PENDAHULUAN
Setiap benda objek asuransi kebakaran harus jelas terletak di mana dan
berbatasan dengan apa. Setiap benda objek asuransi kebakaran harus jelas dipakai
dan digunakan untuk apa. Syarat pemakaian atau penggunaan ini ada hubungannya
dengan syarat perubahan tujuan penggunaan yang merupakan pemberatan risiko
(Pasal 293 KUHD)
e. Janji-janj khusus.
BAB II
PEMBAHASAN
Polis asuransi kebakaran selain harus memenuhi syarat-syarat umum Pasal 256
KUHD, juga harus rnenyebutkan syarat-syarat khusus yang hanya berlaku bagi
asuransi kebakaran seperti di dalam Pasal 287 KUHD, Untuk mengetahui semua syarat
umum serta syarat khusus yang harus dimuat dalam polis asuransi kebakaran, berikut
ini disajikan si kedua pasal KUHD tersebut:
(2) Nama tertanggung yang mengadakan asuransi kebakaran untuk diri sendiri atau
untuk kepentingan pihak ketiga.
(3) Keterangan yang cukup jelas mengenai benda yang diasuransikan terhadap bahaya
kebakaran.
(6) Waktu bahaya-bahaya (evenemen) mulai berjalan dan berakhir menjadi tanggungan
penanggung.
(8) Janji-janji khusus yang diadakan antara pihak-pihak dan keadaan yang perlu
diketahui oleh dan untuk kepentingan penanggung.
(11) Sifat dan pemakaian gedung yang berbatasan, sejauh itu berpengaruh terhadap
risiko kebakaran yang menjadi beban penanggung.
(13) Letak dan perbatasan gedung dan tempat di mana terdapat, tersimpan atau
tertimbun benda bergerak yang diasuransikan.
Benda yang menjadi objek asuransi kebakaran dapat berupa benda tetap,
seperti bangunan, rumah, pabrik, dan benda bergerak seperti kendaraan bermotor.
kapal, serta benda bergerak yang terdapat di dalam atau sebagai bagian dari benda
tetap yang bersangkutan. Misal gedung perkantoran dan benda bergerak perlengkapan
kantor, kendaraan ben motor dan benda bergerak muatan kendaraan tersebut, rumah
dan benda bergerak isi rumah tersebut. Rincian benda objek asuransi kebakaran
dicantumkan dalam polis, apa yang diasuransikan dan berapa jumlah asuransinya.
Benda objek asuransi kebakaran dapat ditentukan harganya atau belum
ditentukan sama sekali. Penentuan harga benda objek asuransi kebakaran memang
sulit dilaksanakan karena tidak semua benda itu sudah di ketahui harganya, lagi pula
dapat berubah harganya selama jangka waktu berlakunya asuransi kebakaran. Oleh
karena itu, penentuan harga benda objek asuransi tidak begitu disyaratkan atau bukan
syarat mutlak, walau pun dalam Pasal 287 KUHD dinyatakan sebagai salah satu syarat.
Hal yang penting adalah berapa jumlah asuransinya, mengingat ketentuan Pasal 289
ayat (1) KUHD yang membolehkan pengadaan asuransi dengan jumlah penuh dan ini
harus tercantum dalam polis.
Setiap benda objek asuransi kebakaran harus jelas terletak di mana dan
berbatasan dengan apa. Jika berbatasan dengan gedung-gedung, bagai mana sifat dan
pemakaian gedung-gedung tersebut, apakah ada dan sejauh mana pengaruhnya
terhadap risiko kebakaran yang menjadi tanggungan penanggung. Jika benda objek
asuransi kebakaran itu adalah benda bergerak, maka perlu dijelaskan letak dan
perbatasan gedung dan tempat tersimpan atau tertimbun benda bergerak tersebut.
Setiap benda objek asuransi kebakaran harus jelas dipakai dan digunakan untuk apa.
Syarat pemakaian atau penggunaan ini ada hubungannya dengan syarat perubahan
tujuan penggunaan yang merupakan pemberatan risiko (Pasa 293 KUHD). Akibatnya.
jika terjadi kebakaran yang menimbulkan kerugian, penanggung tidak berkewajiban
mernbayar ganti kerugian.
