Anda di halaman 1dari 24

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH
PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

(Dosen : DR.dr. Yerry Msen, Mkes)

OLEH :

LENNI SILAS
NIM :20161011085066

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENDRAWASIH
TAHUN 2017
Pertanyaan :
1. Saudara buat dan jelaskan gambar siklus perencanaan dan evaluasi kesehatan
2. Sebutkan dan jelaskan Status Kesehatan menurut H L Blum
3. Sebutkan perbedaan penentuan prioritas masalah dengan metode Hanlon dan USG
4. Sebutkan dan jelaskan macam-macam evaluasi yang anda ketahui

Jawaban :
1. Gambar siklus perencanaan dan evaluasi kesehatan.

1. Analisis
Situasi

2. Identifikasi
9. Evaluasi
Masalah

8. Monitoring 3. Prioritas
(Pengawasan) Masalah
Siklus
Perencanaan
Dan Evaluasi
Kesehatan

7. Pelaksanaan 4. Tujuan

6. POA 5. Alternatif
(Planning Of Pemecahan
Action) Masalah

Gambar Siklus Perencanaan Dan Evaluasi Kesehatan

PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

Perencanaan Kesehatan adalah Sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan


yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai dari identifikasi masalah,
penentuan prioritas masalah, perencanaan pemecahan masalah, implementasi (pelaksanaan
pemecahan masalah) dan evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut akan muncul masalah-masalah
baru kemudian dari masalah-masalah tersebut dipilih prioritas masalah dan selanjutnya
kembali ke siklus semula.
Di bidang kesehatan khususnya, proses perencanaan ini pada umumnya menggunakan
pendekatan pemecahan masalah (problem solving)

PROSES PERENCANAAN
1) Analisis Situasi
Perencanaan pada hakikatnya adalah suatu bentuk rancangan pemecahan masalah. Oleh
sebab itu, langkah awal dalam perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-
masalah kesehatan masyarakat di lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.
Analisis situasi adalah metode pendekatan dalam berupaya menggambarkan kondisi obyektif
pada sebuah lembaga atau organisasi. Untuk melakukan analisis ini dibagi dalam beberapa
klasifikasi gambaran obyektif yaitu; Strenghnes (kekuatan), Weaknes (kelemahan),
Opportunity (peluang), danTreat (ancaman). Analisis ini juga biasa disebut dengan analisis
SWOT
Unsur-unsur SWOT:
a. Kekuatan (Strenght), berbagai kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki oleh suatu
organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan berperan besar tidak hanya dalam
memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga
dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
b. Kelemahan (Weaknesses), berbagaikekurangan yang bersifat khas yang dimiliki oleh
suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan berperan besar, tidak hanya
memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga,
dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
c. Kesempatan (Opportunity), peluang yang bersifat positif yang dihadapi oleh suatu
organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar perananya dalam mencapai
tujuan organisasi.
d. Hambatan (Threat), kendala yang bersifat negatif yang dihadapi oleh suatu organisasi,
yang apabila berhasil diatasi akan besar perananya dalam mencapai tujuan organisasi.
Cara Analisis :
 Menggunakan informasi dari system informasi yang sudah ada
 Memamfaatkan data-data diperkirakan sudah cukup reprensetatif untuk suatu daerah
 Menggunakan berbagai pendekatan dan model : system, supply-demand, HL Blum,
Milton Roemer, dll.
 Memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan.

