LP Ca CX Yuska
LP Ca CX Yuska
c) Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara
epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang
disebut squamo-columnar junction (SCJ). (Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu
Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo)
2. Etiologi
Faktor risiko adalah faktor yang mempermudah timbulnya penyakit kanker serviks.
Adapun yang menjadi faktor risiko terjadinya kanker serviks:
a) Umur Pada umumnya, risiko untuk mendapatkan kanker serviks bertambah
selepas umur 25 tahun. Stadium prakanker serviks dapat ditemukan pada awal
usia 20-an. Kanker serviks juga ditemukan pada wanita antara umur 30-60 tahun
dan insiden terbanyak pada umur 40-50 tahun dan akan menurun drastis sesudah
umur 60 tahun. Sedangkan, penderita kanker serviks rata-rata dijumpai pada umur
45 tahun. Menurut Aziz M.F.(2006), umumnya insidens kanker serviks sangat
rendah di bawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat dan
menetap pada usia 50 tahun. Menurut Riono (1990), kanker serviks terjadi pada
wanita yang berumur lebih 40 tahun tetapi bukti statistik menunjukkan kanker
serviks dapat juga menyerang wanita antara usia 20- 30 tahun.
b) Pernikahan dan aktivitas seksual pada usia muda umur pertama kali hubungan
seksual merupakan salah satu faktor yang cukup penting. Makin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seksual, makin besar risiko yang harus
ditanggung untuk mendapatkan kanker serviks dalam kehidupan selanjutnya
(Rasjidi I, 2008). Risiko kanker serviks akan meningkat pada pernikahan usia
muda atau pertama kali koitus, yaitu pada umur 15-20 tahun atau pada belasan
tahun serta period laten antara pertama kali koitus sampai terdeteksi kanker
serviks selama 30 tahun.Menurut Aziz M.F (2006), wanita di bawah usia 16 tahun
menikah biasanya 10-12 kali lebih besar terserang kanker serviks dari pada yang
berusia 20 tahun ke atas.
d) Jumlah paritas Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yang sering
melahirkan anak. Kategori partus ini belum ada keseragaman tetapi menurut pakar
angka berkisar antara 3- 5 kali partus. Persalinan pervaginam yang tinggi
menyebabkan angka terjadinya kanker serviks meningkat. (Harahap, 1997)
f) Agen Infeksius Human Papilloma Virus (HPV). Terdapat sejumlah bukti yang
menunjukkan HPV sebagai penyebab neoplasia servikal. HPV tipe 6 dan 11
berhubungan erat dengan displasia ringan yang sering regresi. HPV tipe 16 dan 18
dihubungkan dengan dysplasia berat, yang jarang regresi dan seringkali progresif
menjadi karsinoma insitu (Aziz, M.F.,2002). Walaupun semua virus herpes
simpleks tipe 2 belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi insitu
telah menunjukkan terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan wanita
dengan displasia serviks. Infeksi Trikomonas, sifilis, dan gonokokus ditemukan
berhubungan dengan kanker serviks.
i) Sosial ekonomi dan diet Kanker serviks sering ditemukan pada wanita golongan
sosial ekonomi rendah, mungkin berkaitan dengan diet dan immunitas. Wanita di
kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko 5 kali lebih besar
daripada faktor risiko pada wanita di kelas yang paling tinggi (Rasjidi I., 2008).
Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan
kurang dan ini mempengaruhi imunitas tubuh. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan antara kanker serviks dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja
kasar memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibanding
wanita pekerja ringan atau di kantor (Indriyani D.,1991). Kebanyakan dari
kelompok yang pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok sosial
ekonomi rendah di mana mungkin standar kebersihan yang baik tidak dapat
dicapai dengan mudah, sanitasi dan pemeliharaan kesehatan kurang, pendidikan
rendah, nikah usia muda, jumlah anak yang tinggi, pekerjaan dan penghasilan
tidak tetap serta faktor diet yang rendah karotenoid dan asam folat akan
mempermudah terjadinya infeksi yang menyebabkan daya imunitas tubuh
menurun sehingga menimbulkan risiko terjadi kanker serviks.
3. Patofisiologi
Sel kanker berasal dari gangguan terhadap DNA atau informasi gen pengontrol
pertumbuhan sel. Tubuh kita memiliki mekanisme otomatis untuk menggurkan sel tua
dan membelah sel aktif untuk meregenerasi. Pada kondisi normal terddapat susunan
informasi dalam DNA dalam inti sel yang mengontrol proses tersebut. Jika jumlah sel
baru yang dibutuhkan telah mencukupi, proses akan berhenti dengan sendirinya. Pada
kasus terjadinya kanker, gangguan melanda pusat informasi (DNA) inti sel yang
berakibat pada pebelahan sel yang tidak terkontrol. Akibatnya sel baru berlebih dan
membentuk jaringan aktif yang menggumpal, inilah yang disebut tumor.
Pada awal munculnya tumor ini, risiko kanker belum begitu besar, namun
akibat mekanisme tubuh yang tidak mampu menahan, gumpalan tumor dapat
berkembang hingga mengalami proses pembentukan Angiogenesis (pembuluh darah
baru) yang menyuplai darah dan nutrisi kepada sel kanker tumor yang sekarang sudah
bisa disebut sabagai tumor ganas atau kanker. Pada tahap ini, pembuluh darah bisa
berkembang lebih pesat dari pembuluh darah normal dan cenderung menyerobot
nutrisi. Tidak heran, jika penderita kanker umumnya mengalami penurunan berat
badan yang drastis. Sel kanker ini pada tahap selanjutnya dapat bermetastasis, yaitu
beberapa selnya mengalir bersama darah dan berhenti serta berkembang di tempat
lain, misalnya paru-paru dan sebagainya.
Para ahli telah menyimpulkan penemuan virus penyebab kanker rahim. Virus
ini bernama Human Papilloma Virus (HPV). HPV menyebabkan beberapa sel
mengalami mutasi gen, dan berkembang secara abnormal. Proses perkembangan
tahap pertama ini membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga tahap dimana terbentuk
Angiogenesis (pembuluh darah kanker). Umumnya penderita mengetahui bila dirinya
terserang kanker setelah sel tumor menjadi kanker dan berkembang, bahkan telah
bermetastasis di organ tubuh lainnya.
Tahap pertama ketika sel termutasi oleh pengaruh HPV, sel mengalami
kelainan epitel dan memiliki pola pembelahan yang tidak terkontrol. Tahap ini disebut
displasia. Dari displasia, sel terus berkembang dan bertambah hingga menjadi
karsinoma in situ (KIS), yaitu tumor yang telah terbentuk namun belum memiliki
jaringan pembuluh darah, dan relatif masih bisa dipisahkan melalui operasi atau
penyinaran. Tahap ini disebut tahap pra-kanker. Untuk mencapai tahap KIS biasanya
diperlukan waktu 1-7 tahun.
Dari KIS ini, sel terus berkembang hingga menjadi tumor ganas atau
karsinoma invasi yang telah memiliki jaringan pembuluh darah dan berkemampuan
menyebar ke area sekitarnya atau bahkan berpindah tempat ke organ lainnya. untuk
berproses menjadi karsinoma invasi ini dibutuhkan waktu selama 10-20 tahun. Jadi,
sebenarnya perkembangan kanker rahim membutuhkan waktu panjang, sehingga jika
kita mampu mendeteksi sejak dini, maka risiko yang fatal bisa kita hindari.
Ca Cerviks
Status
kesehatan - Hipovole Infeksi Eksternal radiasi Bau busuk
mi
Psikologis
Kelelahan
Hipertermia Bau busuk Nyeri
Resiko Hb
Takut
kerusakan
integritas kulit Anemia
Ansietas
Sel kurang O2
Gastrointestin kurang O2
Nutrisi kurang
5. Gejala Klinis
Keluhan nyeri : Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari
daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih
bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi
vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan
nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai
kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.
Keputihan : Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-
kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering
ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat
infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi
ulseratif. Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium praklinik (karsinoma insitu
dan mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering tidak
dijumpai gejala. Awalnya, keluar cairan mukus yang encer, keputihan seperti krem
tidak gatal, kemudian menjadi merah muda lalu kecoklatan dan sangat berbau
bahkan sampai dapat tercium oleh seisi rumah penderita. Bau ini timbul karena
ada jaringan nekrosis (Aziz,M.F.,Saifuddin,A.B., 2006).
Perdarahan pasca koitus : perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama
(disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75
-80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus.
Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea,
hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada
penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991)
tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan
setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang
sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat
bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi
karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
Perdarahan pervaginam : Awal stadium invasif, keluhan yang timbul adalah
perdarahan di luar siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama
makin banyak atau perdarahan terjadi di antara 2 masa haid.Perdarahan terjadi
akibat terbukanya pembuluh darah disertai dengan pengeluaran sekret berbau
busuk,bila perdarahan berlanjut lama dan semakin sering akan menyebabkan
penderita menjadi sangat anemis dan dan dapat terjadi shock, dijumpai pada
penderita kanker serviks stadium lanjut (Aziz,M.F. dan Saifuddin,A.B., 2006)..
Inkontinensia urin : Gejala ini sering dijumpai pada stadium lanjut yang
merupakan komplikasi akibat terbentuknya fistula dari kandung kemih ke vagina
ataupun fistula dari rektum ke vagina karena proses lanjutan metastase kanker
serviks (Thomas, R., 2002)
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan
Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk
mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher
rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker serviks
(Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang
ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat
dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008). Test Pap smear dapat
dilakukan bila tidak dalam keadaan haid ataupun hamil. Untuk hasil terbaik,
sebaiknya tidak berhubungan intim minimal 3 hari sebelum pemeriksaan.
c. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
d. Kolposkopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah
untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
e. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
f. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah yang abnormal jika sambungan skuamosa kolumnar
(SSK) yang terlihat seluruhnya dengan menggunakan kalposkopi. Biopsi harus
dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam dan harus diawetkan dalam
larutan formalin 10% sehingga tidak merusak epitel.
g. Konisasi
Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga bagian
yang dikeluarkan berbentuk kerucut. Konisasi dilakukan apabila :
a. Proses dicurigai berada di endoserviks
b. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kalposkopi
c. Ada kesenjangan antara hasil sitologik dengan histopatologik
7. Kriteria Diagnosis
Interpretasi sitologi yang dapat menunjang diagnosis kanker serviks :
a.Hasil pemeriksaan negatif
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi.
b. Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik. Tidak ditemukan sel
endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel. Ulangi pemeriksaan
sitologi setelah dilakukan pengobatan radang dan sebagainya.
c.Displasia
Terdapat sel sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat ringan,
sedang, sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi dengan kolposkopi dan
biopsi. Dilakukan penangan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan
berikutnya.
- Hasil pemeriksaan positif
Terdapat sel sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui pengamatan
mikroskopik. Harus dilakukan biopsi untuk memperkuat diagnosis. Penanganan
harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan seorang ahli onkologi.
8. Terapi/Tindakan Penanganan
a. Operasi
Ada beberapa jenis operasi untuk pengobatan kanker serviks. Beberapa
pengobatan melibatkan pengangkatan rahim (histerektomi). Daftar ini
mencangkup beberapa jenis opersi yang paling umum di lakukan pada pengobatan
kanker serviks.
1. Cryosurgery
Sebuah probemetal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan
kedalam Vagina dan leher rahim. Cara ini dapat membunuh sel-sel abnormal
dengan cara membekukanya. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker
serviks yang hanya ada di dalam leher rahim (stadium 0), bukan kanker invasif
yang telah menyebar keluar leher rahim.
2. Bedah Laser
Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar sel-sel atau
menghapus sebagian kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan
laser hanya di gunakan sebagai pengobatan kanker serviks pra-invasif
(stadium 0).
3. Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan di angkat dari leher rahim.
Pemotongan dilakukan menggunakan pisau bedah, laser atau kawat tipis yang
di panaskan oleh listrik. Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan
atau mengobati kanker serviks tahap awal (stadium 0 atau 1).
4. Histerektomi
- Histerektomi sederhana
Cara kerja metode ini adalah mengankat rahim, tetapi tidak mencangkup
jaringan yang berada didekatnya. Vagina maupun kelenjar getah bening
panggul tidak diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara operasi
dibagian depan perut atau melalui vagina. Setelah dilakukan operasi ini,
seorang wanita tidak bisa hamil. Histerektomi digunakan untuk mengobati
beberapa kanker serviks stadium awal (stadium 1) dan mengobati kanker
stadium prakanker (stadium 0) jika sel-sel kanker ditemukan pada batas
tepi konisasi.
- Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul
Pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di
dekatnya, Vagina bagian atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan
beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Opersi ini
paling sering di lakukan melalui pemotongan bagian depan perut, bukan
dilakukan melalui vagina.
5. Trachlektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachlektomi radikal memungkinkan
wanita muda dengan kanker stadium awal dapat di obati dan masih dapat
mempunyai anak.Metode ini meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas
Vagina, kemudian meletkkanya pada jahitan berbentuk kantong yang
bertindak sebagai pembukaan leher rahim didalam rahim.Kelenjar getah
bening didekatnya juga di angkat.Opersi ini bisa dilakukan melalui vagina
atau perut.Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat mengalami kehamilan
jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caecar.Resiko
terjadinya kekambuhan kanker sesudah pengobatn ini cukup rendah.
6. Ekstenterasi Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan vagina dan perut, pada
opersi jenis ini juga dilakukan pengangkatan kandung kemih, vagina, dubur,
dan sebagian usus besar.Operasi ini dilakukan saat kanker serviks kambuh
kembali setelah pengobatan sebelumnya.Diperlukan waktu enam bualan atau
lebih untuk pulih dari opersi radikal ini. Namun, wanita yang pernah menjalni
opersi ini tetap dapat menjalani kehidupan dengan bahagia dan produktif
7. Radioterapi
Pengobatan kanker serviks, radioterpi ditetapkan dengan melakukan
radiasi eksternal yang diberikan bersama dengan kemoterpi dosis rendah.
Untuk jenis pengobatan radiasi internal, zat radioaktif dimasukkan kedalam
silinder didalam vagina.Kadang-kadang, bahan-bahan radioaktif ini
ditempatkan kedalam jarum tipis yang dimasukkan langsung kadalam tumor.
8. Kemoterapi
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani
pasiendengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor
rekurren yangsebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan
merupakan calonexenterasi.Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak
diteliti dan telahmemperlihatkan respon klinis yang paling konsisten.
Walaupun ada beberapa penilitanyang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal
memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan
16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial.Ifosfamide, agen alkylating
yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikanrespon total hingga
29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapatdikonfirmasi
oleh semua peneliti. Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas
parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin
hydrochloride,vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil,
methotrexatesodium, danhexamethyl melamine.Kombinasi paling aktif yang
digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanyamengandung cisplatin.
Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil,
mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin.Penelitian
National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan
untuk membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi. Efek
samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum
dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat
kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita
premenopause.
9. Kemoradiasi
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan
harapanhidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada
penanganan kanker serviks.Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi
berdasarkan teori dari pembunuhan selsinergis ± efek terapeutik dari dua
modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2
modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikandengan
radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama
2tahun sebesar 43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B
sampai stadiumIV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai
radiosensitizer, dapatmenurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih
mengurangi jumlah kejadianmetastasis jauh.
Berikut adalah table penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien
dengan kanker serviks sesuai dengan tingkat keganasannya:
Tingkat Penatalaksanaan
Biopsi kerucut
0
Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radial dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
Ib dan IIa kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan
radioterapi pasca pembedahan)
IIb, III, dan
Histerektomi transvaginal
IV
Radioterapi
IVa dan IVb Radiasi paliatif
Kemoterapi
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat, yaitu :
- Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain
Asetaminofen, OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
- Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok
opioid ringan seperti kodein dan tramadol
- Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid
kuat seperti morfin dan fentanil
(sumber : Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
2. Jakarta : FKUI)
9. Komplikasi
a. Langsung, yang berhubungan dengan penyakitnya, dapat berupa:
1) Obstruksi ileus (penyumbatan usus)
2) Vesikovaginal fistel (lubang di antara saluran kencing dan vagina)
3) Obstruksi ureter (penyumbatan pada saluran kencing)
4) Hidronefrosis (pembengkakan ginjal)
5) Infertil
6) Gagal ginjal
7) Pembentukan fistula
8) Anemia
9) Infeksi sistemik
10) Trombositopenia
b. Tidak Langsung, yang berhubungan dengan tindakan dan pengobatan:
1) Operasi: perdarahan, infeksi, luka pada saluran kencing, kandung kemih
maupun usus
2) Radiasi : berak darah, hematuria (kencing darah), cystitis radiasi (infeksi
saluran kencing karena efek radiasi)
3) Kemoterapi : mual muntah, diare, alopesia (kebotakan), BB turun, borok
pada daerah bekas suntikan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan:
Status kesehatan saat ini
Status kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit keluarga
d. Pola fungsi kesehatan Gordon
c) Pola eliminasi
Asupan nutrisi pada Ibu dengan kanker serviks harus banyak. Kaji
jenis makanan yang biasa dimakan oleh Ibu serta pantau berat
badan Ibu . Kanker serviks pada Ibu yang sedang hamil juga dapat
mengganggu dari perkembangan janin.
2. Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
5) Jaga pencatatan
intake/asupan dan output
yang akurat
6) Pantau adanya tanda dan
gejala retensi cairan
11)Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan/ atau
elektrolit menetap atau
memburuk
Manajemen Nyeri
Aktivitas :
REFERENSI
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3.
Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC
Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC
Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta :
EGC
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10. Jakarta:EGC
Nurarif, Huda Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:Mediaction
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC
Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5.Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima
Medika
Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta : FKUI
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN GINEKOLOGI
“CA CERVIX”
Oleh:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017