Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN

LONGSOR DAN KLASIFIKASI TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

Priyono
Fakultas Pertanian UNISRI Surakarta

ABSTRAK
Tanah longsor merupakan salah satu bentuk hasil gerakan massa (mass movement) di sepanjang
bidang luncurnya (bidang longsornya) kritis. Gerakan massa adalah perpindahan massa batuan, regolit
dan tanah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah karena pengaruh gaya gravitasi.
Kejadian bahaya longsor (gerakan massa tanah) sering terjadi pada banyak tempat di Indonesia
terutama di daerah-daerah lereng curam / terjal. Dengan banyaknya kejadian longsor tersebut dapat
menimbulkan berbagai permasalahan (tipe, faktor yang mempengaruhinya maupun waktu dan
tempat kejadiannya) baik sebelum, saat dan pasca kejadian longsor, maka untuk mendapatkan bahkan
memperdalam pengetahuan ini diperlukan suatu pengetahuan / ilmu yang menyangkut klasiikasi tanah
longsor yakni berupa klasiikasi longsor, klasiikasi umum tanah rawan longsor, dan klasiikasi tanah
pertanian rawan longsor serta hubungan ke tiganya.
Sifat tanah pertanian yang rentan atau rawan longsor yang diperoleh dicocokkan dengan kriteria
hasil perpaduan Sistem Klasiikasi tanah Soil Taxonomy USDA, FAO / UNESCO, dan PPT-Bogor
maupun Uniied Landslide Classiication System, IUGS,ASTM, MIT nomenclature, IAEG Commission;
UNESCO WP on WLI dan lainnya. Pemberian nama tanah diambilkan dari Sistem Klasiikasi tanah
Soil Taxonomy USDA, FAO/UNESCO, dan PPT-Bogor

Kata kunci: longsor, faktor penyebab longsor, sistem klasiikasi tanah

PENDAHULUAN Bohorok tahun 2003, Gowa tahun 2004,


Tanah longsor merupakan salah satu Banjarnegara tahun 2006 ); b).akibat adanya
bentuk hasil gerakan massa (mass movement) gelombang tsunami di Aceh pada akhir tahun
di sepanjang bidang luncurnya (bidang 2004; c).akibat gempa bumi di Yogyakarta
longsornya) kritis. Gerakan massa adalah tahun 2006; d). akibat aliran lahar beberapa
perpindahan massa batuan, regolit dan tanah kali oleh gunung Merapi, Kelud, Semeru dan
dari tempat yang tinggi ke tempat yang lain-lain.
rendah karena pengaruh gaya gravitasi (Tim Kejadian bahaya longsor (gerakan
Bejis Project, 2005). massa tanah) sering terjadi di daerah-daerah
Kebanyakan longsornya lereng tanah lereng curam / terjal. Terbentuknya tanah
di Indonesia terjadi sesudah hujan lebat longsor adalah akibat perpindahan material
atau hujan yang berlangsung lama termasuk pembentuk lereng seperti batuan, bahan
daerah Karanganyar dan sekitarnya rombakan, tanah yang bergerak dari lereng
telah mengalami longsor hebat pada akhir bagian atas meluncur ke bawah. Secara prinsip
Desember 2007 bahkan hingga awal 2014 tanah longsor terjadi jika gaya pendorong
bersama daerah lainnya di Indonesia masih pada lereng bagian atas lebih besar dari pada
tengah berlangsung, sedangkan daerah lain gaya penahan. Gaya pendorong dipengaruhi
yang telah mendahului longsor, penyebabnya oleh intensitas hujan yang tinggi, keterjalan
antara lain: a). akibat hujan secara kontinyu lereng, beban serta adanya lapisan kedap air,
/ terus menerus ( di Purworejo tahun 2001, ketebalan solum tanah, dan berat jenis tanah.
Pada hal gaya penahan tersebut umumnya

1602 GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

dipengaruhi oleh ketahanan geser tanah, gelincir tidak kuat menahannya akibatnya
kerapatan dan kekuatan akar tanaman serta terjadilah longsoran tanah di atas lapisan liat
kekuatan batuan (Sidle dan Dhakal, 2003). atau batuan tersebut (Hardiyatmo, 2006).
Ketika musim hujan tiba terjadilah Berarti peristiwa tanah longsor atau
peningkatan jumlah air iniltrasi yang dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan
berdampak pada tanah jenuh air, maka pori atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng-
tanah mudah hancur dan agregasi tanah lereng alami atau buatan (bidang luncur),
menjadi sangat lemah sehingga ketahanan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,
geser tanah menurun. Akibat lain dari yaitu alam mencari keseimbangan baru
jenuhnya air dapat menambah beban tanah akibat adanya gangguan atau faktor yang
yang akan memicu terjadinya longsor dari mempengaruhinya (Suryolelono, 2004).
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih Ada pendapat lain, bahwa longsor
rendah terus mengangkut benda dan segala (landslide) adalah suatu bentuk erosi
macam tumbuhan (termasuk tanah pertanian) yang serius atau erosi massa telah banyak
yang dilewatinya bahkan dapat mengubur mengikis / mengangkut material tanah karena
seluruh desa beserta peduduknya (Abe dan pengangkutan atau pemindahan tanahnya
Ziemer, 1991). terjadi pada suatu saat dalam volume yang
Oleh karena banyaknya kejadian besar (Utomo, 1983). Jadi longsor ini berbeda
longsor dengan berbagai permasalahan (tipe, dari bentuk-bentuk erosi lainnya seperti
faktor yang mempengaruhinya maupun erosi lembar, erosi percikan, erosi alur, erosi
waktu dan tempat kejadiannya), maka untuk selokan, karena pengangkutan tanah longsor
mengetahui hal tersebut diperlukan suatu berlangsung sekaligus (mass movemen)
pengetahuan tentang klasiikasi longsor, baik cepat atau perlahan-lahan, sedangkan
klasiikasi umum tanah rawan longsor, dan pengangkutan tanah (materialnya tidak
klasiikasi tanah pertanian rawan longsor banyak) oleh erosi berlangsung perlahan-
serta hubungan ke tiganya. lahan. Namun Priyono (2008) menyatakan
jika erosi tersebut terus menerus berlangsung
LONGSOR, FAKTOR PENYEBAB DAN (tidak terkendali) tanah akan menjadi
KARAKTERISTIKNYA kritis (tidak produktif / tidak subur) bahkan
A. Longsor dan Kejadiannya berpotensi / rentan menimbulkan tanah
Longsor terjadi akibat meluncurnya longsor.
suatu volume tanah di atas suatu lapisan Sesuai hasil penelitian Priyono
agak kedap air yang jenuh air (Munir, 2003). (2006) di Karanganyar dari 17 kecamatan
Lapisan tersebut mengandung kadar liat (klei) terdapat 12 kecamatan (tergambar
atau batuan tinggi / tebal dan setelah jenuh pada lampiran 1) yang memiliki lahan
air akan berfungsi sebagai peluncur. Batuan kritis yang rentan longsor (6 kecamatan
yang tidak tembus air dapat menciptakan berada di lereng bagian barat G Lawu
bidang luncur terhadap tanah. Air yang yakni Tawangmangu, Ngargoyoso,
masuk ke dalam tanah tidak dapat menembus Jatiyoso, Karangpandan, Kerjo, Jenawi).
lapisan batuan (kedap air) dan akan mengalir Selanjutnya tahun berikutnya berkembang
/ menyebar secara lateral. Sehingga ketika menjadi 15 kecamatan yang mengalami
terjadi hujan airnya akan menjenuhi kelongsoran selama tahun 2007 hingga Maret
pemukaan gelincir dan jika permukaan 2008 ( Kantor Kesbanglinmas Karanganyar ,

GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015 1603


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

2008). peristiwa tanah longsor. Berikut ini secara


Peristiwa longsor terjadi sebagai akibat jelas terjadinya tanah longsor oleh faktor:
meluncurnya suatu volume tanah (pada a). ulah manusia antara lain: (1) terjadinya
lereng yang curam) di atas suatu lapisan penambahan beban pada lereng akibat
kedap air yang jenuh air (hujan). Lapisan pendirian banyaknya bangunan, drainase
tersebut mengandung liat yang tinggi, jika jelek (tambahan beban oleh air yang masuk
setelah jenuh air lapisan tersebut tidak kuat ke pori-pori tanah maupun yang menggenangi
lagi menahan beban dan tekanan air di atasnya permukaan tanah akibat banyak saluran
akibatnya terjadilah tanah longsor. tersumbat), (2).Penggalian atau pemotongan
tanah pada kaki lereng, (3).penggalian tanah
Selain itu longsor mudah terjadi jika
yang dapat mempertajam kemiringan lereng,
terdapat retakan tanah di atas lapisan kedap air
(4).perubahan posisi muka air secara cepat
pada lereng miring yang tidak kuat menahan
(rapid drawdown) pada bendungan, sungai,
air (hujan) di atasnya (Arsyad, 1989; dan
sarana / prasarana drainase yang belum
Karnawati, 2005). Menurut Rahim (2000),
baik dan lain-lain, (5). Penggunaan tanah
bahwa terjadinya tanah longsor di Indonesia
tidak sesuai kemampuannya (pembukaan
jika terpenuhi 3 s/d 4 keadaan yaitu : 1) terjadi
hutan / perladangan, pengalihan status tanah
pada lereng curam, sehingga volume tanah
pertanian menjadi tanah non pertanian yang
dapat bergerak atau meluncur ke bawah, 2)
tidak terkendali), dan (6). Bahkan menurut
terdapat lapisan di bawah permukaan tanah
Rathna (2008) dipicu adanya kelembagaan
yang kedap air (impermeable) dan lunak
pemerintah dan masyarakat yang belum
sehingga berfungsi menjadi bidang luncur, 3)
stabil, b). alami antara lain: (1) penambahan
lapisan tanah atas dangkal tepat di atas batuan
beban dinamis oleh tumbuh-tumbuhan yang
yang jenuh air, 4) Terdapat cukup air di dalam
tertiup angin dan lain-lain, (2) kenaikan
tanah sehingga tanah tepat di atas lapisan
tekanan lateral oleh air / hujan lebat (air yang
kedap air tadi menjadi jenuh. Kemudian
mengisi retakan akan mendorong tanah ke
Poerwowidodo (1991) menyebutkan proses
arah lateral), (3).penurunan tahanan geser
terjadinya longsor melalui 4 tahap yakni:
tanah pembentuk lereng akibat kenaikan
1) penjenuhan oleh air, 2) pendongkelan
kadar air, kenaikan tekanan air pori, tekanan
lapisan tanah bawah, 3) pengangkutan dan
rembesan oleh genangan air di dalam tanah,
4) pengendapan massa tanah. Jadi jika salah
tanah pada lereng mengandung lempung
satu tahap tidak terpenuhi, maka tidak akan
monmorilonit serta sebagian warna putih,
terjadi tanah longsor.
(4).adanya getaran / gempa bumi, (5).bahkan
B. Faktor Penyebab dan Karakteristik dipicu adanya efek pemanasan global.
Kawasan Rawan Longsor Kemudian NAOS USGS (2013) telah
Hardiyatmo (2006) menyatakan meringkas dan menyederhanakan, bahwa
faktor penyebab terjadinya longsor antara longsor adalah suatu kondisi geograis negara
lain: 1).topograi, 2).iklim, 3).perubahan yang alamnya mengalami proses yang serius
cuaca, 4).kondisi geologi dan hidrologi, berhubungan dengan angin ribut disertai hujan
5). perbuatan ulah mausia, diantara faktor lebat, gempa bumi dan aktivitas manusia.
tersebut dapat bekerja sama atau hanya Longsor merupakan perpindahan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi massa tanah ke daerah yang lebih rendah,
stabilitas lereng yang berakibat menjadikan sehingga dapat menyebabkan terbentuknya

1604 GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

suatu lapisan baru akibat dari timbunan hasil berapi dapat menimbulkan: 1).penyebarluasan
longsoran dengan karakteristik sifat isik bahan gunung berapi kesegala arah, 2) aliran
tanah yang berbeda dari sebelumnya. Kocher lahar, 3) ombak / gelombang dan tsunami
and John (2006) menyatakan pada tanah lautan, 4) penimbunan batu di pedesaan, 5)
terjadi kombinasi dua faktor yaitu kehilangan anak sungai menjadi danau, 6) pembentukan
tanah dan ada kekuatan isik yang dapat kawah atau lubang yang curam (USGS,
mengangkut tanah ke lokasi baru. Partikel 2011).
tanah akan hancur akibat dari pukulan air hujan Gofar dan Setiawan (2006) menyebut-
bila penutupan lahan berkurang lalu diangkut kan longsor merupakan perpindahan massa
suatu kekuatan isik ke lokasi Longsoran tanah ke daerah yang lebih rendah sehingga
merupakan salah satu jenis gerakan massa horison tanah akan mengalami pencampuran
tanah atau batuan, ataupun percampuran dari beberapa horison tanah dan horison-
keduanya menuruni atau keluar lereng akibat horison tanah yang telah terbentuk dapat
terganggunya kestabilan tanah atau batuan hilang atau yang lebih dikenal dengan
penyusun lereng tersebut (Couture, 2011; pedoturbasi. Pustekkom (2005) melaporkan
Geoscience Australia, 2011). Sehingga perubahan yang terjadi akibat longsor dapat
longsoran dapat dikatakan sebagai gerakan memberikan dampak negatif baik pada
massa tanah pembentuk lereng (Bappenas, tempat bencana maupun pada tempat
2013). Longsoran adalah gerakan massa hasil longsor diendapkan. Untuk kondisi
tanah/batuan yang mempunyai kecepatan sifat isik tanah perubahan akibat longsor
bervariasi dari cepat sampai lambat. Yang yaitu dapat merusak struktur tanah, laju
termasuk longsoran berkecepatan tinggi iniltrasi dan kemampuan tanah menahan air
adalah jatuhan (fall), longsoran (landslide) berkurang dan juga longsor menyebabkan
dan robohan (topples), sedangkan longsoran lahan terbagi-bagi dan mengurangi luas
yang berkecepatan lambat adalah lahan yang ditanami. Sehingga dibutuhkan
creep (rayapan). Longsoran (landslides) pengelolaan lahan yang dapat mengurangi
dengan bentuk endapan (deposits) dan kerusakan tanah dan dapat mengembalikan
bedrock oleh BGS (2011) dinyatakan dapat atau meningkatkan produktiitas tanah
menyebabkan pengurangan perembesan (upaya mitigasinya).
air (terjadi penyumbatan) dan cenderung
Namun Hardiyatmo (2006) menyatakan
merusak bentuk tanah. Endapan deposits
peristiwa longsor di luar negeri (Eropa
dapat berupa: alluvium, head deposits;
dan Amerika) dapat terjadi tidak harus pada
sedangkan bedrock dapat berupa: mam tor
lereng yang curam, yakni pada permukaan
beds, shale grit, millstone grit group, bee low
tanah bukan horisontal bahkan pada
limestone formation dan bee low formation,
kelerengan 0º, artinya kelongsoran dapat
bowland shale formation, faults, dan mineral
terjadi sejak dataran tinggi hingga dataran
veins. Selanjutnya DOGAMI (2012)
rendah. Permukaan tanah bukan horisontal
menyatakan, bahwa bahaya longsoran
tersebut dapat berbentuk landai s/d bergunung
umumnya di cekungan, dipengaruhi oleh: 1)
akan menunjukkan komponen gravitasinya
kejatuhan air hujan, 2) kecepatan mencairnya
cenderung untuk menggerakkan tanah ke
hujan salju, 3) pembekuan atau pencairan
bawah dan jika komponen tersebut bertambah
es, 4) gempa bumi, 5) aliran letusan gunung
besar akan menjadi kuat untuk menimbulkan
berapi, 6) manusia, dan 7) Gabungan faktor-
kelongsoran tanah. Contoh kasus di: (1)
fakt tersebut. Khusus aliran longsoran gunung

GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015 1605


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

Orkdals Fjord (Norwegia) maupun (2) doyong, b).lereng tanah menggelembung dan
Skandinavia dan Kanada, longsornya tanah atau retak-retak, c).munculnya sumber air
terjadi karena: larutnya garam dalam lapisan baru, sedangkan sumber air yang lain mati;
lempung oleh iniltrasi air hujan atau aliran d).rembesan air semakin deras, e).dinding
air tanah yang mereduksi kekuatan gesernya; rumah retak-retak atau lantainya ambles,
(3) Washington, kelongsoran tanah akibat f).adanya suara gemuruh disertai angin,
kecepatan tinggi dan volume besar oleh larinya binatang liar dan batu-batu runtuh /
pengisian air danau, (4) Austria, kelongsoran meluncur dari lereng atas (puncak gunung).
tanah terjadi akibat pengisian air kolam / Sedangkan jika setelah terjadi longsor di
waduk yang terlalu cepat, deras dan volume suatu tempat tanda-tandanya: a).air sungai
besar. naik dan keruh, b).terjadinya aliran lumpur di
Alih guna lahan yang intensif dan lembah atau sungai.
berlangsung dalam jangka waktu lama menjadi Poerwowidodo (1991) telah menyatakan
salah satu faktor penyebab perubahan dari meskipun suatu daerah curah hujannya cukup
sifat isik tanah. Proses ini menjadi salah satu tinggi (> 750 mm / th) jika ditumbuhi banyak
faktor yang berpengaruh terhadap perubahan tanaman subur yang menutupi permukaan
struktur tanah, kemantapan agregat, porositas, tanah maka dapat dikatakan relatif aman oleh
dan iniltrasi yaitu melalui perakaran ancaman erosi atau tanah longsor.
tanaman. Tanaman tahunan mempunyai Namun demikian Karnawati (2005)
sistem perakaran yang luas sehingga daya dan Dewan Nasional Perubahan Iklim (2011)
cengkeram terhadap tanah lebih baik, dapat menegaskan, bahwa karakteristik kawasan
meningkatkan porositas dan iniltrasi melalui rawan longsor yakni: 1).tingkat curah
saluran yang dibuat oleh akar (Anonymous, hujan tinggi, 2).kemiringan lebih curam
2006). Tanah bertekstur pasir dan debu sangat dari 20°(>40%), 3).lereng pada kelokan /
rentan terhadap longsor dibandingkan dengan lengkung sungai, 4).daerah tekuk lereng
tekstur liat yang memiliki daya menahan air (daerah peralihan antara lereng curam dan
lebih baik (Kocher and John, 2006). Tanah lereng landai).
dengan tekstur pasir, pasir berlempung dan
lempung berpasir umumnya bersifat lunak KLASIFIKASI KELONGSORAN
dan mudah dilalui air sehingga mudah terjadi TANAH
longsor. Menurut Gofar dan Setiawan (2006) A. Klasiikasi Longsor
pengaruh peningkatan kadar air terhadap
Mengacu literature yang didapat,
keruntuhan cukup dominan. Penyebab
maka Pengklasiikasian longsor intisarinya
peningkatan kandungan air yang paling
berdasarkan: 1). Kedalaman maksimum
berbahaya bagi tanah adalah kenaikan muka
material yang longsor ada 4 macam (Broms,
air tanah adan iniltrasi.
1975) yaitu: longsor permukaan, longsor
Di sisi lain Karnawati (2007 dan 2009) dangkal, longsor dalam dan longsor sangat
menegaskan, bahwa daerah yang rawan dalam (Tabel 3); 2).Berkait aktivitasnya
/ rentan terjadinya longsor terletak pada (Gray and Leiser, 1982) yakni: aktif (luka
dataran tinggi dan pegunungan. Selanjutnya dan atau pecah / retak) dan istirahat / dorman
dikatakan, bahwa sebagai indikator tanah (sangat lambat / sangat lama / tersembunyi:
akan mengalami longsor, tanda-tandanya : a). hasil modiikasi proses pelapukan isik, erosi
Ada pepohonan atau bangunan yang miring / dan pertumbuhan vegetasi); 3). Tipe gerakan

1606 GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

longsor, ada 10-19 macam (U.S. Geological gerakan massa tanah pembentuk lereng
Survey, 2004; AGS, 2007) yakni: longsor longsor ada 8 macam (Hardiyatmo, 2006),
translasional (translational landslide / soil yakni: jatuhan / runtuhan (fall), aliran
slide), longsor rotasional (rotational landslide (low), longsoran (slide), robohan (topples),
/ soil slump) , pergerakan blok (block slide / sebaran (spread), lorotan / luncuran /
soil slide), runtuhan batu (rockfall), rayapan nendatan (slump), rayapan (creep) dan
tanah (Creep), robohan / runtuhan bahan ambles / penurunan tanah (subsidence), lebih
atasan (topples), aliran tanah (earthlow), lanjut berkait perihal gerakan tanah berupa
aliran runtuhan (debris low), bahan rombakan longsoran (landslides) berbentuk endapan
(debris avalanche), ambles / penurunan tanah (deposits) dan bedrock oleh BGS (2011)
(subsidence), longsoran kompleks / komposit dinyatakan dapat menyebabkan pengurangan
(complex slide) dan sebaran (lateral spread) perembesan air (terjadi penyumbatan) dan
(Gambar 2); 4). Karakteristik (jenis) cenderung merusak bentuk tanah..

Tabel 1.Klasiikasi Kecepatan Longsoran (Cruden & Varnes, 1996).


Keccepatan (mm/ Tipikal Kecepatan Keperluan
Kelas Deskripsi
det) (m/det) Manusia
7 Amat sangat 5 x 10 5 Nihil
cepat
6 Sangat cepat 50 180 Nihil
5 Cepat 0.5 155.520,00 Evakuasi
4 Sedang 5 x 10 33.696.000,00 Evakuasi
3 Lambat 50 x 10 49.766.400,00 Pemeliharaan
2 Sangat lambat 0.5 x 10 497.664,00 Pemeliharaan
1 Amat sangat - - Nihil
lambat

Endapan deposits dapat berupa: BGS (2013) telah membuat model


alluvium, head deposits; sedangkan klasiikasi yang sederhana, yakni perpaduan
bedrock dapat berupa: mam tor beds, shale dari 2 tipe pembentuk longsor (bentuk/
grit, millstone grit group, bee low limestone material dan gerakan). Tipe bahan berupa
formation dan bee low formation, bowland rock (bahan yang keras dan kasar seperti batu
shale formation, faults, dan mineral veins; atau keras menyerupai batu), debris (bahan
5).Tipe aliran ada 4 aliran (Broms, 1975): lunak runtuhan), earth (bahan runtuhan
aliran tanah (earthlow), aliran lumpur / lanau bumi). Tipe gerakan seperti falls (runtuhan/
(mud low), aliran debris / runtuhan (debris jatuhan), topples (runtuhan bahan atasan),
low), dan aliran longsoran (low slide); slides (longsoran), spreads (sebaran), lows
6).Harkat kecepatan gerakan longsor ada (aliran), dan complex(campuran/gabungan
7 kategori (Cruden dan Varnes, 1996), bahan). Selanjutnya Varnes (1978) telah lebih
yakni (Tabel 1): amat sangat cepat, sangat jelas mencantumkan pada Table 2/Gbr.1 di
cepat, cepat, sedang, lambat, sangat lambat, bawah:
amat sangat lambat

GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015 1607


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

Tabel 2. Type of Landslides (tipe gerakan & tipe bahan pembentuk longsor).

Figure 1. Types of landslides. Abbreviated version of Varnes’ classiication of slope movements


(Varnes, 1978).

Kemudian untuk mengetahui macam Kedalaman


longsor dan klasiikasi kedalaman longsoran No Tipe
(m)
tanah di suatu daerah (Broms, 1975; Varnes, 1 Longsoran permukaan <1,5
1978; BGS, 2013) sebagai perluasan macam (surface slide)
bentuk longsor dari USGS, 2004; Schuster 2 Longsoran dangkal 1,5 – 5,0
2005; & AGS, 2007 masing-masing dapat (shallow slides)
dilihat pada Gbr.2 dan Tabel 3 di bawah ini. 3 Longgsoran dalam (deep 5,0 - 20
Tabel 3 : Klasiikasi Kedalaman Longsoran
slides)
4 Longsoran sangat dalam > 20
(very deep slides)
Sumber: Broms (1975).

1608 GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

Gambar 2. Bentuk - Bentuk Longsor (Varnes & Cruden, 1996; USGS, 2004; BGS, 2013).

Khusus sesuai Geometri bidang berlipat (multiple rotational slides), dan


gelincirnya, longsoran (slide) ada 2 jenis yaitu: penggelinciran berurutan (successive slips).
(a) Longsor dengan bidang longsor lengkung Longsor translasional terdiri 4 macam yakni:
( longsor rotasional) dan (b) Longsor dengan longsoran blok translasional (translational
bidang gelincir datar ( longsor translasional). block slides), longsoran pelat (slab), longsoran
Longsoran rotasional terdiri 3 macam yakni: translasional berlipat (multiple translational
penggelinciran (slips), longsoran rotasional slides), dan longsoran sebaran (spreading

GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015 1609


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

failures). Lebih lanjut Ke 2 jenis longsor organik, dan gambut. e. Tipologi kawasan
tersebut di atas paling banyak terjadi di rawan longsor (tipologi A, B, dan C).
Indonesia.yakni: (a).Longsor dengan bidang Tipologi A (perbukitan, lereng gunung)
longsor lengkung ( longsor rotasional) dan dicirikan: 1).lereng curam (>20° atau > 40%),
(b) Longsor dengan bidang gelincir datar ( 2).curah hujan tahunan >2500 mm, 3).sering
longsor translasional) .Sedangkan longsor muncul rembesan air / mata air pada lereng,
yang paling banyak memakan korban jiwa 4).aktivitas manusianya (a.pola tanam:
manusia adalah aliran bahan rombakan tanaman akar serabut, sawah / ladang, hutan
(debris avalanche). pinus; b.penggalian/pemotongan lereng tanpa
memperhatikan struktur pelapisan tanah/
B. Klasikasi Umum Tanah Rawan
batuan atau analisis kestabilan lereng; c.sistem
Longsor.
drainase tidak memadai; d.beban konstruksi
Klasiikasi tanah rawan longsor bangunan terlalu berat, e.ada pencetakan
didasarkan pada jenis bahan, perilakunya kolam), 5.jenis longsor (a.jatuhan: jatuhan,
(Hardiyatmo, 2006) dan tipologi kawasan robohan, rebahan, b.luncuran: batuan,
rawan longsor (Dewan Nasional Perubahan tanah, rombakan dengan bidang gelincir
Iklim, 2011). Penjelasannya: a.Berdasarkan lurus, melengkung, dan tidak beraturan;
jenis bahan induknya berupa: endapan, c.aliran: tanah, batuan dan rombakan batuan;
batuan dan endapan campuran bahan kombinasi dua atau lebih gerakan tanah;
penyusunnya. Menurut jenis endapannya ada d.kecepatan gerakan cepat (>2m/hari sampai
7 endapan yakni: 1).endapan aluvial (luvial 25 m / menit).
dan lacustrine), 2).endapan glacial (glacio
Tipologi B (perbukitan, kaki gunung)
luvial, glacio lacustrine, till, glacial drift),
dicirikan: 1).lereng agak landai (10-20° atau
3).endapan eolian (dune dan loess), 4).endapan
20-40%), 2).curah hujan tahunan >2500 mm,
residual / residual deposits / residual soil
3).sering muncul rembesan air / mata air pada
(lateritic dan saprolite), 5).endapan colluvial
lereng, 4).aktivitas manusianya (a.pencetakan
/ talus (rockfall, debrisfall, dan creep),
kolam; b.sistem drainase tidak memadai;
6).endapan laut / marine (sumber dan jenis
c.beban konstruksi bangunan terlalu berat),
bahan), 7).endapan campuran / melange.
5.jenis longsor rayapan; 6).kecepatan gerakan
b.Menurut asal batuan antara lain: batuan
lambat s.d sedang (2m/hari ).
beku / igneous rock (granit, dolerit, gabro,
), batuan batuan sedimen (serpih / shales, Tipologi C (tebing, lembah sungai)
sandstone, limestone, batuan vulcanic, batuan dicirikan: 1).lereng tebing>10° atau > 20%),
breksi andesit) dan batuan metamorf (schist, 2).curah hujan tahunan >2500 mm, 3).sering
gneiss, slate, phyllit dan marbel). Endapan muncul rembesan air / mata air pada lereng.
campuran bahan penyusunnya berupa batuan
dasar / bedrock, batuan boulder, lanau C. Klasiikasi Tanah Pertanian Rawan
Longsor
anorganik, dan butiran clay. c.Berdasarkan
perilakunya (sifatnya) seperti tanah Tanah diartikan sebagai lapisan kulit
granuler, tanah kohesif, tanah lanau & terluar bumi (kerak bumi) yang tersusun
loess, dan tanah organik. d. Berdasarkan dari hasil pelapukan (peristiwa olahan /
perilakunya (tingkat kekasaran bahan gerakan bumi) batuan / mineral bercampur
penyusun) yaitu: kerikil, pasir (sand), debu air, udara dan bahan organik (organisme)
/ lanau (silt), clay (liat / lempung), bahan sehingga dapat menjadi media pertumbuhan

1610 GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

makhluk hidup. Juga bumi secara konsisten WP on WLI) dan lainnya, demikian pula
selalu beredar mengelilingi matahari. Berarti sebaliknya bidang teknik sipil dan geologi
bumi (tanah) dapat berubah susunannya (Maryono, 2002; Hardiyatmo, 2006) dalam
(bentuk bahan bukan unsur kimianya) atau mengelola (mitigasi) lahan juga sangat
bergerak secara dinamis, lebih-lebih jika tanah mempertimbangkan masukan bidang
berada dekat pusat bumi jelas akan selalu lainnya, salah satunya bidang pertanian
bergetar (mudah bergerak / berubah). Hal diklasiikasikan sesuai USDA (Harjowigeno,
ini disebabkan Indonesia banyak ditumbuhi 1993; Sutanto, 2005, Harjowigeno &
gunung api, iklim tropis dan berada pada Widiatmaka, 2011).
pertemuan antara lempeng Eurasia, lempeng Penggunaan sistem-sistem ini
Indo-Australia, laut Filipina dan Pasiik, dimaksudkan agar klasiikasi (nama)
sehingga hampir seluruh Indonesia tanpa tanah pertanian di Indonesia untuk dapat
kecuali termasuk sebagian besar Papua dan disesuaikan dengan atau dikenal melalui
Pulau Kalimantan juga menjadi daerah rawan sistem klasiikasi tanah yang sudah mendunia
bencana alam (termasuk longsor). dari ke dua sistem besar (USDA, FAO/
Jadi hakekatnya semua jenis tanah UNESCO) tersebut.
yang ada di Indonesia rawan terhadap 1. Soil Taxonomy USDA
longsor (kerawanan dapat meningkat lagi Menurut Foth and L.M.Turk (1972)
dipicu oleh adanya curah hujan tinggi / iklim dan Harjowigeno (1993), bahwa Soil
tropis dan kecerobohan manusia). Namun Taxonomy dari Soil Survey Staff USDA
secara nyata tanah ini bisa longsor biasanya merupakan sistem klasiikasi tanah yang
berada daerah miring (bidang gelincir) , bersifat komprehensif (lengkap) telah banyak
curah hujan tinggi, dan faktor sifat tanah dan dikenal di seluruh dunia (sudah banyak
lainnya. negara yang memberi padanan nama lokal
Berkaitan klasiikasinya tanah dengan nama-nama pada Soil Taxonomy
pertanian Indonesia yang rentan atau termasuk Indonesia), karena memuat diinisi-
rawan longsor pada dasarnya seperti halnya diinisi yang pasti, sistematika multi kategori
tanah pertanian yang lain, maka dalam yang jelas dan tatanama yang informatif
pengklasiikasian tanahnya tetap mengikuti (nama-nama tanah menunjukkan sifat-sifat
sistem klasiikasi tanah pertanian yang lazim tanah masing-masing kategori) atau disebut
(USDA, FAO/UNESCO, PPT-Bogor) dan sistem morfometrik (teramati dan terukur).
agar terjadi harmonisasi/keterpaduan, maka Dengan demikian secara kongkrit sistem ini
dengan tetap memperhatikan pertimbangan telah dibuat sangat detail terdiri 6 kategori
dari sistem lain yang telah menelaah mulai dari tertinggi s/d terendah (Ordo, Sub
kelongsoran tanah berikut klasiikasinya ordo, Great group, Sub group, Family, Seri),
maupun pengelolaannya (mitigasi) dalam dengan maksud untuk menggolongkan tanah
bidang teknik (bidang teknik sipil dan berdasarkan sifat penciri utama dan sifat
geologi) IUGS (Cruden, 2011), ASTM, penciri lainnya yang jelas dan pasti, sehingga
MIT nomenclature, Modiied from (Varnes didapatkan informasi yang akurat dan
1978, Hutchinson 1988, Hungr et al, komprehensif tentang sifat tanah yang ada di
2001), van Westen 2014 (Uniied Landslide lapang dan sangat berguna bagi pengelolaan
Classiication System Cruden & Varnes tanah untuk pertanian. Berarti sistem ini
1996; IAEG Commission; UNESCO cocok sekali untuk keperluan litbang IPTEK.

GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015 1611


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

Oleh karena Sistem USDA kategori ke dua setara sub group (macam
dikatakan sebagai Sistem yang baik dan tanah) pada Soil Taxonomy USDA. Berarti
terlengkap sampai saat ini serta dapat kategori yang lebih tinggi dari great group
digunakan sebagai pedoman klasiikasi tanah (setara ordo dan sub ordo) maupun yang
negara-negara di dunia, maka sistem ini terus lebih rendah (setara family dan serie) tidak
mengalami perkembangannya. dikembangkan.
Sebagai bukti sejak sistem ini pertama Untuk pengklasiikasian tanah
kali diperkenalkan pada tahun 1960 diberi didasarkan oleh adanya horison penciri
nama Sevent Approximation terus (sebagian diambil dari Sistem USDA
mengalami perubahan kemajuan, yakni pada dan sebagian lagi dari sistem ini sendiri),
tahun 1975 diganti menjadi Soil Taxonomy sehingga tatanamanya sebagian diambil dari
yang memuat 10 ordo (Entisol, Inceptisol, USA, Rusia, Kanada dan Eropa Barat serta
Oxisol, Alisol, Ultisol, Spodosol, Aridisol, sebagian lagi diambil dari tatanama khusus
Vertisol, Mollisol, dan Histosol). Pada tahun dari sistem ini. Jadi sistem ini merupakan
1985 bertambah 1 ordo sehingga menjadi 11 hasil kompromi dari berbagai sistem di
ordo (ordo ke 11 disebut Andisol). Bahkan negara - negara di dunia ini, yang tujuannya
menurut Soil Survey Staff USDA sejak tahun agar dapat diterima oleh semua ihak.
1998 yang dikuatkan pada tahun 1999 dan Pada dasarnya ke 12 order tanah ini
2003 bertambah 1 ordo lagi sehingga menjadi dapat mengalami longsor sesuai karakteristik
12 ordo (ordo ke 12 disebut Gelisol). gerakan tanahnya, namun yang relatif mudah
Pada dasarnya ke 12 order tanah ini longsor ada 10 great group / jenis (luvisol,
dapat mengalami longsor sesuai karakteristik regosol, cambisol, Vertisol, Andosol, renzina,
gerakan tanahnya, namun yang relatif yang litosol, ferralsol, dan Nitosol, dan Acrisol).
mudah longsor ada 9 order (Entisol,
3. Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor.
Inceptisol, Vertisol, Andisol, Alisol, oxisol,
aridisol, mollisol dan Ultisol). Bahkan Sistem ini merupakan hasil modiikasi
Andosol tergolong sangat mudah longsor dari sistem Dudal Supraptoharjo (1957
dan rawan bencana (Anonymouse, 2004). dan 1961), bahkan terus mengalami
Khusus di California (Gray and Leiser, penyempurnaan hingga sekarang yang
1982) ada 10 order tanah yang tergolong telah disesuaikan dengan kondisi daerah
berbahaya/hazard (rawan longsor) adalah di Indonesia. Sistem ini mirip dengan
Entisol, Inceptisol, Vertisol, Andisol, Alisol, sistem Amerika Serikat terdahulu (seperti
Histosol, aridisol, mollisol, Spodosol dan Baldwin, Kellog, Thorp pada tahun 1938;
Ultisol. Thorp dan Smith tahun 1949) yang telah
mengalami beberapa modiikasi dan
2. FAO/UNESCO tambahan. Penyempurnaan ini menyangkut
Menurut Harjowigeno (1987), bahwa perubahan diinisi jenis-jenis tanah (great
sistem ini dibuat dalam rangka pembuatan group) dan macam-macam tanah (sub
peta tanah dunia berskala 1: 5.000.000 oleh group). Dari perubahan tersebut yang terjadi
FAO/UNESCO. Dalam sistem ini telah adalah sebagian masih memakai nama
dikembangkan sistem pengklasiikasian lama ditambahkan nama-nama baru yang
dengan membagi 2 (dua) kategori. Kategori kebanyakan mirip dengan nama-nama sistem
pertama setara great group (jenis tanah) dan FAO/UNESCO, dimana sifat pembedanya

1612 GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

diambilkan dari horison-horison penciri dalam Kekuningan, dan Litosol), 2). Tawangmangu
Sistem Soil Taxonomy USDA ataupun dari (Komplek Andosol Coklat, Andosol Coklat
FAO/UNESCO. Jadi padanan nama tanah Kekuningan, Litosol), 3).Ngargoyoso
yang sama yang dipakai PPT Bogor sekarang (Komplek Andosol Coklat, Andosol Coklat
ini diambilkan dari sebagian beberapa Kekuningan, Litosol), 4). Karangpandan
dari 3 s/d 4 sistem seperti Sistem Dudal- (Kambisol, Mediteran Coklat Tua), 5).Kerjo
Supraptoharjo (1957 dan 1961), modiikasi (Litosol Coklat), dan 6). Jenawi (Litosol
PPT Bogor (1978/1982), FAO/UNESCO Coklat, Mediteran Coklat Kemerahan,
(1974) dan sebagian kecil dari sistem Soil Komplek Andosol Coklat, Andosol Coklat
Taxonomy USDA (1998), contoh nama tanah Kekuningan, dan Litosol), 7). Kecamatan
yang diambil dari ke 4 sistem itu baru (telah Karanganyar ( Kambisol, Mediteran Coklat
diperoleh) satu nama yang sangat mirip sama, Tua), 8).Kecamatan Jumantono, dan
yakni nama Andosol dipakai bersama oleh Kecamatan Jumapolo (Latosol, Mediteran).
3 Sistem (Dudal – Supraptoharjo 1957 dan Disamping itu terdapat tanah Vertisol di
1961; Modiikasi PPT Bogor 1978/1982; Kecamatan Kerjo (Darmawijaya,1990).
FAO/UNESCO 1974), atau Andisol oleh
sistem Soil Taxonomy USDA 1998. Jadi KESIMPULAN
nama Andosol = Andisol. Berdasarkan informasi di atas, maka
Lebih lanjut sistem PPT Bogor dalam pengklasiikasiannya tidak hanya
menggunakan 6 kategori yang setara dengan menggunakan system internal (USDA, FAO/
kategori pada Sistem Soil Taxonomy USDA UNESCO, PPT-Bogor) tetapi masih perlu
seperti Golongan (ordo), Kumpulan (sub memperhatikan (keterpaduan) system lain
order), Jenis tanah (great group), macam yang telah menelaah lebih dalam tentang
tanah (sub group), rupa (family), seri (serie). persoalan peristiwa kejadian longsor dan
Pada Kategori Golongan dan Kumpulan pengklasiikasiannya (Harjowigeno dan
masing-masing didasarkan pada tingkat Widiatmaka, 2011). Sistem lain yang
perkembangan proil dan susunan horison dimaksud adalah bidang teknik sipil dan
tanah, sehingga dalam penggunaan nama geologi, meliputi IUGS, ASTM, MIT
dari kategori Golongan dan Kumpulan nomenclature, Modiied from (Varnes
hampir tidak dikenal (tidak perlu dibuat/ 1978, Hutchinson 1988, Hungr et al, 2001),
dicantumkan), sedangkan nama – nama yang Uniied Landslide Classiication System
dicantumkan sejak dari kategori Jenis tanah Cruden; IAEG Commission; UNESCO
hingga seri (biasanya cukup jenis tanah dan WP on WLI dan lainnya, demikian pula
macam tanah). Nama tanahnya: Aluvial, sebaliknya bidang teknik sipil dan geologi
Andosol, Litosol, Regosol, Mediteran, dalam mengelola (mitigasi) lahan juga
Latosol, Podsolik, renzina, dan gromusol. sangat mempertimbangkan masukan bidang
Sebagai contoh BPS Karanganyar lainnya, salah satunya bidang pertanian
(2007) telah mencatat nama – nama tanah diklasiikasikan sesuai USDA.
rawan longsor di 9 wilayah kecamatan Demikian pula bidang teknik sipil dan
pada lereng bagian barat gunung Lawu dalam mengelola (mitigasi) lahan juga sangat
(peta lampiran 1) masing-masing adalah: mempertimbangkan masukan bidang lainnya,
1).Jatiyoso (Litosol Coklat kemerahan, salah satunya USDA (bidang pertanian).
Komplek Andosol Coklat, Andosol Coklat

GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015 1613


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

Penggunaan sistem-sistem ini sistem klasiikasi tanah yang sudah mendunia


dimaksudkan agar klasiikasi (nama) dari ke dua sistem besar (USDA, FAO/
tanah pertanian di Indonesia untuk dapat UNESCO) tersebut.
disesuaikan dengan atau dikenal melalui

DAFTAR PUSTAKA

Abe K., and R. R. Ziemer.1991. Effect of tree roots on shallow-seated land slides. USDA forest
Service Gen. Tech. Rep. PSW-GT 130: 11-20.

AGS. 2007. Practice Note Guidelines for Landslide Risk Management 2007: These schematics
illustrate the major types of landslide movement. Erosion and landslide resource for the
CCMA region.

Anonim. 2012. Klasiikasi Dan Faktor Penyebab Bencana Longsor. Pedoman Pengendalian
Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Longsor. e.http://www.penataan ruang.
net/taru/nsp/pedoman%20 pemanfaatan % 20 pdf/lampiran(L-windows inter...).

Anonim. 2012.Geograi: Longsoran Tanah.http://geograi-geograi.blogspot.com/ 2012/01/


longsoran-tanah.html

Anonymouse,2004.Andosols.http://www.springerreference.com/docs/htm/chapterbid/76649.

Arsyad S. 1980. Pengawetan Tanah. Bogor: IPB.

Bappeda Karanganyar. 2006. Peta RUTR Kabupaten Karanganyar. Karanganyar: Bappeda

Bappenas. 2008. Penataan dan Pengembangan Kawasan Gunung Lawu. Direktorat Kawasan
Khusus Daerah Tertinggal. Jakarta: Bappenas RI.

-----------.2013. Kawasan Rawan Bencana. http://kawasan.bappenas.go.id/index.


php?view=article & catid=34:su

BGS., 2011.Landslide assessment. Natural Environment Research Council. Geo Reports. Mam
Tor Derbyshire UK.

BGS., 2013. Landslide Classiication by BGS: What is a landslide?. Geoscience for our change.
http://www.bgs.ac.uk/science/landslides/HowˍdoesˍBGSˍclassifyˍlandslides.

BP Statistik Karanganyar. 2009. Kabupaten Karanganyar Dalam Angka. ISSN 0215-


6172.33130.08.01.Karanganyar: BPS Karanganyar.

Broms. 1975. dalam Hardiyatmo (2006) Penanganan Tanah Longsor & Erosi. Yogyakarta: GM
Univ.Press.

Cruden, DM & Varnes, DJ. 1996. Landslide types and processes. In Special Report 247:
Landslides: Investigation and Mitigation, Transportation Research Board, Washington
D.C.

Cruden, DM. 2011.The Working Classiication, IUGS: material matters. 2011 Pan-Am CGS,
Geotechnical Conference. Univ.of Alberta, Edmonton, Canada.

1614 GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

Couture R., 2011. Landslide Terminology Nationanal Technical Guidelines and Best Practices
on Landslides. Geological Survey of Canada Open File 6824, 12p

Dani AK dan J Sujono. 2009. Mitigasi Bencana Alam Tanah Longsor di Desa Cibangkong
Kecamatan Pakuncen Kabupaten Banyumas. Program Studi S2 Teknik Sipil UGM.
Yogyakarta.

Darmawijaya, MI. 1990. Klasiikasi Tanah. Yogyakarta: GM University Press.

Dewan Nasional Perubahan Iklim.2011. Pemetaan Kerentanan Di Daerah Provinsi Serta


Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dlm Rangka Antisipasi Dampak Perubahan
Iklim. Executive Summary. Jakarta: Kementerian BUMN RI Lt.18.

DOGAMI., 2012. Landslide hazard in Oregon. www.OregonGeology.com

Foth, H.D and L.M.Turk.1972.Fundamentals of Soil Science.5th ed. New York: John Willey
Sons, Inc.

Geoscience Australia. 2011. Hazard, risk and impact analysis. Australian Government.http://
www.ga.gov.au/hazards/risk-and-impact-analysis. html

Gofar N dan Setiawan, B. 2006. Pengaruh Kandungan Air Terhadap Potensi Keruntuhan
Lereng Tanah. http://us.geocities.com/budhiaiko/ pengaruh kadar air.htm

Gray and Leiser. 1982. Geologic hazards ang soils. California Department of Forestry and Fire
Protection Vegetation Treatment Program. Draf Environmental Impact Report.

Hardiyatmo HC. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Hardjowigeno S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: MSP

--------------------. 1993. Klasiikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akapress.

--------------------.dan Widiatmaka. 2011. Evaluasi kesesuaian Lahan & Perenc. Tata Guna
Lahan. Yogyakarta: Gajah Mada Univ.Press.

Kantor Kesbanglinmas Karanganyar. 2008. Laporan Perkembangan Kejadian Alam Tanah


Longsor dan Banjir di Kabupaten Karanganyar. Pemkab. Karanganyar.

Karnawati D. 2005. Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan Upaya
Penanggulangannya. Yogyakarta: Jur. Geologi FT UGM.

-----------------. 2007.Indikator, Kenali Peringatan Dini Bencana Longsor. Litbang Kompas.


Jkt: Kompas 20-2-2007.Hal A Jawa Tengah.

-----------------. 2009.Korban longsor tolak reboisasi (takut kehilangan penghasilan). Semarang:


Suara Merdeka.25-03-2009.

Kartasapoetra G, dkk.1985.Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : Bina Aksara.

Kocher, Susan. D and John W. LeBlance. 2006. Why Is My Forest The Way It Is: Soil Erosion.
Univ.of California Cooperative Extention.

GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015 1615


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

Maryono A. 2002. Eka-Hidraulik. Pembangunan Sungai. Menanggulangi Banjir Dan


Kerusakan Lingkungan Wil. Sungai. Yogyakarta: Program MT. UGM.

Munir, M.. 2003. Geologi Lingkungan. Malang: Bayumedia Publishing..

NAOS USGS. 2013. Partnerships for Reducing Landslide Risk: Assessment of the national
landslide Hazards Mitigation Strategy http: //books.nap.edu/ atalog.php/recordˍid=10946

Poerwowidodo. 1991. Gatra Tanah Dalam Pembangunan Hutan di Indonesia. Jakarta: Rajawali
Press.

Priyono. 2006 a. Evaluasi Kerusakan Lahan Yang Rentan Longsor, Banjir dan Bencana Alam
Lainnya. Laporan Hasil Penelitian. Ska: PSLK UNISRI.

---------.2008.Penilaian Tingkat Kesuburan Tanah Kritis di Desa Kaling, Kabupaten Karanganyar


Melalui Analisis Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman. Explorasi (Jurnal Hasil
Penelitian).vol.XX.LPPM UNISRI.ISSN 0853-7054. PPT, Bogor. 1981.TOR Type A.
Bogor: Balitbang Pertanian.

Pustekkom. 2005. Penyebab Terjadinya Kerusakan Tanah dan Dampaknya terhadap Kehidupan.
http://www. edukasi. net/ modul online / MO 98/geo 107 20.htm

Rahim SE. 2000. Pengendalian Erosi Tanah. Jakarta: .Bumi Aksara.

Rathna. 2008. Pengelolaan DAS.Perencanaan Pengelolaan DAS dalam Upaya Penanggulangan


Bahaya Banjir dan Longsor. mhtml:ile://G: Pengelolaan%20DAS%20Perencanaan%20
Pengelolaan%20D…

Schuster R.L., 2005. Slope Processes, landslides, and Subsidence. http: //www.umsl.edu/..nj/
Geography%20PowerPoint%20Slides…

Sidle R.C and Dhakal, A.S. 2003. Recent advances in the spatial and temporal modeling of
shallow landslies. http://www.mssanZ.org.au/MOD SIM03/Volumeˍ02/A11/08ˍsidle.pdf

Soil Survey Staff. 1990. Soil Taxonomy USDA. Soil Management Suppor. Services. Virginia
Polytechnich Institute and State University. Virginia. USA.

------------------. 1998. Keys to Soil Taxonomy. 8th ed. Washington DC: Natural Resources
Conservation Service. Agency for International Develop. USA.

------------------.1999. Soil Taxonomy USDA: A Basic System of Soil Clasiication for Making
and Interpreting Soil Surveys, 2nd ed.Agriculture Handbook No.436. Washington DC.

------------------. 2003. Keys to Soil Taxonomy, 9th ed. Washington DC: Natural Resources
Conservation Service. Agency for International Develop. USA.

Sutanto R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Kanisius.

Tim Bejis Project. 2005. Identiikasi Potensi Longsor dan Upaya Mencegah Bahaya Longsor.
Laporan Bejis Project Ausaid. Proyek Kerjasama Unibraw-Bappedal Prov.Jatim-Pemkab
Mlg-Australian Manage Contractor.

1616 GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015


HUBUNGAN KLASIFIKASI LONGSOR, KLASIFIKASI TANAH RAWAN LONGSOR DAN KLASIFIKASI
TANAH PERTANIAN RAWAN LONGSOR

USGS. 2004. Slope Processes, Landslide, And Subsidence (Landslide Types and Processes).
http://pubs.usg.gov/fs/2004/3072/pdf/fs2004-3072.pdf

USGS. 2011. Volcano Landslides and their Effects. Volcano Hazard Program. http://volcanoes.
usgs.gov/hazard/landslide/index.php

USGS., NYWSCI., NYHG., 2008. Landslide hazard proile. NYS HAZ PLAN

Utomo WH. 1983. Pengawetan Tanah. Malang: FP UNIBRAW.

Varnes, DJ. 1978. Slope movement types and processes. In Special report 176: Landslides:
Analysis and Control, Transportation Research Board, Washington, D.C.

van Westen, C. 2014. Intorduction to landslides. ITC., Enschede, The Netherlands.

GEMA, Th. XXVII/49/Agustus 2014 - Januari 2015 1617

Anda mungkin juga menyukai