Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Penatalaksanaan pasien TB di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)


memerlukan sarana logistik yang terdiri dari:
• Obat Anti Tuberkulosis (OAT) termasuk alat suntik dan aquabides
untuk injeksi.
• Sarana dan bahan-bahan Laboratorium
• Formulir, kartu dan buku register.

Fasyankes harus mempunyai persediaan yang cukup, sehingga tersedia


pada waktu diperlukan.

Program Nasional Pengendalian TB menyediakan OAT (Obat Anti


Tuberkulosis) secara gratis untuk semua pasien TB di fasyankes dengan
strategi DOTS.

OAT yang disediakan Program Nasional Pengendalian TB berupa OAT


Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yang dikemas dalam bentuk blister,
sehingga mudah dalam pemberiannya kepada pasien dengan dosis yang
tepat. Untuk menjamin tidak terputusnya pengobatan pasien TB, maka
setiap pasien dikemas 1 paket OAT untuk satu masa pengobatan.

Disamping itu disediakan juga OAT dalam bentuk Kombipak untuk


pengganti OAT KDT bagi pasien TB yang mengalami efek samping OAT
KDT.

Dalam pengelolaan logistik perlu diperhatikan tempat dan cara


penyimpanan agar OAT dan logistik lainnya tetap terjamin kualitasnya.

Modul ini dirancang untuk membekali petugas fasyankes agar mampu


mengelola logistik OAT dan non OAT lainnya dengan baik.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mempelajari materi ini peserta latih mampu mengelola logistik
OAT, non OAT dan penyiapan OAT untuk pasien TB dengan baik.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah mempelajari materi ini, peserta latih mampu :
a. Menjelaskan Jenis-jenis logistik dalam Program Pengendalian TB
b. Mengelola, menyimpan dan menjaga ketersediaan logistik OAT dan
non OAT.
c. Menyiapkan dan memberikan OAT pada pasien TB

1
BAB II
MATERI PEMBELAJARAN

A. JENIS-JENIS LOGISTIK PROGRAM PENGENDALIAN TB


Logistik Program Pengendalian TB terdiri dari OAT dan non OAT.

1. Logistik OAT.
Program menyediakan paket OAT dewasa dan anak, dalam bentuk 2
macam kemasan yaitu :
• OAT dalam bentuk obat kombinasi dosis tetap (KDT) / Fixed Dose
Combination (FDC) terdiri dari paket Kategori 1, kategori 2 dan
sisipan yang dikemas dalam blister, dan tiap blister berisi 28 tablet.
• OAT dalam bentuk kombipak terdiri dari paket Kategori 1, kategori 2,
dan sisipan, yang dikemas dalam blister harian, kombipak ini
disediakan jika terjadi efek samping KDT.

Paduan OAT yang digunakan dalam pengobatan pasien TB terdiri dari


Isoniasid (H); Rifampisin (R); Pirasinamid (Z); Etambutol (E); dan
Streptomisin(S).

Untuk memudahkan pemberian obat secara tepat, maka OAT dalam


bentuk paket sebagai berikut :

• Paket OAT KDT.


Kategori 1.
JENIS OAT ISI PAKET
4 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet =
Rifampisin 150mg/ Isoniasid 75mg/ Tahap Awal 6 Blister
Pirazinamid 400mg/Etambutol 275mg)
2 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet = Tahap
6 blister
Rifampisin 150mg / Isoniasid 150 mg) Lanjutan

Kategori 2.
JENIS OAT ISI PAKET
4 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet =
Rifampisin 150mg/ Isoniasid 75mg/ 9 Blister
Pirazinamid 400mg/Etambutol 275mg) Tahap
Streptomisin 1 gr Awal 56 vial
Aqua pro injeksi 5 ml 60 vial
Spuit 5 cc 56 buah
2 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet =
Tahap 7 Blister
Rifampisin 150mg / Isoniasid 150 mg)
Lanjutan
1 Blister = 28 Tablet Etambutol 7 Blister

Sisipan
JENIS OAT ISI PAKET
4 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet =
Rifampisin 150mg/ Isoniasid 75mg/ Sisipan 3 Blister
Pirazinamid 400mg/Etambutol 275mg)

2
Kategori Anak
JENIS OAT ISI PAKET
3 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet =
Rifampisin 75 mg/ Isoniasid 50mg/ Tahap Awal 6 Blister
Pirazinamid 150mg)
2 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet = Tahap
12 Blister
Rifampisin 75 mg / Isoniasid 50 mg) Lanjutan

• Paket OAT Kombipak.


Kategori 1.
JENIS OAT ISI PAKET
1 Blister = 8 tablet (1 tablet isoniasid 300mg/
1 tab Rifampisin 450mg/ 3 tablet Pirazinamid
Tahap Awal 56 Blister
@ 500mg/ 3 tablet Etambutol @ 250mg

1 Blister =3 tablet (2 tab Isonoasid @ 300mg/ Tahap


48 Blister
1 tab Rifampisin 450mg Lanjutan

Kategori 2.
JENIS OAT ISI PAKET
1 Blister = 8 tablet (1 tab isoniasid 300mg/ 1
tab Rifampisin 450mg/ 3 tablet Pirazinamid 56 Blister
@ 500mg/ 3 tablet Etambutol @ 250mg
Tahap Awal
Streptomisin 1 g 56 vial
Aqua pro Injeksi 5 ml 60 vial
Spuit 5 ml 56 buah
1 Blister =5 tablet (2 tab Isonoasid @ 300mg/
Tahap
1 tab Rifampisin 450mg / 2 tab Etambutol @ 60 Blister
Lanjutan
500mg dan 1 tablet Etambutol 250mg

Sisipan
JENIS OAT ISI PAKET
1 Blister = 8 tablet (1 tab isoniasid 300mg/ 1
tablet Rifampisin 450mg/ 3 tab Pirazinamid Sisipan 28 Blister
@ 500mg/ 3 tab Etambutol @ 250mg

Kategori Anak
JENIS OAT ISI PAKET
1 Sachet = 5 tablet/kaplet (1 tablet isoniasid
100mg/ 2 kaplet Rifampisin @75mg/ 2 tablet Tahap Awal 56 sachet
Pirazinamid @ 200mg
1 Sachet =3 tablet (1 tab Isonoasid @ Tahap
112 sachet
100mg/ 2 tab Rifampisin @ 75mg Lanjutan

3
Contoh paket Kategori I OAT-KDT.

Kotak paket OAT-KDT Isi:kotak 4KDT dan 2KDT

Blister 4KDT @ 28 tablet Blister 2KDT @ 28 tablet

2. Logistik non OAT


• Alat dan bahan Laboratorium terdiri dari :
Mikroskop, kotak sediaan, pot dahak, kaca sediaan (end-frosted),
rak pewarna dan rak pengering, lampu spiritus, lidi/bambu (bamboo
stick), botol semprot, corong, kertas saring, kertas lensa mikroskop,
pencatat waktu, sulut api, pensil 2B, karet penghapus dan lain lain.
• Bahan Laboratorium habis pakai terdiri dari:
Reagensia Ziehl Neelsen, eter alkohol, minyak imersi, larutan
desinfektan dan lain lain.
• Pengelolaan logistik tidak habis pakai tidak dibahas dalam modul ini.
Materi ini akan disampaikan dalam pelatihan khusus petugas
laboratorium TB.
• Barang cetakan, seperti: buku pedoman, formulir pencatatan dan
pelaporan serta bahan KIE.

4
LATIHAN 1.

Jawalah pertanyaan ini dengan benar!

1. Sebutkan jenis logistik yang digunakan program TB di fasilitas


pelayanan kesehatan Saudara ?

2. Sebutkan jenis paket OAT yang disediakan oleh Program TB !

3. Sebutkan kategori OAT yang disediakan untuk pasien TB !

5
B. PENGELOLAAN LOGISTIK OAT

1. Merencanakan Kebutuhan OAT


Pastikan di fasilitas pelayanan kesehatan anda tersedia paket OAT
Dewasa maupun OAT Anak yang cukup untuk semua pasien TB yang
akan memulai pengobatannya untuk triwulan yang akan datang.
Perkiraan jumlah pasien yang akan ditemukan triwulan yang akan
datang adalah sama atau hampir sama dengan jumlah pasien TB pada
triwulan yang lalu. Oleh sebab itu fasilitas pelayanan kesehatan harus
memperhitungkan kebutuhan OAT berdasarkan perkiraan kasus yang
akan ditemukan pada triwulan yang akan datang ditambah cadangan
untuk 1 bulan.

Stok cadangan OAT (buffer-stock) disediakan untuk mengatasi adanya


kemungkinan penambahan kasus TB diluar perkiraan pada triwulan
berikutnya atau untuk mengantisipasi jika terjadi keterlambatan
pengiriman OAT dari kabupaten/kota.

Berdasarkan perhitungan kebutuhan di atas, maka OAT yang diajukan


ke kabupaten/kota setiap triwulan adalah sebagai berikut:

Jumlah OAT diajukan = Kebutuhan 1 triwulan + Cadangan 1 bulan - sisa stok yg ada

Dalam mengajukan permintaan OAT fasilitas pelayanan kesehatan


menggunakan formulir Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO)

Contoh :
Di Puskesmas Lumire pada triwulan mendatang diperkirakan akan
mengobati pasien dengan kategori 1 sebanyak 6 pasien, sedangkan
stok OAT Kat.1 yang ada di Gudang Obat sebanyak 1 paket.

• Pasien 6 orang = 6 paket,


• Cadangan 1 bulan yaitu 6 x 1/3 = 2 paket,
• Stok = 1 paket,

Maka OAT Kat.1 yang diajukan = 6 + 2 – 1 = 7 paket

6
Dalam memantau pengajuan permintaan OAT oleh fasilitas pelayanan
kesehatan, pengelola program TB kabupaten/kota harus melakukan
validasi data hasil penemuan kasus TB.

Perlu juga disiapkan paket OAT Sisipan sebanyak kira-kira 10% dari
jumlah pasien Kategori-1 dan Kategori-2 yang akan diobati. Dalam
keadaan tidak tersedia paket OAT sisipan, bisa diambil dari kotak
cadangan atau membuka paket baru/buffer stok.

OAT Kombipak disediakan oleh pengelola program TB di


kabupaten/kota untuk pengganti OAT KDT bagi pasien TB yang
mengalami efek samping OAT KDT.

2. Penyimpanan OAT

Pada waktu menerima kiriman OAT dari kabupaten/kota, periksalah


terlebih dahulu apakah jenis, jumlah dan tanggal kadaluarsanya,
sudah sesuai dengan surat pengantarnya. Jika tidak sesuai maka
segera informasikan ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk
ditindak lanjuti.

Langkah-langkah dalam penerimaan OAT secara rinci sebagai berikut :


• Hitung jumlah paket OAT masing-masing kategori, kemudian
cocokkan dengan surat pengiriman.
• Periksa tanggal kadaluarsa dan nomor batch OAT.
• Perhatikan apakah OAT dalam keadaan baik (tablet tidak berubah
warna, tidak pecah, kemasan tidak rusak, tidak menggelembung
dan tidak bocor).
• Catatlah jumlah, tanggal kadaluarsa dan tanggal penerimaan
masing-masing OAT kedalam kartu stok dan kartu stok induk.
• Tempatkan OAT di Gudang obat Sarana Pelayanan Kesehatan.
• Susunlah OAT dalam rak atau lemari obat dan tempatkan dibagian
depan obat yang lebih awal tanggal kadaluarsanya, dan tempatkan
dibagian belakang obat yang kadaluarsanya lebih lama (FEFO =
First Expired First Out = lebih dahulu kadaluarsa lebih dahulu
digunakan).
• Catatlah dalam kartu stok dan kartu stok induk setiap obat
dikeluarkan.

3. Memantau Ketersediaan OAT di Gudang

Lakukan pemantauan sisa stok OAT yang ada digudang obat sekali
sebulan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui :
• Apakah setiap mutasi obat tercatat pada kartu stok dan kartu stok
induk?
• Apakah jumlah fisik masing-masing jenis OAT sesuai dengan yang
tercatat dalam kartu stok?
• Apakah ada obat yang rusak, sudah atau akan kadaluarsa (minimal
9 bulan)?

7
• Apakah stok yang tersedia masih cukup sampai permintaan yang
akan datang?
Apabila stok tidak mencukupi sampai permintaan yang akan datang,
segera ajukan permintaan ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

4. Menghitung Kebutuhan Logistik Non OAT

Pastikan di setiap fasilitas pelayanan kesehatan selalu tersedia logistik


Non OAT untuk program TB dalam jumlah yang cukup.
Cara menghitung kebutuhan logistik non OAT atau bahan habis pakai
mengacu pada standar di bawah ini :

• Pot Dahak = jumlah pasien BTA (+) yang akan ditemukan x 42


buah.
• Kaca Sediaan = jumlah pasien BTA (+) yang akan ditemukan x 42
buah.
• Reagensia = jumlah pasien TB BTA (+) yang akan ditemukan x
1 paket
• Kertas pembersih lensa mikroskop untuk setiap laboratorium yang
melakukan pewarnaan dan pemeriksaan sediaan.
• Bahan-bahan lain, misalnya Sodium Hipoklorid 5-10%, lysol dan
lain-lain.
• Formulir pencatatan dan pelaporan:
1) TB.01 = jumlah pasien TB yang akan diobati.
2) TB.02 = sama dengan TB.01
3) TB.03 UPK = 1 buku untuk 1 tahun
4) TB.04 = tiap laboratorium yang melakukan pembacaan
sediaan (PRM, PPM, RS, BKPM/BBKPM/BP4, dll) paling
kurang mendapat 1 buku berisi 100 lembar @ 10 baris.
5) TB.05 = jumlah pasien BTA positif yang akan diobati x 16
lembar.
6) TB.06 = tiap fasilitas pelayanan kesehatan paling kurang
mendapat 1 buku berisi 50 lembar @ 10 baris.
7) TB.09 = 1 buku
8) TB.10 = sama dengan TB.09

a. Dasar Penghitungan Kebutuhan Pot Dahak dan Kaca Sediaan.


• Untuk menemukan satu pasien BTA positif, perlu dilakukan
pemeriksaan kurang lebih 10 suspek. Setiap suspek harus
diperiksa 3 spesimen dahak (SPS), jadi setiap suspek
diperlukan 3 pot. Jadi untuk menemukan 1 pasien BTA positif
dibutuhkan pot dahak sebanyak 10 x 3 = 30 pot.
• Setiap pasien BTA positif yang diobati juga memerlukan
pemeriksaan dahak ulang sebanyak 3 kali masing-masing 2
sediaan. Jadi untuk pemeriksaan ulang (follow-up pengobatan)
dibutuhkan sebanyak 3 x 2 = 6 pot,
• Pasien BTA negatif pada akhir tahap awal juga akan dilakukan
pemeriksaan ulang dahak sebanyak 3 kali masing-masing 2

8
sediaan. Jadi untuk pemeriksaan ulang (follow-up pengobatan)
dibutuhkan sebanyak 3 x 2 = 6 pot

Maka kebutuhan pot dahak atau kaca sediaan untuk 1 pasien BTA
positif: 30 + 6 + 6 = 42.

b. Menghitung Kebutuhan Logistik Non OAT

Menghitung perkiraan kebutuhan logistik non OAT untuk triwulan


yang akan datang, didasarkan jumlah pemakaian triwulan yang lalu
kemudian ditambah dengan cadangan 1 bulan untuk antisipasi
adanya peningkatan pasien TB yang ditemukan.

Contoh perhitungan pot dahak sebagai berikut.

Misalkan di Puskesmas Lumire pada triwulan yang lalu ditemukan


sebanyak 8 pasien baru TB BTA positif dan stok pot dahak saat ini:
250 buah.
Maka :
Kebutuhan pot dahak = 8 x 38 = 304 buah
Cadangan 1 bulan = 304 x 1/3 = 101 buah
Jadi jumlah kebutuhan 1 triwulan = 304 + 101 = 405 buah

Permintaan pot dahak untuk triwulan yang akan datang


= 405 – 250 = 155 buah.

Cara perhitungan kebutuhan logistik yang lain prinsipnya sama.


Contoh perhitungan Kartu TB. 01 sebagai berikut.

Misalkan jumlah pasien TB baru yang ditemukan dalam triwulan


yang lalu sebanyak 12 pasien dan stok kartu TB.01 yang ada 6
lembar.
Maka : Kebutuhan kartu TB.01 = 12 x 1 = 12 lembar
Cadangan 1 bulan = 12 x 1/3 = 4 lembar
Jadi jumlah kebutuhan 1 triwulan = 12 + 4 = 16 lembar
Kartu TB.01 yang diajukan triwulan yang akan datang
= 16 - 6 = 10 lembar.

9
LATIHAN 2.

1. Tulislah paling sedikit 3 kegiatan yang saudara lakukan jika menerima


OAT!

2. Apa manfaat pengecekan logistik dilakukan setiap bulan sekali?

3. Tuliskan rumus kebutuhan OAT yang dimintak ke Kab/Kota setiap triwulan!

4. Tuliskan dasar perhitungan kebutuhan pot dahak dan kaca sedian!

10
C. MENYIAPKAN OAT UNTUK PASIEN TB.

Setelah diagnosis ditegakkan, petugas pengelola TB segera menyiapkan 1


paket OAT untuk 1 pasien untuk satu masa pengobatan sesuai dengan
kategori pengobatan.
Pengemasan kembali paket obat khusus untuk paket KDT dan paket anak
sesuai dengan dosis dan berat badan pasien. Tulislah identitas pasien
(nama, alamat, umur, BB, dll) pada kotak obat tersebut. Obat ini tidak
boleh digunakan oleh pasien yang lain, jadi satu paket untuk satu orang
pasien . Dengan cara ini maka petugas dan pasien yakin bahwa obatnya
tersedia cukup sampai selesai pengobatan.

1. Paduan OAT dan Peruntukannya


a. Kategori-1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien baru TB paru BTA positif.
• Pasien TB paru BTA negatif foto toraks mendukung.
• Pasien TB ekstraparu

b. Kategori -2 : 2(HRZE)S/ (HRZE)/ 5(HR)3E3


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

c. OAT Sisipan : (HRZE)


Paduan OAT Sisipan ini diberikan untuk pasien TB Paru BTA Positif
yang tidak mengalami konversi setelah pengobatan tahap awal,
baik yang menggunakan kategori 1 maupun kategori 2.
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap
awal kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

d. Kategori Anak : 2(HRZ)/ 4(HR)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien TB Anak.
Pengobatan TB anak dalam waktu 6 bulan yang diberikan setiap
hari, baik pada tahap awal maupun tahap lanjutan, dosis obat harus
disesuaikan dengan berat badan anak.

11
2. Tatacara penyiapan paket OAT untuk pasien.
• Kategori 1:
Dosis Kategori 1 berdasarkan berat badan seperti tabel dibawah ini :

Berat Badan Dosis Jumlah Blister/Tab dalam Paket


(Kg) 1 x minum Tahap awal (4KDT) Tahap lanjutan (2KDT)
30 – 37 2 tab 4 Blister 3 Blister + 12 Tab
38 – 54 3 tab 6 Blister 5 Blister + 4 Tab
55 – 70 4 tab 8 Blister 6 Blister + 24 Tab
≥ 71 5 tab 10 Blister 8 Blister + 16 Tab

Berhubung Paket OAT Kategori 1 yang disediakan oleh program


untuk Pasien dengan Berat Badan 38 – 54 kg, maka paket tersebut
sebelum diberikan kepada pasien perlu dikemas kembali sesuai
dengan berat badan, yang cara pengemasannya sbb :
- Pasien dengan BB ≥ 71 kg, memerlukan 5 kaplet/hari sehingga
perlu ditambahkan OAT pada kotak tahap awal sebanyak 4
blister 4KDT dan pada kotak tahap lanjutan sebanyak 2 blister
dan 16 tablet 2KDT. Penambahan ini diambil dari kotak
cadangan atau bula paket baru. Kotak cadangan dapat dibuat
dari sisa paket pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan.
Tulis pada kotak tersebut “KOTAK CADANGAN”.
- Pasien dengan BB 55-70 Kg, tambahkan OAT pada kotak tahap
awal sebanyak 2 blister 4KDT dan pada kotak tahap lanjutan
sebanyak 24 tablet 2KDT. Penambahan ini diambil dari kotak
cadangan.
- Pasien dengan BB 38-54 Kg, kurangi OAT pada tahap lanjutan
2KDT sebanyak 24 tablet, dan masukkan ke dalam kotak
cadangan.
- Pasien dengan BB 30 - 37 Kg, kurangi OAT pada tahap awal
sebanyak 2 blister 4KDT, dan kurangi OAT pada tahap lanjutan
sebanyak 2 blister dan 16 tablet 2KDT, lalu masukkan ke dalam
kotak cadangan.

Dasar perhitungan jumlah dosis OAT Kategori 1 berdasarkan berat


badan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Contoh untuk pasien dengan berat badan 38-54 kg.


Untuk tahap awal (4KDT):
- Jumlah yang dibutuhkan adalah :
3 tablet per hari x 28 kali sebulan x 2 bulan = 168 tablet (6
blister @ 28 tablet).
- Isi OAT dalam paket yang disediakan untuk tahap awal adalah
sebanyak 6 blister 4KDT.
- Jadi sudah cukup (tidak perlu ditambah atau dikurangi).

Untuk tahap lanjutan (2KDT):


- Jumlah yang dibutuhkan adalah :

12
3 tablet per hari x 3 kali seminggu x 4 minggu dalam sebulan x 4
bulan = 144 tablet.
- Isi OAT dalam paket yang disediakan untuk tahap lanjutan
adalah sebanyak 6 blister 2KDT (168 tablet). Jadi jumlah ini
kelebihan sebanyak 168 – 144 = 24 tablet.
- Oleh karena itu, isi kotak tahap lanjutan 2KDT ini harus
dikurangi 24 tablet. Masukkan 24 tablet ini kedalam kotak
cadangan.

• Kategori 2:
Dosis Kategori 2 berdasarkan berat badan adalah sbb :
Jumlah Blister/Tab & Vial dalam Paket
Berat
Dosis Fase Awal Fase Lanjutan
badan (Kg)
4KDT Streptomisin 2KDT Etambutol
30 – 37 2 tab/500 mg 6 Blister 56 Vial 4 Blister + 4 Blister +
8 tab 8 tab
38 – 54 3 tab/750 mg 9 Blister 56 Vial 6 Blister+ 6 Blister +
12 Tab 12 Tab
55 – 70 4 tab/ 12 Blister 56 Vial 8 Blister + 8 Blister +
1000 mg 16 Tab 16 Tab
≥ 71 5 tab/ 15 Blister 56 Vial 10 Blister+ 10 Blister+
1000 mg 20 Tab 20 Tab

Pengemasan paket kategori 2 sama dengan kategori 1 tersebut


sebelumnya.

• Kategori Anak:
Dosis Kategori Anak berdasarkan berat badan adalah sbb :
Kategori Anak KDT

Berat Badan Dosis Jumlah Blister/Tab dalam Paket


(Kg) 1 x minum Tahap awal (3KDT) Tahap lanjutan (2KDT)
5-9 1 tab 2 Blister 4 Blister
10 - 14 2 tab 4 Blister 8 Blister
15 - 19 3 tab 6 Blister 12 Blister
20 -32 4 tab 8 Blister 16 Blister

Catatan : Anak dengan BB ≥ 33 kg, dirujuk ke rumah sakit.

Pengemasan paket kategori anak sama dengan kategori 1 dan 2


tersebut sebelumnya.

Untuk OAT Anak Kombipak, diberikan sesuai BB sebagai berikut :


BB BB BB
Jenis Obat
< 10 kg 10 - 19 kg 20 - 32 kg
Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampicin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirasinamid 150 mg 300 mg 600 mg

13
3. Pemberian OAT pada pasien.
Setelah paket disiapkan sesuai dengan klasifikasi, type dan berat
badan, maka pemberian OAT dilakukan sebagai berikut:
• Paket/Kotak obat untuk masing-masing pasien ditempatkan
diruangan (rak khusus) pengobatan TB.
• Ambil dosis harian lalu ditelan pasien didepan petugas TB.
• Khusus OAT Kategori 2 karena ada OAT suntikan, maka pada 2
bulan tahap awal OAT diberikan di fasyankes dengan urutan OAT
ditelan terlebih dahulu, kemudian pemberian OAT suntikan.
• Amati reaksi atau efek OAT selama minimal 30 menit, siapkan
dosis harian OAT yang akan ditelan dirumah didepan PMO
• OAT yang diberikan kepada pasien untuk dibawa pulang paling
banyak dosis harian untuk 1 minggu, kecuali situasi geografi yang
tidak mendukung dosis harian OAT dapat diberikan selama 2
minggu
• Catat bukti menelan obat pada kartu TB.01 dan TB.02.

14
LATIHAN 3

Kerjakan latihan soal berikut ini dengan menjawab pertanyaan-


pertanyaan secara benar.

1. Tulislah paduan OAT dan peruntukannya

2. Tuliskan dosis harian pasien TB berdasarkan berat badan

15
LATIHAN 4

Praktek demonstrasi pengemasan Obat untuk paket dan dosis untuk


pasien TB

Bahan yang diperlukan :


1. Paket OAT KDT Kategori 1, 2 dan Anak ,
2. Formulir TB.01 dan TB.02.

Pelatih membimbing peserta untuk mengemas paket OAT dan dosis untuk
pasien secara bergeliran

Yang akan dikerjakan oleh peserta :


Sesuai dengan tahapan diatas, pengemasan sampai pemberian OAT,
lakukan :
1. Pengemasan OAT untuk pasien Baru TB dengan BB 38 – 54 kg
2. Pengemasan OAT untuk pasien Kambuh dengan BB 30 – 37 kg

16
LATIHAN 5.

MENGHITUNG KEBUTUHAN LOGISTIK

Suwarno adalah petugas pengelola TB di Puskesmas PRM Lumire


Kecamatan Papirus Kabupaten Permata, jumlah penduduk puskesmas
43.000 jiwa.
Pada triwulan I tahun 2009 Puskesmas Lumire berhasil menemukan dan
mengobati pasien TB, yaitu:
pasien baru TB BTA positif sebanyak 9 orang,
pasien TB BTA negatif foto toraks mendukung sebanyak 3 orang,
pasien TB Ekstraparu 1 orang,
pasien TB Kambuh 1 orang dan
pasien TB Anak 3 orang.
Semua pasien TB yang diobati mengalami konversi.
Stok logistik pada akhir triwulan I tahun 2009 adalah sebagai berikut :
• Kategori 1 : 3 paket
• Kategori 2 :0
• Sisipan : 1 paket
• Kategori Anak : 2 paket.
• Pot dahak : 120 buah
• Kaca sediaan : 128 buah.
• Reagensia : 2 paket
• TB.01 : 12 lembar
• TB.02 : 12 lembar

Pertanyaan dengan menggunakan data di atas:


a. Hitunglah perkiraan pasien yang akan diobati pada triwulan 2.
b. Hitunglah kebutuhan OAT pada triwulan 2
c. Hitunglah permintaan OAT pada triwulan 2
d. Hitunglah kebutuhan logistik non OAT pada triwulan 2
e. Hitunglah permintaan logistik non OAT pada triwulan 2

Jawablah Pertanyaan tersebut di atas dengan menggunakan format bantu di


halaman berikut.

17
Jawab :

a. Perkiraan pasien yang akan diobati triwulan 2.


No Tipe Pasien Jumlah Jumlah 1+2+3

1 Baru BTA pos


Baru BTA neg/foto
2
toraks mendukung
3 Ekstraparu

4 Kambuh

5 Anak

Jumlah

b. Kebutuhan OAT pada Triwulan 2


No Jenis OAT Kebutuhan (jumlah pasien + buffer stok 1 bln)

1 Kategori 1

2 Kategori 2

3 Sisipan

4 Anak

c. Permintaan OAT pada Triwulan 2


No Jenis OAT Kebutuhan Stok Permintaan

1 Kategori 1

2 Kategori 2

3 Sisipan

4 Anak

18
d. Kebutuhan logistik non OAT Triwulan 2
No Jenis Logistik Kebutuhan (jumlah pasien + buffer stock 1 bln)

1 Pot dahak

2 Kaca sediaan

3 Reagensia

4 Kartu TB.01

5 Kartu TB.02

6 Formulir TB.05

e. Permintaan logistik non OAT Triwulan 2


No Jenis Logistik Kebutuhan Stok Permintaan

1 Pot dahak

2 Kaca sediaan

3 Reagensia

4 Kartu TB.01

5 Kartu TB.02

6 Formulir TB.05

19
EVALUASI AKHIR MATERI
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang pada
jawaban yang benar

1. Program P2TB memberikan OAT gratis pada pasien yang berobat di :


a. Fasilitas pelayanan kesehatan
b. Puskesmas saja
c. Di semua fasilitas pelayanan kesehatan dengan strategi DOTS
d. Di sarana pelayanan kesehatan pemerintah
e. Di Dinkes Kabupaten/Kota

2. OAT yang diberikan kepada pasien dalam bentuk paket agar:


a. Supaya harga OAT bisa menjadi murah
b. Mudah dalam pemberian ,dosis tepat dan menjamin kelangsungan
pengobatan.
c. Bisa langsung diberikan kepada pasien untuk dibawa pulang.
d. Supaya pasien mudah mendapatkan OAT
e. Supaya tidak menyusahkan keluarga pasien .

3. Rencana permintaan OAT dari Puskesmas ke Dinas`Kesehatan Kab/Kota


tiap triwulan dengan mempertimbangkan:.
a. Sebanyak mungkin agar tidak repot .
b. Jumlah pasien yang diobati triwulan lalu ditambah cadangan 1 bulan.
c. Dengan persediaan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
d. Biaya yang tersedia untuk pengambilan OAT ke Kab/Kota.
e. Sebanyak pasien yang diobati sati triwulan.

4. Di Puskesmas saudara telah menemukan pasien TB BTA positif , tetapi


stok yang tersedia tidak ada, apa yang saudara lakukan:
a. Ambilkan OAT di paket pasien lain agar pasien tidak kecewa.
b. Tunda sementara pengobatan, segera mintakan OAT ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
c. Anjurkan/ rujuk pasien ke rumah sakit terdekat.
d. Buatkan resep untuk dibeli di apotik
e. Rujuk pengobatannya ke DPS terdekat

5. Standar kebutuhan logistik non OAT dalam perencanaan, 1 pasien BTA


pos membutuhkan :
a. Pot dahak 36 buah, kaca sediaan 36 buah.
b. Pot dahak 38 buah, kaca sediaan 38 buah.
c. Pot dahak 3 buah, kaca sediaan 3 buah.
d. Pot dahak 42 buah, kaca sediaan 42 buah.
e. Pot dahak 40,kaca sediaan 40

20
LAMPIRAN
DOSIS PADUAN OAT

Tabel 1. Dosis paduan OAT-KDT Kategori-1

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


Berat Badan tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama 16 minggu
RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Tabel 2. Dosis paduan OAT- KDT Kategori-2

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


tiap hari 3 kali seminggu
Berat Badan RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E(275)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
30–37 kg 2 tab 4KDT + 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT +
500 mg Streptomisin inj. 2 tab Etambutol
38–54 kg 3 tab 4KDT + 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT +
750 mg Streptomisin inj. 3 tab Etambutol
55–70 kg 4 tab 4KDT + 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT +
1000 mg Streptomisin inj. 4 tab Etambutol
≥ 71 kg 5 tab 4KDT + 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT +
1000 mg Streptomisin inj. 5 tab Etambutol
Catatan:
Pasien berumur 60 tahun ke-atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500 mg
tanpa memperhatikan berat badan.
Untuk perempuan hamil tidak boleh diberikan suntikan streptomisin.
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram, dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg)

Tabel 3. Dosis paduan OAT KDT pada anak


(sesuai rekomendasi IDAI)

Berat badan (kg) 2 bulan tiap hari 3KDT Anak 4 bulan tiap hari 2KDT Anak
RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
Keterangan:
 Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
 Anak dengan BB ≥ 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
 Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah.
OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus sesaat
sebelum diminum.

21
22

Anda mungkin juga menyukai