PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
PELATIHAN LARI AEROBIK 2,4 KM DENGAN
DOSIS YANG SAMA DI DALAM STADION LEBIH
MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI DARI
PADA DI LUAR STADION PADA SISWA PUTRA
KELAS XI SMA KATOLIK GIOVANNI KUPANG
DI KUPANG
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
2
Lembar Pengesahan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And Drs. Nurdin U. Badu, M.For
NIP. 19440201 196409 1 001 NIP. 19461028 197104 1 001
Mengetahui
Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP. 19440201 196409 1 001 NIP. 19590215 198510 2 001
3
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Anggota :
4
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku.
Materai
5
UCAPAN TERIMA KASIH
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas tuntunan dan penyertaanNya, tesis ini
dapat diselesaikan.
sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And, sebagai
dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih yang sebesar - besarnya pula penulis
sampaikan kepada Drs. Nurdin U. Badu, M.For, pembimbing II yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada
penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.
Dr. dr. I Made Bakta, SpPD. MHOM, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr.
A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberkan kepada penulis untuk
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc,
Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa
6
Kepada para penguji tesis Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And,
Drs. Nurdin U. Badu, M.For, Prof. dr. Nyoman Agus Bagiada, S.P, Biok, Simson
Kerihi, S.Pd, M.Pd, Dr. Ir. I Ketut Wijaya yang telah memberi masukan, saran,
sangahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini, penulis ucapkan
ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan disampaikan kepada seluruh
Terima kasih juga disampekan kepada Romo. Stefanus Mau, Pr selaku kepala
sekolah SMA Katolik Givanni Kupang, para guru, pegawai dan guru pendamping (
Pa Nico, Ibu Veby dan ibu Sinta), serta anak-anak kelas XI yang telah berpartisipasi
dalam penelitian ini, maupun teman-teman seangkatan PPS (Jimmy, Julian, Jhon,
Beni, Markus, Sardi, erik dan Edu) yang telah berjuang bersama.
Terima kasih kepada Papa dan Mama tercinta Thomas T. Kleden S.Pd dan
memberikan dukungan doa dan restu yang senantiasa diucapkan, kepada kaka, adik
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih juga kepada Bapa Tonce Riberu dan
Ibu Philomena Riberu, atas segala dukungan dan doanya, serta kepada Maria Kelara
7
Semoga Tuhan Yang Maha Esa slalu melimpahkan karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis
8
ABSTRAK
Lari aerobik 2,4 km adalah lari dengan menempuh jarak 2,4 km, mengunakan
tenaga hasil pembakaran zat makanan oleh oksigen luar. Lari aerobik dapat
digunakan sebagai tes dan dapat pula dipakai sebagai pelatihan. Pelatihan lari
aerobik 2,4 km ini sangat diperlukan pada semua cabang olahraga, terutama untuk
meningkatkan kesegaran jasmani, sehubungan dengan hal di atas maka dilakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan lari aerobik 2,4 km
di dalam maupun di luar lapangan/stadion yang dilakukan 3 kali per minggu selama
6 minggu perlakuan. Di dalam lapangan stadion memberikan peningkatan kesegaran
jasmani yang lebih baik dari pada yang di luar stadion.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan
penelitian “Randomized Pre test and pos test control group design”. Jumlah sampel
sebanyak 22 orang siswa putra kelas XI SMAK Giovanni Kupang tahun 2012/2013
yang dibagi menjadi 2 kelompok. Pembagian kelompok ini dilakukan secara acak,
untuk kelompok I diberi pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam lapangan stadion
dengan subjek jumlahnya 11 orang dan untuk kelompok 2 diberi pelatihan lari
aerobik 2,4 km di luar lapangan stadion dengan jumlah subjek 11 orang, lama
pelatihan 6 minggu dengan frekuensi pelatihan 3 kali per minggu. Pengukuran
dilakukan : 1). Sebelum perlakuan (pretest), 2). Setelah 6 minggu perlakuan
(postest). Variabel tergantung yang diukur adalah kesegaran jasmani, diukur dengan
test lari aerobik 2,4 km. Analisis statistik dilakukan dengan analisis uji-t.
Hasilnya adalah sebagai berikut: 1) Sebelum pelatihan nilai rata-rata waktu
tempuh test aerobik 2,4 km : 11,945 ± 0,691 menit pada kelompok I dan 13,199 ±
0,717 menit pada kelompok II (p>0,05). 2). Setelah 6 minggu pelatihan maka nilai
rata-rata waktu tempuh test lari aerobik 2,4 km: 8,445 ± 0,448 menit pada kelompok
I, dan 8,613 ± 0,435 menit pada kelompok II (P<0,01).
Kesimpulanya bahwa hasil penelitian menunjukan pelatihan lari aerobik 2,4 km
di dalam lapangan stadion lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kesegaran
jasmani siswa dibandingkan dengan pelatihan lari aerobik 2,4 km di luar lapangan
stadion.
9
ABSTRACT
An aerobic run 2.4 km is a run for 2,4 km distance, used the energy of the
burning of food substance by outside oxygen. Aerobic run can be used as a test and
also as training. this Aerobic run 2,4 km is required by all types of sports mainly to
improve physical fitness. Related of this study then conducted the research that to
find out the influence of the 2.4 km aerobic run in the inside or outside of the yard
which was conducted 3 times a week during 6 weeks. Inside of the stadium give the
increasing of physical fitness better than the outside.
The type of training is true experimental study with training design
“Randomized Pre/post Test Group Design”. The number of sample is 22 of male
students in grade 11 th of Giovanni Senior High School Kupang which are divided
into 2 groups. The partition of this group was conducted randomly, for group I was
given an aerobic run 2,4 km inside of the stadium with the number of subject 11
students, while Group II (with the same number of subject) performed outside the
stadium. The training period was six weeks with the frequency of training three times
a week. The measured was conducted pre-test and post-test (after 6 weeks
treatments). The dependant variable being measured here is the physical fitness, was
measured with an aerobic run 2,4 km. The statistical analyze was conducted with t-
test analyses.
The results are: (1) before training the average value of length time an aerobic
test 2,4 km: 11,945 ± 0,691 minutes for Group I and 13,199 ± 0,717 minutes for
Group II (p>0.005). (2) after six weeks of training, the average time to finish the 2.4
km aerobic run was 8,445 ± 0,448 minutes for Group I and 8,613 ± 0,435 minutes
for Group II (p>0.01).
This was concluded that the result of the training showed that an aerobic run
inside the stadium has better impact on physical fitness than the one conducted
outside the stadium.
10
DAFTAR ISI
ISI Halaman
UCAPAN TRIMAKASI................................................................................ v
ABSTRACT ................................................................................................. ix
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 6
12
4.11 Analisis Data ........................................................................... 37
Stadion .................................................................................. 44
LAMPIRAN................................................................................................... 57
13
DAFTAR TABEL
Halaman
2,4 km................................................................................. 18
Tabel 5.2 Nilai rata-rata ciri fisik siswa SMA Katolik Giovanni
Kupang (n=22)....................................................................... 40
Luar Stadion........................................................................... 42
14
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
Gambar/Bagan Halaman
15
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 5.1 Waktu tempuh lari aerobik 2,4 sebelum dan sesudah
Kupang 2013.............................................................,, 45
16
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BB Berat Badan
Kg kilogram
Kj kesegaran jasmani
Km kilometer
ml mililiter
m menit
p probalitas
t waktu
Vo 2 Volume udara
TB Tinggi Badan
R Randomisasi
S Sampel
17
SD Standar Deviasi
Frekuensi
β Beta
α Alpha
σ Standar Devisiasi
µ1 Data 1
µ2 Data 2
n Nilai
> lebih
< kurang
± lebih kurang
= sama dengan
× rata-rata
% persen
kurang
tambah
18
LAMPIRAN- LAMPIRAN
Halaman
19
BAB I
PENDAHULUAN
Pembentukan manusia yang sehat, kuat fisik dan mental dapat ditingkatkan
dalam suatu pola pembinaan kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani dan kesehatan
yang prima adalah dasar bagi setiap orang untuk melakukan aktifitas setiap hari.
Kesegaran jasmani merupakan kebutuhan bagi setiap orang tanpa ada pembedaan
jenis kelamin, usia, tingkat sosial ekonomi serta budaya. Kesegaran jasmani adalah
suatu kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu
yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki
2002).
meliputi beberapa otot besar maupun kecil, sebagai proses aktivitas hal ini akan
penyesuaian tubuh dapat berbentuk fungsi yang bersifat sementara dan berlangsung
tiba-tiba sebagai akibat aktivitas tubuh, perubahan fungsi ini akan lenyap dengan
segera setelah aktivitas tubuh dihentikan. Adaptasi berupa perubahan struktur dan
fungsi yang sifatnya kurang lebih menetap pada organ-organ tubuh, sebagai akibat
20
latihan yang diberikan, keadaan ini akan memudahkan tubuh untuk bereaksi
prestasi belajar siswa disekolah. Siswa merupakan individu yang memiliki unsur-
unsur jasmani dan rohani yang dapat dikembankan melalui aktivitas jasmani,
mengurangi taraf kolesterol serta menciptakan citra penampilan tubuh yang baik,
memberikan kesan mampu melaksanakan tugas dan percaya pada kemampuan diri
serta bisa menyiapkan fisik dan emosi untuk menghadapi keadaan darurat (Lutan,
2001).
diukur dengan melakukan pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam stadion dan di
luar stadion dengan dosis yang sama. Dosis yang sama merupakan kesamaan dalam
jarak tempuh 2,4 km dan waktu tempuh untuk kedua kelompok perlakuan yang
0,01 menit. Pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam lapangan stadion ditempuh
dengan cara 6 kali lari mengelilingi lapangan sepanjang 400 meter, di luar stadion
(jalan raya) dengan menempuh jarak lari 2,4 km pada lintasan jalan lurus, sehingga
perlu dilakukan penelitian tempat pelatihan manakah yang hasilnya lebih baik
21
untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa bila dilakukan pelatihan dengan
mencapai target waktu yang semakin meningkat (cepat) hingga mencapai waktu
motifasi dan kondisi fisik juga akan menjadi pemicu utama dalam pencapaian target
utama dalam peningkatan aktifitas seperti lari di lapangan karena kegiatan lari
seperti itu secara fisik bersifat terpimpin atau terprogram (Koeswara, 1989),
sedangkan secara psikis bersifat tidak membosankan oleh karena suasana tempat
Motifasi sebagai proses untuk mencapai tujuan, yakni individu secara sadar
memotivasi perilaku yang mengarah pada tujuan yang hendak dicapai (Mayer, dkk.
2004). Dikatakan juga motifasi merupakan dorongan yang sangat penting dalam
kesuksesan di mana kesuksesan itu tergantung pada kemampuan atlit itu sendiri
(Adisasmito, 2007). Motifasi dalam diri serta pemberian motifasi yang tepat akan
22
Untuk membuktikan hal tersebut diatas, dilakukanlah penelitian dimana
sasarannya adalah siswa dengan peningkatan kesegaran jasmani pada lari aerobik
1. Apakah pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di
2. Apakah pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di
1. Untuk mengetahui pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali
siswa.
2. Untuk mengetahui pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali
23
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan acuan dalam pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan dosis yang
2. Sebagai bahan informasi bagi guru atau pelatih olahraga, atlit, dan para siswa
yang ingin meningkatkan kesegaran jasmani dalam pelatihan lari aerobik 2,4
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
physical fitness. Dalam Bahasa Indonesia ada beberapa istilah yang dipergunakan
seperti: bugar badan, kesamapataan, segar badan, namun yang paling popular
adalah kesegaran jasmani (Badu 2006). Kesegaran jasmani adalah satu aspek fisik
dan kesegaran yang menyeluruh (total fitness), yang memberi kesanggupan kepada
seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri
pada tiap-tiap pembebanan (stress) fisik yang layak. Pembebanan fisik pada
kesegaran jasmani yang dimiliki harus sesuai dengan pembebanan pada hidupnya,
semakin berat tugas fisik yang harus dilakukannya, makin tinggi pula kesegaran
lingkungan dan atau kerja fisik secara efisien tanpa lelah secara berlebihan
(Soemorwardjo dan Giriwidjojo, 1977), Oleh sebab itu tubuh manusia dapat
pemulihan yang sempurna sebelum datangnya tugas yang sama pada esok harinya.
manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang
25
disempurnakan lagi bahwa kesegaran jasmani sebagai kemampuan tubuh untuk
melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa
mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk
dalam konteks kebugaran secara umum karena merupakan salah satu indicator yang
meliputi daya tahan jantung, paru, daya tahan otot, kekuatan otot, kelenturan dan
komposisi tubuh.
sepuluh yaitu:
4. Kelentukan (flexibility)
7. Kelincahan (agility)
26
8. Keseimbangan (balance)
(Nala, 2011).
kesegaran organik (kesegaran statis) dan kesegaran dinamik. Komponen ini sangat
penting dalam kesegaran jasmani secara keseluruhan, dan interaksi antara kedua itu
yang menentukan tingkat kesegaran jasmani (Hary Junusul, 1989). Lima aspek
kekuatan otot, ketahanan otot dan daya tahan jantung merupakan tiga unsur
terpenting dalam kesegaran jasmani (Golding dan Bosh dalam Bosco dkk, 1983).
berikut: efisiensi kerja paru meningkat, efisiensi kerja jantung meningkat, jumlah
ukuran pembuluh darah, volume darah, tonus otot dan pembuluh darah menurun,
meningkat (ilmu jiwa dan olahraga), mengurangi kegemukan dan terapi terhadap
27
Defenisi yang telah diutarakan oleh para ahli fisiologi atau ilmu faal, dapat
ditarik kesimpulan bahwa kesegaran jasmani merupakan milik semua orang, baik
dia sakit maupun dia sehat hanya saja tingkatannya yang berbeda, ada yang
memiliki tingkat yang paling rendah dan ada yang memiliki tingkat yang paling
2.2.1 Hereditas
Faktor keturunan seperti fisik dan komposisi tubuh juga akan mempengaruhi
kebugaran serta potensi performa yang tinggi. Kebugaran aerobik diantara saudara
yang lebih besar ada pada saudara kandung dibandingkan kembar identik.
lebih besar, sel merah dan hemoglobin yang lebih banyak, dan presentase tinggi
2.2.2 Latihan
otot dan sendi, latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada
28
menambah kekuatan otot jangka pendek, bisa menjadi bagian penting terapi fisik,
kehilangan berat badan atau kemampuan olahraga. Latihan dengan waktu yang
cukup lama serta sistematik akan dapat mencapai tingkat daya tahan tubuh yang
obestas.
aerobik yang sedikit berbeda, tapi setelah masa itu anak perempuan jauh tertinggal.
Nilai rata-rata kebugaran aerobik untuk wanita muda antara 15% hingga 25% lebih
kecil dari pria muda, tergantung pada tingkat aktivitas mereka. Atlet remaja putri
yang sering berlatih hanya berbeda 10% dibawah atlet putra yang berusia sama
komponenen pembawa oksigen dalam sel darah merah, alasan lainnya karena
wanita lebih kecil dan memiliki massa otot yang lebih kecil, atau karena rata-rata
wanita memiliki lebih banyak lemah dari pada pria (25% versus 12,5% bagi wanita
dan pria yang sebaya), karena kebugaran aerobik biasanya dijabarkan per unit berat
badan, wanita dengan lemak yang lebih banyak dan jaringan otot tanpa lemak yang
lebih sedikit akan memiliki beberapa kerugian. Perbedaannya ada pada lemak
29
2.2.4 Usia
sejak tahun 1938 oleh Robinson. Penelitian tersebut mempelajari pengaruh umur
terhadap level maksimum pengambilan ogsigen oleh paru-paru pada saat pria
penelitian masih sama, yaitu umur memberi pengaruh pada hampir semua kapasitas
kardiovaskular akan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada umur 20 tahun
sampe 30 tahun, setelah itu kebugaran akan menurun seiring bertambahnya umur
(Moeloek, 1984).
utama, juga yang berkaitan dengan kebugaran dan performa, (Sharkley, 2011).
Lemak merupakan salah satu hasil terpenting dari hidup yang aktif, salah satu efek
terbaik dari latihan adalah berkurangnya lemak yang tidak diinginkan komposisi
per unit berat badan, jika lemak meningkat maka kebugaran jasmani seseorang
30
mempertahankan atau meningkatkan kebugaran adalah dengan menyingkirkan
kelebihan lemak.
2.2.6 Aktivitas
istirahat total ditempat tidur selama 3 minggu dapat menurunkan kebugaran hingga
29% atau hampir 10% per minggu, tapi kehilangan tersebut dengan mudah dapat
dikembalikan dengan aktivitas yang teratur (Saltin, dkk, 1968). Aktivitas yang
tidak berlebihan akan menghasilkan kebugaran fisik diatas rata-rata, serta latihan
yang sistematik dengan metode pelatihan yang tepat akan berdampak pada
2.2.7 Kejenuhan
kejenuhan atau rasa bosan ini bisa dikatakan menghambat suatu aktivitas fisik atau
mental seseorang oleh (Supriyadi, 1997). Pengaruh kejenuhan merupakan suatu hal
secara biologis maupun psikologis menurut Stewart (dikutip oleh Gunarsa, 1989).
motifasi sagat dibutuhkan dalam menghadapi situasi kejenuhan ini. Kejenuhan atau
31
rasa bosan dapat dikuranggi dengan meningkatkan kemampuan penyesuaian
situasi lingkungan dan mental yang berbeda terhadap arena pertandingan. Arena
pengaruhnya bersifat menekan atlet tersebut tidak mampu menyesuaikan diri, maka
tidak berdaya, tidak senang tanpa sebab yang jelas, kabur atau samar-samar dalam
dilakukan oleh peserta (teste), agar dapat diketahui kualitas kebugaran jasmani. Tes
yang berkaitan dengan pengukuran kebugaran fisik pada umumnya dikenal dua
jenis tes yaitu baterai (battery test) dan tes tunggal (single test), pendapat ini
Tes baterai merupakan tes kebugaran yang memiliki lebih dari satu item tes.
Tes baterai merumuskan item-item tes atau alat ukur (instrumen) yang diharapkan
mampu mengukur seluruh aspek kebugaran fisik yang tercakup dalam kebugaran
32
kesehatan maupun kebugaran keterampilan. Tes semacam ini memerlukan system
pengelolaan yang menuntut lebih banyak petugas, fasilitas dan sarana, waktu,
kebugaran fisik melalui tes baterai, memiliki nilai yang lebih signifikan
Tes tunggal (single test) merupakan tes kebugaran fisik yang hanya
memiliki satu item tes (Wahjoedi, 2003). Tes baterai yang mendasarkan diri pada
Para penyusun tes tunggal ini, lebih mendasarkan diri pada argumentasi
bahwa yang dominsi dalam kebugaran fisik adalah dimensi kebugaran fisik yang
terkait dengan kesehatan, khusus aspek daya tahan jantung-paru (Depkes RI, 1994,
Wahjoedi, 2001, Nala, 2002). Tes tunggal adalah, tes lari / jalan 2,4 km, tes lari /
jalan 12 menit, tes jalan cepat 4,8 km, tes naik turun bangku (metode harvard step
test dan kasch), tes VO2 max (metode Balke, Astrand, Ergocycle, Treadmill) dalam
fisik dapat digunakan tes baterai atau tes tunggal sesuai dengan kebutuhan tes itu
sendiri.
kesegaran jasmani dengan lari 2,4 km aerobik, sebagai salah satu tes tunggal. Tes
ini cukup mudah dan murah dalam pelaksanaannya, praktis di lapangan dan
33
2.4 Takaran Pelatihan Kesegaran Jasmani
penting, dengan kesegaran jasmani yang tinggi, orang akan dapat bekerja atau
melakukan aktivitas fisik dengan efisien dan dalam kemampuan yang lebih cepat
artinya, setelah bekerja berat, dengan istirahat sebentar, tenaga akan pulih kembali
(Suharno, 1993).
program pelatihan dengan dosis yang cukup, beberapa pernyataan dosis yang harus
dipenuhi, ialah:
1. Intensitas pelatihan
maks).
2. Lama pelatihan
Program yang dipilih atas dasar kemampuan orang coba, dengan nilai
3. Frekuensi pelatihan
34
Dalam setiap bentuk pelatihan prestasi maupun kesehatan, tentu adanya
namanya. Peningkatan beban ini dapat berupa satuan kg, volume, jarak,
dan waktu tempuh. Beban pelatihan dimulai dengan beban awal yang
5. Individualitas
Kesegaran jasmani seseorang dapat diukur dengan lari aerobik 2,4 Km.
Dalam penelitian ini pelaksanaan pengukuran lari aerobik 2,4 Km adalah dengan
35
model lari mengelilingi dalam stadion dan model lari aerobik 2,4 Km dengan lari
lurus di luar lintasan stadion (jalan raya). Pengukuran kesegaran jasmani lari
berikut:
kemapuannya dan jika lelah boleh berjalan setelah itu berlari lagi sampai
2. Waktu yang diperoleh setiap orang coba dalam menempuh jarak 2,4 Km,
Tabel 2.1
Format Klasifikasi Kebugaran Fisik
Tes Lari Aerobik 2,4 Km
Kategori Kebugaran Waktu Tempuh
(menit, detik)
I Sangat kurang -
II Kurang -
III Sedang -
IV Baik -
V Baik sekali -
VI Istimewa -
Sumber: (Badu, 2006 )
36
Hasil yang dicapai masing-masing siswa (peserta tes) diketahui tingkat
perlakuan satu dan kelompok perlakuan dua, untuk dianalisis yang disesuaikan
dengan kriteria klasifikasi kebugaran jasmani umur 13-19 tahun putra untuk
Lari adalah salah satu nomor dalam perlombaan atletik, dimasukan dalam
kategori siklik (Bompa, 1993). Lari adalah salah satu gerak (motorik) dasar
manusia disebut lokomotor (Corbin, 1980). Ahli olahraga melihat bahwa sikap
gerakan lari mudah dilakukan, tidak memerlukan biaya yang tinggi atau murah,
dapat dilakukan oleh setiap orang (massal) dan secara meriah (menyenangkan)
dalam bentuk rekreasi. Lari merupakan gerakan yang menarik (yang disenangi) dan
dapat dilakukan di tempat terbuka, jalan raya, taman atau di lapangan (keliling
orang.
Pelatihan lari aerobik 2,4 km dapat dipakai sebagai metode pelatihan untuk
membina kesegaran jasmani. Lari aerobik 2,4 km adalah lari dengan menempuh
jarak 2,4 km serta menggunakan tenaga hasil pembakaran zat makanan oleh
oksigen (Cooper, 1982a dan b). Latihan daya tahan respirasio kardiovaskular
dianjurkan berlatih dengan lari aerobik (Cooper, 1977a dan b; Giam dan The, 1993;
Fox dan Mathew, 1998; Fox, 1984; Berger, 1961). Menempuh jarak 2,4 km dengan
kecepatan rata-rata lari 12 menit maka perlu mengkonsumsi oksigen oleh orang
37
pelatihan serta jenis aktivitas tertentu pula sesuai dengan acuan-acuan pelatihan
daya tahan respirasio kardiovaskular (Bompa, 1983; Berger, 1982; Fox, 1983;
Harsono, 1988).
kesegaran jasmani berdasarkan waktu tempuh lari aerobik 2,4 km disajikan dalam
tabel 2.2
Tabel 2.2
Klasifikasi Kesegaran Jasmani (tes aerobik) untuk golongan Umur
13-19 Tahun, Putra (Cooper : 1,5 mil/2400 meter)
Kategori Kesegaran Umur 13-19 Tahun
Sangat kurang Lebih dari 15’ 10”
Aktivitas pelatihan lari, yang menempuh jarak yang cukup jauh seperti lari
aerobik 2,4 km, diperlukan kemampuan respirasi jantung dan peredaran darah yang
menurun, jika tidak diikuti unsur motivasi yang kuat. Ahli psikologi olahraga
berpengaruh pula pada gerak fisik lari. Jelas sekali hal ini pada gerak (motorik)
misalnya konfigurasi badan yang membosankan (hanya gerakan itu-itu saja), dalam
disiplin anthropometry dibahas mengenai variasi pada struktur tubuh, hal ini secara
38
faktor somatic memang telah lama menjadi perhatian peneliti atau kaum praktisi
seperti guru olahraga atau pelatih. Secara langsung dapat diamati pengaruh gerak
fisik lari tersebut, sehinga pada lari jarak jauh dimana efisiensi lari sangat
antara 8-30 km/jam, panjang langkahnya bertambah dari 80-220 cm, sedangkan
frekuensi larinya bertambah dari 170-230 langkah permenit, sehinga kecepatan lari
(dikutip oleh Effendi, 1983). Berlari dalam batas kecepatan yang cukup luas
kecepatan rendah, dan lari dengan kecepatan tinggi (Astrand, dkk, 1977). Perkiraan
dasar dapat ditaksir kebutuhan energy untuk jogging dan lari kira-kira 2 kj/kg/km (1
kcal), sedangkan untuk jalan dengan kecepatan 4-5 km/jam kebutuhan energy
hanya setengahnya atau 1 kj/kg/menit (0,5 kcal). Jenis permukaan tempat berlari,
kecepatan angin dan tanjakan akan mengalami suatu perubahan lewat angka/nilai
yang. didapat.
peningkatan kesegaran jasmani, baik secara umum maupun khusus terhadap lari
aerobik itu sendiri. Senam kebugaran jasmani atau senam aerobik yang
yang dapat mempengaruhi motivasi, yang turut pula berpengaruh pada aktivitas
39
2.7 Keuntungan dan Kerugian Test Lari Aerobik 2,4 km
kesegaran jasmani dengan tes lari acrobik 2,4 Km adalah sebagai berikut:
2.7.1 Keuntungannya
2) Jarak tempuh dapat digunakan jalan raya dan lapangan atau stadion.
2.7.2 Kerugiannya
2) Suhu udara yang tidak tetap atau sama pada setiap pengukuran.
3) Motivasi para pengikut tes yang tidak dapat ditetapkan, dalam arti tidak
menyelesaikan tes ini dengan harapan menggerakan segala kemampuannya. Tes ini
rejuvenasi biologis antara umur 10-15 tahun, dengan demikian maka manusia
sebagai tenaga kerja, akan mampu bekerja secara lebih efisien (Adiputra, 1992b).
oksigennya kurang dari 36,4 ml/ kg berat badannya, maka diberi kategori kurang.
Bila lebih dari 52,4 ml/ kg berat badannya, dikategorikan istimewa. Mengonsumsi
40
oksigen sebesar 36,5 ml-42,4 ml/kg berat badan per menitnya maka masuk kategori
sedang, yang kurang dari 33,0 ml/ kg termasuk kategori sangat kurang dan ini
41
BAB III
Keberhasilan dengan orang coba pada pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam
dan di luar stadion (secara fisik) dipengaruhi oleh faktor dorongan keadaan yang
berbeda nampak akan ikut berpengaruh pada pelatihan lari aerobik 2,4 km, jika
dilihat dari faktor psikis kejenuhan atau kebosanan terhadap lingkungan tempat
berlari seperti di lapangan berumput, jalan yang kasar, licin, suhu lingkungan
maupun arah angin yang tak terkendali juga turut memberi pengaruh terhadap
Lari dengan dosis yang sama dalam hal jarak dan waktu yaitu, mengelilingi
lapangan dalam stadion selama enam kali putaran (6 x 400 m), 2,4 km dengan
target waktu 12’10”- 09’41 secara fisik bersifat monoton dan secara psikis
lintasan lurus jalan raya (di luar stadion), 2,4 km dengan target waktu yang sama
12’10”- 09’41 justru merasa monoton oleh suasana jauhnya jarak lari karna tidak
melewati lintasan yang seharusnya, hal ini dapat menimbulkan pengaruh secara
psikis pada aspek jenuh atau bosan oleh karena tidak termotivasi secara baik.
Pelatihan lari aerobik yang dilakukan di dalam atau di luar stadion memberikan
suatu pengaruh yang berbeda bagi orang coba (pelari), sehingga termotivasi untuk
berlari terus menerus untuk sampai di garis akhir atau finish. Penelitian ini,
memberi kejelasan bahwa pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam dan di luar stadion
42
memberi pengaruh terhadap peningkatan kesegaran jasmani, akan dipakai sebagai
Kesegaran Jasmani
1. Pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di dalam
2. Pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di dalam
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Stadion Oepoi Kupang dan jalur jalan Bandara
El Tari Kupang
selama 6 minggu.
Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah the randomized pre test-
post test control group design (Poccok, 2008), dimana pengenlompokan subjek
secara random (acak) dan variabel yang dikendalikan meliputi : jenis kelamin (yang
dipakai adalah siswa putra), kelas, kondisi fisik, kesehatan umum (umur, Tb, Bb),
44
6 minggu
Ke1 pretest X1 Postest
S R
6 minggu
Keterangan :
S = Sampel
R = Randomisasi
belajar.
45
2. Siswa kelas xi
pelaksanaan pelatihan.
pelatihan.
2. Mengalami cedera
siswa putra yang melakukan test aerobik 2,4 km dengan waktu tempuh rata-rata
12.00 menit dan standar deviasinya adalah ±1,14 menit. Menggunakan rumus
(Pocock, 2008) secara kuantitatif, dengan dihitung jumlah sampel setiap kelompok
yang akan dilibatkan dalam penelitian ini, dengan perhitungan sebagai berikut:
2 2
n f ( , )
(2 1 ) 2
α = 0,05
β = 0,05
µ1 = 12,00
46
µ2 = 09,00
= 13 (tabel)
2 . 1, 270 2
n x13
9 , 00
sebanyak 30 orang.
perlakuan. Sampel yang sesuai dengan kriteria dipilih secara purposive (Tangking
47
Siswa
Kelas XI
8 Kelas
Kesegaran Jasmani
Gambar 4.2 Pengelompokkan Sampel Penelitian.
Kesegaran jasmani
c. Variabel kendali
Kondisi fisik
Kesehatan umum
Gizi
48
Aktivitas fisik
d. Variabel rambang
Lingkungan
1. Siswa
Siswa putra yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, kelas xi
2. Motifasi
Motifasi adalah perasaan dalam diri untuk mencapai tujuan, yakni individu
secara sadar memotivasi perilaku yang mengarah pada tujuan yang hendak
dicapai.
3. Kejenuhan
Kejenuhan adalah perasaan tidak berdaya, tidak senang tanpa sebab yang jelas,
4. Kesegaran jasmani
49
5. Tes lari aerobik 2,4 km
Tes lari aerobik 2,4 km adalah tes lari secepat-cepatnya (terus menerus) untuk
Lari aerobik 2,4 km adalah suatu pelatihan lari dengan menempuh jarak 2,4 km
yang mempergunakan tenaga hasil pembakaran zat makanan oleh oksigen luar,
dengan kemampuannya.
Dosis yang sama artinya, kedua kelompok I dan II diberikan waktu tempuh
yang sama yaitu 12’10 – 09’41 dengan jarak tempuh yang sama pula 2,4 km.
Berlari diluar lapangan adalah suatu pelatihan lari dengan lari lurus untuk
10. Pelatihan
Pelatihan merupakn suatu gerakan fisik dan atau aktifitas mental yang
50
dan psysikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktifitas olahraga dapat
mencapai penampilan yang optimal (Nala, 1998). Pelatihan dalam hal ini
adalah lari aerobik 2,4 km di dalam dan di luar lapangan/stadion dengan waktu
Kondisi fisik adalah syarat yang dibutuhkan orang, dalam usaha melakukan
Kesehatan umum adalah sehat secara jasmani dalam arti kata tidak sakit yang
ditinjau dari umur, tinggi badan, berat badan, denyut nadi istirahat (Pangkahila,
1977).
13. Gizi
Gizi adalah suatu unsur dari jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh
Aktivitas fisik adalah suatu mekanisme dari organ-organ tubuh terhadap beban
15. Umur
Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa putra.
51
Tinggi badan adalah tinggi orang coba yang diukur dari lantai sampai vertex
atau ubun-ubun, dan diukur pada sikap berdiri, pandangan lurus ke depan
Berat badan orang coba adalah berat badan yang diukur dengan “detecto”
mungkin dan saat pengukuran tidak boleh berpegangan pada benda lain.
19. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah keadaan tempat yang digunakan pada saat
Alat :
1. Alat timbangan berat badan merk “Detecto” buatan Jepang dengan ketelitian
0,1 kg dan alat ukur tinggi badan, dengan merk “Athropometer” buatan Jepang
3. Meteran logam, merk “Vitara” buatan jepang dengan ketelirian 0,1 cm.
4. Peluit
52
Pelaksanaan:
4. Siswa harus berlari secepat mungkin mencapai garis finis dengan waktu
5. Siswa di beri motifasi untuk lari saling mendahului teman mencapai garis finis.
8. Melakukan evaluasi.
berikut:
53
Penjelasan tentang jadwal pelatihan dan tempat pelatihan, pelatihan
delaksanakan hari selasa, kamis dan Sabtu mulai pukul 16.00 WITA sampai
selesai.
Penjelasan tentang tes lari aerobik 2,4 km yang dilakukan pada permulaan
stadion.
Data kondisi siswa sebelum pelatihan didapatkan lewat pemeriksaan fisik dan
kesegaran jasmani dites dengan lari 2,4 km. Pengukuran tinggi badan dan berat
siswa.
3. Lintasan pelatihan
4. Program pelatihan
gerakan statis pada posisi berdiri dan jongkok dengan kedua lengan ke
54
tempat, gerakan kalistenik pada sendi bahu dan pangkal paha. Segera
sesudah pemanasan dianggap cukup yaitu denyut nadi 1 menit diatas denyut
latih bersamaan sekaligus yaitu kelompok satu dengan pelatihan lari aerobik
Pengawasan pelatihan: oleh peneliti sendiri dan oleh guru olahraga yang
Fase pendinginan
Disiapkan formulir yang berisi data nama, kelas, jenis kelamin, tinggi
badan, berat badan, kesegaran jasmni dengan data awal pelatihan lari
55
4.10 Prosedur Pengukuran
dengan alat ukur yang menjadi satu dengan timbangan dalam sentimeter
Pengukuran kesegaran jasmani, dilakukan dengan tes lari 2,4 km. Lari
mengelilingi dalam stadion dan lari lurus di luars stadion ( jalan raya),
dan detik. Nilai yang didapat dikonversi dengan tingkat kesegaran jasmani
siswa sesuai dengan tabel kesegaran jasmani. Tes bukan hanya dilakukan
hasil penelitian.
56
Analisis komparasi yaitu membandingkan atau membedakan variabel
Populasi
Pemilihan sampel
inklusi & eksklusi
Pemilihan sampel
random 30 orang
Alokasi random
Kelompok I Kelompok II
Analisis data
Penulisan laporan
57
BAB V
Tabel 5.1
Minggu
Variabel 1 2 3 4 5 6 Rerata
Berdasarkan data tabel, rentang suhu basah berkisar antara 27-29 0C, rerata
suhu 28,080C, sedangkan rentang suhu kering berkisar antara 28.2 ºC-300C, dan
Daerah nyaman untuk orang indonesia, suhu keringnya antara 22-28oC dan
kelembaban relatif 70-80% serta kecepatan angin 0,2 m/s, (Manuaba, 1983).
58
5.2 Ciri Fisik Subjek
Ciri fisik subyek untuk kelompok 1 tidak jauh berbeda dengan kelompok 2
dalam hal umur, berat badan, tinggi badan dan denyut nadi istirahat per menit.
Tabel 5.2.
Nilai rata-rata ciri fisik siswa SMA Katolik Giovanni
Kupang. (n=22)
Klp I Klp II
t p
Parameter Mean ± SD Mean ± SD
-,881 0,39
Umur (thn) 15,82 ± 0,75 16,09 ± 0,70 -,549 0,59
BB (kg) 55,01 ± 3,31 56,49 ± 8,34
TB(cm) 165,91 ± 4,25 167,18 ± 5,10 -,636 0,53
DNIST (menit) 95,00 ± 5,74 96,36 ± 7,55 -,477 0,64
sebagai ketentuan dari uji parametrik, dapat dilihat pada tabel 5.3
5.3.1 Uji Normalitas Data pada Sampel Sebelum dan Setelah perlakuan.
Tabel 5.3
Uji Normalitas Sampel Antar Kelompok Sebelum dan Setelah Perlakuan
Variabel N Rerata SB P
Seb Kpk 1 Dalam Stadion 11 11,945 0,691 0,450
Set Kpk 1 Dalam Stadion 11 8,445 0,448 0,579
Seb Kpk 2 Luar Stadion 11 13,199 0,717 0,698
Set Kpk 2 Luar Stadion 11 8,613 0,435 0,708
Uji normalitas pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa data pada penelitian ke dua
kelompok perlakuan berdistribusi normal dengan P > 0,05 selanjutnya data dapat
59
diuji dengan uji parametrik untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan hasil
5.3.2 Hasil Analisis Beda Anatara kelompok 1 di Dalam Stadion dan Kelompok 2
di Luar Stadion.
Hasil analisis beda diharapkan mendapat hasil yang signifikan dari ke dua
Tabel 5.4
Beda Kelompok Data di Dalam dan di Luar Stadion Pada Lari
Aerobik 2,4 km
Sebelum Setelah
Variabel N Beda t P
Rerata SB Rerata SB
Kpk. 1 dalam
Stadion 11 11,945 0,691 8,445 0,448 3,500 14,903 0,000
Kpk. 2 Luar
Stadion 11 13,199 0,717 8,613 0,435 4,586 18,318 0,000
Hasil uji beda antara kelompok 1 dengan kelompok 2 dalam kondisi sebelum
dan setelah perlakuan adalah berbeda bermakna dengan P < 0,05. Pada tabel terlihat
Tabel 5.5
Hasil Uji Normalitas Antara Kelompok 1 di Dalam dan Kelompok 2 di Luar
Stadion
Variabel N Rerata SB P
Beda Kpk 1 dalam Stadion 11 3,500 0,779 0,919
Beda Kpk 2 Luar Stadion 11 4,586 0,830 0,995
60
Berdasarkan uji normalitas didapatkan hasil bahwa data kedua kelompok
berdistribusi normal dengan P > 0,05, dengan hasil ini dapat diteruskan untuk diuji
parametrik.
5.3.4 Nilai Beda Antara Kelompok 1 di Dalam Stadion dan Kelompok 2 di Luar
Stadion.
Mencari nilai beda antara kelompok adalah untuk mendapatkan nilai hasil
besaran antara kelompok 1 di dalam stadion dan kelompok 2 di luar stadion pada
tabel 5.6
Tabel 5.6
Hasil Uji Beda Antara Kelompok 1 di Dalam dan 2 di Luar Stadion
Kelompok 1 Kelompok 2
Dalam Stadion Luar Stadion
Variabel N Rerata SB Rerata SB Beda t P
-
Beda Klpk 11 3,500 0,779 4,586 0,830 1,086 -3,117 0,011
Berdasarkan data diatas, di dapat hasil bahwa ada beda antara kelompok 1 di
dalam stadioon dan kelompok 2 di luar stadion, kedua hasil uji ini berbeda
61
BAB VI
PEMBAHASAN
15-17 tahun, dan rerata berat badan untuk kelompok I adalah 55,00 kg dan pada
kelompok II adalah 56,49 kg, seperti yang disajikan dalam tabel 5.2 ternyata berada
dalam kategori berat badan normal dan layak untuk mengikuti penelitian
selanjutnya (BBN), hal itu didasarkan atas rumus : BBN=(Tb-100) oleh (Dediknas,
Bracco, 2011).
tergolong dalam kategori kesegaran jasmani baik sekali terlatih, hal ini didasarkan
atas waktu tempuh yang diperoleh setelah 6 minggu perlakuan tes lari aerobik yaitu
8,445 menit dan pada kelompok II dengan rata-rata waktu tempuh 8,613 menit
setelah 6 minggu perlakuan tes aerobik tergolong dalam kategori kesegar jasmani
baik sekali. Hasil ini menunjukan bahwa subjek untuk kesehatannya berada dalam
6.2 Pelatihan Lari Aerobik 2,4 Km, Dengan Frekuensi 3 Kali Seminggu Di
Penelitian pada lari aerobik 2,4 Km didalam dan di luar stadion memiliki data
62
Kelompok 2 di luar stadion sebelum perlakuan memiliki rerata sebesar
selisih waktu sebesar 4,586 menit. Peningkatan yang dialami pada pelatihan lari
aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di dalam maupun di luar stadion
dapat dilihat pada kondisi sebelum dan setelah perlakuan meningkat. Hipotesis 1
dapat dibuktikan.
6.3 Pelatihan Lari Aerobik 2,4 Km, Dengan Frekuensi 3 Kali Seminggu Di
Data pada selisih antara kelompok sebelum dan setelah perlakuan bemiliki data
yang berdistribusi normal dengan p<0,05. Data aerobik di dalam dan di luar
memilki perbedaan sebesar 3,500 menit dan 4,586 menit. Selisih antara kelompok 1
dan kelompok 2 baik di dalam maupun di luar stadion berbeda dan bermakna
dengan p<0,05 sebesar 1,086 menit. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan lari
aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di dalam stadion lebih baik
pendidikan dan Kebudayaan 1975 di Jakarta, dengan subjek sebanyak 115 orang
63
Kategori III sedang : 37 orang = 32,17%
Yang tergolong kartegori kesegaran jasmani sedang sampai baik sekali adalah
berikut:
Waktu tempuh/menit
5
6
7
Klp 1 (8,445± 0,448) waktu sesudah
8
Klp 2 (8,613 ± 0,435) waktu sesudah
9
10 Klp, 1. 11,945± 0,691 waktu sebelum
11
12
13
14 Klp, 2. 13,199± 0,717 waktu sebelum
15
Keterangan:
Gambar/Grafik 1. Waktu tempuh lari aerobik 2,4 km sebelum dan sesudah
6 minggu, kedua kelompok perlakuan.
64
Klp. I = dalam stadion (_________) waktu tempuh lari.
Berdasarkan data grafik tersebut di atas ternyata ada perbedaan yang bermakna
(P<0,05) antara waktu tempuh tes lari aerobik 2,4 km pada orang coba yang
pelatihan selama 6 minggu. Pada kelompok I terjadi penurunan waktu tempuh dan
masuk dalam kategori kesegaran jasmani baik sekali terlatih sedangkan pada
jasmani baik sekali, dengan selisih beda 31% dan diperoleh nilai t=-3,117 dan
(P<0,05), yang berarti kesegaran jasmaninya berubah dari kategori kurang menjadi
Menurut Creag dkk (1998), bahwa lari di lapangan memerlukan energi yang
lebih tinggi dari pada lari di jalan. Pelatihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani
dapat dilakukan ditempat yang berbeda, dalam lapangan stadion ataupun di luar
lapangan stadion, sebagaimana manusia sebagai tenaga kerja akan mampu bekerja
secara lebih efisien (Adiputra, 1992a) dan aktivitas fisik sehari-hari dari organ
(Koeswara, 1989). Menurut (Suwetra, 1996), bahwa kapasitas kerja fisik, sistem
energi dan kualitas atau nilai gizi turut meningkatkan kesegaran jasmani. Pengaruh
pelatihan fisik terhadap organ tubuh adalah dapat memperbaiki aliran darah
65
penurunan aliran darah sebanyak 50% daripada aliran darah saat istirhat
(pengkahila, 1998), selain itu ada organ-organ tubuh lainnya yang tidak mengalami
dalam suatu pelatihan akan meningkatkan kemampuan fisik, tetapi tidak demikian
halnya apabila pelatihan fisik dilakukan secara sembarangan dan tidak teratur justru
kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai aspek kualitas, yang sangat menetukan
oleh Bompa, 1953) berpendapat bahwa dalam batas-batas fisiologi bila suhu badan
bagi pemula dan akan menghasilkan penigkatan yang berarti tanpa menimbulkan
efek kelelahan yang berarti (Fox dkk, 1993), begitu juga (Pate dkk (1984)
menyatakan bahwa pengaruh lamanya pelatihan 6-8 minggu akan memberi efek
yang cukup berarti pada latihan bagi atlet. Pelatihan yang telah dijalankan dengan
untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan yang dicapai oleh orang coba.
kualitas fisik, kualitas fisik yang tinggi tidak hanya dilakukan melalui pelatihan
66
yang keras saja, tetapi harus dipesiapkan secara khusus sesuai dengan masing-
diperlukan dalam usaha penigkatan prestasi olahraga, oleh sebab itu yang menjadi
secara tepat dan benar, sebab efeknya akan dapat menimbulkan perubahan fisologis
stroke volume dan heart rate akan terjadi apabila penerapan pelatihan fisik
dilakkukan secara tepat dan terukur (Fox dkk, 1998). Mekanisme sistem energi,
1983).
dengan mudah dapat menentukan koponen fisik mana yang perlu untuk
dikembangkan. Salah satu komponen kondisi fisik yang sangat penting dalam
impuls akan diinterprestasi atas dasar pengalaman yang lalu. Impuls yang lain
kemudian dikirim dari otak melalui sistem saraf eferent menuju otot-otot yang
67
sesuai dan terakhir otot digunakan untuk memproduksi respons (Drowatzky, 1981)
dan ( Dienhart, 1979), sehingga waktu tempuh yang diperlukan dalam lari aerobik
2,4 km merupakan waktu yang diperlukan untuk proses-proses yang terjadi seperti
yang dapat ditunjukan oleh waktu tempuh lari aerobik 2,4 km setelah menerima
ransangan Wicrossek (dikutip oleh Bompa 1993), selanjutnya (Pate dkk, 1984)
mengambil kesimpulan bahwa, untuk olahraga keterampilan seperti lari aerobik 2,4
pada perpaduan antara aspek sensoris dan aspek motoris sistem saraf secara efisien.
Secara psikis (psikologi), lari di luar stadion dengan lingkungan tempat berlari yang
tidak terkendali (bebas) akan sulit dipantau dari sisi motivasi secara bersama dan
menempuh jarak 2,4 km di dalam stadion secara fisik, harus mengelilingi jarak 6
kali 400 meter dengan sungguh-sunguh, secara psikis (psikologi), di dalam stadion
lebih mudah di pantau dan nyaman serta termotivasi dengan baik sehingga kurang
Dapat di simpulkan bahwa efek pelatihan lari aerobik tidak hanya ditentukan
oleh kualitas fisik dan psikis saja, melainkan juga oleh pencapaian psikomotor,
kognitif dan afektif yang merupakan kesatuan yang saling berkaitan sehingga
pelatihan lari aerobik di dalam stadion yang dilakukan oleh kelompok I memberi
pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kesegaran jasmani orang coba
68
(siswa), dari pada pelatihan di luar stadion oleh kelompok dua, sebab pelatihan
kelompok 1 mendapatkan waktu lebih baik dan dapat mengubah kategori jasmani
dari kategori kurang menjadi kategori baik sekali dan terlatih, dengan demikian
69
BAB VII
7.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat
siswa.
siswa.
kesegaran jasmani, hal ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungan pelatihan dan
70
7.2 Saran
Dengan hasil ini saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian
sebagai berikut :
Kepada guru penjas, pembina, pelatih, untuk mengunakan lari aerobik 2,4 km
kepada atlet siswa SLTA dalam meningkatkan prestasi olahraga dan prestasi belajar
di sekolah.
71
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, N. 1992 a. Beban kerja tari bali modern dan pengaruhnya terhadap
beberapa parameter fisiologi tubuh, Disertasi Universitas Airlangga,
Surabaya.
Adisasminto, Sudarwati. 2007. Mental Juara Modal Atlet Berprestasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Astrand, P.O dan K. Rodhal 1977. Textbook of Work Physiology, 2nd Ed. New
York: Mcgraw-Hill Company
Berger, R.A. 1982. Comparison of Static and Dynamic Strength Increase Rest
Quart.
Bompa, T.O. 1990. Theory and Methodology of Training. : The Key to Athletic
Performance. 2 nd Ed. Dubeque : Kendal Hunt Publishing.
Cooper, K. Cooper 1982b. The Aerobics Program for Total Well-Being. New York:
M. Evans and Company Inc.
Creagh, U. T. Reilly and A Less 1998. Kinematics of running on “of road” terrain.
Ergonomics 41 (7) :1029-1031.
72
Depdikbud 1996. Teknik penyusunan usulan penelitian eksperimental.Buku
panduan, Ditdikgutentis, Dekdikbud, Jakarta.
Effendi, H. 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga serta Peran Tes Kerja (Exercise
Test) untuk Diagnostik. Bandung: Penerbit Alumni.
Fontayne, P. S., dan Piere, J. F. 2001. Culture and Achievenment Motivasi in Sport:
A Qualitative Comparative Study Between Maghrebian and European
Freceh Adolescents . Journal of Sport Science, Volume 1
Fox, E.L. 1984. Sport Physiology, 2 nd ed. Tokyo: Sounders College Publishing
Giam, C,.K and J. The 1992. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta : Binarupa
Aksara.
73
Junusul, H. 1989. Fisiologi olahraga jilid I. Proyek pengadaan buku Direktorat
Jendral Dikti P2LPTK, Depdikbud, Jakarta.
Mayer, J. P., Becker, Th. E., dan McLean, Ch. 2004. Employee Commitment and
Motivasion: A Conceptual Analysis and Integrative Model. Journal of
Applied Psychology. Volume 89 N0m0r 2, hal 991-1007.
Moeloek, D. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta : Fakultas Kedokteran, UI.
Nala, N. 1986. Kesegaran Jasmani. Bahan Kuliah Bagian Faal FK UNUD,
Denpasar.
Nala, N. 1988. Kesegaran Jasmani. Denpasar : Penerbit Yayasan Ilmu Faal Widya
Laksana.
Nurdin U. Badu 2006. Tesis, Norma kategori tingkat kebugaran fisik umur 10 dan
11 tahun dengan tes lari aerobik 2,4 km pada siswa sekolah dasar di kota
kupang.
Nossek, J. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan Africa Press Ltd.
74
Pangkahila, J. A. 1997. Bahan-bahan Kuliah PS S2 Kesegaran Jasmani.Program
Studi Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana,UNUD, Denpasar.
Pocock, S.J. 2008. Chemical Trial, a Practical Approach. New York: A Willey
Medical Publication.
Tangking Widarsa, Kt. Dan Made Dharmadi 1997. Biostatistik. Bahan Kuliah PS
Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana,UNUD, Denpasar.
75
76