FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
DAFTAR ISI
1) HALAMAN
2) HALAMAN JUDUL
3) DAFTAR ISI
4) BAB I
a) PENDAHULUAN
5) BAB II
a) A.METRONIDAZOLE
b) B.FARMAKOKINETIK
c) C.INDIKASI
e) E.INTERAKSI
h) H.PENGARUH
6) BAB III
a) PENUTUP
b) DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Entamoeba histolytica. Parasit ini memiliki dua bentuk dalam siklus hidupnya, yaitu
Trofozoit hidup di dalam dinding usus atau hidup diantara isi usus dan memakan
bakteri. Bila terjadi infeksi, trofozoit bisa menyebabkan diare, yang juga akan
membawa trofozoit keluar dari tubuh kita. Di luar tubuh manusia, trofozoit yang rapuh
akan mati. Jika pada saat infeksi seseorang tidak mengalami diare, trofozoit biasanya
akan berubah menjadi kista sebelum keluar dari usus. Kista merupakan bentuk yang
lebih kuat dan bisa menyebar, baik secara langsung dari orang ke orang, atau secara
disentri, perdarahan usus, perforasi usus, ameboma sampai abses hati atau organ lain.
Jenis obat, dosis dan lamanya pemberian disesuaikan dengan keadaan klinis penderita
Pengobatan amebiasis sampai saat ini masih relevan untuk dibahas mengingat
penduduk dan menempati urutan ke tiga penyebab kematian akibat parasit setelah
atau sistemik, yaitu obat yang bekerja terutama di dinding usus, hati dan jaringan ekstra
diklosanid furoat, tetrasiklin dan paromomisin dan (3) amubisid yang bekerja pada
Pada makalah ini akan diuraikan amubisid yang bekerja pada lumen usus dan
jaringan yaitu metronidazol. Sampai saat ini, metronidazol sangat bermanfaat pada
pengobatan amubiasis.
BAB II
METRONIDAZOL
A. Metronidazol
kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % C6H9N3O3 , dihitung terhadap zat
kepucatan dengan sedikit bau, larut dalam air, eter, etanol, kloroform, dan
dan 10,5 mg/mL pada 25C. Sumber lain melaporkan kelarutan 64,8 mg /mL
pada suhu kamar dan pH 1,2, menurun menjadi sekitar 10 mg/mL pada nilai pH
antara 2,5 dan 8.0. Lindenberg et al melakukan percobaan kelarutan pada suhu
37C dalam buffer pada pH 1,2, 4,5 dan 6,8, dan disimpulkan bahwa
Sifat fisiobiokimia
Dalam perdagangan metronidazol terdapat dalam bentuk basa dan
hingga kuning pucat. Sedikit larut dalam air dan dalam alkohol, dan
hidroklorida sangat larut dalam air dan larut dalam alkohol, dalam
B. Farmakokinetik
1. Absorpsi
sesudah pemberian oral. Satu jam setelah pemberian dosis tunggal 500
lima wanita sehat setelah dosis oral tunggal dan diperoleh BA 100 ± 5%.
(6)
Dosis oral 250 mg, 500, 750, dan 2000 memberikan konsentrasi
plasma maksimum (Cmax) dari 6, 12, 20, dan 40 g/mL dengan waktu
jaringan tubuh dan cairan. Kurang dari 20% dari metronidazole yang
menghasilkan 1-($-hidroksietil)-2-hidroksimetil-5-nitroimidazole
glukoronat. (6)
melalui urin, di mana 60% -80% dari dosis diekskresikan (6-18% sebagai
ekskresi melalui tinja hanya 6 -15% dari dosis. Selain itu, metronidazol
juga diekskresi melalui air liur, air susu, cairan vagina, dan cairan
seminal dalam kadar yang rendah. Proses ini berlangsung antara 6-14
jam, dengan nilai rata-rata 8,5 jam. (3; 6)
C. Indikasi
infection, acne rosacea, amoebiasis usus invasif, abses hati amuba, antibiotik
terkait kolitis, balantidiasis, infeksi gigi, gastritis atau ulkus yang disebabkan
oleh bakteri Helycobacter pylori, dan penyakit radang usus, serta infeksi bakteri
anaerob. (3; 4; 6)
oleh B. fragilis. Selain itu, obat ini juga digunakan untuk kolitis
ditemukan. Efek samping yang paling sering dikeluhkan ialah sakit kepala,
mual, mulut kering, dan rasa kecap logam. Urin mungkin menjadi gelap atau
merah kecoklatan. Muntah, diare, dan spasme usus jarang dialami. Lidah
urtikaria, flushing, pruritus, disuria, sistitis, rasa tekan pada pelvik, juga kering
dapat menimbulkan gangguan darah. Walaupun sampai saat ini belum pernah
jangka lebih dari 7 hari hendaknya disertai dengan pemeriksaan leukosit secara
berkala, terutama pada pasien usia muda atau pasien dengan daya tahan rendah.
Neutropenia dapat terjadi selama pengobatan dan akan kembali normal setelah
pengobatan dihentikan. Pada pasien dengan riwayat penyakit darah atau dengan
gangguan SSP, pemberian obat ini tidak dianjurkan. Bila ditemukan ataksia,
kejang, atau gejala susunan saraf pusat yang lain, maka pemberian obat harus
terjadi bila alkohol dikonsumsi sementara obat masih berada di dalam tubuh.
Dosis metronidazol perlu dikurangi pada pasien dengan penyakit obstruksi hati
yang berat, sirosis hati, dan gangguan fungsi ginjal yang berat. Dosis
(3)
E. Interaksi
Metronidazol tersedia dalam bentuk tablet 250 dan 500 mg, suspensi 125
mg/5 mL, dan suppositoria 500 mg dan 1 g. Untuk amubiasis, dosis oral yang
digunakan pada dewasa ialah 3x750 mg/hari selama 5-10 hari dan untuk anak
35-50 mg/kg BB/hari terbagi dalam tiga dosis. Untuk trikomoniasis pada wanita
dianjurkan 3 kali 250 mg/hari selama 7-10 hari, bila perlu pengobatan ulang
boleh diberikan dengan selang 4-6 minggu. Pada terapi ulang diperlukan
Nama dagang
kronik dengan dosis yang besar pada tikus menimbulkan peningkatan sejumlah
tumor hati dan paru secara bermakna. Namun, efek ini tidak ditemukan pada
spesies bukan rodensia. Meskipun obat ini telah digunakan pada manusia lebih
dari 20 tahun, tidak ada peningkatan abnormalitas kongenital, lahir mati, atau
berat badan lahir rendah yang telah dilaporkan. Tidak ada peningkatan frekuensi
H. Pengaruh
dosis tinggi.
kecuali jika pengobatan alternatif tidak adekuat. Untuk keamanan dan efikasi pada
indikasi yang lain, gunakan obat pada ibu hamil hanya jika keuntungan pada ibu
hamil lebih banyak daripada potensial risiko terhadap janinnya . hamil hanya jika
PENUTUP
membasmi secara efektif infeksi jaringan amuba (abses hati, infeksi dinding
6. Rediguieri CF, Valentina P, Diana GN, Taina MN, Hans EJ, Sabine K, Kamal KM,et
2006, 150.
8. Syarif A, Elysabeth. Amubisid. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Jakarta
.Indonesia, 2007.
12. Lullman H, Klaus M, Albrecht Z, Detlef B. Color atlas of pharmacology. New York
:Thieme, 1999.