2) Identifikasi Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Atau dapat dikatakan
sebagai suatu kesenjangan yang terjadi antara kondisi ideal yang di dambakan dengan
kenyataan yang tengah dijalani.
Perumusanmasalahkesehatansecaraspesifik:
a. Pernyataan adanya kesenjangan secara kualitatif dan kuantitatif
b. Atasan tempat, orang dan waktu
c. Pemahaman dinamika masalah
Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara antara lain.
a. Laporan kegiatan dari program kesehatan yang ada.
b. Survailance epidemiologi atau pemautan penyebaran penyakit.
c. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan perencanaan
kesehatan.
d. Hasil kunjungan lapangan supervisi dan sebagainya.
Perumusan masalah pada determinan Kesehatan:
a. Masalah lingkungan kesehatan
b. Masalah perilaku kesehatan
c. Masalah pelayanan kesehatan
d. Masalah kependudukan/KB
Metode identifikasi masalah
a. Menggunakan Metode Normatif Standar Pelayanan Minimum (SPM) Depkes
(WHO).
Metode SPM Depkes, yaitu sebuah metode dengan menggunakan acuan standar
pelayanan minimum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan.
Sebagai contoh:
Cakupan pelayanan KIA di Puskesmas A, yakni kunjungan K1 sebesar 50 %. Data -
cakupan K1 sebesar 50% dibandingkan dengan SPM Depkes. SPM Depkes untuk K1
sebesar 90%, maka terdapat kesenjangan sebesar 40 %. Data ini bisa dijadikan
sebagai masalah.

b. Metode pohon masalah.


Diterapkan bila identifikasi masalah dan penentuan prioritas masalah sudah
dilakukan. Kemudian pilih masalah yang utama untuk dicari penyebab masalahnya.
c. Metode Fish bone.
Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan
penyebab masalah dan cenderung jatuh berpikir pada rutinitas.
Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah
dan masalah sudah ditemukan.

3) Prioritas masalah
Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah Kesehatan di masyarakat saat ini
merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Metode untuk menetapka nprioritas
secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang
penting.
Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan masalah
dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan
karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya
hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu
semua masalah diselesaikan (Azwar, 1996).
Kegiatan identifikasi masalah menghasilkan segudang masalah kesehatan yang
menunggu untuk ditangani. Oleh karena keterbatasan sumber daya baik biaya, tenaga,
dan teknologi,
maka tidak semua masalah tersebut dapat dipecahkan sekaligus (direncanakan
pemecahannya). Untuk itu maka harus dipilih masalah yang mana yang ‘feasible’
untuk dipecahan. Proses memilih ini disebut memilih atau menetapkan prioritas
masalah.
Untuk memilih prioritas jalan keluar, dapat memakai teknik kriteria matriks, untuk itu
ada 2 kriteria yang lazimdigunakanyaitu:
a. Efektivitas jalan keluar
b. Efisiensi jalan keluar
Ada beberap teknik atau metode yang dapat digunakan untuk menetapkan prioritas
masalah baik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif sebagai
berikut.
1. Metode Kuantitatif
1) Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique)
Kriteria yang dipergunakan banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan
atas tiga macam:
a. Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan
penyelesaiannya. Beberapa ukuran pentingnya masalah sebagai berikut:
 Besarnya masalah (prevalence)
 Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity)
 Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
 Derajat keinginan masyarakat yang tidak dipenuhi (degree of unmeet need)
 Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit)
 Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)
 Suasana plitik (political climate)
b. Kelayakan teknologi
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut.
c. Sumber daya yang tersedia
Makin tersedia sumberdaya yang dapat dipakai seperti tenaga, dana dan sarana
untuk mengatasi masalah (resource ability) makin diprioritaskan masalah
tersebut.
Nilai skor antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap
kriteria yang sesuai. Prioritas masalah adalah yang jumlah nilainya paling
besar.
Contoh sederhana adalah sebagai berikut :

2) Metode Delbeq
Pada metode ini diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan bobot
(yang merupakan nilai maksimum dan berkisar antara 0 sampai 100 dengan
kriteria:
a. Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang ada
kemungkinan terkena masalah serta keterlibatan masyarakat dan instansi
terkait.
b. Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas,
kecenderungannya dari waktu ke waktu.
c. Biaya/dana yaitu besar atau jumlah dana yang diperlukan untuk mengatasi
masalah baik dari segi instansi yang bertanggung jawab terhadap
penyelesaian masalah atau dari masyarakat yang terkena masalah.
d. Kemudahan yaitu tersediannya tenaga, sarana/peralatan, waktu serta cara
atau metode dan teknologi penyelesaian masalah seperti tersediannya
kebijakan/peraturan, petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis)
dan sebagainnya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:
a) Tentukan dahulu bobot masing-masing kriteria (nilai 0-10)
b) Isi setiap kolom dengan hasil perkalian antara bobot dengan skor masing-
masing masalah. Besarnya skor tidak boleh melebihi bobot yang telah
disepakati. Bila ada perbedaan pendapat dalam menentukan besarnya bobot
dan skor yang dipilih reratanya.
c) Jumlahkan nilai masing-masing kolom dan tentukan prioritasnya berdasarkan
jumlah skor yang tertinggi sampai terendah.

3) Metode Hanlon (Kuantitatif)


Metode ini hampir sama dengan metode Delbeq, dilakukan dengan memberikan
skor atas serangkaian kriteria A, B, C dan D (PEARL).
A = Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompokpenduduk yang terkena
masalah serta keterlibatanmasyarakat dan instansi terkait. Skor 0-10 (kecil-besar).
B = Kegawatan masalah yaitu tingginya angkamorbiditas dan
mortalitas,kecenderungannya dariwaktu ke waktu. Skor 0-10 (tidak gawat –
sangatgawat).
C = Efaktifitas atau kemudahan penanggulanganmasalah, dilihat dari
perbandingan antara perkiraanhasil atau manfaat penyelesaian masalah yangakan
diperoleh dengan sumber daya (biaya, saranadan cara) untuk menyelesaikan
masalah. Skor 0-10(sulit – mudah).
D = PEARL
Berbagai pertimbangan dalam kemungkinanpemecahan masalah. Skor 0 = tidak
dan 1 = yaP = Propriatness yaitu kesesuaian masalahdengan prioritas
berbagaikebijaksanaan/program/kegiataninstansi/organisasi terkait.
E = Economic feasibility yaitu kelayakan darisegi pembiayaan.
A = Acceptability yaitu situasi penerimaanmasyarakat dan instansi
terkait/instansilainnya.
R = Resource availability yaitu ketersediaansumber daya untuk memecahkan
masalah(tenaga, sarana/peralatan, waktu)
L= Legality yaitu dukungan aspekhukum/perundangan-undangan/peraturanterkait
seperti peraturanpemerintah/juklak/juknis/protap.
Setelah kriteria tersebut berhasil diisi, maka selanjutnya menghitung nilai NPD
dan NPT dengan rumus sebagai berikut:
NPD = Nilai Prioritas dasar = (A + B) x C
NPT = Nilai Prioritas Total = (A + B) x C x D
Prioritas pertama adalah masalah dengan skor NPT tertinggi. Metode Hanlon
(Kuantitatif) ini lebih efektif bila digunakan untuk masalah yang bersifat
kuantitatif. Contoh sederhana adalah sebagai berikut

4) Metode Hanlon (Kualitatif)


Metode Hanlon (Kualitatif) ini lebih efektif dipergunakan untuk masalah yang
bersifat kualitatif dan data atau informasi yang tersediapun bersifat kualitatif
miaslkan peran serta masyarakat, kerja sama lintas program, kerja sama lintas
sektor dan motivasi staf.
Prinsip utama dalam metode ini adalah membandingkan pentingnya masalah yang
satu dengan yang lainnya dengan cara “matching”. Langkah-langkah metode ini
adalah sebagai berikut:
a) Membuat matriks masalah
b) Menuliskan semua masalah yang berhasil dikumpulkan pada sumbu vertikal
dan horisontal.
c) Membandingkan (matching) antara masalah yang satu dengan yang lainnya
pada sisi kanan diagonal dengan memberi tanda (+) bila masalah lebih
penting dan memberi tanda (-) bila masalah kurang penting.
d) Menjumlahkan tanda (+) secara horisontal dan masukan pada kotak total (+)
horisontal.
e) Menjumlahkan tanda (-) secara vertikal dan masukan pada kotak total (-)
vertikal.
f) Pindahkan hasil penjumlahan pada total (-) horisontal di bawah kotak (-)
vertikal.
g) Jumlah hasil vertikal dan horisontal dan masukan pada kotak total.
h) Hasil penjumlahan pada kotak total yang mempunyai nilai tertinggi adalah
urutan prioritas masalah.

