Anda di halaman 1dari 18

DESKRIPSI DAN IDENTIFIKASI SPESIES X YANG BERADA DI SEKITAR

HALAMAN 08 FMIPA UM
LAPORAN PROYEK
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan
yang dibimbing oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M.S.

Disusun oleh :
Kelompok 9 / Offering C
Atiqah Miftakhul Jannah (150341603834)
Umdatul Muftin (150341600407)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2017
DESKRIPSI
Deskripsi Spesies X ini berdasarkan Tjitrosoepomo, 2011.

1. Akar

Deskripsi
Spesies X.

Sistem akar Tunggang


Bagian – bagian akar - Main taproot
- Fibrous root
Ciri lain Akar termodifikasi menjadi umbi

Morfologi
Akar Spesies X memiliki sistem perakran tunggang
yang mana akar lembaga tumbuh terus – menerus menjadi
akar pokok yang bercabang – cabang menjadi akar – akar
yang lebih kecil. Akar ini terbagi menjadi 2 bagian yakni
main taproot dan Fibrous root . Main taproot merupakan
akar tunggang utama yang mengalami penebalan dan a

menyebabkan termodifikasinya akar menjadi umbi akar.


Sedangkan fibrous root yaitu serabut akar yang memiliki
b
bentuk lebih kecil dan tumbuh dari main taproot (Gambar
1). Gambar 1. Akar Spesies X, a. main
taproot, b. Fibrous root.
Sumber : Dokumen Pribadi
2. Batang

Deskripsi
Spesies X
Jenis batang Batang basah (herbaceus)
Letak batang Di atas tanah
Arah tumbuh batang Tegak (erectus)
Bentuk batang Bersegi empat (quadrangularis)
Bercabang atau tidak bercabang Bercabang
Cara percabangan Monopodial
Tinggi cabang pertama dari
28 cm
batang
Permukaan batang Berambut (pilosus)
Warna batang Hijau
Arah tumbuh cabang Condong ke atas (patens)
Ciri lain Batang membengkak pada bagian nodus dan
berwarna merah
Morfologi

Tumbuhan ini memiliki jenis batang basah yang terletak di atas tanah dengan arah
tumbuh yang tegak (erectus). Batang berbentuk segi empat dan berwarna hijau. Batang
pokok nya tampak jelas dan terlihat lebih besar dan lebih panjang daripada cabang-
cabangnya, oleh karena itu tipe percabangannya disebut monopodial. Arah tumbuh cabang
condong ke atas Tinggi cabang pertama dari batang adalah 28 cm, hal itu lah yang
menyebabkan tumbuhan tersebut berperawakan seperti semak yang tegak. Permukaan
batang berambut, dapat dirasakan apabia disentuh. Bagian nodus batang membengkak
berwarna merah (Gambar 2)

Batang yang menggembung


di bagian nodus (berwarna
merah)

Gambar 2. Morfologi batang Spesies X


Sumber : Dokumen pribadi
Anatomi

e c

a i f

h g

Gambar 3. Irisan melintang batang Spesies X


(10×10), a: epidermis, b: kolenkim, c: parenkim,
d: trikoma, e: endodermis, f: pembuluh medular,
g: jaringan konjungtif, h: floem sekunder, i:
xilem sekunder.
Sumber : Dokumen pribadi

Pada sayatan melintang batang seperti pada batang umunya memiliki epidermis,
jaringan kolenkim yang terletak di bawah epidermis. Berkas pengangkut pada batang
tumbuhan ini tengelam di dalam jaringan parenkimatis. Tipe pertumbuhan sekunder dalam
penebalan yang abnormal terjadi pada lingkaran-lingkaran berkas vascular kolateral secara
berturut-turut. (Gambar 3). Kolenkim merupa lingkaran yang utuh dengan penebalan
dinding pada sudut-sudutnya atau disebut kolenkima anguler. Tipe berkas pengangkut pada
batang adalah tipe kolateral terbuka, dimana xylem dan floem terletak terpisah oleh
kambium (Gambar 4)
d

c
b

Gambar 4 . Irisan melintang batang Spesies X


(100×10), a: Xilem, b: Kambium, c: floem, d:
kolenkima anguler
Sumber : Dokumen Pribadi

