Anda di halaman 1dari 13

MEDIA MATRASAIN

VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

ARSITEKTUR VERNAKULAR
RUMAH TINGGAL MASYARAKAT ETNIK MINAHASA

Ir Joseph Rengkung, MT
Staf Pengajar di Fakultas Teknik jurusan Arsitektur Unsrat Manado

ABSTRAK
Arsitektur sebagai hasil karya manusia merupakan wujud kebudayaan fisik yang tidak
terlepas dari perubahan akibat perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Karya
arsitektur rumah tinggal masyarakat etnik Minahasa yang dapat dikategorikan sebagai arsitektur
vernakular, dibangun oleh masyarakat setempat dan memiliki prinsip atau pola yang secara
tradisional telah diserahterimakan dari generasi ke generasi, merupakan arsitektur yang lahir
dari komunitas tertentu dibuat oleh dan untuk suatu masyarakat dan atau kebudayaan tertentu
pula, sebagai ungkapan budaya dan jalan hidupnya. Dalam perkembangan fisik rumah tersebut
terjadi perubahan baik secara bentuk maupun dalam pemakaian material atau perubahan terjadi
secara kuantitas dan kualitas. Walaupun demikian karakteristik bentuk rumah etnik Minahasa
masih terlihat jelas dalam keberadaanya, hal ini dikarenakan sifatnya yang tradisional dan selalu
dijadikan sebagai suatu aturan, syarat dan pedoman yang diteruskan secara turun temurun.
Arsitektur vernakular yang diartikan sebagai arsitektur asli, dibangun oleh masyarakat setempat
memiliki karakteristik bentuk (Denah,Tampak dan Ornament bangunan) serta metode yang tidak
tertulis dan harus dipatuhi oleh pemilik rumah dalam proses membangun. Fenomena tersebut
merupakan hal yang menarik untuk diungkapkan dalam penulisan ini, sehingga keberadaan
arsitektur vernakular rumah tinggal masyarakat etnik Minahasa sebagai suatu kearifan lokal
dalam bidang Arsitektur dapat diketahui secara jelas dan perlu dilestarikan keberadaanya.
Kata kunci : Arsitektur Vernakular Rumah Tinggal Etnik Minahasa

I.
LATAR BELAKANG karena perubahan yang dibuat oleh manusia
Perkembangan dan perubahan yang pada lingkungannya. Arsitektur sebagai hasil
terjadi dalam peradaban manusia merupakan karya manusia merupakan wujud
suatu hal yang universal, karena sejak kebudayaan fisik tidak terlepas dari
dahulu hal tersebut terjadi mengikuti perubahan di maksud, karna itu perubahan
perkembangan aktivitas kehidupan manusia. yang terjadi dalam arsitektur dapat di lihat
Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan terjadi sebagai perubahan budaya fisik yang terjadi
perkembangan dan perubahan berdampak dalam peradaban masyarakat. Arsitektur
terhadap esistensi kebudayaan manusia itu vernakular yang dibangun oleh masyarakat
sendiri, seperti dikatakan Cohen (1974) setempat memiliki prinsip atau pola yang
bahwa kebudayaan berubah dan berevolusi secara tradisional telah diserahterimakan

12
MEDIA MATRASAIN
VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

dari generasi ke generasi juga tidak lepas Minahasa di Propinsi Sulawesi Utara,
dari perkembangan dan perubahan yang Rumah tersebut dikenal sebagai rumah
terjadi. Walaupun arsitektur vernakular panggung dan oleh komunitas masyarakat
tidak mengalami perubahan yang hakiki Minahasa disebut Wale atau Bale. Berfungsi
disebabkan sifatnya yang tradisional dan sebagai tempat berlindung dalam melakukan
selalu dijadikan sebagai suatu aturan, syarat aktivitas kehidupan dan memiliki kebiasaan
dan pedoman yang diteruskan turun yang menjadi suatu peraturan tidak tertulis,
temurun, namun bila terjadi secara terus ketika rumah tersebut didirikan atau mulai
menerus dapat juga pula mengalami digunakan. Aturan tidak tertulis dimaksud
kepunahan. bersifat universal yang juga dapat dijumpai
Vernakular dapat diartikan sebagai pada komunitas etnik masyarakat lainnya.
arsitektur asli yang dibangun oleh Seperti diungkapkan Sumintardja (1981)
masyarakat setempat (Fitri,2006), dimana bahwa peraturan yang tidak tertulis meliputi
identik dengan hal tersebut oleh Oliver upacara upacara serta persyaratan lain yang
(dalam Purbadi, 2010) mengungkapkan harus dipatuhi oleh pemilik rumah dalam
bahwa terminologi vernakular umumnya proses pelaksanaan pembangunan rumah.
digunakan untuk menunjukan pada sesuatu Aturan seperti itu pula yang mendasari
yang asli (indigenous), etnik (tribal), rakyat masyarakat Minahasa dalam membangun
(folk), petani (perdesaan) dan arsitektur rumah, dimana dalam pelaksanaan
tradisional. Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan berbagai aturan harus di ikuti,
dalam kajian ilmu bahasa vernakular seperti yang dikatakan Saruan (1991) bahwa
diturunkan dari kata bahasa Latin untuk membangun rumah tinggal
“Vernaculus” (native dalam arti; asli, masyarakat Minahasa (era alifuru) dilandasi
pribumi dan daerah) yang menunjukan pada sifat kebersamaan dan kekeluargaan yang
dialek lokal atau regional. Selain pengertian dikenal dengan sebutan Mapalus (gotong
tersebut di atas, pengertian arsitektur royong tradisional).Selain metode kerja
vernakular sering juga disamakan dengan tersebut pengambilan material rumah serta
arsitektur tradisional seperti pendapat pemasangan hingga selesai dan akan dihuni,
Prijotomo (dalam Fitri, 2006) bahwa secara juga ada aturan yang harus di ikuti. Ritual
konotatif kata tradisi dapat diartikan sebagai mengikuti proses dan produk dari pada
pewaris atau penerus norma norma adat pelaksanaan rumah tersebut, dimana proses
istiadat atau pewaris budaya yang secara dan produk merupakan suatu kesatuan yang
turun temurun dari generasi ke generasi. tidak dapat dipisahkan, produk merupakan
hasil dari proses dan proses dilakukan untuk
Rumah tinggal etnik Minahasa atau
menghasilkan produk. Dalam
disebut rumah tradisional Minahasa dan ada
perkembangannya maka produk bukan
juga yang menyebut rumah adat Minahasa
merupakan suatu yang tetap namun dapat
merupakan bagian dari arsitektur vernakular,
mengalami perubahan sesuai dengan
yang ada dalam peradaban masyarakat
keinginan masyarakat (Rapoport,1969).

13
MEDIA MATRASAIN
VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

Selanjutnya dikatakan pula bahwa istilah Minahasa serta materi pustaka lainnya yang
proses diartikan sebagaimana hal itu ada korelasi dengan objek pembahasan,
dirancang dan dibangun, dimana proses tinjauan pustaka dimaksud adalah sebagai
desain vernakular adalah suatu dari model berikut :
dan pencocokan atau variasi.
II.1. Arsitektur dan Persepsi Manusia.
Arsitektur vernakular rumah etnik Arsiektur dalam keberadaan secara
Minahasa wujud fisik dimasa lalu yakni umum dapat dipahami beragam, berbagai
pada priode sebelum gempa bumi tahun defenisi tentang arsitektur telah banyak
1845 dan priode pasca gempa bumi tahun dipublikasikan, dimana dari berbagai
1845 ada perbedaan. dimana menurut defenisi tersebut tentu dapat disimpulkan
Mamengko (2002) bahwa sebelum tahun sesuai dengan paradigma kita melihat dan
1845 adalah masa Tumani dikenal dengan memahaminya. Menurut Sumintardja (1981)
rumah yang dibuat besar berdiri di atas tiang bahwa arsitektur sebagai hasil karya
penyangga tinggi 3 sd 5 meter dari manusia tergantung atau dipengaruhi besar
permukaan tanah dan dihuni 10 sd 20 sekali oleh keadaan seperti keadaaan
keluarga Batih. Sedangkan untuk priode geografis, geologis, dan iklim. Ketiga hal ini
sesudah tahun 1845 terjadi perubahan membantu secara fisik penjelmaan bentuk
dalam perwujudan rumah yakni pada arsitekturnya dan keadaan keagamaan serta
ketinggian tiang penyangga dibuat hanya kemasyarakatan turut serta dalam
1.5 sd 2,5 meter dan juga bentuk menentukan taraf peradabannya. Sedangkan
arsitekturnya. Keberadaan rumah tersebut menurut Rapoport (dalam Snyder cs, 1979)
mengalami perkembangan seperti dikatakan bahwa arsitektur dapat dianggap sebagai
Artido (2010) bahwa pada tahun 1942 di suatu konstruksi yang dengan sengaja
desa Woloan oleh Paulus Tiow membuat mengubah lingkungan fisik menurut suatu
metode bongkar pasang (knock down) bagan pengaturan. Arsitektur lebih dari
terhadap rumahnya untuk dijual dan dengan sekedar ruang merupakan suatu cabang ilmu
metode tersebut produksi rumah makin yang menyangkut hidup orang banyak,
berkembang dan dilakukan secara turun begitu banyak digunakan sehingga terus
temurun hingga saat ini. diperbincangkan apa makna dan tujuannya.
Berbicara tentang teori dalam arsitektur ada
II. TINJAUAN PUSTAKA
kecenderung berbeda dengan teori bidang
Tinjauan pustaka dilakukan untuk
ilmu lain, karena dalam teori arsitektur sulit
membahas berbagai teori yang ada korelasi
untuk mencari pembuktian yang terinci
dengan lingkup pembahasan, dijadikan
(Snyder Cs, 1979). Selanjutnya dikatakan
sebagai landasan teori untuk menganalisis
bahwa tidak mudah untuk mendapatkan teori
permasalahan yang ada Adapun tinjauan
saksama dalam arsitektur, karena arsitektur
pustaka meliputi : Arsitektur dan Persepsi
memiliki kompleksitas unsur unsur yang
manusia, Arsitektur Vernacular dan
terlibat baik itu objek (bangunan) ataupun
Sosial budaya masyarakat etnik

14
MEDIA MATRASAIN
VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

subjek (pemakai). Sebagai upaya untuk lingkungan yang diterima individu.


melihat arsitektur dari perspektif ilmu maka Kemudian informasi tersebut diseleksi
Johnson (1994) menunjukan bahwa berdasarkan orientasi nilai yang dimiliki
keterbatasan ilmu pengetahuan menangkap serta pengalaman pribadi, dimana
realitas arsitektur dengan melihat kekurangan dari informasi tersebut
pendekatan teori dalam arsitektur dilengkapi, imajinasi maupun pikiran dan
mengandalkan rasionalitas–positivistik dan nalar guna memperoleh suatu keutuhan
bercorak bagian perbagian. Menurutnya ada bermakna. Kemudian hal tersebut diberi
kesalahan kontekstual dalam pendekatan tafsiran (interpertasi makna) atas dasar
teori arsitektur sehingga esensial arsitektur orientasi nilai serta pengalaman pribadi.
itu sendiri disalah artikan, seperti yang Dalam proses terjadi ketergantungan, akan
diungkapkan bahwa arsitektur hanya dapat tetapi karakter individu yang diperoleh dari
dipahami dengan baik bila dianggap lebih orientasi nilai dan pengalaman hasilnya
dari sekedar ruang atau lebih dari hanya merupakan persepsi individu. Perwujudan
sekedar manifestasi fungsi. Arsitektur harus dan gejalah persepsi terhadap lingkungan
dilihat sebagai hubungan perilaku dengan dinamakan peta mental atau kognitif yang
lingkungan, proses perancangan, hubungan oleh Downs dan Stea (dalam Holahan, 1982)
dengan kebudayaaan serta hubungan dengan yang dikutip Sarwono (1992) bahwa mereka
fenomena yang lain. Dalam hal ini terjadi mendefinisikan peta mental adalah proses
interaksi mengharuskan manusia sebagai yang memungkinkan kita untuk
aktor mendapatkan informasi dari setiap mengumpulkan, mengorganisasikan,
interaksi yang terjadi. menyimpan dalam ingatan memanggil serta
menguraikan kembali informasi tentang
Dalam kehidupan sosial manusia
lokasi relative dan tanda tanda tentang
selain melakukan interaksi sesama manusia
lingkungan geografi kita. Menurut Laurens
juga melakukan interaksi dengan
(2005) bahwa sebagian besar dari arsitektur
lingkungan, dimana menurut Lang (1987)
dibentuk oleh persepsi manusia. Meskipun
bahwa proses dasar yang terkait dalam hal
arsitektur terdiri dari bangunan atau
interaksi adalah informasi yang diperoleh
lingkungan binaan, juga ada kehidupan di
melalui proses persepsi. Sedangkan persepsi
dalamnya. Arsitektur merupakan sesuatu
manusia dapat diartikan sebagai pengamatan
yang terbentuk fisik bersifat keras, solid,
yang secara langsung dikaitkan dengan suatu
terjamah juga merupakan mimpi dan fantasi
makna tertentu yang oleh Sarwono (1992)
manusia. Arsitektur ada dimasa kini dan
dikatakan bahwa persepsi ditentukan oleh
keberadaannya dapat mengingatkan manusia
pengalaman dan pengalaman itu dipengaruhi
pada masa lalu dan membuat orang berpikir
oleh kebudayaan, dimana pengaruh
akan masa depan.
kebudayaan yang dimaksud termasuk
kebiasaan hidup. Proses yang melandasi
persepsi berawal ada informasi dari

15
MEDIA MATRASAIN
VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

II. 2. Arsitektur Vernakular. budaya yang secara turun temurun dari


Arsitektur vernakular muncul generasi ke generasi. Arsitektur tradisional
dengan karakteristik yang khas tidak berpretensi untuk menciptakan gaya
menggunakan bahan lokal dan konsep yang mengelabui, tetapi tetap memegang
kebudayaan sebagai ungkapan teguh pada bentuk bentuk setempat. Identik
perwujudannya telah mengambil bagian hal tersebut Frick (1988) mengungkapkan
dalam kasanah arsitektur. Merupakan karya bahwa karya asitektur tradisional lebih
arsitektur asli yang dibangun oleh merupakan menifestasi aspek aspek ritual,
masyarakat setempat, seperti ungkapan Fitri kultur sosial dan keahlian, itu sebab tampak
(2006) bahwa vernakular dapat diartikan pada semua komunitas masyarakat
sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh tradisional seperti ada upacara ritual yang
masyarakat setempat. Identik dengan hal berhubungan dengan pendirian bangunan.
tersebut terminologi vernakular umumnya Menilai keadaan rumah tradisional dapat
digunakan untuk menunjukan pada sesuatu diperhatikan dari kriterianya, seperti
yang asli (indigenous), etnik (tribal), rakyat kebiasaan yang menjadi suatu peraturan
(folk), petani (perdesaan) dan arsitektur tidak tertulis ketika rumah tersebut di
tradisional. Seperti yang telah diungkapkan dirikan atau mulai digunakan. Menurut
sebelumnya bahwa dalam kajian ilmu Sumintardja (1981) bahwa peraturan yang
bahasa vernakular diturunkan dari kata tidak tertulis meliputi upacara upacara serta
bahasa Latin “Vernaculus” (native dalam persyaratan lain yang harus dipatuhi oleh
arti; asli, pribumi dan daerah) yang pemilik rumah dalam proses pelaksanaan
menunjukan pada dialek local atau regional. pembangunan rumah. Rumah tradisional
Arsitektur vernakular merupakan arsitektur adalah bagian dari kebudayaan fisik hasil
yang lahir dari suatu masyarakat sebagai karya manusia, dimana rumah tersebut
ungkapan budaya fisik yang oleh Rapoport walaupun tidak memperhatikan nilai estetika
(1969) mengatakan bahwa arsitektur dalam perwujudnya namun tetap terikat oleh
vernakular merupakan arsitektur yang lahir nilai nilai budaya yang berlaku dalam
dari komunitas tertentu dibuat oleh dan masyarakat. Rumah tradisional adalah
untuk suatu masyarakat dan atau rumah yang dapat dikategorikan sebagai
kebudayaan tertentu pula, atau satu tipe bagian dari arsitektur vernakular.
bangunan (rumah) sebagai ungkapan Arsitektur vernakular cenderung
budaya dan jalan hidupnya. Selain berkembang dari waktu ke waktu yang
pengertian tersebut di atas, pengertian keberadaannya dilakukan oleh masyarakat
arsitektur vernakular sering juga disamakan setempat dengan prinsip kerja yang
dengan arsitektur tradisional seperti diturunkan secara turun temurun seperti
pendapat Prijotomo ( dalam Fitri, 2006) yang diungkapkan Krier (dalam Fitri,2006)
bahwa secara konotatif kata tradisi dapat bahwa bangunan vernakular di bangun oleh
diartikan sebagai pewaris atau penerus orang orang biasa yang memiliki prinsip
norma norma adat istiadat atau pewaris prinsip atau pola yang secara tradisional

16
MEDIA MATRASAIN
VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

telah diserahterimakan dari generasi ke bangsa Minahasa terbagi dalam delapan sub
generasi. Sebuah bahasa pola hidup sangat suku bangsa yaitu (1). Tonsea, (2) Tombulu,
penting untuk konstruksi vernakular benar (3). Toulour,(4) Tontemboan, (5)
oleh mereka yang tidak terlatih dalam Tonsawang, (6) Ratahan, (7) Ponosokan dan
arsitektur. Berbagai ungkapan tentang (8) Bantik. Ke delapan sub etnik tersebut
arsitektur vernakular namun untuk memperlihatkan adanya perbedaan antara
mendefenisikan vernakular yang mereka sebagai suatu kelompok tersendiri,
memuaskan sebaiknya melihat bagaimana namun sub suku bangsa yang termasuk asli
proses perwujudannya, seperti ungkapan Minahasa yaitu : Tonsea, Tombulu, Toulour,
Rapoport (1969) bahwa cara menerangkan dan Tontemboan, nampak ada keseragaman
yang paling berhasil tampaknya ada dalam adat istiadat dan dialek. Sedangkan sub suku
istilah proses yakni bagaimana hal itu bangsa Tonsawang, Ratahan, Ponosokan
dirancang dan dibangun. Selanjutnya dan Bantik tidak ada. Suku bangsa
dikatakan bahwa defenisi suatu vernakular Minahasa tidak homogen sebagai satu suku
dengan melihat proses desain dimana proses bangsa yang berada di Propinsi Sulawesi
desain vernakular adalah salah satu dari Utara, tetapi juga terdapat suku bangsa
model dan pencocokan atau fariasi. Proses lainnya seperti Bolaang Mongondow,
secara tradisi dalam menghasilkan karya Sangir Talaud dan Gorontalo yang dahulu
arsitektur dapat mengalami perubahan sesuai termasuk daerah propinsi Sulawesi utara.
dengan perkembangan sosial budaya yang Solidaritas premis masyarakat Minahasa
terjadi dalam kehidupan masyarakat seperti dalam aktivitas kehidupan sosial terlihat
yang dikatakan Yodohusono (1991) bahwa dominan, dimana sejak dahulu gejala
tradisi bukan sesuatu yang lestari melainkan solidaritas telah ada dalam kehidupan
tetap mengalami perubahan/transformasi. masyarakat dan teraplikasi dalam aktivitas
Perubahan kebudayaan akibat lintas budaya sosial masyarakat. Akar budaya yang
akan membawa perubahan kepada nilai terpatri dalam kehidupan individu maupun
nilai, daya cipta serta persepsi dari pada suatu komunitas masyarakat akan
arsitektur, sehingga pengertian ini akan tampak dalam aktivitas kehidupan sehari
mempengaruhi cara memandang dan hari, teraplikasi pada interaksi sosial juga
menginterpertasi arsitektur. dalam ungkapan fisik arsitektur baik secara
utuh maupun simbolik. Masyarakat etnik
II.3. Sosial Budaya Masyarakat Etnik
Minahasa mengenal pula bentuk kerja sama
Minahasa yang disebut “Mapalus”, adalah bentuk kerja
Masyarakat penduduk asli etnik
sama, bantu membantu yang dilakukan oleh
Minahasa dahulu bersama mendiami daratan
warga dalam melakukan suatu aktivitas
Minahasa yang kemudian terbagi dalam
pekerjaan. Mapalus menurut Turang (1986)
beberapa kelompok sub etnik menyebar
adalah suatu bentuk gotong royong
ditanah Minahasa yang menurut
tradisional yang diwariskan nenek moyang
Tumenggung, Cs, (1981) bahwa suku
di tanah Minahasa, dimana Mapalus adalah

17
MEDIA MATRASAIN
VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

suatu untuk kepentingan bersama oleh oleh prinsip keturunan bilateral. Ini berarti
masing masing anggota secara bergilir. hubungan kekerabatan di hitung melalui
Mapalus merupakan sistem prosedur, pihak laki laki maupun pihak perempuan.
metoda atau teknik kerja sama muncul atas Selain keluarga Batih yang merupakan suatu
dasar kesadaran akan adanya kebersamaan, bentuk pengerahan tenaga dalam aktivitas
keterbatasan akan kemampuan baik cara kehidupan orang Minahasa yang
berpikir dan berkarya. Mapalus bukan hanya berhubungan dengan pekerjaan sekitar
diberlakukan dalam aktivitas pertanian saja rumah tangga maupun dalam pertanian.
tetapi juga diberlakukan dalam membangun Orang Minahasa mengenal pula bentuk
rumah oleh masyarakat Minahasa secara kelompok kekerabatan yang lain seperti
bergilir. Identitas masyarakat Minahasa family (patuari) dan dalam istilah
yakni nilai, etik dan moral yang tumbuh dan antropologi disebut kindred. Warga satu
bahkan telah terpatri dalam kehidupan kindret dapat berjumlah 20 sampai 40 orang,
secara turun temurun terungkap dalam hidup dimana sedikit banyak jumlah anggota
bermasyarakat adalah etos kerja Mapalus, tergantung dari batas batas hubungan
penyucapan syukur dan tidak membedakan kerabat serta besar kecil jumlah kerabatnya.
asas persamaan sosial sebagai manusia Akar budaya yang terpatri dalam kehidupan
(Graafland 1991). individu maupun pada suatu komunitas
Masyarakat Minahasa taat masyarakat akan tampak dalam aktivitas
beragama, nampak dari seluruh sektor kehidupan sehari hari, teraplikasi pada
kehidupan, adat istiadat, moral, etika, relasi interaksi sosial juga dalam ungkapan fisik
kekeluargaan dan kemasyarakatan, dalam arsitektur baik secara utuh maupun simbolik.
kenyataan berurusan bahkan diwarnai oleh
III. PEMBAHASAN
keagamaan (Saruan, 1991). Hal yang sama
III.1. Rumah Tinggal Masyarakat
juga dikatakan oleh Sumual (1995) bahwa
Etnik Minahasa
sampai satu masa tertentu kita akan
Rumah tinggal masyarakat etnik
menemukan setiap orang Minahasa dalam
Minahasa atau disebut rumah tradisional
profesi apapun, entah usahawan atau petani
Minahasa dan ada pula yang menyebut
dalam kadar tertentu ia bisa dan bahkan
rumah adat Minahasa merupakan bagian dari
interest berdiskusi soal agama. Sedangkan
arsitektur vernakular, yang ada dalam
dalam sistem kemasyarakatan masyarakat
peradaban masyarakat Minahasa di Propinsi
Minahasa mengenal suatu bentuk keluarga
Sulawesi Utara. Rumah tersebut dikenal
Batih berdasarkan monogami, hal ini
sebagai rumah panggung dan oleh
disebabkan karena orang Minahasa hanya
komunitas masyarakat Minahasa disebut
mengenal seorang ayah dan seorang istri
Wale atau Bale. Dalam keberadaannya
sebagai ayah dan ibu dari anak anaknya
tipologi bangunan sejak era alifuru sampai
(Tumenggung, Cs, 1981). Selanjutnya
saat ini indikator yang ada memperlihat
dikatakan bahwa batas batas hubungan
terjadi perkembangan dalam tipologinya,
kekerabatan yang ada biasanya ditentukan

18
MEDIA MATRASAIN
VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

tetapi belum tersimpulkan tentang proses dari satu batang kayu utuh yang diberi
perwujudannya. Berbagai interpretasi takikan untuk pijakan kaki dan tangga
terdahap rumah tinggal masyarakat tersebut diletakan tidak permanen pada satu
Minahasa yang muncul sejak dahulu sampai bagian rumah, melainkan diletakan ditengah
saat ini, menunjukan persepsi variatif bangunan secara temporer, artinya tangga
terhadap tipologi bangunan yang ada, seperti tersebut setelah digunakan dapat diangkat
yang ungkapkan Padtbrugge tahun 1679 masuk kedalam rumah. Hal tersebut
(dalam Wenas,2007) bahwa rumah orang dilakukan untuk menjaga keamanan
Minahasa berbentuk rumah panjang bertiang kehidupan mereka dari serangan binatang
tinggi (bentuk panggung) dimana rumah buas maupun orang/musuh yang berniat
tersebut di diami lima sampai sembilan menyerang mereka. Rumah yang berbentuk
keluarga dan setiap keluarga memiliki panggung berdiri di atas tiang penyangga
dapur sendiri. Keluarga tertua memiliki kayu yang berdiameter cukup besar, jelasnya
ruangan terbesar sedangkan tangga rumah seperti seperti pada gambar 1..

Gambar 1. Bentuk rumah tinggal masyarakat etnik Minahasa abad 16

Kondisi keberadaan rumah yang dibuat besar berdiri di atas tiang penyangga
digambar pada tahun 1679 dalam dengan ketinggian 3 sd 5 meter (Gambar 1.)
keberadaannya seiring dengan perjalanan dari permukaan tanah. Kemudian setelah
waktu yang ada juga mengalami perubahan masa Tumani (pasca 1845) perwujudan
bentuk yang puncaknya terjadi pada tahun bentuk arsitektur rumah tinggal masyarakat
1845 dimana terjadi gempa bumi yang etnik Minahasa mengalami perubahan yaitu
sangat besar sehingga rumah rumah tersebut pada tiang penyangga selain ukuran
mengalami perubahan dalam diameter tiang (kayu) mengecil ketinggian
perwujudannya. Menurut Mamengko juga dibuat hanya 1.5 sd 2,5 meter dari
(2002) bahwa sebelum tahun 1845 adalah permukaan tanah, jelasnya seperti pada
masa Tumani dikenal dengan rumah yang gambar di bawah ini (gambar 2).

19
MEDIA MATRASAIN
VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

Gambar 2. Bentuk Rumah Tinggal Masyarakat etnik Minahasa pasca Tumani

Perubahan tersebut oleh Hoevell Minahasa dalam keberadaan sampai pasca


(dalam Wenas, 2007) mengatakan bahwa priode 1900 atau setelah masa tumani,
rumah panjang Minahasa sudah berganti menghadirkan bentuk arsitektur dengan
dengan rumah panggung, dan setiap rumah karakteristik atau tipologi bangunan yang
dihuni hanya oleh satu keluarga, sehingga sama, tidak terjadi perubahan bentuk
bentuk luas bangunan mengalami perubahan arsitektur yang signifikan. Hal tersebut
yang signifikan. Selain luas bangunan ada disebabkan karena sifatnya yang tradisional
penambahan elemen arsitektur seperti dan selalu dijadikan sebagai suatu aturan,
tangga bangunan dan ornament pada reling syarat dan pedoman yang diteruskan secara
tangga maupun pada teras bangunan, turun temurun, sehingga tidak terpengaruh
sedangkan bentuk atap mengalami dengan bentuk arsitektur yang lain. Identik
perubahan pada kemiring dan bentuknya. dengan hal tersebut dapat dilihat indikasi
Dalam perkembangan keberadaan rumah dari hasil penelitian yang dilakukan didesa
tersebut dari waktu ke waktu juga Kawiley Minahasa Utara oleh Sondakh
mengalami perubahan, namun perubahan (2002) membuat gambaran terjadi
yang terjadi bila dicermati dengan baik perubahan bentuk rumah tinggal masyarakat
maka dapat disimpulkan bahwa perubahan etnik Minahasa dalam tiga priode yaitu
terjadi tidak secara menyeluruh, priode awal, (sebelum 1940) priode tengah
karakteristik bentuk masih terlihat sama (1940 -1979) dan priode akhir (pasca 1980),
seperti halnya bentuk panggung, tangga dimana setiap priode memperlihatkan
depan, tiang kolom bentuk atap dan reling perbedaan bentuk arsitektur tetapi
pada teras bangunan. karakteristik tipologi panggung dan atap
Perkembangan yang terjadi pada masih terlihat ada kesamaan. Indikasi
perwujudan rumah tinggal masyarakat etnik tersebut menunjukan perubahan yang terjadi

20
MEDIA MATRASAIN
VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

terhadap wujud bangunan rumah tersebut identik dengan ungkapan Rapoport (1969)
relatif kecil. Hasil penelitian ini hampir bahwa cara menerangkan yang paling
sama dengan kesimpulan Harimu Cs dalam berhasil tampaknya ada dalam istilah proses
penelitian terhadap perubahan wujud fisik yakni bagaimana hal itu dirancang dan
rumah Minahasa di kota Tomohon dan desa dibangun. Selanjutnya dikatakan bahwa
Rurukan, dimana dikatakan bahwa wujud defenisi suatu vernakular dengan melihat
fisik rumah tradisional Minahasa mengalami proses desain, dimana proses desain
perubahan, tetapi tingkat perubahan fisik vernakular adalah salah satu dari model dan
rumah untuk konstruksi relatif kecil (≤ 34 pencocokan atau fariasi. Rumah tinggal
%), perubahan yang besar terjadi pada pola masyarakat etnik Minahasa dalam proses
ruang (67%-100%). Selanjutnya dikatakan perencanaan sampai dengan dibangun harus
bahwa perubahan fisik konstruksi banyak mengikuti persyaratan tidak tertulis sebagai
terdapat di kota Tondano desa Tonsealama, aplikasi budaya masyarakat setempat.
pada rumah yang sudah ada sejak 1897, Dimaksudkan dengan persyaratan tidak
dimana perubahan tersebut terjadi akibat tertulis dalam konteks ini yakni peraturan
pengaruh umur bangunan yang dan persyaratan yang harus dipatuhi oleh
mengharuskan ada penggantian material. pemilik rumah dalam proses pelaksanaan
Perubahan yang terlihat jelas jakni pada pembangunan rumah (Sumintardja,1981).
pemakaian material seperti halnya pada atap Aturan seperti itu pula yang mendasari
rumah yang dahulu digunakan dengan masyarakat Minahasa dalam membangun
material daun rumbia /ijuk dalam rumah, dimana dalam pelaksanaan
perkembangannya diganti dengan material pembangunan berbagai aturan harus di ikuti,
seng gelombang, begitu juga dengan seperti yang dikatakan Saruan (1991) bahwa
konstruksi pondasi yang dahulu hanya untuk membangun rumah tinggal
diletakan di atas suatu batu saat ini masyarakat Minahasa (era alifuru) dilandasi
digantikan dengan pasangan batu ataupun sifat kebersamaan dan kekeluargaan yang
dengan coran beton. dikenal dengan sebutan Mapalus (gotong
royong tradisional). Selain metode kerja
III.2. Arsitektur Vernakular Rumah
tersebut pengambilan material rumah serta
Tinggal Masyarakat Etnik Minahasa
pemasangan hingga selesai dan akan dihuni,
Perubahan perubahan yang terjadi
juga ada aturan yang harus di ikuti. Hal
dalam perwujudan rumah tinggal
tersebut secara turun temurun diberlakukan
masyarakat etnik Minahasa tidak tertutup
dalam perwujudan rumah tinggal
kemungkinan diikuti dengan perubahan
masyarakat etnik Minahasa. Selain hal
terhadap proses perwujudannya. Hal ini
tersebut masih ada persyaratan lain yang
perlu dideskripsikan sehingga dapat
perlu dilakukan dalam proses
menerangkan dengan jelas arsitektur
pembangunannya, walaupun disadari dalam
vernakular dari pada rumah tinggal
perkembangan keberadaan masyarakat ada
masyarakat etnik Minahasa. Hal tersebut
terjadi perubahan yang tidak dapat dihindari

21
MEDIA MATRASAIN
VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

namun persyaratan yang ada harus tetap bersamaan pada lantai papan rumah itu
dipertahankan dalam proses pelaksanaan dilakukan secara berulang ulang mengikuti
pembangunan. Seperti yang diungkapkan irama yang dibuat, hal ini dilakukan untuk
oleh Walukow (2008) bahwa masyarakat menguji kekuatan dari pada rumah yang
etnik Minahasa dalam membangun rumah akan dihuni. Masih ada persyaratan lain juga
tinggal terdapat beberapa hala yang harus yang harus diikuti dalam proses perwujudan
diperhatikan yakni (1) Cara memasang kayu rumah tersebut baik untuk fisik bangunan
bagian pangkal harus berada dibagian maupun untuk memilih perletakan bangunan
bawah, (2) Dalam memasang balok balok rumah pada suatu site/lokasi. Kesemuanya
berputar dari arah kanan ke kiri, (3) ini merupakan proses arsitektur vernakular
memasang tiang raja (tiang kuda kuda) tidak rumah tingga masyarakat etnik minahasa
boleh terletak membelah pintu (pepenet) dan dalam keberadaannya yang perlu
jendela (pepenet oki), (4) Tata letak pepenet dilestarikan sebagai suatu kearifan lokal
masuk dan keluar jika rumah hanya bidang arsitektur yang ada di propinsi
menggunakan satu tangga maka dipasang Sulawesi utara.
saling berhadapan, (5) Jika rumah
IV. KESIMPULAN
menggunakan dua tangga posisinya saling
Rumah tinggal masyarakat etnik
berhadapan dan untuk tata letak pintu masuk
Minahasa sebagai arsitektur venakular
dan keluar tidak boleh segaris, (6)
dalam keberadaanya dari kurun waktu yang
Penggunaan anak tangga harus berjumlah
ada mengalami perubahan bentuk maupun
ganjil (3,5,7,9 dst) dan tidak dibenarkan
penggunaan materialnya, namun demikian
jumlah genap (4,6,8,10 dst), (7) Jika rumah
dari hasil penelitian dilakukan oleh
menggunakan parigi (sumur) tata letaknya
beberapa orang seperti yang telah
tidak boleh segaris dengan tata letak wc
diungkapkan memperlihatkan bahwa rumah
(jamban) dan (8) Jika didesa terjadi
tersebut walaupun mengalami perubahan
peristiwa duka maka tidak dibenarkan para
dalam keberadaannya, namun karakteristik
tukang (pekerja) melakukan proses
dan tipologi bentuk arsitektur tidak
pembuatan rumah. Selain aturan maupun
mengalami perubahan yang signifikan. Hal
persyaratan tersebut di atas masih juga ada
tersebut disebabkan karena sifatnya yang
persyaratan lain yang harus diikuti sampai
tradisional dan selalu dijadikan sebagai
dengan rumah tersebut digunakan oleh
suatu aturan, syarat dan pedoman yang
pemiliknya. Seperti halnya bagaimana
diteruskan secara turun temurun.
rumah tersebut selesai dilaksanakan dan
Penggunaan Material pada rumah tinggal
untuk dihuni harus dilakukan upacara ritual
tersebut dapat disimpulkan sangat berubah
yang dipimpin oleh tua tua adat setempat
yaitu dari daun rumbia ke seng gelombang
dan diakhiri dengan tarian tradisional yaitu
hal ini disebabkan karena kelangkaan dan
tarian maramba yang dilakukan di atas lantai
perkembangan material bangunan yang
rumah tersebut. Karakteristik tarian
terjadi begitu cepat. Arsitektur rumah
maramba yakni kaki dihentak secara

22
MEDIA MATRASAIN
VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

tinggal masyarakat etnik minahasa dalam Graafland. N., 1991., Minahasa, Negeri,
proses perwujudanya sampai dengan saat ini Rakyat dan Budayanya. Terjemahan
tidak kembali dalam bentuk arsitektur pada Montolalu Pustaka Utama Grafiti Jakarta.
masa tumani, sedangkan perwujudan bentuk Harimu Cs. ….. Perubahan Wujud
arsitektur pasca tumani sampai saat ini Fisik Rumah Tradisional Minahasa
masih dapat ditemukan keberadaanya. di Kota Tomohon dan Tondano
Secara material ada mengalami perubahan Provinsi Sulawesi Utara (Desa
tetapi tipologi bentuk masih kuat dengan Tonsealama dan Desa Rurukan).
karakteristik panggung, dua tangga depan, Johnson.P.A. 1994, The Theory of
bentuk atap dan ornament pada reling tangga Architecture, Van Nostrand Reinhold. New
dan teras depan. Hal tersebut menunjukan York.
nilai budaya yang terpatri dalam kehidupan Lang. J., 1987 Creting Architecture
masyarakat etnik Minahasa masih lestari dan Theory. The Role of the Behavioral
mampu diaplikasikan dalam perwujudan Scinces in Evironmental Design, Van
rumah tinggal. Kebenaran akan menifestasi Nostrand Reinhold. New York.
aspek aspek ritual, kultur sosial dan keahlian Laurens, J.M., 2005. Arsitektur dan
jelas ada dalam proses perwujudannya. Perilaku Manusia. Cetakan ke 2.
Walaupun demikian suka maupuntidak cepat Penerbit PT. Grasindo. Jakarta.
ataupun lambat keberadaan suatu Mamengko.R. E., 2002 Etnik Minahasa
kebudayaan akan mengalami perubahan Dalam Akselerasi Perubahan,Telaah
akibat terjadi akulturasi budaya, dimana Historis Teologis Antropologis. Pustaka
akan membawa perubahan kepada nilai Sinar Harapan, Jakarta
nilai, daya cipta serta persepsi orang, Marshal,C. Cs . 1995 Designing
sehingga pengertian ini akan mempengaruhi Qualitative Research, California, Sage
cara memandang dan menginterpertasi Publication Inc.
arsitektur. Purbadi Y.D. 2010. Tata Suku Tata
Spasial pada Arsitektur Permukiman
DAFTAR PUSTAKA Suku Dawan di desa Kaenbaun di pulau
Timor. Disertasi, Universitas Gadjah Mada
Artido, 2010. Sejarah Rumah Kayu Yogyakarta.
Panggung Manado Rapoport. A.,1969. House Form and
http://www.rumahkayumanado.com/new.ph Culture, Prentice – Hall, London Saruan
p?id=13 (25 November 2010) J.M., 1991. Opo dan Allah Bapa, Studi
Cohen, Y., 1994 The Cultural Present, mengenai Perjumpaan Agama, Suku dan
Cultur as Adaptation, Chicago Aldine Kekristenan di Minahasa, Disertasi The
Frick, H. 1988., Arsitektur dan South East Asia Graduate school of
Lingkungan Penerbit Kanisius Yogyakarta. Theology, Jakarta.Sarwono, S.W., 1992.,
Psikologi Lingkungan PT. Gramedia
Jakarta.

23
MEDIA MATRASAIN
VOL 8 NO 3 NOPEMBER 2011

Snyder.J.C.,Cs,1985. Pengantar Arsitektur


Ed. Terjemahan Sangkoyo. H. Airlangga
Jakarta Sondakh, R. 2003. Perkembangan
Rumah Tradisional Minahasa di Desa
Kawiley Propinsi Sulawesi Utara.
Suatu kajian terhadap Perubahan
Struktur Konstruksi dan Bentuk. Tesis
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Sumintardja, D,1981,Kompendium
Sejarah Arsitektur, Jilid 1.Penerbit
Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan Bandung
Tumenggung, M.,1991 Arsitektur
Tradisional Daerah Sulawesi Utara.,
Editor Syamsidar. Departemen. P&K.
Direktorat Jenderal Kebudayaan Jakarta.
Turang . J., 1984., Pembangunan
Pedesaan Berwawasan Lingkungan di
Daerah Minahasa. Penerbit Yayasan
Mapalus Minaesa Tomohon.
Walukow.A, 2008, Arsitektur Tradisional
Rumah Minahasa Dep. Kebudayaan dan
Pariwisata
Wenas. J., 2007. Sejarah dan Kebudayaan
Minahasa . Cetakan Pertama Penerbit
Institut Seni Budaya Sulawesi Utara.
Yudohusodo., 1991 Rumah Untuk
Seluruh Rakyat, INKOPPOL, Unit
Percetakan Bharakerta. Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai