Anda di halaman 1dari 33

Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Dengan Ca. Cervix

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Ca Cervix
a) Kanker Serviks adalah penyakit akibat pertumbuhan sel abnormal yang tak
terkontrol di daerah serviks (mulut rahim) yang disebabkan oleh virus HPV
(Human Papilloma Virus) Jenis HPV 16 dan HPV 18.

b) Ca Serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh


lapisan epitel pada daerah serviks uteri. (Wilson and Price, 1995: 1137)

c) Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara
epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang
disebut squamo-columnar junction (SCJ). (Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu
Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo)
2. Etiologi
Faktor risiko adalah faktor yang mempermudah timbulnya penyakit kanker serviks.
Adapun yang menjadi faktor risiko terjadinya kanker serviks:
a) Umur Pada umumnya, risiko untuk mendapatkan kanker serviks bertambah
selepas umur 25 tahun. Stadium prakanker serviks dapat ditemukan pada awal
usia 20-an. Kanker serviks juga ditemukan pada wanita antara umur 30-60 tahun
dan insiden terbanyak pada umur 40-50 tahun dan akan menurun drastis sesudah
umur 60 tahun. Sedangkan, penderita kanker serviks rata-rata dijumpai pada umur
45 tahun. Menurut Aziz M.F.(2006), umumnya insidens kanker serviks sangat
rendah di bawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat dan
menetap pada usia 50 tahun. Menurut Riono (1990), kanker serviks terjadi pada
wanita yang berumur lebih 40 tahun tetapi bukti statistik menunjukkan kanker
serviks dapat juga menyerang wanita antara usia 20- 30 tahun.

b) Pernikahan dan aktivitas seksual pada usia muda umur pertama kali hubungan
seksual merupakan salah satu faktor yang cukup penting. Makin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seksual, makin besar risiko yang harus
ditanggung untuk mendapatkan kanker serviks dalam kehidupan selanjutnya
(Rasjidi I, 2008). Risiko kanker serviks akan meningkat pada pernikahan usia
muda atau pertama kali koitus, yaitu pada umur 15-20 tahun atau pada belasan
tahun serta period laten antara pertama kali koitus sampai terdeteksi kanker
serviks selama 30 tahun.Menurut Aziz M.F (2006), wanita di bawah usia 16 tahun
menikah biasanya 10-12 kali lebih besar terserang kanker serviks dari pada yang
berusia 20 tahun ke atas.

c) Riwayat ginekologis Walaupun usia menarke atau menopause tidak


mempengaruhi risiko kanker serviks, hamil di usia muda, jumlah kehamilan atau
manajemen persalinan yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko.Kanker serviks
sering diasosiasikan dengan kehamilan pertama pada usia muda, jumlah
kehamilan yang banyak dan jarak kehamilan yang pendek (Rasjidi I.,2008). Umur
melahirkan pertama kali kurang dari 20 tahun dianggap mempunyai risiko untuk
terjadi kanker serviks.

d) Jumlah paritas Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yang sering
melahirkan anak. Kategori partus ini belum ada keseragaman tetapi menurut pakar
angka berkisar antara 3- 5 kali partus. Persalinan pervaginam yang tinggi
menyebabkan angka terjadinya kanker serviks meningkat. (Harahap, 1997)

e) Kebiasaan berganti pasangan dari hasil penelitian, ditemukan bahwa faktor


koitus dengan seringnya berganti pasangan merupakan faktor yang berpengaruh
untuk terjadinya kanker serviks. Benson menemukan kasus kanker serviks 4 kali
lebih banyak pada wanita yang melakukan prostitusi. Berganti-berganti pasangan
dalam hubungan seksual memperbesar kemungkinan terinfeksi HPV (Indriyani D,
1991).

f) Agen Infeksius Human Papilloma Virus (HPV). Terdapat sejumlah bukti yang
menunjukkan HPV sebagai penyebab neoplasia servikal. HPV tipe 6 dan 11
berhubungan erat dengan displasia ringan yang sering regresi. HPV tipe 16 dan 18
dihubungkan dengan dysplasia berat, yang jarang regresi dan seringkali progresif
menjadi karsinoma insitu (Aziz, M.F.,2002). Walaupun semua virus herpes
simpleks tipe 2 belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi insitu
telah menunjukkan terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan wanita
dengan displasia serviks. Infeksi Trikomonas, sifilis, dan gonokokus ditemukan
berhubungan dengan kanker serviks.

g) Kontrasepsi pemakaian kontrasepsi oral lebih dari 4 atau 5 tahun dapat


meningkatkan risiko terkena kanker serviks 1,5-2,5 kali. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitif terhadap HPV
yang dapat menyebabkan adanya peradangan pada genitalia sehingga berisiko
untuk terjadi kanker serviks (Belinson S.,Smith J.S.,Myers E.,Olshan A, dan
Hartmann K., 2002)

h) Merokok Merokok pada wanita selain mengakibatkan penyakit pada paru-paru


dan jantung, kandungan nikotin dalam rokok pun biasanya mengakibatkan kanker
serviks. Nikotin mempermudah selaput untuk dilalui zat karsinogen. Bahan
karsinogenik spesifik dari tembakau dijumpai dalam lendir serviks wanita
perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama dengan
infeksi HPV mencetuskan transformasi maligna. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin tinggi risiko
untuk terkena kanker serviks (Indriyani D.,1991).

i) Sosial ekonomi dan diet Kanker serviks sering ditemukan pada wanita golongan
sosial ekonomi rendah, mungkin berkaitan dengan diet dan immunitas. Wanita di
kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko 5 kali lebih besar
daripada faktor risiko pada wanita di kelas yang paling tinggi (Rasjidi I., 2008).
Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan
kurang dan ini mempengaruhi imunitas tubuh. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan antara kanker serviks dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja
kasar memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibanding
wanita pekerja ringan atau di kantor (Indriyani D.,1991). Kebanyakan dari
kelompok yang pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok sosial
ekonomi rendah di mana mungkin standar kebersihan yang baik tidak dapat
dicapai dengan mudah, sanitasi dan pemeliharaan kesehatan kurang, pendidikan
rendah, nikah usia muda, jumlah anak yang tinggi, pekerjaan dan penghasilan
tidak tetap serta faktor diet yang rendah karotenoid dan asam folat akan
mempermudah terjadinya infeksi yang menyebabkan daya imunitas tubuh
menurun sehingga menimbulkan risiko terjadi kanker serviks.
3. Patofisiologi
Sel kanker berasal dari gangguan terhadap DNA atau informasi gen pengontrol
pertumbuhan sel. Tubuh kita memiliki mekanisme otomatis untuk menggurkan sel tua
dan membelah sel aktif untuk meregenerasi. Pada kondisi normal terddapat susunan
informasi dalam DNA dalam inti sel yang mengontrol proses tersebut. Jika jumlah sel
baru yang dibutuhkan telah mencukupi, proses akan berhenti dengan sendirinya. Pada
kasus terjadinya kanker, gangguan melanda pusat informasi (DNA) inti sel yang
berakibat pada pebelahan sel yang tidak terkontrol. Akibatnya sel baru berlebih dan
membentuk jaringan aktif yang menggumpal, inilah yang disebut tumor.

Pada awal munculnya tumor ini, risiko kanker belum begitu besar, namun
akibat mekanisme tubuh yang tidak mampu menahan, gumpalan tumor dapat
berkembang hingga mengalami proses pembentukan Angiogenesis (pembuluh darah
baru) yang menyuplai darah dan nutrisi kepada sel kanker tumor yang sekarang sudah
bisa disebut sabagai tumor ganas atau kanker. Pada tahap ini, pembuluh darah bisa
berkembang lebih pesat dari pembuluh darah normal dan cenderung “menyerobot”
nutrisi. Tidak heran, jika penderita kanker umumnya mengalami penurunan berat
badan yang drastis. Sel kanker ini pada tahap selanjutnya dapat bermetastasis, yaitu
beberapa selnya mengalir bersama darah dan berhenti serta berkembang di tempat
lain, misalnya paru-paru dan sebagainya.

Para ahli telah menyimpulkan penemuan virus penyebab kanker rahim. Virus
ini bernama Human Papilloma Virus (HPV). HPV menyebabkan beberapa sel
mengalami mutasi gen, dan berkembang secara abnormal. Proses perkembangan
tahap pertama ini membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga tahap dimana terbentuk
Angiogenesis (pembuluh darah kanker). Umumnya penderita mengetahui bila dirinya
terserang kanker setelah sel tumor menjadi kanker dan berkembang, bahkan telah
bermetastasis di organ tubuh lainnya.

Tahap pertama ketika sel termutasi oleh pengaruh HPV, sel mengalami
kelainan epitel dan memiliki pola pembelahan yang tidak terkontrol. Tahap ini disebut
displasia. Dari displasia, sel terus berkembang dan bertambah hingga menjadi
karsinoma in situ (KIS), yaitu tumor yang telah terbentuk namun belum memiliki
jaringan pembuluh darah, dan relatif masih bisa dipisahkan melalui operasi atau
penyinaran. Tahap ini disebut tahap pra-kanker. Untuk mencapai tahap KIS biasanya
diperlukan waktu 1-7 tahun.

Dari KIS ini, sel terus berkembang hingga menjadi tumor ganas atau
karsinoma invasi yang telah memiliki jaringan pembuluh darah dan berkemampuan
menyebar ke area sekitarnya atau bahkan berpindah tempat ke organ lainnya. untuk
berproses menjadi karsinoma invasi ini dibutuhkan waktu selama 10-20 tahun. Jadi,
sebenarnya perkembangan kanker rahim membutuhkan waktu panjang, sehingga jika
kita mampu mendeteksi sejak dini, maka risiko yang fatal bisa kita hindari.

Kanker serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel,


perubahan neoplastik, berkembang menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau
lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa
stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya
invasif. Meskipun kanker invasif berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak
semua perubaha n ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami regresi
secara spontan sebanyak 35%. Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang)
mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi
karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan
dari karsinoma insitu menjadi invasif 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992).

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya


perubahan displasia yang perlahan - lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,
jaringan pada ser viks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau
vesika urinaria. Karsinoma serviks dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan
kavum uterus. Penyebaran kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis
histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis hipertensi dan adanya
demam.

Penyebaran dapat pula melalui metastase limpatik dan hematogen. Bila


pembuluh limfe terkena invasi, kanker dapat menyebar ke pembuluh getah bening
pada servikal dan parametria, kelenjar getah bening obtupator, iliaka eksterna dan
kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini tumor menyebar ke kelenjar getah
bening iliaka komunis dan pada aorta. Secara hematogen, tempat penyebaran terutama
adalah paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dansupravesikuler, tulang,
hepar, empedu, pankreas dan otak (Prayetni, 1997).
1. Pohon Masalah

Virus HPV Virus herpes simplex Faktor-faktor resiko


Sito megalo virus

Ca Cerviks

Pendarahan Pajanan Sepsis Pengobatan Luka

Status
kesehatan - Hipovole Infeksi Eksternal radiasi Bau busuk
mi

Psikologis
Kelelahan
Hipertermia Bau busuk Nyeri

Kurang Intoleransi Gangguan


Informasi aktivitas Citra Tubuh

Kulit merah, Depresi sumsum Mulut kering


Defisiensi
kering tulang stomatitis
Pengetahuan

Resiko Hb
Takut
kerusakan
integritas kulit Anemia
Ansietas
Sel kurang O2

Gastrointestin kurang O2

Kekurangan volume Mual, muntah


cairan

Nutrisi kurang

Daya tahan tubuh


Kelemahan/kelelahan
Risiko infeksi berkurang
4. Klasifikasi
Stadium kanker adalah cara bagi paramedis untuk merangkum seberapa jauh
kanker telah menyebar. Ada 2 sistem yang digunakan pada umumnya untuk
memetakan stadium kanker serviks, yaitu sistem FIGO (Federasi Internasional
Ginekologi dan Obstetri) dan sistem TNM Kanker, keduanya sangat mirip. Kedua
pemetaan ini mengelompokkan kanker serviks berdasarkan 3 faktor: ukuran/besar
tumor (T), apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening (N) dan apakah
telah menyebar ke tempat jauh (M).
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
(sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1)
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel
tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam
pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada
pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi
stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas
vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat
tumor
II b Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai
dinding panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak
dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah
infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar
panggul ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau
sudah keluar dari panggul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.
Gambar 2. Gambaran Pertumbuhan
Neoplastik dan Metastase Berdasarkan Stadium I-IV Menurut
Klasifikasi pertumbuhan sel
Mikroskopis:
 Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tdk dapat dibedakan dengan karsinoma
insitu.
 Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
 Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan
hanya ditemukan pada skrining kanker.
 Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
 Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
- Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan
dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
- Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif
meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
- Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus.
Makroskopis :
 Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
 Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
 Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
 Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
Pembagian tingkat keganasan menurut sistem TNM :
Tingkat Kriteria
T Tak ditemukan tumor primer
T1S Karsinoma pra-invasif, ialah KIS (Karsinoma In Situ)
T1 Karsinoma terbatas pada serviks, (walaupun adanya perluasan ke
korpus uteri)
T1a Pra-klinik adalah karsinoma yang invasive dibuktikan dengan
pemeriksaan histologik
T1b Secara klinis jelas karsinoma yang invasive
T2 Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai
dinding panggul, atau karsinoma telah menjalar ke vagina, tetapi
belum sampai 1/3 bagian distal
T2a Karsinoma belum menginfiltrasi parametrium
T2b Karsinoma telah menginfiltrasi parametrium
T3 Karsinoma telah melibatkan 1/3 bagian distal vagina atau telah
mencapai dinding panggul (tak ada celah bebas antara tumor dengan
NB: dinding panggul)
Adanya hidronefrosis atau gangguan faal ginjal akibat stenosis ureter
karena infiltrasi tumor, menyebabkan kasus dianggap sebagai T3
meskipun pada penemuan lain kasus itu seharusnya masuk kategori
yang lebih rendah (T1 atau T2)
T4 Karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rectum atau kandung kemih
atau meluas sampai di luar panggul. (Ditemukannya edema bullosa
tidak cukup bukti untuk mengklasifikasi sebagai T4)
T4a Karsinoma melibatkan kandung kemih atau rectum saja dan
dibuktikan secara histologik
T4b Karsinoma telah meluas sampai di luar panggul
NB: Pembesaran uterus saja belum ada alasan untuk memasukannya
sebagai T4
NX Bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional.
Tanda -/+ ditambahkan untuk tambahan ada/tidak adanya informasi
mengenai pemeriksaan histologik, jadi: NX + atau NX -.
N0 Tidak ada deformitas kelenjar limfa
N1 Kelenjar limfa regional berubah bentuk sebagaimana ditunjukkan oleh
cara-cara diagnostic yang tersedia (misalnya lomfografi, CT-Scan
panggul)
N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan
celah bebas infiltrate di antara masa ini dengan tumor
M0 Tidak ada metastasis berjarak jauh
M1 Terdapat metastasis berjarak jauh, termasuk kelenjar limfa di atas
bifurkasio arteri iliaka komunis

5. Gejala Klinis
 Keluhan nyeri : Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari
daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih
bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi
vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan
nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai
kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.
 Keputihan : Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-
kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering
ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat
infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi
ulseratif. Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium praklinik (karsinoma insitu
dan mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering tidak
dijumpai gejala. Awalnya, keluar cairan mukus yang encer, keputihan seperti krem
tidak gatal, kemudian menjadi merah muda lalu kecoklatan dan sangat berbau
bahkan sampai dapat tercium oleh seisi rumah penderita. Bau ini timbul karena
ada jaringan nekrosis (Aziz,M.F.,Saifuddin,A.B., 2006).
 Perdarahan pasca koitus : perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama
(disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75
-80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus.
Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea,
hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada
penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991)
tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan
setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang
sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat
bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi
karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
 Perdarahan pervaginam : Awal stadium invasif, keluhan yang timbul adalah
perdarahan di luar siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama
makin banyak atau perdarahan terjadi di antara 2 masa haid.Perdarahan terjadi
akibat terbukanya pembuluh darah disertai dengan pengeluaran sekret berbau
busuk,bila perdarahan berlanjut lama dan semakin sering akan menyebabkan
penderita menjadi sangat anemis dan dan dapat terjadi shock, dijumpai pada
penderita kanker serviks stadium lanjut (Aziz,M.F. dan Saifuddin,A.B., 2006)..
 Inkontinensia urin : Gejala ini sering dijumpai pada stadium lanjut yang
merupakan komplikasi akibat terbentuknya fistula dari kandung kemih ke vagina
ataupun fistula dari rektum ke vagina karena proses lanjutan metastase kanker
serviks (Thomas, R., 2002)

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan
Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk
mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher
rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker serviks
(Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang
ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat
dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008). Test Pap smear dapat
dilakukan bila tidak dalam keadaan haid ataupun hamil. Untuk hasil terbaik,
sebaiknya tidak berhubungan intim minimal 3 hari sebelum pemeriksaan.

Gambar 3. Tahap Pengambila Specimen : Pap Smear Test

1) Gambar 1: dokter memasukkan (alat) speculum ke dalam liang vagina untuk


menahan dinding vagina tetap terbuka.
2) Gambar 2: Cairan/lendir rahim diambil dengan mengusapkan (alat) spatula.
3) Gambar 3: Usapan tersebut kemudian dioleskan pada obyek-glass
4) Gambar 4: sample siap dibawa ke laboratorium patologi untuk diperiksa.

Jenis-Jenis Test Pap Smear:


1) Test Pap smear konvensional
Seperti gambar diatas.
2) Thin prep Pap.
Biasanya dilakukan bila hasil test Pap smear konvensional kurang baik/kabur.
Sample lendir diambil dengan alat khusus (cervix brush), bukan dengan spatula
kayu dan hasilnya tidak disapukan ke object-glass, melainkan disemprot cairan
khusus untuk memisahkan kontaminan, seperti darah dan lendir sehingga hasil
pemeriksaan lebih akurat.
3) Thin prep plus test HPV DNA
Dilakukan bila hasil test Pap smear kurang baik. Sampel diperiksa apakah
mengandung DNA virus HPV.
b. Tes IVA
Untuk deteksi dini kanker serviks, selain test Pap Smear, metoda lain yang dapat
menjadi pilihan adalah IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). IVA digunakan
untuk mendeteksi abnormalitas sel serviks setelah mengoleskan larutan asam
asetat (asam cuka3-5%) pada leher rahim. Asam asetat menegaskan dan menandai
lesi pra-kanker dengan perubahan warna agak keputihan (acetowhite change).
Hasilnya dapat diketahui saat itu juga atau dalam waktu 15 menit.Metode IVA
mengandung kelebihan dibanding test Pap smear, karena sangat sederhana (dapat
dilakukan di Puskesmas), hasilnya cukup sensitif dan harganya amat terjangkau
(mulai Rp. 5000).Berbeda dengan test Pap smear, pemeriksaan dengan metode
IVA juga dapat dilakukan kapan saja, termasuk saat menstruasi, saat asuhan nifas
atau paska keguguran. Bila hasilnya bagus, kunjungan ulang untuk tes IVA adalah
setiap 5 tahun.

Gambar 4. Berbagai hasil test IVA

c. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
d. Kolposkopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah
untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
e. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
f. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah yang abnormal jika sambungan skuamosa – kolumnar
(SSK) yang terlihat seluruhnya dengan menggunakan kalposkopi. Biopsi harus
dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam dan harus diawetkan dalam
larutan formalin 10% sehingga tidak merusak epitel.
g. Konisasi
Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga bagian
yang dikeluarkan berbentuk kerucut. Konisasi dilakukan apabila :
a. Proses dicurigai berada di endoserviks
b. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kalposkopi
c. Ada kesenjangan antara hasil sitologik dengan histopatologik

7. Kriteria Diagnosis
Interpretasi sitologi yang dapat menunjang diagnosis kanker serviks :
a.Hasil pemeriksaan negatif
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi.
b. Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik. Tidak ditemukan sel
endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel. Ulangi pemeriksaan
sitologi setelah dilakukan pengobatan radang dan sebagainya.
c.Displasia
Terdapat sel – sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat ringan,
sedang, sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi dengan kolposkopi dan
biopsi. Dilakukan penangan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan
berikutnya.
- Hasil pemeriksaan positif
Terdapat sel – sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui pengamatan
mikroskopik. Harus dilakukan biopsi untuk memperkuat diagnosis. Penanganan
harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan seorang ahli onkologi.

8. Terapi/Tindakan Penanganan
a. Operasi
Ada beberapa jenis operasi untuk pengobatan kanker serviks. Beberapa
pengobatan melibatkan pengangkatan rahim (histerektomi). Daftar ini
mencangkup beberapa jenis opersi yang paling umum di lakukan pada pengobatan
kanker serviks.
1. Cryosurgery
Sebuah probemetal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan
kedalam Vagina dan leher rahim. Cara ini dapat membunuh sel-sel abnormal
dengan cara membekukanya. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker
serviks yang hanya ada di dalam leher rahim (stadium 0), bukan kanker invasif
yang telah menyebar keluar leher rahim.

2. Bedah Laser
Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar sel-sel atau
menghapus sebagian kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan
laser hanya di gunakan sebagai pengobatan kanker serviks pra-invasif
(stadium 0).
3. Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan di angkat dari leher rahim.
Pemotongan dilakukan menggunakan pisau bedah, laser atau kawat tipis yang
di panaskan oleh listrik. Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan
atau mengobati kanker serviks tahap awal (stadium 0 atau 1).
4. Histerektomi
- Histerektomi sederhana
Cara kerja metode ini adalah mengankat rahim, tetapi tidak mencangkup
jaringan yang berada didekatnya. Vagina maupun kelenjar getah bening
panggul tidak diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara operasi
dibagian depan perut atau melalui vagina. Setelah dilakukan operasi ini,
seorang wanita tidak bisa hamil. Histerektomi digunakan untuk mengobati
beberapa kanker serviks stadium awal (stadium 1) dan mengobati kanker
stadium prakanker (stadium 0) jika sel-sel kanker ditemukan pada batas
tepi konisasi.
- Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul
Pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di
dekatnya, Vagina bagian atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan
beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Opersi ini
paling sering di lakukan melalui pemotongan bagian depan perut, bukan
dilakukan melalui vagina.
5. Trachlektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachlektomi radikal memungkinkan
wanita muda dengan kanker stadium awal dapat di obati dan masih dapat
mempunyai anak.Metode ini meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas
Vagina, kemudian meletkkanya pada jahitan berbentuk kantong yang
bertindak sebagai pembukaan leher rahim didalam rahim.Kelenjar getah
bening didekatnya juga di angkat.Opersi ini bisa dilakukan melalui vagina
atau perut.Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat mengalami kehamilan
jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caecar.Resiko
terjadinya kekambuhan kanker sesudah pengobatn ini cukup rendah.
6. Ekstenterasi Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan vagina dan perut, pada
opersi jenis ini juga dilakukan pengangkatan kandung kemih, vagina, dubur,
dan sebagian usus besar.Operasi ini dilakukan saat kanker serviks kambuh
kembali setelah pengobatan sebelumnya.Diperlukan waktu enam bualan atau
lebih untuk pulih dari opersi radikal ini. Namun, wanita yang pernah menjalni
opersi ini tetap dapat menjalani kehidupan dengan bahagia dan produktif
7. Radioterapi
Pengobatan kanker serviks, radioterpi ditetapkan dengan melakukan
radiasi eksternal yang diberikan bersama dengan kemoterpi dosis rendah.
Untuk jenis pengobatan radiasi internal, zat radioaktif dimasukkan kedalam
silinder didalam vagina.Kadang-kadang, bahan-bahan radioaktif ini
ditempatkan kedalam jarum tipis yang dimasukkan langsung kadalam tumor.
8. Kemoterapi
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani
pasiendengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor
rekurren yangsebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan
merupakan calonexenterasi.Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak
diteliti dan telahmemperlihatkan respon klinis yang paling konsisten.
Walaupun ada beberapa penilitanyang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal
memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan
16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial.Ifosfamide, agen alkylating
yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikanrespon total hingga
29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapatdikonfirmasi
oleh semua peneliti. Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas
parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin
hydrochloride,vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil,
methotrexatesodium, danhexamethyl melamine.Kombinasi paling aktif yang
digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanyamengandung cisplatin.
Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil,
mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin.Penelitian
National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan
untuk membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi. Efek
samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum
dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat
kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita
premenopause.
9. Kemoradiasi
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan
harapanhidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada
penanganan kanker serviks.Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi
berdasarkan teori dari pembunuhan selsinergis ± efek terapeutik dari dua
modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2
modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikandengan
radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama
2tahun sebesar 43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B
sampai stadiumIV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai
radiosensitizer, dapatmenurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih
mengurangi jumlah kejadianmetastasis jauh.
Berikut adalah table penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien
dengan kanker serviks sesuai dengan tingkat keganasannya:
Tingkat Penatalaksanaan
Biopsi kerucut
0
Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radial dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
Ib dan IIa kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan
radioterapi pasca pembedahan)
IIb, III, dan
Histerektomi transvaginal
IV
Radioterapi
IVa dan IVb Radiasi paliatif
Kemoterapi

10. Manajemen Nyeri Kanker

Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat, yaitu :
- Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain
Asetaminofen, OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
- Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok
opioid ringan seperti kodein dan tramadol
- Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid
kuat seperti morfin dan fentanil
(sumber : Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
2. Jakarta : FKUI)
9. Komplikasi
a. Langsung, yang berhubungan dengan penyakitnya, dapat berupa:
1) Obstruksi ileus (penyumbatan usus)
2) Vesikovaginal fistel (lubang di antara saluran kencing dan vagina)
3) Obstruksi ureter (penyumbatan pada saluran kencing)
4) Hidronefrosis (pembengkakan ginjal)
5) Infertil
6) Gagal ginjal
7) Pembentukan fistula
8) Anemia
9) Infeksi sistemik
10) Trombositopenia
b. Tidak Langsung, yang berhubungan dengan tindakan dan pengobatan:
1) Operasi: perdarahan, infeksi, luka pada saluran kencing, kandung kemih
maupun usus
2) Radiasi : berak darah, hematuria (kencing darah), cystitis radiasi (infeksi
saluran kencing karena efek radiasi)
3) Kemoterapi : mual muntah, diare, alopesia (kebotakan), BB turun, borok
pada daerah bekas suntikan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan:
 Status kesehatan saat ini
 Status kesehatan masa lalu
 Riwayat penyakit keluarga
d. Pola fungsi kesehatan Gordon

a) Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.

Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik


pada daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan
pembersih vagina yang mengandung zat – zat kimia juga dapat
mempengaruhi terjadinya kanker serviks.

b) Pola istirahat dan tidur.


Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri
akibat progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan
pada saat kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat
dari depresi yang dialami oleh ibu.

c) Pola eliminasi

Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan


kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain
itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan
tekanan otot abdominal

d) Pola nutrisi dan metabolik

Asupan nutrisi pada Ibu dengan kanker serviks harus banyak. Kaji
jenis makanan yang biasa dimakan oleh Ibu serta pantau berat
badan Ibu . Kanker serviks pada Ibu yang sedang hamil juga dapat
mengganggu dari perkembangan janin.

e) Pola kognitif – perseptual

Pada Ibu dengan kanker serviks biasanya terjadi gangguan pada


pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman,
perabaan, pengecap. Bila sudah metastase ke organ tubuh

f) Pola persepsi dan konsep diri

Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena


mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang
salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker
serviks adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual.

g) Pola aktivitas dan latihan.

Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan.


Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat
bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4=
tergantung total).

h) Pola seksualitas dan reproduksi


Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi
pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas
pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan
(dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta
keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.

i) Pola manajemen koping stress

Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya.


Bagaimana manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat
menerima kondisinya setelah sakit.

j) Pola peran – hubungan

Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau


lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi
pola peran dan hubungannya.

k) Pola keyakinan dan nilai

Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan


nilai yang diyakini.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kurang asupan makanan

b. Ansietas b/d Status kesehatan

c. Risiko kerusakan integritas kulit dibuktikan dengan terapi radiasi

d. Risiko infeksi ditandai dengan imunosupresi

e. Hipertermia b/d sepsis

f. Nyeri akut berhubungan dengan trauma

g. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

h. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Penyakit

i. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gaya hidup kurang gerak

j. Defisiensi Pengetahuan b/d kurang informasi


3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Kep. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

(NOC) (NIC)

1. Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan NIC :


nutrisi kurang dari keperawatan selama …x…
kebutuhan b/d kurang jam, diharapkan kebutuhan Monitor nutrisi
asupan makanan nutrisi pasien terpenuhi. 1. Timbang berat badan pasien
2. Monitor turgor kulit
NOC : 3. Monitor diet dan asupan kalori
4. Diskusikan makanan yang
1. Status nutrisi : asupan
disukai oleh pasien
nutrisi
5. Evaluasi kemampuan menelan
Kriteria hasil :
6. Sajikan makanan dalam bentuk
1. Asupan makanan secara hangat
oral 7. Kolaborasi dengan ahli gizi
2. Kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi

2. Ansietas b/d Setelah diberikan asuhan NIC :


kebutuhan yang tidak keperawatan selama …x…
terpenuhi : kurang jam, diharapkan kecemasan Pengajaran : proses penyakit
pengetahuan pasien menghilang 1. Kaji tingkat pengetahuan
pasien terkait dengan proses
NOC : penyakit
2. Jelaskan patofisiologi penyakit
Pengetahuan : Manajemen
3. Review keadaan pasien
Kanker mengenai penyakitnya
4. Jelaskan tanda gejala dari
Kriteria Hasil :
penyakit pasien
1. Pasien mengetahui tes 5. Jelaskan efek samping dari
dan prosedur yang akan pemberian obat
dijalani 6. Beri informasi kepada
2. Pasien mengetahui efek keluarga/orang yang penting
samping obat bagi pasien mengenai
3. Mengetahui perjalanan perkembangan keadaan pasien
penyakit 7. Sarankan keluarga agar selalu
4. Mengetahui penyebab memberi dukungan kepada
kanker pasien
3. Risiko kerusakan NOC NIC
integritas kulit
dibuktikan dengan [ketersediaan] Air yang Pengaturan dan pencegahan
terapi radiasi cukup dalam kompartemen komplikasi dari perubahan
intraseluler dan cairan dan/atau elektrolit
ekstraseluler

1) Turgor kulit tidak 1) Pantau adanya tanda dan


terganggu gejala overhidrasi yang

2) Membran mukosa memburuk atau dehidrasi

lembab (misalnya., ronki basah di

3) Intake cairan seimbang lapangan paru terdengar,

dan tidak terganggu poliuria atau oliguria,

4) Output urin tidak perubahan perilaku, kejang,

terganggu saliva berbusa dan kental,

5) Perfusi jaringan tidak mata cekung atau edema,

terganggu napas dangkal dan cepat)

6) Tidak ada rasa haus 2) Berikan cairan yang sesuai


7) Warna urin tidak keruh 3) Minimalkan asupan
8) Bola mata tidak cekung makanan dan minuman
dan lunak dengan diuretik atau
9) Tidak ada tanda nadi pencahar (misalnya, teh,
cepat dan lemah kopi, plum, suplemen
10) Tidak adanya herbal)
kehilangan berat badan
4) Monitor hasil laboratorium
11) Tidak ada peningkatan
yang relevan dengan
suhu tubuh
keseimbangan cairan
(misalnya, hematokrit, BUN,
albumin, protein total,
osmolalitas serum, dan urin
spesifik tingkat gravitasi)

5) Jaga pencatatan
intake/asupan dan output
yang akurat
6) Pantau adanya tanda dan
gejala retensi cairan

7) Monitor tanda-tanda vital,


yang sesuai

8) Monitor manifestasi dari


ketidakseimbangan elektrolit

9) Berikan resep diet yang tepat


untuk cairan tertentu atau
pada ketidakseimbangan
elektrolit (misalnya, rendah
sodium, cairan dibatasi,
ginjal dan menambahkan
garam)

10) Berikan suplemen


elektrolit yang diresepkan

11)Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan/ atau
elektrolit menetap atau
memburuk

12) Tingkatkan citra tubuh


dan harga diri yang positif
jika kekhawatiran
diekspresikan sebagai akibat
dari retensi cairan berlebihan
4. Risiko infeksi NOC : NIC :
ditandai dengan  Pengetahuan  Kaji tingkat pengetahuan pasien
imunosupresi manajemen penyakit terkait dengan proses penyakit
kronik yang spesifik
 Jelaskan patofisologis penyakit
Kreteria hasil
dan bagaimana hubungannya
 Faktor-faktor dengan anatomi dan fisiologi
penyebab dan faktor sesuai kebutuhan
yang berkontribusi  Kenali pengetahuan pasien
 Perjalanan penyakit mengenai kondisinya
biasanya  Jelaskan tanda dan gejala yang
 Tanda dan gejala umum dari penyakit sesuai
penyakit kronik dengan kebutuhan
 Tanda dan gejala Jelaskan mengenai proses
penyakit penyakit sesuai kebutuhan
perkembangan  Berikan informasi pada pasien
penyakit mengenai kondisinya, sesuai
kebutuhan
 Berikan informasi kepada
keluarga/ orang yang penting
bagi pasien mengenai
perkembangan pasien, sesuai
kebutuhan .
 Berikan informasi mengenai
pemeriksaan diagnostik yang
tersedia, sesuai kebutuhan
 Jelaskan alasan dibalik
manajemen/ terapi/penangannan
direkomendasikan
 Dorong pasien untuk menggali
pilihan-pilihan/ mendapatkan
pendpat kedua, sesuai kebutuhan
atau sesuai yang diindikasikan
 Jelaskan komplikasi kronik yang
mungkin ada sesuai kebutuhan
 Edukasi pasien mengenai
tindakan untuk mengontrol/
meminimalkan gejaa sesuai
kebutuhan
 Eksplorsi sumber-sumber
dukungan yang ada sesuai
kebutuhan
 Edukasi pasien mengenai tanda
dan gejala yang harus dilakukan
kepada petugas kesehatan sesuai
kebutuhan
 Perkuat informasi yang
diberikan dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai kebutuhan

5. Hipertermia Setelah diberikan asuhan NIC : Kontrol Infeksi
berhubungan dengan keperawatan selama ....x... 1. Bersihkan lingkungan setelah
jam diharapkan suhu tubuh
Sepsis digunakan untuk setiap pasien
kembali normal. 2. Pastikan alat yang digunakan
NOC : steril
Termoregulasi 3. Kolaborasi dengan dokter terkait
Kontrol Risiko : Proses antibiotik yang akan diberikan
Infeksi 4. Anjurkan pasien untuk
mengganti celana dalam apabila
Kriteria Hasil : keputihan terasa banyak di
celana dalam
1. Suhu tubuh pasien 5. Anjurkan pasien untuk selalu
menjadi normal kembali mencuci tangan sebelum dan
36,5 – 37,5oC sesudah cebokan
2. Denyut nadi normal 60-
100 x / menit
3. Mengenali faktor risiko Pengaturan Suhu
individu terkait infeksi
4. Mengetahui perilaku 1. Pantau suhu tubuh pasien
yang berhubungan 2. Tingkatkan intake cairan secara
dengan risiko infeksi adekuat
3. Berikan pakaian yang tipis dan
menyerap keringat
4. Kolaborasi dengan dokter terkait
obat antipiretik dan antibiotik
yang diperlukan pasien
5. Anjurkan keluarga untuk
mengompres pasien di ketiak
dan lipatan paha

6. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan NIC:


berhubungan dengan keperawatan selama ...x...
trauma jam, diharapkan nyeri Pemberian Analgesik
menghilang.
Aktivitas:
NOC: 1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitasdan
Tingkat Nyeri: keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien.
Kriteria Hasil:
2. Cek adanya riwayat alergi
1. Pasien tidak obat.
mengerang dan 3. Tentukan pilihan analgesic
menangis berdasarkan tipe dan
2. Tidak ada ekspresi keparahan nyeri
nyeri pada wajah 4. Evaluasi keefektifan
pasien analgesik dan observasi
3. Pasien dapat adanya tanda dan gejala efek
beristirahat samping

Manajemen Nyeri

Aktivitas :

1. Lakukan pengkajian nyeri


koprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas dan faktor
pencetus
2. Berikan informasi mengenai
nyeri seperti penyebab, dan
antisipasi nyeri.
3. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri.

7. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan:


cairan b/d kehilangan keperawatan selama …x24
cairan aktif jam volume cairan pasien  Jaga intake/asupan yang akurat
dan catat output (pasien)
seimbang dengan KH :
 Monitor status hidrasi
1. Tekanan darah normal (misalnya, membrane mukosa
2. Denyut nadi normal lembab, denyut nadi adekuat,
3. Keseimbangan intake dan tekanan darah ortostatik)
dan output dalam 24 jam  Monitor tanda-tanda vital pasien
4. Turgor kulit normal  Ditribusikan asupan cairan
5. Kelembapan membrane selama 24 jam
mukosa  Persiapkan pemberian produk-
produk darah (misalnya, cek
darah dan mempersiapkan
pemasangan infus)
Monitor cairan:

 Tentukan jumlah dan jenis


intake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi
 Periksa turgor kulit dengan
memegang jaringan sekitar
tulang seperti tangan atau tulang
kering, mencubit kulit dengan
lembut, pegang dengan kedua
tangan dan lepaskan (dimana
kulit akan turun kembali dengan
cepat jika pasien terhidrasi
dengan baik)
 Monitor membran mukosa,
turgor kulit, dan respon haus
 Pastikan bahwa semua IV dan
asupan enteral berjalan dengan
benar, terutama jika tidak diatur
oleh pompa infus
8. Gangguan Citra Setelah dilakukan asuhan 1. Bantu pasien untuk
Tubuh berhubungan keperawatan selama….x 24 mendiskusiakn perubahan-
dengan Penyakit jam diharapkan pasien perubahan yang disebabkan oleh
terbebas dari gangguan. kehamilan normal dengan cara
yang tepat
Dengan Kriteria Hasil :
2. Tentukan perubahan fisik saat
1. Penyesuaian ini apakah berkontribusi pada
terhadap perubahan citra diri pasien
fungsi tubuh 3. Bantu pasien untuk
2. Penyesuaian mendiskusikan perubahan-
terhadap perubahan perubahan bagiaan tubuh yang
status kesehatan disebabkan adanya penyakit atau
3. Penyesuaian pembedahan, dengan cara yang
terhadap perubuahan tepat
status kesehatan 4. Bantu pasien untuk
4. Perubahan terhadap mendiskusikan sressor yang
perubahan tubuh mempengaruhi citra diri terkait
akibat cidera dengan kondisi kongenital,
cedera, penyakit atau
pembedahan
5. Monitor apakah pasien bias
melihat bagian tubuh mana yang
berubah
9. Intoleransi aktifitas NOC: NIC :
berhubungan dengan
imobilitas 1. Outcome untuk Peningkatan Latihan
mengukur penyelesaian
dari diagnosa 1. Hargai keyakinan individu
Toleransi aktifitas terkait latihan fisik
2. Gali pengalaman individu
2. Outcome tambahan sebelumnya mengenai latihan
untuk mengkurur3. Gali hambatan untuk melakukan
batasan karateristik latihan
- Tingkat 4. Libatkan keluarga dalam
ketidaknyamanan perawatan pasien
- Peraatan diri:5. Monitor respon individu terkait
aktifitas sehari-hari dengan program latihan
3. Otcome yang berkaitan
dengan faktor yang
berhubungan atau
otucome menengah
- Ambulansi
- Ambulansi: kursi
roda
- rilaku patuh: aktifitas
yang disarankan
- Konsekuensi
imobilitas: fisiologi
- Pergerakan
- Kebugaran fisik

10. Defisiensi Setelah diberikan asuhan NIC :


Pengetahuan b/d keperawatan selama ...x...
kurang informasi jam, diharapkan kebutuhan Pengajaran : Proses Penyakit
pasien akan informasi1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
terpenuhi. terkait dengan proses
penyakitnya
NOC : 2. Jelaskan patofisiologi penyakit
3. Kenali pengetahuan pasien
Pengetahuan : Manajemen mengenai penyakitnya
Kanker 4. Hindari memberikan harapan
yang kosong
Kriteria Hasil : 5. Berikan informasi mengenai
pemeriksaan diagnostik yang
1. pasien mengerti tanda dan
akan dilakukan
gejala kanker
6. Beri ketenangan teerkait kondisi
2. Penyebab penyakit
pasien
kanker
7. Diskusikan pilihan terapi/
3. Pasien mengerti penanganan
perjalanan penyakit
kanker
4. Pasien mengetahui tes
dan prosedur pengobatan

REFERENSI

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3.
Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC
Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC
Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta :
EGC
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10. Jakarta:EGC
Nurarif, Huda Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:Mediaction
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC
Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5.Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima
Medika
Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta : FKUI
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN GINEKOLOGI
“CA CERVIX”
Oleh:

1. Ni Luh Nilam Shanti Cahyani (P07120215033)


2. Ni Wayan Yuskamita Karsaeni (P07120215034)
3. Ni Komang Dini Kesuma Putri (P07120215035)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai