Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kinerja menjadi tolok ukur keberhasilan pelayanan kesehatan yang
menunjukkan akuntabilitas lembaga pelayanan dalam kerangka tata pemerintahan
yang baik (good governance). Dalam pelayanan kesehatan, berbagai jenjang
pelayanan dan asuhan pasien (patient care) merupakan bisnis utama, serta pelayanan
keperawatan merupakan mainstream sepanjang kontinum asuhan. Upaya untuk
memperbaiki mutu dan kinerja pelayanan klinis pada umumnya dimulai oleh perawat
melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti: gugus kendali mutu, penerapan standar
keperawatan, pendekatan-pendekatan pemecahan masalah, maupun audit
keperawatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 836/2005,
SPMKK yang kemudian berubah menjadi Pengembangan Manajemen Kinerja
Perawatan dan Bidan (PMK) menjadi kebijakan nasional untuk peningkatan mutu
dan kinerja pelayanan keperawatan baik di rumah sakit maupun di puskesmas.
Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (PMK) perawat adalah suatu upaya
peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan di sarana/institusi pelayanan kesehatan untuk mencapai
pelayanan kesehatan yang bermutu. PMK sangat berperan untuk tercapainya
indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh
Perawat di sarana pelayanan kesehatan, mengingat perawat sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan menduduki jumlah yang cukup besar (40%) dari seluruh
kategori tenaga kesehatan. Tujuan umum dari sistem ini adalah untuk memperbaiki
kinerja dan performa perawat di fasilitas pelayanan kesehatan.
Di Indonesia, berdasarkan penelitian dari SEA-NURS, 2001 disebutkan
bahwa untuk mencapai kualitas pelayanan kesehatan yang optimal dapat melalui
salah satunya performa klinik perawat. Dimana mereka melayani sesuai standar,
penampilan klinik yang kompeten dalam memberi asuhan, memiliki uraian tugas
yang jelas, adanya indikator kunci dalam memberi pelayanan, monitoring dan

1
evaluasi yang berkesinambungan terhadap pelayanan yang diberikan serta
peningkatan pengetahuan melalui diskusi refleksi kasus.
Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) merupakan pendekatan
perbaikan proses pada sistem mikro yang mendukung dan meningkatkan kompetensi
klinis perawat dan bidan untuk bekerja secara profesional dengan memperhatikan
etika, tata nilai dan aspek legal dalam pelayanan kesehatan. Hal tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kinerja klinis perawat dan bidan melalui kejelasan definisi peran
dan fungsi perawat atau bidan, pengembangan profesi, dan pembelajaran bersama
(Kuntjoro, 2005).
Secara umum menurut Depkes (2005) terdapat 5 komponen PMK yang harus
dipenuhi oleh setiap insan perawat yaitu:
1. Standar dalam pelaksanaan pelayanan yang diberikan
2. Uraian tugas yang jelas untuk setiap jenjang perawat
3. Indikator kunci dalam pelaksanaan kinerja klinik
4. Monitoring kinerja klinik yang dilaksanakan secara berjenjang dan berkala
5. Diskusi refleksi kasus
SPMKK (Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik Keperawatan)
sebagai salah satu model pengembangan manajerial untuk perawat mempunyai hasil
yang positif dalam mengembalikan peran dan fungsi tenaga keperawatan dalam
bidangnya. Beberapa alasan yang menyangkut pengembangan SPMKK seperti
disampaikan oleh kepala dinas kesehatan. dr.Sunartono,M.Kes, antara lain :
(1) secara teoritis dengan menerapkan SPMKK secara tidak langsung mengarahkan
kepada tenaga keperawatan senantiasa bekerja secara profesional sehingga
profesionalisme bidan dan perawat meningkat, dengan adanya profesionalisme yang
diterapkan mendorong peningkatan pelayanan mutu klinis menjadi baik, dan dengan
semakin baiknya mutu klinis yang dlakukan secara berkesinambungan akan
mendorong adanya peningkatan kinerja organisasi melalui penerapan komitment
pagawai, hal tersebut akan meningkatkan pendapatan secara finansial yang semakin
besar sehingga revenue yang diharapkan akan bertambah. Keadaan ini secara terus
menerus diupayakan dan dengan tetap menjaga mutu pelayanan yang diberikan,
terutama kepuasan customers yang dilayani baik secara internal maupun eksternal.

2
(2) Sedangkan yang menjadi landasan praktik mengapa memerlukan SPMKK adalah
a). secara faktual bahwa tenaga keperawatan untuk puskesmas dan RSUD sebanyak
42,95 % sehingga hampir separoh dari jumlah tenaga yang ada, sehingga kontak
antara pasien dengan petugas kesehatan lebih banyak dilakukan oleh jenis tenaga
tersebut. b) menurut data WHO (2001) menunjukkan bahwa sesuai dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa prosedur pelayanan yang
dilakukan oleh puskesmas/RS banyak yang tidak dimengerti oleh perawat, perawat
tidak mempunyai job description, dalam waktu kurang dari tiga tahun banyak
perawat yang kurang mendapatkan pendidikan lanjutan, perawat belum diberikan
peran dan fungsinya sesuai dengan jenjang pendidikan dan senioritasnya, dan
ketidakpastian jenjang karier perawat serta reward and punishment belum diberikan
secara adil.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktek manajemen keperawatan, diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip-prinsip kepemimpinan
serta manajemen keperawatan dengan mengacu pada Pengembanagan
Manajemen Kinerja Klinik (PMKK)
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan analisis situasi berdasarkan analisis SWOT
b. Merumuskan permasalahan yang ditemukan dan rencana program inovasi
yang dapat diterapkan di ruang Bima
c. Menyusun rencana yang strategis dan operasional di ruangan berdasarkan
hasil pengkajian PMKK (Pengembanagan Manajemen Kinerja Klinik),
antara lain : (1) Uraian Tugas, (2) Indikator Kinerja Kunci (IKK), (3)
Diskusi Refleksi Kasus (DRK), (4) Monitoring Evaluasi
d. Menyusun rencana yang strategis dan operasional berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional, antara lain : (1)
Supervisi, (2) Ronde Keperawatan, (3) Discharge Planning

3
C. METODE
1. Pengkajian data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dokumentasi,
dan pemberian kuesioner
2. Metode analisa yang digunakan berdasarkan analisis SWOT adalah
brainstorming
3. Metode pelaksaan MAKP dilakukan dengan aplikasi peran

D. MANFAAT
1. Bagi pasien
Tercapainya kepuasaan klien tentang pelayanan keperawatan
2. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja optimal
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien dan keluarganya
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin perawat
3. Bagi rumah sakit
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan

E. TEMPAT DAN WAKTU


Praktik Manajemen Keperawatan Mahasiswa DIV Keperawatan Tingkat II
Semester IV kelompok IV ini dilakukan di RSU Sanjiwani Gianyar Ruang Bima
mulai tanggal 11 April sampai dengan 16 April 2016.

4
BAB II
PENGKAJIAN

I. SEJARAH RSUD SANJIWANI


Secara historis Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani, berdiri pada tahun
1955 di Jalan Ngurah Rai, tepatnya pada lokasi Kantor Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Gianyar. Awalnya hanya sebuah Poliklinik, dengan kondisi bangunan
yang sangat sederhana, peralatan minim, dan ketenagaan jauh dari memadai.Pada
tahun 1961 pindah lokasi ke Jalan Ciung Wanara Nomor 2 Gianyar, dengan
kondisi yang tidak jauh berbeda dari masa sebelumnya. Bangunan Poliklinik
sederhana 1 buah, ditambah 2 buah bangunan bangsal. Ketenagaan terdiri dari 1
orang dokter yang merangkap tugas pada Rumah Sakit Bangli, Klungkung, dan
Karangasem, 3 orang Bidan, 4 orang tenaga penjaga Rumah Sakit ( Pos) dan 2
orang tenaga bangsal.
Seiring dengan kemajuan perkembangan pembangunan yang dicanangkan
oleh Pemerintah Orde Baru, maka secara perlahan - lahan Rumah Sakit Gianyar
pun mengalami kemajuan. Perkembangan yang cukup berarti dirasakan sejak dasa
warsa tahun 70-an. Dana Operasional Rumah Sakit dari Pemerintah semakin
meningkat, tenaga bertambah, fasilitas semakin lengkap yang secara
keseluruhannya memungkinkan untuk berkembang lebih lanjut seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 207/MENKES/SK/
II/1993, Tanggal 26 Februari 1993 Tentang Persetujuan Peningkatan Kelas
Rumah Sakit Umum Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar, dari Kelas D menjadi
menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C, Keputusan ini ditindaklanjuti
dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 307 Tahun 1994,
Tanggal 15 Juli 1994, Tentang Penetapan dan Peningkatan Kelas Rumah Sakit
Umum Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar Kelas D menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah Kelas C. Dalam Keputusan tersebut belum bersifat mengatur
manajemen Rumah Sakit. Pembentukan Susunan dan Tata Kerja Rumah Sakit
baru diatur dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gianyar No.
579 Tahun 1994 Tanggal, 7 Nopember 1994.

