberikan Dilaporkan satu kasus
terapi kortikosteroid topikal seorang pasien perempuan usia
1 x 2 semprot untuk kavum nasi 16 tahun yang telah dilakukan
sinistra. septorinoplasti atas indikasi
Tanggal 30 Mei 2012 hidung pelana, fraktur os nasal
(2 bulan pasca operasi), pasien tertutup, dislokasi septum pasca
datang kontrol. Keluhan tidak ada trauma dan deviasi septum.
dan pasien merasa puas dengan Diagnosis ditegakkan berdasarkan
bentuk hidung yang sekarang. anamnesis, pemeriksaan fisik
Pemeriksaan hidung luar tampak THT-KL, radiologi dan
deformitas dan hidung pelana nasoendoskopi.
tidak ada (gambar 4; I-L). Rinoplasti khususnya
Pemeriksaan nasoendoskopi septorinoplasti merupakan
tampak kavum nasi dekstra tindakan bedah yang sering
lapang, konka inferior dan media dilakukan pada pasien dengan
eutrofi, deviasi septum tidak ada. hidung pelana. Penyebab tersering
Kavum nasi sinistra tampak cukup hidung pelana adalah akibat
lapang, konka inferior dan media trauma pada wajah. Struktur
eutrofi, deviasi septum dan sekret anatomi hidung mempunyai
tidak ada, namun masih terdapat proyeksi yang sangat rentan
sinekia minimal. Analisis hidung terhadap trauma wajah. Selain
sesudah operasi didapatkan sudut hidung pelana kasus yang sering
nasofrontal 135°, sudut nasolabial ditemukan pada trauma wajah
75° dan proyeksi tip 11 adalah fraktur os nasal. 1-4,5 Sesuai
(gambar 5). pada kasus ini yaitu terdapat
hidung pelana dan fraktur os nasal
tertutup pasca trauma. Insiden
kasus ini biasanya lebih sering
terjadi pada laki-laki dibanding

6
Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

perempuan yaitu berkisar 3 : 1 digunakan autograft kartilago


dengan rentang usia 15 sampai sesuai dengan kondisi hidung
40 tahun. Pada kasus ini terjadi
5 pelana pasien yang membutuhkan
pada perempuan berusia hanya sedikit material augmentasi.
16 tahun. Terdapat klasifikasi hidung
Penatalaksanaan hidung pelana berdasarkan unit dorsum
pelana adalah dengan mengganti nasi yang terkena dan berperan
struktur penyangga dorsum nasi dalam menentukan teknik
yang hilang dengan menggunakan rinoplasti serta jenis material
material berupa graft atau implan augmentasi yang dibutuhkan.
yang disebut dengan rinoplasti Klasifikasi hidung pelana menurut
augmentasi. Material augmentasi Emsen4 (gambar 6) yaitu grade 1:
ini sangat bervariasi yang depresi penyokong septum atau
dikelompokkan menjadi 1). minor supra tip dengan proyeksi
Autograft yaitu berasal dari organ sepertiga bawah hidung normal.
sekitar atau berjauhan yang grade 2: derajat 1 ditambah
berasal dari tubuh yang sama, dengan kehilangan bentuk tip dan
misalnya graft kartilago, tulang, nostril, grade 3: kubah kartilago
kulit dan fasia. 2). Homograft yaitu runtuh, retraksi kolumela, tip nasi
implan yang diambil dari organ mendatar, hidung memendek,
tubuh lain dalam spesies yang kelainan basis hidung yang jelas,
sama, misalnya kartilago iga grade 4: kehilangan seluruh
kadaver 3). Alloplastic yaitu kartilago penyangga septum,
implan yang dibuat secara sintetis tulang, kolumela dan tip nasi
maupun semisintetis dengan sehingga hidung terlihat mendatar.
menggunakan teknologi canggih, Pasien pada kasus ini termasuk
contohnya silikon, gore tex, hidung pelana grade 1.
medpor, supramid mesh, dan lain Hidung pelana grade 1 dan
lain. Autograft dan homograft 2 dilakukan rinoplasti augmentasi
digolongkan kepada auotologus dengan menggunakan autologus
sedangkan implan alloplastic dari kartilago septum atau
digolongkan kepada non kartilago aurikula dengan
autologus. Masing-masing material rekonstruksi yang sederhana.
mempunyai kelebihan dan Grade 3 dan 4 dilakukan
kekurangan. Pemilihan jenis rekonstruksi hidung yang lebih
material pada rinoplasti kompleks dengan menggunakan
augmentasi tergantung kepada autologus yang lebih kaku seperti
kondisi pasien, pengalaman ahli kartilago iga, kalvaria, metatarsal
bedah, teknik yang tersedia dan atau autologus dari tulang iliaka,
faktor-faktor yang mempengaruhi kalvaria, dan sebagainya. 4,7
keberhasilan.3-4,6 Pada kasus ini

7
Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

Graft kartilago merupakan membuat luka baru pada daerah


material ideal untuk rekonstruksi donor. 4,6,7
hidung. Terdapat beberapa Graft kartilago dapat
keuntungan graft kartilago diambil dari kartilago septum atau
diantaranya adalah mempunyai kartilago aurikula. Graft kartilago
biotoleransi tinggi yaitu angka septum merupakan standar baku
infeksi dan ekstruksi yang rendah, emas untuk rinoplasti augmentasi
elastisitas yang tinggi yaitu mudah pada rekonstruksi dorsum nasi.
dibentuk serta mempunyai Keuntungan kartilago septum
vitalitas yang baik terutama untuk sebagai augmentasi adalah mudah
aliran darah yang buruk, resisten didapat, cocok digunakan pada
dan mempunyai angka resorpsi strut kolumela, strut krura lateral
yang minimal serta mudah dan tip nasi. Namun syarat
didapat. kartilago septum untuk
augmentasi adalah kartilago yang
intak. Kekurangannya adalah graft
kartilago septum sangat terbatas,
sehingga diindikasikan untuk
menutupi defek yang relatif kecil.
Disamping itu pengambilan graft
dapat menimbulkan hematom dan
infeksi pada daerah donor.
Terdapat kontraindikasi pada
penggunaan graft kartilago septum
yaitu beberapa penyakit sistemik
yang akan mempengaruhi
penyembuhan luka atau kualitas
dan kuantitas graft donor seperti
penyakit vaskular kolagen,
rematik, lupus, perikondritis, dan
granulomatosis wagener.4,6-8 Pada
kasus ini dipilih graft kartilago
septum nasi karena terdapat
Gambar 6. Klasifikasi hidung pelana.4
hidung pelana grade 1 yaitu
membutuhkan hanya sedikit
Kekurangannya adalah graft material augmentasi dan kartilago
kartilago sangat terbatas sebagai septum yang deviasi mempunyai
material augmentasi untuk vitalitas yang cukup bagus.
menutupi defek yang lebih luas Teknik pengambilan graft
serta pengambilan graft akan kartilago septum dapat dilakukan
dengan insisi hemitransfiksi,

8
Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

submukosa reseksi atau melalui Augmentasi homograft


insisi rinoplasti eksterna. terdiri dari kartilago iga yang
Pemilihan teknik ini tergantung diradiasi atau Irradiation Costal
kepada kondisi pasien dan Cartilage (ICC) dan alloderm.
pengalaman operator.8 Kartilago iga yang diradiasi
Sedangkan graft kartilago mempunyai keuntungan
aurikula merupakan pilihan diantaranya tingkat infeksi dan
alternatif yang sangat baik bila ekstruksi yang lebih rendah.
graft kartilago septum tidak Namun kekurangannya adalah
mencukupi atau tidak kemungkinan graft untuk resorbsi
memungkinkan karena vitalitas dan melengkung cukup tinggi
kartilago septum yang jelek akibat dalam jangka waktu yang lama.
trauma. Kartilago aurikula mudah Jika lengkungan ini dapat diatasi
diambil dan mempunyai tingkat maka kartilago iga adalah
morbiditas yang relatif rendah. alternatif augmentasi yang ideal.
Namun kartilago ini mempunyai Sedangkan alloderm adalah graft
struktur yang melengkung dari struktur ekstraseluler dermis
sehingga sedikit lebih sulit untuk menutupi jaringan irreguler.
dibentuk. 6-9 Keuntungannya reaksi penolakan
Augmentasi autograft iga dan resiko infeksi tidak ada.
yaitu berasal dari iga 6 atau 7 pada Namun kekurangannya adalah
pasien itu sendiri. Kartilago ini kemungkinan resorbsi cukup
mempunyai tingkat morbiditas tinggi. 10,11,12

yang tinggi terhadap pasien seperti Alloplastic adalah material


komplikasi pneumotorak dan augmentasi yang dibuat
pleuritis, dapat menimbulkan skar berdasarkan ilmu dan teknologi
dan deformitas dada (depresi).2-7,9 yang berkembang pada abad 20 di
Augmentasi autograft yang bedah plastik. Material ini terdiri
berupa tulang dapat berasal dari atas 1). polimer contohnya silikon,
iliaka, kalvaria dan tulang hidung polietilen, poliester, poliamides.
(etmoid/vomer). Graft tulang dan liquid. 2). material yang
iliaka kurang disukai karena diserap contohnya benang,
tingkat resorbsi dan morbiditas metilselulosa dan gelfoam. Silikon
yang cukup tinggi seperti nyeri, merupakan polimer dari grup
parastesi, gangguan melangkah metil. Keuntungan silikon
dan fraktur asetabulum. diantaranya mudah dibentuk dan
Sedangkan graft tulang kalvaria cocok untuk orang Asia dengan
kelebihannya skar tertutup, namun kulit hidung yang tebal.
kekurangannya adalah resiko Kekurangannya antara lain
trauma intrakranial. 11,12 mobilitas yang cukup tinggi
sehingga mudah ekstruksi dan

9
Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

terpapar serta adanya reaksi Teknik rinoplasti terdiri


penolakan. 2,13 dari tahapan sebagai berikut
Teknik rinoplasti 1). Analisis preoperatif yang terdiri
berdasarkan lokasi insisi terdiri dari pemeriksaan fisik, dokumetasi
atas rinoplasti tertutup foto wajah 6 posisi (frontal, oblik
(endonasal) dan rinoplasti dan lateral dua sisi, basal),
eksterna (open rhinoplasty). pemeriksaan radiologi dan
Rinoplasti tertutup yaitu membuat analisis hidung. Orang Asia
insisi di dalam hidung seperti insisi memiliki analisis hidung yang
infrakartilago, transkartilago dan mirip dengan Indo-Eropa dengan
interkartilago. Keuntungan teknik sudut nasofrontal 110-130°,
ini adalah lebih baik secara sudut nasolabial 70-90°. Tinggi tip
kosmetik namun kekurangannya nasi bervariasi yang dipengaruhi
adalah terbatasnya akses lapangan oleh bentuk bibir atas seseorang.
operasi. Sedangkan rinoplasti Bentuk anatomi hidung
eksterna adalah membuat insisi di berdasarkan analisis wajah yang
bagian luar hidung yaitu pada bervariasi dipengaruhi oleh etnis,
kolumela dan marginal vestibulum. umur dan jenis kelamin.8 2). Insisi
Terdapat beberapa keuntungan dan elevasi jaringan lunak. 3).
rinoplasti eksterna diantaranya Septoplasti 4). Reduksi tulang dan
memberikan lapangan operasi kartilago septum. 5). Osteotomi
cukup luas untuk mencapai akses 6). Modifikasi tip nasal, dorsum
dari kolumela ke kartilago alar nasi atau kartilago alar sesuai
sampai kartilago upper lateral dan deformitas. 7). Penutupan luka
garis tengah tulang hidung. Jahitan insisi.15,16,17 Pada kasus ini hampir
dapat dilakukan pada potongan semua tahapan tersebut dilakukan
graft sehingga rekonstruksi yang kecuali osteotomi karena tidak ada
dilakukan tanpa merusak jaringan indikasi pada pasien ini.
sekitar dan jarang menimbulkan Septoplasti yaitu tindakan
sumbatan hidung. Sedangkan bedah pada hidung untuk
kekurangan teknik rinoplasti memperbaiki septum yang
eksterna diantaranya dapat meliputi jaringan lunak, tulang dan
menimbulkan komplikasi seperti kartilago septum bertujuan untuk
skar transkolumelar, nekrosis flap memperbaiki jalan nafas atau
kolumelar, kebas pasca operasi mengurangi sumbatan hidung.
dan waktu operasi berlangsung Septoplasti dapat menimbulkan
lebih lama jika dibandingkan komplikasi dini dan lambat.
rinoplasti endonasal.14,15 Pada Komplikasi dini antara lain
kasus ini digunakan teknik perdarahan, hematom, kebocoran
rinoplasti eksterna. cairan serebrospinal dan toxic
shock syndrome. Sedangkan

