Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


PNEUMONIA
A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah suatu proses inflamasi dimana kompartemen alveolar terisi
oleh eksudat.(Hudak 1998)
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-
macam sebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ( Kapita Selekta
Kedokteran edisi kedua).
Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah, penyakit ini adalah infeksi
akut jaringan paru oleh mikroorganisme. Sebagian besar pneumonia disebabkan
oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus.(
Menurut Corwin (2001).
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan
rongga interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun
lobularis / bronchopneumonia).
Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat
(Misnadiarly, 2008).
Pneumonia dalah infeksi akut pada jaringan paru-paru (alveoli). (Devi Indriasari,
2009).
Pneumonia adalah penyakit yang menyebabkan konsolidasi pada parenkim paru
(Valentina L. Brashers, 2007).
Pneumonia dalah inflamasi atau infeksi pada parenkim pulmo (Irman Somantri,
2007).

B. KLASIFIKASI
1. Pneumonia bakteri
Ditandai oleh eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses infeksi
dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Terdapat konsolidasi dare seluruh
lobus pada pneumonia lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau
broncopneumonia menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang berbecak dengan
diameter sekitar 3-4 cm, mengelilingi dan mengenai broncus.
2. Pneumonia Pneumokokus
Pneumokokus mencapai alveolus-alveolus dalam bentuk percikan mucus atau
saliva. Lobus paru bawah paling sering terserrang, karena pengaruh gaya tarik
bumi. Bila sudah mencapai dan menetap di alveolus, maka pneumokokus
menimbulkan patologis yang khas yang terdiri dare 4 stadium yang berurutan :
- Kongesti (4-12 jam pertama)eksudat serusa masuk dalam alveolus-alveolus dare
pembuluh darah yang bocor dan dilatasi
- Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) paru-paru tampak merah dan tampak
bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear mengisi
alveolus-alveolus
- Hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-paru tampak abu-abu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.
- Resolusi (7-11 hari) eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh mikrofag
sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.
Timbulnya pneumonia pneumokokus merupakan suatu kejadian yang tiba-tiba,
disertai menggigil, demam, rasa sakit pleuritik, batuk dan sputum yang berwarna
seperti karat. Pneumonia pneumokokus biasanya tidak disertai komplikasi dan
jaringan yang rusak dapat diperbaiki kemabali. Komplikasi tentang sering terjadi
adalah efusi plura ringan. Adanya bakterimia mempengaruhi prognosis
pneumonia. Adanya bakterimia menduga adanya lokalisasi proses paru-paru yang
tidak efektif. Akibat bakterimia mungkin berupa lesi metastatik yang dapat
mengakibatkan keadaan seperti meningitis, endokariditis bacterial dan peritonitis.
Sudah ada vaksin untuk merlawan pneumonia pneumokokus. Biasanya diberikan
pada mereka yang mempunyai resiko fatal yang tinggi, seperti anemia sickle-sell,
multiple mietoma, sindroma nefrotik, atau diabetes mellitus.
3. Pneumonia Stafilokokus
Mempunyai prognosis jelek walaupun diobati dengan antibiotika. Pneumonia ini
menimbulkan kerusakan parenkim paru-paru yang berat dan sering timbul
komplikasi seperti abses paru-paru dan empiema. Merupakan infeksi sekunder
yang sering menyerang pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lemah dan
paling sering menyebabkan broncopneumonia.

4. Pneumonia Klebsiella / Friedlander


Penderita ini berhasil mempertahankan hidupnya, akhirnya menderita pneumonia
kronik disertai obstruksi progresif paru-paru yang akhirnya menimbulkan
kelumpuhan pernafasannya. Jenis ini yang khas yaitu, pembentukan sputum
kental seperti sele kismis merah (red currant jelly). Kebanyakan terjadi pada lelaki
usia pertengahan atau tua, pecandu alcohol kronik atau yang menderita penyakit
kronik lainnya.
5. Pneumonia pseudomonas
Sering ditemukan pada orang yang sakit parah yang dirawat di rumah sakit atau
yang mnenderita supresi system pertahanan tubuh (misalnya mereka yang
menderita leukemia atau transplantasi ginjal yang menerima obat imunosupresif
dosis tinggi). Seringkali disebabkan karena terkontaminasi peralatan ventilasi.
6. Pneumonia Virus
Ditandai dengan peradangan interstisial disertai penimbunan infiltrat dalam
dinding alveolus meskipun rongga alveolar sendiri bebas dare eksudat dan tidak
ada konsolidasi. Pneumonia virus 50 % dare semua pneuminia akut ditandai oleh
gejala sakit kepala, demam dan rasa sakit pada otot-otot yang menyeluruh, rasa
lelah sekali dan batuk kering. Kebanyakan pneumonia ini ringan dan tidak
membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak mengakibatkan kerusakan paru-
paru yang permanen. Pengobatan pneumonia virus bersifat sympomatik dan
paliatif, karena antibiotik tidak efektif terhadap virus. Juga dapat mengakibatkan
pneumonitis berbecak yang fatal atau pneumonitis difus.
7. Pneumonia Mikoplasma
Serupa dengan pneumonia virus influenza, disertai adanya pneumonitis
interstitial. Sangat mudah menular tidak seperti pneumonia virus, dapat
memberikan respon terhadap tetrasiklin atau eritromisin.
8. Pneumonia Aspirasi
Merupakan pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung. Pneumonia
yang diakibatkannya sebagian bersifat kimia, karena diakibatkan oleh reaksi
terhadap asam lambung, dan sebagian bersifat bacterial, karena disebabkan oleh
organisme yang mendiami mulut atau lambung. Aspirasi paling sering terjadi
selama atau sesudah anestesi (terutama pada pasien obstretik dan pembedahan
darurat karena kurang persiapan pembedahan), pada anak-anak dan pada setiap
pasien yang disertai penekanan reflek batuk atau reflek muntah. Inhalasi isi
lambung dalam jumlah yang cukup banyak dapat menimbulkan kematian yang
tiba-tiba, karena adanya obstruksi, sedangkan aspirasi isi lambung dalam jumlah
yang sedikit dapat mengakibatkan oedema paru-paru yang menyebar luas dan
kegagalan pernafasan. Beratnya respon peradangan lebih tergantung dare pH dare
zaat yang diaspirasikan. Aspirasi pneumonia selalu terjadi apabila pH dan zat
yang diaspirasi 2,5 atau kurang. Aspirasi pneumpnia sering menimbulkan
kompliokasi abses, bronchiectase, dan gangrean. Muntah bukan sarat masuknya
isi lambung kedalam cabang tracheobronchial, karena regurgitasi dapat juga
terjadi secara diam-diam pada pasien yang diberi anestesi. Paling penting pasien
harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar secret orofarengeal dapat keluar
dare mulut.
9. Pneumonia Hypostatik
Pneumonia yang sering timbul pada dasar paru yang disebabkan oleh nafas yang
dangkal dan terus menerus dalam posisi yang sama.
Daya tarik bumi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru dan
infeksi membantu timbulnya pneumonia yang sesungguhnya
10. Pneumonia Jamur
Tidak sesering bakteri. Beberapa jamur dapat menyebabkan penyakit paru
supuratif granulomentosa yang seringkali disalah tafsirkan sebagai TBC. Banyak
dare infeksi jamur bersifat endemic pada daerah tertentu. Contohnya di US,
hystoplasmosis (barat bagian tengah dan timur), koksibiodomikosis (barat daya)
dan blastomikosis (tenggara). Spora jamur ini ditemukan dalam tanah dan
terinhalasi. Spora yang terbawa masuk kebagian paru yang lebih difagositosis
terjadi reaksi peradangan disertai pembentukan kaverne. Semua perubahan
patologis ini mirip sekali dengan TBC sehingga perbedaan kurang dapat
ditentukan dengan menemukan dan pembiakan jamur dare jaringan paru.tes
serologi serta tes hypersensitifitas kulit yang lambat belum menunjukan tanda
positif sampai beberapa minggu sesudah terjadi infeksi, bahkan pada penyakit
yang berat tes mungkin negatif. Pneumonia jamur sering menimbulkan
komplikasi pada stadium terakhir penyakit tersebut, terutama pada penyakit yang
sangat berat, misalnya Ca atau leukemia, candida alicans adalah sejenis ragi yang
sering ditemukan pada sputum orang yang sehat dan dapat menyerang jaringan
paru. Penggunaan antibiotik yang lama juga dapat mengubah flora normal tubuh
dan memungkinkan infasi candida. Amfotinsin B merupakan obat terpilih untuk
infeksi jamur pada paru.

C. ETIOLOGI
1. Virus Utama :
a. ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
b. ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama
Streptococus pneumoniae, Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis dan pada anak usia
sekolah : Mycoplasma pneumonia
4. Lipid pneumonia : oleh karena aspirasi minyak mineral
5. Chemical pneumonitis : inhalasi bahan-bahan organic atau uap kimia seperti
berilium
6. Extrinsik Allergik Alveolitis : inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung
allergen, seperti debu dare parik-pabrik gula yang mengandung spora dare
actynomicetes thermofilik.
7. Drug Reaction Pneumonitis : nitrofurantion, busulfan, methotrexate
8. Pneumonia karena radiasi sinar rontgen
9.Pneumonia yang sebabnya tidak jelas : desquamative interstitial pneumonia,
eosinofilik pneumonia

GROUP PENYEBAB TYPE PNEUMONIA


Bacteri Streptococcos pneumonia Pneumonia bacteri
Streptococcus piogenes
Stafilococcus aureus
Klebsiella pneumonia
Eserikia koli
Yersinia pestis
Legionnaires bacillus Legionnaires disease

Aktinomyctes A. Israeli Aktinomikosis pulmonal


Nokardia asteroids Nokardiosis pulmonal

Fungi Kokidioides imitis Kokidioidomikosis


Histoplasma kapsulatum Histoplasmosis
Blastomises dermatitidis Blastomikosis
Aspergillus Aspergilosis
Fikomisetes Mukormikosis

Riketsia Koksiella Burnetty Q Fever

Klamidia Chlamidia psittaci Psitakosis,Ornitosis

Mikoplasma Mikoplasma pneumonia Pneumonia mikoplasmal

Virus Infulensa virus, adenovirus Pneumonia virus


respiratory syncytial
Pneumosistis karini
Protozoa Pneumonia pneumistis
(pneumonia plasma sel)

D. PATOFISIOLOGI
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis
Penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
2. Tahap inkubasi
Virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit
Dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal akibat pneumonia.

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Misnadiarly 2008, tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat
dibagi menjadi:
1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum : demam, sesak napas, nadi berdenyut lebih cepat, dan dahak
berwarna kehijauan seperti karet.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak,
fremitus melemah, suara napas melemah, dam ronki
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di
daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas
tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura
(nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku
kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura
lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada
pneumonia lobus kanan bawah).
5. Tanda infeksi ekstrapulmonal

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan
secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat
didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris
terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga
menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent
dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru,
perikarditis dll.

2. Pemeriksaan laboratorium
Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 –
40.000/mm3dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiakkan dari
usapan tenggorokan dan 30% dari darah. Urine biasanya berwarna lebih tua,
mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak
hialin.

G. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN


Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik
per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit
jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui
infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu
nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang
ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :

 Oksigen 1-2 L/menit.


 IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
 Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
 Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia community base :

 Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.


 Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberia
 Untuk kasus pneumonia hospital base :
 Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
 Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

H. KONSEP ASKEP
1. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji :
1. Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah, riwayat penyakit
pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah dan penyakit yang menyertai.
2. Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan, faring
hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
3. Faktor perkembangan : umum , tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari,
mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
4. Pengetahuan pasien/ keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif kemungkinan b.d inflamasi trakeabranchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas kemungkinan b.d perubahan membran alveolar-
kapiler
3. Hipertermi kemungkinan b.d. proses infeksi
4. Resiko Infeksi kemungkinan b.d. ketidakadekuatan pertahanan utama (
penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuatnya
pertahanan sekunder, penyakit kronis
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan
b.d.peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi
6. Resiko kekurangan volume cairan kemungkinan b.d. intake cairan oral tidak
adekuat, kehilangan cairan aktif
7. Intoleransi aktifitas kemungkinan b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan umum.
(NANDA Internasional 2012-2014 & Aplikasi NANDA NIC NOC 2013)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang lazim terjadi ( Aplikasi NANDA NIC NOC, 2013)
Diagnosa Keperawatan 1
Bersihan jalan nafas tak efektif kemungkinan berhubungan dengan inflamasi
trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan
napas bersih, dengan kriteria hasil :
a. RR batas normal 20-24x/m
b. Sesak (-)
c. Jalan napas aten dengan bunyi napas bersih
d. Batuk (-)
e. Pasien dapat mengeluarkan sputum
2. Tindakan / intervensi :
Mandiri
a. Monitor dan auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan
bunyi nafas, misalnya : krekels, mengi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, bunyi
nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat juga terjadi pada area konsolidasi.
Krekels dan ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan / atau ekspirasi pada
respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental dan spasme jalan nafas /
obstruksi.
b. Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / bantu pasien mempelajari
melakukan batuk, misal menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk
tinggi.
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan nafas lebih
kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia
untuk mempertahankan jalan nafas paten.
c. Anjurkan pada keluarga untuk memberi pasien cairan hangat sedikitnya 2500 ml
ml/hari ( kecuali kontraindikasi ).
Rasional : Cairan khususnya yang hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
Kolaborasi
d. Pengisapan sesuai indikasi.
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada
pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.
e. Berikan obat sesuai indikasi, mukoliti, ekspentoran, bronchodilator & analgesik.
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan mobilisasi sekret.
Analgesik untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyaman tapi
harus digunakan secara hati-hati karena dapat menekan pernafasan.

