Contoh Panduan Meminta Pendapat Lain
Contoh Panduan Meminta Pendapat Lain
OPINION)
Posted on 26/08/2015by admin
A. DEFINISI
1. Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau ahli medis terhadap
suatu diagnosa, terapidan rekomendasi medis lain terhadap penyakit seseorang.
2. Meminta Pendapat Lain( Second Opinion ) adalahpendapat medis yang diberikan oleh dokter lain
terhadap suatu diagnosa atau terapi maupun rekomendasi medis lain terhadap penyakit yang
diderita pasien. Mencari pendapat lain bisa dikatakan sebagai upaya penemuan sudut pandang lain
dari dokter kedua setelah pasien mengunjungi atau berkonsultasi dengan dokter pertama. Second
opinion hanyalah istilah, karena dalam realitanya di lapangan, kadang pasien bisa jadi menemui
lebih dari dua dokter untuk dimintakan pendapat medisnya. Meminta pendapat lain atau second
opinion juga diatur dalam Undang Undang no. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bagian empat
pasal 32 poin H tentang hak pasien, disebutkan bahwa “Setiap pasien memiliki hak meminta
konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit”.
B. RUANG LINGKUP
Perbedaan diagnosis dan penatalaksaan penyakit oleh dokter sering terjadi di belahan dunia
manapun. Di negara yang paling maju dalam bidang kedokteranpun, para dokter masih saja sering
terjadi perbedaan dalam diagnosis maupun proses terapi, sehingga menimbulkan keraguan pada
pasien dan keluarganya.Begitu juga di Indonesia, perbedaan pendapat para dokter dalam
mengobati penderita adalah hal yang biasa terjadi. Perbedaan dalam penentuan diagnosis dan
penatalaksanaan mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang
berbahaya dan merugikan bagi penderita. Tetapi bila hal itu menyangkut kerugian biaya yang besar
dan ancaman nyawa maka harus lebih dicermati. Sehingga sangatlah penting bagi pasien dan
keluarga untuk mendapatkan second opinion dokter lain tentang permasalahan kesehatannya
sehingga mendapatkan hasil pelayanan kesehatana yang maksimal.
Dengan semakin meningkatnya informasi dan teknologi maka semakin terbuka wawasan ilmu
pengetahuan dan informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan ini. Demikian juga dalam
pengetahuan masyarakat tentang wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan
kesehatannya.Informasi yang sepotong-sepotong atau salah dalam menginterpretasikan informasi
seorang pasien akan berakibat pasien
atau keluarganya merasa tindakan dokter salah atau tidak sesuai standar. Hal ini jugamembuat
pasien dan keluarganya mempertahankan informasi yang didapat tanpa mempertimbangkan
masukan dari dokter tentang fakta yang sebenarnya terjadi.
a) Kesalahan diagnosis dan penatalaksaan pengobatan dokter sering terjadi di belahan dunia
manapun, termasuk di Indonesia
b) Perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa terjadi, dan
hal ini mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya
dan merugikan bagi penderita
c) Second opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa, kerugian biaya atau dampak
finansial yang besar.
a) Keputusan dokter tentang tindakan operasi, apalagi yang akan membuat perubahan anatomis
permanen pada tubuh pasien dan tindakan operasi lainnya.
b) Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2 minggu, misalnya
pemberian obat TBC jangka panjang, pemberian antibiotika jangka panjang dan pemberian obat-
obat jangka panjang lannya
c) Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal : baik obat minum, antibiotika,
susu mahal atau pemberian imunisasi yang sangat mahal
d) Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan pada kasus yang tidak
seharusnya diberikan : seperti infeksi saluran napas, diare, muntah, demam virus, dan
sebagainya. Biasanya dokter memberikan diagnosis infeksi virus tetapi selalu diberi antibiotika.
e) Keputusan dokter dalampemeriksaan laboratorium dengan biaya sangat besar
f) Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita misalnya :
penyakit tifus berulang,
g) Keputusan diagnosis dokter yang meragukan: biasanya dokter tersebut menggunakan istilah
“gejala” seperti gejala tifus, gejala ADHD, gejala demam berdarah, gejala usus buntu. Atau
diagnosis autis ringan, ADHD ringan dan gangguan perilaku lainnya.
h) Ketika pasien didiagnosa penyakit serius seperti kanker, maka pasien pun biasanya diizinkan
meminta pendapat lain.
i) Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh institusi kesehatan
nasional atau internasional : seperti pengobatan dan terapi bioresonansi, terapi antibiotika yang
berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi
C. TATA LAKSANA
Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah merupakan hak seorang pasien
dalam memperoleh jasa pelayanan kesehatannya. Hak yang dipunyai pasien ini adalah hak
mendapatkan pendapat lain (second opinion) dari dokter lainnya. Untuk mendapatkan pelayanan
yang optimal, pasien tidak usah ragu untuk mendapatkan “second opinion” tersebut. Memang
biaya yang dikeluarkan akan
menjadi banyak, tetapi paling tidak bermanfaat untuk mengurangi resiko kemungkinan komplikasi
atau biaya lebih besar lagi yang akan dialaminya. Misalnya, pasien sudah direncanakan operasi
caesar atau operasi usus buntu tidak ada salahnya melakukan permintaan pendapat dokter lain.
Dalam melakukan “second opinion” tersebut sebaiknya dilakukan terhadap dokter yang sama
kompetensinya. Misalnya, tindakan operasi caesar harus minta “second opinion” kepada sesama
dokter kandungan bukan ke dokter umum. Bila pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan dokter
sangat banyak dan mahal, tidak ada salahnya minta pendapat ke dokter lain yang kompeten. Hak
pasien untukmeminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah pasien lebih teredukasi mengenai
masalah kesehatan yang dihadapinya. Terdapat kondisi yang meragukan bagi pasien pada saat
meminta pendapat lain, misalnya ketika dokter pertama menyarankan operasi, tidak
mengherankan jika pendapat dari dokter lain akan berbeda, oleh karena setiap penyakit memiliki
gejala klinis yang berbeda ketika
hadir di ruang periksa sehingga mempengaruhi keputusan dokter.
Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan keluarganya menghubungi perawat atau
langsung kepada dokter yang merawatnya kemudian mengemukakan keinginannya untuk
mendapatkan pendapat lain atau second opinion. Dokter yang merawat berkewajiban
menerangkan kepada pasien dan keluarganya hal yang perlu dipertimbangkan dalam
mendapatkan second opinion (terdapat dalam panduan ini).
Apabila keputusan mengambil pendapat lain telah disepakati, maka formulir Permintaan Pendapat
Lain (Second Opinion) diisi oleh pasien atau walinya dan diketahui oleh Dokter (DPJP) sertasaksi.
D. DOKUMENTASI
Rujukan
1. Undang-undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Kementerian Kesehatan RI. Standard Akreditasi Rumah Sakit. Tahun 2011.