Anda di halaman 1dari 13

http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/07/makalah-asuransi-kebakaran.

html

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap benda objek asuransi kebakaran harus jelas terletak di mana dan
berbatasan dengan apa. Setiap benda objek asuransi kebakaran harus jelas dipakai
dan digunakan untuk apa. Syarat pemakaian atau penggunaan ini ada hubungannya
dengan syarat perubahan tujuan penggunaan yang merupakan pemberatan risiko
(Pasal 293 KUHD)

Bahaya-bahaya penyebab timbulnya kebakaran yang menjadi tanggungan


penanggung diatur dalam Pasal 290 KUHD. Penanggung menerima sebagai tanggung
jawabnya semua kerugian yang ditimbulkan oleh terbakamya benda asuransi.
Pengertian “terbakar” meliputi kebakaran biasa dan bahkan yang lebih luas daripada
itu.

Polis standar asuransi kebakaran Indonesia juga memuat ketentuan mengenai


perubahan risiko. Jika ada perubahan atau perombakan atas harta benda yang
dipertanggungkan atau atas tempat di mana harta benda yang dipertanggungkan
disimpan.

Pengaturan tentang asuransi kebakaran tersebut sangat sederhana, dan sudah


tidak sesuai lagi dengan kebutuhan perkembangan asuransi sekarang. Karena
pengaturannya sangat sederhana, maka perjanjian bebas antara tertanggung dan
penanggung yang dituangkan dalam polis mempunyai fungsi penting dalam praktik
asuransi kebakaran. Hal-hal mengenai asuransi kebakaran yang diatur dalam KUHD
akan diuraikan melalui bahasan-bahasan berikut ini

a. Polis asuransi kebakaran.

b. Objek asuransi kebakaran.


c. Evenemen dan ganti kerugiah asuransi kebakaran.

d. Asuransi rangkap dan perubahan risiko.

e. Janji-janji khusus.

BAB II

PEMBAHASAN

A. pengertian Asuransi Kebakaran

Kebakaran adalah terbakarnya sesuatu benda yang berada diluar tempat pembakaran, dan
benda tersebut berada dalam situasi dan waktu yang tidak memerlukan proses pembakaran.

Menurut Pasal 290 KUHD ASURANSI KEBAKARAN adalah pertanggungan yang


menjamin kerugian /kerusakkan atas harta benda (harta tetap dan harta bergerak) yang
disebabkan oleh kebakaran, yang terjadi karena api sendiri atau api dari luar, karena
udara buruk, kurang hati- hati, kesalahan atau perbuatan tidak pantas dari pelayan
tertanggung, tetangga, musuh, perampok dan apa saja dan dengan cara bagaimanapun
sebagai sebab timbulnya kebakaran.

Asuransi Kebakaran juga memberikan pertanggungan pada harta benda berupa


gedung/bangunan rumah, kantor, hotel, pabrik, toko, dan lain-lain, berikut isinya (perabotan,
perlengkapan, furniture, mesin-mesin, persediaan bahan baku serta barang jadi dan lain-lain)
terhadap kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh resiko kebakaran, kejatuhan pesawat
terbang, sambaran petir, peledakan dan asap.

B. Tujuan dasar polis asuransi

Tujuan polis asuransi adalah memberikan suatu ganti rugi terhadap tertanggung dalam kasus
kebakaran yang mengakibatkan kerusakan terhadap bangunan yang ditanggung.
C. Polis Asuransi Kebakaran

Polis asuransi kebakaran selain harus memenuhi syarat-syarat umum Pasal 256
KUHD, juga harus rnenyebutkan syarat-syarat khusus yang hanya berlaku bagi
asuransi kebakaran seperti di dalam Pasal 287 KUHD, Untuk mengetahui semua syarat
umum serta syarat khusus yang harus dimuat dalam polis asuransi kebakaran, berikut
ini disajikan si kedua pasal KUHD tersebut:

(1) Hari dan tanggal kapan asuransi kebakaran itu diadakan.

(2) Nama tertanggung yang mengadakan asuransi kebakaran untuk diri sendiri atau
untuk kepentingan pihak ketiga.

(3) Keterangan yang cukup jelas mengenai benda yang diasuransikan terhadap bahaya
kebakaran.

(4) Jumlah yang diasuransikan terhadap bahaya kebakaran.

(5) Bahaya-bahaya (evenemen) penyebab kebakaran yang di tanggung oleh


penanggung.

(6) Waktu bahaya-bahaya (evenemen) mulai berjalan dan berakhir menjadi tanggungan
penanggung.

(7) Premi asuransi kebakaran yang dibayar oleh tertanggung.

(8) Janji-janji khusus yang diadakan antara pihak-pihak dan keadaan yang perlu
diketahui oleh dan untuk kepentingan penanggung.

(9) Letak dan perbatasan benda yang diasuransikan.

(10) Pemakaian untuk apa benda yang diasuransikan.

(11) Sifat dan pemakaian gedung yang berbatasan, sejauh itu berpengaruh terhadap
risiko kebakaran yang menjadi beban penanggung.
(12) Harga benda yang diasuransikan terhadap bahaya kebakaran.

(13) Letak dan perbatasan gedung dan tempat di mana terdapat, tersimpan atau
tertimbun benda bergerak yang diasuransikan.

D. Objek asuransi kebakaran

Benda yang menjadi objek asuransi kebakaran dapat berupa benda tetap,
seperti bangunan, rumah, pabrik, dan benda bergerak seperti kendaraan bermotor.
kapal, serta benda bergerak yang terdapat di dalam atau sebagai bagian dari benda
tetap yang bersangkutan. Misal gedung perkantoran dan benda bergerak perlengkapan
kantor, kendaraan ben motor dan benda bergerak muatan kendaraan tersebut, rumah
dan benda bergerak isi rumah tersebut. Rincian benda objek asuransi kebakaran
dicantumkan dalam polis, apa yang diasuransikan dan berapa jumlah asuransinya.

Benda objek asuransi kebakaran dapat ditentukan harganya atau belum


ditentukan sama sekali. Penentuan harga benda objek asuransi kebakaran memang
sulit dilaksanakan karena tidak semua benda itu sudah di ketahui harganya, lagi pula
dapat berubah harganya selama jangka waktu berlakunya asuransi kebakaran. Oleh
karena itu, penentuan harga benda objek asuransi tidak begitu disyaratkan atau bukan
syarat mutlak, walau pun dalam Pasal 287 KUHD dinyatakan sebagai salah satu syarat.
Hal yang penting adalah berapa jumlah asuransinya, mengingat ketentuan Pasal 289
ayat (1) KUHD yang membolehkan pengadaan asuransi dengan jumlah penuh dan ini
harus tercantum dalam polis.

Setiap benda objek asuransi kebakaran harus jelas terletak di mana dan
berbatasan dengan apa. Jika berbatasan dengan gedung-gedung, bagai mana sifat dan
pemakaian gedung-gedung tersebut, apakah ada dan sejauh mana pengaruhnya
terhadap risiko kebakaran yang menjadi tanggungan penanggung. Jika benda objek
asuransi kebakaran itu adalah benda bergerak, maka perlu dijelaskan letak dan
perbatasan gedung dan tempat tersimpan atau tertimbun benda bergerak tersebut.
Setiap benda objek asuransi kebakaran harus jelas dipakai dan digunakan untuk apa.
Syarat pemakaian atau penggunaan ini ada hubungannya dengan syarat perubahan
tujuan penggunaan yang merupakan pemberatan risiko (Pasa 293 KUHD). Akibatnya.
jika terjadi kebakaran yang menimbulkan kerugian, penanggung tidak berkewajiban
mernbayar ganti kerugian.

Keterangan yang jelas mengenai benda obyek asuransi kebakaran ada


hubungan juga dengan risiko yang menjadi tanggungan peflaflggUflg. Risiko tersebut
menjadi dasar penentuan jumlah premi yang wajib dibayar oleh tertanggung. Makin
berat risiko yang ditanggung, makin besar jumlah premi yang dibayar Jika tenjadi
pemberatan nisiko karena perubahan tujuan penggunaan. maka perlu diberitahukan
kepada penanggung apakah jumlah premi ditingkatkan atau penanggung menghentikan
asuransi ke bakaran tersebut.

E. Evenemen dan Ganti Kerugian

Bahaya-bahaya penyebab timbulnya kebakaran yang menjadi tanggungan


penanggung diatur dalam Pasal 290 KUHD. Penanggung menerima sebagai tanggung
jawabnya semua kerugian yang ditimbulkan oleh terbakarnya benda asuransi.
Pengertian “terbakar” meliputi kebakaran biasa dan bahkan yang lebih luas daripada
itu. Dalam Pasal 290 KUHD disusun sebab-sebab timbulnya kebakaran yang sangat
luas, yaitu :

(1) petir, api timbul sendiri, kurang-hati-hati, dan kecelakaan lain-lain;

(2) kesalahan atau itikad jahat dari pelayan sendiri, tetangga, musuh perampok dan
lain-lain;

(3) sebab-sebab lain, dengan nama apa saja, dengan cara bagaimanapun kebakaran
itu terjadi, direncanakan atau tidak, biasa atau luar biasa, dengan tiada kecualinya.

Rumusan Pasal 290 KUHD itu sangat luas, sebagai lex specialis dapat
menghapuskan kekuatan berlakunya Pasal 249 KUHD. Misalnya, ke bakaran sendiri
karena cacat pada benda asuransi yang menurut Pasal 249 KUHD, penanggung tidak
diwajibkan membayar ganti kerugian, tetapi menurut ketentuan Pasal 290 KUHD,
penanggu,ng berkewajiban membayar ganti kerugian. Menurut Volimar, apabila diteliti
susunan sebab-sebab yang terdapat dalam Pasal 290 KUHD khususnya kata-kata
pada bagian akhir pasal tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembentuk undang-
undang memang menghendaki sebab-sebab yang sangat luas, tidak hanya terhadap
bahaya dari luar, tetapi juga terhadap bahaya dari dalam menjadi tanggungan
penanggung.

Disamakan dengan kerugian akibat kebakaran adalah kerugian yang timbul


karena kebakaran gedung-gedung yang berdekatan dengan benda asuransi seperti
ditentukan dalam Pasal 291 KUHD, yaitu:

(1) benda asuransi menjadi rusak atau berkurang Karena air atau alat lain yang dipakai
untuk memadamkan kebakaran;

(2) benda asuransi hilang karena pencurian atau sebab lain salama di pernadaman
kebakaran atau pertolongan;

(3) benda asuransi dirusakkan sebagian atau seluruhnya atas perintah penguasa dalam
usahanya untuk memadamkan kebakaran itu.

Selain itu, ketentuan Pasal 292 KUHD menyatakan, disamakan dengan kerugian
karena kebakaran adalah kerugian yang ditimbulkan oleh ledakan mesiu, ledakan ketel
uap, sambaran petir, dan sebagainya, meskipun ledakan, sambaran itu tidak
mengakibatkan kebakaran. Disamakan dengan kerugian karena kebakaran Pasal 292
KUHD sering diperluas lagi dalam polis sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan.

Terjadinya evenemen penyebab kebakaran yang menjadi tanggungan penanggung


mengakibatkan timbul kerugian bagi tertanggung. Dalam hal timbul kerugian,
penanggung berkewajiban membayar klaim yang diajukan oleh tertanggung. Untuk
memenuhi kewäjibannya, penanggung perlu membuktikan apakah kebakaran yang
terjadi itu adalah sebab dari kerugian yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut
ketentuan Pasal 294 KUHD:

“Penanggung dibebaskan dari kewajiban untuk membayar kerugian, apabila dia


membuktikan bahwa kebakaran itu disebabkan oleh kesalahan atau ke
tertanggung sendiri yang sangat melampaui batas”

Kesalahan tertanggung sendiri secara umum teratur dalam Pasal 276 KUHD,
merupakan unsur yang membebaskan penangguag dari kewajibannya. Menurut
ketentuan Pasal 276 KUHD:

“Tidak ada kerugian yang disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri


menjadi beban penanggung. Bahkan penanggung tetap memiliki atau menuntut
pembayaran premi apabila dia telah mulai menjalani hahayà”.

Akan tetapi, Pasal 294 KUHD menentukan secara khusus tentang kesalahan
tertangguhg sendiri dalam asuransi kebakaran. Kekhususan Pasal 294 KUHD itu
adalah penanggung harus dapat membuktikan bahwa kebakaran itu disebabkan oleh
kesalahan atau kelalaian tertanggung sendiri yang sangat melampaui batas.

Apabila objek asuransi itu adalah barang bergerak maka untuk menetapkan nilai barang
sesungguhnya, tertanggung harus membuktikannya, sehingga dapat ditentukan jumlah
ganti kerugian yang wajib diganti oleh tertanggung. Pembuktian tersebut diatur dalam
Pasal 295 KUHD:

“Pada asuransi atas barang-barang bergerak dan barang dagangan yang disimpan
dalam sebuah rumah, gudang atau tempat penyimpanan lain, jika alat-alat
pembuktian yang disebut dalam Pasal 273, Pasal 274, dan Pasal 275 tidak ada
atau kurang mencukupi, maka hakim dapat memerintahkan agar tertanggung
mengangkat sumpah.”

Kerugian dihitung menurut harga barang-barang pada waktu kebakaran terjadi.


Dalam praktik asuransi kebakaran, risiko yang dijamin ditentukan dengan tegas dalam
polis. Dalam polis standar asuransi kebakaran Indonesia, risiko yang ditanggung
ditentukan sebagai berikut: Polis ini. menjaminn kerugian atau kerusakan pada harta
benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan yang secara langsung disebabkan
oleh:

(1) KEBAKARAN, yang terjadi karena kekurang hati-hatian atau ke salahan, pelayan
atau karyawan tertanggurg, tetangga, perampok atau sejenisnya, ataupun karena
sebab kebakaran lain sepanjang tidak dikecualikan dalam polis, termasuk akibat
dari:

(a) menjalarnya api yang timbul sendirii (self combustion), hubungan arus pendek
(short circuit), atau karena sifat barang itu sendiri (inherent vice);

(b) kebakaran yang terjadi karena kebakaran benda lain yang berdekatan, yaitu
kerusakan atau berkurangnya harta benda dan atau kepentingan yang
dipertanggungkan karena air dan atau alat-alat lain yang dipergunakan untuk
menahan atau memadamkan kebakaran, demikian juga kerugian yang di
sebabkan oleh dimusnahkannya seluruh atau sebagian harta benda dan atau
kepentingan yang dipertanggungkan atas perintah yang berwenang dalam upaya
pencegahan menjalarnya kebakaran itu.

(2) PETIR, kerusakan yang secara langsung disebabkan oleh petir. Khusus untuk
mesin-mesin, peralatan listrik atau elektronik dan instalasi listrik dijamin oleh polis ini
apabila petir tersebut menimbulkan kebakaran pada benda-benda dimaksud.

(3) LEDAKAN, pengertian ledakan dalam polis ini adalah setiap pelepasan tenaga
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh mengembangnya gas atau uap. Meledaknya
suatu bejana (ketel uap. pipa dan sebagainya) dapat dianggap ledakan jika dinding
bejana itu robek terbuka sedemikian rupa sehingga terjadi keseimbangan tekanan
secara tiba-tiba di dalam maupun di luar bejana. Jika ledakan itu terjadi di dalam
bejana sebagai akibat reaksi kimia setiap kerugian pada bejana tersebut dapat
diberikan ganti kerugian sekalipun dinding bejana tidak robek terbuka. Kerugian
yang di sebabkan oleh rendahnya tekanan di dalam bejana tidak dijamin oleh polis.
Kerugian pada mesin pembakar yang diakibatkan oleh ledakan di dalam ruang
pembakaran atau pada bagian tombol sakelar listrik akibat timbulnya tekanan gas,
tidak dijamin. Dengan syarat apabila terhadap risiko ledakan ditutup juga
pertanggungan dengan polis jenis lain yang khusus untuk itu, penanggungan hanya
menanggung kerugian akibat peledakan sepanjang hal tersebut tidak ditanggung
oleh polis jenis lain itu.

(4) KEJATUHAN PESAWAT TERBANG, yaitu benturan fisik antara pesawat terbang
atau segala sesuatu yang jatuh dari pesawat terbang dengan harta benda dan atau
kepentingan yang dipertanggungkan atau dengan bangunan yang berisikan harta
benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan.

(5) ASAP, yaitu asap yang timbul dari kebakaran harta benda yang di pertanggungkan
pada polis ini.

Didalam asuransi kebakaran juga ada jaminan tambahan atau perluasan. Dengan
tambahan premi, maka jaminan standar asuransi kebakaran dapat diperluas dengan
jaminan tambahan yang diinginkan

Jaminan Tambahan Terhadap Kerusakan Akibat :

(1) Kerusuhan dan Pemogokan, Kerusakan akibat Perbuatan Jahat, Tertabrak


Kendaraan.
(2) Angin Topan, Badai, Banjir dan Kerusakan Akibat Air.
(3) Tanah Longsor
(4) Biaya-biaya Pembersihan Puing

F. Asuransi Rangkap Dari Perubahan Risiko

Dalam ketentuan syarat umum mengenai asuransi rangkap, penanggung menetapkan


dalam polis standar asuransi kebakaran bahwa pada waktu pertanggungan ini dibuat,
tertanggung harus memberitahukan kepada penanggung segala pertanggungan lain
atas harta benda dan atau kepentingan yang sama. Jika kemudian tertanggung
menutup pertanggungan lainnya atas harta benda dan atau kepentin yang sama. hal itu
pun wajib diberitahukannya kepada penanggung. Apa akbatnya bila tentanggung tidak
memberitahukannya kepada penanggung? Segala kerugian yang timbul akibat tidak
dipenuhinya kewajiban pemberitahuan menjadi beban tertanggung.

Polis standar asuransi kebakaran Indonesia juga memuat ketentuan mengenai


perubahan risiko. Jika ada perubahan atau perombakan atas harta benda yang
dipertanggungkan atau atas tempat di mana harta benda yang dipertanggungkan
disimpan, sebagian atau seluruhnya dipergunakan untuk keperluan lain atau kalau
barang-barang lain disimpan juga di sana, sehingga risiko yang dijamin polis menjadi
lebih besar dan tertanggung tahu atau seharusnya tahu akan keadaan demikian itu,
tertanggung harus memberitahukannya kepada penanggung selambat-lambatnya
dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak ada perubahan tersebut. Sehubungan dengan
perubahan risiko seperti yang telah disebutkan di atas, penanggung berhak
menetapkan pertanggungan ini diteruskan dengan premi yang sudah ada atau dengan
premi yang lebih tinggi atau menghentikan pertanggungan sama sekali. Jika
penanggung menolak meneruskan pentanggungan ini, premi yang sudah dibayar untuk
jangka waktu yang belum habis, dikembalikan kepada tertanggung secara prorata.

G. Janji-janji Khusus

Pada asuransi kebakaran mengenai hak milik berupa gedung, tertanggung dapat minta
diperjanjikan:

a. kerugian yang timbul pada gedung hak milik supaya diganti; atau

b. gedung itu supaya dibangun kembali; atau

c. gedung itu supaya diperbaiki.

Janji pembangunan kembali atau perbaikan gedung itu maksimum sampai sebesar
jumlah asuransi (Pasal 288 ayat (1) KUHD). Dalam hal penggantian kerugian, harus
dihitung perbedaan nilai gedung sebelum terjadi evenemen dengan nilai gedung
sesudah terjadi evenemen. Ganti kerugian itu harus dibayar secara tunai (Pasal 288
ayat (2) KUHD).

Dalam hal ada janji pembangunan kembali tertanggung wajib membangnnya kembali
atau memperbaiki gedungnya dengan biaya penanggung. Penanggung berhak
mengawasi agar uang yang diberikan penanggung itu dalam waktu yang kalau perlu
telah ditentukan oleh hakim benar benar digunakan untuk membangun gedung yang
terbakar itu. Atas permintaan penanggung, hakim bahkan dapat membebani
tertanggung untuk memberi jaminan secukupnya bilamana ada alasan untuk itu (Pasal
288 ayat (3) KUHD).

Menurut ketentuan Pasal 289 KUHD, asuransi kebakaran dapat diadakan dengan
jumlah penuh atas benda yang diasuransikan. Dalam hal diadakan janji untuk
membangun kembali jika terjadi kebakaran, tertanggung dapat memperjanjikan bahwa
biaya yang diperlukan untuk pembangunan kembali itu akan diganti oleh penanggung.
Akan tetapi, biaya pembanguna kembali itu tidak boleh melebihi 3/4 (tiga perempat) dari
jumlah asuransi.

Dalam pasal 288 ayat 3 yang berbunyi:

“Apabila dijanjikan, bahwa bangunan yang terbakar akan dibangun kembali


dengan biaya yang jumlahnya tidak boleh lebih dari pada jumlah membangun
kemnbali.”

Si asurador berwewenang untuk mengawas-awasinya guna mengetahui apakah uang


yang ia beri kepada terjamin, betul-betul dipergunakan oleh terjamin untuk membangun
kembali dalam waktu tertentu, yang kalau perlu ditetapkan lamannya oleh Hakim.

Dalam hal ini. Hakim berwewenang untuk, atas permintaan asurador, meminta jaminan
si terjmin, kalau memang ada alasan untuk itu.

Pasal 289 berbunyi:


1) Asuransi kebakaran dapat diadakan untuk harga nilai penuh dari barang yang
dijamin.

2) Apabila diadakan perjanjian membangun kembali, maka harus dijanjikan pula,


bahwa biaya yang diperlukan untuk membangun kembali itu, harus diganti
oleh asurador.

3) Dalam hal ada perjanjian seperti ini jumlah uang yang dijamin tidak boleh
melebihi dari biaya membangun kembali itu.

Kata-kata dan ayat-ayat pasal ini, menimbulkan banyak pertanyaan yang oleh Noist
Trenite dalam bukunya tentang Brandverzekering halaman 270 s/d 281 diteliti sampai
mendalam.

Bagi saya cukup untuk mengutarakan kesimpulan yang dapat ditarik dari kata-kata
dalam pasal itu, yang menurut hemat saya ada maksud yang terkandung oleh
pembentuk undang-undang. Kesimpulan itu sebagai berikut:

Menurut hemat saya, si tenjamin tidak hanya berhak, melainkan ber kewajiban untuk
membangun kembali. Dan untuk ini ia harus menenima sejumlah uang tunai dari
asurudor.

Uang tunai harus betul-betul dipergunakan untuk membangun kembali. Dan asurador
berwewenang untuk mengawas-awasi itu. Dalarn hal ini dapat ditentukan tenggang
waktu tertentu pembangunan kembali itu harus se1esai. Hakim dapat turut menetapkan
tenggang waktu ini kalau ada perselisihan.

Apabila perlu, yaitu apabila dikhawatirkan, bahwa si terjamin tida akan membayar
kewajibannya untuk membangun kembali dalam waktu yang telah ditentukan. Hakim
atas tuntutan asurador dapat menuntut si terjami untuk mengadakan jaminan.

Jaminan ini dapat berupa uang tunai yang oleh terjamin harus dibayarkan kepada suatu
Bank dan tentunya ditujukan untuk kalau perlu, digunakan bagi ganti kerugian kepada
asurador, apabila tidak dilakukan pembangunan kembali dan oleh karenanya asurador
menderita kerugian.

Anda mungkin juga menyukai