(mohon dikoreksi)
Yang membatalkan sholat sangat banyak, diantaranya di ketahui secara umum melalui syarat sah
sholat sebagaimana yang telah kita ketahui dari syarat dan rukun sholat, adapun pada tulisan ini
insyallah akan menyebutkan lima belas (15) hal hal yang membatalkan sholat.
yaitu perkataan yang memberi kefahaman atau pun tidak memberi faham sekalipun satu huruf,
misal mengtakan huruf (qaf) (ain)dan ( lam) karena dalam bahasa Arab huruf qaf singkatan dari
wiqayah, ain singkatan dari ri’ayah dan lam singkatan dari wilayah atau hurf tha’ singkataan dari
wat’ie.
Berkata kata dengan huruf dan suara dapat di bagi menjadi kepada bagian
1. Batuk, menguap, sendawa (cekluan) (tidak membatalkan sholat jika ada udzur atau tidak ada
unsur main main)
2. Bersin (tidak membatalkan sholat jika ada udzur atau tidak ada unsur main main)
3. Berdehem (tidak membatalkan sholat jika ada udzur atau tidak ada unsur main main dan di
perbolehkan berdehem pada tempat yang diwajibkan rukun qauli yang lima, takbiratul ikhram, al
fatihaah, tahyat terakhir, sholawat pada tahyat akhir dan salam yang pertama)
referensi
: أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: المؤلف80-79 الصفحة- 4 المجموع شرح المهذب ج: الكتاب
هـ)وأما التنحنح فحاصل المنقول فيه ثالثة أوجه الصحيح الذى قطع به المصنف واالكثرون ان بان منه حرفان بطلت676
صالته واال فال والثانى ال تبطل وان بان حرفان قال الرافعي وحكى هذا عن نص الشافعي والثالث ان كان فمه مطبقا لم تبطل
مطلقا واال فان بان حرفان بطلت واال فال وبهذا قطع المتولي وحيث ابطلنا بالتنحنح فهو ان كان مختارا بال حاجة فان كان
مغلوبا لم تبطل قطعاولو تعذرت قراءة الفاتحة اال بالتنحنح فيتنحنح وال يضره النه معذور وان أمكنته القراءة وتعذر الجهر اال
بالتنحنح فليس بعذر علي أصح الوجهين النه ليس بواجب ولو تنحنح امامه وظهر منه حرفان فوجهان حكاهما القاضى حسين
والمتولي والبغوي وغيرهم أحدهما يلزمه مفارقته النه فعل ما يبطل الصالة ظاهرا واصحهما ان له الدوام على متابعته الن
االصل بقاء صالته والظاهر أنه معذور وهللا اعلم
Tangisan dalam sholat menurut pendapat yang shahih bila sampai keluar dua huruf dalam
tangisannya membatalkan sholat karena adanya hal yang menafikan sholat walau tangisan takut
akan akhirat sekalipun, sedang menurut Muqaabil pendapat yang shahih tidak membatalkan
karena tangisan tidak tergolong pembicaraan serta tidak dapat difahami, tangisan hanyalah
serupa dengan suara murni
(Nihayah almuhtaaaj II/34, Hasyiyah Qolyubi I/187, Mughni alMuhtaaj I/195)
Maka dapat difahami batal sholat jika makmum mengingatkan imam yang salah dalam sholat
dengan semata mengingkatkan imam yang salah, adapun jika memperingatkan
imam dengan lafadz (subhanallah) dengan niat dzikir, maka tidak membatalkan sholat. Dan tidak
batal jika mengucapkan “Alhamdulillah” saat mendengarkan orang bersin.
2. Sengaja menambah satu rukun dari rukun fi’li (perbuatan) ruku’. Sujud dll
Hukum tahyat pertama (imam tahyat, maka makmum boleh tidak tahyat dengan senagaja, jika
makmum berdiri tanpa ada unsur kesengajaan, maka wajib makmum duduk kembali, dan apabila
imam tidak tahyat pertama, maka wajib makmum tidak melakukan tahyat (wajib mengikuti
Imam)
Hukum sujud sahwi (jika imam sujud sahwi, maka makmum wajib sujud sahwi, dan jika imam
tidak sujud sahwi, maka makmumoleh melakukan sujud sahwi)
Adapun jika lupa (ragu) rakaat dalam sholat, (dua rakaatkah atau tiga rakaat) maka wajib
mengambil keyakinan dua rakaat (mengambil yang terkecil, dan menyempurnakan rakaat yang
tertinggal, dan di sunnahkan sujud sahwi)
فلو شك في عدد ما أتى به من الركعات أهي ثالثة أو أربعة بنى على اليقين وهو األقل وأتى وجوبا ً بما بقي وسجد للسهو للتردد
في الزيادة
: 84: رقم الصفحة1 :نهاية الزين شرح قرة العين رقم الجزء
3. Sengaja memanajangkan rukun pendek : yaitu i’tidal dan duduk diantara dua sujud,
adapun batasan rukun pendek adalah sekedar membaca tasyahut pertama, jika di lebihkannya
masa i’tidal dan duduk dintara dua sujud, mak batallah sholatnya.
4. Melakukan perbuatan yang keji : melompatdengan langkah yang pnjang maka batallah
sholatnya sekalipun dilakukan karena lupa.
jika perbuatan tersebut dianggap banyak dan dilakukan beberapa kali yang bersambung sambung
kecuali pada sholat khauf (ketakutan) seperti melangkah, jongkok, mengaruk dengan
mengerakkan seluruh tangan, adapun menggaruk dengan jari jari tangan maka tidak
membatalkan sholat dengan syarat tangan tidak ikut bergerak, MADZHAB SYAFI’I
berpendapat bahwa gerakan yang tidak berhubungan dengan shalat dapat membatalkan shalat
dengan syarat gerakan tersebut:
• Dilakukan tiga kali lebih secara berturut-turut
• Atau dilakukan sekali tapi melampaui batas seperti meloncat memukul dengan keras
• Atau dilakukan sekali tapi diniati bergerak tiga kali
• Atau dilakukan sekali tapi bertujuan mempermainkan shalat
Bila tidak sesuai ketentuan diatas seperti bergerak sekali atau dua kali atau tiga kali secara
terputus-putus atau bergerak tiga kali hanya saja dengan memakai anggauta tubuh ringan seperti
pelapuk mata, lisan, kemaluan, jemari yang menggaruk dengan tidak mengikut sertakan telapak
tangannya tetap (tangannya tetap, tidak ikut bergerak) maka tidak membatalkan shalat asalkan
gerkannya tidak dimaksudkan untuk mempermainkan, meremehkan shalat.
(الرابع) أن يتحرك حركه واحده مفرطة أو ثالث حركات متوالية عمدا كان أو سهوا أو جهال
Yang ke 4 dari hal-hal yang membatalkan shalat, bila ia bergerak dengn satu kerakan yang
sangat melampaui batas atau dengan tiga kali gerakan berturut-turut baik sengaja atau lupa atau
karena bodoh”
Matan Safiinah Hal. 16
( أو فعل ثالثة أفعال متوالية ) بأن ال يعد عرفا كل منها منقطعا عما قبله ( كثالث خطوات ) وإن كانت بقدر خطوة مغتفرة أو
متوالية مع تحريك اليد ( في غير الجرب ) وكأن حرك يديه ورأسه ولو معا أو خطا خطوة واحدة ) مضغات ثالث ( أو حكات
وال تكون الوثبة إال ( فاحشة أو ضرب ضربة مفرطة ) أو صفق ) ناويا فعل الثالث وإنم لم يزد على الواحدة ( أو وثب وثبة
تصفيقة أو خطا خطوة بقصد اللعب وإن كانت التصفيقة بغير ضرب الراحتين ( بطلت ) صالته في جميع ما ذكر ( سواء كان
عامدا أو ناسيا ) لمنافاة ذلك لكثرته أو فحشه للصالة وإشعاره باإلعراض عنها والخطوة بفتح الخاء المرة وهي المراد هنا إذ
هي عبارة عن نقل رجل واحدة فقط حتى يكون نقل األخرى إلى أبعد عنها أو أقرب خطوة أخرى بخالف نقلها إلى مساواتها
وذهاب اليد ورجوعها ووضعها ورفعها حركة واحدة أما في الجرب الذي ال يصبر معه على عدم الحك فيغتفر الحك ألجله وإن
كثر الضطراره إليه ( وال يضر الفعل القليل ) الذي ليس بفاحش ومنه الخطوتان وإن اتسعتا واللبس الخفيف وفتح كتاب وفهم ما
فيه لكنه مكروه ( وال حركات خفيفات وإن كثرت ) وتوالت لكنها خالف األولى وذلك ( كتحريك األصابع ) في نحو سبحة
وحكة فال بطالن بجميع ذلك وإن تعمده ما لم يقصد به منافاتها وإنما لم يعف عن قليل الكالم عمدا ألنه ال يحتاج إليه فيها بخالف
الفعل فيعفى عما يتعسر االحتراز عنه مما ال يخل بها واألجفان واللسان كاألصابع وقد يسن الفعل القليل كقتل نحو الحية
“... Atau batal shalat seseorang akibat menjalani tiga pekerjaan secara berturut-turut (sekira
menurut pandangan kebanyakan orang antara gerakan yang satu dan gerakan berikutnya tidak
dianggap terputus) seperti tiga kali melangkah (meskipun langkah yang diampuni oleh syara’,
seperti makmum dibelakang imam yang mengganti imam yang berhalangan ditengah-tengah
shalat) atau tiga kali kunyahan atau tiga kali garukan berturut-turut dengan mengikutkan tangan
ikut bergerak diselain kudis, dan seperti dengan menggerakkan kedua tangan dan kepalanya
dengan secara bersama-sama atau bergerak dengan satu gerakan dengan diniati tiga gerakan
sekaligus meski praktiknya dia hanya bergerak sekali, atau dengan melompat yang sangat,
memukul keras, bertepuk tangan atau melangkah dengan tujuan bermain-main meskipun tepukan
tangannya dengan tanpa menepukkan kedua telapak tangannya, kesemua yang tersebut diatas
dapat berakibat membatalkan shalatnya baik sengaja atau lupa (karena menjalankannya dengan
berturut-turut menafikan dan mencelakan shalat sekaligus tanda ia berpaling dari shalat....
Sedang dalam masalah kudis yang tidak dianggap bahaya dan membatalkan shalat dan diampuni
menggaruknya karena adanya unsur darurat (terpaksa).Juga tidak berbahaya dan membatalkan
shalat perbuatan sedikit/tidak sampai tiga kali berturut-turut asalkan perbuatan sedikit tersebut
bukan karena maksud mencelakan shalat, diantara contohnya melangkah dua kali meskipun
langkahnya lebar-lebar, mengenakan pakaian ringan, membuka kitab hanya saja yang demikian
makruh hukumnya.Juga tidak berbahaya dan membatalkan shalat gerakan-gerakan berturut
meskipun dilakuakan secara berulang-ulang yang dikerjalan dengan anggauta tubuh yang ringan
seperti menggerakkan jemari semacam jari telunjuk dan dan dibuat menggaruk-garuk hanya saja
hukumnya hilaaf al-Uala (menyalahi keutamaan) asalkan gerakannya tidak dimaksudkan untuk
mengerjalkan hal-hal yang menaikan shalat, dibedakan antara hukum berbicara sedikit dalam
shalat yang berakibat batalnya shalat dengan hukum bergerak sedikit dalam shalat yang berakibat
hukum diampuni dan tidak membatalkan shalat karena pembicaraan dalam shalat tidak
dibutuhkan sedang bergerak dalam shalat hal yang sulit dihindari karenanya asalkan masih
tergolong sedikit maka diampuni, dan pelapuk mata, lisan gerakannya seperti gerakan jemari
tangan bahkan terkadang justru disunahkan menjalani perbuatan sedikit dalam shalat seperti saat
membunuh semacam ular".
أصابع ) في حك أو سبحة مع قرار كفه ( أو (ال ) تبطل ( بحركات خفيفة ) وإن كثرت وتوالت بل تكره ( كتحريك ) أصبع أو
جفن ) أو شفة أو ذكر أو لسان ألنها تابعة لمحالها المستقرة كاألصابع
Dan tidak batal shalat akibat gerakan-gerakan ringan meskipun banyak dan berulang-ulang
namun hukumnya makruh seperti gerakan jari atau jemari saat menggaruk dengan syarat telapak
tangannya tetap (tidak ikut bergerak) atau gerakan pelupuk mata, bibir, zakar atau lisannya
karena kesemuanya masih mengikuti (menempel dengan tidak bergerak) pada tempat pokoknya
yang diam dan kokoh seperti halnya jari-jemari.
(Fath al-Mu’in I/215-216)
Bila kagetnya sudah sampai pada batas ‘hilangnya akal’ seseorang maka membatalkan
wudhunya, bila belum maka tidak batal.
Lihat ‘ibarah dalam Fath al-Mu’iin diatas, ia cukup mengulangi sujudnya yang karena kaget oleh
sengatan kalajengking, bukan batal shalatnya karena kagetnya tentu masih dalam taraf normal.
Maka jika kaget sampai melangkah lebih tiga langkah (tiga pergerakan berturut2 maka dapat
)membatalkan sholat
melainkan makan atau minum yang sedikit karena lupa bahwa ia dalam keadaan sholat atau tidak
mengetahui keharaman makan dan minum di dalam sholat seperti baru masuk islam. jika yang
ditelan hanya rasanya saja (BUKAN SISA MAKANAN) maka tidak membatalkan sholat,misal
sebelum sholat sudah berkumur tp masih ada rasa manis/pedas dalam mulut maka menelan ludah
tidak batal,tp jika ada WUJUDNYA (`Ain) meski hanya sedikit/kecil maka batal jika di
telan,solusinya sikatan/siwakan dulu sebelum sholat.
صو ِل ْال َعي ِْن إلَى اء ُو ُ ط َع ِام فَال أَث َ َر لَهُ ال ْنتِفَ ِط ْع ِم ْالبَاقِي ِم ْن أَثَ ِر ال َّ
حاشية الجمل الجزء 1صحـ 436 :مكتبة دار الفكرأ َ َّما ُم َج َّردُ ال َّ
َ ً َّ َ َ ُّ َ
عهُ ألن تغَي َُّر ل ْونِ ِه يَدُل َعلى أن بِ ِه َع ْينا َويُحْ ت َم ُل َ َّ َ َ َ
ط ْع َمهُ فيَض ُُّر ا ْبتِال ُْس ِمثْ ُل ذَلِكَ األَث َ ُر ْالبَاقِي بَ ْعدَ ْالقَ ْه َوةِ ِم َّما يُغَيِ ُر لَ ْونَهُ أَ ْو َ
َج ْوفِ ِه َولَي َ
ُ ُ َ َ
يق ِم ْن ُم َج َاو َرتِ ِه ِللس َْو ِد َمثَال َو َهذَا ه َُو األ ْق َربُ أ ِخذَ ِم َّما قَالوهُ الر ُ سبَهُ ِ َ
وز أ ْن يَ ُكونَ ا ْكت َ َ أ َ ْن يُقَا َل ِب َعدَ ِم الض ََّر ِر أل َّن ُم َج َّردَ الل ْو ِن يَ ُج ُ
َّ َ
اء إذَا تَغَي ََّر بِ ُم َجا ِو ٍر اهـ ارةِ ْال َم ِ
ط َه َ فِي َ
seperti surah Al Fatihaah atau rukun fi’li seperti i’tidal atau ragu dalam niat takbiratul ikhram
atau dapat difahami
.ولو سها غير مأموم بترك ركن أو شك أتى به إن كان قبل فعل مثله وإال أجزأه وتدارك
ولو سها غير مأموم في الترتيب بترك ركن كأن سجد قبل الركوع أو ركع قبل الفاتحة لغا ما فعله حتى يأتي بالمتروك فإن تذكر
قبل بلوغ مثله أتىبه وإال فسيأتي بيانه.أو شك هو أي غير المأموم في ركن هل فعل أم ال كأن شك راكعا هل قرأ الفاتحة أو ساجدا
هل ركع أو اعتدل أتى به فورا وجوبا إن كان الشك قبل فعله مثله أي مثل المشكوك فيه من ركعة أخرى وإال أي وإن لم يتذكر
حتى فعل مثله في ركعة أخرى أجزأه عن متروكة ولغا ما بينهما.هذا كله إن علم عين المتروك ومحله فإن جهل عينه وجوز أنه
.النية أو تكبيرة اإلحرام بطلت صالته.ولم يشترط هنا طول فصل وال مضي ركن
قوله :فإن جهل عينه الخ) مفهوم قوله :إن علم عين المتروك.وسكت عن مفهوم قوله :وعلم محله ،وهو ما إذا جهل محله وعلم (
عينه.وحاصله أنه يأخذ فيه باألحوط ،فإذا علم أنه ترك سجدة ولم يعلم أهي من الركعة األخيرة أم من غيرها جعلها منه وأتى
بركعة ،أو علم ترك سجدتين وجهل محلهما أتى بركعتين ،فإنه يقدر أنه ترك سجدة من األولى وسجدة من الثانية فيجبران
.بالثانية والرابعة ويلغو باقيهما
I’anah 1/209
bila ghoer mamum (imam dan munfarid) lupa atau ragu meninggalkan salah satu rukun dan dia
mengetahui bagian yang tertinggalnya, maka ada beberapa kemungkinan:
1. Bila baru ingat sebelum sampai pada pekerjaan sejenis pada rokaat berikutnya, maka langsung
ke posisi RUKUN YANG TERTINGGAL. Missal, ketika sujud dia teringat tidak membaca
fatihah, maka langsung berdiri dan membaca fatihah.
2. Bila baru ingat setelah sampai pada pekerjaan sejenis pada rokaat berikutnya, maka teruskan
saja rokaat itu, adapun pekerjaan (rokaat) yang tidak sempurna sebelumnya menjadi lagho, dan
harus ditambah.
3. Bila tidak mengetahui mana dan dimana bagian yang tertinggal, maka ditambah saja satu
rokaat.
Termasuk juga dalam masalah ini, bila ingat ada bagian yang tertinggal tetapi lupa apakah pada
rokaat terakhir atau rokaat sebelumnya, maka tambah saja satu rokaat.
Semua permasalah di atas, menyangkut rukun solat selain NIAT dan TAKBIROTUL IHROM.
Bila menyangkut keduanya, artinya lupa atau ragu terhadap niat atau takbirotul ihrom maka
solatnya BATAL.
ض لَ ْم ي َُؤثِ ْر َعلَى ٍ سالَ ِم فِي ت َْر ِك فَ ْر َّ العربية(و َل ْو شَكَّ َب ْعدَ ال َ مكتبة دار الكتب231 : صحـ1 حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء
ب
ِ صل ْ َ َّ َ ْ
ُ ص َل َعد َ ُم فِ ْع ِل ِه فيَ ْبنِ ْي َعلى ال ُمتيَق ِن َويَ ْس ُجد ُ ك َما فِي َ َ ْ سالَ ِم َع ْن ت َ َم ٍام َوالثَّانِ ْي ي َُؤثِ ُر ِأل َ َّن األ
َ ْ َّ ع ال ُ ظاه َِر ُوقُو َّ ور) ِأل َ َّن الِ ْال َم ْش ُه
ََّاء بَيْنَ أَ ْن يَتَ َكل َم ْ
ِ ف َوالَ فَ ْرقَ فِي البِن ْ ُّ
ُ ض ِة َو َم ْر ِج ُع الطو ِل العُ ْر َ الر ْو َّ ص ِل َ
ْ َف َك َما فِي أ ْ
َ طا َل ا ْست َأن َ ص ُل فَإ ِ ْن ْ
ْ َإن لَ ْم يَط ِل الفُ ْ ِصالَة َّ ال
سالَ ِم ال د
َّ َ ْ َ ع ب ََّك ش و ْ ََ ل (و ُ ه ُ ل و َ ق
ْ ََ َ َ ِك لَ ذ ل ع ْ
ف ي َ ال ْ
ن َ أ يبو َ ة َ ل ب
ْ ق ْ
َط َرأ َ لَهُ َ ْ َ َ ِ ِ َ ِ َ ِ ِ َ َ ِ ِ ْ ِ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ِ َ ِ َ َ ْن
ال ر ب ْ د َ ت س ي و ِي ش مي)و ا هيف و َ أ ه ت َ الص ل ب
ْ َ ق ه ل ا ح ي ف ُ د ُّ د ر َّ تال ه مَ ال س د ع ب ْ َأ
َ ي
)ض ٍ ين قَ ْولهُ (فِي ت َْر ِك فَ ْر ُ ْ َّ
ِ ظ ُّنهُ بِ َخبَ ِر َعدْ ٍل ِأل َّن الظ َّن َمعَهُ كَاليَ ِق َ َ ش ْي ُخنَا َو َكذَا َ ار َعدَ ٍد بِالت َّ َوات ُ ِر قَا َل ُ ََوخ ََر َج بِالت َّ َردُّ ِد تَذَ ُّك ُر َحا ِل ِه َوإِ ْخب
ض َها أَ ْو عب و
ِ َْ ْ ِ َ َِ أ ة ح ت ا َ فال ْ ك َر ت َ
ك م ه ب
ْ م ال
ِ ْ ََ ُ َ َُ ِ َ ُ َ َ َْ َ ْ َ َ َْ َْ و ا م ه ن ْ م ََّن ي عمال ْ و ُ ه ض ع ب و َ
ط ر َّ
ش ال و ُ ه ض ع ب و َن كْ الر
ُّ لَ َ َ ِ ٍ ع ْن أ َ ْن َيقُو َل ِفي ت َْر ِك ُر ْك
مشْ ي ل ن َ َعدَ َل
َان اه َ
ِ ض األ ْرك ْ َ ْ
ِ الر ُكوعِ أ ْو ط َمأ ِنينَتِ ِه أ ْو َب ْع ُ َ ُّ
contoh disaat melaksanakan sholat dzuhur, mengantikan niat sholat dzuhur menjadi sholat sunnat
qabliyah dzuhur. Maka hal ini membatalkan sholat.
karena menghilangkan rasa yakin dalam niat ( berniat keluar dari sholat sebelum salam)
. ( ً وهو مقارنتها للسالم إما حاال أو بعد ركعة مثالً فإنها تبطل حاال،بنية قطعها) وهي نية الخروج من الصالة قبل مجيء محلها
89 نهاية الزين شرح قرة العين:ًكما لو نوى أنه يكفر غدا ً فإنه يكفر حاال.
نوى قطع اإليمان و العياذ باهلل تعالى صار مرتدا في الحال نوى قطع الصالة: فصل و من المنافي نية القطع و في ذلك فروع
بعد الفراغ منها لم تبطل باإلجماع و كذا سائر العبادات و في الطهارة وجه ألن حكمها باق بعد الفراغ نوى قطع الطهارة أثناءها
لم يبطل ما مضى في األصح لكن يجب تجديد النية لما بقي نوى قطع الصالة أثناءها بطلت بال خالف ألنها شبيهة باإليمان نوى
قطع الصوم و االعتكاف لم يبطال في األصح ألن الصالة مخصوصة من بين سائر العبادات بوجوه من الربط و مناجاة العبد
ربه نوى األكل أو الجماع في الصوم لم يضره نوى فعل مناف في الصالة كاألكل و الفعل الكثير لم تبطل قبل فعله نوى الصوم
من الليل ثم قطع النية قبل الفجر سقط حكمها ألن ترك النية ضد النية بخالف ما لو أكل بعدها ال تبطل ألن األكل ليس ضدها
نوى قطع الحج و العمرة لم يبطال بال خالف ألنه ال يخرج منهما باإلفساد نوى قطع الجماعة بطلت ثم في الصالة قوالن إذا لم
أصحهما ال تبطل: يكن عذر.
PASAL
Diantara yang dapat menafikan adanya niat adalah “Niat memutus ibadah”,
dan dalam hal ini terdapat beberapa macam bahasan :
• Niat memutus iman, seketika menjadi murtad ‘Na’uudzu billaah min dzaalik’
• Niat memutus sholat setelah rampung sholat, Ulama sepakat ibadah sholatnya tidak batal begitu
juga ibadah-ibadah yang lain kecuali dalam ibadah bersuci (wudhu, mandi dan tayammum),
terdapat pendapat ulama yang menyatakan batal karena hukumnya masih berkaitan dengan
ibadah selanjutnya.
• Niat memutus bersuci saat menjalaninya, menurut pendapat yang paling shahih (kuat/benar)
tidak membatalkan anngauta badan yang telah di basuh/diusap hanya saja wajib memperbaharui
niat pada basuhan/usapan anggauta setelahnya.
• Niat memutus sholat saat menjalaninya, Ulama sepakat batal sholatnya karena sholat
menyerupai iman.
• Niat memutus puasa dan I’tikaf saat menjalaninya, pendapat yang lebih shahih tidak batal (beda
dengan sholat) karena sholat memiliki kekhususan diantara ibadah-ibadah lainnya di dalamnya
terdapat hubungan, persambungan dan munajat langsung antara hamba dan Tuhannya.
• Niat makan, senggama saat menjalani puasa, tidak membatalkan puasa.
• Niat melakukan hal yang membatalkan sholat seperti makan, perbuatan banyak saat menjalani
sholat, tidak membatalkan sebelum ia benar-benar melakukannya.
• Niat puasa di malam hari kemudian ia ‘memutus’nya sebelum datangnya fajar, niatnya rusak
karena telah menjalani hal yang merusak niat berbeda dengan melakukan semacam makan
sebelum fajar, niatnya tidak menjadi rusak.
• Niat memutus haji dan umroh saat menjalaninya, Ulama sepakat ibadahnya tidak batal.
• Niat memutus sholat jamaah saat menjalaninya, jamaahnya batal.
Bagaimana dengan sholatnya ? Terdapat dua pendapat : Bila memutus sholat jamaahnya karena
udzur (alasan), sholatnya tidak batal (ulama sepakat), bila tidak karena udzur, sholatnya juga
tidak batal (pendapat yang lebih shahih).
Asybah wa An-Nazhoo-ir I/91
yaitu mengaitkan memberhentikan sholat dengan sesuatu, contoh di saat hendak melaksanakan
sholat atau di dalam sholat berniat memberhentika (membatalkan sholat) jika ada tamu di saat
menunggu datangnya tamu, maka sholat seprti ini di hitung batal (tidak sah) ekalipun tamu tidak
datang di karenakan hilangnya keyakinan niat atas sholatnya,
maka dapat membatalkan sholat jika di saat sholat keluar sesuatu dari dua jalan (ubur dan qubul),
hilang akal (tidur,mabuk, pitam) tersentuh (berentuhan) kulit laki laki dengan wanita yang ajnabi
(yang halal dinikahi) tanpa lapik dan menyentuh kemaluan dengan telapak tangan tanpa lapik,
( ممكن مقعده من األرض، الثاني ) زوال العقل بنوم أو غيره إال نوم قاعد
Yang No. 2 (dari hal-hal yang membatalkan wudhu adalah hilangnya akal disebabkan karena
tidur atau ‘lainnya’ kecuali tidurnya orang yang menetapkan pantatnya pada tanah.
( Matan Safiinah an-Najaa Hal 2)
atau dengan sebab hadas besar (janabah “keluar sperma”, haid, nifas)
kedatangan najis yang tidak di maafkan pada tubuh, pakaiannya, maka batallah sholatnya,
kecuali jika segera di hilangkannya jika terkena najis kering. Maka dapat di fahami, batal sholat
jika menyentuh atau membawa bangkai binatang yang bernajis ( bangkai binatang yang tidak
bisa di makan atau bagian dari anggota tubuh bangkai binatang yang tidak bisa di makan) contoh
: bangkai lalat,bangkai semut, bulu kucing,bangkai kecoak, bangkai laron dll.
Hukum binatang
Dan dima’fu (diampuni) darah yang keluar dari binatang semacam kutu, nyamuk yaitu binatang-
binatang yang pada dasarnya tidak memiliki darah yang mengalir melainkan berasal dari yang ia
hisap dari badan manusia kemudian ia muntahkan tapi tidak kulit binatang tersebut… bila darah
tersebut bukan akibat pekerjaannya.
Bila keluarnya akibat ulahnya seperti ia sengaja membunuh kutu di bajunya atau sengaja
memencet bisulnya atau ia shalat dengan memakai pakaian atau beralaskan perkara yang ada
darah kutunya atau ia mengenakan pakaian berlebih tanpa ada tujuan maka darah-darah yang
semacam ini tidak lagi diampuni kecuali bila sedikit menurut pendapat yang shahih seperti
keterangan dalam kitab at-Tahqiiq dan al-Majmuu’ .
I’aanah at-Thoolibiin I/100
_______________________________
ط ِة الد َِّم ِل ْل ِج ْل ِد ع ش َوفِي
َ َصا ِب ِع ِه ه َْل يُ ْعفَى َع ْنهُ أَ ْو َال َو ْاأل َ ْق َربُ َعدَ ُم ْال َع ْف ِو ِل َكثْ َرةِ ُمخَال
َ َ ت ْال َق ْم َلةُ بَيْنَ أ
ْ َويَ ْب َقى ْالك ََال ُم فِي َما إذَا َم َّر
ص ٍر ا هـ ْ َ ُ ْ َ ْ
ْ ث َو َبث َرتِ ِه َما ل ْم يَكث ْر بِقت ٍل َو َع ُ
ٍ اإل ْرشَا ِد َو َال ت َ ْبط ُل بِدَ ِم نَحْ ِو ب ُْرغو
ُ ِ ْ ع ْن َ ِ ْال ُك ْردِي.
Pembahasan yang tersisa mengenai masalah bila seekor nyamuk hinggap diantara jemari orang
shalat apakah najisnya diampuni ?
Pendapat yang mendekati kebenaran tidak dimaafkan karena bercampurnya darah pada kulit, dan
dalam al-Kurdy dari al-Irsyad dijelaskan dan shalat tidak batal akibat darah semacam kutu atau
jerawat selagi tidak banyak yang bukan akibat ia bunuh (kutunya) atau pencet (jerawatnya).
Tuhfah al-Muhtaaj VI/340
فإن كثر ما، وإن كثر نزوله على منفصل عنه، ولو رعف في الصالة ولم يصبه إال القليل لم يقطعها: قال في التحفة: فائدة
وإن رعف قبلها واستمر فإن رجى انقطاعه والوقت متسع انتظره وإال تحفظ كالسلس اهـ، أصابه لزمه قطعها ولو جمعة.
"Faidah: Mushannif (pengarang kitab) berkata dalam kitab Tuhfah: “Andai seseorang mimisan
didalam shalat, dan darah yang keluar hanya sedikit, maka tidak membatalkan shalatnya. Apabila
darah yang keluar banyak hingga mengenai bagian badan yang lain. Apabila darah yang
mengenai bagian badan lain sangat banyak, maka seseorang yang sedang shalat itu harus
membatalkan shalatnya meski dia sedang shalat jumat. Bila mimisan keluar sebelum shalat dan
keluar terus, namun dimungkinkan mimisan berhenti dan waktu shalat masih cukup, maka
dianjurkan untuk ditunggu hingga berhenti, apabila tidak mungkin ditunggu hingga berhenti,
maka hidung disumpal saat shalat sebagaimana orang yang beser".
Bughyat al Musytarsyidin Halaman 53
Keluar darah dari hidung/mimisan pada waktu shalat tidak membatalkan shalat sekalipun
mengenai anggota badan. Dengan sarat darah yang keluar tidak banyak.
Busyral karim 1/91]
Saat Shalat Bersentuhan Dengan Anak Yang Belum Khitan apakah membatalkan sholat?
Sebenarnya dalam mas'alah Qulfah (kemaluan laki laki yang belum di khitan) terjadi hilaf.
Menurut qaul ashoh Qulfah dihukumi sebagai anggota dhohir sehingga wajib disucikn. Dan
menurut muqobilnya Qulfah dihukumi sebagai anggota batin sehingga tidak wajib disucikan.
Dengan demikian berpijak pada dua qaul ini sholat orang tersebut dihukumi sah. Sebab
meskipun berpijak pada qaul yang mengatakan anggota dlohir, kalau hanya bersentuhan atau
menempel pada sesuatu(bayi)yang membawa najis tidak sampai membatalkan solat..
Catatan
Berpijak pada qaul ashoh, yang dapat membatalkan sholat dalam mas'alah ini adalah
mengendong, mengikat, memegang merankul, dan memangku anak kecil tersebut.(, MAKA
MEMBATALKAN SHOLAT, KARENA DIHITUNG MENANGGUNG NAJIS,KECUALI
JIKA DI YAKINI KEBERSIHANNYA, sama halnya dengan anak yang memakai pampers.
Referensi
maka batallah sholatnya jika terbuka aurat kecuali jika terbukanya sebentar karena ditiup angin
dan segera di tutupnya seketika itu juga, maka tidaklah batal sholatnya
di dalam sholat fardhu kecuali pada saat sholat khauf (ketakutan) atau di dalam sholat sunnat di
atas kendaraan.
keluar dari agama islam, dengan merusak aqidah ( meyakini Allah di atas, bawah, samping,
depan belakang maka dikategorikan murtad. Tidak mempercayai salah satu rukun Iman yang
enam,
TAMBAHAN
"hukum2 jam'ah :makruh, spt di belakang ahli bid'ah n dibelakang orang yg berlainan
madzhabnya spt madzhab hanafy
(Syamsul muniroh )juz1:342-343
العالم الكردي(فتح في كما افضل االنفراد كان وان الجماعة فضيلة تفوت ال الكراهة مع )و
mengenai sholat di mekah, bisa di lihat dalam kitab (taqrirotussadidah :291)
الجماعة الكثيرة افضل من الجماعة القليلة اال في مسائل منها اذا كان امام الجماعة الكثيرة مخالفا للمذهب كحنفي
(المسلمين وحدة لمصلحة خالفه علي العمل )و
SEBAGAI TAMBAHAN
Ketika terjadi perbedaan madzhab antara Imam dan makmum, sedangkan imam melakukan hal-
hal yang menurut keyakinan makmum bisa membatalkan shalat, maka hukum berjamaah dengan
imam tersebut diperinci sebagai berikut :
1. Jika perbedaannya pada furu’ ijtihadiyyah yaitu hasil istimbath para imam. Misal, imam
bermadzhab Maliki dimana tidak membaca Basmalah dalam Fatihahnya sedangkan makmumnya
bermadzhab Syafi’i yang menyatakan basmalah wajib dalam Fatihah, atau tidak meyakini
kewajiban tertib dalam wudhu’nya sedangkan makmumnya bermadzhab Syafi’i yang
mewajibkan untuk tertib, dan misal-misal lain sekiranya sah menurut pandangan Imam namun
batal menurut pandangan makmum atau sebaliknya, maka terdapat perbedaan pendapat di
kalangan ulama’ sebagai berikut :
a. Menurut pendapat Imam Qoffal memandang pada keyakinan Imam, sehingga apabila menurut
keyakinannya (dalam madzhab imam) sah maka sah juga bagi makmum untuk bermakmum
dengannya secara mutlak.
b. Menurut pendapat Abu Ishaq al-Isfiroyini tidak sah secara mutlak.
c. Jika Imam melakukan persyaratan kesahannya shalat menurut keyakinan makmum, maka sah,
tapi jika meninggalkannya, maka tidak sah.
d. Menurut pendapat Imam Abu Ishaq al-Mirwazi, Abu Hamid, Al-Bandaniji, Qadhi Abu
Thayyib dan dan mayoritas ulama’ sekaligus sebagai pendapat yang paling kuat dari pendapat-
pendapat sebelumnya mendasarkan pada keyakinan makmum. Apabila makmum mengetahui
secara pasti bahwa imamnya melakukan sesuatu yang berakibat tidak sahnya shalat imam, maka
tidak sah. Namun jika mengetahui bahwa imam telah sesuai dengan persyaratan sahnya shalat
dalam keyakinan makmum atau meragukannya, maka tetap sah.
2. Jika perbedaannya bukan furu’ ijtihadiyyah melainkan pada perkara lainnya seperti perbedaan
antara imam dan makmum dalam penentuan arah kiblat¸maka tidak diperbolehkan satu sama lain
untuk shalat berjamaah.
Ketika dinyatakan berjamaahnya tidak sah, maka konsekuensinya adalah tidak diperbolehkan
bagi makmum bahkan membatalkan shalatnya jika mengikuti imam disertai menunggu yang
lama tanpa melakukan apapun. Namun jika tidak mengikutinya atau mengikuti tanpa menunggu
yang lama, maka shalatnya tetap sah dan terhitung sebagai shalat munfarid (sendirian).