Anda di halaman 1dari 2

AMMALIA MUTIARA HIKMAH

20130310014

“PATCH ADAMS”

SINOPSIS

Patch Adams ini merupakan film yang diangkat dari kisah nyata seorang pria bernama
Hunter Patch Adams dalam perjalanannya menemukan tujuan hidupnya. Setelah melalui
berbagai kejadian besar di hidupnya, Patch pun menemukan hasratnya untuk membantu
orang lain sehingga Ia ingin menjadi dokter. Berbekal pengalamannya saat menjadi pasien
yang berinteraksi dengan seorang dokter kejiwaan, Patch ingin menjadi dokter dengan
gayanya sendiri yaitu disertai humor dan penuh perhatian. Namun saat menempuh pendidikan
kedokteran, Patch mengalami penolakan dan pengabaian akan metodenya oleh para
komunitas medis. Akibat penolakan ini Patch mengalami hambatan di saat-saat akhir menuju
gelar sebagai dokter. Meskipun begitu banyak dari pasien, perawat rumah sakit, dan juga
professor di rumah sakit yang menghargai kinerjanya sehingga Patch pun dapat meraih gelar
dokternya dan melanjutkan niatnya sebagai dokter untuk menolong sesama manusia.

Refleksi Isi Film

Film ini menceritakan kisah seorang mahasiswa kedokteran yang ingin menjadi
dokter dengan berbagai berbagai latar belakang sehingga tujuan mereka menjadi dokter pun
berbeda. Hal ini tentulah banyak kita lihat di kehidupan kita sehari-hari mengingat kita
sendiri merupakan mahasiswa kedokteran. Di film ini kita bagaikan melihat cerminan diri
kita sendiri sebagai mahasiswa kedokteran yang kadang masih terlalu angkuh dan abai
dengan keadaan sekitar. Dengan film ini kita pun seperti tersadar kembali dengan tujuan
sebenarnya untuk apa kita berada disini. Seperti yang digambarkan di film ini, banyak dari
kita sebagai mahasiswa kedokteran yang masih angkuh, ingin selalu diunggulkan
dibandingkan yang lain. Banyak dari kita yang masih terlalu fokus mempelajari ilmu-ilmu
kedokteran tanpa melihat sekeliling kita, tanpa melihat apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh
orang yang sedang sakit. Kita terlalu fokus pada satu hal, menimba sebanyak apapun
pelajaran dari buku maupun kuliah sampai tak sadar kita jarang bersosialisasi dengan orang
sekitar. Ilmu kedokteran memang sangat penting untuk kita calon dokter di masa depan,
namun apa hanya itu yang dibutuhkan oleh dokter? Bahkan kita yang masih idealis ini pun
kadang belajar hanya untuk mendapat nilai yang memuaskan, untuk mendapatkan pengakuan
dari penguji, tapi apakah saat menjadi dokter nanti pasien akan menanyakan hal tersebut?
Tidak.
Jarangnya kita bersosisalisasi dengan sekitar bahkan sudah dimulai saat kita
menempuh pendidikan di kampus, maka bisa dibayangkan bagaimana simpati dan empati kita
yang justru akan semakin tumpul. Meskipun dengan adanya praktikum yang bisa melatih
empati dan simpati mahasiswa, namun apakah cukup? Tidak, justru kita bisa
mengembangkan skill tersebut saat kita mencoba bersosialisasi dengan orang sekitar kita,
dengan teman kita, mencoba berkomunikasi dengan orang lain, mencoba mendengarkan
berbagai keluhan orang lain, memahami orang lain, dan mencoba menempatkan dri kita
sendiri di posisi orang lain. Dengan seperti itu, maka kita bisa melihat seseorang bukan hanya
dari fisik saja, kita bahkan bisa memahami secara psikis untuk orang tersebut dan hal ini
pastinya akan memberikan kepuasan sendiri bagi kita bukan hanya sebagai dokter namun
juga sebagai makhluk Allah.
Di film ini digambarkan pula bagaimana dinginnya hubungan antara dokter dan
tenaga kesehatan lain. Hal semacam ini pun masih banyak terjadi di dunia medis kita. Masih
ada beberapa dokter yang merasa superior sehingga bersikap angkuh terhadap tenaga
kesehatan lain. Padahal seharusnya kita sadari bawa semua tenaga kesehatan harusnya bisa
bekerjasama demi kepentingan pasien. Bagaimana kerjasama ini akan berjalan apabila
masiha ada ‘tembok’ antara dokter dan tenaga kesehatan lain. Untuk itulah kita harus selalu
mengingat bahwa tenaga kesehatan yang lain itu bagaikan anggota tubuh kita, tanpa mereka
kita tak akan bisa memberikan pelayanan terbaik pada pasien. Dokter Patch ini mengajarkan
kita bahwa menjaga sikap sangatlah penting bagi kita, sehingga kita pun harus selalu hormat
pada guru kita, teman sejawat, dan juga tenaga kesehatan lain.
Banyak pesan moral pada film ini dan yang terpenting adalah pesan moral bagaimana
seharusnya kita sebagai dokter memperlakukan pasien. Pada film ini digambarkan bahwa ada
sekat antara pasien dan dokter sehingga pasien dan dokter tak bisa berteman. Padahal sebagai
dokter yang baik, kita haruslah bisa memahami pasien dan berteman dengan pasien. Bukan
hanya fokus pada raga ataupun penyakit pasien saja, karena sebenarnya yang paling
dibutuhkan pasien adalah pengertian kita. Saat kita memposisikan diri kita menjadi pasien,
maka akan kita tahu apa sebenarnya keinginan pasien. Pasien yang sedang mengalami sakit
ini pastinya sedang merasa tidak nyaman, sehingga yang sebenarnya diinginkan pasien adalah
kenyamanan. Kenyamanan ini baru bisa didapatkan apabila kita mau memahami mereka,
memberikan mereka waktu untuk bercerita, mendengarkan keluh kesahnya sehingga mereka
membberikan rasa percaya pada kita. Dengan begitu kita bisa mengetahui apa yang
sesungguhnya paling dibutuhkan mereka, adakah ketakutan dan kekhawatiran yang mereka
rasakan , sejauh apa informasi tentang penyakit ataupun pengobatan yang mereka butuhkan.
Saat mereka sudah merasa aman dan nyaman dengan kita, maka hal ini sangatlah
berpengaruh positif terhadap kepatuhan dan juga harapan dari pasien akan penyakitnya.
Fokus kita bukan hanya pada penyakit pasien saja, tapi kita juga harus memperhatikan psiko-
sosial pasien. Untuk itulah kita yang masih berstatus sebagai calon dokter ini hendaknya
belajar lebih peduli dengan sekitar kita, belajar melatih empati dan simpati kita agar lebih
tajam lagi, dan yang paling penting adalah belajar untuk menjadi insan yang lebih baik dan
berguna untuk orang lain. Apabila kita bisa menciptakan hubungan akrab dokter-pasien,
maka pasien akan merasa dihargai dan bergembira. Bukankah hati gembira adalah obat yang
manjur?. Seperti yang dikatakan oleh Patch bahwa dokter memiliki tugas untuk membantu
sesama, bahwa dokter bukanlah bertugas menunda kematian, tapi lebih dari itu dokter harus
bisa memberi rasa nyaman dan bisa meningkatkan harapan hidup pada pasien. “If you treat a
disease, you win, ypu lose. You treat the person, I guarantee you, you’ll win, no matter what
the outcome.”

Anda mungkin juga menyukai