Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Dilihat dari faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan


bakteri salah satunya adalah suhu atau temperatur. Pertumbuhan mikroba
memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi
suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu
terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling
baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk
kehidupan mikroba (Waluyo, 2005).

Namun bakteri juga memiliki batasan suhu tertentu dia bisa tetap bertahan
hidup, ada tiga jenis bakteri berdasarkan tingkat toleransinya terhadap suhu
lingkungannya:
1. Mikroorganisme psikrofil yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu
yang dingin, dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah 20oC.
2. Mikroorganisme mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara
maksimal pada suhu yang sedang, mempunyai suhu optimum di antara 20oC
sampai dengan 50oC
3. Mikroorganisme termofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau
suka pada suhu yang tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas
40oC, bakteri jenis ini dapat hidup di tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-
sumber mata air panas bakteri tipe ini dapat ditemukan, pada tahun 1967 di yellow
stone park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93 oC
sampai dengan 94oC (Suharni, 2005).
Pada praktikum tentang pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri
yaitu memanaskan tabung kultur bakteri pada suhu yang telah ditentukan dengan
menggunakan water bath maupun kompor. Tabung kultur bakteri dengan kode A1,
A2 dan A3 dipanaskan menggunakan water bath dengan masing-masing kode
bersuhu yaitu 40˚C, 50˚C dan 60˚C, sedangkan pada tabung kultur bakteri yang
dipanaskan dengan kompor berkode A4, A5, A6 serta A7 yaitu dipanaskan pada
masing-masing kode bersuhu 70˚C, 80˚C, 90˚C serta 100˚C. Disamping tabung
kultur yang diberi perlakuan suhu seperti yang telahdijabarkan diatas juga terdapat
tabung kultur bakteri yang tidak diberi perlakuan suhu yaitu tabung kultur
berkode K.
Hasil praktikum pada tabung kultur bakteri kode A1 dan A2 yang telah
dipanaskan dengan menggunakan water bath dengan masing-masing suhu yaitu
40˚C dan 50 ˚C yaitu setelah ditanam pada NA (Natrium Agar) menunjukkan hasil
bahwa pertumbuhan bakteri sangat banyak. Hal ini dikarenakan bakteri berada
pada keadaan suhu tepatnya pada suhu yang optimum. Suhu optimum adalah suhu
paling baik untuk pertumbuhan mikroba (Waluyo, 2005). Dalam pertumbuhannya
bakteri memiliki suhu optimum dimana pada suhu tersebut pertumbuhan bakteri
menjadi maksimal (Suharni, 2005). Jenis bakteri pada kedua tabung kultur ini
yaitu pada tabung kultur kode A1 dan A2 setelah ditanam pada NA termasuk ke
dalam jenis mikroorganisme (bakteri) mesofil. Mikroorganisme (bakteri) mesofil
yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal pada suhu yang sedang,
mempunyai suhu optimum di antara 20oC sampai dengan 50oC (Suharni, 2005).
Sedangkan pada tabung kultur bakteri dengan kode A3 yang dipanaskan dengan
menggunakan water bath pada suhu 60˚C setelah ditanam pada NA menunjukkan
hasil yaitu tidak terdapat bakteri yang tumbuh pada medium agar tersebut. Hal ini
dikarenakan bakteri tersebut mati karena tidak tahan pada suhu yang terlalu panas.

Berdasarkan analisis data, bakteri yang dipanaskan menggunakan kompor


dengan suhu masing-masing 70 ˚C, 80 ˚C, 90 ˚C, dan 100 ˚C ketika ditanam pada
NA menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat bakteri yang tumbuh pada medium
tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena bakteri tersebut mati akibat suhu yang
terlalu tinggi, dimungkinkan bakteri tersebut merupakan bakteri mesofil. Sesuai
dengan pendapat Cowan (2012) bahwa bakteri mesofil tumbuh pada suhu
menengah. Meskipun spesies tertentu dapat tumbuh di suhu 10° C atau 50° C,
suhu optimum pertumbuhan (optima) adalah kisaran 20° C hingga 40° C. Jika
suhu meningkat sedikit di atas maksimum, pertumbuhan akan terhenti, tetapi jika
meningkat secara terus-menerus melampaui titik itu, enzim dan asam nukleat akan
akhirnya menjadi inaktif secara permanen (sebaliknya dikenal sebagai denaturasi)
dan sel akan mati.
DAFTAR PUSTAKA

Cowan, M. Kelly. 2012. Microbiology : a systems approach 3rd ed. New York :
The McGraw-Hill Companies, Inc.

Suharni, Endang Tri., Nastiti, Sri Juni., Soetarto A., Endang, Sutarihningsih. 2005.
Mikrobiologi Umum. Jakarta: Universitas Atmajaya.
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang Press.

Anda mungkin juga menyukai