Diagnosa Keperawatan 2
Gangguan pertukaran gas dapat dihubungkan dengan ; perubahan membran
alveolar – kapiler ( efek inflamasi ), gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.
1. Tujuan : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
dengan kriteria hasil : GDA dalam rentang normal, tak ada gejala distress
pernafasan dan warna kulit tidak pucat.
2. Tindakan / intervensi :
Mandiri :
a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
Rasional : manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis perifer (
kuku ) atau sianosis sentral.
Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau espon tubuh terhadap
demam / menggigil.
c. Awasi suhu tubuh sesuai indikasi
Rasional : Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan
oksigen dan mengganggu oksigenasi selular.
d. Beri posisi yang nyaman misal semifowler atau fowler.
Rasional : posisi yang nyaman meningkatkan masuknya suplai O2 ke dalam tubuh.
Kolaborasi
e. Berikan terapi oksigen sesuai terapi dari dokter.
Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam
toleransi pasien.

Diagnosa Keperawatan 3
Hipertermi kemungkinan berhubungan dengan proses infeksi penyakit
1. Tujuan : Diharapkan termoregulasi pada pasien stabil dan dalam batas normal,
dengan kriteria hasil :
a. Suhu tubuh pasien turun dan bertahan dalam batas normal 35,60-37,40C
b. Badan pasien teraba hangat
c. TTV dalam batas normal
2. Intervensi :
a. Kaji faktor pencetus kenaikan suhu tubuh. Rasional :
b. Observasi TTV terutama suhu tiap 4 jam. Rasional :
c. Beri minum yang cukup. Rasional :
d. Libatkan keluarga untuk memberikan kompres air hangat. Rasional :
e. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat. Rasional :
f. Kolaborasi denagn dokter mengenai obat antipiretik penurun panas. Rasional :
g. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian cairan IV . Rasional :
Diagnosa Keperawatan 4
Resiko Infeksi kemungkinan berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuatnya
pertahanan sekunder, penyakit kronis.
1. Tujuan :Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa
komplikasi,mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi.
2. Tindakan / intervensi :
Mandiri
a. Pantau tanda vital dengan ketat, khusus selama awal terapi.
Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal dapat terjadi.
b. Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik.
Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
c. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.
d. Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual.
Rasional : mencegah penyebaran / melindungi pasien dari proses infeksi lain.
e. Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan
warna, jumlah dan bau sekret.
Rasional : Pengeluaran sputum amat penting, perubahan karakteristik sputum
menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi sekunder.
f. Ajarkan tehnik mencuci tangan yang baik.
Rasional : Efektif berarti menurunkan penyebaran / tambahan infeksi
g. Kolaborasi pamberian antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum /
darah, misalnya penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikain, sepalosporin &
amantadin.
Rasional : untuk membunuh kebanyakan microbial. Komplikasi antiviral dan
antijamur mungkin digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh organisme
campuran.
Diagnosa Keperawatan 5
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan berhubungan
denganpeningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.
Tujuan:menunjukkan peningkatan nafsu makan, mempertahankan/meningkatkan
berat badan.
a. Tindakan / intervensi :
Mandiri
1) Indentifikasi factor yang menyebabkan mual / muntah misalnya : sputum
banyak, pengobatan aerosol, dispnoe berat, nyeri.
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebaran masalah
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.
Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat
menurunkan mual.
3) Auskultasi bunyi usus , observasi / palpasi distensi abdomen.
Rasional : Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang.
4) Berikan makan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering.
Rasional : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali.

Diagnosa Keperawatan 6
Resiko kekurangan volume cairan b.d intake cairan oral tidak adekuat, kehilangan
cairan aktif
1. Tujuan : Mempertahankan masukan cairan secara adekuat
2. Kriteria hasil :
a. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
b. Tanda-tanda vital normal
c. Tidak terlihat mata cekung, kulit lembab, membran mukosa lembab
3. Intervensi :
a. Kaji faktor penyebab resiko kekurangan cairan.
Rasional : mengetahui penyebab akan menentukan intervensi yang akan dilakukan
selanjutnya.
b. Monitor status hidrasi (mukosa baik, nadi normal, tekanan darah normal).
Rasional : status hidrasi yang buruk menunjukkan tanda dan gejala terjadinya
kekurangan cairan.
c. Monitor hasil laborat yang tepat (BUN ↑, ↓ HCl, kepekatan urine).
Rasional : menunjukkan tanda dan gejala terjadinya kekurangan cairan.
d. Berikan cairan yang disukai dalam batas diit.
Rasional : cairan yang disukai meningkatkan asupan cairan yang masuk dalam tubuh,
intake cairan tercukupi.
e. Ajarkan pada keluarga bahwa kopi, teh, jus buah anggur menyebabkan diuresis
dan menambah kehilangan cairan.
Rasional : keluarga paham meningkatkan kerjasama untuk menghindari terjadinya
kekurangan cairan pada pasien.
f. Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai terapi dokter.
Rasional : mencukupi cairan yang tidak bisa masuk melalu oral.

Diagnosa Keperawatan 7
Intoleransi aktifitas kemungkinan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum.
1. Tujuan : Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
yang dapat diukur dengan tak adanya dispnoe, kelemahan berlebihan dan tanda
vital dalam rentang normal.
2. Tindakan / intervensi :
Mandiri
a. Monitor respons pasien terhadap aktivitas.
Rasional : menetapkan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolic, menghemat energi untuk penyembuhan.
d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan / atau tidur.
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala lebih tinggi.
e. Kolaborasi dengan fisioterapi jika perlu.
Rasional : Meningkatkan kemampuan aktivitas pasien sesuai kemampuan maksimal.

EVALUASI KEPERAWATAN
1. DX 1 Bersihan jalan napas tidak efektif
Bersihan jalan nafas, menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih,
tidak ada dispnoe.
2. DX 2 Gangguan pertukaran gas
Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentangnormal
dan tak ada gejala distress pernafasan.
3. DX 3 Hipertermi
Termoregulasi pada pasien stabil dan dalam batas normal
4. DX 4 Resiko Infeksi
Perbaikan infeksi berulang tanpa komplikas.
5. DX 5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Menunjukkan peningkatan nafsu makan, mempertahankan/meningkatkan berat
badan.
6. DX 6 Resiko kekurangan volume cairan
Mempertahankan masukan cairan secara adekuat
7. DX 7 Intoleransi aktivitas
Peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya
dispnoe, kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal
DAFTAR PUSTAKA

Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan &


Manajemen Edisi 2. Jakarta : EGC
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Indriasari, Devi. 2009. 100% Sembuh Tanpa Dokter A-Z Deteksi, Obati dan Cegah
Penyakit. Yogyakarta : Pustaka Grhatama
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Balita,
Orang Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer : Jakarta
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Yogyakarta : Media Action Publishing
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA

Dosen Pengampu : Bu Kelompok


Tingkat : II A

1. Indah sri h (13076)


2. Indri widiastuti (13028)
3. Isti karomah (13029)
4. Kiki febriana (13079)
5. Listia rahayu (13080)
6. Khomsatul khoirul (13030)
7. Mery Dwi M (13082)
8. Myta larasari (13083)

AKADEMI KEPERAWATAN PPNI


SURAKARTA
ANGKATAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
Asuhan keperawatan Hematemesis ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan Dosen Mata kuliah
KMB di ampu oleh Bu Nunuk Rekyan S.Kep.Pada kesempatan ini juga kami
berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua pihak yang telah
memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik itu
secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan.oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan
semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-
makalah selanjutnya.

Penyusun

Anda mungkin juga menyukai