Anda di halaman 1dari 15

HAL HAL YANG MMBATALKAN SHOLAT DALAM MADZHAB SYAFI'I

(mohon dikoreksi)

Kamis, 21 Juni 20120 komentar

oleh : Sayyidul Istighfar

HAL HAL YANG MMBATALKAN SHOLAT

Yang membatalkan sholat sangat banyak, diantaranya di ketahui secara umum melalui syarat sah
sholat sebagaimana yang telah kita ketahui dari syarat dan rukun sholat, adapun pada tulisan ini
insyallah akan menyebutkan lima belas (15) hal hal yang membatalkan sholat.

1. Berkata kata (dengan huruf dan suara) dengan sengaja,

yaitu perkataan yang memberi kefahaman atau pun tidak memberi faham sekalipun satu huruf,
misal mengtakan huruf (qaf) (ain)dan ( lam) karena dalam bahasa Arab huruf qaf singkatan dari
wiqayah, ain singkatan dari ri’ayah dan lam singkatan dari wilayah atau hurf tha’ singkataan dari
wat’ie.
Berkata kata dengan huruf dan suara dapat di bagi menjadi kepada bagian
1. Batuk, menguap, sendawa (cekluan) (tidak membatalkan sholat jika ada udzur atau tidak ada
unsur main main)
2. Bersin (tidak membatalkan sholat jika ada udzur atau tidak ada unsur main main)
3. Berdehem (tidak membatalkan sholat jika ada udzur atau tidak ada unsur main main dan di
perbolehkan berdehem pada tempat yang diwajibkan rukun qauli yang lima, takbiratul ikhram, al
fatihaah, tahyat terakhir, sholawat pada tahyat akhir dan salam yang pertama)

referensi

: ‫ أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى‬: ‫المؤلف‬80-79 ‫ الصفحة‬- 4 ‫ المجموع شرح المهذب ج‬: ‫الكتاب‬
‫هـ)وأما التنحنح فحاصل المنقول فيه ثالثة أوجه الصحيح الذى قطع به المصنف واالكثرون ان بان منه حرفان بطلت‬676
‫صالته واال فال والثانى ال تبطل وان بان حرفان قال الرافعي وحكى هذا عن نص الشافعي والثالث ان كان فمه مطبقا لم تبطل‬
‫مطلقا واال فان بان حرفان بطلت واال فال وبهذا قطع المتولي وحيث ابطلنا بالتنحنح فهو ان كان مختارا بال حاجة فان كان‬
‫مغلوبا لم تبطل قطعاولو تعذرت قراءة الفاتحة اال بالتنحنح فيتنحنح وال يضره النه معذور وان أمكنته القراءة وتعذر الجهر اال‬
‫بالتنحنح فليس بعذر علي أصح الوجهين النه ليس بواجب ولو تنحنح امامه وظهر منه حرفان فوجهان حكاهما القاضى حسين‬
‫والمتولي والبغوي وغيرهم أحدهما يلزمه مفارقته النه فعل ما يبطل الصالة ظاهرا واصحهما ان له الدوام على متابعته الن‬
‫االصل بقاء صالته والظاهر أنه معذور وهللا اعلم‬

4. Mendengus dengan hidung (membatalkan sholat)


5. Mengembus dengan mulut (membatalkan sholat)
6. Tertawa (membatalkan sholat jikaterbahak bahak, boleh hanya sekedar tersenyum)
Menangis

( ‫ َحتَّى‬، ‫صالَةَ ؛ ِل ُو ُجو ِد َما يُنَافِي َها‬


َّ ‫ان فَإ ِنَّهُ يُب ِْطل ال‬ َ ََْ‫صالَةِ َعلَى ْال َو ْج ِه األ‬
َ ‫صحِ إِ ْن‬
ِ َ‫ظ َه َر بِ ِه َح ْرف‬ َّ ‫ فَإ ِ َّن ْالبُكَا َء فِي ال‬، ‫شافِ ِعيَّ ِة‬
َّ ‫َوأ َ َّما ِع ْندَ ال‬
ْ ِ ‫ َو ِإ ْن َكانَ ْالبُكَا ُء ِم ْن خ َْو‬. ِ‫صح‬
ِ‫ف اآل ِخ َرة‬ ْ
َ ََ‫و َعلَى ُمقَا ِبل األ‬: َ
‫ت ْال ُم َج َّر ِد‬ َّ ‫ فَ َكانَ أَ ْشبَهَ ِبال‬، ‫ش ْي ٌء‬
ِ ‫ص ْو‬ َ ُ‫ َوالَ يُ ْف َه ُم ِم ْنه‬، ‫س َّمى َكالَ ًما فِي اللُّغَ ِة‬
َ ُ‫الَ يُب ِْطل ِألََ نَّهُ الَ ي‬

Tangisan dalam sholat menurut pendapat yang shahih bila sampai keluar dua huruf dalam
tangisannya membatalkan sholat karena adanya hal yang menafikan sholat walau tangisan takut
akan akhirat sekalipun, sedang menurut Muqaabil pendapat yang shahih tidak membatalkan
karena tangisan tidak tergolong pembicaraan serta tidak dapat difahami, tangisan hanyalah
serupa dengan suara murni
(Nihayah almuhtaaaj II/34, Hasyiyah Qolyubi I/187, Mughni alMuhtaaj I/195)

Maka dapat difahami batal sholat jika makmum mengingatkan imam yang salah dalam sholat
dengan semata mengingkatkan imam yang salah, adapun jika memperingatkan

imam dengan lafadz (subhanallah) dengan niat dzikir, maka tidak membatalkan sholat. Dan tidak
batal jika mengucapkan “Alhamdulillah” saat mendengarkan orang bersin.

2. Sengaja menambah satu rukun dari rukun fi’li (perbuatan) ruku’. Sujud dll

Hukum tahyat pertama (imam tahyat, maka makmum boleh tidak tahyat dengan senagaja, jika
makmum berdiri tanpa ada unsur kesengajaan, maka wajib makmum duduk kembali, dan apabila
imam tidak tahyat pertama, maka wajib makmum tidak melakukan tahyat (wajib mengikuti
Imam)

Hukum sujud sahwi (jika imam sujud sahwi, maka makmum wajib sujud sahwi, dan jika imam
tidak sujud sahwi, maka makmumoleh melakukan sujud sahwi)
Adapun jika lupa (ragu) rakaat dalam sholat, (dua rakaatkah atau tiga rakaat) maka wajib
mengambil keyakinan dua rakaat (mengambil yang terkecil, dan menyempurnakan rakaat yang
tertinggal, dan di sunnahkan sujud sahwi)

‫فلو شك في عدد ما أتى به من الركعات أهي ثالثة أو أربعة بنى على اليقين وهو األقل وأتى وجوبا ً بما بقي وسجد للسهو للتردد‬
‫في الزيادة‬
: 84:‫ رقم الصفحة‬1 :‫نهاية الزين شرح قرة العين رقم الجزء‬

3. Sengaja memanajangkan rukun pendek : yaitu i’tidal dan duduk diantara dua sujud,
adapun batasan rukun pendek adalah sekedar membaca tasyahut pertama, jika di lebihkannya
masa i’tidal dan duduk dintara dua sujud, mak batallah sholatnya.

4. Melakukan perbuatan yang keji : melompatdengan langkah yang pnjang maka batallah
sholatnya sekalipun dilakukan karena lupa.

5. Mengerjakan perbuatan selain dari jenis sholat :

jika perbuatan tersebut dianggap banyak dan dilakukan beberapa kali yang bersambung sambung
kecuali pada sholat khauf (ketakutan) seperti melangkah, jongkok, mengaruk dengan
mengerakkan seluruh tangan, adapun menggaruk dengan jari jari tangan maka tidak
membatalkan sholat dengan syarat tangan tidak ikut bergerak, MADZHAB SYAFI’I
berpendapat bahwa gerakan yang tidak berhubungan dengan shalat dapat membatalkan shalat
dengan syarat gerakan tersebut:
• Dilakukan tiga kali lebih secara berturut-turut
• Atau dilakukan sekali tapi melampaui batas seperti meloncat memukul dengan keras
• Atau dilakukan sekali tapi diniati bergerak tiga kali
• Atau dilakukan sekali tapi bertujuan mempermainkan shalat

Bila tidak sesuai ketentuan diatas seperti bergerak sekali atau dua kali atau tiga kali secara
terputus-putus atau bergerak tiga kali hanya saja dengan memakai anggauta tubuh ringan seperti
pelapuk mata, lisan, kemaluan, jemari yang menggaruk dengan tidak mengikut sertakan telapak
tangannya tetap (tangannya tetap, tidak ikut bergerak) maka tidak membatalkan shalat asalkan
gerkannya tidak dimaksudkan untuk mempermainkan, meremehkan shalat.

(‫الرابع) أن يتحرك حركه واحده مفرطة أو ثالث حركات متوالية عمدا كان أو سهوا أو جهال‬

Yang ke 4 dari hal-hal yang membatalkan shalat, bila ia bergerak dengn satu kerakan yang
sangat melampaui batas atau dengan tiga kali gerakan berturut-turut baik sengaja atau lupa atau
karena bodoh”
Matan Safiinah Hal. 16

( ‫أو فعل ثالثة أفعال متوالية ) بأن ال يعد عرفا كل منها منقطعا عما قبله ( كثالث خطوات ) وإن كانت بقدر خطوة مغتفرة أو‬
‫متوالية مع تحريك اليد ( في غير الجرب ) وكأن حرك يديه ورأسه ولو معا أو خطا خطوة واحدة ) مضغات ثالث ( أو حكات‬
‫وال تكون الوثبة إال ( فاحشة أو ضرب ضربة مفرطة ) أو صفق ) ناويا فعل الثالث وإنم لم يزد على الواحدة ( أو وثب وثبة‬
‫تصفيقة أو خطا خطوة بقصد اللعب وإن كانت التصفيقة بغير ضرب الراحتين ( بطلت ) صالته في جميع ما ذكر ( سواء كان‬
‫عامدا أو ناسيا ) لمنافاة ذلك لكثرته أو فحشه للصالة وإشعاره باإلعراض عنها والخطوة بفتح الخاء المرة وهي المراد هنا إذ‬
‫هي عبارة عن نقل رجل واحدة فقط حتى يكون نقل األخرى إلى أبعد عنها أو أقرب خطوة أخرى بخالف نقلها إلى مساواتها‬
‫وذهاب اليد ورجوعها ووضعها ورفعها حركة واحدة أما في الجرب الذي ال يصبر معه على عدم الحك فيغتفر الحك ألجله وإن‬
‫كثر الضطراره إليه ( وال يضر الفعل القليل ) الذي ليس بفاحش ومنه الخطوتان وإن اتسعتا واللبس الخفيف وفتح كتاب وفهم ما‬
‫فيه لكنه مكروه ( وال حركات خفيفات وإن كثرت ) وتوالت لكنها خالف األولى وذلك ( كتحريك األصابع ) في نحو سبحة‬
‫وحكة فال بطالن بجميع ذلك وإن تعمده ما لم يقصد به منافاتها وإنما لم يعف عن قليل الكالم عمدا ألنه ال يحتاج إليه فيها بخالف‬
‫الفعل فيعفى عما يتعسر االحتراز عنه مما ال يخل بها واألجفان واللسان كاألصابع وقد يسن الفعل القليل كقتل نحو الحية‬

“... Atau batal shalat seseorang akibat menjalani tiga pekerjaan secara berturut-turut (sekira
menurut pandangan kebanyakan orang antara gerakan yang satu dan gerakan berikutnya tidak
dianggap terputus) seperti tiga kali melangkah (meskipun langkah yang diampuni oleh syara’,
seperti makmum dibelakang imam yang mengganti imam yang berhalangan ditengah-tengah
shalat) atau tiga kali kunyahan atau tiga kali garukan berturut-turut dengan mengikutkan tangan
ikut bergerak diselain kudis, dan seperti dengan menggerakkan kedua tangan dan kepalanya
dengan secara bersama-sama atau bergerak dengan satu gerakan dengan diniati tiga gerakan
sekaligus meski praktiknya dia hanya bergerak sekali, atau dengan melompat yang sangat,
memukul keras, bertepuk tangan atau melangkah dengan tujuan bermain-main meskipun tepukan
tangannya dengan tanpa menepukkan kedua telapak tangannya, kesemua yang tersebut diatas
dapat berakibat membatalkan shalatnya baik sengaja atau lupa (karena menjalankannya dengan
berturut-turut menafikan dan mencelakan shalat sekaligus tanda ia berpaling dari shalat....
Sedang dalam masalah kudis yang tidak dianggap bahaya dan membatalkan shalat dan diampuni
menggaruknya karena adanya unsur darurat (terpaksa).Juga tidak berbahaya dan membatalkan
shalat perbuatan sedikit/tidak sampai tiga kali berturut-turut asalkan perbuatan sedikit tersebut
bukan karena maksud mencelakan shalat, diantara contohnya melangkah dua kali meskipun
langkahnya lebar-lebar, mengenakan pakaian ringan, membuka kitab hanya saja yang demikian
makruh hukumnya.Juga tidak berbahaya dan membatalkan shalat gerakan-gerakan berturut
meskipun dilakuakan secara berulang-ulang yang dikerjalan dengan anggauta tubuh yang ringan
seperti menggerakkan jemari semacam jari telunjuk dan dan dibuat menggaruk-garuk hanya saja
hukumnya hilaaf al-Uala (menyalahi keutamaan) asalkan gerakannya tidak dimaksudkan untuk
mengerjalkan hal-hal yang menaikan shalat, dibedakan antara hukum berbicara sedikit dalam
shalat yang berakibat batalnya shalat dengan hukum bergerak sedikit dalam shalat yang berakibat
hukum diampuni dan tidak membatalkan shalat karena pembicaraan dalam shalat tidak
dibutuhkan sedang bergerak dalam shalat hal yang sulit dihindari karenanya asalkan masih
tergolong sedikit maka diampuni, dan pelapuk mata, lisan gerakannya seperti gerakan jemari
tangan bahkan terkadang justru disunahkan menjalani perbuatan sedikit dalam shalat seperti saat
membunuh semacam ular".

Al-Minhaj al-Qawiim I/248-249

‫أصابع ) في حك أو سبحة مع قرار كفه ( أو (ال ) تبطل ( بحركات خفيفة ) وإن كثرت وتوالت بل تكره ( كتحريك ) أصبع أو‬
‫جفن ) أو شفة أو ذكر أو لسان ألنها تابعة لمحالها المستقرة كاألصابع‬

Dan tidak batal shalat akibat gerakan-gerakan ringan meskipun banyak dan berulang-ulang
namun hukumnya makruh seperti gerakan jari atau jemari saat menggaruk dengan syarat telapak
tangannya tetap (tidak ikut bergerak) atau gerakan pelupuk mata, bibir, zakar atau lisannya
karena kesemuanya masih mengikuti (menempel dengan tidak bergerak) pada tempat pokoknya
yang diam dan kokoh seperti halnya jari-jemari.
(Fath al-Mu’in I/215-216)

APAKAH KAGET TERMASUK HAL YANG MEMBATALKAN SHOLAT?

Bila kagetnya sudah sampai pada batas ‘hilangnya akal’ seseorang maka membatalkan
wudhunya, bila belum maka tidak batal.

( ‫و ) ثامنها ( جلوس بينهما ) أي السجدتين ولو في نفل على المعتمد‬


‫ويجب أن ال يقصد برفعه غيره فلو رفع فزعا من نحو لسع عقرب أعاد السجود‬

Yang No. 8 (dari rukun-rukunnya shalat)


Duduk diantara dua sujud meskipun pada shalat sunah menurut pendapat yang dapat dijadikan
pegangan (mu’tamad).
Dan diwajibkan agar tidak punya tujuan selain duduk diantara dua sujud saat ia bangun dari
sujudnya, bila ia bangun dari sujud karena kaget semacam oleh sengatan kalajengking maka
ulangilah bersujud.
Fath al-Mu’iin I’aanah at-Thoolibiin I/116

Lihat ‘ibarah dalam Fath al-Mu’iin diatas, ia cukup mengulangi sujudnya yang karena kaget oleh
sengatan kalajengking, bukan batal shalatnya karena kagetnya tentu masih dalam taraf normal.
Maka jika kaget sampai melangkah lebih tiga langkah (tiga pergerakan berturut2 maka dapat
‫)‪membatalkan sholat‬‬

‫‪6.‬‬ ‫‪Makan dan minum sekalipun sedikit :‬‬

‫‪melainkan makan atau minum yang sedikit karena lupa bahwa ia dalam keadaan sholat atau tidak‬‬
‫‪mengetahui keharaman makan dan minum di dalam sholat seperti baru masuk islam. jika yang‬‬
‫‪ditelan hanya rasanya saja (BUKAN SISA MAKANAN) maka tidak membatalkan sholat,misal‬‬
‫‪sebelum sholat sudah berkumur tp masih ada rasa manis/pedas dalam mulut maka menelan ludah‬‬
‫‪tidak batal,tp jika ada WUJUDNYA (`Ain) meski hanya sedikit/kecil maka batal jika di‬‬
‫‪telan,solusinya sikatan/siwakan dulu sebelum sholat.‬‬

‫صو ِل ْال َعي ِْن إلَى‬ ‫اء ُو ُ‬ ‫ط َع ِام فَال أَث َ َر لَهُ ال ْنتِفَ ِ‬‫ط ْع ِم ْالبَاقِي ِم ْن أَثَ ِر ال َّ‬
‫حاشية الجمل الجزء ‪ 1‬صحـ ‪ 436 :‬مكتبة دار الفكرأ َ َّما ُم َج َّردُ ال َّ‬
‫َ‬ ‫ً‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫َ‬
‫عهُ ألن تغَي َُّر ل ْونِ ِه يَدُل َعلى أن بِ ِه َع ْينا َويُحْ ت َم ُل‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ط ْع َمهُ فيَض ُُّر ا ْبتِال ُ‬‫ْس ِمثْ ُل ذَلِكَ األَث َ ُر ْالبَاقِي بَ ْعدَ ْالقَ ْه َوةِ ِم َّما يُغَيِ ُر لَ ْونَهُ أَ ْو َ‬
‫َج ْوفِ ِه َولَي َ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫يق ِم ْن ُم َج َاو َرتِ ِه ِللس َْو ِد َمثَال َو َهذَا ه َُو األ ْق َربُ أ ِخذَ ِم َّما قَالوهُ‬ ‫الر ُ‬ ‫سبَهُ ِ‬ ‫َ‬
‫وز أ ْن يَ ُكونَ ا ْكت َ َ‬ ‫أ َ ْن يُقَا َل ِب َعدَ ِم الض ََّر ِر أل َّن ُم َج َّردَ الل ْو ِن يَ ُج ُ‬
‫َّ‬ ‫َ‬
‫اء إذَا تَغَي ََّر بِ ُم َجا ِو ٍر اهـ‬ ‫ارةِ ْال َم ِ‬
‫ط َه َ‬ ‫فِي َ‬

‫‪" al-uklu wasy-syurbu katsiiron kaana al-ma'kuulu wal masyruubu au qoliilan"...‬‬


‫‪makan dan minum.baik sedikit maupun banyak keduanya membatalkan sholat‬‬

‫‪"wa lau minal riiqil mukhtalithi bi ghoirihi".....‬‬


‫‪dan walaupun ludah/lendir yg bercampur dengan selainnya‬‬
‫‪"illaa an yakuuna asy-syakhshu fii hadzihish shuuroti jaahilan tahriimi dzaalik ".......lain halnya‬‬
‫‪bagi yg benar-benar tidak mengerti sama sekali bahwa yg demikian itu terlarang dalam‬‬
‫‪melakukan sholat‬‬
‫‪(Tausyeh 'Ala Ibni Qoosim, hal 66‬‬

‫‪7.‬‬ ‫‪Telah lewat (tertinggal) satu rukun qauli :‬‬

‫‪seperti surah Al Fatihaah atau rukun fi’li seperti i’tidal atau ragu dalam niat takbiratul ikhram‬‬
‫‪atau dapat difahami‬‬

‫‪.‬ولو سها غير مأموم بترك ركن أو شك أتى به إن كان قبل فعل مثله وإال أجزأه وتدارك‬
‫ولو سها غير مأموم في الترتيب بترك ركن كأن سجد قبل الركوع أو ركع قبل الفاتحة لغا ما فعله حتى يأتي بالمتروك فإن تذكر‬
‫قبل بلوغ مثله أتىبه وإال فسيأتي بيانه‪.‬أو شك هو أي غير المأموم في ركن هل فعل أم ال كأن شك راكعا هل قرأ الفاتحة أو ساجدا‬
‫هل ركع أو اعتدل أتى به فورا وجوبا إن كان الشك قبل فعله مثله أي مثل المشكوك فيه من ركعة أخرى وإال أي وإن لم يتذكر‬
‫حتى فعل مثله في ركعة أخرى أجزأه عن متروكة ولغا ما بينهما‪.‬هذا كله إن علم عين المتروك ومحله فإن جهل عينه وجوز أنه‬
‫‪.‬النية أو تكبيرة اإلحرام بطلت صالته‪.‬ولم يشترط هنا طول فصل وال مضي ركن‬

‫‪fathul mu'in 1/124.‬‬

‫قوله‪ :‬فإن جهل عينه الخ) مفهوم قوله‪ :‬إن علم عين المتروك‪.‬وسكت عن مفهوم قوله‪ :‬وعلم محله‪ ،‬وهو ما إذا جهل محله وعلم (‬
‫عينه‪.‬وحاصله أنه يأخذ فيه باألحوط‪ ،‬فإذا علم أنه ترك سجدة ولم يعلم أهي من الركعة األخيرة أم من غيرها جعلها منه وأتى‬
‫بركعة‪ ،‬أو علم ترك سجدتين وجهل محلهما أتى بركعتين‪ ،‬فإنه يقدر أنه ترك سجدة من األولى وسجدة من الثانية فيجبران‬
‫‪.‬بالثانية والرابعة ويلغو باقيهما‬
I’anah 1/209

bila ghoer mamum (imam dan munfarid) lupa atau ragu meninggalkan salah satu rukun dan dia
mengetahui bagian yang tertinggalnya, maka ada beberapa kemungkinan:
1. Bila baru ingat sebelum sampai pada pekerjaan sejenis pada rokaat berikutnya, maka langsung
ke posisi RUKUN YANG TERTINGGAL. Missal, ketika sujud dia teringat tidak membaca
fatihah, maka langsung berdiri dan membaca fatihah.
2. Bila baru ingat setelah sampai pada pekerjaan sejenis pada rokaat berikutnya, maka teruskan
saja rokaat itu, adapun pekerjaan (rokaat) yang tidak sempurna sebelumnya menjadi lagho, dan
harus ditambah.
3. Bila tidak mengetahui mana dan dimana bagian yang tertinggal, maka ditambah saja satu
rokaat.

Termasuk juga dalam masalah ini, bila ingat ada bagian yang tertinggal tetapi lupa apakah pada
rokaat terakhir atau rokaat sebelumnya, maka tambah saja satu rokaat.
Semua permasalah di atas, menyangkut rukun solat selain NIAT dan TAKBIROTUL IHROM.
Bila menyangkut keduanya, artinya lupa atau ragu terhadap niat atau takbirotul ihrom maka
solatnya BATAL.

Sebagai tambahan.jika RAGU SETELAH SALAM menurut pendapat yg Masyhur tidak


berpengaruh, karena dengan selesainya shalat, semua masalah dianggap selesai.

‫ض لَ ْم ي َُؤثِ ْر َعلَى‬ ٍ ‫سالَ ِم فِي ت َْر ِك فَ ْر‬ َّ ‫العربية(و َل ْو شَكَّ َب ْعدَ ال‬ َ ‫ مكتبة دار الكتب‬231 : ‫ صحـ‬1 ‫حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء‬
‫ب‬
ِ ‫صل‬ ْ َ َّ َ ْ
ُ ‫ص َل َعد َ ُم فِ ْع ِل ِه فيَ ْبنِ ْي َعلى ال ُمتيَق ِن َويَ ْس ُجد ُ ك َما فِي‬ َ َ ْ ‫سالَ ِم َع ْن ت َ َم ٍام َوالثَّانِ ْي ي َُؤثِ ُر ِأل َ َّن األ‬
َ ْ َّ ‫ع ال‬ ُ ‫ظاه َِر ُوقُو‬ َّ ‫ور) ِأل َ َّن ال‬ِ ‫ْال َم ْش ُه‬
َّ‫َاء بَيْنَ أَ ْن يَتَ َكل َم‬ ْ
ِ ‫ف َوالَ فَ ْرقَ فِي البِن‬ ْ ُّ
ُ ‫ض ِة َو َم ْر ِج ُع الطو ِل العُ ْر‬ َ ‫الر ْو‬ َّ ‫ص ِل‬ َ
ْ ‫َف َك َما فِي أ‬ ْ
َ ‫طا َل ا ْست َأن‬ َ ‫ص ُل فَإ ِ ْن‬ ْ
ْ َ‫إن لَ ْم يَط ِل الف‬ُ ْ ِ‫صالَة‬ َّ ‫ال‬
‫سالَ ِم‬ ‫ال‬ ‫د‬
َّ َ ْ َ ‫ع‬ ‫ب‬ َّ‫َك‬ ‫ش‬ ‫و‬ ْ ََ ‫ل‬ ‫(و‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫ل‬ ‫و‬ َ ‫ق‬
ْ َ‫َ َ َ ِك‬ ‫ل‬َ ‫ذ‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ْ
‫ف‬ ‫ي‬ َ ‫ال‬ ْ
‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫ي‬‫ب‬‫و‬ َ ‫ة‬ َ ‫ل‬ ‫ب‬
ْ ‫ق‬ ْ
َ‫ط َرأ َ لَهُ َ ْ َ َ ِ ِ َ ِ َ ِ ِ َ َ ِ ِ ْ ِ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ِ َ ِ َ َ ْن‬
‫ال‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ْ ‫د‬ َ ‫ت‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫ِي‬ ‫ش‬ ‫م‬‫ي‬‫)و‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ي‬‫ف‬ ‫و‬ َ ‫أ‬ ‫ه‬ ‫ت‬ َ ‫ال‬‫ص‬ ‫ل‬ ‫ب‬
ْ َ ‫ق‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ُ ‫د‬ ُّ ‫د‬ ‫ر‬ َّ ‫ت‬‫ال‬ ‫ه‬ ‫م‬َ ‫ال‬ ‫س‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ْ َ‫أ‬
َ ‫ي‬
)‫ض‬ ٍ ‫ين قَ ْولهُ (فِي ت َْر ِك فَ ْر‬ ُ ْ َّ
ِ ‫ظ ُّنهُ بِ َخبَ ِر َعدْ ٍل ِأل َّن الظ َّن َمعَهُ كَاليَ ِق‬ َ َ ‫ش ْي ُخنَا َو َكذَا‬ َ ‫ار َعدَ ٍد بِالت َّ َوات ُ ِر قَا َل‬ ُ َ‫َوخ ََر َج بِالت َّ َردُّ ِد تَذَ ُّك ُر َحا ِل ِه َوإِ ْخب‬
‫ض َها أَ ْو‬ ‫ع‬‫ب‬ ‫و‬
ِ َْ ْ ِ َ َِ ‫أ‬ ‫ة‬ ‫ح‬ ‫ت‬ ‫ا‬ َ ‫ف‬‫ال‬ ْ ‫ك‬ ‫َر‬ ‫ت‬ َ
‫ك‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ب‬
ْ ‫م‬ ‫ال‬
ِ ْ ََ ُ َ َُ ِ َ ُ َ َ َْ َ ْ َ َ َْ َْ ‫و‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ْ ‫م‬ َ‫َّن‬ ‫ي‬ ‫ع‬‫م‬‫ال‬ ْ ‫و‬ ُ ‫ه‬ ‫ض‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫و‬ َ
‫ط‬ ‫ر‬ َّ
‫ش‬ ‫ال‬ ‫و‬ ُ ‫ه‬ ‫ض‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫و‬ َ‫ن‬ ‫ك‬ْ ‫الر‬
ُّ ‫ل‬َ َ َ ِ ٍ ‫ع ْن أ َ ْن َيقُو َل ِفي ت َْر ِك ُر ْك‬
‫م‬‫ش‬ْ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ن‬ َ ‫َعدَ َل‬
‫َان اه‬ َ
ِ ‫ض األ ْرك‬ ْ َ ْ
ِ ‫الر ُكوعِ أ ْو ط َمأ ِنينَتِ ِه أ ْو َب ْع‬ ُ َ ُّ

8. Menukarkan niat sholat fardhu kepada sholat sunnat :

contoh disaat melaksanakan sholat dzuhur, mengantikan niat sholat dzuhur menjadi sholat sunnat
qabliyah dzuhur. Maka hal ini membatalkan sholat.

9. Berniat memutuskan (menghentikan) sholat :

karena menghilangkan rasa yakin dalam niat ( berniat keluar dari sholat sebelum salam)

. ( ً‫ وهو مقارنتها للسالم إما حاال أو بعد ركعة مثالً فإنها تبطل حاال‬،‫بنية قطعها) وهي نية الخروج من الصالة قبل مجيء محلها‬
89 ‫ نهاية الزين شرح قرة العين‬:ً‫كما لو نوى أنه يكفر غدا ً فإنه يكفر حاال‬.
‫ نوى قطع اإليمان و العياذ باهلل تعالى صار مرتدا في الحال نوى قطع الصالة‬: ‫فصل و من المنافي نية القطع و في ذلك فروع‬
‫بعد الفراغ منها لم تبطل باإلجماع و كذا سائر العبادات و في الطهارة وجه ألن حكمها باق بعد الفراغ نوى قطع الطهارة أثناءها‬
‫لم يبطل ما مضى في األصح لكن يجب تجديد النية لما بقي نوى قطع الصالة أثناءها بطلت بال خالف ألنها شبيهة باإليمان نوى‬
‫قطع الصوم و االعتكاف لم يبطال في األصح ألن الصالة مخصوصة من بين سائر العبادات بوجوه من الربط و مناجاة العبد‬
‫ربه نوى األكل أو الجماع في الصوم لم يضره نوى فعل مناف في الصالة كاألكل و الفعل الكثير لم تبطل قبل فعله نوى الصوم‬
‫من الليل ثم قطع النية قبل الفجر سقط حكمها ألن ترك النية ضد النية بخالف ما لو أكل بعدها ال تبطل ألن األكل ليس ضدها‬
‫نوى قطع الحج و العمرة لم يبطال بال خالف ألنه ال يخرج منهما باإلفساد نوى قطع الجماعة بطلت ثم في الصالة قوالن إذا لم‬
‫ أصحهما ال تبطل‬: ‫يكن عذر‬.

PASAL
Diantara yang dapat menafikan adanya niat adalah “Niat memutus ibadah”,
dan dalam hal ini terdapat beberapa macam bahasan :
• Niat memutus iman, seketika menjadi murtad ‘Na’uudzu billaah min dzaalik’
• Niat memutus sholat setelah rampung sholat, Ulama sepakat ibadah sholatnya tidak batal begitu
juga ibadah-ibadah yang lain kecuali dalam ibadah bersuci (wudhu, mandi dan tayammum),
terdapat pendapat ulama yang menyatakan batal karena hukumnya masih berkaitan dengan
ibadah selanjutnya.
• Niat memutus bersuci saat menjalaninya, menurut pendapat yang paling shahih (kuat/benar)
tidak membatalkan anngauta badan yang telah di basuh/diusap hanya saja wajib memperbaharui
niat pada basuhan/usapan anggauta setelahnya.
• Niat memutus sholat saat menjalaninya, Ulama sepakat batal sholatnya karena sholat
menyerupai iman.
• Niat memutus puasa dan I’tikaf saat menjalaninya, pendapat yang lebih shahih tidak batal (beda
dengan sholat) karena sholat memiliki kekhususan diantara ibadah-ibadah lainnya di dalamnya
terdapat hubungan, persambungan dan munajat langsung antara hamba dan Tuhannya.
• Niat makan, senggama saat menjalani puasa, tidak membatalkan puasa.
• Niat melakukan hal yang membatalkan sholat seperti makan, perbuatan banyak saat menjalani
sholat, tidak membatalkan sebelum ia benar-benar melakukannya.
• Niat puasa di malam hari kemudian ia ‘memutus’nya sebelum datangnya fajar, niatnya rusak
karena telah menjalani hal yang merusak niat berbeda dengan melakukan semacam makan
sebelum fajar, niatnya tidak menjadi rusak.
• Niat memutus haji dan umroh saat menjalaninya, Ulama sepakat ibadahnya tidak batal.
• Niat memutus sholat jamaah saat menjalaninya, jamaahnya batal.
Bagaimana dengan sholatnya ? Terdapat dua pendapat : Bila memutus sholat jamaahnya karena
udzur (alasan), sholatnya tidak batal (ulama sepakat), bila tidak karena udzur, sholatnya juga
tidak batal (pendapat yang lebih shahih).
Asybah wa An-Nazhoo-ir I/91

10. Mengaitkan putusnya sholat :

yaitu mengaitkan memberhentikan sholat dengan sesuatu, contoh di saat hendak melaksanakan
sholat atau di dalam sholat berniat memberhentika (membatalkan sholat) jika ada tamu di saat
menunggu datangnya tamu, maka sholat seprti ini di hitung batal (tidak sah) ekalipun tamu tidak
datang di karenakan hilangnya keyakinan niat atas sholatnya,

11. Berhadas ( hadast besar atau kecil) :

maka dapat membatalkan sholat jika di saat sholat keluar sesuatu dari dua jalan (ubur dan qubul),
hilang akal (tidur,mabuk, pitam) tersentuh (berentuhan) kulit laki laki dengan wanita yang ajnabi
(yang halal dinikahi) tanpa lapik dan menyentuh kemaluan dengan telapak tangan tanpa lapik,
(‫ ممكن مقعده من األرض‬، ‫الثاني ) زوال العقل بنوم أو غيره إال نوم قاعد‬
Yang No. 2 (dari hal-hal yang membatalkan wudhu adalah hilangnya akal disebabkan karena
tidur atau ‘lainnya’ kecuali tidurnya orang yang menetapkan pantatnya pada tanah.
( Matan Safiinah an-Najaa Hal 2)
atau dengan sebab hadas besar (janabah “keluar sperma”, haid, nifas)

12. Keguguran najis yang tidak di maafkan :

kedatangan najis yang tidak di maafkan pada tubuh, pakaiannya, maka batallah sholatnya,
kecuali jika segera di hilangkannya jika terkena najis kering. Maka dapat di fahami, batal sholat
jika menyentuh atau membawa bangkai binatang yang bernajis ( bangkai binatang yang tidak
bisa di makan atau bagian dari anggota tubuh bangkai binatang yang tidak bisa di makan) contoh
: bangkai lalat,bangkai semut, bulu kucing,bangkai kecoak, bangkai laron dll.

Hukum binatang

1. a. Suci kehika hidup dan matinya ( ikan dan belalang)


2. b. Najis ketika hidup dan matinya (anjing dan babi)
3. c. Suci ketika hidup dan najis ketika matinya (hewan yang tidak bisa di makan)
4. d. Suci ketika hidup dan matinya dengan syarat di sembelih sesuai syari’at (hewan
yang bisa di makan)

Begitu juga darah, nanah, kotoran manusia.


Kalau darah nyamuknya banyak tidak dima’fu (diampuni) kalau sedikit menurut pendapat yang
shahih masih diampuni

‫ويعفى عن دم نحو برغوث ) مما ال نفس له سائلة كبعوض وقمل ال عن جلده‬


( ‫قوله عن دم نحو برغوث ) اإلضافة فيه ألدنى مالبسة ألنه ليس له دم في نفسه وإنما دمه رشحات يمصها من بدن اإلنسان ثم‬
‫يمجها‬
… ( ‫) بغير فعله‬
‫فإن كثر بفعله قصدا كأن قتل نحو برغوث في ثوبه أو عصر نحو دمل أو حمل ثوبا فيه دم براغيث مثال وصلى فيه أو فرشه‬
‫وصلى عليه أو زاد على ملبوسه ال لغرض كتجمل فال يعفى إال عن القليل على األصح كما في التحقيق والمجموع‬

Dan dima’fu (diampuni) darah yang keluar dari binatang semacam kutu, nyamuk yaitu binatang-
binatang yang pada dasarnya tidak memiliki darah yang mengalir melainkan berasal dari yang ia
hisap dari badan manusia kemudian ia muntahkan tapi tidak kulit binatang tersebut… bila darah
tersebut bukan akibat pekerjaannya.

Bila keluarnya akibat ulahnya seperti ia sengaja membunuh kutu di bajunya atau sengaja
memencet bisulnya atau ia shalat dengan memakai pakaian atau beralaskan perkara yang ada
darah kutunya atau ia mengenakan pakaian berlebih tanpa ada tujuan maka darah-darah yang
semacam ini tidak lagi diampuni kecuali bila sedikit menurut pendapat yang shahih seperti
keterangan dalam kitab at-Tahqiiq dan al-Majmuu’ .
I’aanah at-Thoolibiin I/100
_______________________________
‫ط ِة الد َِّم ِل ْل ِج ْل ِد ع ش َوفِي‬
َ َ‫صا ِب ِع ِه ه َْل يُ ْعفَى َع ْنهُ أَ ْو َال َو ْاأل َ ْق َربُ َعدَ ُم ْال َع ْف ِو ِل َكثْ َرةِ ُمخَال‬
َ َ ‫ت ْال َق ْم َلةُ بَيْنَ أ‬
ْ ‫َويَ ْب َقى ْالك ََال ُم فِي َما إذَا َم َّر‬
‫ص ٍر ا هـ‬ ْ َ ُ ْ َ ْ
ْ ‫ث َو َبث َرتِ ِه َما ل ْم يَكث ْر بِقت ٍل َو َع‬ ُ
ٍ ‫اإل ْرشَا ِد َو َال ت َ ْبط ُل بِدَ ِم نَحْ ِو ب ُْرغو‬
ُ ِ ْ ‫ع ْن‬ َ ِ ‫ ْال ُك ْردِي‬.

Pembahasan yang tersisa mengenai masalah bila seekor nyamuk hinggap diantara jemari orang
shalat apakah najisnya diampuni ?
Pendapat yang mendekati kebenaran tidak dimaafkan karena bercampurnya darah pada kulit, dan
dalam al-Kurdy dari al-Irsyad dijelaskan dan shalat tidak batal akibat darah semacam kutu atau
jerawat selagi tidak banyak yang bukan akibat ia bunuh (kutunya) atau pencet (jerawatnya).
Tuhfah al-Muhtaaj VI/340

Adapun darah mimisan, bisul Ditafsil :


Bila darahnya sedikit, maka tidak membatalkan shalat. Apabila darah yang keluar banyak dan
mengenai sebagian dari badan dan pakaiannya, maka wajib membatalkan shalatnya, meskipun
shalat jumat.

‫ فإن كثر ما‬، ‫ وإن كثر نزوله على منفصل عنه‬، ‫ ولو رعف في الصالة ولم يصبه إال القليل لم يقطعها‬: ‫ قال في التحفة‬: ‫فائدة‬
‫ وإن رعف قبلها واستمر فإن رجى انقطاعه والوقت متسع انتظره وإال تحفظ كالسلس اهـ‬، ‫أصابه لزمه قطعها ولو جمعة‬.

"Faidah: Mushannif (pengarang kitab) berkata dalam kitab Tuhfah: “Andai seseorang mimisan
didalam shalat, dan darah yang keluar hanya sedikit, maka tidak membatalkan shalatnya. Apabila
darah yang keluar banyak hingga mengenai bagian badan yang lain. Apabila darah yang
mengenai bagian badan lain sangat banyak, maka seseorang yang sedang shalat itu harus
membatalkan shalatnya meski dia sedang shalat jumat. Bila mimisan keluar sebelum shalat dan
keluar terus, namun dimungkinkan mimisan berhenti dan waktu shalat masih cukup, maka
dianjurkan untuk ditunggu hingga berhenti, apabila tidak mungkin ditunggu hingga berhenti,
maka hidung disumpal saat shalat sebagaimana orang yang beser".
Bughyat al Musytarsyidin Halaman 53

‫ولو رعف في الصالة لم تبطل و إن لوث بدنه مالم يكثر‬


91/1 ‫بشرى الكريم‬

Keluar darah dari hidung/mimisan pada waktu shalat tidak membatalkan shalat sekalipun
mengenai anggota badan. Dengan sarat darah yang keluar tidak banyak.
Busyral karim 1/91]

Saat Shalat Bersentuhan Dengan Anak Yang Belum Khitan apakah membatalkan sholat?

Sebenarnya dalam mas'alah Qulfah (kemaluan laki laki yang belum di khitan) terjadi hilaf.
Menurut qaul ashoh Qulfah dihukumi sebagai anggota dhohir sehingga wajib disucikn. Dan
menurut muqobilnya Qulfah dihukumi sebagai anggota batin sehingga tidak wajib disucikan.
Dengan demikian berpijak pada dua qaul ini sholat orang tersebut dihukumi sah. Sebab
meskipun berpijak pada qaul yang mengatakan anggota dlohir, kalau hanya bersentuhan atau
menempel pada sesuatu(bayi)yang membawa najis tidak sampai membatalkan solat..

Catatan
Berpijak pada qaul ashoh, yang dapat membatalkan sholat dalam mas'alah ini adalah
‫‪mengendong, mengikat, memegang merankul, dan memangku anak kecil tersebut.(, MAKA‬‬
‫‪MEMBATALKAN SHOLAT, KARENA DIHITUNG MENANGGUNG NAJIS,KECUALI‬‬
‫‪JIKA DI YAKINI KEBERSIHANNYA, sama halnya dengan anak yang memakai pampers.‬‬
‫‪Referensi‬‬

‫‪1.‬‬ ‫‪Al-Majmu'. Juz II hal. 199.‬‬


‫‪2.‬‬ ‫‪I'anah al-Thalibin juz I hal. 92 dan 183‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Al- Asybah wa al- Nadhoir hal 86‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪Al-Bujairimi 'Ala al-Khathib juz I hal. 53‬‬
‫‪5.‬‬ ‫‪Fath al- Bari juz I hal. 779‬‬
‫‪6.‬‬ ‫‪Qurroh al- 'Ain hal. 55.‬‬
‫‪7.‬‬ ‫‪Al-Fiqh al-Islami juz I hal. 725.‬‬

‫‪199‬‬ ‫ص‬ ‫الثاني‬ ‫الجزء‬ ‫المجموع‬


‫ولو كان غير مختون فهل يلزمه في غسل الجنابة غسل ما تحت الجلدة التى تقطع في الختان فيه وجهان حكاهما المتولي‬
‫والروياني وآخرون أصحهما يجب صححه الروياني والرافعي ألن تلك الجلدة مستحقة اإلزالة ولهذا لو أزالها إنسان لم يضمن‬
‫وإذا كانت مستحقة اإلزالة فما تحتها كالظاهر والثاني ال يجب وبه جزم الشيخ أبو عاصم العبادي في الفتاوى النه يجب غسل‬
‫‪.‬تلك الجلدة وال يكفي غسل ما تحتها فلو كانت كالمعدومة لم يجب غسلها فبقى ما تحتها باطنا‬
‫‪92‬‬ ‫ص‬ ‫األول‬ ‫الجزء‬ ‫الطالبين‬ ‫إعانة‬
‫قوله وما ت حت قلفة) أي وحتى ما تحت قلفة من األقلف فهو معطوف على مدخول حتى‪ .‬وإنما وجب غسله ألنه ظاهر حكما (‬
‫وإن لم يظهر حسا ألنها مستحقة اإلزالة‪ .‬ولهذا لو أزالها إنسان لم يضمنها‪ .‬ومحل وجوب غسل ما تحتها إن تيسر ذلك بأن أمكن‬
‫وهذا التفصيل في الحي وأما الميت فحيث لم يمكن غسل ما تحتها ‪.‬فسخها وإال وجبت إزالتها‪ .‬فإن تعذرت صلى كفاقد الطهورين‬
‫صالة‬ ‫بال‬ ‫ويدفن‬ ‫به‬ ‫إزراء‬ ‫يعد‬ ‫ذلك‬ ‫ألن‬ ‫تزال‬ ‫‪.‬ال‬
‫‪86‬‬ ‫ص‬ ‫الثالث‬ ‫الجزء‬ ‫والنظائر‬ ‫األشباه‬
‫فائدة الفم واألنف لهما حكم الظاهر في الصوم وإزالة النجاسة والجائفة وحكم الباطن في الغسل ونظير ذلك القلفة فاألصح أنه‬
‫‪.‬يجب غسل ما تحتها في الغسل واالستنجاء إجراء لها مجرى الظاهر ومقابله يجريها مجرى الباطن‬
‫‪55‬‬ ‫ص‬ ‫الزين‬ ‫إسماعيل‬ ‫بفتاوى‬ ‫العين‬ ‫قرة‬
‫سؤال‪ :‬ما قولكم فيمن يصلى فاعتنقه صبي لم يختتن وتعلق به ومعلوم أن ذلك الصبى ال بد من أن يحمل نجاسة في فرجه فهل‬
‫ال؟‬ ‫أم‬ ‫صحيحة‬ ‫ذلك‬ ‫مع‬ ‫صالته‬
‫الجواب‪ :‬إذا كان معلوما أن الصبي المذكور يحمل نجاسة ظاهرة في جلدة قلفة الختان أو في ظاهر فرجه مثال فصالة من يحمله‬
‫أما مجرد مماسة لباس )‪). (1‬باطلة وإن لم يكن معلوما وال مظنونا ظنا غالبا فصالة من يحمله صحيحة عمال بأصل الطهارة(‪1‬‬
‫الصبي وتعلقه بالمصلي د ون أن يحمله فال تبطل به الصالة وهو كمن يصلى ويضع تحت قدمه طرف الحبل المتصل بالنجاسة‬
‫أعلم‬ ‫‪.‬وهللا‬
‫‪53‬‬ ‫ص‬ ‫األول‬ ‫الجزء‬ ‫الخطيب‬ ‫على‬ ‫البجيرمي‬ ‫حاشية‬
‫فرع) لو تعلق بالمصلي صبي أو هرة لم يعلم نجاسة منفذهما ال تبطل صالته ألن هذا مما تعارض فيه األصل والغالب إذ (‬
‫األصل الط هارة والغالب النجاسة وخرج بقولنا لم يعلم نجاسة منفذهما ما لو علمه ثم غابت الهرة أو الطفل زمنا ال يمكن فيه‬
‫غسل منفذهما فهو باق على نجاسته فتبطل صالته لتعلقهما بالمصلي وال يحكم بنجاسة ما أصاب منفذهما كالهرة إذا أكلت فأرة‬
‫ثم غابت غيبة يمكن طهر فمها فيها ا هـ ع ش على م ر‪ .‬فال تنجس ما أصابه فمها وقد يقال النجاسة متيقنة والطهر مشكوك فيه‬
‫فمها‬ ‫أصابه‬ ‫ما‬ ‫نجاسة‬ ‫‪.‬فمقتضاه‬
‫‪779‬‬ ‫ص‬ ‫األول‬ ‫حجرالجزء‬ ‫البن‬ ‫الباري‬ ‫فتح‬
‫حدثنا أبو النعمان قال حدثنا عبد الواحد بن زياد قال حدثنا الشيباني سليمان حدثنا عبد هللا بن شداد قال سمعت ميمونة تقول‪ :‬كان‬
‫النبي صلى هللا عليه وسلم يصلي وأنا إلى جنبه نائمة فإذا سجد أصابني ثوبه وأنا حائض‪ .‬وزاد مسدد عن خالد قال حدثنا سليمان‬
‫الشيباني وأنا حائض قوله (باب إذا صلى إلى فراش فيه حائض) أي هل يكره أو ال؟ وحديث الباب يدل على أن ال كراهة‪ .‬وقال‬
‫الكرماني جواب إذا محذوف تقديره صحت صالته أو معناه باب حكم المسألة الفالنية وقد تقدم الكالم عليه في أبواب ستر‬
‫العورة في "باب إذا أصاب ثوب المصلي امرأته" وهذه الترجمة أخص من تلك وتقدمت له طريق أخرى في آخر كتاب الحيض‬
‫‪-‬الى أن قال‪ -‬والظاهر أن المصنف قصد بيان صحة الصالة ولو كانت الحائض بجنب المصلي ولو أصابتها ثيابه ال كون‬
‫وتعبيره بقوله "إلى" أعم من أن تكون بينه وبين القبلة فإن االنتهاء يصدق على ما إذا كانت ‪.‬الحائض بين المصلي وبين القبلة‬
‫أمامه أو عن يمينه أو عن شماله وقد صرح في الحديث بكونها كانت إلى جنبه‪ .‬قوله (باب هل يغمز الرجل امرأته إلخ)في‬
‫الترجمة التي قبلها بيان صحة الصالة ولو أصابت المرأة بعض ثياب المصلي وفي هذه الترجمة بيان صحتها ولو أصابها بعض‬
‫‪.‬جسده‬
‫‪725‬‬ ‫ص‬ ‫األول‬ ‫الجزء‬ ‫اإلسالمى‬ ‫الفقه‬
‫حمل صبي في الصالة‪ :‬لو حمل المصلي صبيا صغيرا عليه نجس تبطل صالته عند الحنفية لم يتمسك بنفسه ألنه يعد حامال‬
‫للنجاسة ويشترط عندهم طهارة ما يعد حامال له باستثنائه ما يكون في الجوف كمسئلة الكلب والبيضة السابقة وتصح ألنه إن‬
‫كان الصغير يتمسك بنفسه ألنه ال يعد حامال للنجاسة وقال الشافعية كالحنفية وغيره إتفاقا ال خالف فيه ال يضر حمل الصبى‬
‫الذي ال تظهر عليه نجاسة لو حمل حيوانا طاهرا في صالته صحت صالته ألن النبى حمل أمامة بنت أبي العاص في صالته‬
‫‪.‬وألن ما في الحيوان من النجاسة في معدن النجاسة هو كالنجاسة التي في جوف المصلي‬
‫‪183‬‬ ‫ص‬ ‫األول‬ ‫الجزء‬ ‫الطالبين‬ ‫إعانة‬
‫قوله وال صالة قابض إلخ) أي وال تصح صالة قابض‪ ،‬أي أو شاد أو حامل ولو بال قبض‪ ،‬وال شدة طرف متصل (‬
‫بنجس‪.‬وحاصل المعتمد في هذه المسألة‪-‬كما في الكردي‪-‬أنه إن وضع طرف الحبل بغير شد على جزء طاهر من شئ متنجس‬
‫كسفينة متنجسة أو على شئ طاهر متصل بنجس كساجور كلب لم يضر ذلك مطلقا‪.‬أو وضعه على نفس النجس ولو بال نحو شد‬
‫ضر مطلقا وإن شده على الطاهر المتصل بالنجس نظر إن انجز بجره ضر وإال فال وخرج بقابض وما بعده ما لو جعله‬
‫المصلي تحت قدمه فال يضر وإن تحرك بحركته‪ ،‬كما لو صلى على بساط مفروش على نجس أو بعضه الذي ال يماسه نجس‬

‫‪13.‬‬ ‫‪Terbuka‬‬ ‫‪aurat‬‬ ‫‪di‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪sholat‬‬ ‫‪:‬‬

‫‪maka batallah sholatnya jika terbuka aurat kecuali jika terbukanya sebentar karena ditiup angin‬‬
‫‪dan segera di tutupnya seketika itu juga, maka tidaklah batal sholatnya‬‬

‫‪14.‬‬ ‫‪Memalingkan‬‬ ‫‪dada‬‬ ‫‪atau‬‬ ‫‪setengahnya‬‬ ‫‪dari‬‬ ‫‪arah‬‬ ‫‪kiblat‬‬ ‫‪:‬‬

‫‪di dalam sholat fardhu kecuali pada saat sholat khauf (ketakutan) atau di dalam sholat sunnat di‬‬
‫‪atas‬‬ ‫‪kendaraan.‬‬

‫‪15.‬‬ ‫‪Murtad‬‬ ‫‪:‬‬

‫‪keluar dari agama islam, dengan merusak aqidah ( meyakini Allah di atas, bawah, samping,‬‬
‫‪depan belakang maka dikategorikan murtad. Tidak mempercayai salah satu rukun Iman yang‬‬
‫‪enam,‬‬

‫‪TAMBAHAN‬‬

‫‪HUKUM‬‬ ‫‪JAMA`AH‬‬ ‫‪IMAM‬‬ ‫‪DAN‬‬ ‫‪MAKMUM‬‬ ‫‪BEDA‬‬ ‫‪MADZHAB‬‬

‫كحنفي‬ ‫المذهب‬ ‫في‬ ‫ومخالف‬ ‫مبتدع‬ ‫كخلف‬ ‫الكراهة‬ ‫الجماعة‪:‬‬ ‫احكام‬

‫‪"hukum2 jam'ah :makruh, spt di belakang ahli bid'ah n dibelakang orang yg berlainan‬‬
‫‪madzhabnya‬‬ ‫‪spt‬‬ ‫‪madzhab‬‬ ‫‪hanafy‬‬
‫‪(Syamsul‬‬ ‫‪muniroh‬‬ ‫)‪juz1:342-343‬‬

‫العالم‬ ‫الكردي(فتح‬ ‫في‬ ‫كما‬ ‫افضل‬ ‫االنفراد‬ ‫كان‬ ‫وان‬ ‫الجماعة‬ ‫فضيلة‬ ‫تفوت‬ ‫ال‬ ‫الكراهة‬ ‫مع‬ ‫)و‬
mengenai sholat di mekah, bisa di lihat dalam kitab (taqrirotussadidah :291)

‫الجماعة الكثيرة افضل من الجماعة القليلة اال في مسائل منها اذا كان امام الجماعة الكثيرة مخالفا للمذهب كحنفي‬
(‫المسلمين‬ ‫وحدة‬ ‫لمصلحة‬ ‫خالفه‬ ‫علي‬ ‫العمل‬ ‫)و‬

SEBAGAI TAMBAHAN

Ketika terjadi perbedaan madzhab antara Imam dan makmum, sedangkan imam melakukan hal-
hal yang menurut keyakinan makmum bisa membatalkan shalat, maka hukum berjamaah dengan
imam tersebut diperinci sebagai berikut :
1. Jika perbedaannya pada furu’ ijtihadiyyah yaitu hasil istimbath para imam. Misal, imam
bermadzhab Maliki dimana tidak membaca Basmalah dalam Fatihahnya sedangkan makmumnya
bermadzhab Syafi’i yang menyatakan basmalah wajib dalam Fatihah, atau tidak meyakini
kewajiban tertib dalam wudhu’nya sedangkan makmumnya bermadzhab Syafi’i yang
mewajibkan untuk tertib, dan misal-misal lain sekiranya sah menurut pandangan Imam namun
batal menurut pandangan makmum atau sebaliknya, maka terdapat perbedaan pendapat di
kalangan ulama’ sebagai berikut :
a. Menurut pendapat Imam Qoffal memandang pada keyakinan Imam, sehingga apabila menurut
keyakinannya (dalam madzhab imam) sah maka sah juga bagi makmum untuk bermakmum
dengannya secara mutlak.
b. Menurut pendapat Abu Ishaq al-Isfiroyini tidak sah secara mutlak.
c. Jika Imam melakukan persyaratan kesahannya shalat menurut keyakinan makmum, maka sah,
tapi jika meninggalkannya, maka tidak sah.
d. Menurut pendapat Imam Abu Ishaq al-Mirwazi, Abu Hamid, Al-Bandaniji, Qadhi Abu
Thayyib dan dan mayoritas ulama’ sekaligus sebagai pendapat yang paling kuat dari pendapat-
pendapat sebelumnya mendasarkan pada keyakinan makmum. Apabila makmum mengetahui
secara pasti bahwa imamnya melakukan sesuatu yang berakibat tidak sahnya shalat imam, maka
tidak sah. Namun jika mengetahui bahwa imam telah sesuai dengan persyaratan sahnya shalat
dalam keyakinan makmum atau meragukannya, maka tetap sah.
2. Jika perbedaannya bukan furu’ ijtihadiyyah melainkan pada perkara lainnya seperti perbedaan
antara imam dan makmum dalam penentuan arah kiblat¸maka tidak diperbolehkan satu sama lain
untuk shalat berjamaah.
Ketika dinyatakan berjamaahnya tidak sah, maka konsekuensinya adalah tidak diperbolehkan
bagi makmum bahkan membatalkan shalatnya jika mengikuti imam disertai menunggu yang
lama tanpa melakukan apapun. Namun jika tidak mengikutinya atau mengikuti tanpa menunggu
yang lama, maka shalatnya tetap sah dan terhitung sebagai shalat munfarid (sendirian).

288 ‫ص‬ / 4 ‫(ج‬ – ‫)المجموع‬


( ‫فرع) في مسائل تتعلق بالباب (احداها) االقتداء باصحاب المذاهب المخالفين بان يقتدى شافعي بحنفى أو مالكى ال يرى قراءة‬
‫البسملة في الفاتحة وال ايجاب التشهد االخير والصالة علي النبي صلى هللا عليه وسلم وال ترتيب الوضوء وشبه ذلك وضابطه‬
‫أن تكون صالة االمام ص حيحة في اعتقاده دون اعتقاد المأموم أو عكسه الختالفهما في الفروع فيه أربعة أوجه (احدها) الصحة‬
‫مطلقا قاله القفال اعتبارا باعتقاد االمام (والثاني) ال يصح اقتداؤه مطلقا قاله أبو اسحق االسفرايني النه وان اتى بما نشترطه‬
‫وا لثالث) ان اتي بما نعتبره نحن لصحة الصالة صح االقتداء وان ترك شيئا منه أو (ونوجبه فال يعتقد وجوبه فكأنه لم يأت به‬
‫شككنا في تركه لم يصح (والرابع) وهو االصح وبه قال أبو اسحق المروزى والشيخ أبو حامد االسفراينى والبندنيجى والقاضي‬
‫أبى الطيب واالكثرون ان تحققنا تركه لشئ نعتبره لم يصح االقتداء وان تحققنا االتيان بجميعه أو شككنا صح وهذا يغلب اعتقاد‬
‫المأموم هذا حاصل الخالف فيتفرع عليه لو مس حنفى امرأة أو ترك طمأنينة أو غيرها صح اقتداء الشافعي به عند القفال‬
‫وخالفه الجمهور وهو الصحيح ولو صلى الحنفي علي وجه ال يعتقده والشافعي يعتقده بان احتجم أو افتصد وصلي صح االقتداء‬
‫عند الجمهور وخالفهم القفال وقال االودنى والحليمي االمامان الجليالن من أصحابنا لوام ولى االمر أو نائبه وترك البسملة‬
‫والمأموم يرى وجوبها صحت صالته خلفه عالما كان أو ناسيا وليس له المفارقة لما فيه من الفتنة وقال الرافعي وهذا حسن ولو‬
‫صلي حنفى خلف شاف عي علي وجه ال يعتقده الحنفي بان افتصد ففيه الخالف ان اعتبرنا اعتقاد االمام صح االقتداء وإال فال وإذا‬
‫صححنا اقتداء احدهما باآلخر وصلي شافعي الصبح خلف حنفى ومكث االمام بعد الركوع قليال وامكن المأموم القنوت قنت واال‬
‫تابعه وترك القنوت ويسجد للسهو علي االصح وهو اعتبار اعتقاد المأموم وان اعتبرنا اعتقاد االمام لم يسجد ولو صلي الحنفي‬
‫خلف الشافعي الصبح فترك االمام القنوت وسجد للسهو تابعه المأموم فان ترك االمام السجود سجد المأموم ان اعتبرنا اعتقاد‬
‫فال‬ ‫واال‬ ‫االمام‬
‫‪126‬‬ ‫ص‬ ‫‪/‬‬ ‫‪1‬‬ ‫(ج‬ ‫–‬ ‫المفتين‬ ‫وعمدة‬ ‫الطالبين‬ ‫)روضة‬
‫فأما إذا ك انت صالة اإلمام صحيحة في اعتقاده دون اعتقاد المأموم أو بالعكس فله صورتان إحداهما أن يكون ذلك الختالفهما‬
‫في الفروع االجتهادية بأن مس الحنفي فرجه وصلى ولم يتوضأ أو ترك االعتدال أو الطمأنينة أو قرأ غير الفاتحة ففي صحة‬
‫صالة الشافعي خلفه وجهان قال القفال يصح وقال الشيخ أبو حامد ال يصح وهذا هو األصح عند األكثرين وبه قطع الروياني في‬
‫الحلية والغزالي في الفتاوى ولو صلى على وجه ال يصححه و الشافعي يصححه بأن احتجم وصلى فعند القفال ال يصح اقتداء‬
‫به‬ ‫‪.‬الشافعي‬
‫وعند أبي حامد يصح اعتبارا باعتقاد المأموم وقال األودني والحليمي من أصحابنا إذا أم ولي األمر أو نائبه فترك البسملة ‪.‬‬
‫والمأموم يرى وجوبها صحت صالته خلفه عالما كان أو عاميا وليس له المفارقة لما فيه من الفتنة وهذا حسن أما إذا حافظ‬
‫الحنفي على جميع ما يعتقد الشافعي وجوبه واشتراطه فيصح اقتداء الشافعي به على الصحيح الذي قطع به الجمهور وقال‬
‫األستاذ أبو إسحق االسفراييني ال يصح‪ .‬ولو شك هل أتى بالواجبات أم ال فاألصح أنه كما إذا علم إتيانه بها والثاني أنه كما إذا‬
‫علم تركها فالحاصل في اقتداء الشافعي بالحنفي أربعة أوجه أحدها الصحة والثاني البطالن واألصح إن حافظ على الواجبات أو‬
‫شككنا صح وإال فال والرابع إن حافظ صح وإال فال ولو اقتدى الحنفي بالشافعي فصلى الشافعي على وجه يصح عنده وال يصح‬
‫عند الحنفي بأن احتجم ففي صحة اقتدائه الخالف وإذا صححنا اقتداء أحدهما باآلخر فصلى الشافعي الصبح خلف حنفي ومكث‬
‫الحنفي بعد الركوع قليال وأمكنه أن يقنت فيه فعل وإال تابعه ويسجد للسهو إن اعتبرنا اعتقاد المأموم وإن اعتبرنا اعتقاد اإلمام‬
‫فال ولو صلى الحنفي خلف الشافعي الصبح فترك اإلمام القنوت ساهيا وسجد للسهو تابعه المأموم وإن ترك اإلمام سجود السهو‬
‫سجد المأموم إن اعتبرنا اعتقاد اإلمام وإال فال الصورة الثانية أن ال يكون الختالفهما في الفروع فال يجوز لمن يعتقد بطالن‬
‫صالة غيره أن يقتدي به كرجلين اختلف اجتهادهما في القبلة أو في إناءين طاهر ونجس فلو كثرت اآلنية والمجتهدون واختلفوا‬
‫بأن كانت ثالثة طاهران ونجس فظن كل رجل طهارة واحد فحسب وأم كل واحد في صالة فثالثة أوجه الصحيح قول ابن الحداد‬
‫واألكثرين تصح لكل واحد ما أم فيه واالقتداء األول يبطل الثاني‪ .‬والثاني قول صاحب التلخيص ال يصح االقتداء أصال والثالث‬
‫قول أبي إسحق المروزي يصح االقتداء األول إن اقتصر عليه فإن اقتدى ثانيا لزمه إعادتهما أما إذا ظن طهارة اثنين فيصح‬
‫اقتداؤه مستعمل المظنون طهارته بال خالف وال يصح بالثالث بال خالف ولو كانت اآلنية خمسة والنجس منها واحد فظن كل‬
‫واحد طهارة واحد ولم يظن شيئا من األربعة وأم كل واحد في صالة فعند صاحب التلخيص والمروزي يجب عليهم إعادة ما‬
‫اقتدوا به‪ .‬وعند ابن الحداد يجب إعادة االقتداء األخير فقط وقال بعض األصحاب هذه األوجه إنما هي فيما إذا سمع صوت من‬
‫خالف‬ ‫بال‬ ‫األخير‬ ‫االقتداء‬ ‫إال‬ ‫تبطل‬ ‫فال‬ ‫اآلنية‬ ‫فأما‬ ‫وتناكروه‬ ‫أنفس‬ ‫‪.‬خمسة‬
‫‪313‬‬ ‫ص‬ ‫‪/‬‬ ‫‪4‬‬ ‫(ج‬ ‫–‬ ‫الوجيز‬ ‫)شرح‬
‫وان كانت صحيحة في اعتقاد االمام دون المأموم أو بالعكس فهذا يفرض علي وجهين (احدهما) ان يكون ذلك الختالفهما في‬
‫الفروع االجتهادية كما إذا مس الحنفي فرجه وصلي ولم يتوضأ أو ترك االعتدال في الركوع والسجود أو قرأ غير الفاتحة في‬
‫وبه قال القفال تصح الن صالته صحيحة عنده وخطؤه غير مقطوع به )صالته ففى صحة اقتداء الشافعي به وجهان (احدهما‬
‫فلعل الحق ما ذهب إليه (و الثانى) وبه قال الشيخ أبو حامد ال تصح الن صالة االمام فاسدة في اعتقاد المأموم فاشبه ما لو اختلف‬
‫اجتهاد رجلين في القبلة يقتدى احدهما باالخر وهذا أظهر عند االكثرين ولم يذكر الرويانى في الحلية سواه وبه أجاب صاحب‬
‫الكتاب في الفتاوى لكن بشرائط ليس من غرضنا ذكرها ولو ان الحنفي صلي علي وجه ال يعتقده صحيحا واقتدى الشافعي به‬
‫وهو يعتقده صحيحا انعكس الوجهان فعلي ما ذكره القفال ال يصح االقتداء اعتبارا بحال االمام وعلي ما ذكره أبو حامد يصح‬
‫اعتبارا باعتقاد المأموم وحكى ابو الحسن العبادي ان االودني والحليمي قاال إذا أم الوالى أو نائبه بالناس ولم يقرأ التسمية‬
‫والمأموم يراها واجبة فصالته خلفه صحيحة عالما كان أو عاميا وليس له المفارقة لما فيها من الفتنة وهذا حسن وقضيته الفرق‬
‫بين االمام وخلفائه وبين غيرهم اما إذا حافظ الحنفي على واجبات الطهارة والصالة عند الشافعي فاقتداؤه به صحيح عند‬
‫الجمهور وعن االستاذ ابي اسحق االسفراينى انه ال تصح النه ال ياتي بها علي اعتقاد الوجوب وعلى االول لو شك في انه هل‬
‫أتي بها أم ال فقد ذكر صاحب الكتاب في الفتاوى انه يجوز االقتداء به كما لو علم انه حافظ عليها الن الظاهر اتيانه بها اقامة لما‬
‫يعتقده سنة و توقيا عن شبهة الخالف وحكى أبو الفرج البزار عن الشيخ أبى علي أنه ال يصح كما لو عرف انه لم يات بها‬
‫وحكي عن الشيخ ابي حامد الصحة كما قاله صاحب الكتاب في الفتاوى وإذا عرفت ذلك وسئلت عن قتداء الشافعي بالحنفي‬
‫مطلقا فقيل فيه ثالثة اوجه (ثالثها) وهو االظهر الفرق بين أن يحافظ علي الواجبات وبين أن يتركها ولك أن تضم إليها وجها‬
‫فارقا على ما قدمناه ولو اقتدى الحنفي بالشافعي وصلي الشافعي علي وجه ال يراه الحنفي كما لو افتصد وصلي ففيه الخالف‬
‫وإذا جوزنا اقتداء احدهما باآلخر فلو صلي الشافعي الصبح خلف حنفي ومكث الحنفي بعد الركوع قليال وامكنه ان يقنت فيه فعل‬
‫واال تابعه وهل يسجد للسهو ان اعتبرنا اعتقاد المأموم نعم فان اعتبرنا اعتقاد االمام فال ولو صلى الحنفي الصبح خلف الشافعي‬
‫وترك االمام القنوت ساهيا وسجد للسهو تابعه المأموم وان ترك االمام سجود السهو سجد المأموم ان اعتبرنا اعتقاد االمام واال‬
‫فال (والثانى) ان ال يكون ذلك الختالفهما في الفروع فال يجوز لمن اعتقد بطالن صالة غيره ان يقتدى به وذلك كما إذا اجتهد‬
‫اثنان فصاعدا في القبلة واختلف اجتهادهم لم يجز لبعضهم االقتداء ببعض الن صالة كل واحد منهم باطلة عند اصحابه وكذا لو‬
‫اشتبه اناءان طاهر ونجسن واختلف فيهما اجتهاد رجلين ولو كثرت االواني والمجتهدون واختلف اجتهادهم فحيث تعين عند‬
‫المأموم بطالن صالة االمام امتنع االقتدا وحيث ال يتعين جاز االقتداء وفيه وجه انه ال يجوز ايضا وهذا هو الكالم الجملي فيه‬
‫ونوضحه بصورتين (احداهما) لو اشتبه ثالثة اوان واجتهد فيها ثالثة واستعمل كل واحدا منهم واحدا الداء اجتهاده إلى طهارته‬
‫فان كان الطاهر منها واحدا لم يجز اقتداء بعضهم ببعض وان كان النجس منها واحد وأراد احدهم ان يقتدى بآخر فان ظن‬
‫طهارة اناء أحد صاحبيه كما ظن طهارة اناء نفسه فال خالف في جواز اقتدائه به وامتناع اقتدائه بالثالث وان لم يظن اال طهارة‬
‫انائه ففى المسألة وجهان قال صاحب التلخيص ال يجوز لواحد منهم االقتداء بواحد من صاحبيه النه يتردد في ان المحدث‬
‫المستعمل للنجاسة هذا ام ذاك وليس احد االحتمالين باولي من االخر فيمتنع االقتداء كما يمتنع االقتداء بالخنثى لتعارض احتمالي‬
‫الذكورة واالنوثة وقال ابن الحداد وهو االصح يجوز لكل واحد منهم ان يقتدى بواحد من صاحبيه وال يجوز ان يقتدى بهما‬
‫جميعا في صالتيه اما االول فالنه ال يدرى نجاسة اناء من يقتدى به وبقاء حدثه وإذا لم يعلم المأموم من حال االمام ذلك سومح‬
‫سيأتي‬ ‫ما‬ ‫علي‬ ‫االقتداء‬ ‫وجوز‬
‫‪25‬‬ ‫ص‬ ‫‪/‬‬ ‫‪2‬‬ ‫(ج‬ ‫–‬ ‫الطالبين‬ ‫)إعانة‬
‫قوله‪ :‬وطال عرفا انتظاره له) أي لما ذكر من الفعل أو السالم الجل أن يتبعه فيه‪ .‬وخرج به ما إذا تابعه من غير انتظار أو بعد (‬
‫انتظار لكنه غير طويل فال يضر‪ ،‬ومثله إذا طال ولكنه لم يتابعه‪ .‬والتقييد في مسألة الشك بالطول والمتابعة هو المعتمد – كما‬
‫في التحفة والنهاية والمغني – خالفا لجمع منهم االسنوي‪ ،‬واالذرعي‪ ،‬والزركشي – جعلوا الشك في نية القدوة كالشك في أصل‬
‫قوله‪ :‬بطلت صالته) أي النه متالعب لكونه وقفها على صالة ( ‪.‬النية‪ ،‬فأبطلوا الصالة بالطويل وإن لم يتابع‪ ،‬وباليسير حيث تابع‬
‫غيره بال رابط بينهما‪ .‬قال في النهاية‪ :‬هل البطالن عام في العالم بالمنع والجاهل أو مختص بالعالم ؟ قال االذرعي‪ :‬لم أر فيه‬
‫‪.‬شيئا‪ ،‬وهو محتمل‪ ،‬واالقرب أنه يعذر‪ .‬لكن قال في الوسيط‪ :‬إن االشبه عدم الفرق‪ .‬وهو االوجه‪ .‬اه‬
‫‪327‬‬ ‫ص‬ ‫‪/‬‬ ‫‪2‬‬ ‫(ج‬ ‫–‬ ‫الشرواني‬ ‫)حواشي‬
‫انتظاره إ لخ) واعتبار االنتظار للركوع مثال بعد القراءة الواجبة سم وع ش قوله‪( :‬له) أي للمتابعة شرح المنهج قول المتن (‬
‫(بطلت صالته) هل البطالن عام في العالم بالمنع والجاهل أم مختص بالعالم قال االذرعي لم أر فيه شيأ وهو محتمل واالقرب‬
‫أنه يعذر الجاهل لكن قال أي االذرعي في التوسط االشبه عدم الفرق وهو االوجه شرح م ر ا ه سم قال ع ش بقي ما لو ترك نية‬
‫االقتداء أو قصد أن ال يتابع االمالغرض ما فسها عن ذلك فانتظره على ظن أنه مقتد به فهل تضر متابعته حينئذ أو فيه نظر وال‬
‫يبعد عدم الضرر ثم رأيت االذرعي في القوت ذكر أن مثل العالم والجاهل العامد والناسي فيضر ا ه قوله‪( :‬ذلك) أي المتابعة‬
‫مغني وشرح المنهج قوله‪( :‬أو انتظره يسيرا) أي مع المتابعة سم قوله‪( :‬أو كثيرا بال متابعة) وينبغي أن يزيد أو كثيرا وتابع ال‬
‫الجل فعله أخذا من قوله له سم وع ش عبارة البجيرمي ولم يذكر محترز قوله للمتابعة ومحترزه ما لو انتظر كثير االجل غيرها‬
‫كأن كان ال يحب االقتداء باالمام لغرض ويخاف لو انفرد عنه حسا صولة االمام أو لوم الناس عليه التهامه بالرغبة عن‬
‫الجماعة فإذا انتظر االمام لدفع نحو هذه الريبة فال يضر كما قرره شيخنا الحفني ا ه أي كما في المحلي والنهاية والمغني ما يفيده‬
‫‪200‬‬ ‫ص‬ ‫‪/‬‬ ‫‪4‬‬ ‫(ج‬ ‫–‬ ‫)المجموع‬
‫الشرح) اتفق نص الشافعي واالصحاب علي أنه يشترط لصحة الجماعة ان ينوى المأموم الجماعة واالقتداء واالئتمام قالوا (‬
‫وتكون هذه النية مقرونة بتكبيرة االحرام كسائر ما ينويه فان لم ينو في االبتداء وأحرم منفردا ثم نوى االقتداء في أثناء صالته‬
‫ففيه خالف ذكره المصنف بعد هذا وإذا ترك نية االقتداء واالنفراد واحرم مطلقا انعقدت صالته منفردا فان تابع االمام في أفعاله‬
‫من غير تجديد نية فوجهان حكاهما القاضي حسين في تعليقه والمتولي وآخرون (أصحهما) واشهرهما تبطل صالته النه ارتبط‬
‫بمن ليس بامام له فاشبه االرتباط بغير المصلي وبهذا قطع البغوي وآخرون والثاني ال تبطل النه أتى باالركان علي وجهها‬
‫وبهذا قطع االكثرون فان قلنا ال تبطل صالته كان منفردا وال يحصل له فضيلة الجماعة بال خالف صرح به المتولي وغيره‬
‫وان قلنا تبطل صالته فانما تبطل إذا انتظر ركوعه وسجوده وغيرهما ليركع ويسجد معه وطال انتظاره ‪ .‬فاما إذا اتفق انقضاء‬
‫فعله مع انقضاء فعله أو انتظره يسيرا جدا فال تبطل بال خالف ولو شك في أثناء صالته في نية االقتداء لم تجز له متابعته اال ان‬
‫ينوى اآلن المتابعة وحيث قلنا بجواز االقتداء في أثناء الصالة الن االصل عدم النية فان تذكر انه كان نوى قال القاضى حسين‬
‫والمتولي وغيرهما حكمه حكم من شك في نية أصل الصالة فان تذكر قبل ان يفعل فعال علي خالف متابعة االمام وهو شاك لم‬
‫يضره وان تذكر بعد أن فعل فعال على متابعته في الشك بطلت صالته إذا قلنا باالصح ان المنفرد تبطل صالته بالمتابعة النه في‬
‫حال شكه له حكم المنفرد وليس له المتابعة حتى قال أصحابنا لو عرض له هذا الشك في التشهد االخير ال يجوز ان يقف سالمه‬
‫على سالم االمام اما إذا اقتدى بامام فسلم من صالته ثم شك هل كان نوى االقتداء فال شئ عليه وصالته ماضية علي الصحة‬
‫هذا هو المذهب وذكر الق اضى حسين في تعليقه ان فيه الخالف السابق فيمن شك بعد فراغه من الصالة هل ترك ركنا من‬
‫صالته ام ال وهذا ضعيف وهللا أعلم‬

Anda mungkin juga menyukai