B. KLASIFIKASI
1. Pneumonia bakteri
Ditandai oleh eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses infeksi
dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Terdapat konsolidasi dare seluruh
lobus pada pneumonia lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau
broncopneumonia menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang berbecak dengan
diameter sekitar 3-4 cm, mengelilingi dan mengenai broncus.
2. Pneumonia Pneumokokus
Pneumokokus mencapai alveolus-alveolus dalam bentuk percikan mucus atau
saliva. Lobus paru bawah paling sering terserrang, karena pengaruh gaya tarik
bumi. Bila sudah mencapai dan menetap di alveolus, maka pneumokokus
menimbulkan patologis yang khas yang terdiri dare 4 stadium yang berurutan :
- Kongesti (4-12 jam pertama)eksudat serusa masuk dalam alveolus-alveolus dare
pembuluh darah yang bocor dan dilatasi
- Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) paru-paru tampak merah dan tampak
bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear mengisi
alveolus-alveolus
- Hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-paru tampak abu-abu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.
- Resolusi (7-11 hari) eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh mikrofag
sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.
Timbulnya pneumonia pneumokokus merupakan suatu kejadian yang tiba-tiba,
disertai menggigil, demam, rasa sakit pleuritik, batuk dan sputum yang berwarna
seperti karat. Pneumonia pneumokokus biasanya tidak disertai komplikasi dan
jaringan yang rusak dapat diperbaiki kemabali. Komplikasi tentang sering terjadi
adalah efusi plura ringan. Adanya bakterimia mempengaruhi prognosis
pneumonia. Adanya bakterimia menduga adanya lokalisasi proses paru-paru yang
tidak efektif. Akibat bakterimia mungkin berupa lesi metastatik yang dapat
mengakibatkan keadaan seperti meningitis, endokariditis bacterial dan peritonitis.
Sudah ada vaksin untuk merlawan pneumonia pneumokokus. Biasanya diberikan
pada mereka yang mempunyai resiko fatal yang tinggi, seperti anemia sickle-sell,
multiple mietoma, sindroma nefrotik, atau diabetes mellitus.
3. Pneumonia Stafilokokus
Mempunyai prognosis jelek walaupun diobati dengan antibiotika. Pneumonia ini
menimbulkan kerusakan parenkim paru-paru yang berat dan sering timbul
komplikasi seperti abses paru-paru dan empiema. Merupakan infeksi sekunder
yang sering menyerang pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lemah dan
paling sering menyebabkan broncopneumonia.
C. ETIOLOGI
1. Virus Utama :
a. ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
b. ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama
Streptococus pneumoniae, Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis dan pada anak usia
sekolah : Mycoplasma pneumonia
4. Lipid pneumonia : oleh karena aspirasi minyak mineral
5. Chemical pneumonitis : inhalasi bahan-bahan organic atau uap kimia seperti
berilium
6. Extrinsik Allergik Alveolitis : inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung
allergen, seperti debu dare parik-pabrik gula yang mengandung spora dare
actynomicetes thermofilik.
7. Drug Reaction Pneumonitis : nitrofurantion, busulfan, methotrexate
8. Pneumonia karena radiasi sinar rontgen
9.Pneumonia yang sebabnya tidak jelas : desquamative interstitial pneumonia,
eosinofilik pneumonia
D. PATOFISIOLOGI
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis
Penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
2. Tahap inkubasi
Virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit
Dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal akibat pneumonia.
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Misnadiarly 2008, tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat
dibagi menjadi:
1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum : demam, sesak napas, nadi berdenyut lebih cepat, dan dahak
berwarna kehijauan seperti karet.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak,
fremitus melemah, suara napas melemah, dam ronki
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di
daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas
tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura
(nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku
kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura
lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada
pneumonia lobus kanan bawah).
5. Tanda infeksi ekstrapulmonal
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan
secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat
didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris
terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga
menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent
dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru,
perikarditis dll.
2. Pemeriksaan laboratorium
Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 –
40.000/mm3dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiakkan dari
usapan tenggorokan dan 30% dari darah. Urine biasanya berwarna lebih tua,
mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak
hialin.
H. KONSEP ASKEP
1. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji :
1. Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah, riwayat penyakit
pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah dan penyakit yang menyertai.
2. Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan, faring
hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
3. Faktor perkembangan : umum , tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari,
mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
4. Pengetahuan pasien/ keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif kemungkinan b.d inflamasi trakeabranchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas kemungkinan b.d perubahan membran alveolar-
kapiler
3. Hipertermi kemungkinan b.d. proses infeksi
4. Resiko Infeksi kemungkinan b.d. ketidakadekuatan pertahanan utama (
penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuatnya
pertahanan sekunder, penyakit kronis
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan
b.d.peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi
6. Resiko kekurangan volume cairan kemungkinan b.d. intake cairan oral tidak
adekuat, kehilangan cairan aktif
7. Intoleransi aktifitas kemungkinan b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan umum.
(NANDA Internasional 2012-2014 & Aplikasi NANDA NIC NOC 2013)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang lazim terjadi ( Aplikasi NANDA NIC NOC, 2013)
Diagnosa Keperawatan 1
Bersihan jalan nafas tak efektif kemungkinan berhubungan dengan inflamasi
trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan
napas bersih, dengan kriteria hasil :
a. RR batas normal 20-24x/m
b. Sesak (-)
c. Jalan napas aten dengan bunyi napas bersih
d. Batuk (-)
e. Pasien dapat mengeluarkan sputum
2. Tindakan / intervensi :
Mandiri
a. Monitor dan auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan
bunyi nafas, misalnya : krekels, mengi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, bunyi
nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat juga terjadi pada area konsolidasi.
Krekels dan ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan / atau ekspirasi pada
respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental dan spasme jalan nafas /
obstruksi.
b. Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / bantu pasien mempelajari
melakukan batuk, misal menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk
tinggi.
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan nafas lebih
kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia
untuk mempertahankan jalan nafas paten.
c. Anjurkan pada keluarga untuk memberi pasien cairan hangat sedikitnya 2500 ml
ml/hari ( kecuali kontraindikasi ).
Rasional : Cairan khususnya yang hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
Kolaborasi
d. Pengisapan sesuai indikasi.
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada
pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.
e. Berikan obat sesuai indikasi, mukoliti, ekspentoran, bronchodilator & analgesik.
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan mobilisasi sekret.
Analgesik untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyaman tapi
harus digunakan secara hati-hati karena dapat menekan pernafasan.
Diagnosa Keperawatan 2
Gangguan pertukaran gas dapat dihubungkan dengan ; perubahan membran
alveolar – kapiler ( efek inflamasi ), gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.
1. Tujuan : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
dengan kriteria hasil : GDA dalam rentang normal, tak ada gejala distress
pernafasan dan warna kulit tidak pucat.
2. Tindakan / intervensi :
Mandiri :
a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
Rasional : manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis perifer (
kuku ) atau sianosis sentral.
Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau espon tubuh terhadap
demam / menggigil.
c. Awasi suhu tubuh sesuai indikasi
Rasional : Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan
oksigen dan mengganggu oksigenasi selular.
d. Beri posisi yang nyaman misal semifowler atau fowler.
Rasional : posisi yang nyaman meningkatkan masuknya suplai O2 ke dalam tubuh.
Kolaborasi
e. Berikan terapi oksigen sesuai terapi dari dokter.
Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam
toleransi pasien.
Diagnosa Keperawatan 3
Hipertermi kemungkinan berhubungan dengan proses infeksi penyakit
1. Tujuan : Diharapkan termoregulasi pada pasien stabil dan dalam batas normal,
dengan kriteria hasil :
a. Suhu tubuh pasien turun dan bertahan dalam batas normal 35,60-37,40C
b. Badan pasien teraba hangat
c. TTV dalam batas normal
2. Intervensi :
a. Kaji faktor pencetus kenaikan suhu tubuh. Rasional :
b. Observasi TTV terutama suhu tiap 4 jam. Rasional :
c. Beri minum yang cukup. Rasional :
d. Libatkan keluarga untuk memberikan kompres air hangat. Rasional :
e. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat. Rasional :
f. Kolaborasi denagn dokter mengenai obat antipiretik penurun panas. Rasional :
g. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian cairan IV . Rasional :
Diagnosa Keperawatan 4
Resiko Infeksi kemungkinan berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuatnya
pertahanan sekunder, penyakit kronis.
1. Tujuan :Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa
komplikasi,mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi.
2. Tindakan / intervensi :
Mandiri
a. Pantau tanda vital dengan ketat, khusus selama awal terapi.
Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal dapat terjadi.
b. Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik.
Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
c. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.
d. Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual.
Rasional : mencegah penyebaran / melindungi pasien dari proses infeksi lain.
e. Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan
warna, jumlah dan bau sekret.
Rasional : Pengeluaran sputum amat penting, perubahan karakteristik sputum
menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi sekunder.
f. Ajarkan tehnik mencuci tangan yang baik.
Rasional : Efektif berarti menurunkan penyebaran / tambahan infeksi
g. Kolaborasi pamberian antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum /
darah, misalnya penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikain, sepalosporin &
amantadin.
Rasional : untuk membunuh kebanyakan microbial. Komplikasi antiviral dan
antijamur mungkin digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh organisme
campuran.
Diagnosa Keperawatan 5
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan berhubungan
denganpeningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.
Tujuan:menunjukkan peningkatan nafsu makan, mempertahankan/meningkatkan
berat badan.
a. Tindakan / intervensi :
Mandiri
1) Indentifikasi factor yang menyebabkan mual / muntah misalnya : sputum
banyak, pengobatan aerosol, dispnoe berat, nyeri.
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebaran masalah
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.
Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat
menurunkan mual.
3) Auskultasi bunyi usus , observasi / palpasi distensi abdomen.
Rasional : Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang.
4) Berikan makan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering.
Rasional : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali.
Diagnosa Keperawatan 6
Resiko kekurangan volume cairan b.d intake cairan oral tidak adekuat, kehilangan
cairan aktif
1. Tujuan : Mempertahankan masukan cairan secara adekuat
2. Kriteria hasil :
a. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
b. Tanda-tanda vital normal
c. Tidak terlihat mata cekung, kulit lembab, membran mukosa lembab
3. Intervensi :
a. Kaji faktor penyebab resiko kekurangan cairan.
Rasional : mengetahui penyebab akan menentukan intervensi yang akan dilakukan
selanjutnya.
b. Monitor status hidrasi (mukosa baik, nadi normal, tekanan darah normal).
Rasional : status hidrasi yang buruk menunjukkan tanda dan gejala terjadinya
kekurangan cairan.
c. Monitor hasil laborat yang tepat (BUN ↑, ↓ HCl, kepekatan urine).
Rasional : menunjukkan tanda dan gejala terjadinya kekurangan cairan.
d. Berikan cairan yang disukai dalam batas diit.
Rasional : cairan yang disukai meningkatkan asupan cairan yang masuk dalam tubuh,
intake cairan tercukupi.
e. Ajarkan pada keluarga bahwa kopi, teh, jus buah anggur menyebabkan diuresis
dan menambah kehilangan cairan.
Rasional : keluarga paham meningkatkan kerjasama untuk menghindari terjadinya
kekurangan cairan pada pasien.
f. Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai terapi dokter.
Rasional : mencukupi cairan yang tidak bisa masuk melalu oral.
Diagnosa Keperawatan 7
Intoleransi aktifitas kemungkinan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum.
1. Tujuan : Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
yang dapat diukur dengan tak adanya dispnoe, kelemahan berlebihan dan tanda
vital dalam rentang normal.
2. Tindakan / intervensi :
Mandiri
a. Monitor respons pasien terhadap aktivitas.
Rasional : menetapkan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolic, menghemat energi untuk penyembuhan.
d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan / atau tidur.
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala lebih tinggi.
e. Kolaborasi dengan fisioterapi jika perlu.
Rasional : Meningkatkan kemampuan aktivitas pasien sesuai kemampuan maksimal.
EVALUASI KEPERAWATAN
1. DX 1 Bersihan jalan napas tidak efektif
Bersihan jalan nafas, menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih,
tidak ada dispnoe.
2. DX 2 Gangguan pertukaran gas
Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentangnormal
dan tak ada gejala distress pernafasan.
3. DX 3 Hipertermi
Termoregulasi pada pasien stabil dan dalam batas normal
4. DX 4 Resiko Infeksi
Perbaikan infeksi berulang tanpa komplikas.
5. DX 5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Menunjukkan peningkatan nafsu makan, mempertahankan/meningkatkan berat
badan.
6. DX 6 Resiko kekurangan volume cairan
Mempertahankan masukan cairan secara adekuat
7. DX 7 Intoleransi aktivitas
Peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya
dispnoe, kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal
DAFTAR PUSTAKA
Penyusun