Anda di halaman 1dari 48

Super Posisi Gelombang dan

Interferensi Gelombang Cahaya


Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
TUJUAN PEMBELAJARAN
 Menggunakan metode grafik dan analitik dalam
menyelesaikan superposisi beberapa gelombang.
 Menjelaskan sifat-sifat gelombang cahaya koheren.
 Menjelaskan penyebab utama timbulnya variasi
pola interferensi superposisi gelombang cahaya.
 Menjelaskan gelombang hasil interferensi dalam
ruang.
 Menjelaskan terbentuknya pola interferensi dua
gelombang cahaya koheren.
 Menghitung intensitas beberapa titik pada pola
interferensi.
 Menjelaskan pola interferensi gelombang pantul
yang melewati dua lapisan tipis.
 Memahami interferensi dapat digunakan untuk
mengukur jarak yang amat kecil.
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
BAB YANG AKAN DIPELAJARI
 Prinsip Superposisi
 Interferensi dan Sumber Koheren
 Interaksi Dua Sumber Cahaya
 Distribusi Intensitas dari Pola Interferensi Celah
Ganda
 Penjumlahan Fasor Gelombang
 Interferensi Akibat Pemantulan
 Interferensi pada Lapisan Tipis
 Interferometer
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
PENDAHULUAN
 Salah satu sifat gelombang adalah dapat
mengalami superposisi dan interferensi. Dua
gelombang atau lebih bersama-sama membentuk
gelombang tunggal yang baru adalah salah satu
contoh peristiwa superposisi gelombang.
 Pada bab ini kita akan mempelajari superposisi dan
interferensi gelombang cahaya.
 Pembahasan pada bab ini akan diawali dengan
memperkenalkan prinsip dasar superposisi dan
syarat yang harus dimiliki gelombang agar dapat
mengalami interferensi.
 Karena interferensi merupakan gabungan dari
beberapa gelombang maka interferensi dapat
dihasilkan dari berbagai fenomena antara lain
pemantulan dan lapisan tipis.
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Terlihat pada gambar


percobaan yang cukup
menarik untuk melihat
peristiwa interferensi
gelombang
 Percobaan ini akan
lebih sederhana lagi
jika Anda mencoba
melempar dua buah
batu secara bersamaan
ke danau, kemudian
coba amati pola
gelombang pada
permukaan airnya
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
PRINSIP SUPERPOSISI GELOMBANG
 Peristiwa dimana beberapa gelombang (sembarang
jenis gelombang) secara bersama-sama
membentuk gelombang tunggal disebut sebagai
superposisi.
 Jika gelombang-gelombang yang membentuk
gelombang tunggal tersebut adalah jenis
gelombang harmonik maka prosesnya disebut
dengan interferensi.
 Pada gelombang elektromagnetik, muatan yang
mengalami percepatan (percepatan menandakan
bahwa terdapat gaya pada sistem yang dimaksud)
dapat menghasilkan gelombang elektromagnetik.
 Superposisi dua gelombang atau lebih dapat dilihat
dari sudut pandang superposisi energi gelombang.
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Rambatan energi termanifestasi dalam bentuk


gelombang elektromagnetik dimana gelombang
tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan panjang
gelombang, frekuensi dan amplitudonya.
Superposisi konstruktif
Gelombang
superposisi
Superposisi destruktif
Gelombang (1)
Gelombang (2)

Arah rambat gelombang  x (+)


Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Grafik berwarna
orange pada gambar
(a) merupakan dua
buah gelombang
identik yang saling
bertumpukan secara
independen dan grafik
berwarna biru
menunjukkan
superposisi konstruktif
dari kedua gelombang
tersebut
 Pada gambar (c),
grafik berwarna biru
menunjukkan
superposisi destruktif
dari kedua gelombang
setelah mengalami
pergeseran dengan
berjalannya waktu
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Superposisi pada sembarang gelombang dapat


