PENDAHULUAN
1
b. Langkah-langkah Metode PDCA
c. Langkah-langkah Fish Bone
1.3 Tujuan
a. Mengetahui metode PDCA
b. Mengetahui metode PDSA
c. Mengetahui metode Fish Bone
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai
bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming.
Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A.
Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus
PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga
mutu pelayanan kesehatan.
1. Identifikasi masalah
PLAN 2. Identifikasi penyebab masalah
3. Menentukan faktor penyebab yang dominant.
4. Menentukan rencana perbaikan dan target
yang akan dicapai.
3
CHEK
1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu
upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur
rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai
pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari
perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan
diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik
mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
4
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun.
Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota
tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut
dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan
manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok
manajerial, yaitu :
3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil
yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan
untuk mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan
dengan baik.
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan.
5
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat
bantu yang sering dipergunakan yakni,
4. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana
kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan
pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang
telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan
serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut,
laksanakan tindakan yang sesuai.
6
2.2 Metode PDSA
A. Tahap 1: Plan
Tugas utamanya adalah membuat tujuan yang berdsarkan pelayanan kepada atau
keinginan pasien.
1. Membentuk Team
Jelaskan apa yang ingin Anda capai dalam Pernyataan tujuan.Cobalah untuk
menjawab tiga pertanyaan mendasar:
7
Untuk bisa menjawab dua pertanyaan terakhir perlu melakukan analisis SWOT (PDSA
template: Analisa SWOT).
BERMANFAAT BERBAHAYA
(Dampak Positive) (Dampak Negative)
8
1) Cobalah buat Peta SwimLane (Swimlane map)
Peta Swim Lane untuk menggambarkan secara visual proses yang ada. Membuat
aliran proses setidaknya sangat berguna untuk menggambarkan proses yang saat ini
terjadi. Misal, Jika tim berjalan, mungkin telah menemukan di mana masalah ini terjadi.
Setelah struktur umum selesai, ini bisa menjadi beberapa pertanyaan yang lebih
bermanfaat:
1. Gambaran Masalah
Untuk masalah seperti dalam pernyataan masalah, maka perlu bekerja untuk
mengidentifikasi penyebab masalah dengan menggunakan tools seperti control chart,
fishbone, dan work flow process map. Pada akhirnya analisis penyebab harus
merangkum analisa penyebab dengan menggambarkan dan membuktikan melalui root
cause.
a) Apakah proses ini efisien? Berapa biaya (termasuk uang, waktu, atau sumber daya
lainnya)?
b) Apakah kita melakukan langkah-langkah yang tepat dengan cara yang benar?
c) Apakah orang lain melakukan proses yang sama dengan cara yang berbeda?
9
4) Mengembangkan Alternatif
B. Tahap 2: Do
Yaitu Melaksanakan.
Mulai menerapkan rencana aksi. Pastikan untuk mengumpulkan data saat membuat
swimlane map, untuk membantu mengevaluasi rencana di Tahap 3: Study. Untuk
membantu tim dapat menggunakan checksheet, flowchart, Peta Swim Lane, atau run chart
yaitu untuk menggambarkan data / kejadian seperti itu yang terjadi dari waktu ke waktu.
Tim juga harus mendokumentasikan masalah, efek tak terduga, dan observasi umum yang
dilakukan.
C. Tahap 3: Study
Dengan menggunakan Pernyataan Tujuan pada Langkah 1: Plan, dan data yang
dikumpulkan selama Tahap 2: Do, maka akan menentukan:
Anda dapat menggunakan sejumlah alat yang berbeda untuk visual review dan
mengevaluasi perbaikan, seperti Pareto Chart, Control Chart dan Run Chart.
D. Tahap 4: Act
Yakinkan bahwa perbaikan yang dilakukan akan permanen. Memutuskan apa yang
harus dilakukan selanjutnya berdasarkan hasil pengujian. Pikirkan Rencana dan Hasil :
a) Jika tim bertekad bahwa rencana yang dibuat akan berhasil, standarisasi,
permanenkan. Lakukan it uterus menerus menjadi suatu budaya organisasi.
b) Perbaikan itu digunakan secara teratur. Setelah beberapa waktu, kembali ke Tahap 1:
Plan dan mengkaji kembali proses belajar di mana yang dapat lebih ditingkatkan.
c) Jika tim percaya pendekatan yang berbeda akan lebih sukses, kembali ke Tahap 1:
Plan, dan kembangkan rencana baru dan berbeda yang mungkin mengakibatkan
keberhasilan.
10
Siklus PDSA yang sedang berlangsung akan menjadikan organisasi menjadi lebih
efisien karena mengadopsi PDSA dalam perencanaan mereka akan:
Fishbone Diagrams adalah konsep analisis sebab akibat untuk mendeskripsikan suatu
permasalahan dan penyebabnya dalam sebuah kerangka tulang ikan. Watson (2004)
mendefinisikan diagram Fishbone sebagai alat yang menggambarkan sebuah cara yang
sistematis dalam memandang akibat dan penyebab yang berkontribusi dalam berbagai
dampak tersebut. Beberapa keuntungan diagram Fishbone meliputi,
11
A. Tujuan Fishbone
B. Manfaat Fishbone
a) Latar Belakang
Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit dan upaya
pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang
bermutu. Dalam pemberian pelayanan yang bermutu, seorang petugas kesehatan
harus memiliki kemampuan untuk mencegah infeksi dimana hal ini memiliki
keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan karena mencakup setiap aspek
penanganan pasien (Soeroso, 2007).
Saat ini, masalah infeksi nosokomial makin banyak mendapat perhatian
para ahli karena di samping dapat meningkatkan morbilitas maupun mortalitas,
juga menambah biaya perawatan dan obat-obatan, waktu dan tenaga yang pada
akhirnya akan membebani pemerintah/rumah sakit, personil rumah sakit maupun
penderita dan keluarganya. Hal ini jelas bertentangan dengan kebijaksanaan
pembangunan bidang kesehatan yang justru menekankan peningkatan efisiensi
pelayanan kesehatan (Triatmodjo, 1993).
12
Infeksi nosokomial adalah semua kasus infeksi yang terjadi sekurang-kurangnya
setelah 3 x 24 jam dirawat di rumah sakit atau pada waktu masuk tidak didapatkan tanda-
tanda klinik dari infeksi tersebut. Meskipun kultur tidak mendukung ke arah infeksi
nosokomial, tetap dicatat sebagai infeksi nosokomial (Kurniadi, 1993)
Penularan dapat terjadi melalui cara silang (cross infection) dari satu pasien kepada
pasien yang lainnya atau infeksi diri sendiri di mana kuman sudah ada pada pasien
kemudian melalui suatu migrasi (gesekan) pindah tempat dan di tempat yang baru
menyebabkan infeksi (self infection atau auto infection). Tidak hanya pasien rawat yang
dapat tertular, tapi juga seluruh personil rumah sakit yang berhubungan dengan pasien,
juga penunggu dan pengunjung pasien. Infeksi ini dapat terbawa ke tengah keluarganya
masing-masing (Zulkarnain, 2009).
Cara penularan melalui tenaga perawat ditempatkan sebagai penyebab yang paling
utama infeksi nosokomial. Penularan melalui tangan perawat dapat secara langsung
karena tangan yang kurang bersih atau secara tidak langsung melalui peralatan yang
invasif. Dengan tindakan mencuci tangan secara benar saja kejadian infeksi nosokomial
dapat mencapai 50% apalagi jika tidak mencuci tangan. Peralatan yang kurang steril, air
yang terkontaminasi kuman, cairan desinfektan yang mengandung kuman, sering
meningkatkan risiko infeksi nosokomial (Utje, 1993).
Berdasarkan pengkajian di ruang Cempaka 3 RSUD dr.Loekmonohadi Kudus pada
tanggal 15 Juni 2015 mengenai pengendalian infeksi nosokomial diperoleh data bahwa di
dalam ruangan sudah terdapat handscrub. Tetapi di dalam ruangan jumlah handscrub
yang tersedia kurang memadai, karena hanya ada 2 handscrub, yaitu di depan kamar G
dan di samping ners station.
Penyediaan handscrub di setiap kamar pasien sangat penting untuk mengurangi
atau mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Jumlah handscrub yang memadai dapat
memudahkan petugas dan pengunjung untuk melakukan hand higyene, sesuai dengan 5
momen cuci tangan, yaitu sebelum ke pasien, sesudah ke pasien, sebelum melakukan
tindakan, sesudah melakukan tindakan, dan sesudah terkena cairan tubuh pasien.
Berdasarkan hal tersebut maka mahasiswa tertarik untuk menganalisis masalah
“kurang optimalnya penggunaan handscrub” di ruang cempaka 3 RSUD
dr.Loekmonohadi Kudus untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial.
b) Analisa Situasi
13
silang. Mencuci tangan merupakan metode kedua 15-16 Juni 2015 :
yang paling efektif untuk mencegah infeksi a. Tersedianya handscrub
nosokomial, efektif mengurangi perpindahan di ruangan kurang
mikroorganisme karena bersentuhan memadai, hanya ada 2
2. Menggunakan alat pelindung diri untuk handscrub
menghindari kontak dengan darah atau cairan b. Di setiap kamar pasien
tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; tidak terdapat handscrub
pakaian khusus (apron), masker, sarung c. Kurang optimalnya
tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang penerapan 5 momen cuci
digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk tangan
mencegah penularan berbagai jenis
mikroorganisme dari pasien ke tenaga
kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel
darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-
lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk
menghindari resiko penularan penyakit melalui
benda-benda tajam yang tercemar oleh produk
darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat
sampah khusus untuk alat tajam harus
disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada
tenaga kesehatan maupun pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan
sterilisasi instrumen dengan prinsip yang
benar. Tindakan ini merupakan tiga proses
untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari
instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga
kesehatan
5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar.
Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan
kesehatan akan menghasilkan sampah rumah
tangga, sampah medis dan sampah berbahaya,
yang memerlukan manajemen yang baik untuk
14
menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien,
pengunjung dan masyarakat.
Man:
Material:
- Perawat kurang memperhatikan
- Tersedianya kebiasaan cuci tangan sebelum dan
handscrub kurang sesudah ke pasien
memadai - Pengunjung kurang memperhatikan
pentingnya cuci tangan
Resiko
tinggi INOS
Methode:
- Kurang optimalnya
kebiasaan cuci tangan
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" (Rencanakan,
Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah
iteratif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. PDCA dikenal sebagai “siklus
Shewhart”, karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Shewhart beberapa puluh tahun
yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi analisis PDCA lebih sering disebut
“siklus Deming”. Hal ini karena Deming adalah orang yang mempopulerkan penggunaannya
dan memperluas penerapannya. Namun, Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai
siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas statistis. Belakangan, Deming memodifikasi PDCA menjadi PDSA
("Plan, Do, Study, Act") untuk lebih menggambarkan rekomendasinya.Dengan nama apa pun
itu disebut, PDCA adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus
menerus tanpa berhenti.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu
diharapkan pembaca dapat memberikan saran untuk kami sebagai pembuat makalah tentang
metode PDCA, PDSA, dan Fish Bone.
16
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. 2007. Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan,
http://ridwanamiruddin.files.wordpress.com/2007/06/mutu-ugd-rs-swasta-bapelkes-
210607.ppt
http://bidaniaku.wordpress.com/2013/05/25/konsep-pdca/
17