5
Pengisian jabatan struktural baru dapat dilakukan pada tahun 1996
tepatnya 12 Maret 1996. Dengan demikian perkembangan secara organisasi
menunjukkan semakin mantap dan pengisian jabatan struktural secara lengkap
dan menganut pola maksimal sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Gianyar Nomor 28 Tahun 1997 tanggal, 4 Desember 1997 tentang
Pembentukan Susunan, Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Sanjiwani Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar.Berdasarkan Perda Nomor 28
Tahun 1997 tersebut, tercantum nama Rumah Sakit yaitu “Rumah Sakit Umum
Daerah Sanjiwani“ Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar.
Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2001 tanggal 5 Januari 2001 tentang
Pembentukan Susunan, Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Sanjiwani Kabupaten Gianyar. Mengingat perkembangan dan peningkatan
jangkauan pelayanan Rumah Sakit semakin pesat maka RSUD Sanjiwani
Kab.Gianyar diusulkan menjadi Rumah Sakit Kelas B Non Pendidikan.
Berdasarkan Keputusan DPRD Kabupaten Gianyar Nomor 11 Tahun 2001
tanggal 3 Agustus 2001 tentang Penetapan Persetujuan DPRD Kab.Gianyar
terhadap peningkatan kelas RSUD Sanjiwani Kab.Gianyar dari kelas C ke kelas
B Non Pendidikan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 41/Menkes/SK/I/2002 tanggal 21 Januari 2002 tentang
Peningkatan Kelas RSUD Sanjiwani milik Pemerintah Kabupaten Gianyar, dari
kelas C menjadi kelas B Non Pendidikan. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia tersebut di atas dan untuk
mengoperasionalkan RSUD Sanjiwani Kab.Gianyar Kelas B Non Pendidikan
maka diterbitkanlah Surat Keputusan Bupati Gianyar Nomor 51 Tahun 2002
tanggal 12 Februari 2002 tentang Penetapan RSUD Sanjiwani Kab.Gianyar
menjadi Kelas B Non Pendidikan, sedangkan struktur organisasi dan tata kerja
Rumah Sakit mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Susunan, Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Sanjiwani Kabupaten Gianyar. Mengingat Peresmian RSUD Sanjiwani menjadi
kelas B Non Pendidikan yang dilaksanakan tanggal 18 Februari tahun 2002 oleh
Bapak Bupati Gianyar, maka peristiwa bersejarah ini setiap tanggal 18 Februari
diperingati sebagai hari Ulang Tahun RSUD Sanjiwani Gianyar.

6
Pada tahun 2008 RSUD Sanjiwani berubah status menjadi Badan Layanan
Umum Daerah berdasarkan Keputusan Bupati Gianyar Nomor 56 Tahun 2008
tentang Penetapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-
BLUD) pada RSUD Sanjiwani Gianyar yang dilengkapi dengan Peraturan Bupati
Gianyar Nomor 7 tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan dan
Akuntansi RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar serta Peraturan Bupati Gianyar
Nomor 52 Tahun 2012 tentang Stándar Akuntansi Berbasis Akrual Badan
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar.

II. GAMBARAN UMUM RSUD SANJIWANI


A. Visi Misi
1. Visi
Dalam upaya mengembangkan organisasi dan meningkatkan
kualitas pelayanannya kepada masyarakat, RSUD Sanjiwani memiliki visi
organisasi sebagai berikut :
“Menjadikan RSUD Sanjiwani Gianyar berstandar Nasional Menuju
Gianyar Bagus”
Kata Bagus merupakan singkatan dari : Bersih, Aman, Giat,
Berbudaya, dan Sejahtera, yang merupakan bagian dari visi misi
Kabupaten Gianyar tahun 2014 – 2018.
2. Misi
Sebagai penjabaran dari pencapaian visi tersebut, maka disusunlah misi
Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar sebagai berikut:
a. Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu dan tata kelola
manajemen keuangan yang efektif, efisien dan akuntabel
b. Terwujudnya mutu SDM dengan performance kinerja yang unggul
serta semangat pengabdian dan kerja sama demi kesejahteraan
bersama
c. Terwujudnya fasilitas pelayanan dan lingkungan kerja yang
mendukung peningkatan mutu pelayanan

7
B. Motto
“SMARTS”, selain dapat diartikan sebagai performance yang prima, juga
merupakan kepanjangan dari singkatan :
 Senyum Santun
 Memikat
 Aman
 Responsif
 Terpercaya
 Sejahtera

C. Falsafah
Falsafah/filosofi Rumah Sakit merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini
oleh setiap petugas RSUD Sanjiwani Gianyar sebagai petunjuk dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan pada pasien/ masyarakat. Nilai-nilai luhur
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pasien adalah aktivitas utama kami sebagai petugas rumah sakit.

2. Pasien adalah tujuan kami bekerja.Oleh karena itu perhatian dan aktifitas
akan kami curahkan untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya.
3. Pasien adalah informan yang potensial, melalui pelayanan dan
penyuluhan kesehatan yang tepat akan membantu cakupan dan jangkauan
bagi masyarakat luas.
4. Kepuasan pasien adalah tujuan kami.

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Gianyar
melalui rujukan untuk menunjang kesehatan tingkat dasar (Puskesmas)
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat Gianyar, masyarakat
Bali dan manca negara.
b. Melaksanakan pelayanan rawat jalan, rawat darurat, rawat inap dan
pelayanan operasi.

8
c. Melaksanakan pelayanan rujukan dari Puskesmas, Rumah Sakit,
dokter swasta, RS swasta, klinik swasta dan lainnya.
d. Melaksanakan pelayanan rawat darurat 24 jam dan pelayanan
ambulance.
e. Melaksanakan lokus pendidikan dokter Unversitas Warmadewa dan
jejaring pendidikan fakultas kedokteran Universitas Udayana,
pelatihan (Diklat RS) dan melaksanakan pendidikan D3 Keperawatan.
f. Melaksanakan pelayanan administrasi yang cepat dan akurat dengan
teknik Computerized Billing System (CBS) yang terintegrasi ke
seluruh unit layanan rumah sakit.
g. Melaksanakan pelayanan informasi yang ramah, cepat dan tepat.
h. Meningkatkan pendapatan rumah sakit.
i. Meningkatkan kesejahteraan karyawan rumah sakit.

E. Sasaran
 Seluruh masyarakat Gianyar
 Seluruh karyawan rumah sakit dan keluarga.
 Seluruh masyarakat Bali dan manca negara.

F. Tugas Pokok
Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani mempunyai tugas pokok
melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna, berhasil guna,
dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya penyuluhan serta
pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan di Kabupaten Gianyar.

G. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani
mempunyai fungsi :

 Perumusan kebijakan teknis, yang merupakan segala usaha dan kegiatan


pengumpulan data, penyusunan program, monitoring dan evaluasi serta

9
Urusan Ketatausahaan lainnya sesuai dengan kebijaksanaan Bupati untuk
melaksanakan tugas pokok;
 Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah,
merupakan segala kegiatan dalam melaksanakan rencana yang telah
ditetapkan untuk melaksanakan tugas pokok sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku;
 Pembinaan dan pelaksanaan tugas, merupakan segala usaha dan kegiatan
mengarah pada usaha-usaha peningkatan partisipasi masyarakat dibidang
kesehatan;
 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi RSUD Sanjiwani Gianyar.

III. GAMBARAN UMUM BIDANG KEPERAWATAN


A. Visi Keperawatan
Mewujudkan pelayanan keperawatan yang komperhensif, aman, dan nyaman
serta efektif dan efisien yang dilaksanakan secara ektis profesional bagi semua
individu pasien.

B. Misi Keperawatan
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka disusunlah misi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pelayanan keperawatan yang ektis, manusiawi, ramah,
dan akrab dengan semangat kekeluargaan
2. Menyelenggarakan pelayanan keperawatan yang aman
3. Menjamin

C. Falsafah Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan,perawat berkeyakinan bahwa:
1. Keberadaan pasien membuat perawat merasa berguna, diperlukan, dan
dihargai oleh masyarakat luas
2. Keberadaan pasien di RS memberikan kesempatan kepada kami untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

10
3. Pasien adalah individu yang unik, berbeda antara 1 dengan yang lainnya
oleh karena itu pemecahan masalah kesehatannya dilakukan melalui
pendekatan individual dengan berbagai upaya
4. Pasien bukan terdiri dari bagian – bagian tubuh yang sakit, tetapi
merupakan bagian – bagian yang terintegrasi dari aspek fisik, psikis,
sosial, dan spiritual, dan perawatan memberikan bentuk keperawatannya
secara utuh
5. Pasien adalah subjek dan objek yang memiliki martabat dan perawat
menghormati martabatnya dalam berbagai kondisi
6. Pasien adalah evaluator terpercaya atas mutu hasil kinerja kami

D. Tujuan Keperawatan
1. Tujuan Umum
Asuhan keperawatan yang berkualitas RSUD Gianyar
2. Tujuan Khusus
a. Asuhan keperawatan yang komperhensif, aman, nyaman, etis, estetis,
dan ekonomis
b. Mencegah terjadinya komplikasi atau kecacatan selama proses
keperawatan
c. Menyelenggarakan pengobatan program dari dokter dengan dosis dan
cara yang tepat
d. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan (penyuluhan) pada pasien
atau keluarga sesuai dengan kebutuhan pasien
e. Meningkatkan kemampuan dan kemauan rawat diri pasien secepat
mungkin
f. Mengembangkan potensi pasien atau keluarga seoptimal mungkin
dalam memelihara kesehatan

11
IV. GAMBARAN UMUM RUANG BIMA
A. Man (ketenagakerjaan)
1. Ketenagaan Ruang Bima
Riwayat Pendidikan, Ketengaan, dan Sertifikat Ruang Bima
a. Tenaga Keperawatan
1) Jumlah tenaga keperawatan 17 orang dengan klasifikasi
pendidikan
- Tenaga S1 Keperawatan 2 orang
- Tenaga DIII Keperawatan 14 orang
- Tenaga SPK 1 orang
b. Tenaga Non Keperawatan
a) Tenaga administrasi 1 orang
b) Tenaga kebersihan (cleaning service) 2 orang

Tabel 1. Klasifikasi Daftar Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan,


Golongan dan Jabatan Di Ruang Bima Rsud Sanjiwani GianyarTahun 2016

No Nama Pendidikan Golongan Jabatan


1 Ni. Kt.Dwikorawati, Amd Kep DIII III/d Ka. Ru
2 Ni Md. Panji Rohani, Amd. Kep DIII III/d Inventaris
3 Gusti Made Amerta Yasa DIII III/c Perawat
4 Ni Wayan Sri Mukti, Amd. Kep DIII III/c Perawat
5 Gusti Ayu Eka Putri, S.Kep S1 III/c Perawat
6 Lelaliana, Amd. Kep DIII III/c Perawat
7 Dewa Ayu Eka Susanti, S.Kep S1 III/a Perawat
8 Ni Wyn. Ari Suci, Amd. Kep DIII III/b Perawat
9 Ni Ketut Puspasari, Amd. Kep DIII III/a Perawat
10 Ni Wayan Sumberjaya, Amd. Kep DIII III/a Perawat
11 Ni Luh Somawati SPK II/d Perawat
12 Dewa Made Arta Wijaya, Amd. Kep DIII II/c Perawat
13 Km. Budariyani, Amd. Kep DIII II/c Perawat
14 Ida Ayu Gede Srimahadewi, Amd. Kep DIII - Perawat

12
15 Kadek Dwi Agustika Yasa, Amd. Kep DIII - Perawat
16 Ni Wayan Sri Damayanti, Amd. Kep DIII - Perawat
17 I Nyoman Rimawan, Amd. Kep DIII - Perawat
Sumber : Kepala Ruangan Bima

Tabel 2. Klasifikasi Daftar Tenaga Kesehatan Keperawatan Berdasarkan


Tingkat Pendidikan Di Ruang Bima Rsud Sanjiwani GianyarTahun 2016

No Tenaga Jumlah Persentase (%)


1 SPK 1 5,9 %
2 DIII 14 82, 4 %
3 S1 2 11, 7 %
JUMLAH 17 100%
Sumber : Kepala Ruangan Bima

Berdasarkan table diatas Klasifikasi daftar tenaga kesehatan keperawatan di


ruang Bima dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah DIII Keperawatan
dengan persentase 82,4%

2. Perhitungan Kebutuhan Tenaga


Dalam menerapkan model asuhan keperawatan professional dibutuhkan
tenaga yang mampu memberikan asuhan keperawatan professional.
Untuk itu penataan tenaga keperawatan dalam ruang rawat inap sangat
diperlukan.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa pedoman dalam penghitungan
kebutuhan tenaga keperawatan diruang rawat inap.
a. Kajian teori
Pedoman cara penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan (Depkes
RI, 2005)
1) Pengelompokan unit kerja di rumah sakit
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) harus
memperhatikan unit kerja yang ada dirumah sakit. Secara garis
besar terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit sebagai
berikut :

13
a) Rawat inap dewasa
b) Rawat inap anak/perinatal
c) Rawat inap intensif
d) Gawat darurat (IGD)
e) Kamar bersalin
f) Kamar operasi
g) Rawat jalan
2) Model pendekatan dalam penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan
Beberapa model pendekatan yang dapat dipergunakan dalam
penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan)
diruang rawat inap rumah sakit.
Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien
a) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
b) Rata – rata pasien per hari
c) Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
d) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
e) Jam efektif setiap perawat/bidan adalah tujuh jam per hari

Tabel 3. Jam Perawatan/hari Yang Diperlukan Berdasarkan Klasifikasi


Pasien

No. Jenis/Ketegori Rata – rata jam Jumlah


perawatan/pasien/hari perawatan/hari
1 Pasien penyakit dalam 3,5 35
2 Pasien bedah 4 32
3 Pasien gawat 10 10
4 Pasien anak 4,5 13,5
5 Pasien kebidanan 2,5 2,5
Jumlah 93,0

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan ruang bima per sift adalah :

14
Jumlah jam perawatan 35
5 Perawat
Jumlah kerja efektif per sif 7

Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut Douglas

No Klasifikasi dan Kriteria


1
Asuhan keperawatan minimal (minimal care/perawatan mandiri), memerlukan
waktu 1-2 jam perhari dengan kriteria :

a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri


b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi tanda – tanda vital dilakukan setiap sif
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f) Penampilan secara umum baik.

2
Asuhan keperawatan sedang (partial care/intermediate care), pasien memerlukan
bantuan perawat sebagian, memerlukan waktu 3-4 jam/hari, dengan kriteria :

a) Memerlukan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari – hari seperti makan,


mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar makan, bantuan
dalam eliminasi dan kebersihan diri
b) Observasi tanda – tanda vital setiap empat jam
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d) Tindakan perawatan untuk memeriksa produksi urine, fungsi fisiologis,
status emosional, kelancaran drainase (infus), bantuan dalam pendidikan
kesehatan serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur
3
Asuhan keperawatan maksimal (total care), pasien membutuhkan bantuan
perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat lebih lama 5-6 jam/hari,
dengan kriteria :

15
a) Segala aktivitas dibantu oleh perawat
b) Posisi pasien diatur dan observasi tanda – tanda vital setiap dua jam
c) Makan memerlukan NGT dan menggunakan suction
d) Gelisah/disorientasi,
e) Penampilan pasien sakit berat
f) Pasien menggunakan terapi intravena

 Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas – tugas


nonkeperawatan (nursing non-job) seperti contohnya: membuat
perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat –
alat makan pasien, dan lain – lain diperkirakan 25 % dari jam
pelayanan keperawatan.
(jumlah tenaga keperawatan + loss day ) x 25%

Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu unit


perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, dimana masing – masing
kategori mempunyai nilai standar per sif, yaitu sebagai berikut :

Tabel 5. Nilai standar jumlah perawatper sif berdasarkan klasifikasi


pasien
Klasifikasi Pasien
Jumlah
Minimal Parsial Total
pasien
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst

16
Tabel 6. Perkiraan Kebutuhan Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan
Tingkat Ketergantungan Pasien Di Ruang Bima Sanjiwani Gianyar Tahun
2016

Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan


Keterangan Jumlah pasien Pagi Siang Malam
Minimal 10 10 x 0,17 =1,7 10 x 0,14 = 10 x 0,10 = 1
1,4
Partial 15 15 x 0,27 = 15 x 0,15 = 15 x 0,07 =
4,05 2,25 1,05
Total 0 0 0 0
Jumlah 25 5,75 = 6 3.65 = 4 2,05 = 2

Total kebutuhan tenaga perawat :

Pagi : 6 orang

Siang : 4 orang

Malam : 2 orang

Jumlah : 12 orang

Jumlah tenaga keperawatan lepas dinas kurang lebih 2 orang

Jadi jumlah keperawatan yang dibutuhkan di ruangan Bima pada tanggal 14


April 2016 adalah 12 + 2 orang perawat manajerial + 2 orang tenaga lepas = 16
orang perawat/hari

Note : untuk contoh khusus perhitungan diatas hanya diambil sample dalam 1
hari observasi, dan hal ini akan lebih baik tinggi nilai akurasinya dengan
observasi secara intens terhadap kategori jumlah pasien dan perhitungan jumlah
tenaga setiap harinya.

17
3. Penghitungan Beban Kerja
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban
kerja perawat antara lain :
a. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien
c. Rata – rata hari perawatan
d. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan
pendidikan kesehatan
e. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien
f. Rata – rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan
kesehatan.

Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung beban kerja secara
personel antara lain sebagai berikut .

1. Work Sampling
Teknik ini dikembangkan pada dunia industri untuk melihat beban kerja
yang dipangku oleh personel pada suatu unit, bidang maupun jenis tenaga
tertentu. Pada metode work sampling dapat diamati hal – hal spesifik
tentang pekerjaan antara lain :
a. Aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu jam kerja
b. Apakah kreativitas personel berkaitan dengan fungsi dan tugasnya
pada waktu jam kerja
c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau
tidak produktif
d. Pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam
kerja

Untuk mengetahui hal – hal tersebut perlu dilakukan survei tentang


kerja personel dan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Menentukan jenis personel yang akan di survei
b. Bila jumlah personel banyak perlu dilakukan pemilihan sampel sebagai
subjek yang akan diamati dengan menggunakan metode simple random
sampling untuk mendapat sampel yang representatif

18
c. Membuat formulir kegiatan perawat yang akan di klasifikasikan
sebagai kegiatan produktif dan tidak produktif dapat juga dikategorikan
sebagai kegiatan langsung dan tidak langsung
d. Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan
menggunakan work sampling
e. Pengamatan kegiatan personel dilakukan dengan interval 2-15 menit
tergantung karakteristik pekerjaan yang dilakukan.

Pada teknik work sampling kita akan mendapat ribuan pengamatan


kegiatan dari sejumlah personel yang kita amati. Karena besarnya jumlah
pengamatan kegiatan penelitian akan didapatkan sebaran normal sampel
pengamatan kegiatan penelitian. Artinya data cukup besar dengan sebaran
sehingga dapat dianalisis dengan baik. Jumlah pengamatan dapat dihitung.

2. Time and motion study


Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang
kegiatan yang dilakukan oleh personel yang sedang kita amati. Melalui
teknik ini kita akan didapatkan beban kerja personel dan kualitas kerjanya.
Langkah – langkah untuk melakukan teknik ini yaitu :
a. Menentukan personel yang akan diamati untuk menjadi sampel dengan
metode purposive sampling
b. Membuat formulir daftar kegiatan yang dilakukan oleh setiap personel
c. Daftar kegiatan tersebut kemudian diklasifikasikan seberapa banyak
personel yang melakukan kegiatan tersebut secara baik dan rutin selama
dilakukan pengamatan
d. Membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah dilakukan tersebut
menjadi kegiatan medis, kegiatan keperawatan, dan kegiatan
administrasi
e. Menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh personel dalam
melakukan kegiatan – kegiatan yang dilakukan.
Penelitian dengan menggunakan teknik ini dapat digunakan untuk
melakukan evaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang

19
bersertifikat atau bisa juga digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan
suatu metode yang ditetapkan secara baku oleh suatu instansi seperti
rumah sakit.
Dari metode woek sampling dan time and motion study maka dihasilkan
output sebagai berikut.
a. Deskripsi kegiatan menurut jenis dan alokasi waktu untuk masing –
masing pekerjaan baik yang bersifat medis, perawatan, maupun
administratif. Selanjutnya dapat dihitung proporsi waktu yang
dibutuhkan untuk masing – masing kegiatan selama jam kerja.
b. Pola kegiatan yang berkaitan dengan waktu kerja, kategori tenaga atau
karakteristik deografis dan sosial
c. Kesesuaian beban kerja dengan variabel lain sesuai kebutuhan
penelitian. Beban kerja dapat dihubungkan dengan jenis tenaga, umur,
pendidikan, jenis kelamin, dan variabel lain.
d. Kualitas kerja dan teknik ini juga menjadi perhatian karena akan
menentukan kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki oleh
personel yang diamati.

3. Daily log
Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk sederhana
work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh personel yang
diamati. Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan dan waktu yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut. Penggunaan ini tergantung
kerjasama dan kejujuran dari personel yang diamati. Pendekatan ini relatif
lebih sederhana dan biaya lebih murah.peneliti biasa membuat pedoman
dan formulir isian yang dapat dipelajari sendiri oleh informan. Sebelum
dilakukan pencatatan kegiatan peneliti menjelaskan tujuan dan cara
pengisian formulir pada subjek personal yang diteliti, tekankan pada
personel yang diteliti yang terpenting adalah jenis kegiatan, waktu, dan
lama kegiatan, sedangkan informasi personel tetap menjadi rahasia dan
tidak akan dicantumkan pada laporan penelitian. Menuliskan secara rinci

20
kegiatan dan waktu yang diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari
pengamatan dengan daily log.

4. Metode Penugasan

Jenis model metode asuhan keperawatan (MAKP)

Tabel 7. Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant Dan Massey


(1997) Dan Marquis & Huston 1998

Model Deskripsi Penanggung Jawab


Fungsional  Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan Perawat yang bertugas
(Bukan  Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu pada tindakan tertentu
model berdasarkan jadwal kegiatan yang ada.
MAKP)  Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaannya asuhan keperawatan sebagai pilihan
utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu,
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi kepada semua pasien di bangsal
Kasus  Berdasarkan pendekatan holistis dari filosofi Manajer keperawatan
keperawatan
 Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu
 Rasio 1:1 (pasien : perawat). Setiap pasien dilimpahkan
kepada semua perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat mereka dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat,
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
khusus seperti isolasi, insentive care.

21
Tim  Berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan Ketua tim
 Enam-tujuh perawat profesional dan perawat pelaksana
bekerja sebagai satu tim, disupervisi oleh ketua tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atasa anggota
yang berbeda beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas
tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu.
Primer  Berdasarkan pada tindakan yang komperehensif dari Perawat Primer (PP)
filosofi keperawatan
 Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek
asuhan keperawatan
Metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterikatan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
utnuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.

B. Money (pembiayaan)
RSUD Sanjiwani Gianyar yang telah menjadi BLUD sejak tahun 2008,
diberikan kewenangan penuh untuk mengelola keuangannya berdasarkan
Peraturan Menteri dalam Negeri No.61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan layanan Umum Daerah yang memberikan
fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis
yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

22
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada
umumnya.
Kebutuhan praktek bisnis yang sehat merupakan kepentlngan BLUD
untuk meningkatkan kinerja keuangan dan non keuangan berdasarkan kaidah-
kaidah manajemen yang baik. Kinerja keuangan yang sehat dltunjukkan
dengan tingkat kemampuan pendapatan dari layanan yang cenderung
meningkat dan efisien dalam membiayai pengeluaran. Penatausahaan
keuangan Badan Layanan Umum Daerah paling sedikit memuat:
a. pendapatan/ biaya;
b. penerimaan/ pengeluaran;
c. utang/ piutang;
d. persediaan, aset tetap dan investasi; dan
e. ekuitas dana.
Mengingat adanya undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan
pembentukan Badan Pengelola Jaminan Sosial yang akan diberlakukan mulai
tahun 2014 dan diharapkan tahun 2019 semua pasien rumah sakit dengan
mempergunakan sistem penjaminan yang total coveredge, tentunya pihak
manajemen harus sudah mempersiapkan diri sedini mungkin untuk hal
tersebut.
Adapun biaya perawatan pasien di ruang bedah sebagian besar dari umum
yaitu biaya sendiri, Askes PNS, dan pihak ketiga. Di bawah ini akan
dijabarkan biaya yang dibutuhkan dengan menggunakan kartu jaminan
kesehatan sesuai dengan yang diterapkan di RSUD Sanjiwani Gianyar secara
umum.
1. Pelayanan JAMSOSTEK
Pelayanan jaminan kesehatan yang lain seperti pelayanan Jamsostek juga
dilayani di RSUD Sanjiwani Gianyar. Pelayanan yang diterima oleh peserta
Jamsostek berupa pelayanan gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap.
Walaupun penerimaan JAMSOSTEK belum dapat mendongkrak penerimaan
rumah sakit secara keseluruhan, akan tetapi dapat dijadikan acuan bahwa

23
pengguna layanan telah mulai mempercayakan pelayanan kesehatannya di
RSUD Sanjiwani Gianyar.
2. Pelayanan Jaminan Kesehatan Bali Mandara
Sejak diluncurkan tanggal 1 Januari 2010 pasien yang menggunakan
fasilitas JKBM sudah bisa dilayani di RSUD Sanjiwani Gianyar.Pasien yang
berkunjung meningkat dengan drastis, karena biaya pelayanan semua
ditanggung oleh Pemerintah Propinsi Bali dengan Pemerintah Kabupaten
Gianyar. Pasien berhak untuk mendapat pelayanan bila memenuhi kriteria
atau persyaratan yang tercantum dalam Revisi Pedoman Pelaksanaan JKBM
tahun 2011 yang dibuat oleh Pemerintah Propinsi Bali melalui Dinas
Kesehatan. Dalam tahun kedua pelaksanaan program JKBM masih ada
banyak kendala yang dialami oleh pihak rumah sakit, karena masih banyak
hal yang harus disempurnakan dari pelaksanaannya. Banyak terjadi komplain
yang ditujukan ke manajemen rumah sakit, akan tetapi dengan komunikasi
dan koordinasi yang baik bersama Dinas Kesehatan Propinsi Bali semua
permasalahan dapat diatasi. Dengan kerja keras semua pihak permasalah
dapat diselesaikan dengan baik dan dicarikan jalan keluar yang tentunya tidak
menyimpang dari ketentuan yang berlaku.Untuk tahun 2012 pelaksanaan
JKBM sudah mengalami peningkatan dari segi klaim maupun jangkauan
pelayanannya. Walaupun masih ditemukan kendala, akan tetapi semua bisa
dicarikan jalan keluarnya. Pembuatan klaim JKBM tahun 2013 sudah
mencapai target dari segi waktu yang telah disepakati. Hasil penerimaan dari
klaim JKBM tahun 2013 dan tahun 2014 dapat terlihat pada tabel 4.5 dan 4.6
berikut :
Tabel 8. Laporan Klaim JKBM Tahun 2013
1 Klaim Diterima RSUD Sanjiwani Gianyar
TOTAL Rp 17,848,178,997.96
- Dari Kabupaten Gianyar Rp 17,051,592,806.11
- Dari Kabupaten Bangli Rp 583,137,358.27
- Dari Kabupaten Klungkung Rp 73,389,468.18
- Dari Kabupaten Karang asem Rp 104,409,326.97
- Dari Kabupaten Buleleng Rp 6,334,338.00

24
- Dari Kabupaten Badung Rp 5,414,321.09
- Dari Kabupaten Tabanan Rp 1,738,816.00
- Dari Kabupaten Jemberana Rp 21,394,999.34
- Dari Kota Denpasar Rp 767,564.00

2 Piutang JKBM Rp 1,149,440,883.01

Rp 18,997,619,880.97
Sumber : TIM JKBM RSUD Sanjiwani Gianyar
Tabel 9. Laporan klaim JKBM tahun 2014
1 Klaim Diterima RSUD Sanjiwani Gianyar
TOTAL
- Dari Kabupaten Gianyar
- Dari Kabupaten Bangli
- Dari Kabupaten Klungkung
- Dari Kabupaten Karang asem
- Dari Kabupaten Buleleng
- Dari Kabupaten Badung
- Dari Kabupaten Tabanan
- Dari Kabupaten Jemberana
- Dari Kota Denpasar

2 Piutang JKBM

Sumber : TIM JKBM RSUD Sanjiwani Gianyar


Salah satu dari misi RSUD Sanjiwani Gianyar yaitu peningkatan kesejahteraan,
maka seluruh karyawan tentunya akan menerima penghasilan tambahan yang bersumber
dari jasa pelayanan yang telah diberikan kepada pasien. Jasa pelayanan yang diterima
oleh karyawan pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

25
Tabel 10. Daftar penerimaan jaspel periode tahun 2014
Bulan JASA PELAYANAN
No TotalIncome
Tahun Umum Askes JKBM Jamkesmas
1 Jan 1.242.001.172,91
2 Peb 831.239.223,02
3 Maret 6.593.555.726,76
4 Apr 2.471.784.475,06
5. Mei 5.310.020.986,18
6 Juni 8.293.358.138,21
7 Juli 5.710.026.705,13
8 Ags 3.204.688.377,07
9 Sept 2.830.191.437,87
10 Okt 13.240.766.814,90
11 Nop 7.340.343.683,86
12 Des 10.814.150.561,91
Total 67.882.127.302,88
Sumber: Bend.Rutin RSUD Sanjiwani TA.2014

Pengeluaran jasa pelayanan rumah sakit adalah maksimal 40% dari pendapatan
yang mana sisanya 60 % dikelola untuk biaya operasional rumah sakit. Secara teori
pemberian jasa yang besar terhadap karyawan adalah sangat baik untuk meningkatkan
kinerja, namun pertanyaannya sekarang adalah sejauh mana peningkatan kinerja
karyawan setelah mendapatkan jasa yang cukup besar ?, Sudahkah pemberian jasa itu
memberikan kepuasan terhadap karyawan?, sejauh mana keadilan dan pemerataan dalam
pemberian jasa pelayanan tersebut?. Untuk dapat menjawab pertanyaan ini diperlukan
penelitian khusus oleh pihak-pihak dari lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Untuk
mengetahui perkembangan gaji PNS rumah sakit selama 2 tahun terakhir dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

26
Tabel 11. Daftar Perkembangan Belanja Gaji Pns Rsud Sanjiwani Gianyar
Periode Ta 2013 - 2014
TAHUN
NO BULAN
2014
1. Januari 1.573.679.300
2. Pebruari 1.554.033.500
Kekurangan 8.098.800
3. Maret 1.564.096.900
4. April 1.572.573.800
5. Mei 1.577.222.200
Kekurangan 20.565.900
6. Juni 1.578.356.200
Kekurangan 460.481.200
7. Juli 1.656.967.300
Gaji ke 13 1.707.131.000
8. Agustus 1.660.096.900
Gaji Terusan 5.518.700
Duka Wafat 14.279.800
Gaji Terusan 5.518.700
Kekurangan 33.993.900
Gaji Terusan 5.518.700
9. September 1.664.022.500
10. Oktober 1.673.148.900
Gaji Terusan 5.518.700
11. Nopember 1.679.598.500
12. Desember 1.678.048.600
Gaji Susulan 2.508.600
Kekurangan 44.231.400
Jumlah: 21.745.210.000
Sumber: Bend.Gaji RSUD Sanjiwani TA.2014.

27
Gaji PNS di rumah sakit dalam periode 2 tahun terakhir selalu meningkat yaitu
dari tahun 2013 Rp. meningkat menjadi Rp. pada tahun 2014, sehingga terjadi
peningkatan 16,40%.

Dengan melihat kenaikan gaji di atas menggambarkan bahua RSUD Sanjiwani


Gianyar adalah merupakan lahan subur untuk perpindahan dari instansi di luar rumah
sakit. Mengingat perpindahan pegawai ini merupakan kewenangan Pemerintah
Kabupaten maka untuk tahun mendatang akan diupayakan koordinasi yang lebih
efektif dengan pihak Pemerintah Kabupaten agar jumlah pegawai di rumah sakit dapat
dikendalikan dan sesuai dengan pengisian formasi yang ada. Pada tabel berikut
ditampilkan keseimbangan pendapatan dan pengeluaran rumah sakit selama periode 4
tahun terakhir sebagai berikut:

Tabel 12. Daftar Perhitungan Cost Recovery Pendapatan Fungsional Rs Dibagi Dengan
(Pengeluaran+Bantuan)Periode Tahun Anggaran 2012 - 2014
COST
NO TA PENDAPATAN BANTUAN PENGELUARAN RECOVERY
%
1 2012 46.905.180.063 7.439.174.500 66.085.226.133 62,69
2 2013 51.102.354.323,15 5.000.000.000 80.496.362.937
3 2014
Sumber: Sub Bid.Perbendaharaan 2014.

Dari tabel di atas terlihat bahwa pengeluaran rumah sakit jauh lebih tinggi dari
pada penerimaan pendapatannya. Untuk mengimbangi pengeluaran ini maka
rumah sakit memohon bantuan kepada pemerintah baik Pemerintah
Kabupaten, Provinsi maupun Pemerintah Pusat. Dengan demikian
pengeluaran rumah sakit dapat seimbang dengan penerimaan.

C. Material (sarana dan prasarana)


1. Lokasi dan Denah
Ruang Bima merupakan salah satu ruangan rawat inap di RSUD
Sanjiwani Gianyar. Dengan luas 800 m2, berlokasi di sebelah timur ruang
Abimanyu. Ruang Bima merupakan ruang perawatan bedah untuk pre dan

28
post operasi. Ruang Bima terdiri dari 1 nurse station, 1 kamar jaga
perawat, 1 ruang mahasiswa, 1 kamar jaga co-as, 1 ruang spoelhock, 1
ruang dapur, 1 ruang persiapan, 1 gudang, dan 11 ruang rawat inap. Dari
11 ruang rawat inap dibagi menjadi beberapa kelas yaitu VIP, kelas I, kelas
II, kelas III, ruang khusus combustio/luka bakar, ruang khusus perawatan
tetanus, dan ruang khusus pasien yang akan menjalani cemotherapy
dengan kapasitas 35 bed. Ruang VIP terdiri dari kamar 301 dan 302 yang
masing-masing memiliki 2 bed perawatan (total 4 bed), ruang kelas I
terdiri dari kamar 303, 311, dan 312 yang masing-masing memiliki 2 bed
perawatan (total 6 bed), ruang kelas II yaitu kamar 304 yang memiliki 3
bed perawatan, ruang kelas III terdiri dari kamar 306, 309, 310 (masing-
masing 4 bed perawatan, total 12 bed), dan 307 yang memiliki 5 bed
perawatan, ruang khusus combustio/luka bakar yakni kamar 305 yang
memiliki kapasitas 2 bed, ruang khusus perawatan tetanus yakni kamar
308 yang terdiri dari 4 bed, dan ruang khusus pasien chemotherapy yakni
kamar 313 dengan kapasitas 2 bed perawatan.

29
Adapun denah Ruang Bima adalah sebagai berikut :

WC WC
Kamar 301 B
Ruang jaga
co-as Teras S U
WC
tangga Kamar 302
T

WC WC WC WC WC
WC
Ruang persiapan
Kamar
Kamar Kamar Kamar Kamar
313 Kamar 303
304 305 306 307
WC
Nurse Station
R. Jaga
perawat

Dapur Gudang
Ruang Kamar Kamar Kamar
Kamar 311 tangga
mahasiswa 310 309 308
Spoelhock R. Karu
WC WC WC WC WC

30
2. Fasilitas Pasien
Ruang Bima merupakan ruang rawat inap untuk pasien yang akan
dan sudah menjalani pembedahan/operasi. Selain itu, ruangan ini juga
diperuntukkan bagi penderita kanker yang akan menjalani chemotherapy,
pasie yang mengalami luka bakar, dan pasien dengan tetanus. Fasilitas
kamar bagi pasien yang ada di ruangan ini pun berbeda-beda karena selain
fasilitas khusus tadi, juga terdapat fasilitas yang berbeda tiap kelasnya
(kelas I, II, III). Berikut secara rinci fasilitas yang terdapat di Ruang Bima
No. Kelas Nama Barang Jumlah Ket.
1 VIP Bed + bantal (set) 4
Meja pasien/bed side
4
kabinet
Kursi tamu (set) 2
TV 2
AC 2
Standar infus 4
Bak sampah 2
2 I Bed + bantal 4
Meja pasien/bed side
4
kabinet
Kursi tamu (set) 1
Standar infus 4
Bak sampah 3
3 II Bed + bantal 3
Meja pasien/bed side
3
kabinet
Kursi penunggu 1
Standar infus 3
Bak sampah 1
4 III Bed + bantal 19

31
Meja pasien/bed side
18
kabinet
Kursi penunggu 1
Standar infus 19
Bak sampah 4
5 R. combustio Bed + bantal 2
Meja pasien/bed side
2
kabinet
Kursi penunggu 1
Standar infus 2
Bak sampah 1
6 R. tetanus Bed + bantal 4
Meja pasien/bed side
3
kabinet
Kursi penunggu 1
Standar infus 4
Bak sampah 1
R.
7 Bed + bantal 2
chemotherapy
Meja pasien/bed side
2
kabinet
Kursi penunggu 1
Standar infus 2
Bak sampah 1

3. Fasilitas Petugas dan Rumah Tangga


Nama Barang Jumlah Ket.
Meja nurse station 2
Komputer (set) + meja 1
Kursi di nurse station 8
Kursi mahasiswa 6

32
Meja di ruang mahasiswa 1
Bed di ruang jaga rawat 2
Lemari 3
Papan jumlah bed 1
Papan acara 1
Jam 2
Kipas angin 1
Fan 1
Sapu ijuk 3
Kitchen Set 1
Kompor gas set 1
Rak piring 1
Gelas 2
Pisau dapur 1
Lemari es 1
Meja visite 1
Bak sampah tertutup 2
Serok 1
Lap pel 2
Sapu bulu 2
Sapu lawa-lawa 2
Keset 1
Gayung 14
Televisi 1

4. Inventaris Peralatan Kesehatan


Nama Barang Jumlah Ket.
Tensi meter 4 2 rusak
Stetoskop 3
Troli sampah 1
Troli oksigen 11

33
Troli rawat luka 1
Troli injeksi 1
Kurai roda 4
Brankar 3
Timbang BB 1
Suction pump 2
Thermometer 4 3 rusak
Lampu senter 1
Nebulizer 1
EKG 1
Urinal 13
Blood warmer -
Bengkok 12
Torniquet 1
Klem koher 1
Korentang 1
Tempat korentang 1
Gunting perban 1
Keranjang 4
Duk klem 1
Pispot 13
Ambubag 1
Lemari obat 1
Lemari es 1
Lemari sarana 1
Keranjang laken kotor 1

5. Inventaris Alat Tenun


Nama Barang Jumlah Ket.
Baju pasien 12
Laken 2 ludin

34
Stik laken 2 lusin
Sarung bantal 3 lusin
Selimut 4 lusin
Perlak 2 lusin

6. Administrasi Penunjang
Sarana dan prasarana di ruang rawat inap bedah Bima RSUD
Sanjiwani Gianyar sudah cukup baik. Fasilitas penunjang seperti satu
kamar mandi di setiap ruangan yang artinya ada 13 kamar mandi,
ditambah lagi satu kamar mandi di ruang mahasiswa dan satu kamar mandi
ruang jaga perawat yang kondisinya cukup baik, hanya kamar mandi yang
letaknya di ruang mahasiswa pintunya tidak bisa dibuka dari dalam.
Idealnya kamar mandi kelas dua = 1:2 dan kelas tiga = 1:5 , satu tempat
parker/ruangan, satu kantin/ ruangan sehingga perlu ditambah satu kamar
mandi. Ventilasi udara terdapat 13 jendela dan kondisinya cukup baik.
Setiap pagi dan sore ruangan dibersihkan oleh petugas CS dan kondisinya
ruangan cukup tenang. Jumlah tabung O2 ada sebelas buah, perlu dikurangi
sembilan, sebab idealnya hanya ada dua per ruangan. Namun karena
ruangan Bima tidak menggunakan sistem oksigen sentral maka jumlah
tabung oksigen ditambah untuk memenuhi kebutuhan pasien. Semua
perawat ruangan mampu menggunakannya dengan baik. Kondisi
administrasi penunjang cukup baik, Kondisi administrasi penunjang
cukup baik,yang terdi atas : 1 buku injeksi, 1 buku observasi,20 lembar
dokumentasi, 1 buku observasi suhu dan nadi, dan 1 buku overan,nurse
station ada satu, ruangan biasanya digunakan sebagai ruang pertemuran
perawat, kadang – kadang perawat mengobrol dan menggosip disana.
Tempat ruang karu tersendiri disebelah ruang linen atau gudang sebaiknya
di pindah jadi satu dengan nurse station sebab idealnya ruang karu jadi
satu dengan nurse station.

35
D. Marketing (pemasaran)
Dilain pihak perawat tidak memiliki tugas khusus sebagai tim marketing
secara langsung untuk mencari pelanggan dalam mencari pelayanan jasa
kesehatan .perawat memberiakn pelayanan seoptimal mungkin denagan
memberikan perawatan secara paripurna, sehingga pelayanan di ruangan layak
untuk di promosikan sebagai bahan pemasaran untuk mencari pelanggan.

E. Method (metode pemberian asuhan keperawatan)


1. Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan (MAKP)
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan diketahui bahwa model
asuhan keperawatan profesional (MAKP) yang dilakukan di Ruang Bima
saat ini sudah menerapkan model asuhan keperawatan tim, dimana
seorang Karu beberapa perawat pelaksana. Sehingga peran dan tanggung
jawab perawat sesuai dengan tugasnya.
Komunikasi antar tim terjalin dengan baik, jika ada masalah yang
tidak bisa diatasi oleh katim maka karu membantu untuk menyelesaikan.
Ruangan sudah mempunyai SOP setiap tindakan. Ada beberapa jenis
MAKP yaitu :
a. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup
yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu.
Kelebihannya:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim
4) Kelemahannya:

36
5) Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit
untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk
6) Konsep metode tim:
7) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan
8) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
9) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
10) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang.

b. MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Kelebihan:
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan
rumah sakit (Gillies, 1989)
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang
diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

37
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbarui dan komprehensif.
Kelemahan:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinis, akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai displin
ilmu.

Konsep dasar metode primer:


a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b) Ada otonomi
c) Ketertiban pasien dan keluarga

Tugas perawat primer:


a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
d) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh displin lain maupun perawat lain
e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f) Menerima dan menyesuaikan rencana
g) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h) Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat
i) Membuat jadwal perjanjian klinis
j) Mengadakan kunjungan rumah

Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer:


a) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

38
b) Orientasi dan merencanakan kerjawan baru
c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat
asisten
d) Evaluasi kerja
e) Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf
f) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi

Ketenangan metode primer:


a) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
b) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
c) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun
nonprofesional sebagai perawat asisten

c. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti: isolasi, intensive care.
Kelebihannya:
a) Perawat lebih memahami kasus per kasus
b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
c) Kekurangannya:
d) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
e) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama

d. Modifikasi MAKP Tim-Primer

39
Pada metode MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model
MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer. Di samping itu, karena saat ini perawat
yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan
mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang
asuhan keperawatan.

2. Timbang Terima
Prosedur timbang terima selama ini sudah dilakukan pada setiap
pergantian shift jaga, cara penyampaian dilakukan secara lisan dengan
laporan timbang terima pasien sehingga rencana tindakan yang belum dan
sudah dilaksanakan dapat diketahui. Pelaksanaan timbang terima
dilakukan seluruh perawat. Katim shift pagi mengoperkan tugas ke katim
shift siang, yang terlebih dahulu dengan membaca laporan timbang terima.
Apabila katim shift pagi sudah memahami pelimpahan tugas yang
diberikan maka akan segera dilanjutkan ke pasien, begitu juga dengan shift
berikutnya.
Untuk pelaporan timbang terima yang disampaikan mengenai
jumlah pasien, nama pasien, keadaan pasien, rencana pemeriksaan, terapi
yang sudah diberikan dan harus diberikan selanjutnya serta pesan khusus
lainnya untuk perawat di shift berikutnya

3. Ronde Keperawatan

40
Kepala ruang Bima mengatakan bahwa ronde keperawatan baru akan
dilaksanakan dan dalam tahap penyempurnaan

4. Supervisi Keperawatan
Dalam meningkatkan pelayanan yang berkualitas sesuai misi di
RSUD Sanjiwani Gianyar, maka dilakukan supervisi yang berkelanjutan
terhadap berbagai kinerja pegawai dalam melaksanakan aktivitasnya
sebagai karyawan untuk melayani konsumen (pasien). Supervisi adalah
kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktivas bimbingan,
pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam
melaksanakan kegiatan atau tugas sehari hari.
Berdasarkan pengkajian yang di lakukan di Ruang Bima RSUD
Sanjiwani Gianyar terdapat beberapa supervisi, antara lain:
- Supervisi khusus yang dilakukan oleh kepala ruangan terhadap kinerja
perawat, waktu pelaksanaan sangat bergantung pada keperluan/
kebijakan kepala ruangan.
- Supervisi kepala bidang pelayanan rumah sakit terhadap kinerja
perawat di ruangan yang dilaksanakan setiap hari, pada pagi hari.
- Supervisi yang dilakukan oleh pengawas supervisi rumah sakit
terhadap kinerja perawat ruangan, yang dilaksanakan setiap hari pada
shift sore atau malam hari.
Selama pengkajian pada tanggal 11-16 April 2016 belum ada
supervisi khusus keperawatan yang dilakukan oleh kepala ruangan, tetapi
terdapat supervisi yang dilakukan oleh pengawas supervisi rumah sakit.
Supervisi tersebut dilakukan setiap hari pada waktu sore atau malam.
Petugas khusus supervisi melakukan supervisi secara langsung sehingga
bila ada tindakan keperawatan yang tidak sesuai protap ( SOP ) segera
langsung untuk diperbaiki.
Isi dari supervisi meliputi observasi tindakan keperawatan yang
dilakukan di ruangan apakah sudah sesuai dengan SOP. Perawat yang
melakukan pekerjaan dengan baik, diberikan reward. Dan bagi perawat

41
yang melakukan tindakan kesalahan akan diberikan tindakan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.

5. Discharge Planning
Discharge planning merupakan suatu bentuk kegiatan MAKP agar
klien dan keluarga yang masuk di unit bedah, yang sedang dalam
perawatan dan yang akan pulang/ keluar RS mengerti tentang perawatan
selama pasien dirawat di unit stroke sehingga klien dan keluarga dapat
mengikuti semua proses perawatannya dengan baik. Beberapa hal yang
terkandung didalamnya antara lain pemberian materi atau pengetahuan
yang umum mengenai penyakit.
Menurut pernyataan dari kepala ruang unit Bima, Discharge
Planning dilaksakan oleh kepala ruangan atau perawat yang sedang
bertugas. Discharge Planning telah direncanakan pada saat penerimaan
pasien baru dan dibahas pada setiap ronde keperawatan. Pelaksanaaan
Discharge Planning belum optimal diantaranya format Discharge Planning
yang tersedia tidak digunakan sehingga belum diaplikasikan secara
optimal.

Adapun bagan uraian lembar dokumentasi yang ada di unit stroke antara lain:

Tabel 13. Daftar Lembar Dokumentasi di Ruang Stroke Tahun 2012

No URAIAN BAGAN

1 Lembar observasi intensif

2 Lembar tindakan dan evaluasi perawat

3 Blanko kelengkapan status pasien

4 Pengantar pasien masuk RS/ rawat inap

5 Lembar Pernyataan rawat inap

6 Lembar masuk dan keluar

42
7 Lembar konsul

8 Asuhan Kepeawatan

9 Penkajian keperawatan

10 Laporan proses keperawatan

11 Ringkasan doumen asuhan keperawatan

12 Tempat hasil pemeriksaan penunjang

13 Lembar discharge summary

14 Blanko Pasien Pulang

V. GAMBARAN KHUSUS RUANG BIMA


A. Perencanaan
Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang
MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka
pendek : harian, bulanan, dan tahunan) Perencanaan adalah keseluruhan
proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan
dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa
yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan
itu dilakukan.
Saat dilakukan pengkajian baik wawancara maupun observasi,
diperoleh data sebagai berikut :
1. Visi Misi
Wawancara : sesuai dengan pengkajian yang dilakukan kepada Karu
Ruangan Bima dengan metode wawancara, dikatakan bahwa ruangan
sendiri tidak memiliki visi dan misi khusus melainkan menggunakan visi
misi rumah sakit. Karu sendiri mengatakan bahwa kesamaan penggunaan
visi misi ini dikarenakan rumah sakit masih dalam tahap akreditasi
sehingga visi misi, tujuan, dan hal lain yang berhubungan dengan
ruangan harus satu dengan rumah sakit.

43
Observasi : dalam pelaksanaannya, di ruangan sudah terdapat visi misi
rumah sakit namun tidak dapat dijangkau maupun dibaca secara mudah
oleh pembaca maupun orang-orang yang ingin melihat.
2. Filosofi Keperawatan
Wawancara : menurut Karu agar perawat dapat bekerja berdasarkan
filosofi ilmu mereka secara rutin dilakukan disetiap kesempatan
diantaranya pada saat apel pagi, kesamaptaan dan pada saat pelatihan.
Observasi : belum terlihat filosofi diruangan
3. Peraturan Organisasi
Wawancara : saat dilakukan wawancara, karu mengatakan bahwa ada
peraturan organisasi anggota ruangan
Observasi : saat dilakukan pengamatan tidak ditemukan peraturan
organisasi dalam ruangan
4. Rencana Harian
Wawancara : menurut Karu, di ruangan telah membuat rencana harian
namun bentuknya masih belum baku.
Observasi : hasil pengamatan didapatkan beberapa catatan kecil yang
dianggap sebagai rencana kegiatan harian namun belum dibakukan ke
dalam bentuk tabel maupun buku.

B. Pengorganisasian
1. Struktur Organisasi
Wawancara : saat pengkajian, Karu mengatakan terdapat 3 tim sebagai
pelaksana asuhan keperawatan sesuai susunan organisasi yang terdapat di
dalam ruangan.
Observasi : hasil pengamatan, terdapat struktur organisasi yang berada di
tembok luar ruang tindakan/persiapan.
2. Pengorganisasian perawatan klien
Wawancara : menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan karu,
diperoleh informasi bahwa metode penugasan yang dilakukan adalah
metode tim dimana terbentuk 3 tim di ruangan.

44
Observasi : hasil pengamatan yang dilakukan adalah bahwa benar adanya
3 tim yang terbagi di ruangan. Pembagian perawatan klien di ruangan ini
menggunakan sistem tenaga perawatan klien tidak berdasarkan jumlah
kamar, namun pembagian sesuai dengan kelas tempat pasien tersebut
dirawat. Jadi siapapun dapat merawat pasien yang mana pun. Dalam
pelaksanaanya pula telah menunjukkan penerapan keorganisasian sesuai
dengan struktur organisasi.
3. Uraian tugas
Wawancara : Menurut Kepala ruanga setiap perawat sudah mempunyai
uraian tugas masing-masing bagi tiap tenaga keperawatan. Batas
wewenang dan tanggung jawab perawat cukup jelas dengan dibuat job
discription dimasing-masing ruangan.
Observasi : Diruangan sudah ada buku uraian tugas perawat sesuai
4. Metode penugasan
Wawancara : menurut Karu didapatkan informasi bahwa penghitungan
jumlah tenaga sudah disesuaikan dengan rasio klien tetapi menggunakan
standart minimal dengan rumus Gillis.
perannya.
Observasi : jumlah perawat masih kurang dengan dinas rincian dinas
sebagai berikut Pagi = 2, Siang = 3, malam 2, libur = 2 dan cuti 2. Untuk
dinas pagi ditambah 1 kepala ruang, 1 wakil kepala ruang dan 1 ketua tim.
Kuesioner : Persepsi Perawat pelaksana mengenai penghitungan tenaga
dengan kategori cukup (74 %) Masalah : Rasio jumlah perawat belum
sesuai dengan tingkat ketergantungan klien.
5. Pendokumentasian asukan keperawatan
Wawancara: Menurut Karu didapatkan informasi bahwa
pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan format yang ada
yang sudah disepakati bersama antara kepala ruang dan komite
keperawatan, tetapi audit secara rutin belum dilakukan, sehingga sampai
sekarang belum diketahui tingkat kepatuhan perawat dalam mengisi
dokumentasi keperawatan.

45
Obseravasi : tersedia lembar penulisan standar asuhan keperawatan. Ada
beberapa format yang tidak tersedia seperti format evaluasi (SOAP). Pada
format rencana keperawatan, kolom implementasi tidak disediakan
tersendiri namun disamakan dengan kolom intervensi. Dalam
dokumentasi tidak terlihat kesinambungan antara masalah dan tindakan
keperawatan : Pengkajian dan Diagnosa keperawatan belum
mencerminkan kondisi pasien yang seutuhnya, evaluasi belum
didokumentasikan secara kontinyu, tetapi format dokumentasi
keperawatan (pengkajian s/d evaluasi) yang sudah terisi tetapi belum
optimal. Format audit penulisan dokumentasi diruangan tidak ada.
6. Pengaturan jadwal dinas
Wawancara : Menurut Karu ruangan pengaturan shif yang dilakukan oleh
Kepala ruang disesuaikan dengan jumlah perawat yang ada di ruangan dan
tidak berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien, karena disesuaikan
dengan jumlah perawat dan kondisi Rumah Sakit. Observasi : Format
daftar shif diruangan menggunakan proporsi jumlah perawat yang ada.

C. Pengarahan
1. Motivasi kepada perawat
Wawancara : menurut Karu didapatkan informasi bahwa peningkatan
motivasi sebenarnya sudah dilakukan oleh rumah sakit baik secara
langsung maupun tidak langsung. Misalnya diklat secara rutin
mengadakan pelatihan dan pembinaan.

2. Komunikasi
Wawancara : menurut Kasubdepwat didapatkan informasi bahwa jalur
komunikasi dilakukan secara bottum up dan top down. Asuhan
keperawatan yang didokumentasikan diberitahukan pada saat timbang
terima pasien dan ditindaklanjuti oleh perawat yang bertugas pada shift
berikutnya.
Observasi : komunikasi antara staff esuai dengan jalur. Pada saat timbang
terima pasien di ruangan, dilaporkan tindakan yang telah dilakukan dan
yang akan dilanjutkan oleh perawat pada shift berikutnya.

46
3. Pendelegasian
Wawancara : Menurut Karu didapatkan informasi bahwa pendelegasian
diruangan masih belum ada tetapi dilakukan hanya dengan cara lisan.
Observasi : Format pendelegasian diruangan tidak ada.

D. Pengawasan/Pengendalian
1. Program pengendalian mutu
Wawancara : Menurut Karu sudah ada tim pengendalian mutu, tetapi
pelaksanaan gugus kendali mutu masih belum optimal.
Observasi: Belum ada sistem pelaporan dan pencatatan kegiatan
pengendali mutu dan belum ada struktur kerja dan format pengendalian
diruangan.

2. Pelaksanaan SOP dan SAK


Wawancara : Menurut Karu Asuhan keperawatan yang diberikan sudah
mengacu pada Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang sudah
ditetapkan.
Observasi : SOP dan SAK sudah ada.

47

Anda mungkin juga menyukai