menghasilkan gelombang superposisi yang tidak
teratur. Kita telah mengenal istilah superposisi
konstruktif dan destruktif, pada gambar A terjadi
superposisi gelombang yang bersifat konstruktif
sedangkan pada gambar C terjadi superposisi
gelombang destruktif
 Perhatikan grafik superposisi gelombang berwarna
biru pada gambar B, Anda akan melihat segmen
mana saja yang terjadi peristiwa konstruktif dan
destruktif
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
INTERFERENSI DAN SUMBER
GELOMBANG KOHEREN
 Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
gelombang dapat mengalami interferensi, di
antaranya:
 Gelombang harus definitif, fase dan frekuensi
dari gelombang-gelombang harus memiliki
perbandingan yang tetap satu dengan yang
lainnya. Keadaan semacam itu disebut sebagai
gelombang bersifat koheren.
 Gelombang-gelombang tersebut memiliki
panjang gelombang yang sama.
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Untuk menghasilkan gelombang dengan kriteria


seperti disebutkan diatas dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara salah satunya
dengan melewatkan cahaya monokromatik
pada suatu celah sempit.
 Cahaya monokromatik artinya cahaya tersebut
hanya memiliki satu macam panjang
gelombang.
 Berkas cahaya tersebut ditransmisikan dalam
waktu yang sama, dengan panjang gelombang
yang sama namun lintasan yang berbeda.
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
INTERFERENSI DUA SUMBER CAHAYA
 Pada tahun 1801 Thomas Young melakukan
eksperimen yang mengamati adanya interferensi
cahaya yang dilewatkan pada dua celah terpisah.
 Percobaan yang dilakukan Young terkenal dengan
nama percobaan interferensi celah ganda.
Panjang Celah
gelombang tunggal
Arah rambat Celah ganda

Muka
gelombang

Muka gelombang
silinder
Muka gelombang
silinder
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Perhatikan bahwa pada layar terbentuk pola gelap-


terang. Pola gelap muncul ketika dua gelombang
menghasilkan interferensi yang bersifat destruktif
sedangkan pola terang muncul ketika gelombang
menghasilkan interferensi konstruktif.
Pola terang yang
ditandai dengan
huruf (P) disebut
sebagai terang
pusat.

(P)
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Perhatikan diagram geometris rambatan cahaya


dari dua sumber celah pada Gambar dibawah. Kita
ambil sebuah titik pada layar dimana kedua
gelombang tersebut tiba dalam waktu yang
bersamaan, misalnya titik H.

ΔL
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Jadi syarat terjadinya interferensi konstruktif


dengan demikian adalah:

ΔL = nλ
 ∆L dapat dinyatakan dalam variabel lainnya
melalui relasi trigonometri yaitu:

ΔL = d sin θ
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Nilai sin θ = PH/OH dimana jika sudut θ sangat


kecil maka nilai sin θ ≈ tan θ = y/L.

ΔL
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

Interferensi
Konstruktif

Interferensi
Destruktif
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Maka persamaan menjadi :

d sin θ = nλ → n = 0, ± 1, ± 2, ± 3...
y
d = nλ → n = 0, ± 1, ± 2, ± 3...
L
 syarat terjadinya intereferensi destruktif adalah:

ΔL = (n + ½) λ
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
DISTRIBUSI INTENSITAS DARI POLA
INTERFERENSI CELAH GANDA
 Pola terang yang tertangkap pada layar
memiliki tingkat kecerahan (intensitas) yang
berbeda-beda. Intensitas berhubungan dengan
energi yang dibawa gelombang.
 Karena intensitas berhubungan dengan energi
sedangkan energi sebanding dengan kuadrat
medan listrik E maka intensitas dapat dituliskan
sebagai:

I ∝ E2
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Intensitas ini sebanding juga dengan poynting


vector S dimana jika medan listrik netto yang
jatuh pada titik H adalah Enetto = E1 + E2 maka
besar poynting vector dapat dituliskan sebagai
berikut:
r
( r
S = E1 + E 2 )
2

r r
= E12 + E 22 + 2 E1 • E 2
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
Perhatikan ilustrasi berikut!
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Intensitas pada gelombang non-koheren


dengan demikian adalah:
r r
2 E1 • E2 = 0
Non − Koheren

I non − koheren ∝ E12 + E 22

 Intesitas total pada gelombang koheren adalah:


r r
I koheren ∝ E1 + E 2 + 2 E1 • E 2
2 2
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Jika konstruktif maka intensitas total pada titik


