Anda di halaman 1dari 11

Tugas Matakuliah Matematika Diskrit

Penyelesaian Bilangan Bulat dari Suatu Persamaan

OLEH
ANNA NUR FADILLAH (170311861619)
DESMA RINA (170311861609)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
OKTOBER 2017
A. Solusi Bilangan Bulat dari Suatu Persamaan

Contoh 2.4.4. Solusi Bilangan Bulat dari suatu Persamaan

Permasalahan. Berapa banyak solusi bilangan bulat yang memenuhi 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋4 = 10 ,


dengan 𝑥𝑖 ≥ 0 ?

Penyelesaian. Salah satu solusi tersebut adalah 𝑋1 = 𝑋2 = 0 dan 𝑋3 = 10. Kita


membayangkan tiga sel, satu untuk masing-masing variabel, dan kita distribusikan 10 bola
yang identik ke sel tersebut. Banyak bola pada setiap sel sesuai dengan nilai variabel yang
sesuai. sehingga masalah aslinya sama dengan jumlah cara untuk mendistribusikan sepuluh
bola identik ke dalam tiga sel yang berbeda dengan banyak bola tiap sel atau 𝐶(3 − 1 +
10,10) = 66.

Ini merupakan contoh dari solusi bilangan bulat dari masalah persamaan. argumen
yang diberikan mudah digeneralisasi, dan menunjukkan bahwa jika variabel mengambil nilai
bilangan bulat nonnegatif, maka masalahnya sama dengan versi distribusi dari masalah
multiset.

Ketiga masalah tersebut ekuivalen. Kita melihat bahwa ada tiga cara yang berbeda
dari melihat masalah multiset.
(1) Banyak cara untuk memilih obyek r dari n obyek dengan pengulangan.
(2) Banyak cara untuk mendistribusikan r bola yang identik ke sel yang berbeda dengan
sejumlah bola per sel
(3) Banyak solusi bilangan bulat untuk 𝑋1 + 𝑋2 + ⋯ + 𝑋𝑛 = 𝑟, with 𝑋𝑖 ≥ 0.

Contoh 2.5.1
Gambar dibawah ini mengilustrasikan kesetaraan dari tiga masalah dalam kasus ini
𝑛 = 3 dan 𝑟 = 2.

susunan 2 objek dari Distribusi 2 bola identik Solusi bilangan bulat untuk
(𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 ) menjadi 3 sel berbeda 𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 = 2, dengan
𝑥𝑖 ≥ 0
𝑥1 𝑥1 bb 𝑥1 = 2, 𝑥2 = 0, 𝑥3 = 0
𝑥1 𝑥2 b b 𝑥1 = 1, 𝑥2 = 1, 𝑥3 = 0
𝑥1 𝑥3 b b 𝑥1 = 2, 𝑥2 = 0, 𝑥3 = 1
𝑥2 𝑥2 bb 𝑥1 = 0, 𝑥2 = 2, 𝑥3 = 0
𝑥2 𝑥3 B b 𝑥1 = 0, 𝑥2 = 1, 𝑥3 = 1
𝑥3 𝑥3 bb 𝑥1 = 0, 𝑥2 = 0, 𝑥3 = 2

Secara umum, solusi bilangan bulat dari sebuah masalah persamaan meminta
banyaknya solusi untuk persamaan di mana variabel memenuhi kendala tertentu.

Contoh 2.5.2
Contoh berikut menunjukkan bahwa bagaimana mereduksi masalah yang melibatkan
ketidaksetaraan dengan masalah yang melibatkan persamaan.

Permasalahan. Berapa banyak solusi bilangan bulat nonnegatif yang ada pada 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 +
𝑋4 ≤ 99?

Penyelesaian. Menggunakan aturan penjumlahan dengan memecahkan masalah menjadi


seratus kasus.
𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 + 𝑋4 = 0
𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 + 𝑋4 = 1
:
:
𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 + 𝑋4 = 99

Kasus pertama ada 𝐶(4 − 1 + 0,0) solusi, yang kedua punya 𝐶(4 − 1 + 1,1), dan
seterusnya. Sehingga banyak solusi pada permasalahan adalah 𝐶(4 − 1 + 0,0) + 𝐶(4 − 1 +
1,1) + ⋯ + 𝐶(4 − 1 + 99,99).
Masalah tersebut sama dengan jumlah solusi bilangan bulat non negatif 𝑋1 + 𝑋2 +
𝑋3 + 𝑋4 + 𝑋5 = 99. Hal ini ekuivalen karena 𝑋5 hanya bisa diambil pada nilai 𝑋1 + 𝑋2 +
𝑋3 + 𝑋4 = 99 − 𝑘. Jadi banyak solusinya adalah 𝐶(5 − 1 + 99,99) = 4,421,275.
Ketika dua jawaban sama, kita menyipulkan bahwa (4 − 1 + 0,0) + 𝐶(4 − 1 +
1,1) + ⋯ + 𝐶(4 − 1 + 99,99) = 𝐶(5 − 1 + 9,99). Identitas kombinatorial ini digeneralisasi
melalui beberapa latihan.
Contoh 2.5.3

Contoh berikut memberikan strategi sederhana yang berhubungan dengan koefisient.

Pemasalahan.berapa banyak solusi bilangan bulat dari 2𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 = 4 dengan 𝑋𝑖 ≥ 0 ?

Penyelesaian. Jika kita memisalkan 𝑌1 = 2𝑋1 , 𝑌2 = 𝑋2 , dan 𝑌3 = 𝑋3, maka persamaannya


ekuivalen dengan 𝑌1 + 𝑌2 + 𝑌3 = 4, dengan 𝑌1 = 0,2,4, …. , 𝑌2 ≥ 0 , 𝑌3 ≥ 0. Kita dapat
menemukan banyak solusi dengan membagi masalah menjadi kasus yang tergantung pada nilai
𝑌1 .
 Kasus kesatu : 𝑌1 = 0. Maka kita punya 𝑌2 + 𝑌3 = 4, dengan 𝑌𝑖 ≥ 0. Maka banyak
solusi dari kasus ini adalah 𝐶(2 − 1 + 4,4).
 Kasus kedua : 𝑌1 = 2. Maka kita punya 𝑌2 + 𝑌3 = 2, dengan 𝑌𝑖 ≥ 0. Maka banyak
solusi dari kasus ini adalah 𝐶(2 − 1 + 2,2)
 Kasus kedua : 𝑌1 = 4. Maka kita punya 𝑌2 + 𝑌3 = 0, dengan 𝑌𝑖 ≥ 0. Maka banyak
solusi dari kasus ini adalah 𝐶(2 − 1 + 2,2) = 1. Solusinya yaitu 𝑌2 = 𝑌3 = 0

Dengan aturan penjumlahan banyak solusi dari masalah yang asli adalah
𝐶(2 − 1 + 4,4) + 𝐶(2 − 1 + 2,2) + 𝐶(2 − 1 + 0,0) = 9.

Contoh 2.5.4
Contoh berikut menguji suatu persamaan dengan batasan yang berbeda pada
variabel.
Permasalahan. Berapa banyak solusi bilangan bulat pada persamaan 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 = 0 ,
dengan 𝑋𝑖 ≥ −5 ?
Penyelesaian. Ubah variabel dengan memisalkan 𝑌𝑖 = 𝑋𝑖 + 5. Permasalahan tersebut menjadi
(𝑌1 − 5) + (𝑌2 − 5) + (𝑌3 − 5) = 0, dengan 𝑌𝑖 ≥ 0 sehingga 𝑌1 + 𝑌2 + 𝑌3 = 15 dengan 𝑌𝑖 ≥
0. Maka banyak solusi adalah 𝐶(3 − 1 + 15,15) = 136.

Contoh 2.5.5. Galileo’s Dice Problem


Salah satu permasalahan kombinatorial pertama kali adalah pada awal tahun 1600
ketika Galileo (1564-1643) bertanya kenapa jumlah matadadu sepuluh sering muncul pada
pelemparan tiga dadu berbeda.
Permasalahan. Berapa peluang pelemparan tiga dadu berbeda dengan jumlah matadadu 10?
Penyelesaian. Ada 6 × 6 × 6 = 216 kemungkinan dalam pelemparan tiga dadu berbeda.
Banyak cara untuk memperoleh jumlah matadadu 10 adalah sama dengan banyak solusi
bilangan bulat dari 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 = 10, dengan 1 ≤ 𝑋𝑖 ≤ 6. Secara pencacahan
27
eksplisit,banyak solusi adalah 27, sehingga peluangnya adalah 216.

Contoh 2.5.6
Masalah pemilihan 𝑟 obyek dari 𝑛 obyek tanpa pengulangan ekuivalen dengan
masalah pendistribusian 𝑟 bola identik ke 𝑛 sel yang berbeda dengan paling banyak satu bola
tiap sel. Permasalahan tesebut ekuvalen dengan persamaan 𝑋1 + 𝑋2 + ⋯ + 𝑋𝑛 = 𝑟, dengan
𝑋𝑖 = 0 atau 1. Sehingga banyak solusi dari persamaan tersebut adalah 𝐶(𝑛, 𝑟). Oleh karena itu
secara umum solousi bilangan bulat dari suatu persamaan mengandung masalah 𝑟 multiset dan
𝑟 kombinasi sebagai kasus khusus.

Contoh 2.5.7. Masalah Perubahan


Permasalahan. Nyatakan solusi bilangan bulat dari persamaan yang ekuivalen dengan banyak
cara untuk membuat 𝑟 sen uang, nikel, dimes, dan tempat tinggal.
Penyelesaian. Misalkan 𝑋1 menggambarkan banyak uang, 𝑋2 banyak nikel, 𝑋3 banyak dimes,
dan 𝑋4 banyak quarter. Maka dengan mengubah masalah adalah ekuivalen dengan menentukan
banyak solusi bilangan bulat 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 + 𝑋4 = 𝑟, dengan 𝑋1 = 0,1,2, … , 𝑋2 =
0,5,10, … , 𝑋3 = 0,10,20, …, dan 𝑋4 = 0,25,50, …

B. Ringkasan Identitas Kombinatorial


𝑛 𝑛
Pada dalil 2-5 identitas kombinatorial ( ) = ( ) dibangun dengan argumen
𝑟 𝑛−𝑟
kombinatorial, yaitu kita melihat dua sisi dari identitas sebagai metode yang terpisah dari
menghitung sesuatu yang sama. Kita mempertimbangkan beberapa indetitas kombinatorial
sederhana, dan memeriksa teknik dasar yang digunakan untuk membangun itu. Kita akan
berkonsentrasi pada argumen kombinatorial karena, contoh selanjutnya menunjukkan,
argumen yang seperti itu biasanya lebih sederhana daripada induksi atau aljabar, dan mereka
membantu kita untuk mengingat konten dari identitas.

Contoh 2.6.1

Dengan membandingkan dua pembuktian pada identitas berikut. Kita perhatikan bahwa
argumen kombinatorial menunjukkan makna identitas lebih dari aljabar.
𝑛 𝑛−1 𝑛−1
Dalil 2-11. (Identitas Pascal) ( ) = ( )+( ).
𝑟 𝑟−1 𝑟
Bukti.
Metode pertama : (dengan argumen kombinatorial). Sisi kiri adalah banyak anggota 𝑟
himpunan bagian dari 𝑛 anggota himpunan {𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 }. Selanjutnya ditunjukkan bahwa sisi
kanan juga juga mengihutung banyaknya himpunan bagian. Sekarang diberikan himpunan
bagian yang memuat 𝑥𝑛 atau tidak. Terdapat 𝐶(𝑛 − 1, 𝑟 − 1) r anggota himpunan bagian
mengandung 𝑥𝑛 karena 𝑟 − 1 anggota yang lain berasal dari {𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛−1 }. Ada 𝐶(𝑛 − 1, 𝑟)
𝑟 anggota himpunan bagian yang tidak memuat 𝑥𝑛 karena pada kasus ini semua anggota 𝑟
berasal dari {𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛−1 }. Dengan aturan penjumlahan, sisi kanan juga merupakan
banyaknya anggota himpunan bagian dari 𝑟 pada {𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 }.

Metode kedua: (dengan aljabar).


(𝑛 − 1)! (𝑛 − 1)!
𝐶(𝑛 − 1, 𝑟 − 1) + 𝐶(𝑛 − 1, 𝑟) = +
(𝑟 − 1)! (𝑛 − 𝑟)! 𝑟! (𝑛 − 𝑟 − 1)!
(𝑛−1)!(𝑟)+(𝑛−1)!(𝑛−𝑟)
= 𝑟!(𝑛−𝑟)!
(𝑛−1)!(𝑟+𝑛−𝑟)
= 𝑟!(𝑛−𝑟)!
𝑛!
=
𝑟!(𝑛−𝑟)!

= 𝐶(𝑛, 𝑟)

Argumen kombinatorial yang digunakan dalam bagian ini didasarkan pada melihat
dua sisi identitas sebagai cara terpisah untuk menghitung jumlah beberapa kumpulan himpunan
yang ada. Argumen seperti itu berguna dalam membuktikan banyak identitas yang melibatkan
koefisien binomial. Dalam identitas seperti itu, seringkali mudah untuk melihat bahwa satu sisi
mewakili jumlah kumpulan himpunan dalam beberapa situasi. Caranya adalah dengan melihat
bagaimana sisi lain mewakili cara yang terpisah untuk menghitung koleksi kumpulan
himpunan yang sama.

Contoh 2.6.2
Dengan membandingkan dua pembuktian pada identitas diatas. Argument
kombinatorik menyarankan arti dari identitas lebih dari pembuktian dengan induksi.

𝑛 𝑛 𝑛
Dalil 2-12. ( ) + ( ) + ⋯ + ( ) = 2𝑛 .
0 1 𝑛
Bukti.
Metode pertama : (dengan argument kombinatorik). Sisi tangan kanan adalah banyaknya
himpunan bagian dari 𝑛 anggota himpunan. Cara lain untuk menghitung banyak adalah untuk
menggunakan aturan penjumlahan untuk memecahkan masalah menjadi 𝑛 + 1 kasus :
himpunan bagian dengan nol anggota; himpunan bagian dengan satu anggota; ...; himpunan
bagian dengan 𝑛 anggota. Memilih 𝑟 anggota himpunan bagian adalah sama dengan memlilih
𝑟 anggota dari 𝑛 tanpa pengulangan. Demikian kasus pertama bisa diselesaikan dalam 𝐶(𝑛, 0)
cara, kedua 𝐶(𝑛, 1), dan seterusnya. Dengan aturan penjumlahan, banyaknya himpunan bagian
adalah 𝐶(𝑛, 0) + 𝐶(𝑛, 1) + ⋯ + 𝐶(𝑛, 𝑛), tetapi ini hanya sisi tangan kanan dari persamaan.

LANGKAH BASIS : 𝐶(0,0) = 1 = 20


LANGKAH INDUKSI :
Dugaan induksi : 𝐶(𝑘, 0) + 𝐶(𝑘, 1) + ⋯ + 𝐶(𝑘, 𝑘) = 2𝑘 .
Akan ditunjukkan : 𝐶(𝑘 + 1,0) + 𝐶(𝑘 + 1,1) + ⋯ + 𝐶(𝑘 + 1, 𝑘 + 1) = 2𝑘+1 .
Dengan dugaan induksi,
2𝑘+1 = 2𝐶(𝑘, 0) + 2𝐶(𝑘, 1) + ⋯ + 2𝐶(𝑘, 𝑘)
= 𝐶(𝑘, 0) + [𝐶(𝑘, 0) + 𝐶(𝑘, 1)] + [𝐶(𝑘, 1) + 𝐶(𝑘, 2)] + ⋯ +
[𝐶(𝑘, 𝑘 − 1) + 𝐶(𝑘, 𝑘)] + 𝐶(𝑘, 𝑘)
Dengan identitas pascal hasil akhir penjumlahan adalah 𝐶(𝑘, 0) + 𝐶(𝑘 + 1,1) +
𝐶(𝑘 + 1,2) + ⋯ + 𝐶(𝑘 + 1, 𝑘) + 𝐶(𝑘, 𝑘). Sekarang 𝐶(𝑘, 0) = 𝐶(𝑘, 𝑘) = 𝐶(𝑘 + 1,0) =
𝐶(𝑘 + 1, 𝑘 + 1) = 1 dan karena itu,
2𝑘+1 = 𝐶(𝑘 + 1,0) + 𝐶(𝑘 + 1,1) + ⋯ + 𝐶(𝑘 + 1, 𝑘 + 1)

Untuk memperkuat ide suatu penalaran kombinatorik, kita mempertimbangkan lebih


dari dua indentitas.

𝑛 𝑚 𝑛 𝑛−𝑟
Dalil 2-13. ( ) ( ) = ( ) ( ).
𝑚 𝑟 𝑟 𝑚−𝑟
Bukti. (dengan agument kombinatorik).
Kita mulai dengan sekelompok 𝑛 orang. Kita memilih subkelompok dari 𝑚 orang dan dari
subkelompok tersebut dipilih 𝑟 pemimpin. Berapa banyak cara kejadian ini bisa dilakukan?
Kita dapat menguraikan konstruksi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama, kita memilih
subkelompok dari 𝑚 orang dalam 𝐶(𝑛, 𝑚) cara, dan pada tahap kedua kita memilih 𝑟
pemimpin dari subkelompok dalam 𝐶(𝑚, 𝑟) cara. Dengan aturan perkalian kejadian ini dapat
dilakukan dengan 𝐶(𝑛, 𝑚)𝐶(𝑚, 𝑟) cara. Pendekatan lain adalah pertama pilih 𝑟 pemimpin dari
subkelompok dalam 𝐶(𝑛, 𝑟) cara dan kemudian pilih sisanya 𝑚 − 𝑟 yang bukan pemimpin
dalam 𝐶(𝑛 − 𝑟, 𝑚 − 𝑟) cara. Dengan aturan perkalian, pendekatan ini menghasilkan 𝐶(𝑛 −
𝑟, 𝑚 − 𝑟). Dua jawaban harus sama.

𝑛 𝑛+1 𝑛+𝑟 𝑛+𝑟+1


Dalil 2-14. ( ) + ( )+⋯+( )=( ).
0 1 𝑟 𝑟
Bukti. (dengan agument kombinatorik). Sisi kanan adalah banyaknya 𝑟- multisets dari
{𝑥1 , … , 𝑥𝑛+2 }. Kita mungkin juga bisa menentukan banyak multiset dengan
mempertimbangkan kasus dimana kita memilih no 𝑥𝑛+2 , satu 𝑥𝑛+2 , dua 𝑥𝑛+2 , dan
seterusnya. Ada 𝐶(𝑛 + 1 − 1 + 𝑟, 𝑟) = 𝐶(𝑛 + 𝑟, 𝑟) multiset pada kasus pertama, 𝐶(𝑛 + 1 −
1 + 𝑟 − 1, 𝑟 − 1) = 𝐶(𝑛 + 𝑟 − 1, 𝑟 − 1) multiset pada kasus kedua, dan seterusnya. Oleh
karena itu pendekatan ini menghasilkan 𝐶(𝑛 + 𝑟, 𝑟) + 𝐶(𝑛 + 𝑟 − 1, 𝑟 − 1) + ⋯ + 𝐶(𝑛, 0) 𝑟-
multiset dari {𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛+2 }, tetapi ini hanya sisi sebelah kiri.
Kita tutup bagian ini dengan diskusi dari dua identitas dasar, teorema binomial dan
multinomial, yang menjelaskan penggunaan bentuk koefisien binomial dan multinomial.

Baris ke-0 1
Baris ke-1 1 1
Baris ke-2 1 2 1
Baris ke-3 1 3 3 1
Baris ke-4 1 4 6 4 1
Baris ke-5 1 5 10 10 5 1
Baris ke-6 1 6 15 20 15 6 1
Baris ke-7 1 7 21 35 35 21 7 1
Baris ke-8 1 8 28 56 70 56 28 8 1

Pola ini telah ditelusuri kembali setidaknya selama 12 abad, dan dinamakan Segitiga Pascal
karena Pascal pertama menulis sebuah risalah tentang itu (1653). Segitiga ini dimulai dengan
angka 1 pada puncak, dan bilangan lain adalah jumlah dua bilangan diatasnya. Aturan ini
dinamakan Identitas Pascal, baris ke-𝑛 pada segitiga pascal diberikan dengan
𝐶(𝑛, 0), 𝐶(𝑛, 1), … , 𝐶(𝑛, 𝑛). Sehingga segitiga pascal diberikan metode yang mudah dengan
menghitung 𝐶(𝑛, 𝑟). Bahkan seperti yang akan ditunjukkan teorema berikut, ini juga
memberikan cara yang mudah untuk memperluas (1 + 𝑥)𝑛 .
𝑛 𝑛 𝑛
Dalil 2-15. (Teorema Binomial) (1 + x)"= ( ))+ ( ) x+ ....+ (( ) x n .
0 1 𝑛
Dalil ini menjelaskan mengapa C (n, r) disebut koefisien binomial. Perhatikan bahwa
kita dapat menggunakan segitiga Pascal untuk memperluas (1 + x)𝑛 tanpa perkalian. Misalnya,
dengan melihat baris ketiga segitiga, kita melihatnya (1+𝑥)3 = l + 3x + 3𝑥 2 + 𝑥 3 .
Bukti (dengan induksi matematika).Di chapter berikutnya kita memberi bukti combinatorial
tapi untuk saat ini kami memberikan argumen induksi karena itu gunanya identitas Pascal dan
dengan demikian mengikat teorema tersebut erat dengan segitiga Pascal.
LANGKAH BASIS : (1 + x) ° = 1
INDUKSI LANGKAH:
𝑘 𝑘 𝑘
Hipotesis induksi: (1 + 𝑥)𝑘 = ( )+( )x+......+( ) 𝑥 𝑘
0 1 𝑘
𝑘+1 𝑘+1 𝑘 + 1 𝑘+1
Untuk menunjukkan: (1 + 𝑥)𝑘+1 =( )+( )x+......+( )𝑥
0 1 𝑘+1
Dengan hipotesis induksi,
𝑘 𝑘 𝑘
(1 + 𝑥)𝑘+1 = (1 + 𝑥) [ ( ) + ( ) 𝑥+. . . . . . + ( ) 𝑥 𝑘 ]
0 1 𝑘
𝑘 𝑘 𝑘 𝑘 𝑘 𝑘
= ( )+( )x+......+( ) 𝑥 𝑘 +x[ ( ) + ( ) 𝑥+. . . . . . + ( ) 𝑥 𝑘 ]
0 1 𝑘 0 1 𝑘
𝑘 𝑘 𝑘 𝑘 𝑘 𝑘 𝑘 𝑘
= ( )+ [ ( ) + ( )]x + [ ( ) + ( )] 𝑥 2 +...+[ ( ) + ( )] 𝑥 𝑘 +( ) 𝑥 𝑘+1
0 0 1 1 2 𝑘−1 𝑘 𝑘

Dengan identitas Pascal dan fakta bahwa C (k, 0) = C (k + 1,0) = C (k, k) =C (k + 1, k


𝑘+1 𝑘+1 𝑘 + 1 𝑘+1
+1)=1, ini mereduksi ke ( )+( )x+......+( ) 𝑥 Q.E.D
0 1 𝑘+1
Teorema Binomial dapat digunakan dalam banyak cara. Satu yang penting
penggunaannya membuktikan identitas kombinatorial.Misalnya, identitas 2𝑛 = C (n, 0) + C (n,
1) +... + C(n,n), dibahas pada Contoh 2.6.2, diperoleh dengan memisalkan x = 1.

Contoh 2.6.3
𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
(a) Tunjukkan bahwa ( ))+ ( )+( )+......=( ) + ( ) +....=2𝑛−1 untuk n ≥ 1.
0 2 4 1 3
(b) Berapa banyak urutan biner n-digit yang memiliki bilangan genap dari nol dan bilangan
genap dari satu?
Penyelesaian.
𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
(a) Misalkan x = - 1 pada ekspansi (1+x)𝑛 ,kita punya ( )- ( )+ ( )- ( )+......+(-1)𝑛 ( ) =
0 1 2 3 𝑛
0 dari persamaan pertama. Persamaan kedua berikut dari Proposisi 2-12
(b) Jelas jawabannya adalah 1 jika n adalah nol dan 0 jika n adalah ganjil. Untuk n > 0, begini
urutannya sama sekali tidak memiliki angka nol, dua angka nol, empat nol, dan seterusnya.
Ada urutan C (n, 0) tanpa angka nol, urutan C (n, 2) dengan dua angka nol (pilih
𝑛 𝑛 𝑛
tempat untuk dua angka nol), dan seterusnya. Oleh karena itu ada ( ))+ ( )+( )+......= 2𝑛−1
0 2 4
urutan tersebut.
Substitusi z oleh x / y di binomial teorema segera menghasilkan hasil berikut, yang juga
disebut Teorema Binomial.
𝑛 𝑘 𝑛−𝑘
Dalil 2-16. (x + y)𝑛 =∑𝑛𝑘=0( )𝑥 𝑦
𝑛
Dalil 2-17 (Teorema Multinomial). (𝑥1 + 𝑥2 +....+𝑥𝑚 )𝑛 adalah jumlah dari semua bentuk
𝑛
(𝑟 , 𝑟 , … , 𝑟 ) 𝑥1𝑟1 𝑥2𝑟2 i𝑥𝑚
𝑟𝑚
sedemikian rupa sehingga 𝑟1 + 𝑟2 + ⋯ +, 𝑟𝑚 = n
1 2 𝑚

Perhatikan bahwa m = 2, Teorema Multinomial menjadi Binomial Teoremamial.


Contoh 2.6.4
2 2 2 2
(𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 )2 =( )𝑥 𝑥 + ( )𝑥 𝑥 + ( ))𝑥 𝑥 + ( ) 𝑥2
1,1,0 1 2 1,0,1 1 3 0,1,1 2 3 2,0,0 1
2 2
( ) 𝑥2 + ( ) 𝑥2
0,2,0 2 0,0,2 3
=2𝑥1 𝑥2 +𝑥1 𝑥3 +2𝑥2 𝑥3 +𝑥12 +𝑥22 + 𝑥32
Dengan definisi umum C (n, r) untuk setiap bilangan real n dan bilangan natural r,
Teorema Binomial benar untuk semua eksponen real Perhatikan, bagaimanapun, bahwa dalam
kasus eksponen bilangan bukan asli kita memiliki jumlah tak terbatas.
Dalil 2-18 (Teorema Binomial yang diperluas).Untuk setiap bilangan real z,
(1 + 𝑥) 𝑧 = C(x,0)+C(x,1)+C(x,2)𝑥 2 +......

Contoh 2.6.5
1 1 1 1 𝑥 𝑥2
(1 + 𝑥)2 = (2) + (2) 𝑥 + (2) 𝑥 2 + ⋯ = 1 + − + ⋯
2 8
0 1 2

Identitas utama yang sudah dibahas dalam bagian ini.

𝑛 𝑛!
(1) ( ) = 𝑟!(𝑛−𝑟)!
𝑟
𝑛 𝑛
(2) ( ) = ( )
𝑟 𝑛−𝑟
𝑛 𝑛−1 𝑛−1
(3) ( ) = ( )+( )
𝑟 𝑟−1 𝑟
𝑛
(4) 2𝑛 = ∑𝑛𝑘=0 ( )
𝑘
𝑛 𝑚 𝑛 𝑛−𝑟
(5) ( ) ( ) = ( ) ( )
𝑚 𝑟 𝑟 𝑚−𝑟
𝑛
(6) (1+x)𝑛 =∑𝑛𝑘=0 ( ) 𝑥 𝑘
𝑘
𝑛
(7) (𝑥1+ 𝑥2 +… . +𝑥𝑚 )𝑛 adalah jumlah semua bentuk (𝑟1, 𝑟2, … , 𝑟𝑚)𝑥1𝑟1 𝑥2𝑟2 … 𝑥𝑚
𝑟𝑚
sehingga

𝑟1 + 𝑟2 + ⋯ +, 𝑟𝑚 = n
𝑛+𝑟+1 𝑛+𝑘
(8) ( )= ∑𝑛𝑘=0 ( )
𝑟 𝑘
𝑛 𝑛−𝑟 𝑛
(9) ( )= ( )
𝑟 + 1 𝑟+1 𝑟
𝑛+1 𝑘
(10) ( )=∑𝑛𝑘=𝑟 ( )
𝑟+1 𝑟
2𝑛 𝑛 2
(11) ( )=∑𝑛𝑘=0 ( )
𝑛 𝑘
𝑚+𝑛 𝑚 𝑛
(12) ( )=∑𝑟𝑘=0 ( )( )
𝑟 𝑘 𝑟−𝑘
𝑚+𝑛 𝑚 𝑛
(13) ( )=∑𝑚𝑘=0 ( 𝑘 ) (𝑟 + 𝑘 )
𝑚+𝑟
𝑚+𝑛+1 𝑚−𝑘 𝑛+𝑘
(14) ( )=∑𝑚𝑘=0 ( )( ) untuk s≥ 𝑛
𝑟+𝑠+1 𝑟 𝑠

Anda mungkin juga menyukai