PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja
ditujukan untuk melindungi perkerja agar tidak membawa dampak atau akibat buruk
kepada tenaga kerja yang berupa penyakit atau gangguan kesehatan (Prayoga, D.
2014).
Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi,
biologis atau psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja
merupakan penyebab yang pokok dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja.
Faktor lain seperti kerentanan individual juga berperan dalam perkembangan penyakit
meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit
akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatatat angka kematian dikarenakan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun
(Witara, K. 2016).
2
Sosial (BPJS), mencatat hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak
105.182 kasus. Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan
kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja.
Sedangkan pada tahun 2016 kecelakaan akibat kerya mengalami peningkatan yaitu
terdapat 101.367 kasus di 17.069 perusahaan dari 359.724 perusahaan yang terdaftar
dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.382 orang sampai dengan bulan
November tahun 2016. Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja adalah masih
masyarakat. Selama ini penerapan K3 seringkali dianggap sebagai cost atau beban
Secara menyeluruh baik itu industri formal dan informal pada sebuah
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diatur dalam suatu undang-undang atau
peraturan agar tenaga kerja terhindar dari potensi bahaya. Tenaga kerja harus
dihindarkan dari berbagai ancaman atau faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan
kerja.
PT. Sung Cang Indonesia adalah salah satu Perusahaan Penanam Modal
Asing (PMA) yang bergerak dibidang Industri Pengolahan Rambut Palsu (WIG).
Perusahaan ini telah tersebar di berbagai daerah besar di Indonesia salah satunya
Tenggara Timur. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2015 dan menggontrak sebuah
rumah makan untuk dijadikan tempat produksi rambut palsu. Semua pekerja di
perusahaan ini merupakan tenaga kerja wanita. PT. Sung Cang Indonesia cabang
Kupang membagi sistem kerja atau sistem produksi menjadi 3 bagian yaitu sistem
magang, semi borong dan sistem borongan. Pekerja pada bagian magang dan semi
borong adalah mereka yang memiliki masa kerja kurang dari 6 bulan dan dikatakan
pekerja magang. Sedangkan pekerja di bagian sistem borongan adalah mereka yang
memiliki masa kerja yang sudah lebih dari 6 bulan. Semi borong dan borongan juga
memiliki beban kerja yang berbeda yaitu pekerja magang dan semi borong menyulam
rambut palsu dalam ukuran lace atau job kecil yaitu setengah kepala, sedangkan
sistem borongan menyulam rambut palsu dalam ukuran hand made atau job besar
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan di PT. Sung Cang Indonesia
Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang terdapat beberapa masalah kesehatan yang
berkaitan dengan kelelahan kerja maupun kelelahan mata. Dilihat dari masa kerja
yang berbeda antara semi borong dan borongan, sama halnya dengan beban kerja
yang dikerjakan. Sehingga dari hasil wawancara, didapati bahwa sebagian besar
pekerja yang diwawancara mengalami kelelahan kerja berupa nyeri di bagian leher,
punggung dan pinggang karena sikap kerja yang tidak ergonomis. Hal ini
dikarenakan mereka sering bekerja dengan posisi kepala menunduk dan sikap duduk
yang membungkuk dengan durasi waktu yang cukup lama. Hal inilah yang membuat
Dari hasil wawancara awal selain mengalami kelelahan kerja, pekerja juga
mengalami keluhan yang berkaitan dengan kelelahan pada mata yaitu berupa sakit
dibagian mata paling dalam, pandangan terasa kabur, tidak fokus pada suatu objek,
mata terasa panas, kering dan bahkan memerah sehingga kehilangan konsentrasi,
mengantuk, dan pusing. Hal ini disebabkan karena jarak antara mata dengan objek
yang dikerjakan terlalu dekat dan memiliki ukuran yang sangat kecil, sehingga
memerlukan tingkat ketelitian dan konsentrasi yang tinggi. Dilihat dari masa kerja
yang lebih lama, beban kerja yang lebih berat serta berbagai faktor penyebab lainnya,
maka hal tersebut yang mendasari untuk menjadikan pekerja di bagian sistem
dilihat dari hasil pengamatan dan wawancara awal pada lingkungan perusahaan,
didapatkan bahwa sumber pencahayaan dengan pekerja memiliki jarak yang sangat
dekat sehingga sering menimbulkan sakit pada mata dan pandangan yang tidak fokus.
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakannya
secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu begitu juga sebaliknya jika
penerangan kurang memadai maka akan menyebabkan kelelahan pada mata karena
dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan
kegiatan yang harus dilakukan. Menurut suma’mur, (2014) kelelahan timbul karena
adanya ketegangan pada otot. Menurut Richard Ablett (2001) terdapat 80% orang
5
hidup setelah dewasa mengalami nyeri pada bagian tubuh belakang karena berbagai
sebab, dan karena tubuh bagian belakang ini mengakibatkan 40% orang tidak masuk
kerja (Santoso, G. 2004). Sedangkan kelelahan pada mata menurut Ilyas (2008),
terjadi karena seseorang berupaya melihat obyek yang berukuran kecil pada jarak
yang dekat dengan durasi waktu yang lama sehingga menyebabkan ketegangan pada
Hasil dari survei awal yang didapat menjadi satu motivasi tersendiri kepada
Berhubugan dengan Kelelahan Kerja dan Mata pada Pekerja Rambut Palsu
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
2.1. Apakah masa kerja berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja rambut
2.2. Apakah masa kerja berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja rambut
2.3. Apakah sikap kerja berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja rambut
2.4. Apakah sikap kerja berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja rambut
2.5. Apakah beban kerja berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja rambut
2.6. Apakah beban kerja berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja rambut
2.7. Apakah pencahayaan berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja rambut
2.8. Apakah pencahayaan berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja rambut
3. Tujuan Penelitian
Melihat rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
Mengetahui determinan yang berhubungan dengan kelelahan kerja dan mata pada
Pekerja Rambut Palsu PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima Kota
Kupang.
1. Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja terhadap kelelahan kerja pada
pekerja rambut palsu PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima
Kupang.
7
2. Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja terhadap kelelahan mata pada
pekerja rambut palsu PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima
Kupang.
3. Untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja terhadap kelelahan kerja pada
pekerja rambut palsu PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima
Kupang.
pada pekerja rambut palsu PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima
Kupang.
5. Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja terhadap kelelahan kerja pada
pekerja rambut palsu PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima
Kupang.
pada pekerja rambut palsu PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima
Kupang.
pada pekerja rambut palsu PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima
Kupang.
pada pekerja rambut palsu PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima
Kupang.
8
4. Manfaat Penelitian
yang ditimbulkan dari pekerja itu sendiri, seperti sikap kerja yang tidak
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak perusahaan untuk melihat
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan bahan pertimbangan
untuk dikembangkan lebih lanjut bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian
yang sejenis.
9
1. Masa Kerja
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di
suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi baik kinerja positif maupun negatif,
akan memberi pengaruh positif pada kinerja personal karena dengan bertambahnya
kerja maka akan muncul kebiasaan pada tenaga kerja (Suma’mur ,2014).
aktivitas atau performasi kerja, sedangkan efek negatifnya adalah batas ketahanan
tubuh yang berlebihan akibat tekanan yang didapatkan pada proses kerja. Hal
tersebut yang menjadi sebab timbulnya kelelahan yang membawa pada penuruan
fungsi psikologi dan fisiologi. Tekanan melalui fisik pada suatu waktu tertentu
berupa makin rendahnya gerakan, hal tersebut tidak hanya disebabkan karena beban
kerja yang berat namun lebih pada tekanan- tekanan yang terakumulasi setiap
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Masa
kerja akan memeberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka
pengaruh negative apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan pada
pekerja. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak terpapar
dalam jurnalnya dikatakan bahawa masa kerja pekerja bagian penjahitan sebagian
besar (71%) sudah bekerja lebih dari 10 tahun. Menurut peneliti hal tersebut
keadaan otot yang bekerja secara statis. Penjahit dan pekerja rambut palsu memiliki
sikap kerja yang sama dimana pekerja rambut palsu juga melakukan pekerjaannya
2. Sikap Kerja
Sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan,
kepala, tangan kaki dan anggota tubuh lainnya saat melakukan pekerjaan. Sikap tubuh
saat bekerja sangat mempengaruhi kesehatan seorang pekerja. Tarwaka (2004), postur
kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan
menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja sebaiknya postur
12
yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ
duduk dengan durasi waktu yang lama, statis dan cenderung monoton. Sikap duduk
ketika bekerja memerlukan lebih sedikit energi dibandingkan berdiri, karena hal itu
dapat mengurangi banyaknya bebam otot statis pada kaki. Sikap duduk yang keliru
belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri. Jika
diasumsikan ,posisi duduk yang tegang atau kaku akan menyebabkan tekanan
sebesar 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan akan
duduk membungkuk dan condong kedepan dapat dilihat pada gambar II.1 sebagai
berikut:
Dalam penelitian ini metode RULA yang dipilih dan digunakan untuk
melakukan pengukuran sikap kerja pada pekerja rambut palsu karena secara garis
besar metode RULA digunakan untuk mengukur keluhan atau gangguan pada
anggota tubuh bagian atas dan yang menjadi populasi dan sampel pada penelitian ini
yaitu pekerja rambut palsu yang lebih menggunakan tubuh bagian atas dalam
melakukan pekerjaan
metode RULA. Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan metode
cepat penilaian postur tubuh bagian atas. Input metode ini adalah postur (telapak
tangan, lengan atas, lengan bawah, punggung dan leher), beban yang diangkat, tenaga
perlindungan yang cepat dalam pekerjaan seperti resiko pada pekerjaan yang
otot yang berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan dan
14
kerja statis yang berulang). Input postur metode RULA dibedakan menjadi 2 grup
yaitu grup A (lengan atas dan bawah dan pergelangan tangan) dan grup B (leher,
grup A dan grup B. Grup A meliputi lengan atas dan lengan bawah serta
pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, badan, dan kaki. Hal ini
15
memastikan bahwa seluruh postur tubuh dicatat sehingga postur kaki, badan dan
leher yang terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat
menurut kriteria yang berasal dari interpretasi literatur yang relevan. Bagian-
bagian ini diberi angka sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan atau postur
kerja dimana risiko faktor merupakan terkecil atau minimal. Sementara angka-
angka yang lebih tinggi diberikan pada bagian-bagian kisaran gerakan dengan
postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan adanya faktor risiko yang meningkat
yang menghasilkan beban pada struktur bagian tubuh. Sistem penskoran (scoring)
pada setiap postur bagian tubuh ini menghasilkan urutan angka yang logis dan
mudah untuk diingat. Agar memudahakan identifikasi kisaran postur dari gambar
beberapa siklus kerja untuk menentukan tugas dan postur pengukuran. Pemilihan
mungkin dilakukan pada postur dengan siklus kerja terlama dimana beban terbesar
terjadi. Karena RULA dapat dilakukan dengan cepat, maka pengukuran dapat
postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan. Kisaran
lengan atas diukur dan diskor dengan dasar penemuan dari studi yang dilakukan
oleh Tichauer, Caffin, Herbert et al, Hagbeg, Schuld dan Harms Ringdalh dan
A. Kelompok A
bawah dan pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diskor dengan
dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herbert et al,
Jangkauan gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan diberi
skor berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer, Chaffin, Herberts et al,
Skor Jarak/kisaran
1 Ekstensi 20° sampai fleksi
20°
2 Ekstensi > 20° atau fleksi
20°-45°
3 Fleksi 45°-90°
4 Fleksi > 90°
Sumber : McAtamney, L & Corlett E.N, 1993.
penurunan nilai postur asli untuk lengan atas. Ketika tidak ada situasi di atas
berlaku, skor postur untuk lengan atas tidak akan dimodifikasi lebih lanjut. Skor
Skor Posisi
Tichauer dalam Mc Atamney, 1993. Skor tersebut dapat dilihat pada Tabel II.3.
sebagai berikut:
Skor Kisaran
1 Fleksi 60°-100°
Gambar II.5 Posisi yang dapat Mengubah Skor Postur Lengan Bawah.
Sumber : Tarwaka, 2011.
Postur untuk lengan bawah dapat ditingkatkan jika lengan bawah bekerja di
garis tengah tubuh atau ke samping. Karena kedua kasus yang eksklusif sehingga
skor sikap awal hanya dapat meningkat nilai +1. Skor tersebut dapat dilihat pada
Tabel II.4 Modifikasi Nilai Postur untuk Lengan yang Lebih Rendah
Skor Posisi
Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur dapat dilihat pada
Skor Posisi
pergelangan tangan berada dalam salah satu ulnaris atau radial. Skor tersebut dapat
pergelangan tangan (wirst twist) akan dinilai. Skor baru ini menjadi independen
dan tidak akan ditambahkan dengan nilai sebelumnya, melainkan akan digunakan
pronasi dan supinasi (pronation and supination) yang dikeluarkan oleh Health and
Safety Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer dalam McAtamney,
1993. Skor tersebut dapat dilihat pada Tabel II.7 sebagai berikut :
Skor Posisi
1 Jika pergelangan tangan berada
dalam kisaran putaran
2 Jika pergelangan tangan berada
pada atau dekat ujung jangkauan
twist
Sumber : McAtamney, L & Corlett E.N, 1993.
23
B. Kelompok B
batang dan leher mereka yang terdiri dari kelompok B yaitu Leher, punggung dan
kaki. Jangkauan postur untuk leher (neck) didasarkan pada studi yang dilakukan
a. Postur leher
dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al dalam Mc Atamney, 1993. Skor dan
Skor Kisaran
1 Fleksi : 0 º -10 º.
2 Fleksi : 10 º - 20 º.
3 Fleksi: > 20 º.
Skor Postur untuk leher dapat ditingkatkan jika leher dalam sisi-
berikut :
Skor Posisi
Grandjean et al dalam Mc Atamney, (1993) dapat dilihat pada Tabel II.10 sebagai
berikut:
Skor Posisi
1 Pada saat duduk dengan kedua
kaki dan telapak kaki tertopang
dengan baik dan sudut antara
badan dan tulang pinggul
membentuk sudut ≥90°
2 Fleksi: 0º-20º.
3 Fleksi: 20º-60º
4 Fleksi: 60º atau lebih
Sumber : McAtamney, L & Corlett E.N, 1993 .
Postur skor untuk batang tubuh dapat ditingkatkan jika trunk dalam posisi
memutar atau menekuk. Posisi ini tidak eksklusif, skor dapat ditingkatkan menjadi
Gambar II.12 Posisi yang dapat Memodifikasi Nilai Postur Batang Tubuh
(Trunk).
Sumber : Tarwaka, 2011.
27
Skor Posisi
c. Postur kaki
Skor Posisi
1 Kaki dan telapak kaki
tertopang dengan baik
pada saat duduk
1 Berdiri dengan berat
badan terdistribusi
dengan rata oleh kedua
kaki, terdapat ruang gerak
yang cukup untuk
merubah posisi
2 Kaki dan telapak kaki
tidak tertopang dengan
baik atau berat badan
tidak terdistribusi dengan
seimbang
Sumber : McAtamney, L & Corlett E.N, 1993 .
tubuh.
Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Kelompok A dan B yang dapat mewakili
postur bagian tubuh. Hasil penjumlahan skor penggunaan otot (muscle) dan tenaga
waktu 1 menit) atau penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali
dalam 1 menit.
Anderson dan Stevenson dan Baaida, yaitu dapat dilihat pada Tabel II.15
sebagai berikut:
31
Skor Kisaran
0 pembebanan sesekali atau tenaga
< 2kg dan ditahan
1 Pembebanan sesekali 2-10 kg
2 Pembebanan statis 2-10 kg atau
berulang.
2 Pembebanan sesekali namun >10
kg.
3 Pembebanan dan pengerahan
tenaga secara repetitive atau statis
≥10kg
3 Pengerahan tenaga dan
pembebanan yang berlebihan dan
cepat
Sumber : McAtamney, L & Corlett E.N, 1993.
Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan B
diukur dan dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan dengan
skor C.
skor D.
Tahap ini bertujuan untuk menggabungkan Skor C dan Skor D menjadi suatu
grand score tunggal yang dapat memberikan panduan terhadap prioritas penyelidikan/
investigasi berikutnya. Tiap kemungkinan kombinasi Skor C dan Skor D telah diberikan
peringkat, yang disebut grand score dari 1-7 berdasarkan estimasi risiko cidera yang
Berdasarkan table grand score, maka tindakan yang akan dilakukan dapat
dibutuhkan segera.
3. Beban Kerja.
Menurut Pedoman Menteri dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008, beban kerja
adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatau jabatan/unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan waktu. Beban kerja berkaitan dengan
kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut
pandang ergonomic, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan
beban kerja tersebut beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja
psikologis. Beban kerja erat kaitannya dengan kinerja, yang mana berkaitan pula
berpengaruh dengan kinerjanya, dimana hal ini berkaitan dengan tingkat kelelahan
seseorang.
Menurut Tarwaka (2003) ada 3 jenis beban kerja, yaitu (Monkoginta, L.M.
2016):
2. Beban kerja mental yaitu beban kerja yang lebih mengarah ke pada pekerjaan
yang mengandalkan pikiran seperti seorang manajer pada suatu pabrik yang
harus memikul tanggung jawab yang berat yang merupakan beban mental.
34
3. Beban kerja sosial yaitu misalnya bagaimana kondisi lingkungan sosial yang
dihadapi para pekerja, antara sesama pekerja, pekerja dengan atasan maupun
bagi pekerjanya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik, metal, dan atau social.
Beban tambahan akibat dari pekerjaan. Ada beberapa factor yang dapat menjadi
1. Faktor fisik, meliputi bangunan gedung, volume udara, luas lantai kerja,
2. Factor kimiawi, meliputi semua zat kimia organic dan anorganik yang dapat
berupa gas, uap, dbu, kabut, fume (uap logam), asap, awan, cairan ataupun zat
padat
3. Factor biologi, meliputi makhluk hidup yang berada dalam lingkungan kerja
dengan fungsi alat indera manusia, postur dan cara kerja yang
5. Faktor mental dan psikologi, yaitu reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana
kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan prosedur
Indikator beban kerja yang digunakan dalam penelitian ini diadopssi dari
penelitiannya yang dilakukan sebelumnya oleh Putra (2012:22) yang meliputi antara
1. Target yang harus dicapai yaitu pandangan individu mengenai besarnya target
mengenai hasil kerja yang harus diselelesaikan dalam jangka waktu tertentu.
pekerjaan ekstra diluar waktu yang telah ditentukan untuk mengatasi kejadian
4. Pencahayaan
dikerjakan secara jelas, cepat tanpa upaya yang tidak diperlukan. Lebih dari itu,
penerangan yang memada memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan
yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat obyek pekerjaannya dengan teliti,
36
cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan
ruangan yaitu:
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan,
cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langit-langit, dinding serta benda
yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
90%.
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
setengah cahaya ke bawah dan sisanya ke atas. Pada sistem ini masalah
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal
Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat
dikurangi.
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dari penerangan yang
kurang memenuhi syarat akan dapat mengakibatkan gangguan yaitu kelelahan mata
sehingga berkurangnya daya dan efisien kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di
daerah mata, sakit kepala di sekitar mata, kerusakan indra mata, dan lain-lain.
terjadi kesalahan, dan kecelakaan kerja meningkat. Kelelahan pada mata, pada
pencahayaan yang kurang sehingga terjadi ketegangan pada mata yang disebabkan
untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi
padangan yang tidak nyaman, sehingga banyak penyakt yang dapat menyerang mata
2014). Kelainan reflaksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga
sinar tidak difukoskan pda retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau
dibelakang bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus.
Kelainan reflaksi mata disebabkan oleh adanya faktor radiasi cahaya yang berlebihan
atau kurang yang diterima oleh mata. Situasi tersebut menyebabkan otot berakomodsi
pada dan membuat mata cepet lelah (Wulandari. S, Rossa. I, Trisnawati. E. 2016).
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, tercantum dalam Tabel II.17. sebagai
berikut:
39
5. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
5. Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja ialah respon total individu terhadap stres psikososial yang
dialami dalam suatu periode waktu tertentu dan kelelahan kerja yang cenderung
merupakan criteria yang lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan yang bersifat
fisik dan psikis saja tetapi lebih banyak kaitannya dengan adanya penurunan kinerja
fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi, dan penurunan produktivitas kerja
(Setyawati, 2010). Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang disertai penurunan
efisiensi dan ketahanan dalam bekerja , yang disebabkan oleh Suma’mur, (2014):
3) Kelelahan saraf.
menetap.
41
dijumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat
Kelelahan kerja adalah suatu kondisi melemahnya kegiatan, movivasi, dan kelelahan
fisik untuk melakukan kerja. perasaan lelah, penurunan motivasi, dan penurunan
produktivitas kerja.
jenis, yaitu:
aktivitas.
2. Menurut penyebab.
b. Kelelahan non fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor non fisik seperti
masyarakat di lingkungannya.
objektif antara lain; perasaan lesu, mengantuk dan pusing, berkurangnya konsentrasi,
berkurangnya tingkat kewaspadaan, presepsi yang bururk dan lambat, tidak ada atau
(Budiono, C. 2003).
1) Perasaan subjektif seperti, keletihan, pusing, rasa tidak suka untuk bekerja
2) Berpikir lamban
3) Kewaspadaan berkurang
Saat ini telah ada alat untuk mengukur kelelahan dengan menggabungkan
perasaan kelelahan secara subjektif. Subjective Self Rating Test (SSRT) dari
kuesioner yang dibuat pada tahun 1967, berisi gejala kelelahan umum yang
setiap skor atau nilai haruslah memiliki defenisi operasional yang jelas dan
6. Kelelahan Mata
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan
indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam
jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak
nyaman. Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata
seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara
teliti atau terhadap retina akibat ketidak tepatan kontras (Suma’mur 2014).
Kelelahan mata atau astenophia menurut ilmu kedokteran adalah gejala yang
diakibatkan oleh upaya yang berlebihan dari system penglihatan yang berada dalam
menurut kelelahan mata timbul sebagai stres intensif pada fungsi-fungsi mata seperti
44
terhadapa otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan
indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam
jangka waktu yang lama yang biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak
nyaman.
dan distribusi cahaya. Kualitas iluminasi adalah tingkat pencahayaan yang dapat
menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai dengan intensitas penerangan yang ada.
Kualitas iluminasi meliputi jenis penerangan, sifat fluktuasi serta warna penerangan
yang digunakan. Distribusi cahaya yang kurang baik di lingkungan kerja dapat
(Firmansyah, F. 2010)
Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau Astenophia yaitu kelelahan
ocular atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada mata dan
setiap fungsi mata , diantaranya adalah tegang otot siliaris yang berakomodasi saat
memandang obyek yang sangat kecil dan jarak yang sangat dekat.
45
Kelelahan mata disebabkan oleh stres yang terjadi pada fungsi penglihatan.
Stres pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat
pada obyek berukuran kecil pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada
kondisi demikian, otot-ototo mata akan bekerja secara terus-menerus dan lebih
sehigga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata,
stress mata, stress pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan
dalam lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama (Ilyas, 2008).
a. Iritasi pada mata (mata pedih, merah, dan mengeluarkan air mata).
presepsi.
Pengukuran kelelahan mata dapat dilakukan dalam beberapa cara antara lain:
kelelahan mata dari peneliti lain untuk melakukan pengukuran kelelahan mata pada
kelelahan saat kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor. Hal ini disebabkan karena
pekerja rambut palsu melakukan pekerjaan yang sifatnya monoton atau berulang-
ulang dalam waktu yang lama dan memiliki tingkat ketelitian yang rumit.
Pembebanan otot secara statis jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan
mengakibatkan nyeri otot, tulang, dan kelelahan yang diakibatkan oleh jenis
pekerjaan yang bersifat berulang. Kelelahan mata timbul akibat dari ketegangan otot
pada mata yang harus bekerja secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama
dan dilakukan secara teliti sehingga hal seperti itulah yang akan menyebabkan
menyebabkan kelelahan kerja dan kelelahan mata pada pekerja rambut palsu ditinjau
dari determinan kesehatan kerja yaitu masa kerja, usia, jenis kelamin, sikap kerja,
beban kerja, dan pencahayaan, suhu, kebisingan, dan kelembaban. Tetapi variabel
yang diteliti hanya 4 yaitu masakerja, sikap kerja, beban kerja, dan pencahayaan.
Masa kerja adalah lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat. Masa kerja
dapat mempengaruhi baik kinerja positif maupun negatif, akan memberi pengaruh
47
positif pada kinerja personal karena dengan bertambahnya masa kerja maka
memberi pengaruh negatif apabila semakin bertambahnya masa kerja maka akan
muncul kebiasaan pada tenaga kerja Masa kerja erat kaitannya dengan kemampuan
beradaptasi antara seorang pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Proses
adaptasi dapat memberikan efek positif yaitu dapat menurunkan ketegangan dan
peningkatan aktivitas atau performasi kerja, sedangkan efek negatifnya adalah batas
ketahanan tubuh yang berlebihan akibat tekanan yang didapatkan pada proses kerja.
Hal tersebut yang menjadi sebab timbulnya kelelahan yang mengakibatkan penurunan
fungsi psikologi dan fisiologi. Tekanan melalui fisik pada suatu waktu tertentu akan
makin rendahnya gerakan, hal tersebut tidak hanya disebabkan karena beban kerja
yang berat namun lebih pada tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada
Sikap kerja pekerja rambut palsu adalah duduk dalam waktu yang lama, sikap
tubuh yang statis seperti terlalu lama membungkuk pada saat menyulam rambut palsu
peregangan otot saat bekerja dapat menyebabkan penimbunan asam laktat pada otot
sikap tubuh ketika bekerja tidak ergonomis sehingga menyebabkan sikap tubuh
responden saat posisi bekerja kurang benar seperti posisi kepala yang terlalu
menunduk dan miring, serta posisi punggung yang terlalu membungkuk. Hal ini yang
48
dapat menyebabkan kelelahan kerja maupun mata akibat sikap kerja yang tidak
alamiah.
Pada pekerja rambut palsu beban kerja yang diterima oleh pekerja dipengaruhi
dari jumlah pekerjaan yang didapatkan serta kondisi lingkungan kerja fisik. Dalam
kesehatan seorang pekerja. Pada pekerja rambut palsu, mereka ditugaskan untuk
menyelesaikan target dalam waktu yang ditentukan dan dalam rentang waktu yang
tidak lama. Sehingga beban kerja yang mera kerjakan terasa berat untuk dilakukan.
Lingkungan kerja fisik dengan intensitas penerangan yang kurang sehingga terjadi
keluhan lelah pada mata akan menambah beban kerja yang dirasakan pekerja,
pekerjaan maka semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
melakukan oksidasi dan makin banyak pula aliran darah yang membawa oksigen.
Pada orang dengan beban kerja berat aktivitas pemompaan jantung menjadi berubah,
sehingga saat orang tersebut bekerja transport oksigen ke otot menjadi terganggu dan
dibutuhkan di tempat kerja untuk memperjelas obyek yang sedang dikerjakan, apabila
menimbulkan kelelahan kerja terlebih kelelahan pada mata. Pekerja rambut palsu
sangat beresiko umtuk mengalami kelelahan kerja dan kelelahan mata karena
disebabkan oleh pencahayaan yang kurang baik. Karena obyek yang dikerjakan
sangat kecil dan memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Jika intensitas pencahayaan
di tempat kerja tidak sesuai maka akan menimbulkan kelelahan kelelahan kerja dan
Alasan usia, jenis kelamin, suhu, kebisingan dan kelembaban tidak diteliti
karena. Usia dari pekerja rambut palsu dikatogorikan usia produktif sehingga
kemungkinan kecil mengalami kelelahan kerja maupun kelelahan mata. Jenis kelamin
tidak diteliti karena seluruh pekerja rambut palsu yang dijadikan sampel berjenis
kelamin perempuan. Faktor suhu dan kelembaban tidak diteliti karena sirkulasi udara
dalam rungan bisa dikatakan normal dan baik untuk melakukan suatu aktivitas atau
pekerjaan dilihat dari alat pendingin ruangan yang disediakan, ventilasi udara yang
baik, dan pntu yang selalu dibiarkan terbuka untuk mendapatkan udara dan suhu
dengan volume yang lebih besar. Sedangkan factor kebisingan tidak diteliti karena
gedung yang tertutup dan jauh dari jalan umum dan tidak ada aktivitas produksi yang
menggunakan mesin yang menimbulkan suara bising. Alasan yang telah dipaparkan
Usia
Jenis Kelamin Kelelahan
Kerja dan
Kelelahan
mata
Faktor Eksternal:
Sikap Kerja
Beban Kerja
Pencahayaan
Suhu
Kebisingan
Kelembaban
Keterangan :
9. Hipotesis Penelitian
9.1. Ada hubungan antara masa kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja rambut
palsu di PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
9.2. Ada hubungan antara masa kerja terhadap kelelahan mata pada pekerja rambut
palsu di PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
9.3. Ada hubungan antara sikap kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja rambut
palsu di PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
9.4. Ada hubungan antara sikap kerja terhadap kelelahan mata pada pekerja rambut
palsu di PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
9.5. Ada hubungan antara beban kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja rambut
palsu di PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
9.6. Ada hubungan antara beban kerja terhadap kelelahan mata pada pekerja rambut
palsu di PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
9.7. Ada hubungan antara pencahayaan terhadap kelelahan kerja pada pekerja rambut
palsu di PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
9.8. Ada hubungan antara pencahayaan terhadap kelelahan mata pada pekerja
rambut palsu di PT. Sung Cang Indonesia Kecamatan Kelapa Lima Kota
Kupang.
C. METODOLOGI PENELITIAN
sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antra factor-
faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time approach). Tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
2.1. Lokasi
2.2. Waktu
Penelitian ini akan dilakukan dari bulan Desember 2017 sampai Februari 2018.
2.3. Populasi
Populasi adalah siapa atau golongan mana yang menjadi sasaran penelitian
2.4. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
Z1α/2 = 5% = 1,96
2
{1,96 √0,8(1−0,8)+ 1,28 √0,6 (1−0,6)}
n= (0,6−0,8) 2
2
{1,96 √(0,8)(0,1)+ 1,28 √(0,6) (0,2)}
n= (−0,2) 2
2
{(1,96)(0,4)+ (1,28) (0,48)}
n= 0,04
2
{ 0,784+0,6144}
n= 0,04
1,95
n = 0,04
n = 48
54
Cara pengambilan sampel ini menggunakan teknik simple random sampling yaitu
hakikat dari pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa setiap
anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
maka besarnya kesempatan bagi setiap satuan elementer untuk terpilih pun
menjadi dua cara, yaitu dengan mengundi anggota populasi (lottery technique)
atau teknik undian, dan dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak
sampel.
55
Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari responden dengan
menggunakan lux meter dan dokumentasi langsung pada pekerja rambut palsu.
Data primer yang dikumpulkan berupa data yang berkaitan dengan variable yang
diteliti, yaitu:
Data yang diperoleh dari instansi terkait dalam hal ini PT.Sung Cang meliputi
adalah:
1) Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk memperoleh data masa kerja, sikap kerja, beban
kerja, kelelahan kerja dan kelelahan mata. Kuesioner yang digunakan diadopsi
a. Masa Keja
Data masa kerja dilihat dari Indentitas responden yang ditanyakan pada
interval 6 bulan, karena pekerja rambut palsu di PT. Sung Cang Indonesia
Kecamatan Kelpa Lima Kota Kupang resmi menjadi karyawan tetap jika
pekerja telah melewati 6 bulan masa magang dan semi borongan. Kategori
b. Beban Kerja
jawaban yaitu:
Jumlah pilihan :2
Jumlah soal : 10
Skor terendah :1
Skor tertinggi :2
= 1 x 10 = 10
= 2 x 10 = 20
c. Sikap Kerja
mendapatkan nilai sikap kerja maka skor yang diberikan terhadap responden
dibutuhkan segera).
d. Kelelahan Kerja
e. Kelelahan Mata
Dalam penelitian ini pengukuran kelelahan kelelahan mata yang diadopsi dari
9) Lux meter
sebgai berikut:
1. Tidak memenuhi syarat jika hasil pengukuran < 300 dan > 500 lux..
10) Kamera
Data yang telah dikumpulkan, diolah secara manual dan komputerisasi dimulai
dari editing, coding, entry, cleaning, dan tabulasi data (Notoadmodjo, 2012).
1) Analisis Univariat
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variable. Misalnya distribusi frekuensi
(Notoadmodjo, S. 2012).
2) Analisis Bivariat.
Analisis bivariat yaitu analisis terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan uji
statistik. Data yang diperoleh dianalisa secara analitik untuk mengetahui hubungan
sikap kerja, pencahayaan dan suhu terhadap kelelahan, dan kelelahan mata pada
penjahit. Pengujian hipotesis menggunakan uji statistik Chi Square (X²), dengan
b. Nilai ρ > 0,05 berarti Ho diterima (nilai ρ > α) : menunjukkan tidak ada
a. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) < 1.
b. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) < 5, lebih dari
c. Btila syarat uji chi square tidak terpenuhi, dapat menggunakan uji Fisher’s
exact test untuk tabel 2x2 dan uji binomial untuk tabel 1x2.
7. Penyajian Data.
penyajian dengan table digunakan untuk data yang sudh diklasifikasikan dan
9. Rencana Anggaran
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Masitoh, D. 2016. Analisis Postur Tubuh dengan Metode Rula pada Pekerja Welding
di Area Sub Assy PT. Fuji Techinca Indonesia Karwang. Skripsi. Universitas
Sebelas Maret. http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0013035_bab3.pdf
(Diakses 11/25/2017. Pukul 12:09).
Monkoginta, L.M. 2016. Kajian Beban Kerja dan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai
PT. Dosa Ni Roha Kupang Tahun 2016. Skripsi. (Belum dipublikasi)
Seko, F.A. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata pada
Penjahit di Kelurahan Kuanino Kecamatan Kota Raja Kota Kupang. Skripsi.
Universitas Nusa Cendana (Belum dipublikasi).
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Determinan Kelelahan Kerja dan Kelelahan Mata pada Pekerja Rambut Palsu
PT. SUNG CANG Indonesia Kecamatan Kelapa Lima Kelurahan Lasiana Kota
Kupang
Selamat Pagi/Siang/Sore…
Saya Febri Mahalinda Maisal, Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Nusa Cendana. Dalam rangka penyusunan tugas akhir sebagai syarat untuk mencapai
gelar sarjana, saya meminta kesediaan saudara untuk menjawab pertanyaan pada
kuesioner ini dengan lengkap dan sejujurnya untuk membantu kelancaran penelitian
yang sedang saya lakukan. Setiap data yang saudara isi pada kuesioner ini dijamin
kerahasiaannya.
Terimakasih.
Petunjuk Penguisian Kuesioner
Berilah tanda centang (√) pada kolom/kotak yang disediakan untuk setiap jawaban
yang saudara isikan.
1. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Masa Kerja : ……..Tahun………..Bulan.
70
Lampiran 2
Kuesioner Kelelahan Kerja
Petunjuk
1 = TP : Tidak Pernah
2 = K : Kadang-kadang
3 = S : Sering
4 = SS : Sangat Sering
NO PERTANYAAN TP K S SS
1 Apakah Saudara merasa berat di bagian kepala ?
2 Apakah Saudara merasa lelah pada seluruh bagian badan ?
3 Apakah kaki saudara terasa berat ?
4 Apakah pikiran saudara terasa kacau ?
5 Apakah saudara merasa mengantuk ?
6 Apakah Saudara merasa beban dimata ?
7 Apakah saudara merasa kaku atau canggung dalam bergerak ?
8 Apakah saudara merasa sempoyongan ketika berdiri ?
9 Apakahada perasaan ingin berbaring ?
10 Apakah saudara susah berpikir ?
11 Apakah saudara merasa lelah berinteraksi/berkomunikasi
dengan orang lain?
12 Apakah ada perasaan ingin berbaring ?
13 Apakah saudara sulit untu berkosentrasi ?
14 Apakah saudara tidak dapat memusatkan perhatian thd
sesuatu?
15 Apakah saudara punya kecendrungan untuk lupa ?
16 Apakah saudara merasa kurang percaya diri ?
17 Apakah saudara merasa cemas terhadap sesuatu ?
18 Apakah saudara merasa tidak dapat mengontrol sikap ?
19 Apakah saudara merasa tidak dapat tekun dalam pekerjaan ?
20 Apakah saudara merasa sakit kepala ?
21 Apakah saudara merasa sakit/pegal dibagian bahu ?
22 Apakah saudara merasakan nyeri di punggung ?
23 Apakah nafas saudara terasa tertekan/ sulit untuk bernafas ?
24 Apakah saudara merasa pening/pusing?
25 Apakah saudara merasa kurang sehat ?
Terimakasih atas kesediaan saudara megisi kuesioner kelelahan kerja ini dengan
lengkap dan sejujurnya.
71
Lampiran 3
Kuesioner Kelelahan Mata
Petunjuk
1 = TT : Tidak Terasa
2 = AT : Agak Terasa
3=T : Terasa
4 = ST : Sangat Terasa
Dari tabel dibawah ini, manakah keluhan yang biasanya dirasakan ketika
sedang/setelah melakukan pekerjaan:
NO JENIS KELUHAN TINGKAT
KELUHAN
TT AT T ST
1 Mata merah
2 Mata berair
3 Mata perih
4 Mata terasa gatal
5 Mata kering
6 Mata terasa tegang
7 Mata terlihat kabur
8 Penglihatan terlihat ganda terhadap suatu objek
9 Penglihatan tidak fokus terhadap suatu objek
10 Mata terasa mengantuk
Terimakasih atas kesediaan saudara megisi kuesioner kelelahan mata ini dengan
lengkap dan sejujurnya.
72
Lampiran 4
No Pertanyaan Ya Tidak
Lampiran 5