H adalah:
r r r r r
I koheren ∝ E1 + E 2 + 2 E1 • E 2 → E1 = E 2 ≡ E
konstrukti f 2 2

konstruktif
I koheren ∝ 4E 2
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

INTENSITAS

TERANG
PUSAT
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Jika kita asumsikan bahwa medan listrik yang


ditransmisikan dari sumber S1 dan S-2 jatuh
pada titik H adalah identik dengan persamaan
masing-masing sebagai berikut:

E1 = E0 sin (ωt + φ1 )
E 2 = E0 sin (ωt + φ 2 )
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Beda fase kedua gelombang tersebut


didefinisikan sebagai ∆φ = |φ1 – φ2|. Interferensi
konstruktif dihasilkan jika beda fase ∆φ
memenuhi syarat dimana ∆φ = 2πn. maka ∆φ
sebanding dengan ∆L dan dengan demikian:
∆φ ∆L ∆φ ∆L
= → =
2πn nλ 2π λ
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Persamaan dibawah merupakan persamaan


untuk menentukan intensitas cahaya hasil
interferensi pada berbagai posisi yang
direpresentasikan dengan sudut θ.

2 π  π ∆φ
I = 4 I 0 cos  d sin θ  → d sin θ =
λ  λ 2
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
PENJUMLAHAN FASOR GELOMBANG
 Interferensi gelombang pada dasarnya adalah
penjumlahan persamaan gelombang.
 Perhatikan dua fungsi gelombang pada
eksperimen celah ganda. Dua gelombang
tersebut memiliki frekuensi dan panjang
gelombang sama hanya ketika gelombang
tersebut mencapai layar beda fase keduanya
dapat berbeda.
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

ΔL Beda phase yang dihasilkan


karena terjadi beda lintasan
optis
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Anggap dua gelombang tersebut memiliki


fungsi sebagai berikut:

E1 = E01 sin (ωt + φ1 )


E 2 = E02 sin (ωt )

 Hasil interferensi keduanya adalah:

Etotal = E1 + E 2 = E 01 sin (ωt + φ1 ) + E 02 sin (ωt )


Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Kita akan menggunakan metode fasor untuk


menentukan hasil interferensi tersebut, ingat
kembali bab tentang fasor.

E1 = E01 sin (ωt +ϕ1 )

ET
E01
E 2 = E 02 sin (ω t )

φ1’
(ωt + φ1’ )

E02
(ωt + φ1)
ωt
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 fungsi gelombang hasil interferensi dapat dituliskan


menjadi:
Etotal = ET sin (ωt + φ1 ')

 dua persamaan gelombang yang memiliki amplitude


dan frekuensi sama dinyatakan dengan persamaan
berikut:
E1 = E0 sin (ωt + φ1 )
½ET
φT
E2 = E0 sin (ωt )
E0

½ET φ φ1
φ ωt
E0
φT
ωt
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 kita peroleh solusi gelombang hasil interferensi


sebagai berikut:

1   1 
Etotal = 2 E0 cos  φ1  sin ωt + φ1 
2   2 

 Diagram fasor dapat diterapkan untuk


penjumlahan hingga n fungsi gelombang.
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
INTERFERENSI AKIBAT PEMANTULAN
 Cahaya yang mengenai suatu permukaan
transparan sebagian akan ditransmisikan dan
sebagian lagi dipantulkan.
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Perhatikan bahwa gelombang cahaya hasil


pemantulan (1) dan (2) menempuh panjang lintasan
yang berbeda. Lintasan (2) cenderung lebih
panjang dibanding lintasan (1)
Cahaya pantul
Cahaya datang (1) (2)

Cahaya dibiaskan

Cahaya
ditransmisikan
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Kita dapat memprediksikan bahwa kedua


gelombang cahaya hasil pemantulan tersebut tentu
memiliki beda lintasan tertentu yaitu ∆L = L2 – L1
dimana L1 menunjukkan lintasan gelombang cahaya
(1) dan L2 menunjukkan lintasan gelombang cahaya
(2).
 Untuk jarak pisah kaca yang sangat kecil, dan juga
karena cahaya yang datang hampir vertical, beda
lintasan L1 dan L2 mendekatai 2t. Pengamat akan
melihat pola terang-gelap sebagai fungsi ∆L.
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 maka syarat terjadinya pola gelap dapat


dinyatakan sebagai berikut:

∆L = 2t
= nλ → n = 0, ± 1, ± 2, ± 3...
 Sedamgkan untuk pola terang atau interferensi
konstruktif syarat keadaan yang harus dipenuhi
adalah:
∆L = 2t
 1
=  n + λ → n = 0, ± 1, ± 2, ± 3...
 2
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
INTERFERENSI PADA LAPISAN TIPIS
 Fenomena interferensi pada lapisan tipis ini tentu
sering Anda jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika Anda mencuci baju Anda akan melihat
warna-warna tertentu pada busa sabun yang Anda
pakai mencuci.

Bagaimana mekanisme
terbentuknya pola-pola
warna-warna cahaya
tersebut?
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

Lapisan tipis busa


sabun Permukaan (1)

Permukaan (2) Cahaya datang

Cahaya dibiaskan P1
P2
P3
Cahaya dipantulkan Cahaya pantul (1)
P4
Cahaya pantul (2)
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Beda lintasan antara cahaya pantul (1) dan (2)


dinyatakan oleh:

ΔL = p1p2p3 – p1p4

 Interferensi pada lapisan tipis disebabkan oleh beda


fase gelombang cahaya karena perbedaan lintasan.
Kondisi agar terjadi interferensi konstruktif dapat
ditentukan dengan persamaan berikut:

∆φ ∆L
=
2π λn
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 λ = nsλn , yang mana λ panjang gelombang


cahaya di udara, ns adalah indeks bias busa
sabun dan λn adalah panjang gelombang
cahaya di busa sabun.
∆φ ns
= p1 p 2 p3 → p1 p 2 p3 = 2t
2π λ
ns
∆φ = 4πt
λ
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya
INTERFEROMETER
 Interferometer merupakan suatu alat yang
digunakan untuk menghasilkan interferensi dari
suatu gelombang cahaya yang bertujuan untuk
mengukur besaran-besaran antara lain panjang
gelombang, beda lintasan, cepat rambat gelombang
dan indeks refraksi dari suatu bahan dalam tingkat
ketilitian yang sangat akurat. Interferometer yang
digunakan dalam bidang optik disebut dengan
interferometer optik.
 Pada sub bab ini kita hanya akan membahas
secara sekilas dua interferometer terakhir yaitu
interferometer Michelson dan interferometer Fabry–
Perot.
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Interferometer Michelson
 Michelson membuat interferometer pada tahun
1880-an dan pada saat itu Michelson sedang
getol-getolnya meneliti tentang eter, suatu zat
hipotetik yang diduga sebagai medium rambatan
cahaya.
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Interferometer Michelson
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Interferometer Michelson
 Interferometer Mihelson dapat digunakan untuk
menentukan panjang suatu berkas cahaya yang
belum diketahui dengan cara menggeser-geser
cermin D untuk mendeteksi pola maksimum
yang dapat diamati. Panjang gelombang cahaya
dapat ditentukan dengan persamaan:

2∆L
λ=
N
Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Interferometer Fabry–Perot
 Interferometer Fabry–Perot pertama kali dibuat
oleh Charles Fabry dan Alfred Perot.
Interferometer ini sekarang banyak digunakan
karena memiliki beberapa keunggulan esensial
dibanding interferometer Michelson.
Cermin A Cermin B Layar

Sumber cahaya

Lintasan (2)

Cahaya datang Lintasan (1)

Pengatur jarak cermin Pola interfernsi pada layar


Super Posisi Gelombang dan
Interferensi Gelombang Cahaya

 Interferometer Fabry–Perot
 Interferometer Fabry–Perot memiliki akurasi
yang jauh lebih tinggi dibanding interferometer
Michelson.

(a) (b)

Anda mungkin juga menyukai