10
Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

komplikasi lambat antara lain surgical approach using the


sinekia, sumbatan pada hidung, current techniques for each
hidung pelana akibat hematom group. Aesthetic plastic
septum yang berlanjut menjadi surgery 2008; 32: 274-85.
5. Perkins SW, Dayan SH.
abses septum dan perforasi.16,18
Management of nasal trauma.
Pada kasus ini terdapat komplikasi
Aesthetic plastic surgery. New
berupa sinekia pada kavum nasi york inc 2002; 1-13.
sinistra. 6. Celik M, Haliloglu T, Bayem N.
Sinekia adalah proses adesi Bone chips and diced
antara septum nasi dan konka cartilage: An anatomically
inferior. Sinekia merupakan adopted graft for the nasal
insiden yang cukup tinggi terjadi dorsum. Aesthetic plastic
pada pasien pasca septoplasti, surgery 2004; 8-12.
yaitu sekitar 36 %. Ada beberapa 7. Mao J, Carroon M, Tomovic S,
teknik untuk mencegah sinekia Narasimhan K, Allen S, Mathog
RH. Cartilage grafts in dorsal
yaitu pemasangan tampon pasca
nasal augmentation of
operasi selama 1-2 hari,
traumatic saddle nose
pemasangan stent atau nasal splint deformity: a long term follow
selama 7-10 hari. Kemudian up. The laryngoscope 2009;
dilakukan evaluasi selama 6 2111-17.
minggu pasca operasi.19 8. Murrel JL. Dorsal
augmentation with septal
DAFTAR PUSTAKA cartilage. Seminars plastic
1. Saeed M, Mian FA. Use of surgery. Thieme; 2008; 22(2):
atutologus cartilage grafts in 124-35.
augmentation rhinoplasty. 9. Gruber RP, Pardun J, Wall S.
Original article A.P.M.C 2010; Grafting the nasal dorsum
117-21. with tandem ear cartilage.
2. Lin G, Lawson W. Departements of plastic
Complications using grafts and surgery , university of
implats in rhinoplasty. California 2001; 1110-22.
Operative techniques in 10. Hackney FL, Gryskiewicz JM.
otolaryngology 2007; 18: 315- Dorsal augmentation
23. Rhinoplasty with irradiation
3. Kim DW, Toriumi DM. homograft costal cartilage.
Management of postraumatic Seminars in plastic surgery.
nasal deformities: the crooked Thieme; v.22(2): May 2008.
nose and the saddle nose. 11. Toriumi DM, Swastout B.
Facial plastic surgery clinics of Asian rhinoplasty. Facial
north america. 2012; 111-32. plastic surgery N. Am 2007;
4. Emsen IM. New and detailed 293-07.
classification of saddle nose 12. Vuyk HG, Adamson PA.
deformities: step by step Biomaterial in rhinoplasty.

11
Departemen Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

Otolaryngology 1998; 23: 209- 18. Almeida FS, Minarro LL,


17. Pialarissi PB, Shirane E.
13. Quinn FB, Ryan MW. Surgical correction of the
Alloplastic material and saddle nose: case report. Int
homograft in nasal arch of otorhinolaryngology
reconstruction. Dept. 2009; 13(4): 1-6.
Otolaryngology; VTMB 2005; 19. Paris J, Facon F, Thomassin JM.
1-5. Saddle nose surgery: long
14. Darwish A, El-moghazy A, term aesthetic outcomes of
Mahrous A. Open rhinoplasty: supports grafts.
versatility of the technique. Otorhinolarynglogy 2006;
Egyptian journal surgery 127(1-2):37-40.
2005; 184-7. 20. Junior RGC, Brandao FH,
15. Toriumi DM, Hect DA, Emer JJ. Carvalho MRM, Aquino JEP,
External rhinoplasty Paula SHP, Fabi RP, et all.
approach. In: Bailey BJ, Frequency of nasal synechia
Dalhoun KH, Deskin RW, after septoplasty with
Johnson JT, Kohut RI, Pillsbuty turbinectomy with or without
HC, et al, editors. Head and use of nasal splint.
neck surgery otolaryngology. International archives of
4th edition. Philadelphia: otorhinolaryngology 2008;
Lippincott-Raven; 12:478.
2006.p.2533-50.
16. Becker DG. The rhinoplasty
center: an educational guide to
the possibilities of rhinoplasty
2004 (cited 2007 Jun).
Available from: URL:
http;//www.therhinoplastyce
nter.com/Rhinoplasty-Manual.
17. Xavier R. Tip rhinoplasty- A
modified delivery approach.
Rhinology 2009;47: 132-9.

12

Anda mungkin juga menyukai