Dokumen - Tips - Sol Space Occupying Lesion
Dokumen - Tips - Sol Space Occupying Lesion
Kata Pengantar
SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi
pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor
intracranial
Dari definisi diatas dapat kita ketahui akan bahaya yang ditimbulkan akibat dari SOL.
Untuk itu makalah ini dibuat diharapkan dapat membantu mahasiswa keperawatan dalam
Dalam maklah ini penulis telah melampirkan akan definisi, etiologi, klasifikasi,
mengenai SOL ( Space Occupying Lesion ). Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi .........................................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi
pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan
lesi pada otak seperti; kuntusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intra kranial.
(Long,2002,130)
tapi penulis membatasi dengan hanya membahas tentang abses otak. Abses otak (AO)
adalah suatu reaksi piogenik yang terlokalisir pada jaringan otak. AO pada anak jarang ditemukan
dan di Indonesia juga belum banyak dilaporkan. Morgagni pertama kali melaporkan AO yang
disebabkan oleh peradangan telinga. Pada beberapa penderita dihubungkan dengan kelainan
jantung bawaan sianotik. Mikroorganisme penyebab AO meliputi bakteri, jamur dan parasit tertentu.
Mikroorganisme tersebut mencapai substansia otak melalui aliran darah, perluasan infeksi sekitar
otak, luka tembus trauma kepala dan kelainan kardiopulmoner. Pada beberapa kasus tidak diketahui
sumber infeksinya.
Gejala klinik AO berupa tanda-tanda infeksi yaitu demam, anoreksi dan malaise, peninggian tekanan
intrakranial serta gejala nerologik fokal sesuai lokalisasi abses. Terapi AO terdiri dari pemberian
2. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memberikan informasi mengenai asuhan
keperawatan yang akan diberikan pada pasien dengan menderita SOL serta memberikan
informasi mengenai SOL dan cara mengatasinya dan memenuhi tuntutan tugas kelompok
3. MANFAAT
medikal bedah yang bersangkutan dengan SOL dan juga dapat menjadikan acuan dalam
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI
SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi
pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka
lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali
diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya
vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai
timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan
produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda
dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinal
atau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk
melokalisirlesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat
kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan
akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak
merupakan keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien
yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada
fossa cranii posterior atau herniasi medulla oblongata dan serebellum melalui foramen
magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan diagnose.
Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Lombardo, Mary caster 2005 : 1183).
B. ETIOLOGI
2. Faktor genetik
4. Virus tertentu
5. Defisiensi imunologi
6. Congenital
(ngatisyah, 2001)
C. KLASIFIKASI
a. Jinak
Acoustic neuroma
Meningioma
Pituitary adenoma
Astrocytoma ( grade I )
b. Malignant
Oligodendroglioma
Apendymoma
a. Tumor intradural
Ekstramedular
Cleurofibroma
Meningioma intramedural
Apendimoma
Astrocytoma
Oligodendroglioma
Hemangioblastoma
b. Tumor ekstradural
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat
sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas yang
c. Papil edema
(ngatisyah, 2002)
E. PATOFISIOLOGI
- Hidrosefalus
/ melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu dari fase
awal terjadi proses uque fraction atau dinding kista berisi pus. Kemudian rupture maka
infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis ( long, 1996 : 193 ).
Terjadi proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah
central nervus ( CNS ). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat
Tumor – tumor otak primer menunjukkan kira – kira 20 % dari penyebab semua
kematian kanker. Tumor – tumor otak jarang bermetastase ke otak, biasanya dari paru – paru,
payudara, cairan glastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal, dan kulit ( melanoma ).
Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade ke 5, 6, 7 dengan
tingginya insiden pada pria usia dewasa tumor otak banyak dimulai dari sel gelia ( sel untuk
mebuat struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis ) dan merupakan
menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan atau adanya
peningkatan TIK.
(hasanudin 2001)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan
MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otakdan
Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi
Elektroensefalografi ( EEG )
(doengoes, 2000)
G. KOMPLIKASI
2. Gangguan kognitif
4. Disfungsi seksual
(doengoes, 2000)
H. PENATALAKSANAAN
umumnya sulit dilakukan sehingga pilihan pada radioteraphi dan kemoteraphi, namun jika
I. PENGKAJIAN
Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan darah,
penghasilan
Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat tumor pada
keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti
Sirkulasi, gejala : nyeri kepala pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada tekanan
Integritas Ego, Gejal : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda : cemas,
makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan selera. Tanda :
muntah ( mungkin proyektil ), gangguan menelan ( batuk, air liur keluar, disfagia )
dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan kesadaran
sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan
seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv
terhadap gerakan
Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya
lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah,
Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi.
keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari
seksualitas, gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat
kepuasan)
( Doenges, 2000 )
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4.Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil)
5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
K. INTERVENSI
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan kembali normal
dengan KH :
TTV normal
Gelisah hilang
Intervensi :
1. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya seperti
GCS
4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik urin, tugor kulit dan keadaan
membrane mukosa
Rasional :
1. Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensi TIK adalah
kerusakan
2. Perubahan pada frekuensi dan disritmia dapat terjadi yang mencerminkan trauma atau
4. Hipertermi meningkatkan kehilangan air dan meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika
konsumsioksigen
2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
Tujuan :
Nyeri hilang
Pasien tenang
Intervensi :
6. Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri leher/punggung yang tidak ada demam
Rasional :
1. Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar dan meningkatkan istirahat
Tujuan :
adekuat dengan KH :
Intervensi :
Rasional :
2. Meningkatkan proses pencernaan dan kontraksi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan
4. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil)
KH :
Klien dapat mempertahankan meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang sakit,
Intervensi :
1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.
Rasional :
2. Seseorang dalam semua kategori sama – sama mempunyai risiko kecelakaan namun
katagori 2 – 4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya tsb sehubungan dengan
imobilisasi.
3. Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan
Tujuan :
normal dengan KH :
1. Pastikan atau validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik, orientasikan kembali
pasien secara teratur pada lingkungan, dan tindakan yang akan dilakukan terutama jika
penglihatannya terganggu
3. Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dam melakikan aktivitas
Rasional :
1. Membantu pasien untuk memisahkan pada realitas dari perubahan persepsi, gangguan
fungsi kognitif dan atau penurunan penglihatan dapat menjadi potensi timbulnya disorientasi
dan ansietas
3. Menurunkan fruktasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan /pola respon yang
memanjang
didasarkan atas kombinasi kemampuan /ketidakmampuan secara individu yang unik dengan
berfokus pada peningkatan evaluasi, dan fungsi fisik, kognitif, dan perseptual
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, kami akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan
dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. B : Space Occupying Lession di ruang
Secara teori, penyebab dari Space Occupying Lession yaitu Riwayat trauma kepala,
Faktor genetik, Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik, Virus tertentu, Defisiensi
imunologi, Congenital, sedangkan secara kasus ditemukan penyebabnya dari faktor riwayat
trauma kepala yaitu Ny. B pernah menglami cidera kepala ringan tapi tidak di lakukan
perawatan lanjut. Tanda dan gejala secara teori dari SOL adalah Nyeri kepala, Nausea dan
muntah, Papil edema. Sedangkan pada saat pengkajian kasus Ny. B hanya di temukan mual
Data-data diatas baik secara teori maupun kasus hampir sama, tetapi ada data-data pada
Pemeriksaan penunjang yang terdapat pada teori adalah pemeriksaan glu CT Scan :
Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan
MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otakdan
Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi
Sedangkan tanda kusus pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada Ny. B hanya
pemeriksaan CT scan..
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Secara teori diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan SOL ada 5
tersebut secara teori hanya 2 diagnosa yang muncul pada kasus dan 3 diagnosa lainnya tidak
ada di kasus.
4.Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil)
3. INTERVENSI
Dalam teori kebutuhan dasar manusia berdasarkan Maslow dan Handerson adalah
masalah nutrisi sebagai prioritas utama, namun pada kasus Ny. B penulis memprioritaskan
masalah yang sama juga yaitu perubahan nutrisi karena jika kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi
akan membuat kondisi klien tidak stabil akibatnya klien mengalami kemunduran pada
imunnya sehingga kuman / virus akan mudah masuk kedalam tubuh klien. Selain prioritas
tersebut penulis membuat perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruangan.
4. IMPLEMENTASI
penulis dapat melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah penulis susun. Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan penulis bekerja sama dengan baik dengan klien,
keluarga dan perawat ruangan. Selain itu disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas yang ada di
ruangan.
5. EVALUASI
Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi adalah adanya kerjasama yang baik
antara penulis dan klien, keluarga dan perawat ruangan. Faktor penghambat selama evaluasi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah kami mengadakan pengkajian secara normative pada Bab II, maka kami
menyimpulkan, yaitu :
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di
Penyebab tumor otakadalah Faktor Resiko, tumor otak dapat terjadi pada setiap
kelompok Ras, insiden meningkat seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade
kelima, keenam dan ketujuh .faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat
kimia tertentu ( Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas ), namun hal tersebut belum bisa
dipastikan.Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan
penyakit neurofibomatosis.
B. SARAN
Agar dalam penyusunan makalah ini bisa memberikan manfaat yang besar maka kami
menyarankan:
kesembuha pasien.
Daftar Pustaka
Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk, 2000, Perawatan Medikal Bedah. EGC, Jakarta
Barbara L. Bullock 2000, Patofisiology, Adaptasi and alterations infeksius function, Fourth
Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 , EGC, jakarta
Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih, 2002, Diagnosa Keperawatan , ed 6, EGC,
Jakarta
Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma, 2004 Patofisiologi, konsep klinik proses- proses