Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam beberapa tahun terakhir, keselamatan pasien menjadi perhatian khusus dalam
konteks pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penerapan keselamatan pasien merupakan
salah satu amanat dari UU Perumahsakitan tahun 2009. Akreditasi rumah sakit di
Indonesia telah memasukkan penerapan keselamatan pasien di seluruh lini baik sistem,
manajemen, dan sumber daya manusia sebagai penilaian penting dalam penentuan standar
mutu di rumah sakit. Selain pelayanan kesehatan di rumah sakit, masyarakat di Indonesia
juga memperoleh pelayanan kesehatan primer di pusat kesehatan masyarakat, praktik
pribadi dan setting pelayanan kesehatan primer yang lain. Sesuai dengan Peraturan
Presiden No 12/2013 dan Permenkes No 71/2013, fasilitas kesehatan tingkat pertama
mencakup administrasi pelayanan, pelayanan promotif preventif, pemeriksaan-
pengobatan-konsultasi medis, tindakan medis non-spesialistik (operatif maupun non-
operatif), pelayanan obat dan bahan habis pakai, transfusi darah sesuai kebutuhan medis,
pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium, pelayanan tingkat pratama, rawat inap
pertama sesuai indikasi dan pertolongan persalinan. Keselamatan pasien selama ini lebih
banyak diterapkan di rumah sakit dan belum menjadi perhatian dan kebijakan di
pelayanan kesehatan primer.
Mengingat semakin pentingnya profesional kesehatan untuk menerapkan prinsip-
prinsip keselamatan pasien dan konsep ke dalam praktek sehari-hari, topik ini menyajikan
kasus-kasus tentang keselamatan pasien. Pada tahun 2002, negara-negara anggota WHO
menyepakati resolusi Majelis Kesehatan Dunia mengenai keselamatan pasien atas
kebutuhan untuk mengurangi kerugian dan penderitaan pasien dan keluarga mereka. Hal
ini didukung bukti bahwa manfaat ekonomi dapat dimaksimalkan dengan peningkatan
keselamatan pasien. Studi menunjukkan bahwa tambahan rawat inap, biaya proses
pengadilan, pengobatan infeksi, kehilangan pendapatan, cacat, dan biaya pengobatan
menelan biaya di beberapa negara antara US$ 6 miliar dan US$ 29 milyar per tahun [3,
4]. Beberapa negara telah menerbitkan studi menyoroti banyak bukti yang menunjukkan
bahwa sejumlah besar pasien yang dirugikan karena pelayanan kesehatan mereka, baik
mengakibatkan cedera permanen, meningkatkan lama tinggal di fasilitas kesehatan, atau
bahkan kematian. Kami telah belajar selama dekade terakhir bahwa insidens terjadi bukan
karena tenaga medis sengaja mencederai pasien, sebaliknya hal itu terjadi karena
kompleksitas sistem pelayanan kesehatan saat ini, terutama di negara-negara maju,
dimana pengobatan berhasil dan tidak untuk setiap pasien tergantung berbagai faktor dan
bukan hanya kompetensi penyedia pelayanan kesehatan individu. Ketika begitu banyak
jenis penyedia layanan kesehatan (dokter, perawat, apoteker dan pekerja kesehatan)
terlibat, sangat sulit untuk memastikan pelayanan yang aman kecuali sistem pelayanan
dirancang untuk memfasilitasi informasi yang tepat waktu dan lengkap serta pemahaman
oleh semua profesional kesehatan. Demikian pula, di negara berkembang, kombinasi
berbagai faktor yang tidak menguntungkan seperti kurangnya staf medis, struktur yang
tidak memadai dan kepadatan penduduk, kurangnya komoditas pelayanan kesehatan dan
kekurangan peralatan dasar, buruknya kebersihan

1.2 Rumusan Masalah


a. Langkah-langkah Metode PDSA

1
b. Langkah-langkah Metode PDCA
c. Langkah-langkah Fish Bone

1.3 Tujuan
a. Mengetahui metode PDCA
b. Mengetahui metode PDSA
c. Mengetahui metode Fish Bone

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Metode PDCA


Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun
1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari ‘Plan,
Do, Check, Act‘ (‘Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti’), adalah suatu
proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan
dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter
Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai
bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming.
Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A.
Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus
PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga
mutu pelayanan kesehatan.

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,


pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan
berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan
kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :

UNSUR PDCA LANGKAH-LANGKAH

1. Identifikasi masalah
PLAN 2. Identifikasi penyebab masalah
3. Menentukan faktor penyebab yang dominant.
4. Menentukan rencana perbaikan dan target
yang akan dicapai.

5. Melaksanakan sepenuhnya rencana perbaikan.


DO

6. memeriksa hasil pelaksanaan perbaikan.

3
CHEK

7. mencegah timbulnya persoalan yang sama


ACTION (menetapkan standarisasi).
8. Menyelesaikan problem lain yang masih belum
terselesaikan (menetapkan rencana berikutnya).

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu
upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur
rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai
pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari
perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan
diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik
mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:

a. Judul rencana kerja (topic),


b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem
statement),
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai
(goal, objective, and target),
d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e. Metode penilaian dan kriteria penilaian
f. Waktu pelaksanaan
g. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
h. Biaya yang diperlukan (budget),
i. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).

4
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun.
Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota
tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut
dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.

Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan
manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok
manajerial, yaitu :

a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf


terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan
cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara
penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang
dilaksanakan.

3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil
yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan
untuk mengetahui :

a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan
dengan baik.
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan.

5
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat
bantu yang sering dipergunakan yakni,

a. Lembaran pemeriksaan (check list)

Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat


secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar
pemeriksan adalah:

1) Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati


2) Tetapkan jangka waktu pengamatan
3) Lakukan perhitungan penyimpangan

b. Peta kontrol (control diagram)


Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya
penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat
bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan
peta kontrol adalah :

1) Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum


2) Tentukan prosentase penyimpangan
3) Buat grafik penyimpangan
4) Nilai grafik

4. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana
kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan
pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang
telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan
serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut,
laksanakan tindakan yang sesuai.

6
2.2 Metode PDSA

PDSA, atau Plan-Do-Study-Act, merupakan siklus (berulang-ulang), empat tahap


Model pemecahan masalah yang digunakan untuk meningkatkan proses atau melakukan
perubahan.

Siklus PDSA merupakan rangkaian langkah-langkah sistematis untuk memperoleh


pengetahuan dan pembelajaran yang berharga untuk perbaikan terus-menerus dari produk
atau proses. Juga dikenal sebagai Deming Wheel, atau Deming Cycle, konsep dan aplikasi
yang pertama kali diperkenalkan ke Dr. Deming oleh mentornya, Walter Shewhart dari Bell
Laboratories yang terkenal di New York (Deming, 2015)

A. Tahap 1: Plan

Tugas utamanya adalah membuat tujuan yang berdsarkan pelayanan kepada atau
keinginan pasien.

1. Membentuk Team

Membentuk sebuah tim yang memiliki pengetahuan tentang masalah atau


memiliki kesempatan untuk melakukan upaya perbaikan. Pertimbangkan kekuatan
masing-masing anggota tim yang terlibat dengan membawa dan mencari staf yang
berpikiran maju.Setelah merekrut anggota tim, kemudian mengidentifikasi peran dan
tanggung jawab, menyusun jadwal, dan membuat jadwal pertemuan.

2. Draft sebuah Pernyataan Tujuan

Jelaskan apa yang ingin Anda capai dalam Pernyataan tujuan.Cobalah untuk
menjawab tiga pertanyaan mendasar:

a. Apa yang coba kita capai?

b.Bagaimana kita akan tahu bahwa perubahan merupakan perbaikan?

c.Perubahan apa yang bisa kita buat untuk menghasilkan perbaikan

3. Jelaskan Konteks dan Proses yang ada saat ini

Brainstorming (pengungkapan pendapat).Periksa proses yang ada saat ini. Mulailah


dengan meminta tim ini pertanyaan dasar:

a) Apa yang kita lakukan sekarang?


b) Bagaimana kita melakukannya?
c) Apa langkah-langkah utama dalam proses?
d) Siapa yang terlibat?
e) Apa yang mereka lakukan?
f) Apa dilakukan dengan baik?
g) Apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik?

7
Untuk bisa menjawab dua pertanyaan terakhir perlu melakukan analisis SWOT (PDSA
template: Analisa SWOT).

BERMANFAAT BERBAHAYA
(Dampak Positive) (Dampak Negative)

Internal Kekuatan Mungkin termasuk: Kelemahan Mungkin termasuk:

1. Karakteristik organisasi 1. Karakteristik organisasi


yang akan membantu yang mungkin menghambat
mencapai hasil yang sukses kesuksesan hasil /
atau mencapai tujuan pencapaian tujuan Absences
2. Sumber daya, kemampuan of strengths
yang akan berkontribusi 2. “Flip sides” dari kekuatan
mencapai kesuksesan 3. Hal yang harus dihindari
ketika melaksanakan
program
4. Faktor-faktor dimasa lalu
yang berkontribusi terhadap
kegagalan
5. Ada organisasi lain
mungkin lebih baik dari
Anda

External Peluang mungkin termasuk: Ancaman mungkin termasuk:

1. Faktor lingkungan yang 1. Faktor lingkungan yang


mungkin mempengaruhi / mungkin mencegah
berkontribusi terhadap kesuksesan hasil
kesuksesan hasil 2. Perubahan mendatang masih
2. Tidak dipenuhinya/ tidak status quo (peraturan, sosial,
dilayani oleh program lain politik, dll)
(kebutuhan pelanggan yang 3. Faktor: Politik, Ekonomi,
belum terpenuhi) Sosial Budaya, Teknologi
3. Perubahan mendatang
untuk status quo
(peraturan, social, politik,
dll)
4. Perubahan dimungkinkan
oleh kekuatan unik /
menghilangkan kelemahan
(?)
5. Faktor: Politik, Ekonomi,
Sosial Budaya, dan
Teknologi

8
1) Cobalah buat Peta SwimLane (Swimlane map)

Peta Swim Lane untuk menggambarkan secara visual proses yang ada. Membuat
aliran proses setidaknya sangat berguna untuk menggambarkan proses yang saat ini
terjadi. Misal, Jika tim berjalan, mungkin telah menemukan di mana masalah ini terjadi.

a) Jalan, ikuti proses


b) Karakteristik dari masing-masing proses
c) Buat peta proses saat ini
d) Siapkan roadmap (peta masadepan)

2) Kumpulkan Lebih Detil

Setelah struktur umum selesai, ini bisa menjadi beberapa pertanyaan yang lebih
bermanfaat:

a) Berapa lama setiap proses? Setiap langkah?


b) Apakah ada variasi dalam cara proses saat selesai?

1. Gambaran Masalah

Dengan menggunakan Pernyataan Tujuan yang dibuat pada Langkah no. 2,


nyatakan tujuan yang diinginkan, gunakan data dan informasi untuk mengukur
bagaimana organisasi memenuhi / tidak memenuhi pencapaian mereka. Sebagai
contoh: Jika tujuan adalah untuk memaksimalkan kualitas kehidupan kerja dari staf,
mungkin bisa mendapatkan bukti melalui survey yang menjadi stressor di tempat kerja
karyawan.

2. Menulis Pernyataan Masalah

Menulis pernyataan masalah jelas dengan meringkas kesepakatan dari tim


terhadap masalah. Juga akan berguna untuk memprioritaskan masalah.

3. Identifikasi Penyebab dan Alternatif


4. Menganalisis Penyebab

Untuk masalah seperti dalam pernyataan masalah, maka perlu bekerja untuk
mengidentifikasi penyebab masalah dengan menggunakan tools seperti control chart,
fishbone, dan work flow process map. Pada akhirnya analisis penyebab harus
merangkum analisa penyebab dengan menggambarkan dan membuktikan melalui root
cause.

3) Periksa Peta Swim Lane, dan bertanya:

a) Apakah proses ini efisien? Berapa biaya (termasuk uang, waktu, atau sumber daya
lainnya)?
b) Apakah kita melakukan langkah-langkah yang tepat dengan cara yang benar?
c) Apakah orang lain melakukan proses yang sama dengan cara yang berbeda?

9
4) Mengembangkan Alternatif

Cobalah untuk mengurangi akar penyebab dengan menyelesaikan pernyataan,


“Jika kita __________, maka __________ akan terjadi. ” Pilih. Alternatif (atau
beberapa alternatif) yang dipercaya terbaik yang akan membantu kita memaksimalkan
sumber daya dan pencapaian tujuan. Mengembangkan rencana aksi, termasuk
staf/sumber daya dan uang yang diperlukan.

B. Tahap 2: Do

Yaitu Melaksanakan.

Mulai menerapkan rencana aksi. Pastikan untuk mengumpulkan data saat membuat
swimlane map, untuk membantu mengevaluasi rencana di Tahap 3: Study. Untuk
membantu tim dapat menggunakan checksheet, flowchart, Peta Swim Lane, atau run chart
yaitu untuk menggambarkan data / kejadian seperti itu yang terjadi dari waktu ke waktu.
Tim juga harus mendokumentasikan masalah, efek tak terduga, dan observasi umum yang
dilakukan.

C. Tahap 3: Study

Yaitu menganalisis apa yg terjdi

Dengan menggunakan Pernyataan Tujuan pada Langkah 1: Plan, dan data yang
dikumpulkan selama Tahap 2: Do, maka akan menentukan:

a) Apakah rencana Anda menghasilkan perbaikan? Dengan berapa banyak / sedikit?


b) Apakah tindakan bernilai investasi?
c) Apakah Anda melihat tren?
d) Apakah ada efek samping yang tidak diinginkan?

Anda dapat menggunakan sejumlah alat yang berbeda untuk visual review dan
mengevaluasi perbaikan, seperti Pareto Chart, Control Chart dan Run Chart.

D. Tahap 4: Act

Yakinkan bahwa perbaikan yang dilakukan akan permanen. Memutuskan apa yang
harus dilakukan selanjutnya berdasarkan hasil pengujian. Pikirkan Rencana dan Hasil :

a) Jika tim bertekad bahwa rencana yang dibuat akan berhasil, standarisasi,
permanenkan. Lakukan it uterus menerus menjadi suatu budaya organisasi.
b) Perbaikan itu digunakan secara teratur. Setelah beberapa waktu, kembali ke Tahap 1:
Plan dan mengkaji kembali proses belajar di mana yang dapat lebih ditingkatkan.
c) Jika tim percaya pendekatan yang berbeda akan lebih sukses, kembali ke Tahap 1:
Plan, dan kembangkan rencana baru dan berbeda yang mungkin mengakibatkan
keberhasilan.

10
Siklus PDSA yang sedang berlangsung akan menjadikan organisasi menjadi lebih
efisien karena mengadopsi PDSA dalam perencanaan mereka akan:

a) Mengkomunikasikan pencapaian kepada customers internal dan eksternal


b) Mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan manfaat dan yang sudah diraih.
c) Membuat rencana jangka panjang untuk perbaikan tambahan
d) Perilaku siklus PDSA berulang bila diperlukan

2.3 Metode Fish Bone

Fishbone Diagrams adalah konsep analisis sebab akibat untuk mendeskripsikan suatu
permasalahan dan penyebabnya dalam sebuah kerangka tulang ikan. Watson (2004)
mendefinisikan diagram Fishbone sebagai alat yang menggambarkan sebuah cara yang
sistematis dalam memandang akibat dan penyebab yang berkontribusi dalam berbagai
dampak tersebut. Beberapa keuntungan diagram Fishbone meliputi,

a) Pengguna berpikir sistematis


b) Membantu untuk mempertimbangkan akar berbagai penyebab dari permasalahan
dengan pendekatan struktur
c) Mendorong adanya partisipasi kelompok dan meningkatkan pengetahuan anggota
kelompok terhadap proses analisis penyebab masalah, serta (d) mengidentifikasi
wilayah dimana data seharusnya dikumpulkan untuk penelitian lebih lanjut (Illie Dan
Ciocoiu, 2010).

Gambar 1. Konsep diagram Fishbone (Sumber: Penulis)

11
A. Tujuan Fishbone

Tujuan utama Fishbone diagram adalah untuk menggambar secara grafis


hubungan antara penyampaian akibat dan faktor berpengaruh akibat. Dengan kata
lain, diagram ini merupakan alat analisis secara sistematis untuk melihat efek dan
penyebab (Watson, 2004) dengan dasar untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi
penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian
memisahkan akar penyebabnya.

B. Manfaat Fishbone

Dalam Labola (2017), dikatakan bahwa pada dasarnya diagram fishbone


dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan, seperti (a) membantu mengidentifikasi
akar penyebab masalah dari suatu masalah, (b) membantu membangkitkan ide-ide
untuk solusi suatu masalah, (c) membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta
lebih lanjut, (d) mengidentifikasi tindakan untuk menciptakan hasil yang diinginkan,
(e) membuat issue secara lengkap dan rapi, serta (f) menghasilkan pemikiran baru.

Selain kebermanfaatan di atas, ada beberapa manfaat lainnya, seperti (a)


membantu menentukan akar penyebab masalah atau karakteristik kualitas
menggunakan pendekatan terstruktur, (b) mendorong partisipasi kelompok dan
memanfaatkan pengetahuan kelompok proses, serta (c) mengidentifikasi area dimana
data harus dikumpulkan untuk studi lebih lanjut (BSI, 2009).

C. Tahapan Pembuatan Fishbone

Ada enam langkah dalam melakukan analisis, yaitu (a) menyepakati


permasalahan utama yang terjadi dan diungkapkan bahwa masalah tersebut
merupakan suatu pernyataan masalah (problem statement), (b) mengidentifikasi
penyebab masalah yang mungkin, (c) identifikasi kategori penyebab, (d) menemukan
sebab potensial, (e) mengkaji kembali, dan (f) mencapai kesepakatan

D. Contoh Studi Kasus dengan Fishbone

a) Latar Belakang
Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit dan upaya
pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang
bermutu. Dalam pemberian pelayanan yang bermutu, seorang petugas kesehatan
harus memiliki kemampuan untuk mencegah infeksi dimana hal ini memiliki
keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan karena mencakup setiap aspek
penanganan pasien (Soeroso, 2007).
Saat ini, masalah infeksi nosokomial makin banyak mendapat perhatian
para ahli karena di samping dapat meningkatkan morbilitas maupun mortalitas,
juga menambah biaya perawatan dan obat-obatan, waktu dan tenaga yang pada
akhirnya akan membebani pemerintah/rumah sakit, personil rumah sakit maupun
penderita dan keluarganya. Hal ini jelas bertentangan dengan kebijaksanaan
pembangunan bidang kesehatan yang justru menekankan peningkatan efisiensi
pelayanan kesehatan (Triatmodjo, 1993).

12
Infeksi nosokomial adalah semua kasus infeksi yang terjadi sekurang-kurangnya
setelah 3 x 24 jam dirawat di rumah sakit atau pada waktu masuk tidak didapatkan tanda-
tanda klinik dari infeksi tersebut. Meskipun kultur tidak mendukung ke arah infeksi
nosokomial, tetap dicatat sebagai infeksi nosokomial (Kurniadi, 1993)
Penularan dapat terjadi melalui cara silang (cross infection) dari satu pasien kepada
pasien yang lainnya atau infeksi diri sendiri di mana kuman sudah ada pada pasien
kemudian melalui suatu migrasi (gesekan) pindah tempat dan di tempat yang baru
menyebabkan infeksi (self infection atau auto infection). Tidak hanya pasien rawat yang
dapat tertular, tapi juga seluruh personil rumah sakit yang berhubungan dengan pasien,
juga penunggu dan pengunjung pasien. Infeksi ini dapat terbawa ke tengah keluarganya
masing-masing (Zulkarnain, 2009).
Cara penularan melalui tenaga perawat ditempatkan sebagai penyebab yang paling
utama infeksi nosokomial. Penularan melalui tangan perawat dapat secara langsung
karena tangan yang kurang bersih atau secara tidak langsung melalui peralatan yang
invasif. Dengan tindakan mencuci tangan secara benar saja kejadian infeksi nosokomial
dapat mencapai 50% apalagi jika tidak mencuci tangan. Peralatan yang kurang steril, air
yang terkontaminasi kuman, cairan desinfektan yang mengandung kuman, sering
meningkatkan risiko infeksi nosokomial (Utje, 1993).
Berdasarkan pengkajian di ruang Cempaka 3 RSUD dr.Loekmonohadi Kudus pada
tanggal 15 Juni 2015 mengenai pengendalian infeksi nosokomial diperoleh data bahwa di
dalam ruangan sudah terdapat handscrub. Tetapi di dalam ruangan jumlah handscrub
yang tersedia kurang memadai, karena hanya ada 2 handscrub, yaitu di depan kamar G
dan di samping ners station.
Penyediaan handscrub di setiap kamar pasien sangat penting untuk mengurangi
atau mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Jumlah handscrub yang memadai dapat
memudahkan petugas dan pengunjung untuk melakukan hand higyene, sesuai dengan 5
momen cuci tangan, yaitu sebelum ke pasien, sesudah ke pasien, sebelum melakukan
tindakan, sesudah melakukan tindakan, dan sesudah terkena cairan tubuh pasien.
Berdasarkan hal tersebut maka mahasiswa tertarik untuk menganalisis masalah
“kurang optimalnya penggunaan handscrub” di ruang cempaka 3 RSUD
dr.Loekmonohadi Kudus untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial.
b) Analisa Situasi

1. Pengkajian Aspek Spesifik Fungsi Manajemen

Teori Pengendalian infeksi nosokomial Analisis Situasi


Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan Setelah dilakukan observasi
kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan selama 2 hari, telah
hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan didapatkan data sebagai
dengan lima standar penerapan yaitu: berikut :
1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi
Pada hari pertama dan

13
silang. Mencuci tangan merupakan metode kedua 15-16 Juni 2015 :
yang paling efektif untuk mencegah infeksi a. Tersedianya handscrub
nosokomial, efektif mengurangi perpindahan di ruangan kurang
mikroorganisme karena bersentuhan memadai, hanya ada 2
2. Menggunakan alat pelindung diri untuk handscrub
menghindari kontak dengan darah atau cairan b. Di setiap kamar pasien
tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; tidak terdapat handscrub
pakaian khusus (apron), masker, sarung c. Kurang optimalnya
tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang penerapan 5 momen cuci
digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk tangan
mencegah penularan berbagai jenis
mikroorganisme dari pasien ke tenaga
kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel
darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-
lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk
menghindari resiko penularan penyakit melalui
benda-benda tajam yang tercemar oleh produk
darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat
sampah khusus untuk alat tajam harus
disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada
tenaga kesehatan maupun pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan
sterilisasi instrumen dengan prinsip yang
benar. Tindakan ini merupakan tiga proses
untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari
instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga
kesehatan
5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar.
Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan
kesehatan akan menghasilkan sampah rumah
tangga, sampah medis dan sampah berbahaya,
yang memerlukan manajemen yang baik untuk

14
menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien,
pengunjung dan masyarakat.

2. Diagram Tulang Ikan atau Fish Bone

Man:
Material:
- Perawat kurang memperhatikan
- Tersedianya kebiasaan cuci tangan sebelum dan
handscrub kurang sesudah ke pasien
memadai - Pengunjung kurang memperhatikan
pentingnya cuci tangan

Resiko
tinggi INOS

Methode:
- Kurang optimalnya
kebiasaan cuci tangan

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" (Rencanakan,
Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah
iteratif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. PDCA dikenal sebagai “siklus
Shewhart”, karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Shewhart beberapa puluh tahun
yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi analisis PDCA lebih sering disebut
“siklus Deming”. Hal ini karena Deming adalah orang yang mempopulerkan penggunaannya
dan memperluas penerapannya. Namun, Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai
siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas statistis. Belakangan, Deming memodifikasi PDCA menjadi PDSA
("Plan, Do, Study, Act") untuk lebih menggambarkan rekomendasinya.Dengan nama apa pun
itu disebut, PDCA adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus
menerus tanpa berhenti.

PDSA, atau Plan-Do-Study-Act, merupakan siklus (berulang-ulang), empat tahap


Model pemecahan masalah yang digunakan untuk meningkatkan proses atau melakukan
perubahan.Siklus PDSA merupakan rangkaian langkah-langkah sistematis untuk memperoleh
pengetahuan dan pembelajaran yang berharga untuk perbaikan terus-menerus dari produk
atau proses. Juga dikenal sebagai Deming Wheel, atau Deming Cycle, konsep dan aplikasi
yang pertama kali diperkenalkan ke Dr. Deming oleh mentornya, Walter Shewhart dari Bell
Laboratories yang terkenal di New York (Deming, 2015)

Diagram fishbone adalah diagram sebab akibat yang dimanfaatkan dalam


mengidentifikasi potensi masalah kinerja. Tujuan utama dari fishbone adalah untuk
menggambarkan hubungan antara penyampaian akibat dan semua faktor yang berpengaruh
pada akibat ini. Dari studi kasus pada pemanfaatan layanan kesehatan gigi, dapat diketahui
efek dan penyebab rendahnya layanan kesehatan gigi oleh orang dewasa. Kemudian, dapat
dijabarkan setiap masalah yang terjadi.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu
diharapkan pembaca dapat memberikan saran untuk kami sebagai pembuat makalah tentang
metode PDCA, PDSA, dan Fish Bone.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin. 2007. Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan,

http://ridwanamiruddin.files.wordpress.com/2007/06/mutu-ugd-rs-swasta-bapelkes-
210607.ppt

http://bidaniaku.wordpress.com/2013/05/25/konsep-pdca/

17

Anda mungkin juga menyukai