Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang selalu timbul baik

pada industry besar seperti pabrik baja, pabrik mobil maupun dan beberapa

industri rumah tangga seperti pandai besi, pengrajin kayu, pengrajin meubel,

pengrajin kuningan serta aneka logam lainnya.

Sampai saat ini banyak batasan yang digunakan untuk istilah

kebisingan. Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-

getaran yang tidak teratur periodic. Ada pula yang mengartikan bahwa

kebisingan adalah suara yang tidak mengundang mengandung kualitas musik.

Dapat kita ambil kesimpulan Sedangkan batasan kebisingan menurut

Permenkes adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga

mengganggu atau membahayakan Kesehatan (Permenkes No.718/Men. Kes/

Per /XI/1987).

Apapun batasan yang diberikan baik kebisingan maupun suara secara

fisik adalah sama. Suara baik yang dikehendakki atau tidak adalah merupakan

fenomena fisik udara berupa variasi perubahan tekanan udara yang terus

menerus, cepat, meninggi, merendah dalam tekanan atmosfir yang normal serta

dirambatkan (bergerak), yang disebabkan oleh obyek yang bergetar. Getaran

udara tersebut merambat melalui medium padat, cair, maupun udara dimana

bila diterima oleh telinga orang yang mendengarnya akan diberi “makna” atau

“sensasi” tertentu.

1
2

Banyak pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh kebisingan, diantaranya

adalah gangguan fisiologis yaitu gangguan yang mula – mula timbul akibat

bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu.

Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas.

Gangguan psikologis berupa stress, gangguan jiwa, sulit konsentrasi, berpikir

dan lain sebagainya. Gangguan psikologis tentu saja dapat menimbulkan akibat

lain yang lebih jauh. Dan gangguan patologis organnis berupa ketulian yang

bersifat sementara hingga permanen.

Terjadinya ketulian akibat bising ini tidak sekaligus terjadi dalam

seketika tetapi tergantung dari macam dan lama suara serta faktor – faktor lain.

Prosesnya bisa dimulai dari tingkat yang ringan sampai jadi berlarut-larut yaitu

tuli yang menetap.

Tuli akibat bising termasuk jenis tuli persepsi dan kelainannya terdapat

didalam cochlea dan bisa menetap. Pada pemeriksaan audio metris ternyata

bahwa kehadiran seseorang dalam waktu yang lama disuasana kebisingan

dengan level tinggi, maka akan nada kelemahan pendengaran pada range

frekuensi tinggi antara 3000 – 6000 Hz dan terutama pada frekuensi 4000 Hz.

Tuli pada frekuensi 4000 Hz ini merupakan cirri khas tuli akibat bising.

Kelainan cochlea akibat bising berupa degenerasi sel – sel rambut

externa sensoris dipermukaan vestibuler membrana basiler. Penelitian telah

dilakukan di negara – negara maju ditemukan bahwa intesitas suara antara

82 – 84 dB dengan frekuensi 3000 – 6000 Hz sudah dapat menimbulkan

kerusakan organ corti yang sifatnya menetap bila waktu kerja melebihi 8 jam
3

sehari. Penyelidikan lain menemukan bahwa suara – suara dengan intensitas 85

dB menimbulkan kerusakan yang masih reversible yang kemudian akan

menjadi kerusakan yang menetap bila hal ini terjadi berulang – ulang.

Di Desa Cempaka Kecamatan Amuntai Selatan Kabupaten Hulu Sungai

Utara kebanyakan masyarakatnya bekerja sebagai pengrajin meubel. Pada

proses pembuatan meubel mereka menggunakan alat – alat yang menimbulkan

suara atau bunyi tertentu, seperti palu, gergaji manual, gergaji listrik / mesin

belah, ketam manual, ketam listrik, lotter, bor listrik dan jet saw. Pengrajin

meubel bekerja enam hari dalam seminggu dengan waktu kerja 8 jam perhari.

Bagi mereka bunyi ini bukan merupakan masalah, karena disamping timbul

dari aktivitas kerja yang mereka lakukan juga karena mereka sudah terbiasa

dengan bunyi atau suara tersebut. Adapun hasil olahan pengrajin berupa lemari,

kursi tamu, penyekat ruangan, tempat tidur dan banyak lagi yang lainnya. Hasil

kerajinan biasanya dipasarkan ke Kalimantan Timur, Kalimantan tengah,

Sulawesi dan Kalimantan selatan sendiri.

Banyak tenaga kerja yang merasakan adanya keluhan / gangguan

terhadap pendengaran seperti menurunnya daya dengar tenaga kerja beberapa

saat setelah bekerja. tambahkan data kuantitatif (angka), misalnya 4 dar 5

tenaga kerja. Selain itu masyarakat tidak tahu bahwa masalah kesehatan

lingkungan bukan hanya masalah pembangunan jamban keluarga (WC), air dan

pengelolaan sampah tapi masih banyak masalah kesehatan lingkungan yang

lain misalnya kebisingan.


4

Karena itu perlu dilakukan pengukuran terhadap tingkat kebisingan

yang terjadi pada pengrajin meubel di desa Cempaka Kecamatan Amuntai

Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara untuk mengetahui apakah suara yang

ditimbulkan dari kegiatan tersebut tingkat kebisingannya melebihi standard

batas kebisingan sehingga bisa menimbulkan gangguan terhadap pendengaran

masyarakat desa terutama tenaga kerja dalam bentuk keluhan-keluhan daintara

para pengrajin meubel tersebut, yang diduga berhubungan dengan bunyi bising.

Keadaan inilah yang menarik penulis untuk diteliti mengetahui tingkat

kebisingan dan keluhan di tempat tenaga kerja pengrajin meubel di Desa

Cempaka kecamatan Amuntai selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara.

B. Permasalahan

Dari uraian latar belakang diatas diutarakan bahwa industri rumah tangga

pembuatan meubel dapat menimbulkan suara bising yang mengganggu, .....%

diantara pengrajin mengaku bunyi bising telah mengganggu komunikasi

verbalnya. Oleh sebab itu dibuat suatu rumusan masalahnya dapat dirumuskan

sebagai berikut :

“Bagaimanakah tingkat kebisingan dan keluhan – keluhan yang dirasakan

tenaga kerja pengrajin meubel di Desa Cembaka Kecamatan Amuntai Selatan

Kabupaten Hulu Sungai Utara ?”

C. Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini penulis batasi pada pengukuran tingkat kebisingan

paparan tenaga kerja serta keluhan – keluhan yang dirasakan oleh tenaga kerja.

D. Tujuan Penelitian
5

1. Tujuan umum :

Mengetahui tingkat kebisingan dan keluhan yang dirasakan tenaga kerja

pengrajin meubel di Desa Cempaka Kecamatan Amuntai Selatan

Kabupaten Hulu Sungai Utara.

2. Tujuan khusus :

a. Mengetahui Diketahuinya paparan tingkat kebisingan paparan tenaga

kerja pada pengrajin meubel di Desa Cempaka Kecamatan Amuntai

Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara.

b. Mengetahui Diketahuinya keluhan – keluhan yang dirasakan oleh

tenaga kerja yang terpapar kebisingan di pengrajin meubel desa

Cempaka Kecamatan Amuntai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara.

E. Manfaat penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

tenaga sanitarian di Puskesmas Amuntai Selatan dalam menyikapi tingkat

kebisingan di pengrajin meubel Desa Cempaka Kecamatan Amuntai

Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara.

2. Dapat dipergunakan dalam penyusunan program pengendalian dan

penyuluhan bahaya akibat kerja bagi tenaga Kesehatan Lingkungan di

Puskesmas.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang

sudah dilakukan tentang kebisingan, penelitian ini dilakukan pengukuran

paparan bising terhadap tenaga kerja pengrajin meubel di Desa Campaka


6

Kecamatan Amuntai Selatan kabupaten hulu Sungai Utara, perbedaannya

terletak pada tempat, orang, waktu dan metode pengukuran.

 Perbedannya diuraikan, dan disajikan dalam bentuk tekstual saja; tidak


bentuk tabel, misalnya
1. Penelitian Zainah Rusiana, 2003 : obyek penelitiannya PLTD, anggota
respondennya adalah seluruh karyawan (total sampling), jenis kelamin
laki-laki, dan telah bekerja selama...tahun. Penelitian Zainah
menggunakan instrumen kuesioner dan Noise Dosi meter,
Sedangkan penelitian ini, responden sampel penelitian ditentukan
sebesar 30% dari tenaga kerja (perajin meubel), yang diambil secara
random, penelitian ini menggunakan Sound Level tipe....utk mengukur
intensitas kebisingan, dst....

Tabel 1.1

Perbedaan penelitian dengan penelitian lain

No Judul Pengarang Perbedaan

1 Tingkat kebisingan dan Zainah rusiana  Lokasi


pengarah yang dirasakan tahun 2003 Buntok
oleh tenaga kerja pada ruang  Waktu
mesin PLTD Ranting Buntok tahun 2003
Kabupaten Barito Selatan  Subjek
tahun 2003. tenaga kerja
2 Studi tingkat kebisingan Aswan  Lokasi
ruang operator serta keluhan Tahun2005 Mantangai
yang dirasakan tenaga kerja  Waktu
PLTD Ranting Mantangai Tahun 2005
Kecamatan Mantangai  Subjek
Kabupaten Kapuas tahun Tenaga kerja
2005.
3 Paparan Kebisingan pada Kurniawan  Lokasi
tenaga kerja ruang produksi Sasminto Tanah laut
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tahun 2014  Waktu
tbk. Dikabupaten Tanh Laut Tahun 2014
tahun 2014  Subjek
Tenaga kerja
4 Tingkat kebisingan dan Andri Jaya.S  Lokasi
keluhan pekerja pada PLN Tahun 2015 Kota Baru
Kota Baru tahun 2015  Waktu
Tahun 2015
 Subjek
7

Tenaga kerja

G. Sistematika penulisan

Bab I : Pendahuluan.

Berisi tentang latar belakang, permasalahan, ruang lingkup, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Menguraikan pengertian, sumber dan klasifikasi kebisingan, standart

kebisingan, efek kebisingan dan faktor – faktor yang mempengaruhi,

pengukuran Kebisingan, Pengendalian Kebisingan, peralatan dan bahan yang

digunakan pengrajin meubel dan kerangka teori.

Bab III : Metode Penelitian

Menjelaskan mengenai rancang bangun penelitian, tempat dan waktu

penelitian, populasi dan sampel penelitian, variable penelitian, definisi

opersional, alat ukur yang digunakan, metode penggunaan data, pengolahan

dan analisa data.

Bab IV : Hasil Penelitian

Menjelaskan keadaan umum dan keadaan khusus daerah penelitian.

Bab V : Pembahasan

Berisi analisa masalah dan pemcahan masalah

Bab VI :

Berisi Kesimpulan dan saran


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga

mengganggu dan membahayakan kesehatan (Permenkes no.718 / Men.kes/

Per /XI/ 1987 ).

2. Kebisingan kerja adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat – alat proses produksi dan atau alat – alat kerja pada

tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. ( Kepmenaker

No.51 / Men / 1999 ).

3. Tempat kerja adalah tiap ruang atau atau lapangan tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap dimana pekerja pada atau sering dimasuki pekerja untuk

kepentingan suatu usaha (Undang0undang Nomor. 1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja).

Berdasarkan 3 pengertian kebisingan diats, maka kebisingan dapat

diartikan sebagai ..........................dst

B. Sumber dan Klasifikasi Kebisingan

Sumber kebisingan, menurut Solikin, 1990 hal. 19 sumber kebisingan

dapat terjadi oleh :

1. Lalu lintas : darat, laut dan udara.

2. Perlengkapan gedung : AC dan kulkas

3. Industri, mukono, 2000 hal.149 menerangkan bahwa sumber kebisingan di

lingkungan industri ditimbulkan dari :

8
9

- Peralatan pemakai energi pada industri ( furnace dan heater )

- Sistem control benda cair ( pompa air dan generator )

- Proses industri ( mesin dan segala sistemnya )

- Menara pendingin ( cooling tower )

- Cerobong pembakaran ( flare stack )

- Suara mesin

- Alat/ mesin bertekanan tinggi

- Pengelolaan material ( crame dan fork lift )

- Kendaraan bermotor

Pengaturan arsitek bangunan yang tidak memenuhi syarat, misalnya

sambungan bangunan yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan

bunyi yang tidak diinginkan

Klasifikasi kebisingan menurut Umar Fahmi Achmadi, 1993 hal.52 dapat

dibagi menjadi :

a. Steady noise.

Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara ( sound pressure levels )

diukur dalam octave band perubahan – perubahan tidak melebihi beberapa

dB per detik. Misalnya suara gergaji berputar.

b. Impulse noise.

Mempunyai perubahan – perubahan dalam octave band yang melebihi

beberapa dB per detik. Misalnya : ketukan – ketukan yang berulang seperti

bising di dalam kamr mesin kapal.

c. Impact noise.
10

Mempunyai perubahan – perubahan yang amat besar dalam octave band,

misalnya letusan senjata api.

C. Standard Kebisingan

Kebisingan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja no.51/Men/1999

Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja yaitu intensitas

tertinggi dan merupakan nilai rata – rata yang masih dapat diterima tenaga

kerja tanpa mengakibatkan kehilangan daya dengar yang tetap untuk waktu

kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu,

sehingga ditetapkan nilai ambang batas kebisingan yaitu 85 dB (A).


11

Tabel 2.1.

Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja

Waktu Pajanan Intesitas Kebisimgan

Perhari Dalam dBA

8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
- Menit 97
30 100
15 103
7,5 106
3,75 109
1,88 112
0,94 -
- Detik 115
28,12 118
14,06 121
7,03 124
3,52 127
1,76 131
0,88 133
0,22 136
0,11 139
Catatan : tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA walaupun sesaat

Sumber : Kepmenaker No.Kep.51/Men/1999


12

D. Efek Kebisingan dan Faktor – faktor Yang Mempengaruhi

Kemungkinan gangguan pada manusia akibat kebisingan dapat dibedakan

menjadi 2 golongan, pengaruh pada indera pendengaran ( Auditory effect ) dan

pengaruh pada bukan pendengaran ( Non Auditory effect ).

Faktor – faktor yang mempengaruhi efek kebisingan terhadap pendengaran

( Auditory effect ) adalah ( Umar Fahmi Achamadi, 1993 hal.54 ) :  cek cara

penulisan rujukan

1. Intensitas bising

Nada 1000 Hz dengan intensitas 85 dB, jika diperdengarkan selama 4 jam

tidak akan membahayakan. Intensitas menentukan derajat kebisingan.

2. Frekuensi bising

Bising dengan frekuensi tinggi lebih berbahaya dari pada bising dengan

frekuensi rendah.

3. Lamanya berada dalam lingkungan bising

Semakin lama berada dalam lingkungan bising semakin berbahaya untuk

pendengaran.

4. Sifat bising

Bising yang didengar terus menerus lebih berbahaya dari pada bising yang

terputus – putus

5. Waktu di luar lingkungan bising

Waktu kerja dilingkungan bising diselingi dengan bekerja beberapa jam

sehari dilingkungan tenang akan mengurangi bahaya mundurnya

pendengaran.
13

6. Kepekaan seseorang

Kepekaan seseorang merupakan kisaran luas, secara tidak hanya dapat

dilakukan dengan penaikan audiogram secara berulang – ulang.

7. Umur

Orang yang berumur lebih dari 40 tahun akan lebih mudah tuli akibat

bising.

8. Sifat – sifat fisik suara penyebab :

a. Frekuensi tinggi yang lebih membahayakan

b. Intensitas lebih dari 85 dB dapat menimbulkan gangguan dan batas ini

disebut “Critical level of Intensity”

c. Bahan yang dipakai untuk bekerja misalnya metal atau semen pada

umumnya lebih banyak menimbulkan resonansi getaran.

9. Sifat perorangan :

a. Kepekaan seseorang

b. Umur

c. Penyakit telinga sebelumnya.

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi efek kebisingan bukan

pada Indera Pendengaran ( Non Auditory effect ) adalah :

1. Gangguan Perasaan / mudah marah ( Annoyance )

Faktor yang mempengaruhi annoyance ini adalah ( Zainah Rosiana,

2003 ) :

a. Karakteristik kebisingan meliputi tingkat intensitas dan frekuensi.


14

b. Sikap individu terhadap penerimaan kebising.

c. Kepekaan individu terhadap bising

d. Interupsi dari bising, yakni konsentrasi individu.

2. Gangguan Komunikasi ( Speech Interverence )

Kebisingan dapat mengganggu pembicaraan sebagai alat komunikasi,

sehingga kita tidak bisa menagkap dan mengerti apa yang dibicarakan oleh

orang lain. Agar pembicaraan harus diperkeras dan harus dalam kata serta

bahasa yang dimengerti oleh penerima ( Suma’mur, 1984 hal.65 ).

3. Gangguan tidur ( Sleep Interverence )

Adanya bising dapat menimbulkan gangguan tidur pada seseorang,

menurut penelitian intersintas suara 33 dBA sampai 38 dBA kadang –

kadang menimbulkan keluhan gangguan tidur. Terpapar pada intesnsitas

suara 40 dBA kemungkinan terbangun pada waktu tidur adalah 5 % pada

70 dBA akan meningkat menjadi 30 % dan pada 100 dBA menjadi 100 %

(Zainah Rosiana, 2003 ).

4. Gangguan pada pekerjaan

Gangguan dalam kenikmatan kerja berbeda – beda untuk tiap orang,

pada orang yang sangat rentan dapat menimbulkan rasa pusing dan

gangguan konsentrasi serta kehilangan semangat kerja ( Depnaker RI,

1985/1986 ).

5. Gangguan fisiologis

Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula – mula timbul akibat

bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat


15

terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat di

dengar secara jelas, sehingga dapat menimbulkan gangguan lain misalnya

kecelakaan. Pembicaraan terpaksa berteriak – teriak, selain memerlukan

ekstra tenaga, juga menambah kebisingan. Dilaporkan bahwa kebisingan

dapat mengganggu “Cardiac out – put” dan tekanan darah ( Umar Fahmi

Achmadi, 1993 hal.51 ).

6. Gangguan psikologis

Gangguan fisiologis lama – lama bisa menimbulkan gangguan

psikologis. Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress,

gangguan jiwa, sulit konsentrasi, berpikir dan lain sebagainya. Gangguan

psikologis tentu saja dapat menimbulkan akibat lain yang lebih jauh (

Umar Fahmi Achmadi, 1993 hal.52 ).

E. Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memperoleh data dalam

menentukan tingkat kebisingan. Adapun peralatan yang digunakan ( Solikin,

1990 hal.21 ) adalah :

1. Sound Level Meter (SLM)

Adalah alat pengukur kebisingan dengan intensitas antara 30 – 130

dB dan dengan frekuensi dari 20 – 20.000 Hz

2. Noise Spectrum Analyzer

Alat ini memiliki sejumlah filter menurut oktaf dengan frekuensi

tengah 31,5;63;125;250;500;1.000;2.000;4.000;8.000;16.000;31.500 Hz.


16

Alat ini digunakan untuk analisa frekuensi dari sumber – sumber

kebisingan.

3. Impact Noise Analyzer

Adalah alat pengukur kebisingan Impulsive.

4. Personal Noise Dosimeter

Adalah alat untuk mengukur dosis komulatif untuk tenaga kerja.

Bagi survey pendahuluan masalah kebisingan kontinu sekarang

biasanya diukur intensitas menyeluruh yang dinyatakan dengan dB (A),

menggunakan jaringan A. Jaringan ini berarti sesuai dengan garis kepekaan

sama 40, sehingga member huruf reaksi kepaxa frekuensi rendah dan

memungkinkan diukurnya intensitas yang berbahaya kepada pendengaran.

F. Pengendalian Kebisingan

Menurut Umar Fahmi Achmadi, 1993 hal.56 pengendalian kebisingan

dapat dilakukan dengan :

1. Menghilangkan kebisingan dari sumber suara

Menghilangkan kebisingan dari sumber suara ialah dengan

mengganti beberapa alat dengan alat lain yang lebih sedikit menimbulkan

bunyi (substitusi) antara lain :

- Yang seharusnya memaku diganti dengan mengelas

- Membelah atau memotong dapat diganti dengan mengasah

2. Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap manusia


17

Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap manusia dapat

dilakukan berbagai usaha, antara lain dengan menutup / menyekat mesin

atau alat yang mengeluarkan bising. Pada dasarnya untuk menutup mesin

– mesin yang bising adalah sebagai berikut :

- Menutup mesin secara rapat

- Mengolah semua pintu – pintu dan semua lobang secara akustik

- Bila perlu mengisolasi mesin dari lantai untuk mengurangi penjalaran getaran.

3. Mengadakan perlindungan terhadap karyawan

Usaha lain dalam mengendalikan bising ialah ditujukan terhadap

tenaga kerja atau karyawannya itu sendiri yang terpapar terhadap kondisi

bising. Cara ini disebarkan lebih praktis dalam pelaksanaanya, akan tetapi

kesukarannya terletak pada si karyawan itu sendiri dan disini berhubungan

erat dengan faktor manusia.

Caranya antara lain dengan memakai alat pelindung telinga atau

“personal protective devices” yaitu dengan menyediakan ear plugs, ear

muffs atau helmet.

Cara lain ialah dengan menghilangkan paparan karyawan yang

terpapar tadi dengan memberikan libur atau memindahkannya kebagian

lain setelah ada keputusan medis.

G. Peralatan dan Bahan yang Digunakan Pengrajin Meubel

Dalam proses pembuatan meubel seperti : lemari, kursi, ranjang dan lain –

lain digunakan peralatan dan bahan sebagai berikut

1. Palu
18

Alat pemukul yang digunakan untuk menyatukan bahan baku meubel pada

proses penyambungan dan perakitan.

2. Gergaji manual

Alat yang digunakan untuk memotong bahan baku meubel dengan

menggunakan tenaga manusia.

3. Gergaji listrik

Alat yang digunakan untuk memotong bahan baku meubel dengan

menggunakan tenaga listrik.

4. Ketam manual.

Alat yang digunakan melicinkan permukaan bahan baku meubel ( papan )

untuk kemudian dirakit menjadi bahan jadi ( meubel ) dengan

menggunakan tenaga manusia.

5. Ketam listrik

Alat yang digunakan untuk melicinkan permukaan papan yang selanjutnya

dibuat meubel. Alat ini menggunakan energi listrik dan menghasilkan

bunyi yang keras. Beberapa jenis ketam listrik yang digunakan oleh

pengrajin meubel adalah :

a. Nurubi

b. Norita

6. Lotter

Alat yang digunakan untuk membentuk pinggiran papan supaya lebih

menarik. Alat ini menggunakan energi listrik dan menimbulkan bunyi

yang keras.
19

7. Jet saw

Digunakan untuk membuat ukiran pada meubel digunakan dengan energi

listrik dan menghasilkan bunyi yang keras.

8. Bor listrik

Alat yang digunakan untuk membuat lobang bor untuk dipasang engsel

pintu, menimbulkan bunyi yang keras dan digunakan dengan bantuan

energi listrik.

9. Bahan baku

Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan meubel adalah dari

bahan kayu. Jenis kayu yang digunakan ada 3 macam yaitu :

a. Kayu cemara

b. Kayu kayu agatis

c. Kayu katul, merupakan kayu dengan mutu rendah terdiri dari jenis

kayu panting, kayu kemiri, kayu terantang, kayu madang, kayu lanan

dan kayu kapur naga.


20

H. Kerangka Teori

Mesin – mesin Keluhan Naker Bukan


Produksi pada indera
Meubel Tingkat pendengaran
Kebisingan
- Gangg.komunikasi
- Gangg.pada
pekerjaan
- Gangg.physiologis
- Gang.psykologis

- Jenis alat/
- Mesin Jenis
kayu yang Dampak terhadap
dikerjakan indera pendengaran
(ketulian)

- Intesitas kebisingan
- Frekuensi bising
- Sifat bising
- Waktu diluar
lingk.bising
- Kepekaan seseorang
- Umur
- Sifat – sifat fisik suara
Keterangan : - Sifat perorangan
: diteliti

: tidak ditelit

Gambar 2.1 : Kerangka Teori


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Bangun Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional dan dilihat dari waktu pelaksanaanya

merupakan rancangan penelitian cross sectional, karena peneliti dilakukan

melakukan observasi / pengukuran variable pada satu saat artinya tiap subyek

penelitian hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran variable dilakukan

pada saat pemeriksaan tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa semua subyek

penelitian diamati pada waktu yang sama ( Soekitjo Notoatmodjo, 1993 ).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Cempaka Kecamatan Amuntai Selatan

Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan dasar karena di desa ini paling

banyak terdapat pengrajin meubel dan belum ada penelitian sejenis di

daerah ini.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Nopember 2017 sampai dengan

Maret 2018, yaitu mulai dari persiapan, penyusunan proposal, observasi

dan pengukuran sampai penyelesaian KTI.

21
22

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

a. Populasi untuk pengukuran kebisingan adalah seluruh tenaga kerja pada

unit industry kecil meubel yang ada di Desa Cempaka Kecamatan

Amuntai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara yang berjumlah 45 unit.

b. Populasi untuk menggambarkan keluhan – keluham subyektif adalah

seluruh tenaga kerja yang berjumlah 125 orang.

2. Sampel

a. Sampel untuk pengukuran kebisingan diambil secara rondom sampling

yang diambil sebanyak 30 % dari unit industri kecil meubel dengan

pertimbangan bahwa kegiatan yang ada dan mesin – mesin yang

digunakan pada industri kecil tersebut adalah sama (homogen) sehingga

dianggap homogen (Suharsimi Arikunto, 1989), jumlah sampelnya di

ambil sebanyak 14 unit pengrajin ditambah 1 unit pengrajin untuk

menambah kekurangan sampel keluhan tenaga kerja, sehingga total unit

pengrajin yang di ukur sebanyak 15 unit.

b. Sampel untuk menyatakan keluhan subyektif diambil sampel secara

rondom sampling sebanyak 30 % dari seluruh tenaga kerja yang bekerja

pada unit industri meubel yaitu 38 orang tenaga kerja, yang diambil dari

unit pengrajin yang terpilih pada pengukuran kebisingan.

D. Variable Penelitian

1. Tingkat kebisingan yang diterima tenaga kerja. apakah menghitung

dosis, atau intensitas bising di tempat ekerja?


23

2. Keluhan tenaga kerja  diuraikan apa saja

E. Definisi Operasional

1. Tingkat kebisingan

Tingkat kebisingan yang diterima oleh tenaga kerja selama periode waktu

tertentu dimana tenaga kerja telah mengoperasikan semua peralatan yang

diperlukan dalam memproduksi meubel, diukur dalam satuan desibel (dB).

 ini bukan tk.kebisingan yang diterima, tetapi intensitas kebisingan di

tempat atau diposisi tenaga kerja bekerja setiap hari, atau paparan tingkat

kebisingan..dst

2. Keluhan tenaga kerja

Gangguan yang dirasakan sebagai akibat dari kebisingan yang terjadi

bukan terhadap indera pendengaran.

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Opersional

No Variabel Definisi Instrument Skala Satuan


ukur
1 2 3 4 5 6
1 Tingkat Intensitas suara Sound level Rasio dBA
kebisingan bising yang meter
dihasilkan diukur
pada ruangan
selama proses
produksi
2 Keluhan
subyektif
tenaga kerja :
24

a. gangguan Keluhan yang kuesioner Nominal - Ya


komunikasi dirasakan pekerja - Tidak
berupa salah satu
dari gejala :
berbicara lebih
keras,
menggunakan
tamda isyarat, dan
tidak mengerti
apa yang
dibicarakan

b. gangguan Keluhan yang kuesioner Nominal - Ya


pekerjaan dirasakan pekerja - Tidak
berupa salah satu
dari gejala
gangguan :
konsentrasi,
berkurangnya
semangat kerja,
rasa pusing, dan
kesalahn saat
bekerja
c. gangguan Pengaruh yang kuesioner Nominal - Ya
Physiologis dirasakan pekerja - Tidak
berupa salah satu
dari gejala :
berkeringat dingin
pada tangan dan
kaki, tekanan
darah meningkat,
menyebabkan
sulit tidur, dan
frekuensi denyut
jantung
meningkat.
25

d. gangguan Keluhan yang kuesioner Nominal - Ya


psikologis dirasakan oleh - Tidak
pekerja berupa
salah satu dari
gejala : rasa
khawatir, rasa
jengkel, dan
mudah marah

1. Alat ukur yang digunakan

1. Sound Level meter (SLM), type noise logging Dosimeter Quest M.28.

2. Kuesioner

3. Pencatat waktu

2. Metode pengumpulan data

1. Data primer

Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung dilapangan

untuk tingkat kebisingan menggunakan LSM..?. Untuk data keluhan

tenaga kerja diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner yang

dilampiri panduan kuesioner.

2. Data sekunder

Data sekunder berupa jumlah industri kecil meubel dan jumlah

pengrajin dikumpulkan dari kepala desa, Kantor Kecamatan dan Dinas

Perindustrian setempat.

3. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan analisa data dilakukan secara manual dengan membuat

tabel distribusi frekuensi, sedang analisa menggunakan statistik deskriftif

dengan bantuan alat komputer.

Anda mungkin juga menyukai