3. Daun

Deskripsi
Spesies X
Menurut jumlah helaiannya Daun tunggal
Kelengkapan daun Tidak lengkap (terdiri dari helaian dan tangkai)
Ukuran daun P = 9.5 cm , L = 5 cm
Bentuk helaian daun Bulat telur (Ovate)
Tepi daun Rata (integer)
Pangkal daun Membulat
Ujung daun Meruncing (acuminatus)
Tipe tangkai daun Bersegi
Perlekatan daun pada tangkai petiolate
Tata letak daun Berhadapan bersilangan (dekusatu)
Abaksial dan adaksial Licin (laevis), suram
Permukaan daun
(opacus)
Susunan tulang daun Menyirip (penninervis)
Peruratan Urat daun berbentuk jala/ jaring
Tekstur Tipis lunak (herbaceus)
Warna permukaan atas daun Hijau
Warna permukaan bawah Hijau
Terdapat Kristal kalsium oksalat berbentuk
Ciri lain
jarum dan memiliki trikoma non-glandular
Morfologi

Daun berwarna hijau pada permukaan atas dan


bawahnya, serta merupakan daun tunggal yang tergolong
kedalam daun tidak lengkap yang hanya terdiri dari tangkai
daun dengan tipe tangkai bersegi dan helaian daun yang
berbentuk ovate serta bertekstur tipis lunak. Tepi daun rata
(integer) dengan ujung yang meruncing, sedangkan pangkal
daunnya membulat (Gambar 5)

Permukaan daun licin dan kelihatan suram.


Pertulangan daun menyirip dimana daunnya memiliki satu
ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan
merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini ke
samping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya
Gambar 5. Morfologi daun
seperti sirip ikan. Urat daunnya berbentuk jala. Tata letak
Spesies X
daunnya berhadapan bersilangan (dekusatu).
Sumber : Dokumen Pribadi
Anatomi

Epidermis daun terdiri atas satu lapis sel dengan bentuk yang tidak beraturan dan
terdapat kloroplas yang mengandung pigmen klorofil (pigmen hijau daun) pada permukaan
adaxial dan abaxial.

Stomata hanya ditemukan di permukaan abaxial sehingga tipe persebaran stomata


nya disebut hipostomatik. Tipe stomatanya adalah anomositik dimana sel penutup
berbentuk ginjal dan sel tetangga stoma tipe anomositik tidak dapat dibedakan dengan sel
epidermis atau dapat dikatakan tidak memiliki sel tetangga. Benda-benda ergastik juga
ditemukan pada permukaan abaxial daun seperti Kristal kalsium oksalat yang berbentuk
jarum disebut rafida. Rafida terletak didalam sel yang disebut idioblas rafida yang bersifat
defensive dimana rafida dapat keluar dengan mudah apabila tekena rangsangan mekanik
seperti ditekan (Gambar 6).

Selain stomata, pada permukaan abaxial juga ditemukan derivat epidermis lainnya
seperti trikoma. Trikoma yang ditemukan pada daun ini bertipe non glandular sebab tidak
ditemukan sekret di dalamnya. Dari irisan melintang terlihat mesofil daun yang sudah
mengalami diferensiasi menjadi palisade dan sponsa. Jaringan palisade tersusun rapat dan
mengandung banyak kloroplas. Sedangkan jaringan sponsa nya memiilki banyak ruang
antar sel (Gambar 7).
b

c
b a

Gambar 6. Irisan membujur Gambar 7. Irisan melintang


daun permukaan abaxial daun (10×10), a: trikoma, b:
(40×10), a: stomata, b: rafida. palisade, c: sponsa.
Sumber : Dokumen pribadi Sumber : Dokumen pribadi
4. Bunga

Deskripsi Spesies X

Di kuncup terminal (flos


Letak bunga
terminalis)
Perbungaan Bunga majemuk berbatas
Tipe perbungaan (inflorescentia centrifuga)
tipe pleiochasial

Kelengkapan Lengkap

Simetri bunga Aktinomorf

Bunga banci
Kelamin bunga
Bunga (hemaphroditus)

Kedudukan hiasan bunga terhadap putik Hipogin

Kedudukan bagian bunga yang satu Cyclis (berkarang,


dengan yg lain melingkar)

jumlah sepal 5

Panjang 1 cm

Polysepalus (lepas atau


sifat
bebas)
Kelopak (Calyx)
jumlah lingkaran 1

aestivasi Quincuncial

warna Hijau

susunan Etop

jumlah petal 5

Panjang dari dasar bunga 5 cm


Mahkota
(Corolla) sifat Gamopetalus

jumlah lingkaran 1

aestivasi Twisted
merah muda keunguan
warna
(magenta)

pelipatan daun mahkota saat kuncup vernatio convoluta

Susunan Metatop

jumlah 5

jumlah lingkaran 1

Andresium/benan episepalus (berhadapan


kedudukan terhadap sepal dan petal dengan daun kelopak)
g sari

jumlah berkas bertukal banyak

duduknya kepala sari Tegak

Ginesium/putik Jumlah daun buah 5 (majemuk)

Letak bakal buah terhadap dasar bunga Superus

Rumus dan Diagram


diagram bunga

Sumber : Watson and


Dallwitz, 1992

Rumus ☿ * K 5, C (5), A 5, G (5)

Ciri lain Bentuk stigma Bertonjolan


Morfologi

Bunga Spesies X memiliki tipe perbungaan bunga majemuk berbatas


(inflorescentia centrifuga) yang berarti
bunga majemuk yang ujung ibu
tangkainya selalu ditutup dengan suatu
bunga, jadi ibu tangkai mempunyai
pertumbuhan yang terbatas dengan tipe
pleiochasial artinya dari ibu tangkai
keluar lebih dari dua cabang pada suatu
tempat yang sama tingginya pada ibu
tangkai tadi. Letak bunga berada di
Gambar 8. Bunga Spesies X
kuncup terminal (flos terminalis) Sumber : Dokumen Pribadi
(Gambar 8).

Bunga ini termasuk bunga yang


lengkap (flos completus) karena memiliki 1
lingkaran daun – daun kelopak, 1 lingkaran
daun – daun mahkota, 1 lingkaran benang –
benang sari dan 1 lingkaran daun – daun
buah (Gambar 9). Bunga yang tersusun dari
4 lingkaran ini dinamakan bersifat
tetrasiklik. Berdasarkan alat – alat kelamin
a c
yang terdapat pada bunga, bunga Spesies X d
b
termasuk bunga banci (hemaphroditus)
karena dalam satu bunga terdapat benang Gambar 9. Kelengkapan Bunga Spesies
sari (alat kelamin jantan) dan putik (alat X, a: kelopak, b: mahkota, c: benang
sari, d : putik.
kelamin betina) oleh karena itu disebut Sumber : Dokumen Pribadi
juga dengan berumah satu (monoceus).

Berdasarkan pembagian tempat antara bagian bunga yang satu dengan bunga
yang lain termasuk ke dalam tipe berkarang atau melingkar (cyclis) yang berarti
daun – daun kelopak, benang – benang sari dan daun – daun buah masing – masing
tersusun dalam suatu lingkaran. Simetri bunga termasuk actinomorphus yang berarti
dapat dibuat banyak bidang simetri untuk membagi bunga itu dalam dua bagiannya
yang setangkup.

Perhiasan bunga ini tergolong lengkap karena memiliki daun – daun kelopak
dan daun – daun mahkota. Kedudukan hiasan bunga terhadap putik termasuk ke
dalam tipe hipogin karena hiasan bunga tertanam pada dasar bunga yang lebih
rendah daripada tempat duduknya putik.

Kelopak (calyx) pada bunga Spesies X memiliki daun – daun kelopak (sepal)
berwarna hijau yang berjumlah 5 dengan sifat polysepalus (lepas atau bebas) yang
berarti daun – daun kelopak yang satu dengan yang lainnya benar – benar terpisah
dan tidak saling berlekatan. Panjang daun – daun kelopak yaitu 1 cm. Jumlah
lingkaran daun – daun kelopak yaitu 1 dengan aestivasi quincuncial. Susunan daun
– daun kelopak termasuk susunan yang etop karena letak daun – daun kelopak yang
saling menutupi yang memang sesuai dengan urutan – urutan pembentukannya, jadi
sifat ini merupakan sifat yang asli.

Mahkota (corolla) pada bunga Spesies X memiliki daun – daun mahkota


(petal) berwarna merah muda keunguan (magenta) yang berjumlah 5 dengan sifat
gamopetalus atau berlekatan antara daun mahkota satu dengan daun mahkota yang
lainnya. Jumlah lingkaran daun – daun mahkota yaitu 1 dengan aestivasi twisted.
Pada bunga yang masih kuncup, terdapat pelipatan daun – daun mahkota dengan
tipe vernatio convoluta yaitu pelipatan yang tergulung ke satu arah menurut poros
bujur. Panjang dari dasar bunga yaitu 5 cm. Susunan daun – daun mahkota termasuk
susunan yang metatop karena letak daun – daun mahkota yang saling menutupi
merupakan akibat adanya perubahan – perubahan pada susunan yang asli (terbentuk
lebih dahulu).

Bunga Spesies X memiliki benang sari berjumlah 5 dengan jumlah


lingkaranya 1. Kedudukan benang sari terhadap sepal dan petal yaitu episepalus
yang berarti berhadapan dengan daun – daun kelopak dan berseling dengan daun –
daun tajuk atau mahkota. Melihat jumlahnya berkas yang merupakan perlekatan
benang sari, dapat diketahui bahwa tipenya bertukal banyak atau berbekas banyak.
Hal ini dikarenakan dalam suatu bunga yang mempunyai banyak benang sari,
tangkai sarinya tersusun menjadi beberapa kelompok atau berkas. Duduknya kepala
sari pada tangkainya termasuk bertipe tegak (innatus atau basifixus) yang mana
kepala sari dengan tangkainya memperlihatkan batas yang jelas dan kepala sari
bersambungan pada pangkalnya dengan tangkai sari dan sambungan ini tidak
memberikan kemungkinan gerak pada kepala sarinya.

Alat kelamin betina pada bunga Spesies


X terdapat bagian bakal buah. Menurut
letaknya terhadap dasar bunga, bakal
buahnya menumpang (superus) yang
berarti bakal buah duduk di atas dasar
bunga sedemikian rupa, sehingga bakal
buah tadi leboh tinggi, sama tinggi atau
bahkan mungin lrbih rendah daripada
tepi dasar bunga, tetapi bagian samping
bakal buah tidak pernah berlekatan
dengan dasar bunga. Berdasarkan jumlah
Gambar 10. Bentuk Putik
daun buah yang menyusun sebuah putik,
Spesies X.
bunga ini bertipe putik majemuk Perbesaran 4 x 10
Sumber : Dokumen Pribadi
(compositus) berarti putik terjadi dari dua
daun buah atau lebih. Pada bunga Spesies
X ini, putik disusun oleh 5 daun buah yang saling berlekatan. Terdapat karakteristik
lain pada bentuk putik yaitu stigma (kepala putik) berbentuk tonjolan dengan stylus
(tangkai putik) yang berwarna merah (Gambar 10).
5. Biji

Deskripsi
Spesies X

Warna Muda : Hijau


Tua : Hitam

Bentuk Bulat dengan ujung runcing dan pangkal


membesar

Panjang 1 cm

Diameter 0,5 cm

Biji Spesies X berwarna hijau. Irisan membujur biji tersebut menunjukkan adanya
bagian perisperm yang berada pada bagian paling dalam, kotiledon, radikula dan kulit biji
(Gambar 13). Ketika biji menua, biji tersebut akan mengeras dan memiliki bentuk bulat
dengan ujung runcing dan pangkal membesar (Gambar 12). Biji yang tua tersebut disebut
sebagai buah semu yang berwarna hitam. Biji yang tua memiliki permukaan yang tidak
rata. Panjang biji dari ujung hingga pangkal yaitu 1 cm dengan diameter 0,5 cm. Biji ini
diselputi oleh daun – daun kelopak (Gambar 11).

Gambar 11 . Morfologi Gambar


Gambar
12. Biji
12. Biji
Spesies Gambar 13. Irisan Membujur
Biji Muda Spesies
X TuaX Tua Biji Spesies X. a. Perisperm,
Sumber : Dokumen Sumber : Dokumen b. Kotiledon, c. Radikula, d.
Pribadi Pribadi Kulit biji
Perbesaran 4 x 10
Sumber : Dokumen Pribadi
IDENTIFIKASI

Identifikasi dilakukan berdasarkan Steenis, 1975

1b. Tumbuh – tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit – dikitnya dengan benang sari dan
(atau) putik. Tumbuh – tumbuhan berbunga 2b

2b. Tiada alat pembelit. Tumbuh – tumbuhan dpt juga memanjat atau membelit (dgn
batang, poros daun atau tangkai daun) 3b

3b. Daun tidak berbentuk jarum ataupun tdk terdapat dalam berkas 4b

4b. Tumbuh – tumbuhan tdk menyerupai bangsa rumput 6b

6b. Dengan daun yang jelas 7b

7b. Bukan tumbuhan menyerupai palem atau yg menyerupainya 9b

9b. Tumbuhan tdk memanjat dan tidak membelit 10b

10b. Daun tdk tersusun sedemikian rapat membentuk rozet 11b

11b. Ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jaring urat daun dan anak cabang tulang
daun yang ke samping dan yang serong ke atas 12b

12b. Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama sekali.. 13b

13b. Tumbuh – tumbuhan berbentuk lain, tidak seperti Acaceae .14b

14b. Semua daun duduk berhadapan .16a

16a. Daun tunggal, berlekuk atau tidak, tetapi tidak berbagi menyirip rangkap sampai
bercangap menyirip rangkap .293b

239b. Tumbuh – tumbuhan tanpa getah . 243b

243b. Tidak hidup dari tumbuhan – tumbuhan lain .244b


244b. Susunan bertulang daun seluruhnya atau sebagian besar tulang daun tersusun
menyirip, menjari atau sejajar .248b

248b. Daun bertulang menyirip atau menjari, susunan urat daun seperti jala 249b

249b. Daun tak mempunyai serabut halus yang menonjol. Bunga berbentuk lain (tidak
sangat kecil, dan mempunyai perhiasan bunga) 250b

250b. Rumput – rumputan. Setidak – tidaknya cabangnya tak berkayu 266b

266b. Bunga tak tersusun dalam bongkol 267b

267b. Bunga biasanya tunggal atau dalam tandan, bulir atau malai 273b

273b. Karangan bunga tidak tersusun dalam bulir yang rapat, 276b

276b. Buah tidak membuka dengan tutup 278b

278b. Tidak terdapat daun penumpu, tumbuh – tumbuhan berdiri tegak 279b

279b. Mahkota simetris 280a

280a. Bunga berbilangan 5 (Nyctaginaceae) 42. Famili Nyctaginaceae

Fam. 42. Nyctaginaceae

Herba atau tumbuh – tumbuhan berkayu. Daun berhadapan atau tersebar, tanpa
penumpu, tunggal, tanpa lekuk. Bunga berdiri sendiri atau tidak, dengan tenda bunga,
beraturan, berkelamin 1 atau 2, pada pangkalnya kerapkali dengan daun pelindung hijau
atau berwarna, kadang – kadang membentuk kelopak semu. Bunga bersatu, hijau atau
berwarna. Benang sari 1- 10, tertancap pada dasar bunga, pada pangkalnya bersatu. Kepala
sari beruang 2. Bakal buah menumpang duduk atau bertangkai pendek beruang 1, bakal biji
1. Buah diselubungi oleh pangkal tenda bunga (yang mengeras), bersama – sama
membentuk buah semu, tidak pecah.

1b. Semak yang tegak atau pangkalnya merayap, tidak berduri. Bunga tidak melekat pada
daun pelindung 2a
2a. Bunga berdiri sendiri di dalam suatu pembalut semacam kelopak. Tajuk bunga panjang
4-6 cm. Benang sari 5 Mirabilis

Mirabilis
Herba tegak, kerap kali bercabang kuat dengan akar tunggang yang berbentuk umbi,
tinggi 0,5 – 0,8 m. Batang membesar pada ruas. Daun berhadapan, bertangkai, bulat telur
segitiga, dengan ujung meruncing, 3-15 kali 2-9 cm. Bunga berjejar di ujung pada karangan
bunga yang bercabang dan lebar, dan berdaun, bertangkai sangat pendek. Kelopak bunga lk
tinggi 1cm, kemudian sampai 1,5cm, berbagi 5 setengah panjang atau lebih; tajuk
berbentuk bulat, runcing. Tajuk bunga merah, ungu, putih kuning atau berwarna – warni
(bont). Tabung lk 5cm panjangnya, di atas pangkal yang berbentuk bola menyempit,
semakin ke atas melebar. Tepi bentuk corong, diameter lk 3 cm, terlipat dalam kuncup.
Benang sari 5, muncul, tidak sama. Tangkai putik lebih panjang daripada tenda bunga,
kepala putik bentuk kuas. Buah semu bulat memanjang, berusuk dan berlipat – lipat, hitam,
panjang lk 8mm. Tanaman hias dari Amerika Selatan, kadang – kadang sedikit banyak
menjadi liar; 1-1.200 m. Bonte wonderbloem, N, Nachtschone, N, Kembang pagi sore, Ind,
Kembang Pukul empat, Ind, Kederat, J, Segerat, J, Tegerat, J. Mirabilis jalapa L.

Cat : Banyak macam nama menunjukkan waktu membukanya bunga itu, yang khas yaitu lk
jam 4 sampai esok harinya.

Berdasarkan deskripsi dan identifikasi yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
spesies X yang diamati adalah tumbuhan Mirabilis jalapa L.
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Superorder : Caryophyllanae
Order : Caryophyllales
Family : Nyctaginaceae
Genus : Mirabilis L.
Species : Mirabilis jalapa L.(1753)
Sinonim Mirabilis jalapa L. :
1. Jalapa congesta.Moench.
2. Nyctago hortensis, Bot.
Nama lain:
1. Kembang pukul empat (Indonesia, Sumatera)
2. Kembang pagi sore, bunga waktu kecil (Sumatera)
3. Kederat, segerat, tegerat (Jawa)
4. Kupa oras, cako raha (Maluku)
5. Bunga – bunga paranggi, bunga – bunga parengki (Sulawesi)
6. Pukul ampa, turaga, bodoko sina, bunga tete apa (Sulawesi)
7. Zi Mo li (China)
DAFTAR RUJUKAN
Steenis, C. G. G. J. V. 1975. Flora : Untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta : Pradnya
Paramita
Watson, L., and Dallwitz, M. J. 1992. The Families of Flowering Plants: Descriptions,
Illustrations, Identification, and Information Retrieval. (Online), (http://delta-
intkey.com/angio/)
Tjitrosoepomo, G. 2011. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai