Oleh :
Email: dr.darmadilubis@yahoo.com
yuyunpriwahyuni@yahoo.com
Abstrak
Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai
organ, terutama paru – paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya
tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB
menduduki posisi kedua sebagai penyakit infeksi yang menyebabkan kematian
terbanyak pada penduduk dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Angka pencapaian di Kabupaten Rohul untuk pelayanan orang terduga
tuberculosis 44 %, realisasi penemuan kasus tuberculosis 62 % , dan konversi 70
% dan keberhasilan pengobatan 90,43 %.
Tujuan: Melakukan evaluasi program tuberculosis dan memberi kebijakan
terhadap hasil evaluasi program tuberkulosis di dinas kesehatan kabupaten rokan
hulu.
Metode: Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan cara observasi,
wawancara mendalam dan penelusuran dokumen. Untuk menetapkan prioritas
masalah menggunakan Metode USG.
Hasil: Pelatihan untuk petugas kesehatan belum memadai, Kurangnya peran
lintas sektoral tentang penyakit TBC, belum terlaksananya penyuluhan TB paru
secara baik, kurangnya pemberdayaan masyarakat, tidak efektifnya pencatatan
dan pelaporan TBC.
Simpulan: Program Tuberkulosis Di Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu
belum berjalan dengan baik. Diharapkan dilakukan peningkatan peran lintas
sektoral.
iii
EVALUATION OF TUBERCULOSIS PROGRAM IN
ROKAN HULU DISTRICT HEALTH SERVICES
Email: dr.darmadilubis@yahoo.com
yuyunpriwahyuni@yahoo.com
Abstract
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan limpahan
kasih karunia-Nya sehingga laporan residensi ini dapat diselesaikan dengan judul
Evaluasi Program Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu.
Laporan residensi ini merupakan bagian dari kurikulum dalam menyelesaikan
Program Magister Kesehatan Masyarakat di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Hang Tuah Pekanbaru.
Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini;
1. Ahmad Hanafi, M.P.H., selaku Ketua STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
2. DR. Mitra, S.K.M., M.K.M., selaku Ketua Prodi Magister Kesehatan
Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
3. Yuyun Priwahyuni, S.K.M., M. Kes., selaku Pembimbing Akademik
Residensi.
4. Drg. Septien Asmarwiaty, M. Kes., selaku Pembimbing Lapangan Residensi.
5. DR.drg. Oktavia Dewi, M. Kes., selaku Dosen Penguji dalam Program
Residensi ini.
6. Keluarga dan teman-teman seperjuangan yang selalu mendukung baik secara
materil maupun moril.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun untuk perbaikan di masa datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan Residensi ....................................................................... 3
C. Manfaat Residensi .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ................................................... 6
A. Definisi Tuberkulosis Paru ..................................................... 6
B. Konsep Anemia Dalam Kehamilan ......................................... 6
C. Etiologi .................................................................................... 7
D. Klasifikasi ................................................................................ 8
E. Cara Penularan dan Faktor Risiko ........................................... 8
F. Indikator Program TB Paru ..................................................... 9
G. Formula dan Analisa Indikator ................................................ 9
vi
BAB VII ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH ........................... 31
A. Alternatif Dan Prioritas Pemecahan Masalah ......................... 42
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Rekapitulasi Pegawai Dinas Kesehatan ........................................... 18
Tabel 2 Kesesuaian Persyaratan Jabatan Struktural Pelaksana Urusan
Kepegawaian ................................................................................... 18
Tabel 4 Jenis Tenaga Dinas Kesehatan berdasarkan PNS dan non PNS ..... 19
Tabel 5 Perlengkapan dan Peralatan Dinas Kesehatan Kabupaten Rohul.... 20
Tabel 6 Identifikasi Masalah ........................................................................ 28
Tabel 7 Matrik Prioritas Pemecahan ............................................................ 29
Tabel 8 Alternatif Pemecahan Masalah ........................................................ 33
Tabel 9 Matrik Rencana Intervensi (Plan Of Action) ................................... 34
viii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 Alur Kegiatan ........................................................................... 27
Bagan 2 Fishbone Analysis ..................................................................... 32
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu 17
Gambar 2 Struktur Organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu ........................................... 23
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin dari STIKes HangTuah Pekanbaru dan Surat Keterangan
Telah Selesai Residensi
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis, yang dapat menyerang
berbagai organ, terutama paru – paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau
pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya
hingga kematian (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly Observed
Treatment Shortcourse (DOTS) telah diterapkan di banyak negara sejak
tahun 1995 namun TB tetap menjadi masalah terbesar bagi dunia. Pasien TB
adalah kelompok usia paling produktif secara ekonomi (15 - 50 tahun)
dengan presentasi sebesar sebesar 75%. Pasien TB dewasa akan kehilangan
rata – rata waktu untuk bekerja selama 3 – 4 bulan sehingga akan
merugikan secara ekonomis. Selain itu, pasien TB juga memberikan
dampak buruk lainnya secara sosial, yaitu akan diasingkan dan dikucilkan
oleh masyarakat (Kemenkes RI; Direktorat Jendral Pencegahan dan
Pengendalian Lingkungan, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO), TB menduduki posisi
kedua sebagai penyakit infeksi yang menyebabkan kematian terbanyak pada
penduduk dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). Indonesia
berada di posisi ke-3 setelah India dan China, yaitu sebanyak 360.565 kasus.
Hasil Survei Prevalensi TB Indonesia tahun 2017 memperlihatkan angka
penemuan sebanyak 360.770 kasus. Dari 34 provinsi yang ada di Indonesia,
provinsi Lampung berada di posisi ke-10 dengan angka penemuan sebanyak
7.627 kasus (Kemenkes RI, 2018; World Health Organization, 2017).
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018
tentang standar pelayanan minimal, Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud
dengan:
1
2
SPM adalah ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang
merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga
Negara secara minimal.
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Pemerintah Daerah adalah kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah. Jenis SPM terdiri atas SPM Pendidikan,
kesehatan, pekerjaan umum, perumahan rakyat, ketenteraman, ketertiban
umum, dan pelindungan masyarakat dan sosial. (PP no.22, 2018).
Jenis Pelayanan Dasar pada SPM kesehatan Daerah kabupaten/kota
terdiri atas Pelayanan kesehatan ibu hamil, Pelayanan kesehatan ibu bersalin,
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir, Pelayanan kesehatan balita, Pelayanan
kesehatan pada usia pendidikan dasar, Pelayanan kesehatan pada usia
produktif, Pelayanan kesehatan pada usia lanjut, Pelayanan kesehatan
penderita hipertensi, Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus,
Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat, Pelayanan kesehatan
orang terduga tuberkulosis, Pelayanan kesehatan orang dengan risiko
terinfeksi virus yang melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human
Immunodeficiency Virus). Kepala Daerah dan/atau wakil kepala Daerah yang
tidak melaksanakan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai
dengan Pasal 10 dijatuhi sanksi administrative (PP no.22, 2018).
Permenkes No 4 Th 2019, Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan ini dilatarbelakangi untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (6)
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
3
B. Tujuan Residensi
1. Tujuan Umum
Melakukan evaluasi program tuberculosis dan memberi kebijakan terhadap
hasil evaluasi program tuberkulosis di dinas kesehatan kabupaten rokan
hulu.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi permasalahan berdasarkan data dan informasi yang
diperoleh terhadap Evaluasi Program Tuberkulosis di Dinas Kesehatan
Kabupaten Rokan Hulu
b. Menetapkan prioritas masalah terhadap Evaluasi Program
Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu
c. Melaksanakan intervensi terhadap Evaluasi Program Tuberkulosis di
Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu
4
C. Manfaat Residensi
1. Bagi mahasiswa
a. Mendapat pengalaman nyata dan terpapar dengan pelaksanaan
manajemen di unit kerja
b. Dapat menerapkan teori administrasi kebijakan kesehatan yang
diperoleh selama menjalani residensi di dinas kesehatan kabupaten
rokan hulu
c. Mendapat gambaran nyata suatu proses pengelolaan alur kerja di
bagian tempat mahasiswa melakukan residensi
d. Mampu mengidentifikasi maslah-masalah dalam proses pemecahan
masalah pada unit tempat mahasiswa melakukan residensi
2. Bagi Dinas Kesehatan kabupaten Rokan hulu
a. Dapat memanfaatkan tenaga terdidik untuk kepentingan administrasi
kebijakan kesehatan
b. Mendapatkan informasi tentang Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru, sehingga terbuka peluang
kerjasama lebih lanjut dalam bidang penelitian manajerial dan
pengabdian masyarakat maupun di Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan
Hulu
c. Mendapat saran dan alternatif solusi pada masalah yang di temukan
oleh pihak yang tidak memiliki konflik kepentingan dalam hal ini
mahasiswa residensi
d. Mendapat manfaat dari pemecahan masalah apabila ternyata alternatif
solusi yang di berikan oleh mahasiswa dapat di implementasikan.
5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
B. Epidemiologi
Menurut data World Health Organization (WHO) Global Tuberculosis
Report 2018 ditemukan sekitar 10 juta kasus TB di seluruh dunia dengan 1,3
juta kematian disebabkan oleh penyakit TB dari 300.000 orang diantaranya
adalah penderita TB dengan HIV positif. Secara global, diperkirakan dari 10
juta kasus TB 5,8 juta terdiri dari laki-laki, 3,2 juta wanita, dan 1,0 terdiri dari
anak-anak. Urutan negara dengan perkiraan kasus TB terbesar di dunia yaitu
India, China, Indonesia, Filipina, dan Pakistan.
Berdasarkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI)
2018, di Indonesia ditemukan jumlah kasus TB sebanyak 360.770 dan 168.412
diantaranya adalah kasus TB baru dengan BTA positif. Indonesia termasuk
bagian dalam negara dengan beban TB yang relatif tinggi dan menduduki
peringkat nomor tiga teratas didunia dan ditemukan jumlah temuan kasus TB
sekitar 360.770 kasus dan jumlah kasus baru dengan BTA positif sebanyak
168.412 kasus.
Di Indonesia, salah satu daerah yang paling banyak penderita TB
adalah di Provinsi Riau. Hingga saat ini, fenomena penyakit TB pun makin
meningkat di Provinsi Riau. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Riau
6
7
penderita TB tahun 2016 sebesar 6.118 kasus dan 1.814 kasus diantaranya
terdapat di Kota Pekanbaru.
Berdasarkan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Provinsi Riau Case
Notification Rate (CNR) TB paru dengan Basil Tahan Asam (BTA) positif
pada tahun 2015 adalah sebesar 68,88 per 100.000 penduduk. Dan mengalami
peningkatan pada tahun 2016 adalah sebesar 58,15 per 100.000 penduduk.
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan (Kemenkes) TB paru dengan Basil
Tahan Asam (BTA) positif bahwa CNR TB BTA positif tahun 2016 yang
tertinggi terdapat di Kota Dumai (100%) diikuti Kota Pekanbaru (91%) dan
Kabupaten Rokan Hilir (63,3%). Sementara di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Arifin Achmad tercatat jumlah seluruh kasus TB pada tahun 2016
sebanyak 106 kasus dan 33 kasus diantaranya merupakan kasus baru TB
dengan BTA positif.
C. Etiologi
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis
bovis. Kuman tersebut memiliki ukuran 0,5 - 4 mikron x 0,3 - 0,6 mikron
dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranuler atau tidak
memiliki selubung, namun memiliki lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid
(terutama asam mikolat). Bakteri TB memiliki sifat yang dapat bertahan
terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol yang disebut Basil Tahan
Asam (BTA) dan lebih kuat terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman
tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan
anaerob. Bakteri TB pada pemanasan 100°C selama 5 - 10 menit atau
pemanasan 60°C selama 30 menit dan dengan alkohol 70 - 95% selama 15 -
24 detik. Bakteri ini tahan selama 1 - 2 jam di udara terutama ditempat yang
gelap dan lembab (dapat berbulan-bulan), tetapi tidak dapat bertahan terhadap
sinar dan aliran udara.
8
D. Klasifikasi
Dengan konfirmasi bakteriologis atau klinis diagnosis TB dapat
dilakukan sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi yaitu
1. TB paru adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau
trakeobronkial. TB milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena
terdapat lesi di paru.
2. TB ekstraparu adalah kasus TB yang dapat ditegakkan secara klinis atau
histologis yang melibatkan organ di luar parenkim paru seperti pleura,
kelenjar getah bening, abdomen, saluran genitourinaria, kulit, sendi dan
tulang, selaput otak. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan yaitu :
a. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) sebelumnya atau riwayat mendapatkan OAT
kurang dari 1 bulan.
b. Kasus kambuh adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan
OAT dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir
pengobatan.
c. Kasus pengobatan setelah gagal adalah pasien yang sebelumnya
pernah mendapatkan OAT dan dinyatakan gagal pada akhir
pengobatan.
d. Kasus setelah putus obat adalah pasien yang pernah menelan OAT 1
bulan atau lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2
bulan berturut-turut atau dinyatakan tidak dapat dilacak pada akhir
pengobatan (Kemenkes RI, 2013).
bentuk droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet yang
sangat kecil tersebut mengering dengan cepat dan menjadi droplet yang
mengandung kuman tuberkulosis. Droplet tersebut dapat bertahan diudara
selama beberapa jam. Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhirup
oleh orang lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang
yang menghirupnya, maka kuman mulai membelah diri (berkembang biak)
dan terjadilah infeksi dari satu orang keorang lain.
F. Indikator Pogram TB
Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan pengendalian TB digunakan
beberapa indikator. Indikator pengendalian TB secara Nasional ada 2 yaitu:
1. Angka Penemuan Pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate =
CDR)
2. Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate = SR).
Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk mencapai indikator
Nasional tersebut di atas, yaitu:
1. Angka Penjaringan Suspek
2. Angka Konversi
3. Angka Kesembuhan
4. Angka Konversi
Angka konversi adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif
yang mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah menjalani masa
pengobatan intensif. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat
hasil pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung
menelan obat dilakukan dengan benar. Contoh perhitungan angka konversi
untuk pasien baru TB paru BTA positif :
Jumlah pasien baru TB paru BTA positif yang konversi x100 %
Jumlah pasien baru TB paru positif yang diobati
11
BAB III
METODE KEGIATAN
A. Metode Kegiatan
Proses residensi ini menggunakan metode observasi, wawancara
mendalam dan penelusuran dokumen program Tuberkulosis di seksi
pencegahan pengendalian penyakit menular di Dinas Kesehatan Kabupaten
Rokan Hulu. Observasi terkait pengamatan terhadap seluruh kegiatan/program
terutama yang menyangkut masalah tuberkulosis yang ada di Dinas kesehatan
kabupaten Rokan Hulu tahun 2019. Dimulai dari pencatatan, pelaporan dan
dokumentasi program.
Wawancara dilakukan langsung kepada seluruh staf dan pegawai/
penanggungjawab program tuberkulosis dan program-program terkait
tuberkulosis di Dinas kesehatan Kabupaten rokan Hulu. Wawancara terkait
capaian program, dan apa saja yang sudah dilaksanakan Dinkes dalam
menangani masalah tuberkulosis dan apa saja kendala yang dihadapi di Rokan
Hulu.
B. Rencana kegiatan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan residensi ini melalui
beberapa tahapan yaitu:
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi:
a. Pembekalan
Pembekalan I (15 November 2019) membahas tentang proposal
residensi. Pembekalan ke-II (3-4 Januari 2020) membahas tentang
sistematika penulisan laporan dan publikasi, pemecahan masalah dan
plan of action.
12
13
C. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan residensi direncanakan tanggal 6
januari 2020 sampai 6 Februari 2020 di Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan
Hulu Propinsi Riau.
14
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum
Kabupaten Rokan Hulu dengan Ibu kota Pasir Pengaraian terletak
dalam wilayah Provinsi Riau dan terbentuk sebagai hasil pemekaran dari
Kabupaten Kampar sejak tahun 1999, berdasarkan UU No. 53 tahun 1999 Jo
Undang-Undang No. 11 tahun 2004 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 75 tahun 1999 kemudian diubah terakhir dengan UU No. 34 tahun
2008. Pada awal berdirinya Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari 7 Kecamatan
meliputi 80 Desa dan 6 Kelurahan. Pada tahun 2016 memiliki 16 kecamatan
terdiri dari 145 Desa dan 6 Kelurahan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Penyusunan Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati Rokan
Hulu Nomor 33 Tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas
dan fungsi serta tata kerja Dinas Kesehatan, yang menyebutkan bahwa Dinas
Kesehatan adalah unsur pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berkedudukan dibawah bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah.
Adapun Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu
adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas;
2. Sekretaris, terdiri dari:
a. Sub Bagian Program dan Informasi;
b. Sub Bagian Keuangan dan Pengelolaan Aset;
c. Sub Bagian Hukum, Kepegawaian dan Umum;
3. Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri dari:
a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;
b. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;
c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga.
14
15
3. Tujuan
Mewujudkan kesehatan yang berkualitasdan terjangkau melalui
pendekatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
D. Struktur Organisasi
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
Tabel 1
Rekapitulasi Pegawai Dinas Kesehatan
Puskesmas
Dinas Tabel 1 Jumlah
No Kualifikasi RSUD Labkesda IFK
Kesehatan dan Pustu/ Total
Poskesdes
A Golongan
GolonganIV 4 3 4 0 0 11
GolonganIII 41 111 269 2 2 425
GolonganII 10 61 115 2 1 189
GolonganI 0 6 0 0 0 6
B Eselon
EselonII 1 0 0 0 0 1
EselonIII 5 4 0 0 0 9
EselonIV 15 9 40 2 2 68
Fungsional 34 44 36 2 0 116
Umum
Fungsional 0 124 312 0 1 437
Tertentu
C Pendidikan
S3 0 0 0 0 0 0
S2 4 19 2 1 0 26
S1 30 49 87 0 2 168
Diploma 13 75 164 0 1 253
SLTA 8 32 135 3 0 178
SLTP 0 3 0 0 0 3
SD 0 3 0 0 0 3
Tabel 2
Kesesuaian Persyaratan Jabatan Struktural
PelaksanaUrusan Kesehatan
Tabel 3
Kualifikasi Pegawai Jabatan Fungsional di RSUD dan Puskesmas
Puskesmas dan
No Jenis Tenaga RSUD Jumlah
Jaringannya
I FungsionalTertentu
Dokter Spesialis 16 0 16
Dokter Umum 8 20 28
Dokter Gigi 2 9 11
Perawat 54 109 163
Perawat Gigi 2 6 8
Bidan 11 114 125
Apoteker 3 0 3
Asisten Apoteker 8 14 22
KesehatanMasyarakat 1 15 16
Penyuluh Kesehatan 0 0 0
Gizi 2 9 11
Elektromedik 1 0 1
Kesling 1 6 7
Fisiotherapi 4 1 5
RekamMedis 2 0 2
Analis 7 18 25
Radiografer 2 0 2
II FungsionalUmum 44 27 71
Tabel 4
Jenis Tenaga Dinas Kesehatan berdasarkan PNS dan Non PNS
Tabel 5
Perlengkapan dan Peralatan Dinas Kesehatan
Kabupaten Rokan Hulu
F. Pembiayaan
Pembiayaan program dinas kesehatan bersumber dari APBN, APBD Dan
BLUD
22
BAB V
ANALISIS SITUASI UNIT KERJA
A. Fungi Manajemen
1. Fungsi Perencanaan
a. Visi Misi
Visi misi yang di pakai oleh seksi pencegahan dan pengendalian
penyakit Dinas kesehatan Kabupaten Rokan Hulu, mengacu pada
visi misi Dinas Kesehatan kabupaten rokan hulu
b. Standar Operasional Prosedural
Dalam pelaksanaan evaluasi progran Tuberkulosis tidak ada standar
operasional prosedural pada seksi Pencegahan dan pengendalian
penyakit menular.
c. Standar Kinerja
Di unit kerja seksi Pencegahan dan pengendalian penyakit menular
mengacu pada standar kinerja yaitu Permenkes no. 4 tahun 2019
Capaian kinerja Pemerintah Daerah dalam pemenuhan mutu pelayanan
setiap jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan harus 100% (seratus
persen).
22
23
2. Fungsi Pengorganisasian
a. Struktur Organisasi
b. Uraian Tugas
Uraian tugas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit mempunyai tugas melakukan koordinasi, fasilitasi dan
evaluasi pada Seksi Surveilans dan Imunisasi, Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular, Seksi Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa (Perbup no.60, 2020).
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Kepala
Bidang menyelenggarakan fungsi:
1) penyusunan program kerja dan rencana operasional pada Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
2) penyelenggaraan koordinasi, fasilitasi dan memeriksa hasil
pelaksanaan tugas di lingkungan Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit;
24
3. Fungsi Pengarahan
a. Motivasi kepada bawahan
dalam meningkatkan kinerja para staf, kepala bidang dan
kepala seksi melaksanakan pertemuan rutin setiap bulan nya yaitu
satu kali dalam sebulan, untuk memberikan laporan dan memberikan
motivasi peningkatan kinerja yang di hadiri oleh seluruh staf seksi
pencegahan dan pengendalian penyakit.
b. Pendelegasian wewenang
Kegiatan pendelegasian wewenang berhak di lakukan oleh
kepala seksi di unit kerja, jika ada pegawai yang tidak datang maka
kepala seksi akan menunjuk seorang pegawai lain nya untuk
menggantikan tugas yang ditinggalkan. begitu juga jika kepala seksi
dari unit kerja tersebut yang harus meninggalkan tugas, maka akan
menunjuk salah satu staf yang kompeten untuk menggantikan tugas
nya.
c. Supervisi
Supervisi merupakan proses untuk memastikan kegiatan
sesuai dengan standar tujuan yang ingin di capai. kegiatan supervisi
tidak di artikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi
lebih kepada pengawasan partisipasif yaitu proses pengawasan di
hargai dahulu pencapaian atau hal yang positif yang di lakukan
26
b. Audit dokumen
Audit dokumen di program Tuberkulosis dilakukan oleh kepala seksi
pencegahan dan pengendalian penyakit menular dalam rangka menilai
kinerja staf .
c. Survey kepuasan
Belum adanya survey untuk menilai program Tuberkulosis yang di
lakukan oleh seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular.
d. Penilaian kinerja
Terdapat penilaian kinerja di unit kerja seksi pencegahan dan
pengendalian penyakit menular yaitu di lihat dari nilai prestasi kerja
dengan indikator :
27
1) Orentasi pelayanan
2) Integritas
3) Komitmen
4) Disiplin
5) Kerjasama
Kemenkes RI
Dirjen P2P
Kemenkes RI
Seksi Pencegahan
dan Pengendalian
Penyakit Menular
Seksi Pencegahan
dan Pengendalian
Penyakit Menular
Puskesmas
28
BAB VI
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan wawancara dan dokumen yang ada, maka didapatkan
identifikasi masalah sebagai berikut:
Tabel 6
Identifikasi Masalah
4 Angka Keberhasilan 90 % 90 %
pengobatan
Sumber. Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu
B. Prioritas Masalah
Pada penggunaan Matriks USG, untuk menentukan suatu masalah yang
prioritas, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Ketiga faktor
tersebut adalah urgency, seriuosness, dan growth.
Urgency berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah untuk
diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.
Seriousness berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut
terhadap organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi
organisasi seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa
manusia, sumber daya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah
tersebut terhadap organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat
berkembang masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya.
28
29
Suatu masalah yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi
permasalahan tersebut.
Untuk mengurangi tingkat subyektivitas dalam menentukan masalah
prioritas, maka perlu menetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG
tersebut. Umumnya digunakan skor dengan skala tertentu. Misalnya
penggunaan skor skala 1-5. Semakin tinggi tingkat urgensi, serius, atau
pertumbuhan masalah tersebut, maka semakin tinggi skor untuk masing-
masing unsur tersebut.
Setiap masalah diberikan dengan rentang nilai 1-5 dengan kriteria
sebagai berikut :
a. nilai 1 = sangat kecil
b.Nilai 2 = kecil
c. Nilai 3 = sedang skor akhir rumus P = U+S+G
d. Nilai 4 = besar
e. Nilai 5 = sangat besar
Tabel 7
Kriteria Matrik Prioritas Masalah
Program Tuberkulosis Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu
BAB VII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
adalah Masih ada 56 % orang yang belum terduga TBC dengan skor 15.
diagram tulang ikan (fish bone diagram) adalah salah satu metode/tool di
31
Metode
Man 32
Kurang efektifnya
Kurangnya pencatatan dan
pelatihan untuk pelaporan
petugas
Kurangnya
Kurangnya penyuluhan kepada
pemberdayaan masyarakat pyk tbc Masih ada 56
kader tbc
% orang yang
belum terduga
TBC
Kurang Peralatan
penunjang
Transport
Kurangnya media
petugas kurang
promosi tentang
tbc
Material Money
Gambar 2
Diagram Tulang Ikan
33
Dari hasil gambaran fish bone analysis (analisis tulang ikan) diatas
dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
Tabel 8
Alternatif Pemecahan Masalah
BAB VIII
Tabel 9
Matrik Rencana Intervensi
Pelaksana/
Upaya
No Tujuan Sasaran Waktu Dana Lokasi Penanggung Metode Tolak ukur
Program
jawab
Meningkatkan
Pelatihan Meningkatnya
Meningkatkan Ceramah,
Tenaga Petugas Dinas Pengetahuan
1 kompetensi Apr-20 APBD Kabid P2P Tanya
Kesehatan kesehatan Kesehatan tentang
petugas jawab
untuk program TBC
Pelayanan TBC
Miningkatkan
Meningkatnya
Pertemuan tanggung
Camat, Ceramah, dukungan
dengan lintas jawab lintas Mei Kecdamatan Kepala Dinas
2 Kades, APBD Tanya lintas sektor
sektor terhadap sektor dan 2020 terpilih Kesehatan
TOMA jawab terhadap
penyakit TBC upaya capaian
program TBC
prorgam TBC
Meningkatkan Meningkatnya
Ceramah,
Pelatihan Kader pengetahuan Juni Dinas Pengetahuan
3 Kader APBD Kabid P2P Tanya
TBC kader tentang 2020 Kesehatan tentang
jawab
program TBC program TBC
Meningkatkan
Tersosialisasin Meningkatnya
Penyuluhan Ceramah,
ya penyakit Juli Kecdamatan Pengetahuan
4 terhadap Masyarakat APBD Kabid P2P Tanya
TBC kepada 2020 terpilih tentang
masyarakat jawab
masyarakat program TBC
tentang TBC
Efektif
Rapat Ceramah, Mendapat
pencatatan dan Puskesmas, Agustus Dinas Kepala Dinas
5 Monitoring dan APBD Tanya data capaian
pelaporan klinik, RS 2020 Kesehatan Kesehatan
evaluasi TBC jawab program TBC
kasus TBC
34
35
BAB IX
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penulisan laporan diatas maka dapat disimpulkan hasil sebagai
berikut:
Identifikasi masalah program TBC adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya pelatihan untuk petugas
b. Kurangnya peran lintas tentang penyakit TBC
c. Kurangnya pemberdayaan Masyarakat
d. Kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat tentang penyakit TBC
e. Belum efektifnya pencatatan dan pelaporan TBC
B. Rekomendasi
a. Meningkatkan pelatihan untuk petugas
b. Meningkatkan peran lintas tentang penyakit TBC
c. Pelatihan kader tuberkulosis
d. Meningkatkan penyuluhan terhadap masyarakat tentang penyakit TBC
e. Meningkatkan rapat monitoring dan evaluasi TBC
35
36
Apa Langkah yang sudah dilakukan oleh dinas kesehatan agar program
tuberkuosis dapat terlaksana dengan baik ?
Saat ini kami sudah menyediakan mobil laboratorium bergerak untuk jemput
bola, namun pembiayaan untuk itu belum optimal”
DAFTAR PUSTAKA
Serah terima Mahasiswa dari Prodi Magister Kesmas ke Dinkes Rokan Hulu