(2) kesalahan atau itikad jahat dari pelayan sendiri, tetangga, musuh perampok dan
lain-lain;
(3) sebab-sebab lain, dengan nama apa saja, dengan cara bagaimanapun kebakaran
itu terjadi, direncanakan atau tidak, biasa atau luar biasa, dengan tiada kecualinya.
Rumusan Pasal 290 KUHD itu sangat luas, sebagai lex specialis dapat
menghapuskan kekuatan berlakunya Pasal 249 KUHD. Misalnya, ke bakaran sendiri
karena cacat pada benda asuransi yang menurut Pasal 249 KUHD, penanggung tidak
diwajibkan membayar ganti kerugian, tetapi menurut ketentuan Pasal 290 KUHD,
penanggu,ng berkewajiban membayar ganti kerugian. Menurut Volimar, apabila diteliti
susunan sebab-sebab yang terdapat dalam Pasal 290 KUHD khususnya kata-kata
pada bagian akhir pasal tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembentuk undang-
undang memang menghendaki sebab-sebab yang sangat luas, tidak hanya terhadap
bahaya dari luar, tetapi juga terhadap bahaya dari dalam menjadi tanggungan
penanggung.
(1) benda asuransi menjadi rusak atau berkurang !carena air atau alat lain yang dipakai
untuk mernadamkan kebakaran;
(2) benda asuransi hilang karena pencurian atau sebab lain salama di pernadaman
kebakaran atau pertolongan;
(3) benda asuransi dirusakkan sebagian atau seluruhnya atas perintah penguasa dalam
usahanya untuk memadamkan kebakaran itu.
Selain itu, ketentuan Pasal 292 KUHD menyatakan, disamakan dengan kerugian
karena kebakaran adalah kerugian yang ditimbulkan oleh ledakan mesiu, ledakan ketel
uap, sambaran petir, dan sebagainya, meskipun ledakan, sambaran itu tidak
mengakibatkan kebakaran. Disamakan dengan kerugian karena kebakaran Pasal 292
KUHD sering diperluas lagi dalam polis sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan.
Kesalahan tertanggung sendiri secara umum teratur dalam Pasal 276 KUHD,
merupakan unsur yang membebaskan penangguag dari kewajibannya. Menurut
ketentuan Pasal 276 KUHD:
“Tidak ada kerugian yang disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri
menjadi beban penanggung. Bahkan penanggung tetap memiliki atau menuntut
pembayaran premi apabila dia telah mulai menjalani hahayà”.
Akan tetapi, Pasal 294 KUHD menentukan secara khusus tentang kesalahan
tertangguhg sendiri dalam asuransi kebakaran. Kekhususan Pasal 294 KUHD itu
adalah penanggung harus dapat membuktikan bahwa kebakaran itu disebabkan oleh
kesalahan atau kelalaian tertanggung sendiri yang sangat melampaui batas.
Apabila objek asuransi itu adalah barang bergerak maka untuk menetapkan nilai barang
sesungguhnya, tertanggung harus membuktikannya, sehingga dapat ditentukan jumlah
ganti kerugian yang wajib diganti oleh tertanggung. Pembuktian tersebut diatur dalam
Pasal 295 KUHD:
“Pada asuransi atas barang-barang bergerak dan barang dagangan yang disimpan
dalam sebuah rumah, gudang atau tempat penyimpanan lain, jika alat-alat
pembuktian yang disebut dalam Pasal 273, Pasal 274, dan Pasal 275 tidak ada
atau kurang mencukupi, maka hakim dapat memerintahkan agar tertanggung
mengangkat sumpah.”
Dalam praktik asuransi kebakaran, risiko yang dijamin ditentukan dengan tegas dalam
polis. Dalam polis standar asuransi kebakaran Indonesia, risiko yang ditanggung
ditentukan sebagai berikut: Polis ini. menjaminn kerugian atau kerusakan pada harta
benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan yang secara langsung disebabkan
oleh:
(1) KEBAKARAN, yang terjadi karena kekurang hati-hatian atau ke salahan, pelayan
atau karyawan tertanggurg, tetangga, perampok atau sejenisnya, ataupun karena
sebab kebakaran lain sepanjang tidak dikecualikan dalam polis, termasuk akibat
dari:
(a) menjalarnya api yang timbul sendirii (self combustion), hubungan arus pendek
(short circuit), atau karena sifat barang itu sendiri (inherent vice);
(b) kebakaran yang terjadi karena kebakaran benda lain yang berdekatan, yaitu
kerusakan atau berkurangnya harta benda dan atau kepentingan yang
dipertanggungkan karena air dan atau alat-alat lain yang dipergunakan untuk
menahan atau memadamkan kebakaran, demikian juga kerugian yang di
sebabkan oleh dimusnahkannya seluruh atau sebagian harta benda dan atau
kepentingan yang dipertanggungkan atas perintah yang berwenang dalam upaya
pencegahan menjalarnya kebakaran itu.
(2) PETIR, kerusakan yang secara langsung disebabkan oleh petir. Khusus untuk
mesin-mesin, peralatan listrik atau elektronik dan instalasi listrik dijamin oleh polis ini
apabila petir tersebut menimbulkan kebakaran pada benda-benda dimaksud.
(3) LEDAKAN, pengertian ledakan dalam polis ini adalah setiap pelepasan tenaga
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh mengembangnya gas atau uap. Meledaknya
suatu bejana (ketel uap. pipa dan sebagainya) dapat dianggap ledakan jika dinding
bejana itu robek terbuka sedemikian rupa sehingga terjadi keseimbangan tekanan
secara tiba-tiba di dalam maupun di luar bejana. Jika ledakan itu terjadi di dalam
bejana sebagai akibat reaksi kimia setiap kerugian pada bejana tersebut dapat
diberikan ganti kerugian sekalipun dinding bejana tidak robek terbuka. Kerugian
yang di sebabkan oleh rendahnya tekanan di dalam bejana tidak dijamin oleh polis.
Kerugian pada mesin pembakar yang diakibatkan oleh ledakan di dalam ruang
pembakaran atau pada bagian tombol sakelar listrik akibat timbulnya tekanan gas,
tidak dijamin. Dengan syarat apabila terhadap risiko ledakan ditutup juga
pertanggungan dengan polis jenis lain yang khusus untuk itu, penanggungan hanya
menanggung kerugian akibat peledakan sepanjang hal tersebut tidak ditanggung
oleh polis jenis lain itu.
(4) KEJATUHAN PESAWAT TERBANG, yaitu benturan fisik antara pesawat terbang
atau segala sesuatu yang jatuh dari pesawat terbang dengan harta benda dan atau
kepentingan yang dipertanggungkan atau dengan bangunan yang berisikan harta
benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan.
(5) ASAP, yaitu asap yang timbul dari kebakaran harta benda yang di pertanggungkan
pada polis ini.
CARA AMAN ATASI EJAKULASI DINI & PENIS BESAR PANJANG TANPA OBAT.
EREKSI LOYO KLIK-DISINI
MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MAU KUAT TAHAN LAMA HUBUNGAN
MODAL CUMA 95RIBU SEX?
KumpulBlogger.com
Pada asuransi kebakaran mengenai hak milik berupa gedung, tertanggung dapat minta
diperjanjikan:
a. kerugian yang timbul pada gedung hak milik supaya diganti; atau
Janji pembangunan kembali atau perbaikan gedung itu maksimum sampai sebesar
jumlah asuransi (Pasal 288 ayat (1) KUHD). Dalam hal penggantian kerugian, harus
dihitung perbedaan nilai gedung sebelum terjadi evenemen dengan nilai gedung
sesudah terjadi evenemen. Ganti kerugian itu harus dibayar secara tunai (Pasal 288
ayat (2) KUHD).
Dalam hal ada janji pembangunan kembali tertanggung wajib membangnnya kembali
atau memperbaiki gedungnya dengan biaya penanggung. Penanggung berhak
mengawasi agar uang yang diberikan penanggung itu dalam waktu yang kalau perlu
telah ditentukan oleh hakim benar benar digunakan untuk membangun gedung yang
terbakar itu. Atas permintaan penanggung, hakim bahkan dapat membebani
tertanggung untuk memberi jaminan secukupnya bilamana ada alasan untuk itu (Pasal
288 ayat (3) KUHD).
Menurut ketentuan Pasal 289 KUHD, asuransi kebakaran dapat diadakan dengan
jumlah penuh atas benda yang diasuransikan. Dalam hal diadakan janji untuk
membangun kembali jika terjadi kebakaran, tertanggung dapat memperjanjikan bahwa
biaya yang diperlukan untuk pembangunan kembali itu akan diganti oleh penanggung.
Akan tetapi, biaya pembanguna kembali itu tidak boleh melebihi 3/4 (tiga perempat) dari
jumlah asuransi.
Dalam hal ini. Hakim berwewenang untuk, atas permintaan asurador, meminta jaminan
si terjmin, kalau memang ada alasan untuk itu.
1) Asuransi kebakaran dapat diadakan untuk harga nilai penuh dari barang yang
dijamin.
3) Dalam hal ada perjanjian seperti ini jumlah uang yang dijamin tidak boleh
melebihi dari biaya membangun kembali itu.
Kata-kata dan ayat-ayat pasal ini, menimbulkan banyak pertanyaan yang oleh Noist
Trenite dalam bukunya tentang Brandverzekering halaman 270 s/d 281 diteliti sarnpai
mendalam.
Bagi saya cukup untuk mengutarakan kesimpulan yang dapat ditarik dari kata-kata
dalam pasal itu, yang menurut hemat saya ada maksud yang terkandung oleh
pembentuk undang-undang. Kesimpulan itu sebagai berikut:
Menurut hemat saya, si tenjamin tidak hanya berhak, melainkan ber kewajiban untuk
membangun kembali. Dan untuk ini ia harus menenima sejumlah uang tunai dari
asurudor.
Uang tunai harus betul-betul dipergunakan untuk membangun kembali. Dan asurador
berwewenang untuk mengawas-awasi itu. Dalarn hal ini dapat ditentukan tenggang
waktu tertentu pembangunan kembali itu harus se1esai. Hakim dapat turut menetapkan
tenggang waktu ini kalau ada perselisihan.
Apabila perlu, yaitu apabila dikhawatirkan, bahwa si terjamin tida akan membayar
kewajibannya untuk membangun kembali dalam waktu yang telah ditentukan. Hakim
atas tuntutan asurador dapat menuntut si terjami untuk mengadakan jaminan.
Jaminan ini dapat berupa uang tunai yang oleh terjamin harus dibayarkan kepada suatu
Bank dan tentunya ditujukan untuk kalau perlu, digunak bagi ganti kerugian kepada
asurador, apabila tidak dilakukan pembangunan kembali dan oleh karenanya asurador
menderita kerugian.
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/07/makalah-asuransi-kebakaran.html
Hukum Asuransi
Bagian I
PENDAHULUAN
A. Sejarah Asuransi
Diharapkan dengan mengawali pengetahuan tentang Sejarah Asuransi dengan lebih mudah
karena akan lebih menghayati atau menjiwai tentang latar belakang dan asal usulnya. Dari
penggalian sejarah perekonomian dan kebudayaan manusia, sejak zaman sebelum masehi
ditemukan riwayat asal usul sampai perkembangan asuransi seperti sekarang ini. Pada
perkembangan awalnya asuransi tentu belum berbentuk seperti sekarang, namun dalam bentuk
yang masih samar. Manusia pada umumnya mempunyai naluri selalu berusaha menyelamatkan
jiwanya dari berbagai ancaman, termasuk ancaman kekurangan makan/pangan.
Salah satu riwayat mengenai masalah ini tercantum pada Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 43 – 49
dan Kitab Injil Perjanjian Lama Genesis 41. Diriwayatkan tentang salah seorang Raja di Negeri
Mesir yang bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang kurus-kurus masingrmasing menelan seekor
sapi yang gemuk. Dalam mimpinya yang kedua Raja melihat tujuh butir gandum yang kosong.
Nabi Yusuf A.S. diminta menafsirkan mimpi tersebut dan menerangkan bahwa negara Mesir
akan mengalami tujuh tahun berturut-turut panen gandum yang subur dan kemudian tujuh tahun
berikutnya berturut-turut akan mengalami masa paceklik. Selanjutnya NabiYusuf AS. memberi
saran agar pada saat panen yang melimpah itu sebagian panen dicadangkan untuk masa paceklik
yang akan datang.
Selain itu sebuah buku kuno dari India yang dinami “Rig Veda” yang ditulis dalam bahasa
Sansekerta menyebutkan riwayat tentang “Yoga Kshema” yang berarti pertanggungan. Riwayat
di atas adalah sebagai bukti bahwa manusia senantiasa memikirkan dan mempersiapkan
kehidupan masa depannya.
Sekitar tahun 2250 SM bangsa Babylonia hidup di daerah lembah sungai Euphrat dan Tigris
(sekarang menjadi wilayah Irak), pada waktu itu apabila seorang pemilik kapal memerlukan dana
untuk mengoperasikan kapalnya atau melakukan suatu usaha dagang, ia dapat meminjam uang
dari seorang saudagar (Kreditur) dengan menggunakan kapalnya sebagai jaminan dengan
perjanjian bahwa si Pemilik kapal dibebaskan dari pembayaran hutangnya apabila kapal tersebut
selamat sampai tujuan, di samping sejumlah uang sebagai imbalan atas risiko yang telah dipikul
oleh pemberi pinjaman. Tambahan biaya ini dapat dianggap sama dengan “uang premi” yang
dikenal pada asuransi sekarang. Di samping kapal yang dijadikan barang jaminan, dapat pula
dipakai sebagai jaminan berupa barang-barang muatan (Cargo). Transaksi seperti ini disebut
“RESPONDENT/A CONTRACT”.
Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan negara kita pada waktu
itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri kita ini sebagai akibat berhasilnya
Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya.
Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak diperlukan. Dengan
demikian usaha pera.suransian di Indonesia dapat dibagi dalam dua kurun waktu, yakni zaman
penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah Perang Dunia II atau zaman kemerdekaan.
Pada waktu pendudukan bala tentara Jepang selama kurang lebih tiga setengah tahun, hampir
tidak mencatat sejarah perkembangan. Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia
Belanda pada zaman penjajahan itu adalah :
Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda, perkembangan asuransi kerugian di
Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang dan kepentingan bangsa Belanda, Inggris, dan
bangsa Eropa lainnya. Manfaat dan peranan asuransi belum dikenal oleh masyarakat, lebih-lebih
oleh masyarakat pribumi.
Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih sangat terbatas
dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan pengangkutan. Asuransi kendaraan
bermotor masih belum memegang peran, karena jumlah kendaraan bermotor masih sangat sedikit
dan hanya dimiliki oleh Bangsa Belanda dan Bangsa Asing lainnya. Pada zaman penjajahan
tidak tercatat adanya perusahaan asuransi kerugian satupun. Selama terjadinya Perang Dunia II
kegiatan perasuransian di Indonesia praktis terhenti, terutama karena ditutupnya pemsahaan-
perusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris
C. Pengertian Asuransi
Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah asuransi (tertanggung) dengan
perusahaan asuransi (penanggung) mengenai pengalihan resiko dari nasabah kepada perusahaan
asuransi.
Resiko yang dialihkan meliputi: kemungkinan kerugian material yang dapat dinilai dengan uang
yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu peristiwa yang mungkin/belum pasti akan
terjadi (Uncertainty of Occurrence & Uncertainty of Loss). Misalnya :
1. Resiko terbakarnya bangunan dan/atau Harta Benda di dalamnya sebagai akibat sambaran
petir, kelalaian manusia, arus pendek.
2. Resiko kerusakan mobil karena kecelakaan lalu lintas, kehilangan karena pencurian.
3. Meninggal atau cedera akibat kecelakaan, sakit.
4. Banjir, Angin topan, badai, Gempa bumi, Tsunami
1. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu pihak.
2. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan
pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan
biaya.
3. Transfer Resiko; Dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang atau perusahaan
dapat memindahkan ketidakpastian atas hidup dan harta bendanya (resiko) ke perusahaan
asuransi
4. Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya
tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang
jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
5. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan
perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
6. Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan
dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa.
7. Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha
Bagian II
ASURANSI KEBAKARAN
Memberikan pertanggungan pada harta benda berupa gedung/bangunan rumah, kantor, hotel,
pabrik, toko, dan lain-lain, berikut isinya (perabotan, perlengkapan, furniture, mesin-mesin,
persediaan bahan baku serta barang jadi dan lain-lain) terhadap kemungkinan kerugian yang
disebabkan oleh resiko kebakaran, kejatuhan pesawat terbang, sambaran petir, peledakan dan
asap.
Jenis asuransi kerugian yang memberikan jaminan/ganti rugi terhadap bangunan atau isinya
akibat kebakaran. Resiko-resiko yang dijamin didalam polis Asuransi Kebakaran terdiri dari 2
(dua) bagian besar yaitu :
1. Kebakaran : Kebakaran yang ditimbulkan oleh api sendiri, akibat kurang hati-hati kesalahan
pelayan sendiri, tetangga, perampok, ataupun sebab lainnya.
2. Petir : Kerusakan dan/atau kerugian terhadap harta benda yang dipertanggungjawabkan akibat
tersambar petir.
3. Peledakan : Segala macam ledakan terkecuali ledakan yang ditimbulkan atau disebabkan oleh
tenaga nuklir
4. Kejatuhan pesawat terbang : Kerusakan dan/atau kerugian atas harta benda yang
dipertanggungkan akibat Kejatuhan Pesawat Terbang atu Benda-benda yang jatuh dari Pesawat
Terbang.
5. Asap : Asap yang berasal dari kebakaran harta benda dan/atau kepentingan yang
dipertanggungkan
B. Jaminan Tambahan atau Perluasan
Dengan tambahan Premi, maka jaminan Standard Asuransi Kebakaran Indonesia dapat diperluas
dengan jaminan tambahan yang diinginkan.
Objek Pertanggungan
Objek Pertanggungan untuk jenis Asuransi Kebakaran ini adalah segala jenis Bangunan dengan
segala macam kegunaan (okupasi), dan/atai isinya (diluar harga tanah).
Tertanggung
Yang dapat menjadi tertanggung dalam polis Asuransi Kebakaran adalah Setiap orang pemilik
Bangunan dan / atau isinya Bank atau Lembaga Keuangan lainnya yagn memberikan dana untuk
pembelian dan bangunan dimaksud dijadikan agunannya.
Data atau Informasi yang Diperlukan Dalam Penutupan Asuransi Kebakaran adalah :
1. Fungsi atau kegunaan bangunan (proses produksi yang ada dalam bangunan tersebut).
2. Lokasi atau letak bangunan.
3. Nilai Bangunan, isi (isi bangunan ini dapat berupa mesin, stock barang, dan lain-lain).
4. Perkiraan luas bangunan dan luas lahan dimana bangunan itu berdiri
5. Kondisi lingkungan sekitar letak bangunan (kiri, kanan, dengan maupun belakang dari
bangunan itu berdiri).
6. Komponen pembentukan dari bangunan (seperti atap, dinding, lantai, tiang, tangga,
rangka dan lain-lain) juga diperlukan untuk diketahui.
7. Informasi lain yang berkaitan dengan kepemilikan dari penghuni bangunan tersebut
(apakah pemilik atau penyewa, dan lain-lain).
Prosedur Klaim :
1. Memberikan laporan melalui telepon 1x 24 jam, disusulkan dengan laporan tertulis serta
melengkapi dokumen pendukung
2. Surat pengajuan klaim.
3. Estimasi klaim yang diajukan.
4. Bila diperlukan Perusahaan Asuransi akan menunjuk “Lost Adjusters” untuk melakukan
penelitian dan perhitungan kerugian
Polis yang dipakai dasar perjanjian asuransi kebakaran di Indonesia saat ini adalah “Polis
Standar Kebakaran Indonesia” dikeluarkan oleh Dewan Asuransi Indonesia dan disingkat
namanya menjadi “PSKI”.
1. Akibat kebakaran
2. Akibat petir
3. Akibat ledakan
4. Akibat kejatuhan pesawat terbang
5. Akibat asap
Sebagaimana diketahui, bahwa beberapa hal yang dikecualikan (tidak dijamin) adalah
antara lain akibat-akibat dari :
11. Akibat perang, penyerbuan, aksi musuh, dan sebagainya (lihat polis).
Namun demikian, apabila Tertanggung menghendaki hal-hal yang dikecualikan tersebut ikut
dijamin, maka antara Tertanggung dan Perusahaan Asuransi dapat mengadakan perjanjian
tambahan, misalnya :
3. Berdasarkan hasil survey tersebut perusahaan asuransi akan membuat keputusan tentang :
a. Setuju tidaknya atas pertanggungan tersebut.
b. Besamya premi yang harus dibayar oleh Tertanggung.
Berdasarkan azas Indemnity, asuransi hanya dapat menempatkan kembali Tertanggung yang
telah mengalami musibah kepada keadaan finansial sesaat sebelum terjadinya musibah tersebut.
Jadi Tertanggung tidak dibenarkan mencari atau mendapat keuntungan dari klaim asuransi.
Adapun prosedurnya apabila terjadi kerugian, Tertanggung harus segera memberitahukan kepada
pihak Penanggung tentang kejadian musibah yang dialami dan selanjutnya, dan selanjutnya
memberi keterangan tertulis tentang hal ihwal yang diketahui mengenai kejadian kerugian.
Dokumen yang harus dilakukan dan dilengkapi untuk pengajuan suatu tuntutan/klaim asuransi
kebakaran antara lain :
1. Pemberitahuan
Anda harus segera melaporkan kejadian kepada Penanggung (pihak asuransi). Laporan
pendahuluan ini bisa disampaikan secara lisan atau surat, teleks, faksimili, dan lain-lain.
2. Laporan kerugian
Selanjutnya Anda harus mengisi laporan / keterangan tertulis yang memuat hal-ikhwal yang
Anda ketahui mengenai kerugian / kerusakan yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut, dan
blanko tersebut disiapkan oleh Penanggung (Perusahaan Asuransi).
4. Penelitian Polis
5. Penelitian Klaim
Dari hasil survei akan diketahui apakah klaim merupakan kasus sederhana atau rumit. Bila
sederhana, maka klaim akan ditangani sendiri oleh perusahaan, tetapi jika rumit atau jumlahnya
cukup besar atau penanganan klaim akan memakan waktu lama, maka claim assessment
diserahkan kepada Loss Adjuster yang ditunjuk oleh penanggung dengan pemberitahuan kepada
tertanggung.
Baik untuk kasus klaim yang ditangani sendiri maupun oleh Loss Adjuster, tertanggung harus
tetap menyediakan dokumen-dokumen pendukung klaim. Tahap selanjutnya adalah penanggung
mempelajari laporan dari Loss Adjuster.
Penyampaian
Dari proses penanganan klaim baik oleh penanggung sendiri maupun Loss Adjuster, akan
diketahui validitas klaim. Dalam hal klaim dianggap valid, penanggung akan memberitahukan
kepada tertanggung jumlah ganti rugi yang dibayar atau yang menjadi tanggung jawab
penanggung. Tetapi bila klaim dinyatakan invalid, maka penanggung akan memberitahukan
kepada tertanggung bahwa klaim ditolak disertai alasannya. Jika jumlah ganti rugi yang
dibayarkan tidak disepakati oleh tertanggung, maka tertanggung berhak menunjuk Loss Accessor
untuk menilai ulang kerugian tersebut.
Penyelesaian
Setelah dicapai kesepakatan mengenai jumlah ganti rugi, pihak penanggung akan
mempersiapkan pembayaran klaim. Penanggung akan melaksanakan pembayaran ganti rugi
selambat-lambatnya sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditetapkan.
Bagian III
KESIMPULAN
Setelah mengetahui lebih lanjut mengenai asuransi kebakaran, maka dapat disimpulkan
bahwa yang dapat menjadi nasabah dalam asuransi kebakaran adalah : seluruh individu
atau badan usaha yang memiliki kepentingan atas objek yang diasuransikan dapat menjadi
nasabah, yaitu :
Obyek yang dipertanggungkan adalah bangunan, dengan contoh: rumah tinggal, maupun pabrik
beserta isinya seperti contohnya mesin dalam pabrik, office, equipment, perabotan rumah tangga.
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Premi dan Tarif untuk Asuransi
Kebakaran
v Faktor-faktor lainnya
Untuk Asuransi Kebakaran, pada umumnya calon nasabah diharuskan mengisi formulir yang
menjelaskan mengenai rumah yang akan diasuransikan. Sebagai contoh, akan ditaksir berapa
kira-kira nilai rumah pada saat ini, apakah lokasi rumah tersebut dapat dilalui pemadam
kebakaran atau tidak, berapa luas tanahnya, dan lain-lain. Dari formulir tersebut, pihak asuransi
akan meneliti dan menentukan berapa Uang Pertanggungan-nya, dan dari situ akan ditentukan
berapa premi yang harus ditanggung calon nasabah. Besar premi ini bervariasi pada setiap
perusahaan asuransi, namun biasanya besarnya sekitar 0,05% dari Uang Pertanggungan-nya. Itu
kalau untuk kebakaran saja. Kalau yang ditanggung tidak hanya risiko kebakaran, tetapi juga
termasuk kecurian, kebongkaran dan sebagainya (komplet), preminya akan jadi semakin mahal.
Biasanya kisarannya sekitar 0,2% dari Uang Pertanggungan.
http://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/hukum-asuransi/