5) Metode CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL
juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria
CARL tersebut mempunyai arti:
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atautidak.
Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaanmetode/cara/teknoloi serta
penunjang pelaksanaan seperti peraturan ataujuklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yanglain
dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian
dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang
nilai skor yang diambil adalah rerata.
Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L
Contoh pemakain metode CARL adalah sebagai berikut:
6) Metode Reinke
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor
berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:
M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalahyang dapat dilihat dari %
atau jumlah/kelompokyang terkena masalah, keterlibatan masyarakatserta
kepentingan instansi terkait.
I = Importancy atau kegawatan masalah yaitutingginya angka morbiditas dan
mortalitas sertakecenderunagn dari waktu ke waktu.
V = Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahanmasalah dalam
menyelesaikan masalah yangdihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari
perkiraanhasil (output) yang diperoleh dibandingkan denganpengorbanan (input)
yang dipergunakan.
C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakanuntuk melaksanakan
pemecahan masalah.
Semakin besar biaya semakin kecil skornya.
P = Prioritas atau pemecahan masalah.
Sama seperti metode yang lain dengan menggunakan skor, maka untuk
mempermudah pengerjaan diperlukan adanya tabel. Hasil skor masing-masing
masalah kemudian dihitung dengan rumus:
P = (M x V x I) : C
Prioritas masalah atau pemecahan masalah diperoleh dengan mengurutkan jumlah
nilai P dari yang tertinggi sampai terendah. Contoh penggunaan metode Reinke
adalah sebagai berikut:
7) Metode Bryant
Metode Bryant juga menggunakan skoring yang didasarkan pada kriteria:
P = Prevalence atau besar masalah yaitu jumlah ataukelompok masyarakat yang
terkena masalah.
S = Seriousness atau kegawatan masalah yaitutingginya angka morbiditas atau
mortalitas sertakecenderungannya.
C = Community concern yaitu perhatian ataukepentingan masyarakat dan
pemerintah atauinstansi terkait terhadap masalah tersebut.
M = Managebility yaitu ketersediaan sumber daya(tenaga, dana, sarana dan
metode/cara)
Skor masing-masing kriteria berkisar 1-5.
2. Metode Kualitatif
1. Metode Delphi
a) Teknik survei kepada para peserta yang relatif homogen baik pendidikan,
keahlian dan pengalaman serta masing-masing peserta mempunyai data yang
cukup.
b) Daftar pertanyaan (kuesioner) dikirimkan beberapa kali kepada peserta:
 Kuesioner pertama: pertanyaan-pertanyaan umum
 Kuesioner kedua: lebih khusus
 Kuesioner ketiga: Khusus
c) Kosensus peserta dapat dipercepat dengan pengambilan suara
d) Diperlukan kecermatan dan kesabaran pihak pemberi kuesioner
2. Metode Diskusi atau Brainstorming Technique
a) Pemimpin diskusi adalah fasilitator.
b) Diperlukan fasilitator yang handal dan menguasai masalah.
c) Peserta diskusi ditantang untuk mengemukakan pendapat sebanyak-banyaknya
tetapi menghindari saling kritik.
d) Peserta memiliki keahlian atau kemampuan dan pengalaman yang relatif sama.
e) Waktu efektif 1 jam dan peserta maksimal 10-12 orang.
3. Metode Brainwriting
a) Peserta 6-8 orang dengan keahlian dan latar belakang pendidikan dan
pengalaman yang relatif sama atau setara.
b) Pimpinan diskusi mengajukan masalah pada secarik kertas dan diletakkan di
atas kertas.
c) Semua peserta membacanya kemudian menuliskan pendapatnya pada pada
kertas-kertas yang ada. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai lengkap.
d) Kertas-kertas dibagikan lagi, kemudian peserta menambah atau mengurangi
pendapatnya.
e) Semua pendapat ditulis di kertas atau di papan tulis kemudian didiskusikan
untuk dicari pendapat yang terbanyak.
4) Tujuan
Menetapkan tujuan perencanaan pada dasarnya adalah membuat ketetapan-ketetapan
tertentu yang ingin dicapai oleh perencanaan tersebut. Penetapan tujuan yang baik apabila
dirumuskan secara konkret dan dapat diukur. Pada umunya dibagi dalam tujuan umum
dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum
Tujuan umum adalah suatu tujuan masih bersifat umum, dan masih dapat dijabarkan
ke dalam tujuan-tujuan khusus, dan pada umumnya masih abstrak.
Contoh:
– Meningkatkan status gizi anak balita di Kecamatan B
b. Tujuan khusus
Tujuan Khusus adalah tujuan-tujuan yang dijabarkan dari tujuan umum. Tujuan
khusus merupakan jembatan untuk tujuan umum, artinya tujuan umum yang
ditetapkan akan tercapai, apabila tujuan-tujuan khususnya tercapai.
Contoh : Apabila tujuan umum seperti contoh tersebut di atas dijabarkan kedalam
tujuan khusus menjadi sebagai berikut :
– Meningkatnya perilaku pola asuh ibu dalam memberikan makanan bergizi pada
anak balita.
– Meningkatnya jumlah anak balita yang ditimbang di Posyandu.
5) Meningkatnya jumlah anak yang berat badannya naik dan sebagainya.
Alternatif Penyusunan Masalah
Setelah diketahui permasalahan, tahap selanjutnya adalah menentukan pemecahan dari
masalah yang ada pada masyarakat.
Strategi pemecahan masalah kesehatan ada dua yaitu:
1) Secara langsung dengan melakukan tindakan untuk mengurangi masalah tersebut
2) Secara tidak langsung dengan intervensi terhadap faktor–factor yang diperkirakan
mempengaruhi masalah tersebut
Untuk menyusun alternatif jalan keluar, digunakan berpikir kreatif (creative thinking).
Salah satu tehnik berpikir kreatif diantaranya dikenal dengan teknik analogi atau populer
dengan sebutan “Synectic Tecnhnique”. Jika dengan teknik berfikir kreatif masih belum
dapat dihasilkan alternatif jalan keluar dapat ditempuh langkah-langkah sbb :
a. Menentukan berbagai penyebab masalah
b. Untuk menetukan penyebab masalah, dilakukan curah pendapat (Brain Storming)
dengan membahas data yang telah dikumpulkan. Dapat digunakan alat bantu
diagram hubungan sebab akibat (cause-effect diagram) atau populer pula dengan
sebutan diagram tulang ikan (fish bone diagram).

6) POA (Planning Of Action)


Suatu masalah akan terselesaikan jika terdapat tindakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Untuk itu perlu adanya identifikasi masalah untuk menemukan tindakan yang
tepat menyelesaikan permasalahan.
Plan of Action atau disebut juga Rencana Usulan Kegiatan (RUK) merupakan sebuah
proses yang ditempuh untuk mencapai sasaran kegiatan. Rencana kegiatan dapat memiliki
beberapa bentuk, antara lain ;
a. Rangkaian sasaran yang lebih spesifik dengan jangka waktu lebih pendek.
b. Rangkaian kegiatan yang saling terkait akibat dipilihnya alternative pemecahan
masalah
c. Rencana kegiatan yang memiliki jangka waktu spesifik, kebutuhan sumber daya yang
spesifik, dan akuntabilitas untuks etiap tahapannya.
Tujuan dari Plan of Action (POA) yaitu:
a. Mengidentifikasi apa saja yang harus dilakukan
b. Menguji dan membuktikan bahwa:
a) Sasaran dapat tercapai sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan
b) Adanya kemampuan untuk mencapai sasaran
c) Sumber daya yang dibutuhkan dapat diperoleh
d) Semua informasi yang diperlukan untuk mencapai sasaran dapat diperoleh
e) Adanya beberapa alternative yang harusdiperhatikan
c. Berperan sebagai media komunikasi
Kriteria Plan of Action (POA) dikatakan baik, antara lain:
1) Specifik (spesifik)
2) Measurable (terukur)
3) Attainable/achievable (dapatdicapai)
4) Relevant (sesuai)
5) Timely (sesuaiwaktu)
Langkah-langkahPlan of Action (POA):
1) Mengidentifikasi masalah dengan pernyataan masalah (Diagram 6 kata : What, Who,
When, Where, Why, How)
2) Setelah masalah diidentifikasi, tentukan solusi apa yang bias dilakukan
3) Menyusun Rencana Usulan Kerja (RUK)
4) Bersama-sama dengan pihak yang berkepentingan menguji dan melakukan validasi
rencana kegiatan untuk mendapatkan kesepakatan dan dukungan
Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun Plan of Action atau Rencana Usulan
Kegiatan (RUK), antara lain:
1) Pembahasan ulang masalah
2) Perumusan tujuan umum
3) Perumusan tujuan khusus
4) Penentuan kriteria keberhasilan Pada program kegiatan yang diusulkan harus
mengandung UNSUR 5W+1H
Pada program kegiatan yang diusulkan harus mengandung UNSUR 5W+1H, yaitu:
a) Who : Siapayang harus bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana
kegiatan?
b) What : Pelayanan atau spesifik kegiatan yang akan dilaksanakan
c) How Much : Berapa banyak jumlah pelayanan atau kegiatan yang spesifik?
d) Whom : Siapa target sasaran atau populasi apa yang terkena program?
e) Where : Dimana lokasi atau daerah dimana aktivitas atau program dilaksanakan?
f) When : Kapan waktu pelaksanaan kegiatan atau program?
BAGAN POA (Planning Of Action)
Indikator
Biaya/ Penanggung
Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Tempat Keberhasil Ket
Sumber jawab
an
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

7) Pelaksanaan
Perencanaan dan evaluasi kesehatan tidak hanya dan berproses begitu saja, terdapat
proses yang begitu berperan penting dalam mewujudkan suatu perencanaan yang baik
salah satunya yakni proses/tahap pelaksanaan.
George R. Terrv(1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan
anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha
untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut
oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran tersebut.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan (actuating) ini adalah bahwa
seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika:
a) Merasa yakin akan mampu mengerjakan
b) Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya
c) Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau
mendesak
d) Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan.
Pelaksanaan (Actuating) adalah suatu Tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan
manejerial dan usaha-usaha organisasi.
Jadi pelaksanaan (actuating) artinya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja
dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki secara efektif.
Pengertian pelaksanaan program kesehatan adalah melaksanakan atau mengaktualisasi
rencana tersebut dengan mempergunakan organisasi yang telah dibentuk tersebut.
Metode Pelaksanaan

Implementasi
POA

Struktur
Organisasi

Pelaksanaan Job-Description

Term of
Reference (TOR)

Gantt Chart

8) Monitoring (Pengawasan)
Monitoring Perencanaan Kesehatan denga nmelakukan pengawasan terhadap fungsi
kesehatan yaitu:
a) Perencanaan program kesehatan
b) Pelaksanaanprogram kesehatan
c) Pengendalian kinerja kesehatan
d) Pertanggungjawaban penyelenggaraan kesehatan
Tujuan monitoring yaitu:
a) Mengkaji apakah kegiatan-kegiatanyang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
b) Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi
c) Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat
untuk mencapai tujuan proyek.
d) Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran
kemajuan
e) Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari
ltujuan.
Beberapa metode untukdigunakan monitoring adalah:
1) Metode dokumentasi
2) Metode survey
3) Metodeobservasilapangan
4) Metodewawancara
5) Metodecampuran
6) MetodeFGD
Jenis-JenisMonitoring yaitu:
1) Kepatuhan(compliance)
2) Pemeriksaan(auditing)
3) Akuntasi(accounting)
4) Eksplanasi(explanation)
PendekatanterhadapMonitoring yaitu:
1) Akuntansi system social
2) Eksperimental social
3) Akuntansisosial
4) Sintesisrisetdanpraktek

9) Evaluasi
Untuk mengukur pencapaian hasil kerja maka dilaksanakan evaluasi, baik terhadap
program sendiri maupun terhadap langkah-langkah pelaksanaan program.
Evaluasi program, merupakan suatu istilah dalam manajemen yang cukup popular pada
decade terakhir ini, akan tetapi ini bukanlah suatu hal yang baru. Secara historis evaluasi
program berkembang dan muncul dalam administrasi secara independen.
Evaluasi atau kegiatan penilaian merupakan bagian yang penting dari proses manajemen
dan didasarkan pada system informasi manajemen.
Evaluasi dilaksanakan karena adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur
pencapaian hasil kerja atau kegiatan pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah
ditetapkan.
Dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed back) terhadap program atau
pelaksanaan suatu kegiatan.
Evaluasi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menetapkan penilaian terhadap program yang sedang berjalan dan
kecenderungannya, apakah pencapaian target seperti yang telah ditetapkan dalam
rencana program telah berjalan secara efektif dan efisien.
2. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan perencanaan
program yang akan datang.
3. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya, dan manajemen
(resources) saat ini serta dimasa-masa mendatang.
4. Memperbaiki pelaksanaan dan perencanaan kembali suatu program.
5. Untuk meningkatkan efektivitas administrasi manajemen program atau untuk
memberikan kepuasan sehubungan dengan akuntabilitas yang diharapkan oleh atasan,
penyandang dana program ataus ponsor
6. Untuk menilai manfaat program bagi masyarakat sasaran program.
Masyarakat sasaran perlu mengetahui dengan kesadaran penuh mengenai hasil
evaluasi.
2. Status Kesehatan menurut HL Blum dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu;

1. Faktor Lingkungan;
Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar untuk mempengaruhi derajad
kesehatan. Faktor ini sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi
kategori yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Contoh dari
aspek fisik yaitu akses air bersih, sampah, udara, perumahandan lain
sebagainya.
Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti,
kebudayaan, pendidikan ekonomi dan sebagainya
2. Faktor Perilaku
Faktor perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi status kesehatan
karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu juga
dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan sosial
ekonomi dan perilaku lain yang melekat pada dirinya
3. Faktor pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajad
kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menetukan
dalam proses pemulihan, prefentif, promotif dan pengobatan. Ketersediaan
fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak yang
kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi
kepada masyarakat untuk mendatangi fasilitas kesehatan serta apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
4. Faktor genetik atau keturunan
Faktor genetik(keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia
yang dibawa sejak lahir misalnya Diabetes Melitus

3. Sebutkan perbedaan penentuan prioritas masalah dengan metode Hanlon dan USG
 Metode Hanlon
Penentuan prioritas masalah dengan metode hanlon menggunakan 4 (empat)
kelompok kriteria yaitu;
a. Kriteria A = besarnya masalah
Menetapkan kelompok kriteria A, misalnya: kelompok setuju bahwa
besarnya masalah ditentukan oleh;
- Prosentase penduduk yang terkena efek langsung masalah
- Jumlah rata-rata biay ayang dikeluarkan perorang, perbulan, akibat
masalah tersebut
- Besarnya kerugian yang dialami penduduk
b. Kriteria B = Tingkat kegawatan masalah
Menentukan kelompok kriteria B Tingkat kegawatan ditentukan oleh 3
faktor:
- Tingkat urgensinya
- Kecenderungannya
- Tingkat keganasannya
c. Kriteria C = Kemudahan penanggulangan masalah
Menentukan kelompok kriteria C
- Menyangkut sumber – sumber dan teknologi yang tersedia untuk
menyelesaikan masalah
- Masing – masing anggota memberi nilai antara 0,5 - 1,5.
Sangat sulit --------- sangat mudah dipecahkan
d. Kriteria D = PEARL faktor
Menentukan kelompok kriteria D (PEARL)
- P = Kesesuaian(Appropriatness)
- E = Secara Ekonomis (Economic Feasibility)
- A = Dapat diterima (Acceptability)
- R = Tersedianya sumber (Resources Availability)
- L = Legalitas (Legality)
Pembobotan nilai yaitu ya atau tidak.
Ya = 1 dan tidak = 0

 Metode USG ( Urgensi, Keseriusan, Berkembangnya masalah)


Adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas masalah yang harus
diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat Urgensi, keseriusan dan
perkembangan masalah dengan menetukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Masalah
yang memiliki total skor tertinggi merupakan masalah prioritas. Untuk lebih
jelasnya di uraikan sbb;
- Urgency,
Seberapa mendesak masalah tersebut harus dibahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tersebut

- Seriousness (keseriusan)
Seberapa serius masalah tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-
masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan.

- Grouth (perkembangan masalah)


Seberapa kemungkinan – kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk kalau dibiarkan
4. Sebutkan dan jelaskan macam- macam Evaluasi yang saudara ketahui;
Evaluasi adalah satu tahap pelaksanaan manajemen itu secara langsung
maupun tidak langsung sudah sering kita lakukan. Kita melakukan evaluasi cakupan
akses sanitasi dasar kita, jamban improved kita,laik sehat rumah makan dan
restoran kita dan lain sebagainya. Berdasarkan waktu, kita melakukan evaluasi itu di
akhir tahun untuk kepentingan penyusunan rencana kerja. Atau evaluasi pada
pertengahan kegiatan untuk kepentingan repoting dan recording kegiatan kita. Berikut
beberapa pengertian evaluasi menurut beberapa ahli :
Evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil
yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan kemudian dibuat
suatu kesimpulan dan penyusunan saran pada setiap tahap dari pelaksanaan program
(Azwar, 1996).
Evaluasi adalah :
a) cara sistematis untuk belajar dari pengalaman¬pengalaman yang dimiliki dalam
meningkatkan perencanaan yang baik dengan melakukan seleksi yang cermat
terhadap alternatif yang akan diambil;
b) merupakan proses berlanjut dengan tujuan kegiatan pelayanan kesehatan menjadi
lebih relevan, efisien dan efektif;
c) proses menentukan suatu keberhasilan atau mengukur pencapaian suatu tujuan
dengan membandingkan terhadap standar/ indikator menggunakan kriteria nilai
yang sudah ditentukan;
d) didukung oleh informasi yang sahih, relevan dan peka (WHO, 1990).
Menurut Mantra (1997), evaluasi secara umum dibedakan atas :
a) Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat merencanakan suatu
program dengan tujuan menghasilkan informasi yang akan dipergunakan untuk
mengembangkan program agar program sesuai dengan masalah atau kebutuhan
masyarakat.
b) Evaluasi proses adalah proses yang memberikan gambaran tentang apa yang
sedang berlangsung dalam suatu program dan memastikan keterjangkauan elemen
fisik dan struktural dari program tersebut.
c) Evaluasi sumatif yaitu memberikan pernyataan efektif suatu program selama
kurun waktu tertentu dan dimulai setelah program berjalan.
d) Evaluasi dampak program yaitu menilai keseluruhan efektifitas program dalam
menghasilkan target sasaran.
e) Evaluasi hasil yaitu menilai perubahan-perubahan atau perbaikan dalam hal
morbiditas, mortalitas atau indikator status kesehatan lainnya untuk sekelompok
penduduk tertentu.
Sementara itu, menurut Hawe, et al. (1998), evaluasi proses dilakukan untuk:
1) Menilai pencapaian program;
2) Menilai kepuasan sasaran;
3) Menilai pelaksanaan aktivitas program;
4) Menilai tampilan komponen dan material program.

Tujuan evaluasi adalah meningkatkan mutu program, memberikan justifikasi atau


penggunaan sumber-sumber yang ada dalam kegiatan, memberikan kepuasan dalam
pekerjaan dan menelaah setiap hasil yang telah direncanakan.
Suprihanto (1988), mengatakan bahwa tujuan evaluasi antara lain:
a) sebagai alat untuk memperbaiki dan perencanaan program yang akan datang,
b) untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya dan manajemen saat ini serta
dimasa yang akan datang,
c) memperbaiki pelaksanaan dan dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
program perencanaan kembali suatu program melalui kegiatan mengecek kembali
relevansi dari program dalam hal perubahan kecil yang terus-menerus dan
mengukur kemajuan target yang direncanakan.
Menurut Lavinghouze (2007), bahwa kegiatan evaluasi dilakukan untuk:
a) menyediakan pertanggungjawaban kegiatan kepada masyarakat, stakeholder, dan
lembaga donor;
b) membantu menentukan tujuan yang telah ditentukan pada perencanaan;
c) meningkatkan program implementasi;
d) memberikan kontribusi untuk pemahaman ilmiah tentang hasil suatu program;
e) meningkatkan kesadaran dan dukungan terhadap masyarakat,
f) menginformasikan kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai