Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TUMBUH KEMBANG NEONATUS

NAMA KELOMPOK :
1. I KOMANG AGUS ARIANA (05)
2. NI KADEK WINDIA SEKARINI (17)
3. NI KETUT DESY ADNYANI (18)
KELAS : X KEP 1

SMK N 1 AMLAPURA
TAHUN PELAJARAN
2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida
Sanghyang Widi Wasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya saya telah dapat
menyusun makalah ini yang berjudul “Makalah Tumbuh Kembang Neonatus”

Penulis menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, maka dari itu penulis berterimakasih apabila ada kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

..........................................

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian .................................................................................... 2
B. Aspek-aspek perkembangan pada anak ...................................... 5
C. Masalah yang terjadi dalam tumbuh kembang bayi .................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 17
B. Saran ............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuh kembang neonatus, bayi, balita, dan anak pra-sekolah merupakan
pembahasan yang sangat kompleks. Karena pada masa inilah akan terbentuk fisik
dan psikis yang akan mempengaruhi anak di masa yang akan datang.

Asuhan pada bayi baru lahir usia 2 – 6 hari adalah melakukan pengumpulan data
yang terdiri dari pengkajian fisik bayi baru lahir (BBL) dan penampilan serta
perilaku BBL. Ketika memeriksa BBL, hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan, cuci tangan sebelum
dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada saat
menangani bayi, lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari kepala
dan berlanjut secara sistematik menuju jari kaki.

Sedangkan yang dilihat dari penampilan serta perilaku BBL adalah keadaan
umum, kesan subyektif dan penampilan fisik, status nutrisi, tingkah laku,
kepribadian, cara interaksi dengan orang tua atau orang lain ataupun dengan
petugas, postur tubuh, perkembangan dan bicara.

B. Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dan aspek-aspek tumbuh kembang anak


2. Untuk mengetahui bagaiamana Masalah yang terjadi dalam tumbuh
kembang bayi

1
BAB ll
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan (Wong, 2000).

Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh


bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan
merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui tumbuh kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000).

Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda,


tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan
pertumbuhan dan perkembangan per defenisi adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,


jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter), umur, dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen
tubuh).
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ, dan system organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga

2
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa
itu terjadi secara sinkron pada setiap individu (Soetjiningsih. 1995).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, terdapat suatu
peristiwa yang dialaminya yaitu masa percepatan dan perlambatan. Masa
tersebut akan berlainan dalam suatu organ tubuh. Percepatan dan
perlambatan tersebut merupakan suatu kejadian yang berbeda dalam setiap
organ tubuh akan tetapi masih saling berhubungan satu dengan yang lain.
Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan tentang
besarnya, jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun individu,
sedangkan peristiwa perkembangan pada anak dapat terjadi pada
perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek social,
emosional, dan intelektual. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak
terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual,
maupun emosional. Peristiwa pertumbuhan dan perkembangan secara fisik
dapat terjadi dalam perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai
dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan
perkembangan secara intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan
secara symbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung,
membaca, dan lain-lain. Sedangkan perkembangan secara emosional anak
dapat dilihat dari perilaku social di lingkungan anak.
Untuk mengetahui tumbuh kembang anak, ada beberapa konsep
yang perlu diketahui. Adapun konsep tersebut adalah sebagai berikut :
a. Otak terbentuk berkesinambungan sepanjang waktu hidupnya dan
substansi dasarnya dirancang selama masa awal kehidupan.
b. Interaksi antara genetik dan pengalaman dini akan menentukan tatanan
arsitektur otak yang sedang berkembang, dengan komponen aktifnya
adalah suasana “memberi dan menerima” alamiah ketika anak aktif

3
membina hubungan dengan orangtua dan pengasuh dalam suatu
lingkungan keluarga atau masyarakat.
c. Arsitektur otak dan kompetisi untuk berkembang dibentuk secara “dari
bawah” , dengan sirkuit – sirkuit untuk kemampuan awal yang
sederhana akan menentukan pembentukan sirkuit dan kemampuan
selanjutnya yang lebih kompleks.
d. Aspek kognitif, emosi, dan kapabilitas personal – sosial saling terkait
kuat satu sama lain sepanjang hidup.
e. Stres yang bersifat toksik pada awal kehidupan anak mempunyai efek
yang persisten pada susunan saraf pusat dan sistem hormonal yang
dapat merusak arsitektur otak dan menjadi penyebab berbagai
permasalahan jangka panjang di dalam proses belajar dan perilaku baik
secara fisik atau mental.
f. Prinsip dasar pengetahuan modern tentang otak memberi gambaran
kepada kita bahwa menciptakan kondisi yang kondusif untuk tumbuh
kembang anak pada usia dini merupakan langkah yang lebih efektif
dan murah dibanding mengatasi berbagai permasalahan perkembangan
anak diusia yang lebih tua.
Untuk menilai perkembangan anak, hal yang dapat dilakukan pertama
kali adalah melakukan wawancara tentang faktor kemungkinan yang
menyebabkan gangguan dalam perkembangan tes skrining perkembangan
anak dengan DDST, tes IQ dan tes psikologis, atau pemeriksaan lainnya.
Selain itu, juga dapat dilakukan tes seperti evaluasi dalam lingkungan
anak, yaitu interaksi anak selama ini, evaluasi fungsi penglihatan,
pendengaran,bicara, bahasa, serta melakukan pemeriksaan fisik lainnya,
seperti pemeriksaan neurologis, metabolik, dan lain – lain.

4
B. Aspek-Aspek Perkembangan Pada Anak
1. Gerak halus atau motorik halus
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot – otot besar seperti
duduk, berdiri, dan sebagainya. Perkembangan motorik halus pada tiap
tahap perkembangan anak adalah sebagai berikut.
a. Masa neonatus (0-28)
Pada masa neonatus (0-28 hari) adalah awal dari pertumbuhan dan
perkembangan setelah lahir, masa ini merupakan masa terjadi
kehidupan yang baru dalam ekstra uteri dengan terjadi proses adaptasi
semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi dari organ tersebut dimulai
dari akrivitas pernapasan yang disertai pertukaran gas dengan
frekuensi pernapasan antara 35-50 x/menit, penyesuaian denyut
jantung antara 120-160x/menit dengan ukuran jantung lebih besar
apabila dibandingkan dengan rongga dada, terjadi aktivitas bayi yang
mulai meningkat. Selanjutnya diikuti perkembangan fungsi organ-
organ tubuh lainnya.
b. Masa bayi (28 hari -1tahun)
1) Bayi sudah mencoba meraih mainan yang digerak-gerakkan di
depan pandangannya atau yang ditaruh di dadanya.
2) Telapak tangannya sudah membuka sehingga orangtua bisa
memegang kedua tangannya dan membantu si kecil untuk bertepuk
tangan.
3) Sudah bisa memerhatikan suatu objek yang berjarak.
4) Perkembangan Sosial-Emosi
5) Bayi mulai memunculkan berbagai suara sebagai ekpresi rasa
senang atau tidak senang ketimbang menangis.
6) Dapat memberi respons dengan mengoceh atau tersenyum pada
orang dewasa yang mengajaknya bercanda.
7) Bisa membedakan wajah-wajah yang tersenyum, suara-suara
ramah maupun yang menunjukkan amarah. Respons yang

5
diberikan berbeda terhadap apa yang dilihat. Maka itu, seringlah
memberikan senyuman serta suara riang gembira pada bayi.
8) Dapat menikmati permainan, baik bermain sendiri dengan suatu
objek atau bermain social misalnya bermain cermin. Ia akan
tersenyum ketika melihat bayangannya di cermin.
9) Mengulurkan tangan minta digendong ibu atau orang yang sudah
dikenalnya.
10) Jika ada bayi lain, biasanya ia memberikan respons untuk menarik
perhatian. Seperti dengan menendang-nendangkan kaki, tertawa,
main ludah atau melambungkan badannya ke atas-ke bawah.
c. Masa anak (1-3 tahun)
Perkembangan motorik halus pada usia ini dapat ditunjukan
dengan adanya kemampuan dalam mencoba menyusun atau membuat
menara pada kubus.
d. Masa prasekolah (3-5 tahun)
Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu mulai
memiliki kemampuan menggoyangkan jari – jari kaki, menggambar
dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan
menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit
benda, melambaikan tangan menggunakan tangannyauntuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari
cangkir dengan bantuan, menggunakan sendok denganbantuan, makan
dengan jari, serta membuat coretan di atas kertas (Wong, 2000).

2. Gerak kasar atau motorik kasar


Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot – otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya. Perkembangan
motorik kasar pada tiap tahap perkembangan anak adalah sebagai berikut
a. Masa neonatus (0-28 hari)

6
Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini
diawali dengan tanda gerakan seimbang pada tumbuh dan mulai
mengangkat kepala.

b. Masa bayi (28 hari -1tahun)


1) Usia 1-4 bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan
kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk
sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak,
jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri,
kontrol kepala sempurna mengangkat kepala sambil berbaring
telentang, berguling dari telentang ke miring, posisi lengan dan
tungkai kurang fleksi, dan berusaha untuk mengangkat.
2) Usia 4-8 bulan
Perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat
pada perubahan dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas
dan sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan
menekan kedua tangannya. Pada bulan ke-4 sudah mampu
memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri, duduk dengan kepala
tegak, membalikan badan, bangkit dengan kepalategak, menumpu
badan pada kaki dengan lengan berayun ke depan dan ke belakang,
berguling dari telentang ke telengkup, serta duduk dengan bantuan
dalam waktu yang singkat.
3) Usia 8-12 bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk
tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri,
berdiri 2 detik, dan berdiri sendiri.
4) Masa anak (1-3 tahun)
Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan motorik
kasar secara signifikan. Pada masa ini anak sudah mampu melangkah

7
dan berjalan dengan tegak. Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki
tangga dengan cara satu tangan dipegang. Pada akhir tahun ke-2 sudah
mampu berlari – lari kecil, menendang bola, dan mulai mencoba
melompat.

5) Masa prasekolah (3-5 tahun)


Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali
dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selam 1-5 detik,
melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,
menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan
(Wong, 2000).

3. Kemampuan bicara dan bahasa


Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti
perintah, dan sebagainya. Berikut ini akan disebutkan perkembangan
bahasa pada tiap tahap usia anak.
1) Masa neonatus (0-28 hari)
Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukkan dengan
adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara
atau bel.
2) Masa bayi (28 hari -1tahun)
a) Usia 1-4 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya
kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup,
berceloteh, mengucapkan kata “ooh/ahh”, tertawa dan berteriak,
mengoceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh.
b) Usia 4-8 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan
bunyi atau kata – kata, menoleh ke arah suara atau sumber bunyi,
tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak serta

8
menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat
membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti “ba-ba”.
c) Usia 8-12 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu
mengucapkan kata “papa” dan “mama” yang belum spesifik,
mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik, serta dapat
mengucapkan 1-2 kata.
3) Masa anak (1-3 tahun)
Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya
kemampuan bahasa pada anak yang mulai ditandai dengan anak
mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata, tingginya kemampuan
meniru, mengenal, dan responsif terhadap orang lain, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata – kata,
serta mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan.
4) Masa prasekolah (3-5 tahun)
Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan
menyebutkan hingga empat gambar, menyebutkan satu hingga dua
warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua
kata, mengerti empat kata depan, mengerti beberapa kata sifat dan
jenis kata lainnya, menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek,
orang, dan aktivitas, menirukan berbagai bunyi kata, memahami arti
larangan, serta merespon panggilan orang dan anggota keluarga dekat.

4. Sosialisasi dan kemandirian


Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak
(makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan
ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya,
dan sebagainya.
Perkembangan perilaku pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah
sebagai berikut.
a. Masa neonatus (0-28 hari)

9
Perkembangan adaptasi sosial atau perilaku masa neonatus ini
dapat ditunjukan dengan adanya tanda – tanda tersenyum dan mulai
menatap muka untuk mengenali seseorang.

b. Masa bayi (28 hari – 1 tahun)


1) Usia 1-4 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali
dengan kemampuan mengamati tangannya, tersenyum spontan dan
membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak, tersenyum pada
wajah manusia, waktu tidur dalam sehari lebih sedikit daripada
waktu terjaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis bila
terjadi sesuatu yang aneh, membedakan wajah – wajah yang
dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah – wajah yang
dikenalnya, serta terdiam bila ada orang yang tak dikenal (asing).
2) Usia 4-8 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak
merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai
bermain dengan mainan, mudah frustasi, serta memukul mukul
lengan dan kaki jika sedang kesal.
3) Usia 8-12 bulan
Perkembangan adptasi sosial pada usia ini dimulai dengan
kemampuan bertepuk tangan, menyatkan keinginan, sudah mulai
minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola
atau lainnya dengan orang lain.
c. Masa anak (1-3 tahun)
Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukan dengan
kemampuan membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulia
menggosok gigi, serta mencoba mengenakan baju sendiri.
d. Masa prasekolah (3-5 tahun)

10
Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah adanya
kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika
dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, serta
mengenali anggota keluarga (Wong, 2000).

C. Masalah Yang Terjadi Dalam Tumbuh Kembang Bayi


Masalah tumbuh kembang anak merupakan masalah yang perlu diketahui
atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa yang menurut WHO sampai usia
18 tahun sedang menurut Undang-undang Kesejahteraan Anak RI No. 4
Tahun 1979 sampai dengan usia 21 tahun sebelum menikah. Beberapa
masalah tumbuh kembang anak yang perlu dijadikan acuan dalam
pendeteksian di antaranya :
1. 10 % anak akan mencapai kemampuan pada usia dini
2. 50 % anak akan mencapai kemampuan kemudian
3. 75 % anak akan mencapai kemampuan lebih kemudian
4. 90 % anak akan sudah harus dapat mencapai kemampuan pada batas usia
paling lambat masih dalam batas normal, dan
5. 10 % anak dimasukkan dalam katagori terlambat apabila belum bisa
mencapai kemampuannya.
Secara umum terdapat beberapa ciri anak yang memiliki kelainan dan
perlu pendeteksian di antaranya apabila pada usia 1-1,5 bulan bisa tersenyum
secara spontan, anak usia 3 bulan masih menggenggam dan belum bersuara,
usia 4-5 bulan belum tengkurap dengan kepala diangkat, pada usia 7-8 bulan
anak belum bisa didudukkan tanpa bantuan, pada usia 12 bulan belum bisa
menjinjit, pada usia 15 bulan belum berjalan, pada usia 15 bulan anak belum
mampu mengucapkan -5 kata, pada usia 2 tahun anak belum bisa menyebut
nama sendiri, pada usia 30 bulan anak belum bisa menggambar, pada usia 3
tahun anak belum bisa berpakaian, pada usia 3,5 tahun anak belum bisa
mengenal warna, pada usia 4 tahun anak belum bisa menggambar orang 3
bagian dan pada usia 4,5 tahun anak belum bisa bercerita, maka perilaku di

11
atas perlu dilakukan pendeteksian untuk mengenal berbagai masalah yang
berhubungan dengan tumbuh kembang anak di antaranya:
a. Gagal tumbuh (Failure to Thrive)
Merupakan kegagalan untuk tumbuh di mana sebenarnya anak
tersebut lahir dengan cukup bulan, akan tetapi dalam pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya mengalami kegagalan pertumbuhan fisik
dengan malnutrisi dan retardasi perkembangan social atau motorik. Factor
yang mempengaruhi terjadinya gagal tumbuh adalah gangguan psikososial
di mana anak tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua sehingga
banyak dijumpai pada panti-panti. Cirri gagal tumbuh yang lain adalah
secara organic tidak ditemukan adanya kelainan dan secara anamnesa anak
ditelantarkan dalam perawatannya.
b. Gangguan makan
Gangguan makan pada anak seringkali dijumpai pada masyarakat
awam yang belum memahami prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
anak dan memahami pentingnya nutrisi pada anak, gangguan makan pada
anak yang sering kita temukan seperti penolakan makan, gangguan
regurgitasi pada masa bayi, anoreksia nervosa, dan bulimia.
Penolakan makan merupakan gangguan makan pada anak yang
dapat diakibatkan beberapa faktor di antaranya anak tidak menyukai
terhadap pemberian secara memaksa dalam makan atau tidak menyukai
cara pemberiannya atau tidak menarik perhatian pada anak, kemudian
orang tua atau pengasuh tidak sabar dalam memberikan makan atau dalam
hal ini orang tua atau pengasuhnya terlalu merasa khawatir atau
kecemasan kalau anak tidak makan maka anaknya akan mengalami
kekurangan gizi sehingga kadang-kadang selalu disiapkan makan yang
bergizi tanpa memperdulikan selera pada anak atau kesukaan anak. Faktor
cara pemberian makan pada anak adalah salah satu bagian penting dari
faktor pengaruh gangguan makan pada anak, artinya cara pemberian ini
yang sering kali menyebabkan gangguan makan seperti adanya paksaan
dalam memberikan makan, suasana yang tegang, dan lain-lain. Berikut ini
adalah contoh kasus gangguan makan pada anak :

12
1) Pika merupakan keadaan anak berulang kali makan yang tidak
bergizi seperti kapur tembok yang terkupas, kertas, kotoran yang
dipungut dari lantai, kancing, rambut, mainan, dan lain-lain. Pika
ini dapat menimbulkan anemia atau keracunan apabila yang
dimakan mengandung zat yang dapat memberikan dampak
keracunan seperti zat timah dan lain-lain.
2) Terjadinya regurgitasi atau mengeluarkan kembali makanan
kedalam mulut tanpa disertai perasaan mual atau gangguan
gastrointestinal, dengan ditandai mengejan, punggung melengkung
ke belakang, mulutnya terbuka, kepalanya menengadah dan disertai
gerakan-gerakan menghisap, kondisi demikian apabila terlalu
banyak makanan yang dimuntahkan maka akan terjadi kehilangan
berat badan sehingga dapat menimbulkan malnutrisi.
3) Anoraksia nervosa dan bulimia merupakan gangguan makan yang
sering dijumpai pada anak remaja wanita yang ditandai adanya
penurunan berat badan secara disengaja atau gangguan psikologis
yang spesifik, kondisi demikian merupakan salah satu penyebab
gangguan makan pada anak.
c. Gangguan tidur
Gangguan tidur merupakan gangguan yang dialami anak selama
tidur, gangguan ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada anak apabila gangguan ini berlangsung lama dan terus-menerus.
Gangguan tidur dalam hal ini adalah gangguan tidur terror dan gangguan
tidur berjalan (somnambulisme). Gangguan tidur terror ditandai dengan
anak kadang-kadang sering menangis pada tengah malam, menjerit,
merintih, dan lain-lain. Kadang-kadang hal tersebut tidak akan menjadi
masalah, akan tetapi hal tersebut bila berlangsung terus akan mengganggu
tugas-tugas perkembangan anak. Gangguan tidur di atas yang dapat
menyebabkan gangguan dalam tumbuh kembang adalah gangguan tidur
dari tempat tidur dan berjalan sewaktu tidur, kondisi tersebut kadang-
kadang kita jumpai pada anak, hal tersebut apabila berlangsung lama maka
mempengaruhi perkembangan pada anak.

13
d. Enuresis fungsional
Merupakan gangguan dalam pengeluaran urine yang involunter
pada waktu siang atau malam hari pada anak yang berumur lebih empat
tahun tanpa adanya kelainan fisik maupun penyakit organic. Kondisi ini
terdapat pada anak umur empat tahun ke atas mengingat pada umur
tersebut kondisi sfingter eksterna vesika urinaria sudah mampu dikontrol
akan tetapi pada usia demikian tetap belum bias, hal tersebut dapat
disebabkan beberapa factor di antaranya kegagalan dalam toilet training
pada anak dan adanya negative reinforcement(pemberian hukuman lebih
ditekankan dari pada pujian) sehingga terjadi kegagalan dalam proses
berkemih sehingga dapat terjadi enuresis fungsional. Keadaan demikian
apabila berlangsung lama dan panjang maka akan mengganggu tugas
dalam perkembangan anak.
e. Enkopresis fungsional
Enkopresis fungsional merupakan gangguan dalam pengeluaran
tinja yang tidak terkontrol pada anak yang terjadi secara berulang-ulang
tanpa adanya konstipasi atau tanpa adanya penyebab organic pada anak
yang berumur lebih dari empat tahun. Kondisi demikian dapat disebabkan
karena kondisi psikologis pada anak sehingga menyebabkan kegagalan
dalam melakukan buang air besar. Kondisi tersebut apabila dibiarkan
terlalu lama dapat mengganggu dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan pada anak.
f. Mutisme efektif
Merupakan gangguan bicara pada anak yang ditandai dengan
menolak untuk berbicara pada situasi social seperti di sekolah ataupun di
tempat-tempat umum. Keadaan demikian disebabkan oleh gangguan
psikologis pada anak. Beberapa ahli mengatakan bahwa mutisme efektif
digunakan anak dalam rangka mengurangi perasaan takut, tetapi ada juga
yang digunakan sebagai penarik perhatian agar selalu diperhatikan.
g. Gangguan perkembangan spesifik
Gangguan perkembangan spesifik pada anak tersebut dapat meliputi
gangguan perkembangan membaca dan menulis, gangguan perkembangan

14
berhitung, gangguan perkembangan berbahasa, gangguan perkembangan
artikulasi, gangguan perkembangan motorik yang spesifik.
h. Reterdasi mental
Merupakan gangguan dalam perkembangan dimana terjadi
gangguan dalam fungsi intelektual yang sub normal adanya perilaku
adaptif social dan timbul pada masa perkembangan yaitu di bawah umur
18 tahun. Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan beberapa factor,
diantaranya factor genetic atau juga kelainan dalam kromosom, factor ibu
selama hamil dimana terjadi gangguan dalam gizi atau penyakit pada ibu
seperti rubella, atau adanya virus lain atau juga factor setelah lahir dimana
dapat terjadi kerusakan otak apabila terjadi infeksi seperti meningistis,
ensefalitis, dan lain-lain.
i. Autism
Autism atau dikenal dengan sindrom keanner dengan memiliki
gejala tidak mampu bersosialisasi, mengalami kesulitan menggunakan
bahasa, berperilaku berulang-ulang, serta bereaksi tidak biasa terhadap
rangsangan sekitarnya. Dengan kata lain, pada anak autism dapat terjadi
kelainan emosi, intelektual, dan kemauan atau gangguan pervasive. Dapat
secara singkat dikatakan bahwa autism merupakan suatu keadaan anak
dapat berbuat semaunya sendiri baik secara berfikir atau berperilaku.
j. Penganiayaan dan pengabaian anak
Merupakan tindakan yang disengaja yang dapat menimbulkan
sakit, secara fisik atau emosional pada anak atau resiko terhadap sakit atau
cedera. Terdapat empat jenis penganiayaan pada anak di antaranya
penganiayaan secara fisik, penganiayaan emosional, penganiayaan seksual
dan pengabaian. Kesemuanya dapat dipicu oleh lingkungan yang ada di
sekitar anak. Gejala dari jenis penganiayaan tersebut adalah apabila jenis
penganiayaan fisik maka dapat terjadi cedera, apabila penganiayaan jenis
emosional dapat terjadi keguncangan pada jiwa anak dan juga dapat
menimbulkan kekacauan mental, kemudian penganiayaan seksual terjadi
iritasi atau leserasi pada genital eksterna, infaksi saluran kemih atau
penyakit genital, serta adanya kehamilan dan gejala pada pengabaian

15
adalah kurangnya perawatan pada diri anak dapat terjadi kegagalan untuk
tumbuh, keterlambatan perkembangan, gangguan makan, kurang
perawatan diri, dan lain-lain (Betz, Cecily L, 1996).

16
BAB lll
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah terlahir
dari rahim seorang ibu. Setelah melewati proses menjadi bayi akan tumbuh
menjadi balita dan anak prasekolah. Masa-masa inilah merupakan masa yang
paling penting bagi orangtua memberikan perhatian dan kasih sayangnya. Pada
masa ini pula kebutuhan fisik dan psikologi harus dipenuhi secara maksimal.
Untuk membentuk pribadi yang baik di masa yang akan datang.

Pertumbuhan dan perkembangan anak harus sesuai dengan tahapan usianya.


Orangtua harus memantau pertumbuhan dan perkembangan agar dapat diketahui
ada tidaknya gangguan pada anak.

B. Saran
Dalam menghadapi dunia keperawatan yang semakin maju diharapkan
mampu menguasai pengetahuan tentang perkembangan anak dan langkah apa saja
yang perlu diambil agar menghasilkan skill yang maksimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimun Hidayat, (2008), Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk


Pendidikan Kebidanan. Jakarta, Selemba Medika.

Dr. Soetjiningsih, SpAK.( 1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : ECG.

Wong / Donna L.E.d.6. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta :


ECG.

Anda mungkin juga menyukai