Anda di halaman 1dari 166

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sumber daya listrik pada masa modern ini sudah menjadi kebutuhan yang

teramat penting bagi manusia, bahkan menjadi kebutuhan primer bagi seluruh

umat manusia. Kesejahteraan nasional merupakan target dari pembangunan

infrastruktur nasional yang salah satunya melalui pengadaan sumber daya listrik

bagi seluruh masyarakat secara merata dengan mengedepankan keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jenis-jenis pembangkit listrik terdapat beberapa macam diantaranya :

PLTA (Pembangkit Listrik Teanaga Air), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga

Uap), PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap), Pembangkit Listrik

Tenaga Panas Bumi), dan PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel). Di daerah

Karanganyar ini terkenal dengan berbagai tempat wisata airnya yang beraneka

ragam. Hal tersebut didasari oleh letak geografisnya yang dekat dengan gunung

Lawu, yang memiliki sumber air yang melimpah dan mampu menghidupi

masyarakat yang ada disekitarnya. Penggunaan air tersebut cukup beraneka ragam

dari mulai persawahan, perkebunan, dan kebutuhan masyarakat lainnya.

Pemanfaatan sumber daya air inilah yang menjadi fokus utama pada

proyek kali ini, dengan adanya PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro

Hidro). Hal yang diharapkan dengan adanya PLTMH tersebut masyarakat dapat

1
2

menjadi masyarakat yang mandiri dari sumber daya listrik, dan sudah memiliki

sumber daya listrik pribadi yang bisa dimanfaatkan melalui wisata edukasi

PLTMH dan energi listrik yang dapat dihasilkan. Salah satu sumber air yang ada

di Karanganyar adalah sungai Walikan yang ada di Kecamatan Jatiyoso, aliran air

di sungai Walikan tersebut memiliki aliran yang konstan dan dilihat alirannya di

musim kemarau juga cukup deras. PLTMH adalah kepanjangan dari Pembangkit

Listrik Tenaga Mikro Hidro, Mikro Hidro sendiri merupakan pembangkit listrik

yang berskala kecil, yang menjadi penggerak adalah tenaga yang didapatkan dari

aliran air tersebut. Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa

besar potensi yang dapat dihasilkan dari PLTMH tersebut adalah melakukan Studi

Potensi atau survey lapangan dengan disertai dengan pengukuran dari lebar

sungai, kecepatan aliran sungai, dan Head atau ketinggian. Dari data-data berikut

dapat diketahui besar energi yang dibangkitkan dari PLTMH.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

a) Bagaimana mengukur Debit dan Head dari sungai Walikan?

b) Bagaimana menghitung besar Energi Potensi PLTMH dari sungai

Walikan di Desa Wonorejo?

c) Bagaimana merencanakan PLTMH di Desa Wonorejo?


3

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

a) Mengetahui besar debit dan Head atau ketinggian dari aliran sungai

Walikan

b) Mengetahui besar energi potensi PLTMH dari sungai Walikan di Desa

Wonorejo

c) Merencanakan PLTMH di Desa Wonorejo Karanganyar

1.4 BATASAN MASALAH

Agar penulisan tugas akhir ini tidak menyimpang dan mengambang dari

tujuan awal yang telah direncanakan, dengan tujuan agar data yang diperoleh

lebih mudah untuk diperoleh, maka ditetapkan batasan-batasan masalah sebagai

berikut :

a) Menentukan daya kerja yang dapat dibangkitkan.

b) Menentukan jenis Turbin yang digunakan pada PLTMH Sungai

Walikan.

c) Menentukan jenis generator yang digunakan pada PLTMH Sungai

Walikan.

d) Tidak membahas kontrol elektrikal dan saluran distribusi tenaga

listrik
4

1.5 Metodologi Penelitian

Pencapaian untuk memperoleh tujuan akhir dalam tugas akhir ini,

diperlukan proses yang dilakukan secara berurutan atau dengan kata lain

menggunakan langkah-langkah yang berguna untuk memperjelas seluruh

permasalahan yang akan dikaji atau diteliti lebih lanjut dalam penelitian yang

mengenai studi potensi PLTMH tersebut. Berikut ini langkah-langkah yang perlu

dilakukan :

1. Survey sumber tenaga air di lapangan.

2. Pengumpulan data dengan pengukuran head dan debit air di lapangan.

3. Menghitung daya yang bisa dibangkitkan.

4. Menentukan jenis turbin yang digunakan.

5. Merencanakan instalasi pembangunan PLTMH.

1.6 Sistematika Penulisan

Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini berdasarkan

sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang masalah, maksud dan tujuan, batasan

masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.


5

BAB II : DASAR TEORI

Menjelaskan dasar-dasar teori yang mendukung terhadap studi

potensi PLTMH Di Sungai Walikan Karanganyar.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan tentang metodologi penelitian, alur proses penelitian

dan metode yang dipakai beserta rumus dan data hasil survey

lapangan.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tenteng perhitungan besar daya yang

akan dihasilkan pada PLTMH, Pemilihan Turbin dan Generator

yang digunakan pada PLTMH, dan sistem distribusi yang

digunakan untuk mengliri listrik kepada konsumen.

BAB V : PENUTUP

Berisi Kesimpulan dari keseluruhan hasil Tugas Akhir dan saran

pengembangan penelitian Tugas Akhir.


BAB II

TEORI DASAR

2.1 Studi Potensi [1] [2] [3] [5]

Studi potensi atau sering disebut juga dengan feasibility study merupakan

bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah dapat atau tidak

suatu gagasan usaha atau proyek direncanakan dan dikembangkan. Pengertian

potensi dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha atau proyek

yang akan dapat dilaksanakan, dikembangkan, dan dapat memberi manfaat

(Benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit [1].

Potensialnya suatu gagasan usaha atau proyek dalam arti social benenfit tidak

selalu menggambarkan potensial juga pada financial benefit, hal ini tergantung

dari segi penilaian yang dilakukan. Sebagai contoh, proyek pembangunan listrik

pedesaan memberikan dampak positif terhadap berbagai kegiatan masyarakat

pedesaan, baik dalam arti peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja,

perluasan lapangan kerja, perubahan pola pikir masyarakat, peningkatan

pendidikan, dan berbagai dampak positif lainnya sebagai akibat adanya listrik

pedesaan. Keadaan ini bila dihitung benefit, dari segi social benefit, ada

kecenderungan bahwa pembangunan listrik pedesaan tersebut layak untuk

dikembangkan.

6
7

Hal tersebut berbanding terbalik, bila dilihat dari segi penanaman investasi,

proyek listrik pedesaan membutuhkan dana investasi dalam jumlah yang relatif

besar, baik yang disebabkan oleh karena berpencarnya rumah-rumah pedesaan, di

samping jarak antar satu desa dengan lainnya, serta kecilnya jumlah pelanggan

yang dilayani sehingga financial benefit yang diperoleh melalui pemungutan

rekening yang diberikan dari masyarakat memiliki jumlah yang relatif kecil.

Keadaan ini bila dilihat dari segi financial benefit, ada kecenderungan pembukaan

proyek listrik pedesaan tidak layak untuk dikembangkan. Berdasarkan pada uraian

ini, potensial tidaknya suatu proyek atau usaha dapat dilihat dari segi pandangan

dan penilaian yang diberikan terhadap proyek atau usaha tersebut [2].

Pada umumnya proyek-proyek yang dinilai dari segi social benefit adalah

proyek-proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah dan organisasi-organisasi

sosial, seperti pembuatan jalan atau jembatan, rumah sakit, sekolah dan lain

sebagainya yang memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat

secara keseluruhan. Proyek-proyek yang dinilai dari segi social benefit pada

umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan oleh pengusaha secara individu yang

menanamkan modalnya di dalam proyek atau yang berkepentingan langsung

dalam proyek. Sasaran yang dicapai dalam analisis finansial adalah hasil dari

modal saham (equity capital) yang ditanam dalam usaha atau proyek tersebut,

seperti mendirikan industri dan lain sebagainya [3].

Hal yang perlu dilakukan sebelum penyusunan studi kelayakan PLTMH,

perlu didahului dengan mengadakan suatu kajian umum atau penjajakan awal

yang dapat memberikan informasi dan data tentang mungkin terjadinya suatu
8

sungai yang ada tersebut untuk dipakai sebagai sumber energi pembangkit atau

PLTMH. Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan Pra-FS (Pra Feasibility

Study) atau disebut dengan sebelum dilakukan studi kelayakan dengan melakukan

survey awal. Berawal dari survey awal ini dapat menunjukkan dan mengambil

keputusan suatu proyek dapat dilanjutkan atau tidak. Data yang perlu

dikumpulkan untuk melakukan survey awal dilapangan adalah sebagai berikut :

a. Informasi lengkap tentang potensi sumber daya air untuk PLTMH, besaran

potensi yang dapat dimanfaatkan dan bagaimana sistem PLTMH tersebut

akan dibangun.

b. Informasi lengkap tentang besarnya kebutuhan energi listrik masyarakat dan

pola penggunaannya, kondisi elektrifikasi saat ini dan penggunaan sumber

energi lainnya, serta potensi sumber daya lokal yang dapat mendukung

pembangunan PLTMH dan pemanfaatannya.

c. Informasi tentang akses mencapai lokasi potensi [5].

2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Air [9]

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) adalah pembangkit yang menggunakan

energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi

listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik. Cara kerja

pembangkit listrik tenaga air adalah dengan mengkonversikan tenaga air menjadi

tenaga mekanik dalam turbin air. Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga air

adalah sebagai berikut:


9

a) Air dari sungai/waduk masuk kedalam saluran penghantar yang berfungsi

mengalirkan air dari intake dan mengatur aliran air yang masuk, dimana

dilengkapi dengan saluran pelimpah untuk mengeluarkan air yang berlebih

yang ujungnya terdapat kolam pengendap untuk mengendapkan pasir dan

menyaring kotoran.

b) Lalu air tersebut diteruskan ke dalam headrace yang berfungsi untuk

memperlambat aliran dari air tersebut lalu diteruskan ke dalam kolam

penenang (forebay) yang berfungsi menenangkan air sebelum dilanjutkan

oleh pipa penstock menuju ke tempat turbin berada.

c) Dari energi yang dihasilkan oleh potensial air tersebut, mampu

menggerakkan turbin dan menghasilkan suatu energi gerak yang

dikonversikan juga menjadi energi listrik oleh bantuan generator.

d) Energi listrik dari generator tersebut kemudian diatur lalu ditransfer dengan

alat yang dinamakan main transformer supaya sesuai dengan kapasitas dari

transmission line untuk didistribusikan ke tempat beban berada atau

konsumen.
10

Gambar 2.1 Skema PLTA [9]

2.3 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) [15]

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) merupakan pembangkit

listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai penggeraknya misalnya

saluran irigasi, sungai, atau air terjun alami dengan cara memanfaatkan tinggi

terjunnya (head) dan jumlah debit air. Mikrohidro adalah suatu jenis pembangkit

listrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan potensi air berskala kecil

dimana turbin air mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis atau

energi gerak sedangkan energi makanis yang dihasilkan turbin difungsikan untuk

memutar generator, kemudian generator menghasilkan energi listrik yang

selanjutnya dialirkan ke konsumen atau masyarakat di sekitar PLTMH. Secara

ringkas skema konversi energi pada PLTMH dapat diperlihatkan dari Gambar 2.2
11

Gambar 2.2 Skema Konversi Energi Listrik pada PLTMH [15]

Pada prinsip kerja PLTMH yang paling utama adalah dengan

memanfaatkan semaksimal mungkin energi yang ditangkap oleh turbin atau kincir

air. Efisiensi turbin air atau kincir air yang dipilih untuk menangkap energi air

tersebut adalah untuk menentukan besarnya energi mekanik untuk memutar

generator listrik. Umumnya PLTMH dibangun dengan menggunakan sistem Run

off River. Hal tersebut disebabkan karena pada sistem Run Off River tidak perlu

membangun bendungan besar melainkan dengan mengalihkan aliran air sungai ke

suatu sisi dan menjatuhkannya kembali ke sungai pada suatu tempat dimana beda

tinggi yang diinginkan sudah diperoleh. Sistem Run Off River dapat ditunjukkan

pada Gambar 2.3


12

Gambar 2.3 Skema Pembangkit Listrik Mikro Hidro sistem Run Off River [15]

2.4 Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro [12]

Pembangkit listrik bertenaga air sendiri digolongkan menjadi beberapa

jenis yang tergantung dari beberapa faktor penentu seperti keadaan alam tempat

pembangkit tersebut bekerja sampai besaran keluaran daya yang dihasilkan oleh

pembangkit tersebut. Klasifikasi tinggi terjun dan kapasitas pembangkit hidro atau

air yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Tinggi Terjun dan Kapasitas daya [12]

Tinggi Terjun (m)


Daya (kW)
Rendah Sedang Tinggi

5-50 1,5-15 15-50 50-150

50-500 2-20 20-100 100-250

500-5000 3-30 30-120 120-400


13

Berikut jenis-jenis pusat pembangkit bertenaga air yang dibagi berdasarkan

klasifikasinya :

a) Penggolongan berdasarkan tinggi terjun

1. PLTA jenis terusan air (water way) adalah pusat listrik yang

mempunyai tempat pengambilan air (intake) dari hulu sungai, dan

mengalirkan air ke hilir. Tenaga ini dibangkitkan dengan memanfaatkan

tinggi terjun dengan kemiringan sungai tersebut.

2. PLTA jenis bendungan (dam) adalah jenis pusat listrik dengan

bendungan yang melintang pada sungai guna menaikkan permukaan air di

bagian hulu bendungan dan membangkitkan tenaga listrik dengan

memanfatkan tinggi terjun yang diperoleh antara sebelah hulu dan hilir

sungai.

3. PLTA jenis bendungan dan terusan air merupakan jenis gabungan dari

kedua jenis pembangkit listrik diatas. Jenis ini membangkitkan tenaga

listrik dengan menggunakan tinggi terjun yang didapatkan dari bendungan

dan terusan.

b) Penggolongan menurut aliran air

1. PLTA jenis aliran sungai langsung adalah jenis pembangkitan listrik

dengan memanfaatkan aliran sungai langsung secara alamiah.

2. PLTA jenis dengan kolam pengatur, yaitu pembangkit dengan

pengatur aliran air sungai setiap hari dengan menggunakan kolam

pengatur yang dibangun melintang pada sungai.


14

3. PLTA jenis waduk mempunyai sebuah bendungan besar yang

dibangun melintang sungai. Air dikumpulkan dalam musim hujan dan

dikeluarkan pada musim kemarau.

4. PLTA jenis pompa adalah jenis pembangkitan tenaga listrik yang

memanfaatkan kelebihan tenaga pada musim hujan. Pusat listrik jenis ini

memanfaatkan tenaga listrik pada beban puncak pada malam hari

c) Penggolongan berdasarkan nilai daya yang dihasilkan

1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), kapasitas daya > 5 MW (5.000

kW)

2. Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM), kapasitas daya 100

kW – 5.000 kW

3. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), kapasitas daya <

100 kW

2.5 Komponen PLTMH [14]

Dalam suatu lokasi, pembangkit listrik tenaga mikrohidro dapat dipetakan

sebagai suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen bangunan sipil serta

komponen elektrikal dan mekanikal. Beberapa komponen sipilnya seperti

bendungan, saluran penyadap, saluran pembawa, saluran pelimpah, kolam

penenang, pipa pesat, rumah pembangkit, dan saluran pembuang. Pada komponen

elektrikal dan mekanikalnya terdapat komponen seperti turbin, generator,

transmisi mekanik, panel, dan juga jaringan distribusi.


15

2.5.1 Bendungan (weir)

Bendungan (weir) dapat didefinisikan sebagai bangunan yang

berada melintang sungai yang berfungsi untuk membelokkan arah aliran air.

Konstruksi bendungan (weir) bertujuan untuk menaikkan dan mengontrol

tinggi air dalam sungai secara signifikan sehingga elevasi muka air cukup

untuk dialihkan ke dalam intake pembangkit listrik tenaga mikrohidro.

Bendungan dapat digolongkan menurut strukturnya, bahan-bahan

konstruksinya, tujuan kegunaannya, prinsip perencanaannya, tingginya, dan

lain sebagainya. Penggolongan bendungan menurut bahan konstruksi dan

prinsip perencanaan yang umum dipakai adalah sebagai berikut:

 Bendungan beton, bendungan beton dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

 Bendungan gravitasi (gravity dam)

 Bendungan busur (arch dam)

 Bendungan rongga (hollow dam atau buttress dam)

 Bendungan urugan, bendungan urugan dibagi menjadi 4 bagian yaitu:

 Bendungan urugan batu (rock fill dam)

 Bendungan tanah (earth dam)

 Bendungan kerangka baja (steel frame dam)

 Bendungan kayu (timber dam)

di samping itu bendungan dapat pula digolongkan sesuai dengan tujuan

penggunaannya, misalnya : bendungan pemasukan (intake dam), bendungan

penyimpan (storage dam), bendungan pengatur (regulating dam), dan

bendungan penyimpan yang memiliki pompa (pumped storage dam). Pada


16

umumnya bendungan pemasukan menampung aliran air sungai untuk PLTA

jenis aliran sungai langsung.

Bendungan-bendungan penyimpan dan pengatur membendung air

sungai guna memperoleh tinggi terjun buatan (artificial), di samping itu

bendungan-bendungan ini menampung, menyimpan dan memasukkan air ke

turbin sesuai dengan kebutuhan. Bendungan penyimpan dipompa (pumped

storage dam) merupakan dua buah bendungan yaitu bendungan atas dan

bawah ketika pembebanan rendah pompa berfungsi untuk memompa dari

bendungan bawah ke atas. Ketika beban puncak air yang ada di bendungan

atas dialirkan ke bedungan bawah untuk mengoperasikan turbin dan

menghasilkan energi listrik. Dilihat dari segi tujuan penggunaan air yang

disimpan, bendungan dapat digolongkan dalam berbagai jenis bendungan

tanggul (embankment dam) untuk pengendalian banjir dan pengairan,

pembangkitan tenaga listrik, penyediaan air untuk pelayanan umum,

penyediaan air untuk industri, pelayaran dan sebagainya. Berdasarkan sekian

banyak tujuan penggunaan bendungan dengan dua kegunaan atau lebih

disebut bendungan serba guna (multi-purpose).

2.5.2 Saluran penyadap (intake)

Intake merupakan bangunan atau alat untuk mengambil air dari

sumbernya. Kapasitas intake harus mampu memenuhi kebutuhan maksimum

harian. Intake yang dibangun harus memenuhi beberapa persyaratan antara

lain:
17

a) Kehandalan dalam menyediakan air secara kontinyu (tetap), yaitu jangan

sampai sungai kering tidak berair.

b) Keamanan dalam beroperasi, dan

c) Pembiayaan yang minimum (hemat).

Dalam pembangunan intake harus diperhatikan antara lain :

lokasinya harus aman dari arus deras, terletak dihulu sungai sehingga aman

dari pencemaran, dan posisi intake harus tepat, agar air baku dapat diatur dan

ditampung secara konstan (tetap) sesuai dengan kebutuhan, baik musim

kemarau maupun pada musim hujan.

Intake biasanya berada di bibir sungai ke arah hulu sungai. Pada

pintu air (Intake) biasanya dilengkapi dengan perangkap sampah yang

ukurannya relatif besar, seperti : gelondongan kayu bekas penebangan hutan,

selain itu intake juga dilengkapi dengan alat kontrol debit air yang akan

dialirkan melalui saluran pembawa.

2.5.3 Saluran pembawa (headrace)

Saluran pembawa merupakan saluran yang berfungsi untuk

membawa air dari intake ke bak pengendap (settling basin) kemudian dari

bak pengendap aliran akan dialirkan ke bak penenang/forebay. Di daerah

yang berbukit, saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk

menjaga elevasi dari air yang disalurkan.


18

Saluran pembawa dapat berupa saluran seperti saluran irigasi

ataupun berupa pipa air, jika saluran pembawa berupa tanah yang tidak

dilapisi, maka harus ditentukan kecepatan air yang melalui tanah agar tidak

terjadi pengikisan seperti pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Kecepatan maksimum yang diizinkan untuk menghindari terjadinya

pengikisan tanah pada saluran pembawa [14].

Jenis Tanah Kecepatan air (m/det)


Tanah berpasir 0.3 – 0.4
Tanah padat 0.4 – 0.6
Tanah liat 0.6 – 0.8
Tanah liat pekat 0.8 – 2.0

Terdapat berbagai bentuk penampang saluran sebagai berikut:

a. Penampang setengah lingkaran

Bentuk penampang ini jarang digunakan karena kesulitan dalam

penggalian tanah dan biasanya dipakai material berbentuk setengah

lingkaran, seperti: beton, lembaran logam, dan papan kayu.


d

Gambar 2.4 Penampang setengah lingkaran [14]


19

b. Penampang Trapezoid

Profil ini yang paling sering digunakan untuk saluran yang dilapisi

maupun tidak, dikarenakan penggalian tanah yang lebih mudah, jika saluran

tidak dilapisi, maka jenis tanah yang akan dilalui air merupakan faktor

penting untuk menentukan slope/kemiringan.

Gambar 2.5 Penampang Trapezoid [14]

c. Penampang empat persegi

Profil empat persegi panjang cocok untuk penampang saluran dengan

dinding tembok batu bata atau batuan. Penggunaan saluran dengan bentuk

persegi dapat mengurangi volume tanah yang digali, jika profil ini

digunakan pada kanal yang berupa tanah padat lebih mempercepat

pengikisan.

w
Gambar 2.6 Penampang Empat Persegi [14]
20

d. Penampang Segitiga

Profil ini jarang digunakan, biasanya dipakai papan kayu sebagai

saluran air atau dilapisi beton.

Gambar 2.7 Penampang Segitiga [14]

untuk menentukan dimensi penampang saluran, dapat ditentukan dengan

prosedur sebagai berikut:

 Menentukan luas penampang saluran menggunakan persamaan

2.1 :

𝑄
𝐴= ......................................................................... (2.1)
𝑣

Dimana:

Q = debit air yang mengalir (m3/det)

v = Kecepatan air dalam saluran (m/det)

 Menentukan parameter hydraulic radius.

Perhitungan yang lebih akurat, parameter hydraulic radius

tergantung pada profil saluran dan luas penampang. Seperti terlihat

pada Tabel 2.3 sudut 𝜃 adalah sudut tepi sungai dengan dasar

saluran.
21

Tabel 2.3 Dimensi penampang dan hydraulic radius saluran [14].

Hydraulic
Profil Dimensi
radius, r(m)
Diameter = 4r
Kedalaman (d) = 2r
Setengah lingkaran 0,4√𝐴

4𝑟
Trapezoid Lebar (w) = (𝑠𝑖𝑛𝜃)
𝑠𝑖𝑛𝜃
0,5√2−𝑐𝑜𝑠𝜃 √𝐴
Empat Persegi
d = 2r

0,35√𝐴 w = 4r

Segitiga 0,35√𝐴
d = 2,8r
w = 5,7r

 Menentukan slope

Slope saluran merupakan perbandingan jatuh vertikal dengan panjang

horizontal yang dapat diperoleh dengan persamaan 2.2 :

𝑛𝑣
S=( 2⁄ ) .............................................................................. (2.2)
𝑟 3

dimana:

s = kemiringan saluran

n = koefisien kekasaran saluran


22

v = kecepatan air dalam saluran (m/det)

r = hydraulic radius (m)

sedangkan besar koefisien kekasaran “n” ditentukan dengan Tabel 2.4

sebagai berikut :

Tabel 2.4 Nilai koefisien kekasaran saluran “n” [14]

Tipe Saluran dan Jenis Harga


No Minimum Maksimum
Bahan Normal
Beton
 Gorong-gorong lurus dan
0,010 0,011 0,013
1. bebas dari kotoran
 Gorong-gorong dengan
lengkungan dan sedikit 0,011 0,013 0,014
kotoran/gangguan
 Beton dipoles 0,011 0,012 0,014
 Saluran pembuang dengan
0,013 0,015 0,017
bak kontrol
Tanah, lurus, dan seragam
2.  Bersih baru 0,016 0,018 0,020
 Bersih telah melapuk 0,018 0,022 0,025
 Berkerikil 0,022 0,025 0,030
 Berumput pendek,
sedikit tanaman 0,022 0,027 0,033
pengganggu
Saluran alam
3.
 Bersih lurus 0,025 0,030 0,033
 Bersih, berkelok-kelok 0,033 0,040 0,045
 Banyak tanaman
0,050 0,070 0,080
Pengganggu
 Dataran banjir berumput
0,025 0,030 0,035
pendek- tinggi
 Saluran Belukar 0,035 0,050 0,070
23

2.5.4 Saluran pelimpah (spillway)

Melalui sistem pelimpah, kelebihan air dikembalikan ke sungai

melalui saluran pelimpah. Sistem pelimpah ini juga sangat penting jika sistem

saluran pembawa air tertutup, apabila saringan di bak penenang terhalang,

kelebihan air di bak penenang akan dikembalikan ke sungai untuk mencegah

aliran berlebih yang tidak terkontrol yang dapat menimbulkan konsekuensi

yang fatal erosi dan tanah longsor.

2.5.5 Kolam penenang (forebay)

Bak ini berfungsi untuk meredam gejolak aliran yang dapat

mengganggu kestabilan kecepatan aliran air. Bak penenang berperan untuk

mengatur debit air agar tetap konstan. Saat air meluap atau banjir, maka bak

penenang meredamnya agar debit air tetap konstan, tidak berubah. Hal

tersebut juga terjadi jika sebaliknya, setelah air dalam keadaan tenang, maka

air akan dialirkan melalui pipa penstock. Fungsi dari bak penenang adalah

untuk mengatur perbedaan keluaran air antara sebuah penstock dan headrace,

dan untuk pemisahan akhir kotoran dalam air seperti pasir dan kayu, untuk

mendapatkan hasil yang maksimal, dibutuhkan bak penenang yang memiliki

kriteria sebagai berikut:

a) Volume bak 10 – 20 kali debit yang masuk untuk menjamin aliran steady

di pipa pesat dan mampu meredam tekanan balik pada saat penutupan

aliran di pipa pesat.

b) Bak penenang direncanakan dengan menetapkan kecepatan vertikal

partikel sendimen 0.03 m/det.


24

c) Pipa pesat ditempatkan 15 cm diatas dasar bak penenang untuk

menghindarkan masuknya batu atau benda yang tidak diijinkan terbawa

memasuki turbin karena berpotensi merusak runner turbin.

d) Pipa pesat ditempatkan pada jarak minimum 4 x D (diameter pipa pesat)

dari muka air untuk menjamin tidak terjadi turbulensi dan pusaran yang

memungkinkan masuknya udara bersama aliran air didalam pipa pesat.

e) Bak penenang dilengkapi trash rack untuk mencegah sampah dan

benda-benda yang tidak diinginkan memasuki pipa pesat bersama aliran

air.

f) Pipa penguras ditempatkan di bak pengendap dan bak penenang sebagai

kelengkapan untuk perawatan (pembuangan endapan sendimen).

g) Bak penenang dilengkapi pelimpas yang direncanakan untuk membuang

kelebihan debit pada saat banjir. Bangunan bak penenang dan saluran

pembawa direncanakan terjaga ketinggian permukaan pada saat banjir

sampai maksimum 25% dari debit desain.

h) Kontruksi bak penenang dan pengendap berupa pasangan batu diplester

dengan dasar bak berupa coran beton tumbuk (tanpa tulangan) kedap air.

2.5.6 Saringan atau Strainer

Saringan berfungsi untuk menyaring sampah pada air sungai

sebelum air masuk kedalam penstock. Saringan ini dipasang dipangkal bak

pengendap dan ujung pipa pesat. Saringan ini harus selalu diperiksa sehingga

dapat dipastikan sampah tidak menghalangi lubang saringan yang dapat

mengganggu kecepatan aliran air.


25

2.5.7 Pipa pesat (penstock)

Pipa pesat adalah pipa yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bak

penenang (forebay Tank). Pipa ini dilengkapi dengan katup untuk mengatur

debit dan kecepatan air yang digunakan untuk memutar turbin. Luas

penampang pipa pesat dapat ditentukan dengan persamaan 2.3

𝑄𝑝
𝐴𝑝 = ................................................................................................ (2.3)
𝑉𝑝

keterangan :

𝐴𝑝 : Luas penampang pipa pesat (m2)

𝑄𝑝 : Debit air (m3/detik)

𝑉𝑝 : Kecepatan alairan air dalam pipa (m/detik)

kecepatan aliran air dalam pipa dapat ditentukan menggunakan persamaan

2.4:

𝑉𝑝 = 0,125√2. 𝑔. ℎ ................................................................................ (2.4)

keterangan :

𝑉𝑝 : kecepatan aliran air dalam pipa pesat (m/detik)

𝑔 : percepatan gravitasi (9,81 m2/detik)

ℎ : Head (meter)
26

hubungan luas penampang pipa dengan diameter dinyatakan melalui

persamaan 2.5 :

𝜋𝐷 2
𝐴𝑝 = ................................................................................................ (2.5)
4

keterangan :

D = diameter pipa (m)

𝐴𝑝 : Luas penampang pipa pesat (m2)

dengan demikian, menentukan diameter pipa dapat menngunakan persamaan

2.6 :

4𝐴𝑝 4𝑄𝑝
𝐷=√ = √𝜋𝑉 ....................................................................... (2.6)
𝜋 𝑝

tebal pipa pesat dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.7 :

508+𝐷
𝑡𝑚𝑖𝑛 = ............................................................................... (2.7)
400

keterangan :

𝑡𝑚𝑖𝑛 : tebal pipa pesat (mm)

𝐷 : diameter (m)

Perencanaan pipa pesat mencakup pemilihan material, diameter

penstock, tebal, dan jenis sambungan (coordination point). Pemilihan

material berdasarkan pertimbangan kondisi operasi, aksesibilitas, berat,

sistem penyambungan, dan biaya. Diameter pipa pesat dipilih dengan


27

pertimbangan keamanan, kemudahan proses pembuatan, ketersediaan

material, dan tingkat rugi (fiction losses) seminimal mungkin. Jenis pipa

pesat terdapat berbagai macam. Setiap jenis tersebut memiliki koefisien yang

berbeda, daftar bahan dan koefisiennya dapat dilihat pada Tabel 2.5

Tabel 2.5 koefisien Manning beberapa jenis pipa [14]

No. Jenis-Jenis Pipa N


1 Polyethylene (PE) 0,009
2 PVC 0,009
3 Asbestos Cement 0,011
4 Welded Steel 0,012
5 Wood Stave 0,012
6 Cast Iron 0,014
7 Concrete (Steel Forms Smooth Finish) 0,014
8 Ductile Iron 0,015

Ketebalan penstock dipilih untuk menahan tekanan hidrolik dan surge

pressure. Pipa yang membawa air dari bak penenang jatuh kesudu-sudu

turbin. Pipa pesat juga mempertahankan tekanan air jatuh sehingga energi

tidak terbuang.

2.5.8 Rumah pembangkit (power house)

Rumah pembangkit adalah rumah dimana semua peralatan

mekanik dan elektrik PLTMH berada, seperti: turbin, generator, dan

komponen-komponen elektrikal lainnya. Rumah pembangkit ini difungsikan

untuk melindungi keamanan dan kelancaran operasional mesin utama

PLTMH, seperti : menghindari pencurian, perusakan akibat manusia, hewan

atau karena cuaca.


28

2.5.9 Saluran pembuang (tailrace)

Saluran pembuang (Tailrace) merupakan saluran yang berfungsi

untuk menyalurkan air yang sudah melewai turbin, kemudian air tersebut

kembali ke sungai semula. Konstruksi dari tailrace adalah pasangan batu dan

beton pada bagian lantai penutup. Dimensi tailrace harus dibangun dengan

baik dan benar sehingga cukup untuk menapung aliran air maksimal yang

keluar dari turbin, dengan tujuan untuk menghindari resiko banjir yang terjadi

pada rumah pembangkit.

2.5.10 Turbin

Turbin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengubah

energi potensial dan energi kinetik air menjadi energi putar (energi mekanik),

terdapat dua jenis utama turbin, yaitu: turbin aksi/impuls dan turbin reaksi.

Pada turbin impuls, pancaran air bebas mendorong bagian turbin yang

ditempatkan pada tekanan atmosfer. Sebagai contoh: turbin ini adalah turbin

pelton, turgo, dan crossflow, sedangkan pada turbin reaksi, aliran air terjadi

pada tekanan tertutup.

Sebagai contoh turbin ini adalah turbin kaplan, propeller, dan

turbin francis. Kedua jenis turbin tersebut tergantung pada perubahan

momentum dari air, sehingga gaya dinamikalah yang mengenai bagian yang

berputar (Runner) dari turbin tersebut. Pemilihan jenis turbin air yang dipakai

PLTMH tergantung pada karakteristik site tempat lokasi tersebut, terutama

tinggi head serta besar aliran yang ada.


29

Setiap turbin mempunyai kecepatan putar tertentu, dimana turbin

tersebut akan beroperasi dengan efisien terbaik pada kombinasi head dan

debit tertentu. Kecepatan putar desain turbin sebagian besar ditentukan oleh

besar head operasi turbin air tersebut. Turbin air dapat dibagi atas head

tinggi, head menengah, dan head rendah.

Selain itu, belt (sabuk) transmisi penghubung antara roda poros

turbin dan roda poros generator harus dilindungi dengan sangkar pengaman,

hal ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan dan keselamatan ketika

beroperasi.

2.5.11 Generator

Fungsi generator adalah untuk mengubah tenaga putar/gerak

menjadi listrik. Listrik yang dihasilkan diatur terlebih dahulu sebelum

disalurkan ke konsumen. Sistem kontrol listrik yang digunakan berupa panel-

panel, biasanya berbentuk kotak menempel di dinding, berisi peralatan

elektronik untuk mengatur listrik yang dihasilkan generator. Terdapat dua

komponen utama dalam generator, yaitu rotor dan stator. Stator adalah

kumparan-kumparan tembaga yang terdapat dalam generator dan posisinya

tetap (diam). Adapun dengan rotor adalah bagian yang terdapat dalam

generator, terbuat dari magnet dan menghasilkan fluks magnet.


30

2.6 Peralatan Pekerjaan Yang digunakan untuk Survey PLTMH

Peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan SID (Survey

Investigasi Design) pembangunan Micro Hydro Desa Wonorejo, Kecamatan

Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar yaitu :

a) Alat Transportasi

Alat Transportasi yang digunakan disini adalah mobil, yang sudah

disediakan dan disiapkan oleh perusahaan yaitu: mobil perusahaan.

b) Global Positioning System (GPS)

GPS merupakan sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi

dengan bantuan penyelarasan satelit. Bagian terpenting dalam GPS adalah

beberapa satelit yang berada di orbit bumi. GPS memiliki beberapa sistem,

selain satelit terdapat 2 sistem yang saling berhubungan, sehingga jadilah 3

bagian penting dalam sistem GPS yaitu : GPS Control Segment (Bagian

Kontrol), GPS Space Segment (Bagian Angkasa), dan GPS User Segment

(Bagian Pengguna). GPS dalam survey PLTMH ini digunakan untuk

menetukan titik koordinat dan kedalaman suatu tempat yang ketinggiannya

diukur dari permukaan laut.


31

Gambar 2.8 GPS (Global Positioning System) merk Garmin

c) Current Meter Counter

Current Meter Counter merupakan alat yang berbentuk Propeller

(baling-baling) yang dihubungkan dengan kotak pencatat (Monitor yang

akan mencatat jumlah putaran selama Propeller tersebut berada dalam air)

kemudian dimasukkan kedalam sungai yang akan diukur kecepatan

alirannya. Bagian ekor alat tersebut yang berbentuk seperti sirip akan

berputar karena gerakan aliran air sungai. Kecepatan aliran air akan

ditentukan dengan jumlah putaran per detik yang kemudian dihitung akan

disajikan dalam monitor kecepatan rata-rata aliran air selama selang waktu

tertentu. Current Meter Counter pada Survey PLTMH ini digunakan untuk

menghitung kecepatan aliran air yang terjadi pada suatu sungai, dalam satu

kesatuan waktu tertentu.


32

Gambar 2.9 Current Meter Counter


d) Walking Distance Meter

Walking Distance Meter merupakan Walking Wheel yang digunakan

untuk mengukur panjang jalur atau jalan dengan metode meteran dorong.

Walking Distance Meter ini mempunyai 2 model yaitu : dengan 1 roda dan 2

roda. Walking Distance Meter pada survey PLTMH ini digunakan untuk

mengetahui panjang jalur saluran penyadap (Intake) jalur untuk mengambil

air sungai menuju ke saluran PLTMH yaitu : Saluran Pembawa (Head

Race), dan Saluran Pelimpah (Spillway).


33

Gambar 2.10 Walking Distance Meter

e) Rollmeter

Rollmeter merupakan alat ukur yang berfungsi untuk mengukur jarak

atau panjang. Rollmeter adalah alat ukur panjang yang bisa digulung,

dengan panjang 25 sampai 50 meter. Ketelitian pengukuran dengan

menggunakan Rollmeter dapat mencapai 0,5 mm. Rollmeter umumnya

terbuat dari bahan plastik atau plat besi tipis. Rollmeter pada survey

PLTMH ini digunakan untuk mengukur lebar sungai demi kebutuhan tolok

ukur menghitung debit air sungai.


34

Gambar 2.11 Rollmeter

f) Komputer dan Printer

Komputer dan Printer dalam Survey PLTMH ini berfungsi untuk

mencetak dan mengolah data hasil survey PLTMH dari data curah hujan,

debit air sungai, dan titik-titik kordinat yang direncanakan untuk PLTMH.

Gambar 2.12 Komputer dan Printer


g) Kamera

Kamera merupakan seperangkat perlengkapan yang memiliki fungsi untuk

mengabadikan suatu objek menjadi sebuah gambar yang merupakan hasil

proyeksi pada sistem lensa. Kamera dalam proyek PLTMH kali ini berfungsi

untuk mengambil gambar atau obyek yang berada di tempat survey PLTMH,

untuk mengetahui medan yang ada disekitarnya.


35

Gambar 2.13 Kamera


2.7 Pengukuran Debit [6] [11]

Debit adalah jumlah air yang mengalir melalui suatu penampang sungai

tertentu persatuan waktu. Debit dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya oleh

curah hujan, keadaan geologi, flora, temperatur, dan lain-lain. Debit selalu

berubah dari musim ke musim dan dari hari ke hari. Pengukuran debit sungai

sangat penting untuk menentukan tenaga yang dihasilkan oleh pembangkit listrik

tenaga air.

Debit sungai merupakan data pokok untuk perencanaan pembangkit listrik

tenaga air sehingga harus diukur secara teliti dalam jangka waktu yang selama

mungkin. Kecepatan rata-rata aliran sungai pada suatu bagian dari penampangnya

diukur, kemudian dikalikan dengan luas penampang pada bagian itu. Hasil

perkalian luas penampang dengan kecepatan tersebut adalah debit sungai [6].

Debit sungai diperoleh dari pengamatan tinggi permukaan air dengan

mempergunakan lengkung debit tinggi air yang pada umumnya dilakukan dengan

gardu-gardu pengamatan.
36

Luas penampang diukur dengan menggunakan meteran dan piskal

(tongkat bambu atau kayu). Dalam mengukur luas penampang perlu diukur

kedalaman sungai dibeberapa titik, kemudian kedalaman titik yang telah didapat

dihitung dengan menggunakan Persamaaan 2.8 :

𝒅𝒏−𝟏 + 𝒅𝒏
𝑨𝒏 = 𝒊𝒏 × ( ) .............................................................................. (2.8)
𝟐

dimana :

A = luas penampang

i = jarak atau panjang segmen

n = nomor segmen atau nomor titik

d = kedalaman titik

Kecepatan aliran diukur dengan menggunakan currentmeter atau juga

dengan metode apung. Pengukuran kecepatan aliran dengan metode apung

dilakukan dengan jalan mengapungkan suatu benda, misalnya bola pingpong

atau botol berisi air setengah penuh. Kecepatan aliran merupakan hasil bagi antara

jarak lintasan dengan waktu tempuh atau dapat dituliskan dengan persamaan 2.9:

𝑳
𝑽 = ........................................................................................................... (2.9)
𝒕

keterangan :

V = kecepatan (m/s)
37

L = panjang lintasan (m)

T = waktu tempuh (s)

2.7.1 Debit Andalan [11]

Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai

untuk kemungkinan atau probabilitas terpenuhi yang sudah ditentukan.

Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai

lebih rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit andalan ditentukan

untuk periode tengah bulanan. Debit minimum sungai dianalisis atas dasar

data debit harian sungai. Perhitungan debit andalan dapat dilakukan

berdasarkan data debit hasil pencatatan pos duga muka air atau perhitungan

data curah hujan. Analisis debit menggunakan cara perhitungan dengan

beberapa parameter sebagai berikut:

a) Perhitungan data curah hujan

Data curah hujan diukur dengan alat pengukur hujan, baik yang manual

ataupun yang otomatis. Hasil pengukuran yang diperoleh dari setiap alat

pengukur hujan adalah data hujan lokal, sedangkan untuk keperluan

analisis, diperlukan data hujan daerah tangkapan air. Stasiun pencatatan

hujan dipilih dengan persyaratan sebagai berikut:

 Pilih 1 lokasi stasiun pencatat hujan yang terdekat dengan lokasi

(<10 km)
38

 Apabila tidak ada stasiun pencatat hujan dengan jarak < 10km,

maka dicari stasiun hujan lain dengan jarak 10-20km, minimal 2

stasiun pencatat hujan.

 Apabila tidak ada stasiun pencatat hujan dengan jarak 10-20km,

maka dicari stasiun hujan lain dengan jarak < 50km, minimal 3

stasiun pencatat hujan.

b) Perhitungan debit andalan.

Perhitungan debit andalan dengan cara empiris untuk desain bangunan

air di Indonesia umumnya menggunakan beberapa metode, yaitu: metode

Mock, NRCEA dan Tank Model. Analisis debit dari ketiga metode tersebut

direkomendasikan berdasarkan tingkat empiris, ketepatan hasil, dan

kemudahan perhitungan debit andalan [11]. Berdasarkan pengalaman

lapangan, metode Mock merupakan metode yang direkomendasikan untuk

mendukung desain [11].

2.8 Pemilihan Turbin [13]

Turbin adalah bagian terpenting dari unit Mikro Hidro. Pada turbin, aliran

air diubah menjadi energi kinetik yang akan memutar rotor (kincir). Dengan belt,

pulley pada rotor dihubungkan dengan pulley pada generator yang akan

mengubah putaran yang dihasilkan menjadi energi listrik. Jumlah daya listrik

yang diperoleh sangat tergantung debit air dan beda ketinggian lokasi.

Berdasarkan ketinggian, desain turbin dapat dikelompokkan menjadi 3:

tinggi (high head) diatas 30 meter, sedang (medium head) dengan beda tinggi
39

antara 10-30 meter, dan rendah (low head) dengan beda tinggi dibawah 10 meter.

Turbin juga dibedakan berdasarkan cara kerjanya, yaitu turbin impuls dan turbin

reaksi. Turbin impuls adalah turbin yang mengubah seluruh energi air menjadi

energi kinetik yang akan memutar turbin, sehingga menghasilkan energi puntir.

Sedangkan turbin reaksi adalah turbin yang mengubah energi air secara langsung

menjadi energi kinetik.

Tabel 2.6 Jenis Turbin [13]

Jenis Turbin HighHead (>30m) Medium Head Low Head (<10m)


Turbin Impulse Pelton, Turgo Crossflow, Multi Crossflow
Jet Pelton, Turgo
Turbin Reaksi Francis Propeller, kaplan

Cara kerja kedua tipe turbin tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Turbin Impuls

Turbin jenis ini meliputi crossflow, pelton, dan turgo. Penggunaan

tekanan yang sama pada setiap sisi sudut geraknya (runner) di tempat

bagian turbin berputar.

b. Turbin Reaksi

Turbin reaksi meliputi jenis francis dan kaplan/propeller. Turbin ini

menggunakan energi kinetik dan tekanan yang dikonversikan di runner,

sehingga turbin tidak menerima tumbukan dan hanya mengikuti aliran air.
40

Bentuk turbin yang dipakai untuk pembangkit listrik tenaga air ditentukan

oleh data-data potensi yang ada. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam

pemilihan tipe turbin yang digunakan dalam pembangkit listrik tenaga air, yaitu:

a) Tinggi terjun (H)

Tinggi terjun merupakan faktor utama yang paling mempengaruhi

pemilihan tipe turbin. Suatu turbin dirancang khusus untuk tinggi terjun

tertentu, jika digunakan pada tinggi terjun yang tidak sesuai dengan

spesifikasinya, maka tidak akan dapat bekerja secara optimal.

b) Kapasitas aliran / debit ( Q )

Dengan kapasitas aliran yang besar, maka diameter untuk aliran air yang

masuk ke turbin juga besar. Kontruksinya juga harus kuat untuk menahan

tekanan air yang besar.

c) Kecepatan spesifik ( ns )

Kecepatan spesifik ns digunakan sebagai tanda batasan untuk membedakan

tipe runner dan dipakai sebagai suatu besaran yang penting dalam

perencanaan turbin air. Besar kecepatan spesifik tergantung pada

kecepatan turbin yang ditentukan.

√𝑄
𝑛𝑠 = 𝑛 3 ...................................................................................... (2.10)
𝐻 ⁄4

Dimana: ns = kecepatan spesifik

n = kecepatan putar turbin yang ditentukan ( rpm )

Q = debit aliran air ( m3/detik )

H = tinggi terjun ( m )
41

Untuk menentukan tipe turbin dengan kecepatan spesifik tertentu dapat

dipilih dengan kurva seperti pada Gambar 2.14 :

Gambar 2.14 Batas tertinggi dari kecepatan spesifik untuk beberapa turbin air [13]

Berikut ini penjelasan mengenai beberapa macam turbin yang biasa digunakan

pada PLTMH :

2.8.1 Turbin Pelton

Turbin Pelton mempunyai satu atau beberapa nosel yang memancarkan air

dan mendorong runner untuk berputar. Turbin Pelton biasanya tidak digunakan

untuk pembangkit yang mempunyai tinggi terjun dibawah 150 meter, jika
42

digunakan pada potensi tinggi terjun yang rendah, maka kecepatan putar dari

runner akan menjadi rendah dan daya yang dibangkitkan juga rendah.

Turbin Pelton digunakan untuk menghasilkan daya pada potensi dengan

tinggi terjun yang lebih rendah, maka dapat dilakukan dengan cara memperbesar

diameter nosel. Berkurangnya tinggi terjun dengan diameter nosel yang sama

mengakibatkan berkurangnya kecepatan turbin. Turbin Pelton dapat

menghasilkan kecepatan putar yang sama dapat diusahakan dengan memperbesar

diameter nosel agar jumlah air yang dipancarkan ke runner bertambah.

Penambahan diameter nosel terbatas tergantung pada besarnya buckets yang

digunakan, selain dengan memperbesar diameter nosel, penggunaan turbin pelton

untuk tinggi terjun yang kurang dapat dilakukan dengan menambah nosel yang

memancarkan air ke buckets. Kontruksi turbin Pelton ditunjukkan pada gambar

2.15

Gambar 2.15 Kontruksi turbin pelton [13]

Turbin Pelton untuk PLTMH biasanya mempunyai efisiensi sekitar 70% sampai

85%. Turbin Pelton dapat berputar dengan kecepatan liar (runaway speed) bila
43

beban turbin tiba-tiba hilang. Kecepatan liar turbin karena hilangnya beban dapat

mencapai 1,8 kali dari kecepatan pada waktu beroperasi dalam keadaan normal.

2.8.2 Turbin Francis

Turbin Francis bekerja dengan memakai proses tekanan lebih. Pada waktu

air masuk ke runner sebagian dari energi tinggi terjun yang telah bekerja didalam

sudu pengarah diubah menjadi kecepatan air masuk. Sisa energi jatuh

dimanfaatkan didalam sudu jalan. Dengan adanya pipa hisap memungkinkan

energi tinggi terjun bekerja di sudu jalan semaksimum mungkin.

Pada saat keluar runner tekanan air menjadi rendah (kurang dari 1

atmosfer) dan kecepatan aliran air tinggi. Didalam pipa hisap kecepatan aliran

akan berkurang dan tekanannya akan kembali naik sehingga air bisa dialirkan

keluar lewat saluran air bawah dengan tekanan yang sama dengan keadaan

sekitarnya. Jalannya tekanan dan kecepatan air ketika melewati turbin secara

inormatif terdapat pada gambar 2.16. Pipa hisap pada turbin berfungsi mengubah

energi kinetik menjadi energi tekanan. Sudu pengarah dan sudu jalan pada turbin

Francis terbenam didalam air. Air yang masuk turbin bisa dialirkan melalui

pengisian air dari atas atau melalui suatu ruang yang berbentuk spiral. Daya yang

dihasilkan turbin bisa diatur dengan cara mengubah posisi pembukaan sudu

pengarah, dengan demikian kapasitas air yang masuk kedalam runner bisa

diperbesar atau diperkecil. Turbin Francis dipasang dengan posisi poros vertikal

atau horisontal.
44

Gambar 2.16 Irisan perspektif suatu turbin Francis [13]

Runner turbin Francis memiliki sudu dengan jumlah antar 8 dan 15 yang

biasanya terletak antar pusat poros dan cincin silinder sebelah luar. Bentuk sudu –

sudu tersebut berbeda-beda sesuai dengan kecepatan spesifik ns.


45

2.8.3 Turbin Kaplan/ Propeller

Bagian-bagian turbin Propeller juga ditemukan pada turbin Kaplan. Letak

perbedaannya sudu pada turbin Kaplan dapat diputar didalam leher poros. Sudut

sudu dapat diatur sesuai dengan kondisi operasi turbin saat itu, semakin kecil

tinggi terjun yang tersedia, semakin sedikit belokan aliran air didalam sudu jalan.

Runner turbin Francis yang bentuk sudunya selalu diregangkan, lambat laun akan

mirip seperti roda propeller dengan sayap dukung yang letak profil sudunya

terpisah jauh satu sama lain, seperti gambar 2.17, dengan bertambahnya kapasitas

air yang masuk kedalam turbin maka akan bertambah besar luas penampang

saluran yang dilalui air dan selain itu kecepatan putar turbin yang demikian bisa

dipilih lebih tinggi.

Pusat listrik tenaga sungai, aliran air bisa diatur dengan memakai

bendungan, semakin besar kapasitas air yang mengalir pada saat air tinggi akan

makin kecil tinggi terjun yang bisa dimanfaatkan karena tinggi permukaan air atas

adalah tetap konstan sedangkan air pada permukaan bawah akan naik. Kecepatan

relatif menjadi lebih besar dari kecepatan absolut sehingga sudu yang dilalui air

harus diganti dengan sudu tetap seperti pada turbin Propeller, sedangkan untuk

kecepatan tangensial tergantung dari kecepatan putaran turbin. Turbin ini

digunakan untuk tinggi terjun yang rendah ( ≤ 10 m )


46

Gambar 2.17 Kontruksi Turbin Kaplan [13]

2.8.4 Turbin Crossflow

Turbin aliran ini baik sekali digunakan untuk pusat tenaga air yang kecil.

Dengan daya kurang dari 750 KW. Tinggi air jatuh yang bisa digunakan diatas 1

m sampai 200 m dengan debit antara 0,02 m3/detik sampai dengan 7 m3/detik.

Efisiensinya kurang lebih 80%. Kecepatan putarnya antara 60 rpm sampai sekitar

200 rpm tergantung kepada diameter runner.

Turbin ini terdiri dari 2 bagian, nozzle dan runner turbin. Runner terdiri

dari 2 paralel cakram bundar yang dihubungkan oleh lengkung daun sudu.

Gambar 2.18 Diagram Turbin Crossflow [13]


47

keterangan Gambar 2.18 :

1) Air-ventingvalve

2) Distributor

3) Turbine casing (all thick grey)

4) Runner

5) Removable rear casing

6) Blades

7) Water flow

8) Shaft

2.9 Perancangan Mekanik Turbin Air [19]

Turbin Crossflow dari dua bagian utama yaitu : nosel dan roda turbin. Roda

turbin terbuat dari dua piringan lingkaran yang disatukan pada rim oleh sudu-

sudu. Nosel yang mempunyai penampang persegi panjang, memancarkan air

masuk memenuhi seluruh turbin dengan sudut absolut 160 °. Air membentur sudu

lalu mengalir melalui sudu dan meninggalkan sudu melalui suatu ruangan kosong

antara rim sebelah dalam alur masuk kembali ke rim di sisi yang lain kemudian

akhirnya keluar.

Perancangan atau perhitungan parameter-parameter turbin Crossflow dapat

ditentukan dengan cara :


48

a) kecepatan air sebelum masuk ke Impeler dapat diketahui dengan

persamaan 2.11 :

𝑉1 = 𝐶 √2. 𝑔. ℎ𝑒𝑓𝑓 ................................................................ (2.11)

keterangan :

𝑉1 : kecepatan air sebelum masuk ke impeler turbin (m/detik)

𝐶 : koefisien kecepatan (0,96)

𝑔 : percepatan gravitasi (9,81 m2/detik)

ℎ𝑒𝑓𝑓 : head efektif (m)

b) kecepatan spesifik turbin dapat diketahui dengan persamaan 2.12 :

513,25
𝑁𝑠 = 0,505 .............................................................................. (2.12)
ℎ𝑒𝑓𝑓

𝑁𝑠 : kecepatan spesifik turbin (rpm)

ℎ𝑒𝑓𝑓 : head efektif (m)

c) kecepatan putar turbin dapat diketahui dengan persamaan 2.13 :

5
ℎ𝑒𝑓𝑓 4
𝑁 = 𝑁𝑠 ....................................................................... (2.13)
√𝑃𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛
49

Keterangan :

N : kecepatan putar turbin (rpm)

𝑁𝑠 : kecepatan spesifik turbin (rpm)

ℎ𝑒𝑓𝑓 : head efektif (m)

𝑃𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛 : daya yang dihasilkan turbin (watt)

d) menentukan kecepatan luar runner dapat menggunakan persamaan 2.14


𝑉1 𝑥 cos 𝛼1
𝑢1 = ....................................................................... (2.14)
2

keterangan :

𝑢1 : kecepatan luar runner (m/detik)

𝑉1 : kecepatan air sebelum masuk ke impeler turbin (m/detik)

𝛼1 : sudut runner turbin diasumsikan sebesar 16°

e) menentukan diameter luar runner dapat ditentukan melalui persamaan 2.15

60 𝑥𝑢1
𝐷1 = ............................................................................ (2.15)
𝜋𝑥𝑁

keterangan :

𝐷1 : diameter luar runner (m)

𝑢1 : kecepatan luar runner (m/detik)

N : kecepatan putar turbin (rpm)


50

f) menentukan radius luar runner dapat diketahui dengan persamaan 2.16 :

𝐷1
𝑅1 = .................................................................................. (2.16)
2

keterangan :

𝑅1 : radius luar runner (m)

𝐷1 : diameter luar runner (m)

g) diameter dalam runner dapat ditentukan menggunakan persamaan 2.17

2
𝐷2 = 3 𝑥 𝐷1 ............................................................................. (2.17)

Keterangan :

𝐷2 : Diameter dalam Runner (m)

𝐷1 : Diameter luar Runner (m)

h) menentukan radius dalam runner dapat menggunakan persamaan 2.18

𝐷2
𝑅2 = .................................................................................... (2.18)
2

Keterangan :

𝑅2 : radius dalam runner (m)

𝐷2 : Diameter dalam Runner (m)


51

i) menentukan lebar runner dapat menggunakan persamaan 2.19 dan 2.20

𝑄
L = 𝑘 𝑥𝐷 ............................................................. (2.19)
1 𝑥 𝑐 √2𝑥𝑔𝑥ℎ𝑒𝑓𝑓

𝑄
L = 𝑘 𝑥𝐷 ........................................................................... (2.20)
1 𝑥𝑉1

keterangan :

L : lebar runner (m)

k : konstanta runner turbin (0,075)

𝐷1 : Diameter luar Runner (m)

𝐶 : koefisien kecepatan (0,96)

𝑔 : percepatan gravitasi (9,81 m2/detik)

ℎ𝑒𝑓𝑓 : head efektif (m)

𝑉1 : kecepatan air sebelum masuk ke impeler turbin (m/detik)

j) menetukan tebal semburan nozel, dapat ditentukan dengan persamaan 2.21

S1 = k 𝑥 𝐷1 .............................................................................. (2.21)

keterangan :

k : konstanta runner turbin (0,075)

𝐷1 : Diameter luar Runner (m)

S1 : tebal semburan nozel (m)


52

k) menentukan jarak antar sudu turbin dapat dilakukan dengan menggunakan

persamaan 2.22

S
𝑡1 = sin1𝛽 ................................................................................ (2.22)
1

keterangan :

𝑡1 : jarak antar sudu turbin (m)

S1 : tebal semburan nozel (m)

𝛽1 : sudut sudu diasumsikan sebesar 30°

l) menentukan radius kelengkungan sudu turbin dapat diketahui

menggunakan persamaan 2.23

𝑅 2 −𝑅2
𝑅𝑏 = 2𝑥𝑅 1𝑥 cos2 𝛽 ...................................................................... (2.23)
1 1

keterangan :

𝑅𝑏 : radius kelengkungan sudu turbin (m)

𝑅1 : radius luar runner (m)

𝑅2 : radius dalam runner (m)

𝛽1 : sudut sudu diasumsikan sebesar 30°

m) menentukan jumlah sudu turbin dalam runner, dapat ditentukan dengan

persamaan 2.24
𝜋𝑥𝐷1
𝑛= .................................................................................. (2.24)
𝑡1
53

keterangan :

𝑛 : jumlah sudu turbin dalam runner (buah)

𝐷1 : Diameter luar Runner (m)

𝑡1 : jarak antar sudu turbin (m)

Gambar 2.19 Segitiga kecepatan lintasan air melewati turbin [19]


54

Keterangan gambar :

 Parameter saat air masuk sudu pada tingkat 1

𝑊1 = Kecepatan relatif air masuk sudu pada tingkat 1

𝐶1 = Kecepatan air masuk turbin

𝛽1 = Sudut kecepatan air masuk bagian luar runner

𝑈1 = Kecepatan linier (keliling)

𝛼1 = sudut masuk yang dibentuk oleh kecepatan absolut dengan kecepatan

tangensial

 Parameter saat air keluar sudu pada tingkat 1

𝐶2 = Kecepatan absolut air keluar sudu tingkat 1

𝑊2 = Kecepatan relatif air keluar sudu pada tingkat 1

𝛽2 = Sudut kecepatan air masuk bagian dalam runner

𝑈2 = Kecepatan linier saat keluar sudu

2.10 Karakteristik Turbin Air [17]

 Faktor kecepatan
𝐷𝑥𝑁
Ф= ................................................................... (2.25)
8,6 𝑥 √𝐻
55

Keterangan :

Ф = Faktor Kecepatan

N = Banyak Putaran per menit

D Kecepatan
= DiameterSatuan

Kecepatan satuan merupakan kecepatan turbin (bagian yang

berputar) yang geometris yang dapat ditentukan dengan Persamaan 2.26.


𝑁𝑥𝐷
𝑁11 = .................................................................... (2.26)
√𝐻𝑛

Keterangan :

𝑁1 1 = Kecepatan satuan (rad/s)

N = Banyak putaran per menit (rpm)

D = Diameter (m)

𝐻𝑛 = Perbedaan tinggi muka air dikurangi dengan kehilangan tinggi (m)

 Debit Satuan

Debit satuan merupakan debit turbin yang geometris,yang dapat

ditentukan dengan Persamaan 2.27.

𝑄
𝑄1 1 = ...................................................................... (2.27)
𝐷 𝑥 𝐷 𝑥 √𝐻
56

Keterangan :

𝑄1 1 = Debit satuan (m3/s)

D = Diameter (m)

𝐻𝑛 = Perbedaan tinggi muka air dikurangi dengan kehilangan tinggi (m)

2.11 Analisa Klimatologi [10]

Analisa klimatologi bertujuan untuk menetukan besar nilai evapotranspirasi

potensial yang ada pada daerah sekitar PLTMH. Hal ini dikarenakan dalam dalam

perhitungan parameter curah hujan, juga terdapat parameter evapotranspirasi

yang menjadi salah satu tolok ukur analistis. Proses analisa klimatologi dapat

dilihat pada Gambar 2.20


Mulai

 Data Temperature
 Data Kelembapan
 Data Kecepatan Angin
 Data Penyinaran Matahari

Perhitungan Evapotranspirasi

Faktor Koreksi Bulanan

Evapotranspirasi Potensial

Selesai

Gambar 2.20 Flowchart Analisa Klimatologi


57

2.11.1 Evapotranspirasi Potensial

Evapotranspirasi merupakan keseluruhan jumlah air yang berasal dari

permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh

adanya pengaruh faktor-faktor iklim dan fisiologi vegetasi. Besarnya

evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari

permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan

tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui

vegetasi).Data lapangan yang kurang mewakili dan kesulitan penetuan data

evapotranspirasi yang mewakili memunculkan metode-metode untuk

memperkirakan evapotranspirasi potensial dengan menggunakan data

klimatologi. Jenis metode untuk memperkirakan evapotranspirasi potensial

dapat dilihat pada Tabel 2.7

Tabel 2.7 Jenis Metode Perhitungan Evapotranspirasi Potensial dan Faktor

Koreksi [10]

Parameter Klimatologi
Metode Temperatur Penyinaran Kelembapan Kecepatan
Matahari relatif Angin
Thomthwaite (*) (koreksi) - -
Blaney & (*) (*) (koreksi) (koreksi)
Criddle
Radiasi (*) (*) (*) (koreksi)
Penman (*) (*) (*) (*)
modifikasi
58

Analisis evapotranspirasi di Indonesia umunya menggunakan

metode Penman yang sudah direkomendasikan FAO (1970) karena

menghasilkan perhitungan yang lebih akurat dimana cakupan data

meteorologi yang digunakan paling lengkap diantara metode-metode yang

lain. Persamaan untuk metode Penman ditunjukkan pada persamaan 2.28

𝐸𝑇𝑜 = 𝐸𝑇. 𝐶 ................................................................................ (2.28)

dimana :

𝐸𝑇𝑜 = Evapotranspirasi Potensial (mm/hari)

𝐸𝑇 = Evapotranspirasi terbatas (mm/ hari)

𝑐 = Faktor koreksi akibat keadaan iklim siang atau malam (yang dapat

dilihat pada Tabel 2.8)


59

Tabel 2.8 Tabel Angka Koreksi (c) bulanan [10]

Angka Koreksi (c)


Bulan
Blany-Criddle Radiasi Penman
Januari 0,8000 0,8000 1,1000
Februari 0,8000 0,8000 1,1000
Maret 0,7500 0,7500 1,1000
April 0,7500 0,7500 1,0000
Mei 0,7000 0,7000 0,9500
Juni 0,7000 0,7000 0,9500
Juli 0,7500 0,7500 1,0000
Agustus 0,7500 0,7500 1,0000
September 0,8000 0,8000 1,1000
Oktober 0,8000 0,8000 1,1000
November 0,8250 0,8250 1,1500
Desember 0,8250 0,8250 1,1500

Nilai ET (Evapotranspirasi tanaman) dapat dicari menggunakan persamaan

2.29

𝐸𝑇 = 𝑤. 𝑅𝑛 . +(1 − 𝑤). 𝑓(𝑢). (𝑒𝑎 − 𝑒𝑑 ) ................................... (2.29)

dimana :

ET : Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

w : Faktor bobot tergantung dari temperatur udara dan ketinggian tempat

(dapat dlihat pada Tabel 2.9)

𝑅𝑛 : Radiasi neto ekivalen dengan evaporasi (mm/hari)

f(u) : fungsi kecepatan angin dihitung dengan persamaan 2.30


60

ea : tekanan uap jenuh tergantung dari temperatur (lihat Tabel 2.9)

ed : tekanan aktual pada temperatur udara rata-rata dihitung dengan

persamaan 2.31
61

Tabel 2.9 Tabel Hubungan antara T (°C), ea (mbar/mmHg), w, dan f(t) [10]

𝑒𝑎 (mbar)
Suhu (t) W 1-w f(t)
24 29,645 0,735 0,265 15,4
24,2 30,273 0,737 0,263 15,445
24,4 30,581 0,739 0,261 15,491
24,6 30,95 0,741 0,259 15,536
24,8 31,319 0,743 0,257 15,581
25 31,688 0,745 0,255 15,627
25,2 32,073 0,747 0,253 15,672
25,4 31,458 0,749 0,251 15,717
25,6 32,844 0,751 0,249 15,763
25,8 33,23 0,753 0,247 15,808
26 33,617 0,755 0,245 15,853
26,2 34,024 0,757 0,243 15,898
26,4 34,431 0,759 0,241 15,944
26,6 34,849 0,761 0,239 15,989
26,8 35,247 0,763 0,237 16,034
27 35,656 0,765 0,235 16,079
27,2 36,085 0,767 0,233 16,124
27,4 36,515 0,769 0,231 16,17
27,6 36,945 0,771 0,229 16,215
27,8 37,376 0,773 0,227 16,26
28 37,907 0,775 0,225 16,305
28,2 38,259 0,777 0,223 16,35
28,4 38,711 0,779 0,221 16,395
28,6 39,163 0,781 0,219 16,44
28,8 39,616 0,783 0,217 16,485
29 40,07 0,785 0,215 16,53
29,2 40,544 0,787 0,213 16,575
29,4 41,019 0,789 0,211 16,62
29,6 41,494 0,791 0,209 16,666
29,8 41,969 0,793 0,207 16,711
30 42,445 0,795 0,205 16,755
62

Fungsi kecepatan angin dapat ditentukan dengan persamaan 2.30

𝑢
𝑓(𝑢) = 0,27(1 + 100) ......................................................................... (2.30)

dimana :

f(u) : fungsi kecepatan angin

u : kecepatan angin (mm/detik)

Tekanan aktual pada temperatur rata-rata ditentukan dengan persamaan 2.31

𝑒𝑎 .𝑅ℎ
𝑒𝑑 = ........................................................................................... (2.31)
100

dimana :

𝑒𝑑 : tekanan aktual pada temperatur rata-rata

𝑅ℎ : Kelembapan relatif (%)

Nilai Rn dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.32

𝑅𝑛 = 𝑅𝑛𝑠 − 𝑅𝑛1 ................................................................................. (2.32)

Nilai Rns dan Rn-1 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.33,

persamaan 2.34, persamaan 2.35, dan persamaan 2.36

𝑅𝑛𝑠 =075. 𝑅𝑠 ....................................................................................... (2.33)

𝑛
𝑅𝑠 = (0,25 + 0,54 𝑁) . 𝑅𝑎 .................................................................. (2.34)

𝑛
𝑅𝑛1 = 𝑓(𝑡). 𝑓(𝑒𝑑 ). 𝑓(𝑁) ....................................................................... (2.35)
63

maka :

𝑛 𝑛
𝑅𝑛 = (0,75. (0,25 + 0,54 𝑁) . 𝑅𝑎 ) − 𝑓(𝑡). 𝑓(𝑒𝑑 ). 𝑓(𝑁) .................... (2.36)

dimana :

𝑅𝑛 : radiasi neto ekivalen dengan evaporasi (mm/hari)

𝑅𝑛𝑠 : gelombang pendek radiasi matahari yang masuk (mm/hari)

𝑅𝑛1 : gelombang panjang radiasi neto (mm/hari)

n : lama penyinara matahari per hari (%)

N : maksimum lama penyinaran matahari selama 12 jam (lihat Tabel 2.10)

𝑅𝑎 : radiasi matahari ekstra terrestrial tergantung terhadap posisi

geografis/koordinat (lihat Tabel 2.10)

f(t) : fungsi efek temperatur pada gelombang panjang radiasi dihitung dengan

persamaan 2.37 atau lihat Tabel 2.9

f(𝑒𝑑 ) : fungsi efek tekanan uap pada gelombang panjang radiasi dihitung dengan

persamaan 2.38

𝑛
f (𝑁) : fungsi efek kecerahan pada gelombang panjang radiasi dihitung dengan

persamaan 2.39
64

Tabel 2.10 Tabel besaran radiasi matahari untuk wilayah Indonesia

Letak Lintang
Bulan 5⁰ 4⁰ 2⁰ 2⁰ 4⁰ 6⁰ 8⁰ 10⁰
LU LU LU 0 LS LS LS LS LS
Januari 13,00 14,30 14,70 15,00 15,30 15,50 15,80 16,10 16,10
Februari 13,00 15,00 15,30 15,50 15,70 15,80 16,00 16,10 16,00
Maret 13,00 15,50 15,60 15,70 15,65 15,60 15,60 15,50 15,30
April 15,10 15,00 15,30 15,30 15,10 14,90 14,70 14,40 14,00
Mei 15,30 14,90 14,60 14,40 14,10 13,90 13,40 13,10 12,60
Juni 15,00 14,40 14,20 13,90 13,50 13,20 12,80 12,40 12,60
Juli 15,10 14,60 14,30 14,10 13,70 13,40 13,10 12,70 11,80
Agustus 15,30 15,10 14,90 14,80 14,50 14,30 14,00 13,70 12,20
September 15,10 15,30 15,30 15,30 15,20 15,10 15,00 14,90 13,30
Oktober 15,70 15,10 15,20 15,40 15,50 15,60 15,70 15,80 14,60
November 14,80 14,50 14,80 15,10 15,30 15,50 15,75 16,00 15,60
Desember 14,60 14,10 14,40 14,80 15,10 15,40 15,70 16,10 16,00
Min 13,00 14,10 14,20 13,90 13,50 13,20 12,80 12,40 11,80
Max 15,70 15,50 15,60 15,70 15,70 15,80 16,00 16,10 16,10
Rerata 14,58 14,82 14,88 14,94 14,89 14,85 14,80 14,73 14,18

fungsi efek temperatur dihitung dengan persamaan 2.37

𝑓(𝑡) = 𝜎. 𝑇𝑘4 ........................................................................................ (2.37)

dimana :

𝜎 : konstanta Stefan Boltzman (5,67x8,822-10)

Tk: suhu dalam Kelvin

fungsi efek tekanan uap dihitung dengan persamaan 2.38

𝑓(𝑒𝑑 ) = 0,34 − 0,044√𝑒𝑑 ................................................................. (2.38)


65

dimana :

𝑓(𝑒𝑑 ) : fungsi efek tekanan uap pada gelombang panjang radiasi

𝑒𝑑 : tekanan aktual pada temperatur udara rata-rata

fungsi efek kekecerahan sinar matahari dihitung dengan persamaan 2.39

𝑛 𝑛
𝑓 (𝑁) = 0,1 + 0,9 𝑁 ............................................................................ (2.39)

dimana :

𝑛
𝑓 (𝑁) : fungsi efek kecerahan sinar matahari

𝑛
: perbandingan lama penyinaran matahari
𝑁
66

Tabel 2.11 Lama Penyinaran Matahari Maksim rata-rata per hari

Lintang U Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Lintang S Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
50 8,5 10,1 11,8 13,8 15,4 16,3 15,9 14,5 12,7 10,8 9,1 8,1
48 8,8 10,2 11,8 13,6 15,2 16,0 15,6 14,3 12,6 10,9 9,3 8,3
46 9,1 10,2 11,9 13,5 14,9 15,7 15,4 14,2 12,6 10,9 9,5 8,7
44 9,3 10,5 11,9 13,4 14,7 15,4 15,2 14,0 12,6 11,0 9,7 8,9
42 9,4 10,6 11,9 13,4 14,6 15,2 14,9 13,9 12,6 11,1 9,7 9,1
40 9,6 10,7 11,9 13,3 14,4 15,0 14,7 13,7 12,5 11,2 9,8 9,3
35 10,1 11,0 11,9 13,1 14,0 14,5 14,5 13,5 12,4 11,3 10,3 9,8
30 10,4 11,1 12,0 12,9 13,6 14,0 13,9 13,2 12,4 11,5 10,6 10,2
25 10,7 11,3 12,0 12,7 13,3 13,7 13,5 13,0 12,3 11,6 10,9 10,6
20 11,0 11,5 12,0 12,6 13,4 13,3 13,2 12,3 12,3 11,0 11,2 10,9
15 11,3 11,6 12,0 12,5 12,8 13,0 12,9 12,6 12,2 11,8 11,6 11,5
10 11,6 11,8 12,0 12,3 12,6 12,7 12,6 12,4 12,4 11,8 11,6 11,5
5 11,8 11,9 12,0 12,0 12,2 12,3 12,4 12,3 12,4 12,0 11,9 11,8
0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0

2.12 Analisa Hidrologi [18]

Secara umum analisa hidrologi merupkan suatu bagian dari analisis awal

dalam perancangan bangunan-bangunan hidrolik, sebelum ada informasi yang

jelas tentang sifat-sifat dan besaran hidrologi diketahui, hampir tidak mungkin

dilakukan analisis untuk menetapkan berbagai sifat dan besaran hidroliknya.

2.12.1 Debit Andalan

Daerah aliran sungai yang tidak memiliki pengukuran debit, maka

bisa menggunakan beberapa metode untuk mengestimasi data debit. Salah

satu metode tersebut adalah metode FJ.Mock. Besarnya debit andalan yang
67

diambil untuk menyelesaikan optimum penggunaan air dibeberapa macam

pekerjaan di bidang pengairan dapat dilihat pada Tabel 2.12

Tabel 2.12 Persentase Debit dan Jenis Perencanaan [18]

No Jenis Perencanaan Persentase Debit


1. Penyediaan Air Minum 99%
2. Penyediaan Air Industri 95%-98%
3. Penyediaan Air Irigasi
a) Daerah beriklim setengah lembab 70%-85%
b) Daerah beriklim kering 80%-95%
4. Pembangkit Listrik Tenaga Air 85%-90%

2.12.2 Metode FJ.Mock

Secara umum analisis debit berdasarkan data curah hujan yang

sering dilakukan di Indonesia adalah menggunakan metode impiris dari Dr.

FJ. Mock (1973). Prinsip metode Mock menyatakan bahwa hujan yang jatuh

pada daerah tangkapan air sebagian akan langsung menjadi direct runoff,

dan sebagianyang lain akan masuk ke dalam tanah atau terjadi infiltrasi.

Infiltrasi ini mula-mula akan menjenuhkan permukaan tanah, kemudian

terjadi perkolasi ke air tanah dan akan keluar menjadi baseflow. Persamaan

untuk mengetahui aliran permukaan terdiri dari :

a) Evapotranspirasi Terbatas (Et)

𝑚
𝐸𝑡 = 𝐸𝑡𝑜 − (𝐸𝑡𝑜. (20 . (18 − 𝑛)) ...................................... (2.40)

𝐸 𝑚
= (20) . (18 − 𝑛) .......................................................... (2.41)
𝐸𝑡𝑜

𝐸
𝐸 = 𝐸𝑡𝑜. 𝐸𝑡𝑜 ....................................................................... (2.42)
68

𝐸𝑇 = 𝐸𝑡𝑜. 𝐸 ........................................................................ (2.43)

dimana :

ET : Evapotranspirasi terbatas (mm)

Eto : Evapotranspirasi potensial (mm)

𝐸
: Variabel evapotranspirasi terbatas
𝐸𝑡𝑜

𝐸 : Evapotranspirasi (mm)

m : singkapan lahan (exposed surface)

n : jumlah jari hujan

b) Water Surplus

Water surplus didefinisikan sebagai curah hujan yang telah mengalami

evapotranspirasi dan mengisi soil storage (ss). Water Surplus secara

langsung brpengaruh pada infiltrasi atau perkolasi dan total runoff yang

merupakan komponen dari debit. Persamaan water surplus dapat dilihat

pada persamaan 2.44, 2.45, dan 2.46

𝑊𝑆 = 𝐷𝑆 − 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ ..................................... (2.44)

𝑊𝑆 = (𝑃 − 𝐸𝑇) − 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ ........................... (2.45)

𝐷𝑆 = 𝑃 − 𝐸𝑇 ............................................................................. (2.46)
69

keterangan :

WS : Water Surplus (mm)

P : Curah Hujan Bulanan rata-rata (mm)

ET : Evapotranspirasi terbatas (mm)

c) Infiltasi

Infiltrasi merupakan gerakan air dari atas kedalam permukaan tanah.

Gerakan air ini disebabkan antara lain oleh : berat sendiri, rekahan tanah

(celah tanah), yang cukup dan tingkat kejenuhan dari tanah tersebut.

Koefisien infiltrasi (i) ditentukan berdasarkan kondisi porositas tanah dan

kemiringan daerah pengaliran. Lhan yang poros maka infiltrasi akan besar,

lahan yang terjal dimana air tidak sempat infiltrasi ke dalam tanah maka

koefisien infiltrasi kecil. Besarnya koefisien infiltrasi lebih kecil dari 1.

Persamaan untuk menentukan besar nilai infiltrasi dapat ditentukan dengan

persamaan 2.47

𝐼 = 𝑘𝐼. 𝑊𝑆 ................................................................................. (2.47)

dimana :

I : Infiltrasi (mm)

kI : Koefisien Infiltrasi

WS: Warter Surplus

besar nilai koefien infiltrasi dapat dilihat pada Tabel 2.13


70

Tabel 2.13 Parameter Perhitungan Debit Andalan FJ Mock [18]

Parameter FJ Mock Nilai Satuan Keterangan


Koefisien Infiltrasi
0,75 Ditentukan
(KI)
Koefisien Resesi
0,65 Ditentukan
Tanah (k)
untuk lahan pertanian yang diolah
Expose Surface(m) 40 % berkisar 30%-50% diambil nilai
tengah 40%
diambil nilai 0 karen
Kandungan Air
0 penyimpanan air tanah terletak
Tanah
jauh di bawah permukaan tanah
diambil dari data topografi yang
Luas DAS 115,64 Km2 dipeoleh dari Dinas Pekerjaan
Umum Kecamatan Jatiyoso.

d) Ground Water Storage

Nilai runoff dan ground water besarnya tergantung dari keseimbangan air

dan kondisi tanahnya. Data yang diperlukan adalah :

 Koefisien infiltrasi = I diambil 0,2-0,5

 Faktor resensi aliran air tanah = K, diambil 0,4-0,7

 Initial storage merupakan volume air tanah yang tersedia di awal

perhitungan.

Persamaan Ground water dilihat dari persamaan 2.48, 2.49, 2.50, dan 2.51

𝑉𝑛 = 𝑉𝑎 + 𝑉𝑏 .............................................................................. (2.48)

𝑉𝑎 = 0,5 𝑥 𝐼 𝑥 (1 + 𝐾) ................................................................. (2.49)

𝑉𝑏 = 0,15 𝑥 𝑉𝑎−1 ......................................................................... (2.50)

𝛥𝑉 = 𝑉𝑛 − (𝑉𝑛−1 ) ........................................................................ (2.51)


71

dimana :

𝑉𝑛 : volume air tanah pada bulan ke-n (mm)

𝑉𝑛−1 : volume air tanah bulan ke n-1 (mm)

𝛥𝑉 : perubahan volume air dari bulan 1 ke bulan 2 (mm)

k : Faktor resesi aliran tanah

I : Nilai Infiltrasi

e) Aliran Sungai

 Interflow : Infiltrasi (I)-Volume air tanah (V)

 Direct runoff : water surplus(WS)-infiltrasi (I)

 BaseFlow : Aliran sungai yang selalu ada sepanjang tahun

(m3/detik)

 Runoff : Interflow+Direct runoff + Base flow

2.12.2 Kurva Durasi Aliran (Flow Duration Curve)

Debit perkiraan dan probabilitas digambarkan dalam flow duration

curve yang menggambarkan probabilitas atau persentase ketersediaan air

pada sumbu koordinat dan besar debit andalan pada suatu sumbu axis. Debit

andalan didapatkna dari flow duration curve untuk persentase keandalan

yang diperlukan, untuk mengetahui besarnya aliran yang mengalir pada

sungai dalam satu tahun, maqka kurva durasi aliran (FDC) dibuat dengan

mengurutkan data debit dari yang terbesar hingga terkeceil dan setiap data

debit diberikan probabilitas yang dihitung menggunakan persamaan Weibull

yang ditunjukkan pada Persamaan 2.52


72

𝑚
𝑃𝑤 = . 100% ........................................................................... (2.52)
𝑛

keterangan :

𝑃𝑤 : Nilai probabilitas

𝑚 : data ke-

𝑛 : jumlah data

2.13 Pemilihan Generator [4] [7]

Generator merupakan komponen yang berfungsi merubah energi mekanik

yang berupa putaran menjadi enegi listrik. Generator yang biasa digunakan

biasanya jenis arus bolak-balik (AC) dengan frekuensi 50 Hz pada putaran 1500

rpm. Energi listrik yang dihasilkan dapat berupa 1 fasa (2 kabel) atau 3 fasa (4

kabel) dengan tegangan 220/380. Generator diputar oleh turbin melalui kopel

langsung atau melalui sabuk. Terdapat dua jenis generator yang banyak digunakan

untuk PLTMH yaitu Generator Sinkron dan Motor Induksi sebagai Generator

(Generator Induksi) [7].

Generator Induksi tidak memerlukan sistem pengaturan tegangan dan

kecepatan. Generator Induksi tidak dapat bekerja sendiri hal tersebut dikarenakan

generator tersebut memerlukan suatu sistem jaringan listrik sebagai penggerak

awal. Generator jenis ini lebih cocok digunakan untuk daerah yang telah dilalui

jaringan listrik (Grid System). Batasan umum generator untuk mikrohidro power

adalah :
73

Power : 50 kVA sampai dengan 6250 kVA

Voltage : 415, 3300, 6600, dan 11000 Volt

Speed : 375 sampai dengan 750 rpm

Generator yang dapat digunakan pada mikrohidro adalah generator sinkron

dan generator induksi. Sistem transmisi daya ini dapat berupa sistem transmisi

langsung (daya poros langsung dihubungkan dengan poros generator dengan

bantuan kopling) atau sistem transmisi daya tidak langsung yaitu menggunakan

sabuk atau belt untuk memindahkan daya antar dua poros sejajar. Keuntungan

sistem transmisi langsung adalah lebih kompak, mudah dirawat, dan efisiensinya

lebih tinggi. Sumbu poros harus benar-benar lurus dan putaran poros generator

harus sama dengan kecepatan putar poros turbin. Masalah ketidaklurusan sumbu

dapat diatasi dengan bantuan kopling fleksibel. Penentuan besar kapasitas

generator dapat menggunakan persamaan 2.53 :

𝑃𝑔 = 𝑃𝑡 𝑥 ƞ𝒈 ..................................................................................... (2.53)

Keterangan :

Pg = Daya generator (watt)

Pt = Daya Turbin (watt)

ƞ𝒈 = Efisiensi generator [7]


74

Gearbox dapat digunakan untuk mengoreksi rasio kecepatan putaran. Sistem

transmisi tidak langsung memungkinkan adanya variasi dalam penggunaan

generator secara lebih luas karena kecepatan putar poros generator tidak perlu

sama dengan kecepatan putar poros turbin. Jenis sabuk yang biasa digunakan

untuk PLTMH skala besar adalah jenis Flat belt, sedang V-Belt digunakan untuk

skala di bawah 20 kW [4].

2.14 Pengukuran Head [8]

Pengukuran Head atau tinggi dimulai di dasar bukit di titik X pada gambar

2.21 lokasi dimana akan dibangun Power House. Pengukuran dimulai dengan

meletakkan tongkat kalibrasi yang telah diketahui panjangnya secara tegak lurus

terhadap tanah. Tali diletakkan tepat di atas tongkat sepanjang horizontal sampai

titik X1 di atas tanah. Perbedaan ketinggian antara X dan X1 adalah h. Tongkat

diletakkan di titik X1 untuk mencari X2 berikutnya. Cara ini dilakukan

berulangkali sampai dicapai titik Y, tempat dimana akan dipasang intake dan

penstock.

Gambar 2.21 Penentuan gross head Hg antara titik X dan Y menggunakan tongkat

kalibrasi [8]
75

Tinggi hf besar kemungkinan kurang dari h. Tinggi terjun kotor diperoleh dari

persamaan 2.54 :

ℎ𝑔 = 𝑛ℎ + ℎ𝑓 ..................................................................................... (2.54)

Keterangan :

ℎ𝑔 = Gross Head (tinggi kotor)

nh = Jumlah titik dari titik X hinggi titik Y

hf = Selisih antara titik Y dengan Xn

Metode ini dilakukan dengan mengukur titik terendah ke atas sepanjang

kemiringan bukit, apabila kemiringan bukit bergelombang seperti terlihat pada

gambar 2.9 maka bagian tersebut diukur terpisah dari titik terendah sampai

puncak.

Perbedaan ketinggian ditambah atau dikurangi sesuai dengan keadaan. Pada

bukit bergelombang untuk menentukan tinggi kotor atau Gross Head dapat

menggunakan persamaan 2.55 :

𝐻𝑔 = ℎ1 − ℎ2 + ℎ3 ........................................................................... (2.55)
76

Gambar 2.22 Penentuan Gross Head (Hg) pada bukit yang bergelombang [8]

2.14.1 Menentukan Tinggi Jatuh Air Efektif

Tinggi jatuh air efektif merupakan tinggi jatuh air yang berguna untuk

memutar turbin air dan menghasilkan energi mekanik rotasi. Tinggi jatuh

efektif ini diperoleh dari tinggi jatuh air kotor (head gross/hg) dikurangi

jumlah total rugi-rugi tinggi jatuh air (head loss) yang terdiri atas rugi tinggi

jatuh air antara intake dengan forebay (HLi-f), rugi tinggi jatuh akibat gesekan

air pada permukaan dalam penstock (HLfp) dan rugi tinggi jatuh air antara

bangunan turbin dengan tailrace (HLt-t). Cara lain untuk menentukan Head

gross dengan menggunakan persamaan 2.56

𝐻𝑔 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑟𝑎𝑐𝑒 .................................... (2.56)

menentukan Head loss antara intake dengan forebay dapat menggunakan

persamaan 2.57

𝐻𝐿𝑖−𝑓 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑓𝑜𝑟𝑒𝑏𝑎𝑦 ............................... (2.57)


77

Head loss antara rumah turbin dengan tail race dapat menggunakan persamaan

2.58

𝐻𝐿𝑡−𝑡 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛 − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑟𝑎𝑐𝑒 ................... (2.58)

head loss akibat friksi air pada pipa pesat dapat ditentukan dengan persamaan

2.59

𝑛2 𝑥𝑄 2 𝑥𝐿
𝐻𝐿𝑓𝑝 = 10,29 𝑥 .................................................................. (2.59)
𝐷 5,3

keterangan :

𝐻𝐿𝑓𝑝 : head loss akibat friksi air pada pipa pesat (m)

𝑛 : koefisien pipa pesat dengan jenis welded steel (0,012)

Q : debit air (m3/detik)

L : panjang pipa pesat yang direncanakan (m)

D : diameter pipa pesat (m)

tinggi jatuh efektif dapat ditentukan menggunakan persamaan 2.60

𝐻𝑒𝑓𝑓 = 𝐻𝑔 − 𝐻𝐿𝑖−𝑓 − 𝐻𝐿𝑡−𝑡 − 𝐻𝐿𝑓𝑝 ............................................... (2.60)

keterangan :

𝐻𝑒𝑓𝑓 : tinggi jatuh efektif (m)

𝐻𝑔 : Head gross (m)


78

𝐻𝐿𝑖−𝑓 : Head loss antara intake dengan forebay (m)

𝐻𝐿𝑡−𝑡 : Head loss antara rumah turbin dengan tail race (m)

𝐻𝐿𝑓𝑝 : head loss akibat friksi air pada pipa pesat (m)

Gambar 2.23 Ketinggian efektif pada PLTMH

2.15 Kelebihan dan Kekurangan PLTMH [16] [17]

Teknologi air sebagai pembangkit tenaga air skala kecil merupakan salah satu

teknologi pemanfaatan energi yang handal dan hemat biaya, yang dapat dijadikan

sebagai pertimbangan dalam penyediaan energi yang ramah lingkungan namun

PLTMH juga memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan.

2.15.1 Keuntungan PLTMH [16]

Sesuai dengan kapasitasnya yang hanya < 200 kW, maka ditinjau dari

penempatan, proses produksi, pemeliharaan, dan pengoperasiannya PLTMH

memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan pembangkit listrik


79

jenis lain seperti : PLTA, PLTD, PLTG, dan PLTU. Antara lain sebagai

berikut :

a) PLTMH merupakan pembangkit listrik yang menggunakan sumber

energi terbarukan, polusi yang dihasilkan sangat kecil dan

merupakan sumber daya alam yang tidak dapat digantikan dengan

bahan bakar lain yang menimbulkan pembengkakakan biaya

operasional.

b) Proses pengelolaan airnya PLTMH dapat dipadukan dengan sistem

irigasi dan saluran air.

c) Teknologi yang digunakan dalam PLTMH merupakan teknologi

dengan perkembangan relatif sedikit, sehingga masih sesuai untuk

digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama.

d) Umur teknologi yang digunakan dapat bertahan lama, sistem dapat

beroperasi sampai 50 tahun atau bahkan lebih tanpa perbaikan yang

berarti.

e) Efisiensi yang lebih tinggi (70-90%) yang pada prinsipnya lebih

baik daripada teknologi energi yang lain.

f) Ukuran PLTMH yang rekatif lebih kecil sesuai untuk daerah

pedesaan dapat menyertakan peran serta masyarakat mulai dari

perencanaan, pembangunan, serta perawatannya. Hal tersebut

berdampak pada biaya keseluruhan untuk pembangunan PLTMH

dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pekerjaan sipil.


80

g) Faktor kapasitas (Capacity Factor) yang tinggi, biasanya lebih besar

dari 50% (hal ini bergantung pada pada aplikasi sistem),

dibandingkan dengan tenaga surya sebesar 10% dan tenaga angin

sebesar 30%. Berdasarkan hal tersebut kehandalan lebih baik pada

sistem Off Grid (sistem jaringan tersendiri)

h) Tidak memerlukan debit air yang besar sehingga cocok untuk

dikembangkan di daerah pedesaan yang terpencil.

i) Keterkaitan dengan beban lebih baik, dimana output juga konstan

pada malam ataupun siang hari bahkan dibeberapa wilayah

permintaan beban meningkat ketika air lebih besar dimana daya

yang dihasilkan mencapai maksimum.

2.15.2 Kelemahan PLTMH [17]

a) PLTMH memerlukan perhatian yang sederhana tetapi harus

dilakukan secara terus-menerus terutama dalam operasional dan

perawatannya.

b) Memerlukan penguasaan pengetahuan khusus yang kadang tidak

dimiliki masyarakat.

c) Kontinuitas persediaan debit air yang berpotensi dapat digunakan

sebagai waduk tidak semuanya bisa tersedia sepanjang tahun.

d) PLTMH bukan merupakan PLTA yang dikecilkan, sehingga

memerlukan perencanaan dan pembangunan yang unik dan

berbeda.
81

e) Lokasi penempatan PLTMH yang terpisah akan memerlukan

tenaga operator yang lebih banyak.

2.16 Analisa Potensi Daya Listrik [19]

Potensi daya dari pemanfaatan aliran sungai mengalir sebagai sumber

energi yang dapat dimanfaatkan tergantung kepada debit, gaya gravitasi bumi,

ketinggian air sungai, dan densitas air. Potensi daya listrik dapat ditentukan

dengan menggunakan persamaan 2.61 :

𝑃𝑤 = 𝑔 𝑥 𝐻𝑛 𝑥 𝑄 ................................................................................ (2.61)

Keterangan :

𝑃𝑤 : Daya Pada Air (Watt)

g :Gaya Gravitasi Bumi (m)

𝐻𝑒𝑓𝑓 : Head efektif (m)

𝑄 : Debit Aliran Sungai (𝑚3 /s)

Berdasarkan Head efektif, maka besar daya yang dihasilkan oleh turbin

dapat dihitung dengan persamaan 2.62 :

𝑃𝑡 = 𝑃𝑤 𝑥 Ƞ𝑡 ...................................................................................... (2.62)

Keterangan :

𝑃𝑡 : Daya pada Turbin (Watt)

𝑃𝑤 : Daya Pada Air (Watt)


82

Setelah mendapatkan hasil perhitungan daya pada turbin selanjutnya menghitung

daya pada transmisi menggunakan persamaan 2.63 :

𝑃𝑡𝑚 = 𝑃𝑡 𝑥 Ƞ𝑡𝑚 ................................................................................... (2.63)

Keterangan :

𝑃𝑡𝑚 : Daya pada Transmisi (Watt)

𝑃𝑡 : Daya Pada Turbin (Watt)

Ƞ𝑡𝑚 : efisiensi transmisi (0,95)

Kemudian hitung daya yang dibangkitkan oleh generator yaitu dengan persamaan

2.64

𝑃𝑔𝑒𝑛 = 𝑃𝑡𝑚 𝑥 Ƞ𝑔𝑒𝑛 .............................................................................. (2.64)

Keterangan :

𝑃𝑔𝑒𝑛 : Daya pada Generator (Watt)

𝑃𝑡𝑚 : Daya Pada Transmisi (Watt)

menentukan efisiensi generator dapat ditentukan melalui Tabel 2.14


83

Tabel 2.14 Efisiensi Generator [19]

Daya (kW) Efisiensi


10 0,910
50 0,940
100 0,950
250 0,955
500 0,960
1000 0,970

efisiensi sistem dapat ditentukan dengan persamaan 2.65

𝜂 = Ƞ𝑡 . Ƞ𝑡𝑚 . Ƞ𝑔𝑒𝑛 ........................................................................... (2.65)

keterangan :

𝜂 : efisiensi sistem PLTMH

Ƞ𝑡 : efisiensi turbin

Ƞ𝑡𝑚 : efisiensi transmisi

Ƞ𝑔𝑒𝑛 : efisiensi generator

daya pada sistem secara PLTMH secara keseluruhan dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan 2.66

𝑃 = 𝑃𝑔𝑒𝑛 𝑥 𝜂 ....................................................................................... (2.66)


84

keterangan :

𝑃 : daya pada PLTMH secara keseluruhan (watt)

𝑃𝑔𝑒𝑛 : daya yang dihasilkan generator (watt)

𝜂 : efisiensi sistem PLTMH

2.17 PERENCANAAN PLTMH [12]

 Pemilihan Lokasi dan Layout Dasar

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) pada dasarnya

memanfaatkan energi potensial air, semakin tinggi jatuhan air (head) maka

semakin besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik.

Faktor geografis yang memungkinkan, tinggi jatuhan air (head) dapat pula

diperoleh dengan membendung aliran air sehingga permukaan air menjadi tinggi.

Secara umum layout sistem PLTMH merupakan pembangkit jenis run off river,

memanfaatkan aliran air permukaan (sungai). Komponen sistern PLTMH tersebut

terdiri dari bangunan intake (penyadap) atau bendungan, saluran pembawa, bak

pengendap, dan penenang, saluran pelimpah, pipa pesat, rumah pembangkit dan

saluran pembuangan. Basic layout pada perencanaan pengembangan PLTMH

dimulai dari penentuan lokasi intake, bagaimana aliran air akan dibawa ke turbin

dan penentuan tempat rumah pembangkit untuk rnendapatkan tinggi jatuhan

(head) optimum dan aman dari banjir.


85

 Lokasi bangunan intake

Pada umumnya instalasi PLTMH merupakan pembangkit listrik tenaga air

jenis aliran sungai langsung, dan yang sulit ditemui adalah jenis waduk

(bendungan besar). Konstruksi bangunan intake untuk mengambil air langsung

dari sungai dapat berupa bendungan (intake dam) yang melintang sepanjang

lebar sungai atau langsung membagi aliran air sungai tanpa dilengkapi bangunan

bendungan. Lokasi intake harus dipilih secara cermat untuk menghindarkan

masalah di kemudian hari.

 Kondisi dasar sungai

Lokasi intake harus memiliki dasar sungai yang relatif stabil, apalagi bila

bangunan intake tersebut tanpa bendungan (intake dam). Dasar sungai yang tidak

stabil mudah mengalami erosi sehingga permukaan dasar sungai lebih rendah

dibandingkan dasar bangunan intake. Hal ini akan menghambat aliran air yang

memasuki intake. Dasar sungai berupa lapisan lempeng batuan yang merupakan

tempat stabil. Tempat dimana kemiringan sungainya kecil, umumnya dasar sungai

adalah tempat yang stabil. Pada kondisi yang tidak memungkinkan diperoleh

lokasi intake dengan dasar sungai yang relatif stabil dan erosi pada dasar sungai

yang mungkin dapat terjadi, maka konstruksi bangunan intake dilengkapi dengan

bendungan untuk menjaga ketinggian dasar sungai disekitar intake.

 Bentuk aliran sungai

Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada instalasi PLTMH adalah

kerusakan pada bangunan intake yang disebabkan oleh banjir. Hal tersebut

sering terjadi pada intake yang ditempatkan pada sisi luar sungai. Pada bagian
86

sisi luar sungai yang mudah erosi serta rawan terhadap banjir. Bebatuan, batang

pohon serta berbagai material yang terbawa banjir akan mengarah pada bagian

tersebut. Sementara itu bagian sisi dalam sungai yang merupakan tempat

terjadinya pengendapan lumpur dan sedimentasi, sehingga tidak cocok untuk

lokasi intake. Lokasi intake yang baik terletak sepanjang bagian sungai yang

relatif lurus, dimana aliran akan terdorong memasuki intake secara alami dengan

membawa beban (bed load) yang kecil.

 Lokasi rumah pembangkit (power house)

Pada dasarnya setiap pembangunan mikrohidro berusaha untuk mendapatkan

head yang maksimum. Konsekuensinya lokasi rumah pembangkit (power house)

berada pada tempat yang serendah mungkin. Hal tersebut karena alasan

keamanan dan konstruksi, lantai rumah pembangkit harus selalu lebih tinggi

dibandingkan permukaan air sungai. Data dan informasi ketinggian permukaan

sungai pada waktu banjir sangat diperlukan dalam menentukan lokasi rumah

pembangkit, selain lokasi rumah pembangkit berada pada ketinggian yang aman,

saluran pembuangan air (tailrace) harus terlindung oleh kondisi alam, seperti

batu-batuan besar. Disarankan ujung saluran tailrace tidak terletak pada bagian

sisi luar sungai karena akan mendapat beban yang besar pada saat banjir, serta

memungkinkan masuknya aliran air menuju ke rumah pembangkit.


87

 Layout Sistem PLTMH

Layout sebuah sistem PLTMH merupakan rencana dasar untuk pembangunan

PLTMH. Pada layout dasar digambarkan rencana untuk mengalirkan air dari

intake sampai ke saluran pembuangan akhir. Air dari intake dialirkan ke turbin

menggunakan saluran pembawa air berupa kanal dan pipa pesat (penstock).

Penggunaan pipa pesat memerlukan biaya yang iebih besar dibandingkan

pembuatan kanal terbuka, sehingga dalam membuat layout perlu diusahakan

agar menggunakan pipa pesat sependek mungkin. Pada lokasi. tertentu yang

tidak memungkinkan pembuatan saluran pembawa, penggunaan pipa pesat yang

panjang tidak dapat dihindari.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan tahapan seperti Gambar 3.1
Mulai

Pengumpulan Data sekunder

Survey Sumber
Tenaga Air

Pengukuran :
Melakukan Pengukuran
Head dan Debit

Menghitung Daya Yang


Dapat Dibangkitkan

Menentukan Jenis Turbin dan


Generator Yang Digunakan

Melakukan
Perencanaan Instalasi
PLTMH

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Studi Potensi PLTMH di Sungai Walikan Karanganyar

88
89

3.1 Data Hasil Survey

DATA POTENSI DALAM RANGKA PERENCANAAN PEMBANGKIT

LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO

Dusun : Nongkogadung

Desa : Wonorejo

Kecamatan : Jatiyoso

Kabupaten : Karanganyar

I. TOPOGRAFI DAN KEADAAN DESA

a) Keadaan lokasi survey : Bergelombang

b) Tanah Di Lokasi : Tanah Merah Padat

c) Luas Wilayah Desa : 2045,175 Ha

d) Jarak Lokasi sungai ke rumah penduduk 200 meter jarak desa dengan

kecamatan 5 km.

e) Kondisi jalan dan sarana transportasi yang ada saat ini untuk mencapai

desa : beraspal

f) Bentuk pemukiman desa : Berkelompok

g) Luas perkiraan desa :2045,175 Ha


90

h) Lingkungan di sekitar desa merupakan : hutan

i) Sistem Pengairan Desa : alami

II. DATA KONDISI SUNGAI

a) Nama Sungai : Walikan

b) Sumber air lokasi berasal dari : aliran mata air

c) Hulu dari Sungai : mata air

d) Sepanjang Sungai banyak ditumbuhi : semak belukar dan

perkebunan

e) Dasar Sungai merupakan : batu alam

g) Warna air sungai : bening

III. DATA JARINGAN LISTRIK PLN

a) Jaringan listrik di desa ini : ada

b) Rencana jaringan PLN masuk desa :-

c) Jarak Desa terdekat yang menggunakan PLN : -

IV. SOSIAL DAN EKONOMI

a) Sarana dan Prasarana Desa

 Pendidikan

 Perpustakaan Desa : 1 buah

 Gedung Sekolah/PAUD : 1 buah

 Gedung Sekolah TK : 4 buah

 Gedung Sekolah SD : 4 buah


91

 Tempat Ibadah

 Masjid : 1 buah

 Musholla : 26 buah

 Kesehatan

 Poskedes : 2 buah

 UKBM (Posyandu : 17 buah

Polindes)

 Prasarana Umum

 Olahraga : 4 buah

 Kesenian/budaya : -

 Balai Pertemuan : 1 buah

 Sumur Desa : -

 Pasar Desa : 1 buah

b) Lebar jalan desa : 5 meter

c) Panjang jalan desa : 21 km

d) Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 12 Km

e) Jarak dari Kota/Ibukota Kabupaten : 45 Km

f) Hasil Pertanian utama : Padi : Panen 3 kali per tahun

g) Jenis Industri kecil yang ada : Pengrajin sebanyak 38 orang

h) Keberadaan pasar desa : ada


92

V. Jumlah KK tiap Dusun di sekitar aliran sungai Walikan

a) Dusun Kalimo : 67 KK

b) Dusun Nongkogadung : 115 KK

c) Dusun Kuryo Kedung : 117 KK

VI. Batas Wilayah

a) Sebelah Utara : Desa Beruk

b) Sebelah Selatan : Desa Wonokeling

c) Sebelah Barat : Desa Tlobo, Jatiyoso

d) Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur

Data hasil survey digunakan sebagai dasar perhitungan perencanaan PLTMH

dengan dipadukan dengan data-data yang bersumber dari referensi lain.

3.2 Lokasi Pelaksanaan Studi

3.2.1 Letak Geografis

Kabupaten Karanganyar adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi

Jawa Tengah. Luas wilayahnya mencapai 77.378,64 Ha membentang antara 70°

28” - 70° 46” Lintang Selatan dan 110° 40” - 110° 70” Bujur Timur dengan

elevasi tertinggi 2000 mdpl dan elevasi terendah 90 mdpl. Kabupaten

Karanganyar dikelilingi oleh beberapa kabupaten, diantaranya: kabupaten

Magetan di sebelah timur, Kabupaten Wonogiri di selatan, Kabupaten Sukoharjo

di barat, Kabupaten Boyolali di barat laut, Kabupaten Sragen di timur, dan

kabupaten Ngawi di timur laut.


93

Secara administratif, kabupaten Karanganyar termasuk wilayah provinsi

Jawa Tengah. Kabupaten ini terdiri dari 17 kecamatan, yaitu: Colomadu,

Gendangrejo, Kebakkramat, Jaten, Tasikmadu, Mojogedang, Kerjo, karanganyar,

Jenawi, Ngargoyoso, Karangpandan, Matesih, Jumantono, Jumapolo,

Tawangmangu, Jatiyoso, dan Jatipuro. Didalamnya terdapat 162 Desa dan 1091

Dusun. Lokasi pelaksanaan penelitian Studi Potensi dan Perencanaan PLTMH di

Sungai Walikan terletak di Dusun Nongkogadung tepatnya desa Wonorejo

Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar. Seperti ditunjukkan pada Gambar

3.2 :

Gambar 3.2 Wilayah Administrasi Kabupaten Karanganyar


94

3.2.2 Kondisi Geologi

Kabupaten Karanganyar memiliki kondisi geologi yang beragam,

yaitu:batuan lava, lahar dan aliran piroklastik sedangkan tanah pelapukannya

berupa lempung pasiran yang lunak. Pada Kecamatan Jatiyoso terdapat jenis

tanah: Litosol Coklat kemerahab, Komplek Andosol Coklat, dan Litosol. Wilayah

kecamatan Jatiyoso ditunjukkan pada Gambar 3.3:

Gambar 3.3 Wliayah Kecamatan Jatiyoso


95

3.3 Data Curah Hujan di Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar

Tabel 3.1 Data Curah Hujan, Bulan Basah, Bulan Lembab, dan Bulan Kering

Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar

Curah
Tahun Hujan Σ BulanBasah Σ Bulan Lembab Σ BulanKering
Mm
1994 2.156 6 - 6
1995 2.678 4 8 -
1996 2.395 2 9 1
1997 1.568 8 3 1
1998 3.141 2 9 1
1999 2.043 5 3 4
2000 2.405 5 7 -
2001 2.304 1 9 2
2002 1.685 2 10 -
2003 1.669 2 5 5
2004 1.637 2 5 5
2005 2.403 8 1 3
2006 1.876 3 4 5
2007 2.290 4 2 6
2008 2.385 2 5 5
2009 2.049 2 5 5
Σ (Jumlah) 34.684 58 85 49
Μ (rata-
2.167,75 3,625 5,67 3,76
rata)
Q (Perbandingan nilai
antara rata-rata bulan
96,17%
basah dengan rata-rata
bulan kering)
96

Tabel 3.2 Data Curah Hujan Bulan Maret 2009 sampai Februari 2010 di

Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar

Bulan Tahun Curah hujan (mm)

Maret 2009 214

April 2009 -

Mei 2009 -

Juni 2009 -

Juli 2009 -

Agustus 2009 -

September 2009 -

Oktober 2009 83

November 2009 315

Desember 2009 336

Januari 2010 554

Februari 2010 434

Jumlah (mm) 1.936

Rata-rata (mm) 161,3333


97

Tabel 3.3 Data Curah Hujan di Stasiun Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

Tahun 2012

Curah Hujan

Jumlah
BULAN Hari Hujan Rata – rata (mm)
(mm)

Januari 789 24 32,88

Februari 692 15 46,13

Maret 291 13 22,38

April 535 14 38,21

Mei 58 5 11,60

Juni 71 4 17,75

Juli 0 0 0

Agustus 0 0 0

September 0 0 0

Oktober 93 7 13,29

November 319 17 18,76

Desember 420 21 20,00


98

Tabel 3.4 Data Curah Hujan di Stasiun Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

Tahun 2013

Curah Hujan

BULAN Jumlah
Hari Hujan Rata – rata (mm)
(mm)

Januari 902 31 29,10

Februari 309 18 17,17

Maret 400 24 16,67

April 0 0 0,00

Mei 203 12 16,92

Juni 152 7 21,71

Juli 97 8 12,13

Agustus 6 1 6,00

September 0 0 0,00

Oktober 6 1 6,00

November 227 19 11,95

Desember 523 29 18,03


99

Tabel 3.5 Data Curah Hujan di Stasiun Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

Tahun 2014

Curah Hujan
BULAN
Jumlah (mm) Hari Hujan Rata – rata (mm)

Januari 593 24 25,00

Februari 652 17 38,00

Maret 568 25 23,00

April 282 21 13,00

Mei 66 3 22,00

Juni 0 0 0

Juli 0 0 0

Agustus 0 0 0

September 0 0 0

Oktober 129 5 6,00

November 295 11 27,00

Desember 248 15 17,00


100

Tabel 3.6 Data Curah Hujan di Stasiun Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

Tahun 2015

Curah Hujan
BULAN
Jumlah (mm) Hari Hujan Rata – rata (mm)

Januari 463 31 15,00

Februari 652 27 24,00

Maret 347 29 11,97

April 192 30 6,00

Mei 171 26 7,00

Juni 284 14 20,00

Juli 74 8 9,00

Agustus 171 13 13,00

September 210 14 15,00

Oktober 280 12 23,00

November 689 22 31,00

Desember 462 23 20,00


101

Tabel 3.7. Data Curah Hujan di Stasiun Tawangmangu Kabupaten Karanganyar


Tahun 2016

Curah Hujan
BULAN
Jumlah (mm) Hari Hujan Rata – rata (mm)
Januari 463 31 15,00
Februari 652 27 24,00
Maret 347 29 11,97
April 192 30 6,00
Mei 171 26 7,00
Juni 284 14 20,00
Juli 74 8 9,00
Agustus 171 13 13,00
September 210 14 15,00
Oktober 280 12 23,00
November 689 22 31,00
Desember 462 23 20,00
102

Tabel 3.8 Data Curah Hujan di Stasiun Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

Tahun 2017

Curah Hujan
BULAN
Jumlah (mm) Hari Hujan Rata – rata (mm)

Januari 378 27 14,00

Februari 625 27 23,00

Maret 478 25 19,00

April 384 19 20,00

Mei 313 14 22,00

Juni 70 11 6,00

Juli 13 2 7,00

Agustus 0 0 0

September 0 0 0

Oktober 0 0 0

November - - -

Desember - - -
103

3.4 Data Klimatologi BMKG Periode 2016 sampai 2017

Tabel 3.9 Data Klimatologi Wilayah Jatiyoso Periode 2016

Tahun 2016

BULAN Kelembapan Lama Kecepatan


Suhu udara
udara rata-rata penyinaran angin rata-
rata-rata (ᵒ C)
(%) matahari (%) rata (km/jam)

Januari 28,0 83 67 7
Februari 27,1 86 50 3
Maret 27,6 85 67 4
April 27,8 86 69 4
Mei 28,0 85 70 4
Juni 27,3 84 73 4
Juli 27,4 84 74 4
Agustus 27,4 80 81 5
September 27,4 70 94 5
Oktober 27,5 85 68 5
November 27,3 86 54 4,5
Desember 27,5 83 48 5
104

Tabel 3.10 Data Klimatologi Wilayah Jatiyoso Periode 2017

Tahun 2017

Suhu
BULAN Kelembapan Lama Kecepatan
udara
udara rata-rata penyinaran angin rata-rata
rata-rata
(%) matahari (%) (km/jam)
(ᵒ C)

Januari 26,9 87 47 4
Februari 26,8 87 59 5
Maret 27,3 86 67 4
April 27,2 87 66 4,5
Mei 27,2 85 74 5
Juni 27,2 85 74 4,5
Juli 26,7 83 74 5,9
Agustus 7,7
September 28,2 85 84 6,4
Oktober
November
Desember
105

3.5 Pengukuran Luas Penampang Sungai Walikan

Tabel 3.11 Hasil Pengukuran Luas Penampang Sungai Walikan

Pengukuran (m)
No. Lebar Kedalaman
1 0,2 0
2 0,4 0,1
3 0,6 0,2
4 0,8 0,2
5 1 0,23
6 1,2 0,2
7 1,4 0,17
8 1,6 0,23
9 1,8 0,23
10 2 0,21
11 2,2 0,22
12 2,4 0,24
13 2,6 0,24
14 2,8 0,2
15 3 0,2
16 3,2 0,23
17 3,4 0,22
18 3,6 0,19
19 3,8 0,14
20 4 0,2
21 4,2 0,17
22 4,4 0,14
23 4,6 0,06
24 4,8 0

Lebar Sungai secara Kedalaman sungai rata-


keseluruhan (L) : 4,8 rata (dn) : 0,18

jadi lebar sungai secara keseluruhan adalah 4,8 meter, dengan kedalaman sungai

rata-rata sebesar 0,18 meter.


106

Gambar 3.4 Grafik Pengukuran Luas Aliran Sungai

3.6 Pengukuran Debit Air di Sungai Walikan

Pada Pengukuran debit sungai Walikan menggunakan Currentmeter yang

digunakan untuk mengukur kecepatan aliran sungai, dan dilakukan pada tanggal

24 Oktober 2017.

Gambar 3.5 Hasil pengukuran kecepatan aliran sungai menggunakan

Currentmeter
107

Hasil pengukuran kecepatan aliran air :

a) 1,1 m2/s

b) 1,2 m2/s

c) 1,3 m2/s

𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3
Rata-rata kecepatan air mengalir : ................................ (3.1)
3

1,1+1,2+ 1,3
= 1,2 m2/s
3

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑑𝑛 𝑥 𝐿 ................................ (3.2)

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0,18 𝑚 𝑥 4,8 𝑚 = 0,864 m2

Data luas DAS (Daerah Aliran Sungai) Wilayah Kabupaten Karanganyar

dapat dilihat pada Tabel 3.12

Tabel 3.12 Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten

Karanganyar (DAS Bengawan Solo)

No. Nama DAS Luas (km2)


1 DAS Kedaung 2,57
2 DAS Jlantah-Walikan 115,64
3 DAS Samin 204,12
4 DAS Pepe 72,54
5 DAS Mungkung 311,29
6 DAS Kenatan 74,08
108

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kecamatan Jatiyoso

Efisiensi dalam setiap elemen dapat dilihat pada tabel 3.13

Tabel 3.13 Efisiensi setiap elemen dalam PLTMH

Item Nilai Efisiensi


Turbin 0,76
Transmisi 0,95
Generator (𝑃−𝑃1 )
Menggunakan persamaan ini : ƞ𝑔𝑒𝑛 = ƞ𝑔𝑒𝑛1 + 𝑥 (ƞ𝑔𝑒𝑛2 − ƞ𝑔𝑒𝑛1 )
(𝑃2 −𝑃1 )
berdasarkan Tabel 2.14

3.7 Hasil Pengukuran Head dan Hasil Pengamatan GPS

3.7.1 Intake

Gambar 3.6 Titik Koordinat Intake

Intake terletak pada kooordinat Latitude S7°42'42,78" dan Koordinat

Longitude E111°07'38,12" dengan elevasi ketinggian 961,602 mdpl.

Koordinat ini dipilih karena berdasarkan permintaan perangkat Desa,


109

koordinat tersebut aliran air yang ada konstan tanpa ada pihak yang

mengambil seperti PDAM, hanya aliran untuk perkebunan.

3.7.2 Saluran Pembawa (Head Race)

Gambar 3.7 Saluran Pembawa (Head Race)

Saluran pembawa ini direncanakan akan dibuat dengan ukuran lebar

1 meter dan kedalaman 1 meter dengan panjang saluran 318,36 meter. Jarak

tersebut diambil dari Intake sampai Bak Penenang.


110

Gambar 3.8 Panjang Saluran Pembawa (Head Race)

3.7.3 Bak Penenang (Forebay)

Gambar 3.9 Bak Penenang (Forebay)


111

Bak penenang ini terletak pada koordinat Latitude S7°42'49,51" dan

koordinat Longitude E111°07'31,64" dengan ketinggian elevasi 960,053

mdpl.

3.7.4 Rumah Turbin (Power House)

Gambar 3.10 Rumah Turbin (Power House)

Rumah Turbin (Power House) dalam perencanaan diletakkan pada

koordinat Latitude S7°42'50,43" dan koordinat Longitude E111°07'32,72"

dengan elevasi ketinggian sebesar 946,252 mdpl.


112

3.7.5 Tailrace

Gambar 3.11 Koordinat dan Elevasi Tailrace

Dilihat berdasarkan titik koordinat dan elevasi yang ada di GPS. Titik

koordinat tailrace berada pada koordinat Latitude S7°42'50,51" (lintang

selatan) dan Longitude E111°07'32,87" (bujur timur) dengan elevasi

mencapai 944,257 mdpl.

3.7.6 Head

Dilihat berdasarkan titik koordinat dan elevasi yang ada dari GPS.

Diambil dari titik koordinat bak penenang dan rumah turbin sebesar 960,053

MDPL (dari bak penenang) dan 946.252 MDPL. Selisih dari kedua titik

koordinat tersebut sebesar 14 meter. Angka tersebut dapat dijadikan acuan

untuk menentukan Head gross, jadi Head yang ada sebesar 14 meter.
113

3.8 Desain Perencanaan PLTMH Sungai Walikan Kecamatan Jatiyoso

Karanganyar

Desain dalam perencanaan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) di

Sungai Walikan hanya melakukan desain teknis saja dan tidak secara mendetail.

Lokasi pembangunan PLTMH tersebut berada pada daerah perbukitan, pertanian,

dan perkebunan, sehingga dalam pembangunannya harus mengikuti kontur tanah.

Skema PLTMH Sungai Walikan Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten

Karanganyar dapat dilihat pada Gambar 3.11 yang diambil dari Google Earth.

Gambar 3.11 Skema Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Sungai

Walikan Desa Wonorejo, Jatiyoso, Karanganyar


114

3.9 Flowchart Alur Perhitungan

3.7.1 Analisa Klimatologi


Mulai

Data yang diperlukan data


klimatologi

menentukan nilai tekanan awal (ea)


(𝑇−𝑇 )
𝑒𝑎 = 𝑒𝑎1 + (𝑇 −𝑇1 ) (𝑒𝑎2 − 𝑒𝑎1 )
2 1

menentukan nilai tekanan aktual (ed)


𝑒𝑎 . 𝑅ℎ
𝑒𝑑 =
100

menentukan nilai ea -ed


(𝑒𝑎 − 𝑒𝑑 )

menentukan nilai fungsi keceatan angin f(u)


𝑢
𝑓(𝑢) = 0,27(1 + )
100

menentukan nilai weighting factor (w)


(𝑇 − 𝑇1 )
𝑤 = 𝑤1 + (𝑤 − 𝑤1 )
(𝑇2 − 𝑇1 ) 2

menentukan nilai 1-w


(1-w)

menentukan nilai radiasi matahari ekstra terrestial (Ra)


𝐿𝑆−𝐿𝑆
𝑅𝑎 = 𝑅𝑎1 + (𝐿𝑆 −𝐿𝑆1 ) (𝑅𝑎2 − 𝑅𝑎1 )
2 1

A
115

𝑛
menentukan nilai durasi penyinaran matahari pada bulan-n( ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝑛 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑛𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛−𝑛
=
ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛−𝑛

menentukan nilai maksimum penyinaran matahari 𝑁


𝐿𝑆+𝐿𝑆
𝑁 = 𝑁1 + (𝐿𝑆 −𝐿𝑆1 ) (𝑁2 − 𝑁1 )
2 1

𝑛
menentukan nilai perbandingan lama penyinaran(𝑁)
𝑛
𝑁

menentukan nilai radiasi gelombang pendek (Rs)


𝑛
𝑅𝑠 = (0,25 + 0,54 ) . 𝑅𝑎
𝑁

menentukan nilai gelombang pendek radaiasi matahari yang masuk (Rns)


𝑅𝑛𝑠 =075. 𝑅𝑠

menentukan nilai gelombang panjang radiasi neto (Rn1)


𝑛
𝑅𝑛1 = 𝑓(𝑡). 𝑓(𝑒𝑑 ). 𝑓( )
𝑁
𝑓(𝑡) = 𝜎. 𝑇𝑘4 (fungsi suhu)
𝑓(𝑒𝑑 ) = 0,34 − 0,044√𝑒𝑑 (fungsi tekanan aktual)
𝑛 𝑛
𝑓 (𝑁) = 0,1 + 0,9 𝑁 (fungsi nilai perbandingan lama penyinaran)

menentukan nilai gelombang radaiasi matahari (Rn)


𝑅𝑛 = 𝑅𝑛𝑠 − 𝑅𝑛1

menentukan nilai evapotranspirasi potensial (Eto)


𝐸𝑇 = 𝑤. 𝑅𝑛 . +(1 − 𝑤). 𝑓(𝑢). (𝑒𝑎 − 𝑒𝑑 ) 𝑓(𝑡) = 𝜎. 𝑇𝑘4 (nilai evapotranspirasi)
𝐸𝑇𝑜 = 𝐸𝑇. 𝐶 (nilai evapotranspirasi potensial)

nilai evapotranspirasi potensial (Eto) bulanan

Selesai
116

3.10.2 Analisa Hidrologi


Mulai

Data yang diperlukan data curah hujan bulanan, Luas DAS, dan nilai
evapotranspirasi potensial bulanan

𝐸
menentukan nilai variabel evapotranspirasi terbatas (𝐸𝑡𝑜)
𝐸 𝑚
= ( ) . (18 − 𝑛)
𝐸𝑡𝑜 20

menentukan nilai evaporasi (E)


𝐸
𝐸 = 𝐸𝑡𝑜.
𝐸𝑡𝑜

menentukan nilai evapotranspirasi terbatas (ET)


𝐸𝑇 = 𝐸𝑡𝑜. 𝐸

menentukan nilai keseimbangan air (DS)


𝐷𝑆 = 𝑃 − 𝐸𝑇

menentukan nilai kelebihan air (WS)


𝑊𝑆 = 𝐷𝑆 − 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ

menentukan nilai infiltrasi (I)


𝐼 = 𝑘𝐼. 𝑊𝑆

menentukan nilai variabel Ground Water Storage (Vn)


𝑉𝑎 = 0,5 𝑥 𝐼 𝑥 (1 + 𝑘)
𝑉𝑏 = 0,15 𝑥 𝑉𝑎−1
𝑉𝑛 = 𝑉𝑎 + 𝑉𝑏

menentukan nilai perubahan volume air (∆𝑉)


𝛥𝑉 = 𝑉𝑛 − (𝑉𝑛−1 )

A
117

menentukan nilai aliran dasar


𝐵𝑎𝑠𝑒 𝐹𝑙𝑜𝑤 (𝐵𝐹) = 𝐼 − ∆𝑉

menentukan nilai aliran langsung


𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝐹𝑙𝑜𝑤 (𝐵𝐹) = 𝑊𝑆 − 𝐼

menentukan nilai aliran


𝑅𝑢𝑛𝑜𝑓𝑓 (𝑅) = 𝐵𝐹 − 𝐷𝐹

menentukan nilai debit aliran sungai bulanan


𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑅𝑢𝑛𝑜𝑓𝑓𝑥𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝐴𝑆 𝑊𝑎𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛

menentukan nilai debit harian aliran sungai


𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑥 10
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 =
36 𝑥 24 𝑥𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡

Nilai Debit andalan Sungai Walikan tiap bulan (m3/detik)

Analisa FDC (Flow Duration Curve) untuk mengetahui nilai


probabilitas debit andalan (𝑃𝑤 ) dan debit desain PLTMH
𝑚
𝑃𝑤 = . 100%
𝑛

Selesai
118

3.10.3 Analisa Menentukan Penstock dan Menentukan Tinggi Jatuh Efektif

Mulai

menentukan nilai kecepatan aliran air dalam pipa pesat (𝑉𝑝 )


𝑉𝑝 = 0,125√2. 𝑔. ℎ

menentukan nilai diameter penstock (𝐷)


4𝑄𝑝
𝐷 = √𝜋𝑉
𝑝

menentukan nilai hubungan luas penampang pipa pesat dengan diameter (𝐴𝑝 )
𝜋𝐷2
𝐴𝑝 =
4

menentukan nilai ketebalan pipa pesat minimum (𝑡𝑚𝑖𝑛 )


508 + 𝐷
𝑡𝑚𝑖𝑛 =
400

menentukan nilai head gross (𝐻𝑔 )


𝐻𝑔 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑟𝑎𝑐𝑒

menentukan nilai head loss antara intake dengan forebay (𝐻𝐿𝑖−𝑓 )


𝐻𝐿𝑖−𝑓 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑓𝑜𝑟𝑒𝑏𝑎𝑦

menentukan nilai head loss antara turbin dengan tailrace (𝐻𝐿𝑡−𝑡 )


𝐻𝐿𝑡−𝑡 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛 − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑟𝑎𝑐𝑒

menentukan nilai head loss akibat friksi air pada pipa pesat (𝐻𝐿𝑓𝑝 )
𝑛2 𝑥𝑄 2 𝑥𝐿
𝐻𝐿𝑓𝑝 = 10,29 𝑥
𝐷5,3

menentukan nilai tinggi jatuh efektif (𝐻𝑒𝑓𝑓 )


𝐻𝑒𝑓𝑓 = 𝐻𝑔 − 𝐻𝐿𝑖−𝑓 − 𝐻𝐿𝑡−𝑡 − 𝐻𝐿𝑓𝑝

Selesai
119

3.10.4 Analisa Perhitungan Daya yang Dibangkitkan dan Analisa Pemilihan

Turbin

Mulai

menentukan nilai daya potensi air (𝑃𝑤 )


𝑃𝑤 = 𝑔 𝑥 𝐻𝑒𝑓𝑓 𝑥 𝑄

menentukan nilai pada turbin (𝑃𝑡 )


𝑃𝑡 = 𝑃𝑤 𝑥 Ƞ𝑡

menentukan nilai daya pada transmisi (𝑃𝑡𝑚 )


𝑃𝑡𝑚 = 𝑃𝑡 𝑥 Ƞ𝑡𝑚

menentukan nilai efisiensi pada generator (ƞ𝑔𝑒𝑛 )


(𝑃 − 𝑃1 )
ƞ𝑔𝑒𝑛 = ƞ𝑔𝑒𝑛1 + 𝑥 (ƞ𝑔𝑒𝑛2 − ƞ𝑔𝑒𝑛1 )
(𝑃2 − 𝑃1 )

menentukan nilai daya pada generator (𝑃𝑔𝑒𝑛 )


𝑃𝑔𝑒𝑛 = 𝑃𝑡𝑚 𝑥 Ƞ𝑔𝑒𝑛

menentukan nilai efisiensi sistem (𝜂)


𝜂 = Ƞ𝑡 . Ƞ𝑡𝑚 . Ƞ𝑔𝑒𝑛

menentukan nilai daya pada sistem PLTMH (𝑃)


𝑃 = 𝑃𝑔𝑒𝑛 𝑥 𝜂

menentukan nilai kecepatan air yang masuk ke impeler (turbin)


𝑉1 = 𝐶 √2. 𝑔. ℎ𝑒𝑓𝑓

A
120

menentukan nilai kecepatan spesifik turbin (𝑁𝑠 )


513,25
𝑁𝑠 = 0,505
ℎ𝑒𝑓𝑓

menentukan nilai kecepatan turbin Crossflow (N)


5
ℎ𝑒𝑓𝑓 4
𝑁 = 𝑁𝑠
√𝑃𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛

menentukan kecepatan luar runner (𝑢1 ), 𝛼1 diasumsikan dengan 16°


𝑉1 𝑥 cos 𝛼1
𝑢1 =
2

menentukan nilai diameter luar runner (𝐷1 )


60 𝑥𝑢1
𝐷1 =
𝜋𝑥𝑁

menentukan nilai radius luar runner (𝑅1 )


𝐷
𝑅1 = 21

menentukan nilai diameter dalam runner (𝐷2 )


2
𝐷2 = 𝑥 𝐷1
3

menentukan nilai radius dalam runner (𝑅2 )


𝐷
𝑅2 = 22

menentukan nilai lebar runner (L)


𝑄
L=
𝑘 𝑥𝐷1 𝑥𝑉1

B
121

menentukan tebal semburan nozel (S1)


S1 = k 𝑥 𝐷1

menentukan jarak antar sudu turbin (𝑡1 )


S
𝑡1 = sin1𝛽
1

menentukan radius kelengkungan sudu turbin (𝑅𝑏 )


𝑅12 − 𝑅22
𝑅𝑏 =
2𝑥𝑅1 𝑥 cos 𝛽1

menentukan jumlah sudu turbin dalam runner (𝑛)


𝜋𝑥𝐷1
𝑛=
𝑡1

Selesai
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Klimatologi

Analisa klimatologi berfungsi untuk menghitung besarnya evapotranspirasi

potensial. Berdasarkan data klimatologi dari BMKG. Berikut ini perhitungan

evapotranspirasi potensial :

Tabel 4.1 Data klimatologi rata-rata per bulan periode 2016-2017

Suhu Kelembapan Lama Kecepatan angin


BULAN udara rata- Udara rata-rata penyinaran rata-rata
rata (ᵒ C) (%) matahari (%) (km/jam)

Januari 27,45 85 57 5,5


Februari 26,95 87 54,5 4
Maret 27,45 86 67 4
April 27,5 87 67,5 4,25
Mei 27,6 85 72 4,5
Juni 27,25 85 73,5 4,25
Juli 27,05 84 74 4,95
Agustus 27,4 80 81 6,35
September 27,8 78 89 5,7
Oktober 27,5 85 68 5
November 27,3 86 54 4,5
Desember 27,5 83 48 5
Rata-rata 27,40 84,25 67,13 4,83

122
123

4.1.1 Perhitungan Evapotranspirasi potensial

Langkah-langkah perhitungan evapotranspirasi potensial bulan Januari

(Tabel 4.2) adalah ssebagai berikut :

a) suhu udara rata-rata

Harga suhu udara rata-rata bulan Januari berdasarkan Tabel 4.1

sebesar : 27,45°C

b) tekanan awal

Harga ea untuk suhu 27,45°C dapat dihitung dengan menggunakan

interpolasi pada Tabel 2.9 menggunakan persamaan 4.1. Harga suhu

27,45°C berada diantara harga suhu 27,40°C dengan harga ea 36,515

mbar dan suhu 27,60°C dengan harga ea 36,945 mbar, maka dapat

dilakukan perhitungan :

T1 = 27,40°C

T2 = 27,60°C

ea1= 36,515 mbar

ea2= 36,945 mbar

harga ea untuk suhu 27,45 °C adalah :

(𝑇−𝑇 )
𝑒𝑎 = 𝑒𝑎1 + (𝑇 −𝑇1 ) (𝑒𝑎2 − 𝑒𝑎1 ) ...................................... (4.1)
2 1

(27,45−27,40)
𝑒𝑎 = 36,515 + (27,60−27,40) . (36,945 − 36,515)

𝑒𝑎 = 36,623 𝑚𝑏𝑎𝑟
124

c) kelembapan rata-rata

Harga kelembapan rata-rata bulanan bulan Januari diambil dari

Tabel 4.1 sebesar : 85%

d) tekanan aktual

besar ed (tekanan aktual) bulan Januari pada suhu rata-rata dihitung

dengan mengunakan persamaan 2.31

𝑒𝑎 .𝑅ℎ
𝑒𝑑 =
100

36,623 𝑚𝑏𝑎𝑟.85
𝑒𝑑 =
100

𝑒𝑑 = 31,129 mbar

e) selisih antara tekanan awal dengan tekanan aktual

nilai (ea-ed) merupakan selisih antara tekanan awal dengan tekanan

aktual pada bulan Januari

(𝑒𝑎 − 𝑒𝑑 ) = 36,623 𝑚𝑏𝑎𝑟 − 31,129 𝑚𝑏𝑎𝑟 ................. (4.2)

(𝑒𝑎 − 𝑒𝑑 ) = 5,493 mbar

f) kecepatan angin

besar kecepatan angin (u) rata-rata bulan Januari didapat dari Tabel

4.1 yaitu : 5,5 m/s


125

g) fungsi kecepatan angin

nilai f(u) didapatkan melalui persamaan 2.30

𝑢
𝑓(𝑢) = 0,27(1 + 100)

5,5
𝑓(𝑢) = 0,27(1 + 100)

𝑓(𝑢) = 0,285

h) weighting factor

nilai weighting factor (w) terpengaruh dari besar nilai suhu udara

yang dihitung menggunakan interpolasi yang ada pada Tabel 2.9

T = 27,45°C

T1=27,40°C

T2=27,60°C

w1=0,769

w2=0,771

nilai w bulan Januari ditentukan melaui persamaan 4.3

(𝑇−𝑇 )
𝑤 = 𝑤1 + (𝑇 −𝑇1 ) (𝑤2 − 𝑤1 ) ......................................... (4.3)
2 1

(27,45−27,40)
𝑤 = 0,769 + (27,60−27,40) (0,771 − 0,769)

𝑤 = 0,7695
126

i) (1-w)

nilai (1-w)

(1-w) = (1-0,7695) .......................................................... (4.4)

(1-w) = 0,2305

j) radiasi matahari ekstra terrestial

nilai radiasi matahari ekstra terrestial (Ra) sangat terpengaruh dari

letak astromonis. Letak astronomis PLTMH Jatiyoso adalah

7°42'42,78" lintang selatan, maka harga Ra bulan Januari ditentukan

dengan interpolasi melalui persamaan 4.5 dengan melihat Tabel

2.10

Ra1 = 15,80

Ra2 = 16,10

LS1 = 6

LS2 = 8

𝐿𝑆−𝐿𝑆1
𝑅𝑎 = 𝑅𝑎1 + (𝐿𝑆 ) (𝑅𝑎2 − 𝑅𝑎1 ) ............................. (4.5)
2 −𝐿𝑆1

7−6
𝑅𝑎 = 15,80 + (8−6) (16,10 − 15,80)

𝑅𝑎 = 15,950
127

k) durasi penyinaran matahari

nilai durasi penyinaran matahari pada bulan Januari dapat ditentukan

menggunakan persamaan 4.6

𝑛 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑛𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑛𝑢𝑎𝑟𝑖 (𝑙𝑖ℎ𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑏𝑒𝑙 4.1)


= .... (4.6)
ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑛𝑢𝑎𝑟𝑖

𝑛 57%
=
ℎ𝑎𝑟𝑖 31

𝑛
=1,8387
ℎ𝑎𝑟𝑖

l) maksimum penyinaran matahari

nilai maksimum penyinaran matahari (N) di bulan Januari dapat

ditinjau dari letak astronomis. Lokasi PLTMH Jatiyoso adalah :

7°42'42,78" lintang selatan, dengan tinjauan interpolasi yang dapat

lihat pada Tabel 2.11 :

LS1 = 5

LS2 = 10

N1 = 12,4

N2 = 12,6

𝐿𝑆+𝐿𝑆1
𝑁 = 𝑁1 + (𝐿𝑆 ) (𝑁2 − 𝑁1 ) ................................... (4.7)
2 −𝐿𝑆1

7+5
𝑁 = 12,4 + (10−5) (12,6 − 12,4)

𝑁 = 12,48 jam
128

m) perbandingan lama penyinaran matahari

nilai perbandingan lama penyinaran matahari pada bulan Januari


𝑛
................................................................................... (4.8)
𝑁

𝑛 1,8387
=
𝑁 12,48

𝑛
= 0,1473 jam
𝑁

n) radiasi gelombang pendek

nilai radiasi gelombang pendek (Rs) pada bulan Januari dapat

dihitung menggunakan persamaaan 2.34

𝑛
𝑅𝑠 = (0,25 + 0,54 𝑁) . 𝑅𝑎

𝑅𝑠 = (0,25 + (0,54.0,1473)). 15,950

𝑅𝑠 = 2,7185 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖

o) gelombang pendek radiasi matahari yang masuk

nilai gelombang pendek radiasi matahari yang masuk (Rns) bulan

Januari dihitung menggunakan persamaan 2.33

𝑅𝑛𝑠 =075. 𝑅𝑠

𝑅𝑛𝑠 =075. 2,7185

𝑅𝑛𝑠 = 2,0389 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖


129

p) gelombang panjang radiasi neto

nilai gelombang panjang radiasi neto (Rn1) bulan Januari dapat

dihitung dengan persamaan 2.35, 2.37, 2.38, dan 2.39

𝑓(𝑡) = 𝜎. 𝑇𝑘4

𝑓(𝑡) = 5,67. 8,822−10 . (27,45 + 273)4

𝑓(𝑡) = 16,1809

𝑓(𝑒𝑑 ) = 0,34 − 0,044√𝑒𝑑

𝑓(𝑒𝑑 ) = 0,34 − 0,044√31,129

𝑓(𝑒𝑑 ) = 0,0945

𝑛 𝑛
𝑓 ( ) = 0,1 + 0,9
𝑁 𝑁

𝑛
𝑓 (𝑁) = 0,1 + 0,9𝑥0,1473

𝑛
𝑓 (𝑁) = 0,2326

𝑛
𝑅𝑛1 = 𝑓(𝑡). 𝑓(𝑒𝑑 ). 𝑓(𝑁)

𝑅𝑛1 = 16,1809𝑥0,0945𝑥0,2326

𝑅𝑛1 = 0,3557 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖


130

q) nilai gelombang radiasi matahari

nilai Rn pada bulan Januari dihitung dengan persamaan 2.34

𝑅𝑛 = 𝑅𝑛𝑠 − 𝑅𝑛1

𝑅𝑛 = 2,0389 − 0,3557

𝑅𝑛 = 1,6832 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖

r) faktor koreksi

nilai faktor koreksi bulanan untuk metode Penman (c) dapat dilihat

pada Tabel 2.8, bulan Januari memiliki harga c sebesar 1,100

s) evapotranspirasi potensial

nilai evapotranspirasi potensial (Eto) bulan januari dihitung

menggunakan Persamaan 2.30 dan 2.31

𝐸𝑇 = 𝑤. 𝑅𝑛 . +(1 − 𝑤). 𝑓(𝑢). (𝑒𝑎 − 𝑒𝑑 )

𝐸𝑇 = 0,7695𝑥1,6832 + 0,2305𝑥0,285𝑥5,4932

𝐸𝑇 = 1,6559

𝐸𝑇𝑜 = 𝐸𝑇. 𝐶

𝐸𝑇𝑜 = 1,6559 𝑥 1,100

𝐸𝑇𝑜 = 1,8215

Langkah perhitungan untuk bulan berikutnya (Februari sampai dengan

Desember) dihitung sama dengan perhitungan bulan Januari. Hasil lengakap

perhitungan evapotranspirasi potensial bulanan dapat dilihat pada Tabel 4.2.


131

Tabel 4.2 Hasil perhitungan Evapotranspirasi potensial (Eto) bulanan

4.2 Analisa Hidrologi

Analisa hidrologi dilakukan bertujuan untuk menghitung ketersediaan air

sebagai komponen utama PLTMH. Berdasarkan hasil analisa evapotranspirasi

potensial dan data curah hujan di daerah kecamatan Jatiyoso, maka debit andalan

dapat dianalisa melalui langkah perhitungan :

4.2.1 Analisa Debit Andalan FJ.Mock

Langkah-langkah perhitungan debit andalan metode FJ.Mock bulan

Januari pada Tabel 4.3 :

a) curah hujan

nilai curah hujan (P) bulan Januari yang diambil dari Tabel 4.4

diketahui sebesar 594,50 mm/bulan


132

b) jumlah hari hujan

jumlah hari hujan (n) pada bulan Januari diambil dari Tabel 4.4

diketahui sebesar : 26,50 hari

c) evapotranspirasi potensial

nilai evapotranspirasi potensial bulan Januari diambil dari Tabel 4.2

diketahui sebesar : 1,82 mm/hari

d) expose surface

nilai expose surface (m) diambil dari Tabel 2.13 sebesar 40%

𝑚 = 40%

𝑚 = 40

e) variabel evapotranspirasi terbatas

nilai variabel evapotranspirasi terbatas ditentukan menggunakan

persamaan 2.43

𝐸 𝑚
= (20) . (18 − 𝑛)
𝐸𝑡𝑜

𝐸 40
= (20) . (18 − 26,50)
𝐸𝑡𝑜

𝐸
= (−17)
𝐸𝑡𝑜

f) evaporasi

nilai evaporasi ditentukan menggunakan persamaan 2.44


𝐸
𝐸 = 𝐸𝑡𝑜. 𝐸𝑡𝑜

𝐸 = 1,82 𝑥(−17)

𝐸 = (−30,97 𝑚𝑚)
133

g) evapotranspirasi terbatas

nilai evapotranspirasi terbatas dihitung dengan persamaan 2.45

𝐸𝑇 = 𝐸𝑡𝑜. 𝐸

𝐸𝑇 = 1,82 𝑥 (−30,97)

𝐸𝑇 = 32,79 𝑚𝑚

h) keseimbangan air

nilai keseimbangan air (DS) didapat dengan menggunakan

persamaan 2.48

𝐷𝑆 = 𝑃 − 𝐸𝑇

𝐷𝑆 = 594,50 − 32,79

𝐷𝑆 = 561,71 𝑚𝑚

i) kandungan air tanah

nilai kandungan air tanah didapat dari Tabel 2.13 sebesar 0 mm

j) kelebihan air

nilai kelebihan air (WS) ditentukan dengan persamaan 2.46

𝑊𝑆 = 𝐷𝑆 − 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ

𝑊𝑆 = 561,71 𝑚𝑚 − 0

𝑊𝑆 = 561,71 𝑚𝑚
134

k) infiltrasi

nilai infiltrasi (I) ditentukan dengan persamaan 2.49 dengan

koefisien infiltrasi diambil dari Tabel 2.13 yaitu : 0,75

𝐼 = 𝑘𝐼. 𝑊𝑆

𝐼 = 0,75 𝑥 561,71 𝑚𝑚

𝐼 = 421,28 𝑚𝑚

l) Ground Water Storage

nilai Ground Water Storage (Vn) ditentukan dengan persamaan 2.50

𝑉𝑛 = 𝑉𝑎 + 𝑉𝑏

𝑉𝑎 dapat ditentukan dengan persamaan 2.51 dengan nilai k (koefisien

resesi tanah) didapatkan dari Tabel 2.13 yang nilainya sebesar 0,65

𝑉𝑎 = 0,5 𝑥 𝐼 𝑥 (1 + 𝑘)

𝑉𝑎 = 0,5 𝑥 421,28 𝑥 (1 + 0,65)

𝑉𝑎 = 347,56 𝑚𝑚

𝑉𝑏 dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.52, 𝑉𝑎−1

diperoleh berdasarkan nilai 𝑉𝑎 dibulan sebelumnya. Nilai 𝑉𝑎−1 di

bulan Januari diperoleh dari 𝑉𝑎 di bulan Desember. Nilai 𝑉𝑎 dapat

dilihat berdasarkan Tabel 4.3

Tabel 4.3 Nilai 𝑉𝑎 , 𝑉𝑏 , dan 𝑉𝑛 berdasarkan perhitungan debit andalan FJ.Mock


135

nilai 𝑉𝑏 di bulan Januari, dengan nilai 𝑉𝑎−1 (𝑉𝑎 di bulan

sebelumnya) (𝑉𝑎 di bulan Desember) sebesar 274,27 mm

𝑉𝑏 = 0,15 𝑥 𝑉𝑎−1

𝑉𝑏 = 0,15 𝑥 274,27

𝑉𝑏 = 41,14 𝑚𝑚

nilai 𝑉𝑏 di bulan Februari, dengan nilai 𝑉𝑎−1 (𝑉𝑎 di bulan Januari)

sebesar 347,56 mm

𝑉𝑏 = 0,15 𝑥 𝑉𝑎−1

𝑉𝑏 = 0,15 𝑥 347,56

𝑉𝑏 = 52,13 𝑚𝑚

nilai 𝑉𝑛 (V di bulan Januari) ditentukan dengan persamaan 2.50

𝑉𝑛 = 𝑉𝑎 + 𝑉𝑏

𝑉𝑛 = 347,56 + 41,14

𝑉𝑛 = 388,70 𝑚𝑚

m) perubahan volume air

nilai perubahan volume air dapat ditentukan dengan persamaan 2.53.

Nilai 𝛥𝑉 untuk bulan Januari ditentukan dengan melihat selisih

antara 𝑉𝑛 (V di bulan Januari) dengan 𝑉𝑛−1 (V di bulan sebelumnya)

(V di bulan Desember) yang dapat dilihat pada Tabel 4.3

𝛥𝑉 = 𝑉𝑛 − (𝑉𝑛−1 )

∆𝑉 = 388,70 − 306,92

∆𝑉 = 81,78 𝑚𝑚
136

n) aliran dasar

nilai aliran dasar ditentukan dengan persamaan 4.9

𝐵𝑎𝑠𝑒 𝐹𝑙𝑜𝑤 (𝐵𝐹) = 𝐼 − ∆𝑉 .......................................... (4.9)

𝐵𝑎𝑠𝑒 𝐹𝑙𝑜𝑤 (𝐵𝐹) = 421,28 − 81,78

𝐵𝑎𝑠𝑒 𝐹𝑙𝑜𝑤 (𝐵𝐹) = 339,51 𝑚𝑚

o) aliran langsung

nilai aliran langsung dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan 4.10

𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝐹𝑙𝑜𝑤 (𝐷𝐹) = 𝑊𝑆 − 𝐼 ...................................... (4.10)

𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝐹𝑙𝑜𝑤 (𝐷𝐹) = 561,71 − 421,28

𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝐹𝑙𝑜𝑤 (𝐷𝐹) = 140,43 𝑚𝑚

p) aliran

nilai aliran ditentukan dengan menggunakan persamaan 4.11

𝑅𝑢𝑛𝑜𝑓𝑓 (𝑅) = 𝐵𝐹 − 𝐷𝐹 ............................................. (4.11)

𝑅𝑢𝑛𝑜𝑓𝑓 (𝑅) = 339,51 + 140,43

𝑅𝑢𝑛𝑜𝑓𝑓 (𝑅) = 479,94 𝑚𝑚

q) luas DAS

Nilai Luas DAS Walikan-Jlantah diambil dari Tabel 3.12 sebesar

115,64 Km2
137

r) debit aliran sungai bulanan

nilai debit aliran sungai bulanan dihitung menggunakan persamaan

4.12

𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑅𝑢𝑛𝑜𝑓𝑓𝑥𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝐴𝑆 𝑊𝑎𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 ..... (4.12)

𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛𝑎𝑛 = 479,94 𝑥115,64

𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛𝑎𝑛 = 55.500,26 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

s) Jumlah hari

Jumlah hari dapat diambil dari Tabel 4.6, bulan Januari sebanyak 31

hari.

t) debit harian aliran

nilai debit harian aliran sungai dihitung dengan persamaan 4.13

𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑥 10


𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 = 36 𝑥 24 𝑥𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 . (4.13)

55.500,26 𝑥 10
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑛𝑢𝑎𝑟𝑖 = 36 𝑥 24 𝑥31

𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑛𝑢𝑎𝑟𝑖 = 20,72 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Langkah perhitungan untuk bulan-bulan selanjutnya (Februari sampai

dengan Desember) dihitung berdasarkan perhitungan dan analisa di bulan

Januari. Hasil lengkap perhitungan debit andalan metode FJ.Mock bulanan

dapat dilihat pada Tabel 4.4


138

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Debit Andalan Metode FJ.mock PLTMH Sungai

Walikan

Tabel 4.5 Data Curah Hujan Rata-Rata Per Bulan periode 2012 sampai 2017

Bulan Curah Hujan (P. mm/bln) Jumlah Hari Hujan (n. Hari)
Januari 594,5 26,5
Februari 550,17 20,67
Maret 377,17 21,5
April 289,83 16,5
Mei 174 11,67
Juni 127 7,5
Juli 47,33 4,5
Agustus 30,17 2,5
September 35 2,33
Oktober 96,67 5
November 352,2 17,6
Desember 463 22,2
Rata-rata 261,42 13,21
139

Tabel 4.6 Jumlah Hari Setiap bulan

Bulan Jumlah Hari


Januari 31
Februari 28
Maret 31
April 30
Mei 31
Juni 30
Juli 31
Agustus 31
September 30
Oktober 31
November 30
Desember 31

4.2.2 Analisa Flow Duration Curve (FDC)

Analisa Flow Duration Curve (FDC) merupakan hal yang perlu

dilakukan setelah menganalisa debit andalan menggunakan metode FJ.Mock.

Analisa Flow Duration Curve (FDC) merupakan analisa debit andalan

terhadap probabilitas yang terjadi dengan mempergunakan FDC (Flow

Duration Curve). Perhitungan FDC menghasilkan debit andalan dengan

probabilitas tertentu, yang dipergunakan untuk menghitung daya dan energi

yang dihasilkan PLTMH. Hasil pengurutan debit andalan dari sungai Walikan

dapat dilihat pada Tabel 4.6. Pengurutan debit andalan didasarkan pada Tabel

4.4 perhitungan debit andalan.


140

Tabel 4.7 Tabel Pengurutan nilai debit

No. Bulan Debit (m3/detik) No.urut


1 Januari 20,72 2
2 Februari 25,92 1
3 Maret 20,50 3
4 April 15,76 5
5 Mei 11,17 6
6 Juni 8,08 8
7 Juli 5,31 9
8 Agustus 3,36 11
9 September 3,07 12
10 Oktober 4,15 10
11 November 9,48 7
12 Desember 15,83 4

menghitung nilai probabilitas debit andalan PLTMH Sungai Walikan

menggunakan metode Weibull dengan persamaan 2.54. Debit aliran pada

bulan Januari sebesar 20,72 m3/detik dengan nomor urut debit adalah 2

dengan jumlah data sebanyak 12 data, maka besar probabilitas relatifnya

sebesar :

𝑚
𝑃𝑤 = . 100%
𝑛

2
𝑃𝑤 = 12 . 100%

𝑃𝑤 = 17%

hasil perhitungan untuk probabilitas nilai debit yang lain dapat dilihat pada

Tabel 4.7, sedangkan grafik FDC hasil perhitungan menggunakan metode

FJ.Mock dapat dilihat pada gambar 4.1.


141

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Probabilitas Debit PLTMH Sungai Walikan

PROBABILITAS (%) DEBIT (m3/detik)


8% 25,92
17% 20,72
25% 20,50
33% 15,83
42% 15,76
50% 11,17
58% 9,48
67% 8,08
75% 5,31
83% 4,15
92% 3,36
100% 3,07

FDC PLTMH Sungai Walikan


Debit m3/detik
30.00
27.50
25.00
22.50
20.00
17.50
15.00
12.50
10.00
7.50
5.00
2.50
0.00 Probabilitas
8% 17% 25% 33% 42% 50% 58% 67% 75% 83% 92% 100%

FDC PLTMH Sungai Walikan

Gambar 4.1 FDC PLTMH Sungai Walikan


142

PLTMH Sungai Walikan membutuhkan keandalan debit sebesar 85%-90% (Tabel

2.12), maka debit desain untuk perencanaan PLTMH Sungai Walikan diambil

nilai sebesar 4,15 m3/detik dengan nilai probabilitas 83% (Tabel 4.8). Hal tersebut

diambil berdasarkan Tabel 2.12 yang diketahui persentase debit rancangan yang

digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air sebesar 85%-90%. Berdasarkan

perhitungan analisa FDC dengan metode weibull menghasilkan persentase debit

83% dengan nilai debit 4,15 m3/detik.

4.3 Perhitungan Debit air sungai

𝑄 = 𝐴 𝑥 𝑉 ...................................................................................... (4.14)

𝑄 = 0,864 x 1,2

𝑄 = 1,0368 m3 /detik

4.4 Perhitungan Pipa Pesat (Penstock)

Perhitungan pipa pesat Penstock merupakan hal yang penting. Hal tersebut

disebabkan karena untuk menentukan kapasitas air yang akan masuk ke turbin.

perhitungan diameter pipa pesat ini ditentukan berdasarkan pada jumlah debit air

yang telah ditentukan dengan melakukan pengukuran. Perhitungan pipa pesat

dapat ditentukan dengan mengetahui beberapa parameter yang ada berdasarkan

data yang tersedia. Head (H) sebesar 14 meter, debit air (Q) sebesar 1,0368 m3/s,

dan panjang pipa pesat (L) sebesar 40 meter. Panjang pipa pesat tersebut dapat

dilihat dari Gambar 4.1.


143

Gambar 4.1 Desain Perencanaan Kontur Tinggi PLTMH Sungai Walikan

a) menentukan kecepatan aliran air dalam pipa pesat dapat menggunakan

persamaan 2.5

𝑉𝑝 = 0,125√2. 𝑔. ℎ

𝑉𝑝 = 0,125√2 𝑥 9,81 𝑥14

𝑉𝑝 = 2,0716 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

b) menentukan diameter penstock dengan persamaan 2.7

4𝑄𝑝
𝐷 = √𝜋𝑉
𝑝

4 𝑥 1,0368
𝐷 = √3,14 𝑥 2,0716

𝐷 = 0,7984 𝑚
144

c) menentukan hubungan luas penampang pipa pesat dengan diameter,

dengan menggunakan persamaan 2.6

𝜋𝐷 2
𝐴𝑝 = 4

3,14 𝑥0,7984 2
𝐴𝑝 = 4

𝐴𝑝 = 0,5003 𝑚2

d) menentukan ketebalan pipa pesat minimum, dapat menggunakan

persamaan 2.8

508+𝐷
𝑡𝑚𝑖𝑛 = 400

508+0,7984
𝑡𝑚𝑖𝑛 = 400

𝑡𝑚𝑖𝑛 = 1,2706 𝑚𝑚

4.5 Menentukan Tinggi Jatuh Efektif

Tinggi jatuh efektif merupakan selisih dari tinggi gross dikurangi tinggi dari

rugi-rugi penstock. Rugi-rugi tinggi jatuh air dalam pipa pesat dapat terjadi akibat

beberapa faktor seperti : gesekan, belokan pipa, pengecilan pipa, katup air, dan

bentuk mulut pipa pada forebay.


145

A. menentukan tinggi jatuh efektif terdapat beberapa parameter yang

perlu diketahui yaitu :

1) n : 0,012 (koefisien jenis pipa pesat welded steel)

2) Q : 1,0368 m3/s

3) L : 40 meter (panjang pipa pesat dapat dilihat dari gambar 4.1)

4) D : 0,7984 meter (diameter Penstock)

5) Hg : 14 meter

6) elevasi intake : 961,602 mdpl

7) elevasi bak pengendap (forebay) : 960,053 mdpl

8) elevasi rumah turbin : 946,252 mdpl

9) elevasi muka air tailrace :944,257mdpl

a) menentukan head gross dengan menggunakan persamaan 2.58

𝐻𝑔 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑟𝑎𝑐𝑒

𝐻𝑔 = 961,602 − 944,257

𝐻𝑔 = 17,345 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

b) menentukan head loss antara intake dengan forebay dapat

menggunakan persamaan 2.59

𝐻𝐿𝑖−𝑓 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑓𝑜𝑟𝑒𝑏𝑎𝑦

𝐻𝐿𝑖−𝑓 = 961,602 − 960,053

𝐻𝐿𝑖−𝑓 = 1,549 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟


146

c) menentukan head loss antara turbin dengan tailrace, dengan

menggunakan persamaan 2.60

𝐻𝐿𝑡−𝑡 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛 − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑟𝑎𝑐𝑒

𝐻𝐿𝑡−𝑡 = 946,252 − 944,257

𝐻𝐿𝑡−𝑡 = 1,995 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

d) menentukan head loss akibat friksi air pada pipa pesat, dapat

menggunakan persamaan 2.61

𝑛2 𝑥𝑄 2 𝑥𝐿
𝐻𝐿𝑓𝑝 = 10,29 𝑥 𝐷 5,3

(0,012)2 𝑥(1,0368 )2 𝑥40


𝐻𝐿𝑓𝑝 = 10,29 𝑥 0,79845,3

𝐻𝐿𝑓𝑝 = 0,210 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

e) menentukan tinggi jatuh efektif, dapat menggunakan persamaan

2.62

𝐻𝑒𝑓𝑓 = 𝐻𝑔 − 𝐻𝐿𝑖−𝑓 − 𝐻𝐿𝑡−𝑡 − 𝐻𝐿𝑓𝑝

𝐻𝑒𝑓𝑓 = 17,345 − 1,549 − 1,995 − 0,210

𝐻𝑒𝑓𝑓 = 13,591 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟


147

Berdasarkan perhitungan tinggi jatuh air, dimana tinggi gross dikurangi head loss

dari intake ke bak penenang (forebay) dikurangi rugi-rugi head loss akibat friksi

air pada pipa pesat dan dikurangi head loss dari tailrace ke rumah turbin sehingga

tinggi efektif (𝐻𝑒𝑓𝑓 ) sebesar 13,591 meter.

4.6 Perhitungan Daya Yang Dibangkitkan

Berdasarkan hasil studi potensi PLTMH di sungai Walikan Kecamatan

Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar, mempunyai Head efektif 13,591 meter,

kecepatan air rata-rata 1,2 m2/s, debit air 1,0368 m3/s, dan luas penampang 0,864

m2. Turbin yang digunakan pada studi potensi PLTMH sungai Walikan adalah

jenis Turbin Crossflow yang memiliki efisiensi 0,76. Turbin Crossflow dapat

dioperasikan pada debit 20 liter/detik sampai 10.000 liter/detik. Head yang

dibutuhkan untuk turbin Crossflow adalah dari 6 meter sampai 200 meter. Potensi

daya mikrohidro dapat dihitung dengan persamaan berikut :

a) Menentukan daya potensi air pada PLTMH sungai Walikan, dapat

menggunakan persamaan 2.63

𝑃𝑤 = 𝑔 𝑥 𝐻𝑒𝑓𝑓 𝑥 𝑄

𝑃𝑤 = 9,8𝑥13,591𝑥1,0368

𝑃𝑤 = 138,09 𝑘𝑊
148

b) Berdasarkan daya yang berasal dari potensi air, daya yang dihasilkan

adalah sebesar 138,09 kW. Berdasarkan daya potensi air tersebut

dapat ditentukan keluaran pada turbin menggunakan persamaan 2.64

dengan efisiensi turbin Crossflow sebesar 0,76 (dilihat berdasarkan

tabel 3.13)

𝑃𝑡 = 𝑃𝑤 𝑥 Ƞ𝑡

𝑃𝑡 = 138,09𝑥0,76

𝑃𝑡 = 104,94 𝑘𝑊

c) Daya yang dihasilkan turbin adalah sebesar 104,94 𝑘𝑊, selanjutnya

dapat ditentukan daya transmisi Ƞ𝑡𝑚 = 0,95 (V.Belt) (dilihat

berdasarkan tabel 3.13). Daya pada transmisi dapat ditentukan dengan

persamaan 2.65

𝑃𝑡𝑚 = 𝑃𝑡 𝑥 Ƞ𝑡𝑚

𝑃𝑡𝑚 = 104,94𝑥0,95

𝑃𝑡𝑚 = 99,70 𝑘𝑊

d) Daya yang ada pada transmisi adalah sebesar 99,70 kW Daya pada

Generator dapat ditentukan dengan persamaan 2.66 dengan efisiensi

generator (Ƞ𝑔𝑒𝑛 ) yang ditentukan melalui persamaan 4.15 dengan

melihat Tabel 2.14 :


149

(𝑃−𝑃1 )
ƞ𝑔𝑒𝑛 = ƞ𝑔𝑒𝑛1 + (𝑃 𝑥 (ƞ𝑔𝑒𝑛2 − ƞ𝑔𝑒𝑛1 ) ..................... (4.15)
2 −𝑃1 )

(99,70−50)
ƞ𝑔𝑒𝑛 = 0,940 + (100−50)
𝑥 (0,950 − 0,940)

ƞ𝑔𝑒𝑛 = 0,949

e) Efisiensi generator didapatkan sebesar 0,949, maka daya yang

dihasilkan generator dapat ditentukan dengan persamaan 2.66

𝑃𝑔𝑒𝑛 = 𝑃𝑡𝑚 𝑥 Ƞ𝑔𝑒𝑛

𝑃𝑔𝑒𝑛 = 99,70𝑥0,949

𝑃𝑔𝑒𝑛 = 94,61 𝑘𝑊

Jadi daya yang dapat dihasilkan generator adalah sebesar 94,61 kW. Efisisensi

sistem dapat ditentukan besarnya menggunakan persamaan 2.67 :

𝜂 = Ƞ𝑡 . Ƞ𝑡𝑚 . Ƞ𝑔𝑒𝑛

𝜂 = 0,76 . 0,95 . 0,949

𝜂 = 0,685

Efisiensi sistem total (𝜂) adalah sebesar 0,685. Berdasarkan efisiensi sistem

tersebut, dapat diperoleh daya yang dihasilkan sistem PLTMH tersebut

menggunakan persamaan 2.68


150

𝑃 = 𝑃𝑔𝑒𝑛 𝑥 𝜂

𝑃 = 94,61 𝑥 0,685

𝑃 = 64,80 𝑘𝑊

Berdasarkan perhitungan daya yang dihasilkan generator dengan efisiensi sistem

PLTMH yang ada, maka daya yang dapat dibangkitkan oleh pembangkit listrik

tenaga mikro hidro (PLTMH) sungai Walikan, Desa Wonorejo, Kecamatan

Jatiyoso, Kabupaten Karanganayar adalah sebesar 64,80 kW ≈ 64 kW.

4.7 Perhitungan Desain Turbin Crossflow

Berdasarkan Gambar 2.14 karakteristik turbin dengan tinggi jatuh efektif

(𝐻𝑒𝑓𝑓 ) sebesar 13,591 m dan kecepatan aliran air dalam pipa pesat sebesar

2,0716 m/detik, maka diperoleh jenis turbin Francis, Crossflow, dan Kaplan.

Dilihat dari ketiga jenis turbin tersebut, jenis turbin yang dipilih adalah jenis

turbin crossflow yang digunakan pada PLTMH Sungai Walikan, Desa Wonorejo.

Turbin Crossflow dipiih karena desain dan pembuatannya dilakukan di Indonesia

dengan biaya yang lebih rendah. Didalam perancangan turbin, diperlukan

perhitungan terhadap desain ukuran turbin Crossflow yang disesuaikan tinggi

jatuh efektif dan debit air yang ada.


151

a) menentukan kecepatan air yang masuk ke impeler (turbin), dapat ditentukan

dengan persamaan 2,13

𝑉1 = 𝐶 √2. 𝑔. ℎ𝑒𝑓𝑓

𝑉1 = 0,96𝑥√2 𝑥 9,81 𝑥 13,591

𝑉1 = 15,6764 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

b) menetukan kecepatan spesifik turbin, dapat ditentukan dengan persamaan

2.14
513,25
𝑁𝑠 = 0,505
ℎ𝑒𝑓𝑓

513,25
𝑁𝑠 = 13,5910,505

𝑁𝑠 = 137,60 𝑟𝑝𝑚

c) menentukan kecepatan turbin Crossflow, dapat ditentukan menggunakan

persamaan 2.15
5
ℎ𝑒𝑓𝑓 4
𝑁 = 𝑁𝑠
√𝑃𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛

5
13,5914
𝑁 = 137,60𝑥
√104,94

𝑁 = 350,51 𝑟𝑝𝑚 ~300 𝑟𝑝𝑚

d) menentukan kecepatan luar runner, dapat menggunakan persamaan 2.16.

𝛼1 diasumsikan dengan 16°

𝑉1 𝑥 cos 𝛼1
𝑢1 = 2

15,6764𝑥 cos 16°


𝑢1 = 2

𝑢1 = 3,81 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
152

e) menentukan diameter luar runner, dapat ditentukan melaui persamaan 2.17


60 𝑥𝑢1
𝐷1 = 𝜋𝑥𝑁

60 𝑥 3,81
𝐷1 = 3,14 𝑥 300

𝐷1 = 0,24 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

f) menentukan radius luar runner, dapat ditentukan dengan persamaan 2.18

𝐷1
𝑅1 = 2

0,24
𝑅1 = 2

𝑅1 = 0,12 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

g) menentukan diameter dalam runner, dapat menggunakan persamaan 2.19

2
𝐷2 = 𝑥 𝐷1
3

2
𝐷2 = 3 𝑥 0,24

𝐷2 = 0,16 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

h) menentukan radius dalam runner, dapat menggunakan persamaan 2.20

𝐷2
𝑅2 = 2

0,16
𝑅2 = 2

𝑅2 = 0,08 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
153

i) menentukan lebar runner, dapat menggunakan persamaan 2.22

𝑄
L = 𝑘 𝑥𝐷
1 𝑥𝑉1

1,0368
L = 0,075 𝑥 0,24 𝑥 15,6764

L = 3,67 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

j) menetukan tebal semburan nozel, dapat menggunakan persamaan 2.23

S1 = k 𝑥 𝐷1

S1 = 0,075 x 0,24

S1 = 0,018 meter

k) menentukan jarak antar sudu turbin, ditentukan dengan persamaan 2.24. 𝛽1

diasumsikan sebesar 30°

S
𝑡1 = sin1𝛽
1

0,018
𝑡1 = sin 30°

𝑡1 = 0,036 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
154

l) menentukan radius kelengkungan sudu turbin, dapat dilakukan dengan

persamaan 2.25. 𝛽1 diasumsikan sebesar 30°

𝑅 2 −𝑅 2
𝑅𝑏 = 2𝑥𝑅 1𝑥 cos2 𝛽
1 1

(0.12)2 −(0,08)2
𝑅𝑏 = 2 𝑥 0,12 𝑥 cos 30°

𝑅𝑏 = 0,038 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

m) menentukan jumlah sudu turbin dalam runner, dapat ditentukan dengan

persamaan 2.26

𝜋𝑥𝐷1
𝑛= 𝑡1

3,14 𝑥 0,24
𝑛= 0,036

𝑛 = 20,93 𝑏𝑢𝑎ℎ ≈ 20 𝑏𝑢𝑎ℎ

4.8 Pemilihan Generator Listrik

Dalam penelitian ini menggunakan generator sinkron arus bolak-balik karena

dapat sebagian besar beban listrik mencatu sumber daya arus bolak-balik.

PLTMH Sungai Walikan Desa Wonorejo, Jatiyoso, Karanganyar dapat

membangkitkan daya sebesar 64,80 kW ≈ 64 kW, sehingga pemilihan generator

listrik harus sesuai dengan daya terbangkit. Spesifikasi generator listrik yang

digunakan pada PLTMH Sungai Walikan, Desa Wonorejo, berdasarkan buku

pedoman studi kelayakan mekanikal dan elektrikal dari Direktorat Jendral Listrik

dan Pemanfaatan Energi Departemen ESDM dalah generator sinkron 3 fasa arus
155

bolak-balik (AC) yang memiliki kecepatan putar 500 rpm, frekuensi 50 Hz,

dengan output tegangan 380 Volt

4.8 Perencanaan PLTMH

Gambar 4.2 Desain Rencana Lokasi PLTMH Sungai Walikan

Berdasarkan analisa dan perhitungan yang telah dilakukan untuk studi potensi

pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) sungai Walikan, Desa Wonorejo,

Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar. Diperoleh hasil untuk ketinggian

(Head) yang terukur berdasarkan data elevasi tinggi dari GPS sebesar 14 meter,

yang diukur berdasarkan elevasi yang ada untuk koordinat rencana pada bak

penenang (Forebay) sebesar 960,053 mdpl, dengan elevasi koordinat rencana

pada rumah pembangkit 946,252 mdpl. Selisih tersebut sebesar 13,80 meter

dibulatkan menjadi 14 meter. Berdasarkan analisa perhitungan tinggi jatuh air

efektif (Heff) sebesar 13,591 meter. Pengukuran kecepatan air yang diukur dengan

menggunakan Currentmeter yang dilakukan pada 12 Oktober 2017 menghasilkan

tiga hasil nilai pengukuran sebesar 1,1 m2/s, 1,2 m2/s, dan 1,3 m2/s. Rata-rata

kecepatan aliran sungai Walikan sebesar 1,2 m2/s. Pengukuran lebar sungai

diketahui dengan hasil 4,8 meter, dan setelah dilakukan pengukuran kedalaman
156

sungai dan dilakukan perhitungan rata-rata kedalaman sungai Walikan adalah 0,18

meter. Luas bidang aliran (luas permukaan sungai Waikan) dapat ditentukan

dengan perkalian antara lebar sungai dengan kedalaman sungai rata-rata sebesar

0,864 m2. Debit air sungai dapat ditentukan dengan adanya parameter luas

permukaan sungai dan kecepatan aliran rata-rata sungai, debit sungai Walikan

sebesar 1,0368 m3/detik. Analisa dan perhitungan debit andalan sungai Walikan

yang dihitung berdasarkan data klimatologi dan data luas daerah aliran sungai

Walikan menghasilkan rata-rata debit andalan aliran sungai Walikan sebesar

11,95 m3/detik. Berdasarkan analisa klimatologi yang telah dihitung menghasilkan

rata-rata nilai evapotranspirasi potensial (Eto) sebesar 1,45 mm/hari, suhu rata-

rata berdasarkan analisa klimatologi sebesar 27,40°C, kelembapan udara rata-rata

sebesar 84%, kecepatan angin rata-rata 4,83 m/s. Analisa Flow Duration Curve

(FDC) yang dilakukan menghasilkan nilai probabilitas 92% dengan debit sungai

sebesar 3,36 m3/detik. perhitungan pipa pesat (Penstock), kecepatan aliran air

dalam pipa pesat (penstock) sebesar 2,0716 m/detik, diameter penstock sebesar

0,7984 meter, ketebalan minimum pipa pesat minimum sebesar 1,2706 mm. Daya

potensi air pada PLTMH sungai Walikan sebesar 138,09 kW, daya yang

dihasilkan turbin sebesar 104,94 kW, daya transmisi yang dihasilkan sebesar

99,70 kW, daya yang dihasilkan generator 94,61 kW, efisiensi sistem PLTMH

sebesar 0,685, Daya sisitem PLTMH yang dihasilkan berdasarkan efisiensi sistem

PLTMH sebesar 64,80 kW ≈ 64 kW. Perhitungan desain turbin yang

dilaksanakan menghasilkan turbin yang dipilih adalah turbin Crossflow karena

biaya (cost) yang dikeluarkan untuk pembuatan turbin crossflow lebih rendah.
157

kecepatan air yang masuk turbin adalah 15,6764 m/detik, kecepatan spesifik

turbin adalah 137,60 rpm, kecepatan putar turbin sebesar 350,51 rpm ≈ 300 rpm,

kecepatan luar runner turbin adalah sebesar 3,81 m/detik, diameter luar runner

turbin adalah 0,24 meter, radius luar runner sebesar 0,12 meter, diameter dalam

runner 0,16 meter, radius dalam runner 0,08 meter, lebar runner sebesar 3,67

meter, tebal semburan nozel sebesar 0,018 meter, jarak antar sudu turbin sebesar

0,036 meter, radius kelengkungan sudu turbin sebesar 0,038 meter, jumlah sudu

pada turbin adalah sebanyak 20 buah. Generator listrik yang digunakan pada

PLTMH sungai Walikan adalah yang memiliki daya keluaran sebesar 64 kW,

dengan kecepatan putar 500 rpm, frekuensi 50 Hz, dengan output tegangan

sebesar 380 volt.

Gambar 4.3 Diagram Perencanaan PLTMH sungai Walikan, Desa Wonorejo,

Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar


158

Gambar 4.4 Rancangan dari Bak Penenang ke Rumah Turbin dengan Pipa Pesat

Gambar 4.5 Denah Rumah Turbin


159

Gambar 4.6 Denah Rencana Jaringan Distribusi Listrik PLTMH Sungai

Walikan

PANEL PLTMH

JARINGAN

TIANG

DROP TEGANGAN
160
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan studi yang dilakukan untuk menentukan potensinya Sungai

Walikan di Desa Wonorejo, Jatiyoso, Karanganyar dijadikan Pembangkit Listrik

Teanga Mikro Hidro (PLTMH), diperoleh kesimpulan :

a) Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan dalam perencanaan

PLTMH sungai Walikan, debit aliran sungai rata-rata yang dapat

dianalisa sebesar 1,0368 m3/detik. Debit andalan yang diperoleh

berdasarkan analisa perhitungan metode FJ.Mock menghasilkan 3.36

m3/detik dengan nilai probabilitas sebesar 92%. Head yang terukur dari

titik rencana bak penenang dengan rumah turbin adalah sebesar 14 meter.

nilai head efektif berdasarkan analisa sebesar 13,591 meter.

b) Berdasarkan debit terukur sebesar 1,0368 m3/detik dan head efektif yang

ada sebesar 13,591 m, maka besar energi atau daya potensi PLTMH

Sungai Walikan adalah sebesar 64,80 kW ≈ 64 kW.

c) Berdasarkan daya perencanaan yang dibangkitkan oleh PLTMH sungai

Walikan yang sebesar 64,80 kW ≈ 64 kW, dengan debit aliran sungai

terukur dan dianalisa sebesar 1,0368 m3/detik dan tinggi efektif sebesar

13,591 meter. Perencanaan PLTMH di Desa Wonorejo Karanganayar

menggunakan turbin crossflow dengan kecepatan spesifik turbin

crossflow sebesar 137,60 rpm, kecepatan putar turbin sebesar 300 rpm,

161
162

diameter runner (D1) sebesar 0,24 meter, lebar runner (L) sebesar 3,67

meter, dengan jumlah sudu (n) sebesar 20 buah. Generator yang

direncanakan meiliki kecepatan putar 500 rpm, frekuensi 50Hz, dengan

output tegangan 380 volt.

d) Tahapan-tahapan dalam perencanaan PLTMH meliputi survey awal

untuk mengukur debit air sungai, setelah selesai survey awal dilakukan

survey lanjutan untuk menentukan koordinat : Intake, bak penenang,

rumah pembangkit, panjang saluran pembawa, panjang pipa pesat, dan

Head. Proses PLTMH mengubah energi air menjadi energi listrik adalah

air sungai yang diarahkan ke saluran pembawa, dan diteruskan ke bak

penenang yang menyambung ke pipa pesat dan mengarah ke turbin.

Gerakan air dapat menggerakkan turbin yang juga menggerakan

generator dan generator menghasilkan listrik.


163

5.2 Saran

a) Air yang digunakan sebagai elemen utama dalam PLTMH, harus selalu

dijaga kelestariannya dan menjaga ketersediaan air pada daerah tersebut.

Hal ini ditujukkan kepada masyarakat sekitar dan pihak-pihak yang terkait

dengan PLTMH sungai Walikan.

b) Dukungan dari pemerintah sangat diharapkan untuk mendukung penelitian

yang mengenai energi baru dan terbarukan seperti potensi air yang ada di

Indonesia guna mendukung memenuhi kebutuhan energi.


164

Daftar Pustaka

1. Agus Indarto, 2012, Kajian Potensi Sungai Srinjing Untuk Pembangkit

Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Brumbung Di Kabupaten Kediri,

Tugas Akhir Teknik Elektro Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur.

2. Agus Sugiri, 2014, Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

(PLTMH) pada PDAM Way Sekampung Kabupaten Pring Sewu, Jurnal

Mechanical Volume 5 No. 1 Universitas Lampung, Lampung.

3. Anjar Susatyo, 2009, Implementasi Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga

Mikro Hidro kapasitas 30 kW di Desa Cibunar kabupaten Tasikmalaya

Jawa Barat, Penelitian Puslit Tenaga Listrik dan Mekanotrik LIPI, Jawa

Barat.

4. Desmiwarman, 2015, Pemilihan Tipe Generator Yang Cocok Untuk

PLTMH Desa Guo Kecamatan Kuranji Kota Padang, Tugas Akhir Teknik

Elektro Politeknik Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat.

5. Direktorat Jenderal Listrik Dan Pemanfaatan Energi. 2009. Buku Utama

Pedoman Studi Kelayakan PLTMH Cetakan Kedua. Jakarta: Departemen

Energi Dan Sumber Daya Mineral.

6. Edo Trinando, 2013, Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro

Hidro (PLTMH) Pada Sungai Arter Desa Hurun Kecamatan Padang

Cermin Kabupaten Pesawaran Lampung, Jurnal Mechanical Volume 4

Nomor 2 Teknik Mesin Universitas Lampung, Lampung.


165

7. Eko Putro Legowo, 2017, Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro

Hidro Desa Medini Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal, Tugas

Akhir Teknik Elektro Universitas Semarang, Jawa Tengah.

8. Fox, Robert W. Dan Alan T Mc Donald.1995. Introduction to Fluid

Mechanics 3rd edition. John Wiley & Sons.USA.

9. https://achmadjaelani89.wordpress.com/2016/10/09/pltm-pembangkit-

listrik-tenaga-mikrohidro/ di akses pada 28 November 2017

10. Kartasapoetra, Ance Gunarsih, Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap

Tanah dan Tanaman. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

11. Mori, Kyotoka, L. Taulu (Penerjemah).2003. Hidrologi Untuk Pengairan.

Jakarta : Paradnya Paramitha.

12. Notosudjono D, 2002. Perencanaan PLTMH di Indonesia, BPPT.

13. Paryatmo, Wibowo. 2007. Turbin Air. Yogyakarta : Graha Ilmu.

14. Ramu Adi Jaya, 2014, Perencanaan Pembangunan Sistem Pembangkit

Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Di Kinali Pasaman Barat, Tugas

Akhir Teknik Mesin Institut Teknologi Padang, Sumatera Barat.

15. Sri Sukamta dan Adhi Kusmantoro, 2015, Perencanaan Pembangkit Listrik

Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Jantur Tabalas Kalimantan Timur, Jurnal

Teknik Elektro Volume. 5 No. 2 Universitas Negeri Semarang, Semarang.

16. Sulistyono, 2013, Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

(PLTMH) Di Sungai Cikawat Desa Talang Mulia Kecamatan Padang

Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung, Jurnal FEMA Volume 1

No,1 Teknik Mesin Universitas Lampung, Lampung.


166

17. Tombak P, 2016, Detail Engineering Design Pembangkit Listrik Tenaga

Mikro Hidro (PLTMH) Cibalapulang 2 ( 2 x 3,25 MW) & Cibalapulang 3

(2 x 3 MW), Proyek PT.Wiratman Power Engineering Division Cianjur,

Jawa Barat.

18. Triatmodjo, Bambang, 2016. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset.

19. Very Dermawan, 2014, Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga

Mikro Hidro (PLTMH) Wamena Di kabupaten Jaya Wijaya Propinsi

Papua, Tugas Akhir Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang,

Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai